PENDAHULUAN Latar Belakang Kondisi lingkungan dapat tercemar akibat terbuangnya sejumlah polutan berbahaya. Logam berat adalah salah satu polutan yang merupakan ancaman potensial untuk kualitas air, tanah, tanaman, hewan dan kesehatan manusia. Sebagai unsur, logam berat tidak dapat dihancurkan secara kimia. Adanya unsur logam seperti timbal (Pb), kadmium (Cd), arsen (As), merkuri (Hg), dan kromium (Cr), bahkan pada konsentrasi sangat rendah (<2 ppb) tidak diinginkan karena toksisitasnya (Senthilkumar & Saraswathi, 2009). Menurut Hamidpour (2010) timbal (Pb) bersama-sama dengan kadmium (Cd) dan merkuri (Hg) merupakan kelompok “tiga besar” logam berat yang mempunyai potensial berbahaya bagi manusia dan lingkungan. Timbal (Pb) merupakan salah satu logam berat yang biasa menjadi salah satu kontaminan dalam limbah cair dari industri. Industri yang berpotensi sebagai sumber pencemaran Pb adalah semua industri yang memakai Pb sebagai bahan baku maupun bahan tambahan, misalnya: industri pengecoran, industri baterai, industri bahan bakar, industri kabel, dan industri kimia yang menggunakan bahan pewarna. Keracunan Pb dapat menyebabkan gangnguan kesehatan seperti gangguan fungsi hati, ginjal, keterlambatan perkembangan mental, kemandulan dan gangguan sistem syaraf (Gunay et al. 2007). Menurut Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 907 tahun 2002 tentang syarat-syarat dan pengawasan air minum, bahwa persyaratan kualitas air minum, kadar ion Pb maksimum yang diperbolehkan adalah 0.01 mg/L. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 51 tahun 1995 tentang baku mutu limbah cair bagi kegiatan industri, kadar maksimum ion Pb dalam limbah cair adalah 0.1 mg/L dan beban pencemaran maksimum 0.002 g/ton. WHO (2004) mensyaratkan batas maksimum ion Pb dalam air minun 0.010 mg/L. Berbagai metode telah dikembangkan untuk mengurangi keberadaan polutan logam berat, misalnya dengan pengendapan, ekstraksi padat, pertukaran ion, penguapan, proses membran, osmosis balik dan adsorpsi. Di antara teknikteknik tersebut, adsorpsi merupakan teknik yang sederhana dan efektif 2 (Wingenfelder et al. 2005; Wang et al. 2008). Proses adsorpsi melibatkan adanya adsorben yang mengikat molekul oleh gaya tarik-menarik antarmolekul, pertukaran ion, dan ikatan kimia. Menurut Wang & Peng (2010) keberhasilan teknik ini sebagian besar tergantung pada pengembangan adsorben yang efisien. Adsorben yang digunakan harus memenuhi kriteria yang dibutuhkan, diantaranya mempunyai daya serap yang besar terhadap solut, zat padat yang mempunyai luas permukaan yang besar, tidak larut dalam zat cair yang akan diadsorpsi, tidak beracun dan mudah didapat serta, memiliki harga yang relatif murah. Karbon aktif, mineral lempung, zeolit, biomaterial, dan beberapa limbah padat industri telah banyak digunakan sebagai adsorben untuk adsorpsi ion dan nonionik dalam pengolahan air limbah. Zeolit alam merupakan mineral aluminosilikat terhidrasi dengan struktur berpori dengan sifat fisiko kimia yang penting, misalnya tukar kation, penyaring molekul, katalisis, dan adsorpsi. Zeolit alam tanpa modifikasi dan termodifikasi telah dilaporkan untuk adsorpsi senyawa anion dan organik dari sistem air (Wang & Peng, 2010). Meskipun telah banyak dilakukan penelitian tentang adsorpsi Pb(II) dari larutan air menggunakan zeolit alam, tetapi setiap zeolit yang berbeda asalnya memerlukan penelitian tersendiri (Buasri et al. 2008). Buasri et al. (2008) melaporkan penggunaan zeolit jenis klinoptilolit untuk penghilangan Pb(II) dengan percobaan adsorpsi secara tumpak. Kapasitas adsorpsi yang didapatkan sebesar 53.73 mg/g pada suhu 70°C dan isoterm adsorpsi mengikuti model isoterm Langmuir. Wang & Ariyanto (2007) juga melaporkan penggunaan zeolit alam jenis klinoptilolit sebagai adsorben Pb(II). Untuk sistem tunggal, adsorpsi ion Pb mengikuti model isoterm Freundlich, kinetika orde pertama semu dan kapasitas adsorpsi sebesar 21.74 mg/g. Adsorpsi Pb(II) dengan klinoptilolit yang dimodifikasi dengan HCl telah dilakukan oleh Sprynskyy et al. (2006) dengan hasil kapasitas adsorpsi 27.70 mg/g. Isoterm adsorpsi mengikuti model Freundlich dan kinetika orde kedua semu. Pengubahan klinoptilolit alam ke dalam bentuk Na-klinoptilolit dapat meningkatkan kapasitas adsorpsi terhadap Pb(II) telah dilakukan oleh Gunay et al. (2007) dan Bektas & Kara (2004). Kapasitas adsorpsi dilaporkan berturut-turut sebesar 122.40 mg/g dan 166.00 mg/g. Model isoterm adsorpsi dilaporkan mengikuti model Langmuir, sedangkan untuk kinetika adsorpsi berturut-turut 3 mengikuti orde pertama semu dan kedua semu. Gunay et al. (2007) juga melaporkan parameter termodinamika ΔG0 = -8.89 kJ/mol yang menunjukkan bahwa adsorpsi Pb(II) terjadi secara spontan. Hernandez-Beltran et al. (2008) melaporkan stabilitas dan kapasitas tukar kation (KTK) dari klinoptilolit asal Meksiko yang dimodifikasi dengan larutan asam fosfat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pH larutan fosfat mempengaruhi stabilitas dan KTK dari klinoptilolit. Pada pH 4-6, perubahan kristalinitas tidak teramati dan terjadi kenaikan KTK dari 1.10 menjadi 1.26 mek/g. Panneerselvam et al. (2008) memodifikasi zeolit-Y dengan asam fosfat untuk menjerap ion Cu2+ dari larutan air, dan diperoleh bahwa kapasitas adsorpsinya meningkat 67% dibanding dengan zeolit tanpa modifikasi. Efek pH, waktu kontak, model kinetika, isoterm adsorpsi dan parameter termodinamika juga dilaporkan. Penyerapan Cu2+ mengikuti model kinetika orde dua semu, isoterm Langmuir dan dari parameter termodinamika diketahui bahwa proses berjalan secara spontan. Pada penelitian ini, zeolit alam asal Sukabumi dan Lampung dimodifikasi dengan asam fosfat dan diubah dalam bentuk Na-zeolit dengan larutan NaHCO3. Karakterisasi zeolit termodifikasi dilakukan dengan XRD (X-ray Diffraction), SEM-EDS (Scanning Electron Microscopy-Energy Dispersive Spectroscopy), metode BET (Brunauer-Emmett-Teller) untuk menentukan luas permukaan dan penentuan KTK (kapasitas tukar kation) dengan metode ammonium asetat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa modifikasi asam fosfat dapat meningkatkan KTK zeolit alam asal Sukabumi dan Lampung. Zeolit alam hasil modifikasi diaplikasikan untuk adsorpsi Pb(II) dalam larutan berair. Adsorpi Pb(II) dengan zeolit termodifikasi tidak terlalu dipengaruhi oleh faktor pH, waktu dan suhu yang ditunjukkan oleh kapasitas adsorpsinya yang tidak berubah secara signifikan dengan adanya faktor tersebut. Proses adsorpsi Pb(II) dengan zeolit termodifikasi mengikuti model kinetika orde kedua semu, isoterm Langmuir sehingga proses adsorpsi cenderung terjadi secara kimia, spontan di lingkungan dan bersifat eksotermis. 4 Perumusan Masalah Zeolit alam termodifikasi asam fosfat berpotensi sebagai adsorben Pb(II) dalam media berair. Hal ini diduga disebabkan adanya gugus fosfat yang mampu mengikat Pb(II) melalui proses adsorpsi dalam media berair. Hingga saat ini studi dinamika yang meliputi kinetika dan ekuilibrium adsorpsi Pb(II) dalam media berair dengan zeolit termodifikasi asam fosfat belum pernah dilakukan. Oleh karena itu, pada penelitian ini telah dilakukan modifikasi zeolit alam asal Sukabumi dan Lampung dengan asam fosfat. Zeolit hasil modifikasi diaplikasikan untuk adsorpsi Pb(II) dalam media air serta dipelajari karakteristik adsorpsimya. Tujuan Penelitian ini bertujuan memodifikasi zeolit asal Lampung dan Sukabumi dengan asam fosfat untuk meningkatkan kapasitas tukar kation. Selain itu, untuk mempelajari karakteristik adsorpsi kedua zeolit tersebut terhadap ion Pb(II). Manfaat Dari penelitian ini diharapkan dapat diketahui seberapa besar potensi zeolit alam asal Lampung dan Sukabumi termodifikasi asam fosfat dalam menjerap ion logam Pb (II) sehingga dapat mengurangi potensi pencemaran lingkungan akibat limbah logam berat. Hipotesis 1. Zeolit alam termodifikasi asam fosfat mempunyai kapasitas tukar kation tinggi dibandingkan yang tanpa dimodifikasi. 2. Zeolit asal Lampung merupakan jenis klinoptilolit dan asal Sukabumi merupakan jenis mordenit yang masing-masing mempunyai struktur dan komposisi kimia yang berbeda sehingga karakteristik adsorpsi terhadap Pb(II) akan berbeda.