PENDIDIKAN MELALUI KETELADANAN: SOLUSI

advertisement
PENDIDIKAN MELALUI KETELADANAN:
SOLUSI MENGURANGI TAWURAN PELAJAR
TAMRIN
(Widyaiswara Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan Propinsi Sulawesi Selatan)
Tawuran antara pelajar sering terjadi,
terutama di kota-kota besar, hanya dengan
persoalan
sepele.
Mereka
ramai-ramai
melakukan perkelahian massal. Kondisi seperti
ini
mereka
anggap
soal
biasa-biasa
saja,
padahal sesungguhnya sangat berbahaya dan
berpengaruh negatif terhadap pertumbuhan dan
perkembangan fisik dan psikis pelajar. Untuk mengurangi kejadian tersebut, pihak
pendidik harus tampil prima dalam mendidik dengan menunjukkan karakter dan akhlak
mulia yang patut diteladani oleh semua peserta didik.
Keteladanan dalam pendidikan merupakan
metode influentif yang paling
meyakinkan keberhasilannya dalam mempersiapkan dan membentuk peserta didik
berkrakter dan berakhlak mulia. Hal tersebut menjadi modal dasar untuk menata
hidupnya di masa datang.
Di Indonesia dikenal beberapa jalur pendidikan yang memungkinkan para
penyelenggara dapat memberikan keteladanan yang dapat ditiru oleh peserta didik
sehingga tumbuh menjadi orang dewasa berkarakter dan berakhlak mulia. Kondisi
itulah yang diharapkan.
Dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 tahun 2003,
dinyatakan bahwa satuan pendidikan adalah kelompok layanan pendidikan yang
menyelenggarakan pendidikan pada jalur formal, nonformal, dan informal pada setiap
Artikel EBuletin LPMP Sulsel . ISSN. 2355-3189. 01 Oktober 2014
http://www.lpmpsulsel.net/v2/index.php?option=com_content&view=article&id=288:solusimengurangi-tawuran-pelajar&catid=42:ebuletin&Itemid=215
1
jenjang dan jenis pendidikan (Bab 1, pasal 1, ayat 10). Pendidikan formal adalah jalur
pendidikan yang terstruktur dan berjenjang yang terdiri atas pendidikan dasar,
pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi. Pendidikan nonformal adalah jalur
pendidikan di luar pendidikan formal yang dapat dilaksanakan secara terstruktur dan
berjenjang, sedang pendidikan informal adalah jalur pendidikan keluarga dan
lingkungan.
Pada jalur pendidikan formal, ada dua unsur dominan yang dapat memberikan
keteladanan kepada peserta didik, yaitu unsur pendidik dan tenaga kependidikan.
Pendidik
merupakan
melaksanakan
proses
tenaga
profesional
pembelajaran,
yang
menilai
bertugas
hasil
merencanakan
pembelajaran,
dan
melakukan
pembimbingan dan pelatihan serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada
masyarakat. Tenaga kependidikan (karyawan-karyawati yang bukan guru) bertugas
melaksanakan administrasi, pengelolaan, pengembangan, pengawasan dan pelayanan
teknis untuk menunjang proses pendidikan pada satuan pendidikan.
Dalam melaksanakan tugasnya, pendidik dan tenaga kependidikan berkewajiban
memberi keteladanan kepada peserta didik. Keteladanan itu diwujudkan melalui
perilaku terbaik dalam pandangan peserta didik, yang akan ditiru, digugu, dipanuti
dalam tindak-tanduknya, tata santunnya, disadari atau tidak. Bahkan, tercetak dalam
jiwa dan perasaan pendidik, baik dalam ucapan maupun perbuatan.
Keteladanan menjadi faktor yang penting dalam hal baik buruknya karakter dan
akhlak seorang peserta didik. Jika pendidik jujur, dapat dipercaya, berakhlak mulia,
berani dan menjauhkan diri dari perbuatan yang tercela dan bertentangan dengan
norma agama. Hal yang demikian dapat ditiru oleh peserta didik sehingga tumbuh
akhlak mulia, dan menjauhkan diri dari perbuatan yang bertentangan dengan norma
agama.
Jika pendidik sering menampilkan perbuatan yang tercela, seperti berbohong,
berkata kasar, khianat, durhaka, kikir, sombong, tidak menghargai pendapat orang lain,
menganggap dirinya yang paling benar, maka peserta didik juga akan tumbuh dalam
kebohongan, suka berkata kasar, khianat, durhaka, kikir, sombong, tidak menghargai
Artikel EBuletin LPMP Sulsel . ISSN. 2355-3189. 01 Oktober 2014
http://www.lpmpsulsel.net/v2/index.php?option=com_content&view=article&id=288:solusimengurangi-tawuran-pelajar&catid=42:ebuletin&Itemid=215
2
pendapat orang lain dan menganggap dirinya yang paling benar. Oleh karena itu, para
pendidik benar-benar mampu memberi teladan yang dapat dipanuti, dan ditiru oleh
peserta didik dalam berinteraksi dengan sesamanya. Betapa pun besarnya usaha yang
dipersiapkan oleh pendidik untuk kebaikan, bagaimanapun suci beningnya fitrah,
peserta didik tidak akan mampu memenuhi prinsip kebaikan, manakala ia tidak pernah
melihat sang pendidik menunjukkan keteladanannya dalam berbuat baik.
Bagaimana seorang pendidik harus menampilkan perilaku yang bisa diteladani
oleh peserta didiknya?. Ini sangat sederhana, pendidik harus mampu, antara lain:
ketauladanan berbuat jujur, ketauladanan menunjukkan kecerdasannya, ketauladanan
disiplin menjalankan tugas, ketauladanan akhlak mulia, dan keteguhan memegang
prinsip.
Keteladanan
berbuat
jujur.
Kejujuran
adalah
sumber
kebenaran
yang
memberikan tempat kedudukan yang mulia di masyarakat dan dapat ditauladani oleh
peserta didik dimanapun pendidik itu berada, tetapi sebaliknya, manakala pendidik
sering berbuat tidak jujur, pandai berbohong, tidak satu kata dengan perbuatan, maka
sesungguhnya pendidik itu menjadi sumber bencana yang sangat dahsyat dan
menghancurkan kehidupan masa depan peserta didik.
Ketauladanan menunjukkan kecerdasannya. Bagaimana seorang pendidik
memperkaya dirinya dengan ilmu pengetahuan dan teknologi, sehingga mampu
mengatasi masalah kesulitan belajar peserta didiknya. Sekarang ini banyak
bermunculan hujatan terhadap para pendidik, baik disampaikan melalui media
elektronik, media cetak maupun disampaikan secara langsung melalui forum diskusi,
seminar dan forum-forum lainnya oleh para pakar, kalangan pemerhati pendidikan dan
masyarakat pada umumnya, bahwa kondisi kecerdasan pendidik kita dibandingkan
dengan pendidik di Negara lain dianggap masih rendah. Hal semacam inilah membuat
peserta didik menjadi ragu terhadap kemampuan dan kebenaran ilmu yang
disampaikan oleh pendidiknya.
Ketauladanan disiplin menjalankan tugas, menjadi suatu kewajiban bagi pendidik
untuk disiplin menjalankan tugasnya tidak hanya dalam proses pembelajarannya, tetapi
Artikel EBuletin LPMP Sulsel . ISSN. 2355-3189. 01 Oktober 2014
http://www.lpmpsulsel.net/v2/index.php?option=com_content&view=article&id=288:solusimengurangi-tawuran-pelajar&catid=42:ebuletin&Itemid=215
3
lebih dari itu, bagaimana pendidik merancang kegiatan pembelajarannya sehingga
inklud pembinaan karakter didalamnya, yang pada gilirannya akan menghasilkan
peserta didik yang berkarakter mulia.
Ketauladanan akhlak mulia, sangatlah naib jika pendidik tidak mampu
menunjukkan perilaku yang baik dan patut dipanuti oleh peserta didik. Berbagai
tindakan baik yang bisa ditunjukan oleh pendidik, yaitu bermurah hati, rendah hati,
sopan dan santun dalam bertutur kata dan berbuat, sabar, bertanggungjawab, adil,
dermawan, berani, patuh dan taat menjalakan ibadah sesuai keyakinannya, selalu
menghargai orang lain, senang membantu orang lain yang memerlukannya, senang
bekerjasama dengan orang lain, selalu berusaha menghindari perbuatan yang dapat
merugikan orang lain.
Keteladanan keteguhan memegang prinsip. Salah satu sikap ilmiah yang patut
ditauladani oleh peserta didik adalah keteguhan memegang prinsip. Prinsip adalah asas
kebenaran yang menjadi pokok dasar berpikir dan bertindak, sehingga tidak mudah
diombang-ambingkan oleh situasi dan kondisi negatif yang dapat memengaruhi pikiran
dan tindakan peserta didik.
Pada jalur pendidikan nonformal, biasanya dilaksanakan oleh sekelompok
masyarakat yang memiliki kemampuan professional pada bidang pengetahuan dan
keterampilan tertentu. Fungsinya adalah mengembangkan potensi peserta didik dengan
penekanan pada penguasaan pengetahuan dan keterampilan fungsional serta
pengembangan sikap dan kepribadian professional. Satuan pendidikan nontormal terdiri
atas lembaga kursus, lembaga pelatihan, kelompok belajar, pusat kegiatan belajar
masyarakat, dan majelis taklim, serta satuan pendidikan yang sejenis, (UU. Sisdiknas
No. 20 TH. 2003).
Khusus untuk lembaga kursus dan pelatihan diselenggarakan bagi masyarakat
yang memerlukan bekal pengetahuan, keterampilan, kecakapan hidup, dan sikap untuk
mengembangkan diri, mengembangkan profesi, bekerja, usaha mandiri, dan atau
melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Bagaimana dengan tenaga
pendidiknya? Dapatkah menunjukkan keteladanan yang bisa digugu, ditiru, dipanuti dan
diteladani oleh peserta didik?
Artikel EBuletin LPMP Sulsel . ISSN. 2355-3189. 01 Oktober 2014
http://www.lpmpsulsel.net/v2/index.php?option=com_content&view=article&id=288:solusimengurangi-tawuran-pelajar&catid=42:ebuletin&Itemid=215
4
Biasanya pada lembaga kursus dan pelatihan terfokus pada penguasaan dan
pencapaian pengetahuan dan keterampilan saja, yang ditonjolkan oleh pendidik adalah
sikap ilmiah, bagaimana peserta didik dapat menguasai pengetahuan dan keterampilan
yang diajarkan. Target itulah yang ingin dicapai sesuai dengan tuntutan kurikulumnya.
Berbeda dengan pendidikan formal, bahwa tuntutan kurikulumnya harus termuat
jenis karakter (perilaku) yang ingin dicapai dalam setiap standar kompetensi pada
semua mata pelajaran. Ini mengindikasikan bahwa pendidikan nonformal tidak spesifik
mengisyaratkan adanya tuntutan jenis karakter yang ingin dicapai pada setiap mata
pelajaran. Akan tetapi, dengan adanya tuntutan sikap ilmiah, maka tercapailah
sebahagian karakter (perilaku) sebagaimana tuntutan kurikulum pada pendidikan
formal. Sikap ilmiah inilah yang dapat dipanuti, digugu dan ditiru oleh peserta didik
pada pendidikan nonformal.
Pendidikan informal dilakukan oleh keluarga dan lingkungan berbentuk kegiatan
belajar secara mandiri. Belajar secara mandiri ini dibawah pengawasan dan tanggung
jawab lingkungan keluarga. Berbagai jenis bentuk pendidikan yang bisa diberikan
kepada peserta didik di rumah oleh orang tuanya, terutama pendidikan moral, budi
pekerti, perilaku, akhlak mulia, tatakrama bergaul, dan lain-lain.
Pendidik yang pertama memberikan pengetahuan dan pengalaman hidup pada
peserta didik adalah orang tua pesera didik, merekalah yang banyak memberikan
pengetahuan dan pengalaman hidup dengan berbuat dan mencontohkan berbagai
karakter, seperti berperilaku sopan santun dalam bertutur kata kepada orang lain,
menghargai yang lebih tua, rendah hati, sabar, dermawan, bertanggungjawab, taat
beribadah, senang membantu orang lain, selalu berusaha menghindari perbuatan yang
dapat merugikan orang lain, berani. Karakter tersebut semuanya dapat diteladani oleh
peserta, sehingga dalam dirinya terbentuk akhlak mulia yang menjadi panduan
hidupnya dalam bermasyarakat dan bernegara di bawah lindungan Allah Rabbul
Alamien.
DAFTAR BACAAN:
1.
Abdullah Nashih Ulwan: Pedoman Pendidikan anak dalam
Islam (Terjmahan).
2.
Departemen Pendidikan Nasional: Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Tahun 2003.
3.
Muhammad Abdullah Duraz: Maba’ul-‘Ilmi’l-Akhlaq.
Artikel EBuletin LPMP Sulsel . ISSN. 2355-3189. 01 Oktober 2014
http://www.lpmpsulsel.net/v2/index.php?option=com_content&view=article&id=288:solusimengurangi-tawuran-pelajar&catid=42:ebuletin&Itemid=215
5
Download