BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 5.1. Hasil

advertisement
69
BAB V
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
5.1. Hasil Penelitian
5.1.1. Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif data variabel Kecukupan Modal (CAR), Aset Tidak
Produktif (NPL), Efisiensi (BOPO), Likuiditas (LDR) dan Profitabilitas (Laba)
dapat ditampilkan pada Tabel 5.1. sebagai berikut :
Tabel 5.1. Statistik Deskriptif Variabel Penelitian
No.
Variabel
1.
2.
Nilai
Minimum
9,41
0,21
Kecukupan Modal (CAR)
Aset Tidak Produktif
(NPL)
3.
Efisiensi (BOPO)
53,00
4.
Likuiditas (LDR)
40,22
5.
Profitabilitas (Laba)
-1136,05
Sumber : Laporan Keuangan Bank (2011 - 2015)
Nilai
Maksmimum
45,75
50,96
Nilai RataRata (Mean)
16,3981
2,9052
173,80
113,30
24254,00
84,1767
81,2855
2380,0839
Berdasarkan Tabel 5.1. di atas dapat dijelaskan bahwa :
1. Variabel Kecukupan Modal (CAR)
a. Nilai minimum variabel Kecukupan Modal (CAR) adalah 9,41% yang terjadi
di Bank Mutiara Tbk pada tahun 2011. Pencapaian rasio CAR sebesar 9,41
ini disebabkan adanya peningkatan permodalan sebesar 29,4% selama tahun
2011. Sampai akhir tahun 2011 realisasi rasio CAR mencapai 9,41%, sedikit
di bawah target yang ditetapkan, yaitu: sebesar 9,5%. Namun realisasi
69
70
tersebut menurun sebesar 1,7% dibandingkan realisasi akhir tahun 2010
sebesar 11,2%. Meskipun modal bank mengalami peningkatan sebesar
Rp221,68 miliar (32,1%), penurunan rasio CAR lebih disebabkan adanya
peningkatan ATMR sebesar Rp3,51triliun (56,7%), terutama dari ekspansi
kredit.
Bank Mutiara berupaya menjaga kecukupan modal Bank agar dapat
memenuhi persyaratan Bank Indonesia sebesar 8%. Terlebih lagi, sepanjang
2011 tidak terjadi suntikan modal tambahan, atau dengan kata lain 100%
kecukupan modal berasal dari pertumbuhan kinerja keuangan. Dengan
struktur permodalan bank yang lebih didominasi oleh modal inti, diharapkan
ketahanan bank dalam rangka menyerap risiko yang mungkin terjadi dari
berbagai kegiatan bisnis yang dilakukan oleh bank dan/atau akibat terjadinya
perubahan lingkungan bisnis yang dihadapi oleh perbankan yang begitu
dinamis saat ini akan menjadi lebih baik.
Dalam rangka menjaga CAR, Bank Mutiara melakukan percepatan recovery
asset dengan tujuan utama untuk menambah ekuitas yang pada akhirnya
mampu meningkatkan kemampuan dalam mencetak laba secara signifikan.
Hal ini sangat urgent dan krusial karena sesuai dengan ketetapan LPS,
sekaligus sebagai pemilik Bank, LPS tidak akan menambah ekuitas. LPS
hanya akan menambah ekuitas bilamana CAR sudah berada di bawah 8,0%.
Akan tetapi, jika CAR Bank Mutiara sudah di atas 8,0%, maka LPS tidak
akan memberikan tambahan ekuitas karena Bank masih dalam masa
penyehatan. Untuk itu, Bank Mutiara melakukan recovery asset, baik secara
71
tunai atau non-tunai. Keberhasilan pencapaian ini sekaligus menunjukkan
bahwa ekuitas Bank Mutiara mengalami peningkatan sekitar 29,4% dalam
waktu 1 (satu) tahun. Dengan demikian, jika ekuitas meningkat maka
otomatis CAR meningkat karena dapat menjadi komponen modal dalam
perhitungan CAR. Peningkatan CAR ini sangat penting untuk melakukan
ekspansi bisnis pada periode berikutnya.
Pada penghujung tahun 2011 Bank Indonesia mengeluarkan perubahan
ketentuan pelaporan keuangan terutama dalam hal pengakuan laba yang
terkait dengan penyisihan kerugian penurunan nilai dari aktiva baik yang
produktif maupun non produktif. Perubahan ketentuan ini cukup berdampak
signifikan pada perhitungan Aktiva tertimbang menurut risiko (ATMR) dan
rasio kecukupan modal. Namun dengan senantiasa memelihara rasio CAR di
atas ketentuan Bank Indonesia, perubahan ketentuan ini tidak mengakibatkan
rasio kecukupan modal minimum di bawah ketentuan Bank Indonesia.
b. Nilai maksimum variabel Kecukupan Modal (CAR) adalah 45,75% yang
terjadi di Bank Kesawan Tbk pada tahun 2011. Tahun 2011 merupakan
tonggak bersejarah bagi Bank Kesawan atau Qatar National Bank (QNB)
Kesawan untuk menjalani tahun-tahun yang akan datang dengan penuh
optimisme. Permodalan yang semakin kuat menjadi dasar bagi Perusahaan
untuk terus meningkatkan kemampuan perusahaan dalam mencapai kinerja
bisnis yang lebih baik. Pada Januari 2011, secara efektif Qatar National Bank
(QNB) menjadi pemegang saham pengendali dengan porsi kepemilikan
saham atas QNB Kesawan sebesar 69,59%. Dalam aksi korporasi itu, QNB
72
mendapatkan 2.478.728.032 saham biasa atas Saham Baru dengan nominal
Rp. 250 setiap saham atau senilai Rp. 619,682,008,000. Aksi korporasi itu
berpengaruh pada peningkatan modal disetor perusahaan dari sebelumnya
Rp. 156,63 miliar pada tahun 2010 menjadi Rp. 890,45 miliar. Hal itu secara
langsung meningkatkan ekuitas QNB Kesawan menjadi Rp. 892,57 miliar
pada akhir tahun 2011 dari sebelumnya Rp. 178,12 miliar pada tahun 2010.
Peningkatan modal ini tentunya berdampak pada peningkatan rasio
kecukupan modal Perusahaan, sehingga QNB Kesawan memiliki rasio
kecukupan modal di level 40% atau jauh di atas rata-rata industri perbankan
nasional. Dengan permodalan yang cukup kuat tersebut, QNB Kesawan
optimistis dapat mencatatkan kinerja yang jauh lebih baik dari tahun-tahun
sebelumnya yaitu dari level 9,92% menjadi 45,75%. Kondisi ini
memungkinkan QNB Kesawan menggerakan mesin-mesin bisnis untuk
meningkatkan kinerja
perusahaan, baik dalam penyaluran kredit maupun
dorongan yang sama untuk meningkatkan kemampuan bank dalam
penghimpunan dana pihak ke tiga.
c. Nilai rata-rata (mean) variabel Kecukupan Modal (CAR) adalah 16,3981%.
Artinya rentang antara nilai minimum (9,41%) dan nilai maksimum (45,75%)
cukup lebar. Pencapaian rata-rata rasio kecukupan modal industri perbankan
di Indonesia pada bank-bank berstatus perusahaan terbuka secara operasional
dalam kondisi yang baik karena rata-rata rasio CAR tersebut berada di atas
ketentuan Kewajiban Penyediaan Modal Minimum (KPMM) Bank Indonesia
yakni pada level 8%. Selain itu, secara statistika dengan nilai rata-rata (mean)
73
sebesar 16,3981% berarti terdapat rentang yang cukup lebar antara nilai
minimum dan maksimum.
2. Variabel Aset Tidak Produktif (NPL)
a. Nilai minimum variabel Aset Tidak Produktif (NPL) adalah 0,21% yang
terjadi di Bank Bumi Arta Tbk pada tahun 2013. Pencapaian rasio NPL
sebesar 0,21 ini terjadi karena pada tahun 2013, manajemen Bank Bumi Arta
Tbk. telah berhasil menyelesaikan kredit-kredit bermasalah. Kredit
bermasalah tahun 2013 mengalami penurunan menjadi Rp 6.062 juta atau
turun 57,34% dibandingkan dengan tahun sebelumnya yaitu Rp 14.210 juta.
Dengan pencapaian rasio NPL sebesar 0,21 tersebut maka rasio NPL Bank
Bumi Arta Tbk masih jauh di bawah tingkat maksimum persyaratan Bank
Indonesia sebesar 5,00%.
b. Nilai maksimum variabel Aset Tidak Produktif (NPL) adalah 50,96% yang
terjadi di Bank Pundi Indonesia Tbk pada tahun 2010. Hal tersebut terjadi
dikarenakan Bank pada saat diambil alih oleh PT Recapital Securities sebagai
pengendali perseroan, bank diharuskan menutup semua biaya penghapusan
aktiva produktif (PPAP), yang mengakibatkan kerugian sebesar Rp 88,64
Miliar (audited) dan juga menjadikan Non Performing Loan (NPL) mencapai
angka 50,96%. Bank Pundi telah berusaha memperbaiki Non Performing
Loan (NPL) untuk memenuhi ketentuan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia
dengan melakukan penyelesaian kredit bermasalah melalui penagihan,
pelunasan dan penghapusbukuan kredit.
74
c. Nilai rata-rata (mean) variabel Aset Tidak Produktif (NPL) adalah 2,9052%.
Artinya rentang antara nilai minimum (0,21%) dan nilai maksimum (50,96%)
sangat lebar. Pencapaian rata-rata rasio Non Performing Loan (NPL) industri
perbankan di Indonesia pada bank-bank berstatus perusahaan terbuka secara
operasional dalam kondisi yang baik karena rata-rata rasio NPL tersebut
berada di bawah ketentuan Bank Indonesia yaitu sebesar 5,00%. Selain itu,
secara
statistika
dengan
nilai
rata-rata
(mean)
sebesar
2,9052%
menggambarkan rentang yang sangat lebar antara nilai minimum dan
maksimum.
3. Variabel Efisiensi (BOPO)
a. Nilai minimum variabel Efisiensi (BOPO) adalah 53,00 yang terjadi di Bank
Tabungan Pensiunan Nasional Tbk pada tahun 2013. Hal tersebut terjadi
karena bank telah berhasil mengendalikan kenaikan rasio biaya terhadap
pendapatan pada tingkat 53%. Sepanjang tahun bank telah memperkuat dan
meningkatkan efisiensi dan efektivitas struktur Corporate Governance.
Dewan Komisaris melalui Komite dan Unit Internal Audit terus mereview
dan mengawasi kelayakan bisnis dan operasional BTPN secara berkala. Bank
juga telah memperbaiki sistem pengendalian manajemen atas penjualan dan
pendapatan di seluruh cabang Mikro sampai ke hal yang sangat detil. Ini tidak
hanya memperbaiki pengendalian manajemen terhadap cabang Mikro, namun
juga memperbaiki efisiensi operasi melalui usaha sentralisasi dan
pengambilan keputusan yang lebih efektif. Selain itu, bank juga telah
75
melakukan peningkatan efisiensi pengelolaan SDM dan pemanfaatan
teknologi informasi dalam proses SDM.
b. Nilai maksimum variabel Efisiensi (BOPO) adalah 173,80% yang terjadi di
Bank Mutiara Tbk. pada tahun 2013. Rasio beban terhadap pendapatan
operasional sebesar 173,80% tersebut disebabkan karena beban operasional
meningkat 32,4% dari Rp 382,32 miliar pada tahun 2012 menjadi Rp 506,09
miliar pada tahun 2013. Peningkatan terjadi pada beberapa komponen pos
biaya umum dan administrasi meningkat 17,27% terutama dengan mulainya
upgrade system core banking untuk menunjang bisnis dan tentunya berasal
dari inflasi. Beban promosi meningkat 39,10% terutama biaya iklan untuk
promosi peningkatan low cost fund. Biaya personalia juga meningkat 16,52%
diantaranya karena adanya kenaikan gaji untuk kesejahteraan karyawan dan
penambahan karyawan baru. Beban lainnya yakni kerugian transaksi kurs
mata uang asing juga meningkat. Dari sisi pendapatan operasional, selama
tahun 2013 pendapatan operasional lainnya mengalami penurunan sebesar
Rp14,90 miliar atau 21,2%, dari Rp70,35 miliar di tahun 2012 menjadi
Rp55,46 miliar di tahun 2013. Hal ini terutama berasal dari kerugian
penjualan surat berharga yang dipengaruhi oleh menurunnya kondisi
makroekonomi sehingga menaikan tingkat risiko yang pada akhirnya harga
surat berharga mengalami penurunan.
c. Nilai rata-rata (mean) variabel Efisiensi (BOPO) adalah 84,1767%. Artinya
rentang antara nilai minimum (53,00%) dan nilai maksimum (173,80%)
sangat lebar. Pencapaian rata-rata rasio biaya operasional terhadap
76
pendapatan operasional (BOPO) industri perbankan di Indonesia pada bankbank berstatus perusahaan terbuka secara operasional dalam kondisi yang
baik karena rata-rata rasio BOPO tersebut tidak melebihi 93,5%. Selain itu,
secara statistika dengan nilai rata-rata (mean) sebesar 84,1767%
menggambarkan rentang yang sangat lebar antara nilai minimum dan
maksimum.
4. Variabel Likuiditas (LDR)
a. Nilai minimum variabel Likuiditas (LDR) adalah 40,22% yang terjadi di
Bank Victoria Internasional Tbk pada tahun 2010. Pencapaian rasio LDR
tersebut berarti bahwa rasio tingkat likuiditas yang berada di bawah standar
terbaik LDR yaitu 78%-100%. Hal tersebut terjadi karena adanya
ketidaksesuaian antara jangka waktu penghimpunan dana pihak ketiga
dengan jangka waktu penyaluran kredit yang diberikan dapat menyebabkan
masalah likuiditas yang mempengaruhi kemampuan bank dalam memenuhi
kewajibannya kepada nasabah. Untuk mengantisipasi hal tersebut Bank
Victoria melakukan beberapa strategi antara lain meningkatkan simpanan
pada jangka waktu yang lebih panjang, mengintensifkan penagihan kepada
debitur bermasalah dan terhadap kelebihan dana yang dimiliki diinvestasikan
pada surat-surat berharga yang mempunyai imbal hasil yang tinggi serta
rating yang baik. Selain itu untuk mengelola risiko likuiditas selama 2010
Bank Victoria juga menambah money market line yang ada dan membuka
line baru dengan beberapa Bank dengan prinsip saling menguntungkan.
77
b. Nilai maksimum variabel Likuiditas (LDR) adalah 113,30% yang terjadi di
Bank Kesawan Tbk. pada tahun 2013. Pencapaian rasio LDR tersebut berarti
bahwa LDR Bank telah melebihi persyaratan minimum. Hal tersebut
menunjukkan bahwa adanya ketidakpatuhan bank atas LDR yang telah
ditetapkan Bank Indonesia. Hal tersebut terjadi karena Bank Kesawan masih
menghadapi beberapa tantangan di sepanjang 2013 antara lain adalah
bagaimana Bank QNB Kesawan sebagai bank berkembang dapat bersaing
dengan bank-bank lebih besar. Tantangan lain yang dihadapi adalah
bagaimana Bank QNB Kesawan mendapat kepercayaan dari nasabah untuk
berbisnis dan bekerja sama dengan Bank QNB Kesawan. Sedangkan
tantangan signifikan lainnya adalah untuk tumbuh dengan cepat dan
signifikan namun dengan tetap memastikan kualitas kredit terjaga. Sedangkan
beberapa strategi yang telah disusun dan diimplementasikan di tahun 2013
antara lain adalah memperbesar portofolio lending melalui perbaikan dan
efisiensi proses kredit serta membangun SDM terutama dalam Corporate
Banking seiring dengan pesatnya pertumbuhan pada portofolio ini.
c. Nilai rata-rata (mean) variabel Likuiditas (LDR) adalah 81,2855%. Artinya
rentang antara nilai minimum (40,22%) dan nilai maksimum (113,30%)
sangat lebar. Pencapaian rata-rata rasio Loan to Deposit Ratio (LDR) industri
perbankan di Indonesia pada bank-bank berstatus perusahaan terbuka secara
operasional dalam kondisi yang baik karena rata-rata rasio LDR tersebut
berada pada standar terbaik LDR yaitu 78%-100%. Selain itu, secara statistika
78
dengan nilai rata-rata (mean) sebesar 81,2855% menggambarkan rentang
yang sangat lebar antara nilai minimum dan maksimum.
5. Variabel Profitabilitas (Laba)
a. Nilai minimum variabel Profitabilitas (Laba) adalah Rp -1.136,05 miliar yang
terjadi di Bank Mutiara Tbk pada tahun 2013. Hal tersebut menunjukkan
bahwa pada posisi 31 Desember 2013, Bank Mutiara membukukan rugi Rp
1.136,05 miliar. Hal ini terjadi karena Bank Mutiara harus melakukan
pembentukan cadangan PPA eks Legacy Bank Century sebesar Rp1.016
miliar dan pembayaran hutang pajak periode tahun 2005-2008 sebesar Rp 110
miliar yang juga merupakan peninggalan Eks Legacy Bank Century sehingga
menurunkan modal perusahaan. Pembebanan dua pos biaya tersebut adalah
untuk memenuhi komitmen Bank Mutiara atas prinsip-prinsip Good
Corporate Governance (GCG). Semua hal tersebut berdampak terhadap rasio
kecukupan modal (CAR) sehingga Lembaga Penjamin Simpanan (LPS)
selaku pemegang saham Bank Mutiara harus memenuhi ketentuan Bank
Indonesia (BI) yang mengharuskan penambahan modal sebesar Rp 1,249
triliun. Dengan penambahan modal tersebut, CAR Bank Mutiara mencapai
rasio sebesar 14,03%, telah sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh
Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Dengan keterbatasan CAR tersebut, pada
semester II 2013 Bank lebih berfokus untuk mempertahankan portofolio
bisnis dengan tidak melakukan ekspansi seperti semester I sehingga total
kredit selama tahun 2013 sedikit menurun yakni turun Rp 16,24 miliar.
Sedangkan pada sisi pendanaan yang sebelumnya mengalami kelebihan yang
79
cukup besar, diturunkan secara bertahap guna memperoleh likuiditas yang
optimal namun masih dapat memenuhi kebutuhan operasional. Dana pihak
ketiga diturunkan hingga Rp 11,56 triliun pada tahun 2013 dari Rp 13,46
triliun pada tahun 2012. Dengan penurunan dana pihak ketiga, total aktiva per
31 Desember 2013 menjadi sebesar Rp 14,58 triliun turun dibandingkan
posisi 31 Desember2012 Rp 15,24 triliun.
b. Nilai maksimum adalah Rp 24.254,00 miliar yang terjadi di Bank Rakyat
Indonesia (Persero) Tbk. pada tahun 2014. Pencapaian tersebut karena adanya
dukungan SDM yang handal, teknologi informasi, dan perluasan jaringan
kantor Perseroan. Adanya penambahan jumlah kantor sebanyak 594 unit
kerja, yang terdiri dari 8 Kantor Cabang, 19 Kantor Cabang Pembantu, 149
BRI Unit, 21 Kantor Kas dan 396 Teras BRI, ditambah pertumbuhan jumlah
layanan mobile banking sebesar 47.973 unit, Bank BRI senantiasa
meningkatkan pelayanan terhadap nasabah untuk menjadi “The Biggest
Payment Bank in Indonesia” yang siap menjangkau dan melayani seluruh
lapisan masyarakat yang tersebar dari Sabang sampai Merauke. Dengan
dukungan pengalaman dan kemampuan yang matang dalam memberikan
layanan perbankan, terutama pada segmen UMKM, BRI mampu mencatat
prestasi selama 10 tahun berturut-turut sebagai bank dengan laba terbesar.
Keberhasilan ini adalah hasil kerja keras segenap insan BRI, yang secara terus
menerus menambah kompetensi, berinovasi dan mengembangkan produk dan
jasa perbankan bagi semua segmen bisnis. Pertumbuhan laba bersih yang
terus terjaga, merupakan salah satu upaya BRI untuk semakin memperkuat
80
permodalan BRI untuk dijadikan dasar pengembangan bisnis BRI ke depan.
Melalui manajemen penggunaan laba bersih yang prudent, BRI memperkuat
struktur modal agar mampu mengantisipasi seluruh risiko utama yang terjadi
dalam pengelolaan bank, baik risiko pasar, risiko kredit maupun risiko
operasional.
c. Nilai rata-rata (mean) variabel Profitabilitas adalah Rp 2.380,0839. Artinya
rentang antara nilai minimum (Rp -1.136,05 miliar) dan nilai maksimum (Rp
24.254,00
miliar)
sangat
lebar.
Pencapaian
profitabilitas
tersebut
menunjukkan bahwa rata-rata industri perbankan di Indonesia pada bankbank berstatus perusahaan terbuka secara operasional sebagian besar telah
memperoleh laba, hanya beberapa bank saja yang mengalami kerugian
terutama pada tahun 2014 yaitu Bank ICB Bumi Putra Tbk, Bank Mutiara
Tbk dan Bank Pundi Indonesia Tbk. Hal ini berarti bahwa rata-rata bank yang
berstatus perusahaan terbuka telah memiliki kemampuan untuk memperoleh
laba atau keuntungan. Selain itu, secara statistika dengan nilai rata-rata
(mean) sebesar Rp 2.380,0839 menggambarkan rentang yang sangat lebar
antara nilai minimum dan maksimum.
5.1.2. Pengujian Asumsi Klasik
Hasil uji normalitas data dengan menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov
dapat ditampilkan pada Tabel 5.2. sebagai berikut :
81
Tabel 5.2. Kolmogorov-Smirnov Normalitas
155
N
1,302
Kolmogorov-Smirnov Z
0,067
Asymp. Sig. (2-tailed)
Sumber : Hasil Pengolahan Data (2015)
Berdasarkan Tabel 5.2. di atas dapat dijelaskan bahwa nilai Asymp. Sig.
sebesar 0,067 maka nilai Sig > 0,05. Dengan demikian data penelitian berdistribusi
normal. Hal ini berarti model regresi layak digunakan karena memenuhi asumsi
normalitas.
Hasil uji multikolinearitas dengan menggunakan nilai VIF dapat ditampilkan
pada Tabel 5.3. sebagai berikut :
Tabel 5.3. VIF Multikolinearitas
No.
Variabel
1. Kecukupan Modal (CAR)
2. Aset Tidak Produktif (NPL)
3. Efisiensi (BOPO)
4. Likuiditas (LDR)
Sumber : Hasil Pengolahan Data (2015)
Berdasarkan Tabel
Nilai Tolerance
0,930
0,651
0,692
0,970
Nilai (VIF)
1,076
1,536
1,444
1,031
5.3. di atas dapat dijelaskan bahwa nilai Variance
Inflation Factor (VIF) prediktor variabel Kecukupan Modal (CAR) adalah 1,076 ;
variabel Aset Tidak Produktif (NPL) adalah 1,536 ; variabel Efisiensi (BOPO)
adalah 1,444 ; dan variabel Likuiditas (LDR) adalah 1,031. Dengan demikian, nilai
VIF keempat variabel prediktor atau bebas tersebut tidak melebihi nilai 10 yang
82
berarti bahwa antara variabel bebas tidak memupunyai hubungan langsung atau
tidak ada korelasi, maka model regresi terhindar dari masalah multikolinieritas.
Hasil uji heteroskedastisitas dengan menggunakan scatter plot dapat
ditampilkan pada Gambar 5.1. sebagai berikut :
Sumber : Hasil Pengolahan Data (2015)
Gambar 5.1. Scatter Plot Heteroskedastisitas
Berdasarkan Gambar 5.1. di atas menunjukkan bahwa scatter plot atau
diagram pencar tidak terdapat pola yang jelas serta titik-titik menyebar di atas dan
dibawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi gangguan heteroskedastisitas.
83
Hasil uji autokorelasi dengan menggunakan Durbin-Watson dapat
ditampilkan pada Tabel 5.4. sebagai berikut :
Tabel 5.4. Durbin-Watson Autokorelasi
Model
Nilai Durbin Watson
(DW)
Pengaruh CAR, NPL, BOPO
dan LDR terhadap
Profitabilitas
Sumber : Hasil Pengolahan Data (2015)
1,841
Nilai Durbin Upper
(dU)
1,788
Berdasarkan Tabel 5.4. di atas dapat dijelaskan bahwa nilai Durbin-Watson
adalah sebesar 1,841. Nilai dL dengan taraf signifikan 0,05 pada variabel bebas (k)
sebanyak 4 variabel dan jumlah data (n) sebanyak 155 diperoleh sebesar 1,679.
Sedangkan nilai dU dengan taraf signifikan 0,05 pada pada variabel bebas (k)
sebanyak 4 variabel dan jumlah data (n) sebanyak 155 diperoleh sebesar 1,788.
Maka diperoleh nilai statistik d yaitu dU ≤ d ≤ 4 – dU = 1,788 < 1,841 < 4 – 1,788 =
1,788 < 1,841 < 2,212. Ini berarti tidak ada autokorelasi positif atau negatif.
5.1.3. Pengujian Hipotesis
Hasil pengujian pengaruh Kecukupan Modal (CAR), Aset Tidak Produktif
(NPL), Efisiensi (BOPO) dan Likuditas (LDR) terhadap Profitabilitas industri
perbankan di Indonesia pada bank-bank berstatus perusahaan terbuka dapat
ditampilkan pada Tabel 5.5. di bawah ini :
84
Tabel 5.5. Hasil Pengujian Pengaruh Kecukupan Modal (CAR),
Aset Tidak Produktif (NPL), Efisiensi (BOPO) dan Likuditas (LDR)
terhadap Profitabilitas Industri Perbankan di Indonesia pada Bank-Bank
Berstatus Perusahaan Terbuka Tahun 2010 - 2014
Variabel
Koefisien Regresi
Konstanta
4.642,857
Kecukupan Modal (CAR)
5,340
Aset Tidak Produktif (NPL)
54,567
Efisiensi (BOPO)
-42,953
Likuiditas (LDR)
-11,431
2
R
0,261
F Hitung
13,235
Sumber : Hasil Pengolahan Data (2015)
t Hitung
5.643
0,300
2,584
-6,867
-1,738
Sig.
0,000
0,764
0,011
0,000
0,084
0,000
Berdasarkan Tabel 5.5. di atas, didapat persamaan regresi linear berganda
sebagai berikut :
Laba = 4.642,857 + 5,340 CAR+ 54,567 NPL - 42,953 BOPO - 11,431 LDR
Persamaan regresi linear berganda tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut :
1. Nilai konstanta = 4.642,857 artinya jika variabel Kecukupan Modal (CAR), Aset
Tidak Produktif (NPL), Efisiensi (BOPO) dan Likuiditas (LDR) masing-masing
nilai adalah 0, maka profitabilitas bank sebesar Rp 4.642,857 miliar
2. Koefisien regresi variabel Kecukupan Modal (CAR) = 5,340, artinya bilamana
kecukupan modal (CAR) ditingkatkan satu persen akan meningkatkan
profitabilitas bank sebesar Rp 5,340 miliar.
3. Koefisien regresi variabel Aset Tidak Produktif (NPL) = 54,567, artinya apabila
Aset Tidak Produktif (NPL) meningkat satu persen akan meningkatkan
profitabilitas bank sebesar Rp 54,567 miliar.
85
4. Koefisien regresi variabel Efisiensi (BOPO) = -42,953, artinya bilamana
efisiensi (BOPO) ditingkatkan satu persen akan menurunkan profitabilitas bank
sebesar Rp 42,953 miliar.
5. Koefisien regresi variabel Likuiditas (LDR) = -11,431, artinya bilamana
likuiditas (LDR) ditingkatkan satu satuan akan menurunkan profitabilitas bank
sebesar Rp 11,431miliar.
Hasil Koefisien Determinasi (KD) yaitu R2 x 100% = 0,261 x 100% = 26,1%.
Artinya kontribusi persentase besarnya pengaruh kecukupan modal, aset tidak
produktif, efisiensi dan likuditas terhadap profitabilitas bank adalah sebesar 26,1%.
Ini berarti 26,1% yang mempengaruhi variabel profitabilitas industri perbankan di
Indonesia pada bank-bank berstatus perusahaan terbuka adalah kecukupan modal,
aset tidak produktif, efisiensi dan likuditas sedangkan sisanya yaitu 100% - 26,1%
= 73,9% dipengaruhi oleh variabel lainnya yang tidak termasuk dalam penelitian
ini misalnya Net Interest Margin (NIM), Return on Asset (ROA), Giro Wajib
Minumum (GWM) dan lain-lain.
Hasil F hitung menunjukkan 13,235. Sedangkan hasil F tabel (n = 155, df
pembilang = k - 1 = 5 - 1 = 4, dan df penyebut = n – k = 155 – 5 = 150) pada derajat
kepercayaan 95,0% sesuai dengan F tabel diperoleh = 2,43 maka F hitung > F tabel
yaitu 13,235 > 2,43. Sedangkan dilihat dari nilai probabilitasnya atau nilai
signifikan (sig.) sebesar 0,000, maka nilai sig. < taraf signifikansi 0,05 yaitu 0,000
< 0,05. Hal tersebut mengartikan bahwa pengaruh kecukupan modal, aset tidak
produktif, efisiensi dan likuditas adalah signifikan terhadap profitabilitas industri
perbankan di Indonesia pada bank-bank berstatus perusahaan terbuka.
86
Hasil uji signifikansi individual dengan menggunakan uji t dapat dijelaskan
sebagai berikut :
1. Variabel Kecukupan Modal (CAR)
Berdasarkan hasil uji t diperoleh nilai t hitung sebesar 0,300 dengan t tabel untuk
n – k = 155 - 5 = 150 diperoleh nilai t tabel sebesar 1,960 sehingga t hitung < t
tabel yaitu 0,300 < 1,960. Sedangkan dilihat dari nilai probabilitasnya atau nilai
signifikan (sig.) sebesar 0,764, maka nilai sig. > taraf signifikansi 0,05 yaitu
0,732 > 0,05. Hal tersebut mengartikan bahwa pengaruh kecukupan modal
adalah tidak signifikan terhadap profitabilitas industri perbankan di Indonesia
pada bank-bank berstatus perusahaan terbuka.
2. Variabel Aset Tidak Produktif (NPL)
Berdasarkan hasil uji t diperoleh nilai t hitung sebesar 2,584 dengan t tabel untuk
n – k = 155 - 5 = 150 diperoleh nilai t tabel sebesar 1,960 sehingga t hitung > t
tabel yaitu 2,584 > 1,960. Sedangkan dilihat dari nilai probabilitasnya atau nilai
signifikan (sig.) sebesar 0,011, maka nilai sig. < taraf signifikansi 0,05 yaitu
0,011 < 0,05. Hal tersebut mengartikan bahwa pengaruh aset tidak produktif
adalah signifikan terhadap profitabilitas industri perbankan di Indonesia pada
bank-bank berstatus perusahaan terbuka.
3. Variabel Efisiensi (BOPO)
Berdasarkan hasil uji t diperoleh nilai t hitung sebesar -6,867 dengan t tabel
untuk n – k = 155 - 5 = 150 diperoleh nilai t tabel sebesar 1,960 sehingga t hitung
> t tabel yaitu -6,867 > 1,960. Sedangkan dilihat dari nilai probabilitasnya atau
nilai signifikan (sig.) sebesar 0,000, maka nilai sig. < taraf signifikansi 0,05 yaitu
87
0,000 < 0,05. Hal tersebut mengartikan bahwa pengaruh efisiensi adalah
signifikan terhadap profitabilitas industri perbankan di Indonesia pada bankbank berstatus perusahaan terbuka.
4. Variabel Likuiditas (LDR)
Berdasarkan hasil uji t diperoleh nilai t hitung sebesar -1,738 dengan t tabel
untuk n – k = 155 - 5 = 150 diperoleh nilai t tabel sebesar 1,960 sehingga t hitung
< t tabel yaitu -1,738 < 1,960. Sedangkan dilihat dari nilai probabilitasnya atau
nilai signifikan (sig.) sebesar 0,084, maka nilai sig. > taraf signifikansi 0,05 yaitu
0,084 > 0,05. Hal tersebut mengartikan bahwa pengaruh likuiditas adalah tidak
signifikan terhadap profitabilitas industri perbankan di Indonesia pada bankbank berstatus perusahaan terbuka.
5.2. Pembahasan
Pembahasan dalam penelitian ini dapat dijelaskan sebagai berikut :
1.
Pengaruh kecukupan modal, aset tidak produktif, efisiensi dan likuiditas
terhadap profitabilitas industri perbankan di Indonesia pada bank-bank
berstatus perusahaan terbuka adalah signifikan. Hasil penelitian tersebut
sesuai dengan pernyataan yang dikemukakan oleh Margaretha (2014 ; 17),
bahwa profitability ratio menunjukkan pengaruh gabungan dari likuiditas,
pengelolaan aktiva dan pengelolaan utang terhadap hasil operasi (laba). Hasil
penelitian tersebut juga memperkuat hasil penelitian Rahman (2009) yang
menunjukkan bahwa variabel CAR, LDR, BOPO dan NPL secara bersama-
88
sama berpengaruh signifikan terhadap variabel laba bank non devisa di
Indonesia.
2.
Pengaruh kecukupan modal terhadap profitabilitas industri perbankan di
Indonesia pada bank-bank berstatus perusahaan terbuka adalah positif dan
tidak signifikan. Hasil penelitian tersebut sesuai dengan pendapat Kuncoro
dan Suhardjono (2002 ; 56), yang menyatakan bahwa semakin tinggi CAR
yang dicapai oleh bank menunjukkan keuntungan bank semakin meningkat,
sehingga CAR berpengaruh positif terhadap laba. Hasil penelitian ini sejalan
dengan hasil penelitian Brock dan Suarez (2000) yang menyimpulkan bahwa
CAR berpengaruh tidak signifikan terhadap laba pada bank-bank di
Argentina, Chilli dan Peru. Hasil penelitian ini juga sejalan dengan penelitian
yang dilakukan Ariyanti (2010) yang menyimpulkan bahwa secara parsial
variabel CAR tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel perubahan laba.
Namun demikian, hasil penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian yang
dilakukan oleh Triono (2007), Rahman (2009), Okafor, et. al. (2010),
Olalekan and Adeyinka (2013), Ezike and Oke (2013), Aini (2013), Ozili
(2015) dan Arman, dkk (2015) yang menemukan pengaruh positif dan
signifikan antara kecukupan modal (Capital Adequacy Ratio/CAR) dan
profitabilitas bank.
3.
Pengaruh aset tidak produktif terhadap profitabilitas industri perbankan di
Indonesia pada bank-bank berstatus perusahaan terbuka adalah positif dan
signifikan. Hasil penelitian tersebut bertentangan dengan pendapat Siamat
(2005 ; 349) yang menyatakan bahwa penyaluran kredit memberikan spread
89
atau net margin yang pasti sehingga besarnya pendapatan dapat diperkirakan.
NPL menunjukkan kemampuan manajemen bank dalam mengelola kredit
bermasalah yang diberikan oleh bank. Semakin tinggi NPL mengakibatkan
semakin tinggi tunggakan bunga kredit yang berpotensi menurunkan
pendapatan bunga serta menurunkan laba.
Berdasarkan uji statistik hasil penelitian ini bertentangan dengan hipotesis
yang diajukan yaitu NPL berpengaruh positif terhadap profit. Hal tersebut
dapat dijelaskan bahwa walaupun NPL naik karena kewajiban bunga dari
debitur sebagian belum terbayar, profit bank tetap dapat meningkat, jika total
kredit yang diberikan juga naik, sehingga pendapatan bunga pinjaman yang
belum terbayar, dapat tertutup oleh kenaikan bunga pinjaman akibat realisasi
pinjaman baru. Selain itu adanya trend kenaikan suku bunga kredit yang tidak
diimbangi kenaikan suku bunga simpanan yang proporsional, sehingga
pendapatan bunga pinjaman meningkat lebih tinggi jika dibanding dengan
biaya bunga simpanan. Selain itu peningkatan pendapatan diluar bunga atau
fee base income yang mampu menutup penurunan pendapatan bunga karena
NPL. Adanya pendapatan dari angsuran pinjaman yang telah hapus buku atau
NPL lama, maupun adanya pendapatan dari Pencadangan Penghapusan
Aktiva Produktif (PPAP) dari NPL yang membaik kembali kualitasnya.
Berdasarkan hasil penelitian yang relevan maka hasil penelitian ini
menunjukkan perbedaan dengan hasil penelitian Uwuigbe, et. al. (2015) yang
menyimpulkan bahwa Non Performing Loan berpengaruh negatif signifikan
terhadap laba setelah pajak bank-bank yang terdaftar di Nigeria. Demikian
90
pula penelitian Chisti (2012) yang menunjukkan bahwa non-performing
assets dengan profitabilitas berhubungan negatif pada industri perbankan di
India. Namun demikian berdasarkan signifikansinya, hasil penelitian ini
sejalan dengan penelitian yang dilakukan Swamy (2013) dan Lata (2014),
Asantey and Tengey (2014) yang menyimpulkan bahwa terdapat pengaruh
yang signifikan NPL terhadap profitabilitas bank.
4.
Pengaruh efisiensi terhadap profitabilitas industri perbankan di Indonesia
pada bank-bank berstatus perusahaan terbuka adalah negatif dan signifikan.
Hasil penelitian tersebut senada dengan pendapat Dendawijaya (2005 ; 120)
yang menyatakan semakin kecil BOPO menunjukkan semakin efisien bank
dalam menjalankan aktivitas usahanya atau dengan kata lain semakin tinggi
rasio BOPO maka kemungkinan bank dalam kondisi bermasalah semakin
besar. Hasil penelitian ini juga mendukung dan sejalan dengan penelitian
yang dilakukan Rahman (2009), Dewanti (2009), Aini (2013), Wanto (2014)
dan Purnamasari (2012) yang menyimpulkan bahwa BOPO berpengaruh
negatif dan signifikan terhadap laba.
5.
Pengaruh likuiditas terhadap profitabilitas industri perbankan di Indonesia
pada bank-bank berstatus perusahaan terbuka adalah negatif dan tidak
signifikan. Hasil penelitian tersebut bertentangan dengan pendapat Kasmir
(2014 ; 225) yang menyatakan bahwa LDR mencerminkan kemampuan bank
dalam menyalurkan dana pihak ketiga pada kredit atau sejenis kredit untuk
menghasilkan atau meningkatkan pendapatan atau laba. Hasil penelitian ini
juga berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Ariyanti (2010) Utami
91
(2013) dan Purnamasari (2012) yang menunjukkan bahwa LDR memiliki
pengaruh positif dan signifikan terhadap laba perusahaan perbankan. Namun,
penelitian ini sependapat dengan hasil penelitian Artwienda (2009), Dewanti
(2009) dan Aini (2013) yang menyimpulkan bahwa LDR tidak berpengaruh
signifikan terhadap laba bank.
Download