prevalensi kanker serviks pasien rawat inap rsu kabupaten

advertisement
PREVALENSI KANKER SERVIKS PASIEN RAWAT
INAP RSU KABUPATEN TANGERANG PADA BULAN
JANUARI 2008 - DESEMBER 2009
Laporan Penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar SARJANA KEDOKTERAN
OLEH :
RANI BUDIWIDYANINGRUM
NIM 107103001570
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1431 H/ 2010 M
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Laporan penelitian ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan
untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya
cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan karya asli saya atau
merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia
menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Ciputat, 6 Oktober 2010
Rani Budiwidyaningrum
ii
PREVALENSI KANKER SERVIKS PASIEN RAWAT INAP RSU
KABUPATEN TANGERANG PADA BULAN JANUARI 2008 DESEMBER 2009
Laporan Penelitian
Diajukan kepada Program Studi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran dan
Ilmu Kesehatan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana
Kedokteran (S.Ked)
Oleh
Rani Budiwidyaningrum
NIM: 107103001570
Pembimbing 1
Pembimbing 2
drg. Laifa Annisa Hendarmin, Ph.D
dr. Muniroh
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1431 H/2010 M
iii
PENGESAHAN PANITIA UJIAN
Laporan Penelitian berjudul PREVALENSI KANKER SERVIKS PASIEN
RAWAT INAP RSU KABUPATEN TANGERANG PADA BULAN
JANUARI 2008-DESEMBER 2009 yang diajukan oleh Rani Budiwidyaningrum
(NIM: 107103001570), telah diujikan dalam sidang di Fakultas Kedokteran dan
Ilmu Kesehatan pada 6 Oktober 2010. Laporan penelitian ini telah diterima
sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran (S. Ked) pada
Program Studi Pendidikan Dokter.
Jakarta, 6 Oktober 2010
DEWAN PENGUJI
Pembimbing 1
Penguji
drg. Laifa Annisa Hendarmin, Ph.D
dr. Bisatyo Mardjikoen, SpOT
PIMPINAN FAKULTAS
Dekan FKIK UIN
Kaprodi PSPD FKIK UIN
Prof. Dr. MK. Tadjudin, SpAnd
DR. Syarief Hasan Lutfie, SpRM
iv
KATA PENGANTAR
Segala puji saya panjatkan hanya kepada Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat kasih sayang, kenikmatan, dan kemudahan yang begitu
besar. Shalawat dan salam semoga selalu tercurahkan kepada junjungan kita Nabi
Muhammad SAW, dengan kasih sayangnya terhadap hamba Allah juga makhluk
lainnya yang tiada pernah pudar. Atas nikmat-Nya dan karunia-Nya Yang Maha
Besar sehingga peneliti dapat menyelesaikan penelitian yang berjudul Prevalensi
Kanker Serviks Pasien Rawat Inap RSU Kabupaten Tangerang pada Bulan
Januari 2008-Desember 2009
Saya menyadari bahwa, tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak,
sulit bagi saya untuk menyelesaikan penelitian ini. Oleh karena itu, saya ingin
mengucapkan terima kasih kepada pihak yang membantu dan memberikan
bimbingan dalam penyusunan penelitian ini. Ucapan terima kasih dan
penghargaan, saya sampaikan kepada:
1. Prof. Dr.dr. MK. Tadjudin, SpAnd selaku Dekan Fakultas Kedokteran dan
Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan DR. Syarief Hasan
Lutfie, SpRM selaku Ketua Program Studi Pendidikan Dokter FKIK UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta
2. drg. Laifa Annisa Hendarmin, Ph.D dan dr. Muniroh selaku dosen
pembimbing yang telah banyak menyediakan waktu, tenaga dan pikiran
untuk mengarahkan saya dalam melakukan penelitian ini.
3. Untuk semua dosen – dosen saya, yang telah membimbing saya selama
menjalani masa pendidikan di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan,
rasa hormat saya atas segala yang telah mereka berikan.
4. Bapak Rohman dan semua staf bagian diklit dan rekam medik Rumah
Sakit Umum Kabupaten Tangerang yang sudah membantu saya dalam izin
pengambilan data penelitian ini.
v
5. Kedua orang tua tercinta yaitu Ayahanda H. Budi Hartono dan Ibunda Hj.
Krismurni Widyastuti, yang selalu memberikan dukungan, serta doa yang
tak pernah putus untuk penulis, terima kasih atas perhatian dan kasih
sayang yang selama ini telah diberikan. Semoga ananda dapat
membahagiakan dan membalas kebaikan kalian.
6. Kakak - kakakku tersayang, Anom Widohartono, Bagas Widyantono, dan
Sabrina Ayu Novita, yang telah memberikan keceriaan dalam hidupku
dengan canda dan tawa kalian.
7. Alwaahab Agirda sebagai sahabat, teman, kakak, sekaligus adik yang
sudah lima tahun ini selalu menemani dalam susah dan duka
8. Nurnajmi Ami yang telah membantuku dalam mengolah data ini.
9. Teman sekelompok dan seperjuangan, Arianti Arifin, Desi Nurhuda, dan
Tiara Bunga Melati Jelita
10. Sahabat senasib dan seperjuangan yang selama 2 tahun ini telah tinggal
dalam satu atap, Afifah Mayang Sari, Arianti Arifin, Septiani
Hidianingsih, dan Yutrisa Sasti Anindyarani. Terima kasih banyak atas
bantuan, semangat, motivasi dan dukungannya.
11. Terakhir, kepada semua pihak yang tidak sempat saya sebutkan satu per
satu, yang telah banyak membantu secara langsung maupun tidak langsung
dalam proses penyusunan penelitian ini.
Akhir kata, saya berharap Allah SWT berkenan membalas segala kebaikan
semua pihak yang telah membantu. Semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi
semua pihak yang mempergunakannya terutama untuk proses kemajuan
pendidikan selanjutnya.
Jakarta, 4 Oktober 2010
Rani Budiwidyaningrum
vi
ABSTRAK
Rani Budiwidyaningrum. Prevalensi Kanker Serviks Pasien Rawat Inap Rumah
Sakit Umum Kabupaten Tangerang pada bulan Januari 2008 - Desember 2009.
Penelitian, 2010
Latar Belakang. Kanker serviks memiliki peranan penting sebagai penyebab
morbiditas dan mortalitas di seluruh dunia, baik di negara maju maupun di negara
berkembang, termasuk Indonesia. Diantara tumor ganas ginekologik, kanker
serviks masih menduduki peringkat pertama di Indonesia. Kanker serviks
merupakan masalah kesehatan serius yang perlu diketahui dan diobati untuk
menurunkan prevalensi penyakit tersebut.
Tujuan. Untuk mengetahui prevalensi kanker serviks pada pasien rawat inap RSU
Kabupaten Tangerang pada bulan Januari 2008 sampai Desember 2009 serta
untuk mengetahui pola distribusi kanker serviks berdasarkan usia penderita, usia
saat pertama kali berhubungan seks, dan stadium kanker serviks berdasarkan The
International Federation of Gynecology and Obstetrics
Metode. Penelitian ini menggunakan desain penelitian cross sectional.
Hasil. Prevalensi kanker serviks pada pasien rawat inap di Rumah Sakit Umum
Kabupaten Tangerang pada bulan Januari 2008 sampai Desember 2008 sebesar
18/20.979 populasi dan pada bulan Januari 2009 sampai Desember 2009 sebesar
22/24.443 populasi. Dari 40 kasus, sebanyak 67,5% diantaranya berada pada
stadium IIIb saat terdiagnosis. Kasus kanker serviks terbanyak berada pada
kelompok usia kurang dari 45 tahun, yaitu sebesar 45%. Diantara 40 kasus
tersebut, 65% diantaranya mengaku melakukan hubungan seksual pertama kali
saat berusia lebih dari 17 tahun.
Kesimpulan. Terdapat peningkatan prevalensi kanker serviks di Rumah Sakit
Umum Kabupaten Tangerang dari tahun 2008 sampai 2009.
Kata Kunci : Prevalensi, Kanker Serviks.
vii
ABSTRACT
Rani Budiwidyaningrum. Prevalence of Cervical Cancer Patients Hospitalized at
RSU Kabupaten Tangerang in January 2008 - December 2009. Research, 2010
Background. Cervical cancer has an important role as causes of morbidity and
mortality worldwide, both in developed and in developing countries, including
Indonesia. Among the gynecologic malignant tumors, cervical cancer still ranks
first in Indonesia. Cervical cancer is a serious health problem that needs to be
detected and treated to reduce the prevalence of the disease.
Purposes. To determine the prevalence of cervical cancer patient hospitalized at
RSU Kabupaten Tangerang in January 2008 to December 2009 and to determine
the distribution pattern of cervical cancer based on patient age, age at first sex,
and stage of cervical cancer by The International Federation of Gynecology and
Obstetrics
Methods. This study used cross-sectional study design.
Results. Prevalence of cervical cancer patients hospitalized at RSU Kabupaten
Tangerang in January 2008 to December 2008 amounted to 18/20.979 population
and in January 2009 to December 2009 of 22/24.443 of the population. Of the 40
cases, as much as 67.5% of them are in stage IIIB at diagnosis. Most cervical
cancer cases are in the age group less than 45 years, amounting to 45%. Among
these 40 cases, 65% of them admitted having sex the first time at the age of 17
years.
Conclusion. There is an increased prevalence of cervical cancer in RSU
Kabupaten Tangerang from 2008 to 2009.
Keywords: Prevalence, Cervical Cancer.
viii
DAFTAR ISI
Halaman
Lembar Pernyataan ................................................................................................ ii
Lembar Persetujuan Pembimbing ......................................................................... iii
Lembar Pengesahan .............................................................................................. iv
KATA PENGANTAR ........................................................................................... v
ABSTRAK........................................................................................................... vii
DAFTAR ISI ........................................................................................................ ix
DAFTAR GRAFIK .............................................................................................. xi
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xii
DAFTAR TABEL .............................................................................................. xiii
DAFTAR SINGKATAN .................................................................................... xiv
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ...................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah.................................................................................. 2
1.3 Tujuan Penelitian ................................................................................... 3
1.3.1 Tujuan Umum ............................................................................... 3
1.3.2 Tujuan Khusus .............................................................................. 3
1.4 Manfaat Penelitian ................................................................................ 3
1.4.1 Bagi Masyarakat ........................................................................ 3
1.4.2 Bagi FKIK UIN Syahid Jakarta .................................................. 4
1.4.3 Bagi Peneliti ............................................................................... 4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Epidemiologi Lesi Prakanker dan Kanker Serviks .............................. 5
2.2
Histologi Serviks ................................................................................. 6
2.3
Etiologi Lesi Prakanker dan KankerServiks ........................................ 8
2.4
Faktor Resiko dan Pelindung ............................................................. 10
ix
2.5
Patogenesis Lesi Prakanker dan Kanker Serviks ............................... 13
2.6
Klasifikasi Histopatologi dan Staging ............................................... 16
2.7
Skrining Kanker Serviks .................................................................... 21
2.8
Kerangka Konsep .............................................................................. 22
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1
Desain Penelitian ............................................................................... 23
3.2
Tempat dan Waktu Penelitian............................................................ 23
3.3
Populasi dan Sampel ......................................................................... 23
3.4
Kriteria Penelitian ............................................................................. 24
3.5
Cara Kerja ......................................................................................... 24
3.6
Definisi Operasional.......................................................................... 25
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1
Prevalensi Kanker Serviks ................................................................ 27
4.2
Stadium Kanker Serviks ................................................................... 30
4.3
4.4
Gambaran Usia (tahun) .................................................... 32
Gambaran Usia Pertama Kali berhubungan Seks ............................. 34
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1
Kesimpulan ...................................................................................... 37
5.2
Saran ................................................................................................. 38
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 39
LAMPIRAN ........................................................................................................ 42
x
DAFTAR GRAFIK
Grafik 1. Prevalensi Kanker Serviks pada Pasien Rawat Inap RSU Kabupaten
Tangerang
pada
bulan
Januari
2008
sampai
Desember
2009............................................................................................................. 28
Grafik 2. Stadium Kanker Serviks pada Pasien Rawat Inap RSU Kabupaten
Tangerang
pada
bulan
Januari
2008
sampai
Desember
2009.......................................................................................................... 30
Grafik 3. Gambaran Usia (tahun) pada Pasien Kanker Serviks di RSU Kabupaten
Tangerang
Bulan
Januari
2008
sampai
Desember
2009......................................................................................................... 32
Grafik 4. Gambaran Usia (tahun) Pertama Kali berhubungan Seks pada Pasien
Kanker Serviks di RSU Kabupaten Tangerang Bulan Januari 2008 sampai
Desember 2009....…....…....…....……….…………………….……………….. 35
xi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Prevalensi Kanker Serviks di Seluruh Dunia..................................... 5
Gambar 2.2 Perkembangan Epitel Serviks ............................................................ 8
Gambar 2.3 Perubahan Sel Epitel ........................................................................ 15
Gambar 2.4 Perjalanan Alamiah Kanker Serviks ................................................ 15
Gambar 2.5 Kanker Serviks Stadium Ib .............................................................. 18
Gambar 2.6 Kanker Serviks Stadium IIa ............................................................. 18
Gambar 2.7 Kanker Serviks Stadium IIb............................................................. 19
Gambar 2.8 Kanker Serviks Stadium IIIa ........................................................... 19
Gambar 2.9 Kanker Serviks Stadium IIIb ........................................................... 20
Gambar 2.10 Kanker Serviks Stadium IVa ......................................................... 20
Gambar 2.11 Kanker Serviks Stadium IVb ......................................................... 21
Gambar 2.12 Kerangka Konsep........................................................................... 22
xii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Klasifikasi Epidemiologi Tipe HPV ...................................................... 9
xiii
DAFTAR SINGKATAN
WHO
: World Health Organization
RSU
: Rumah Sakit Umum
SSK
: Sambungan Skuamo Kolumnar
CIN
: Cervics Intraepitelial Neoplasm (Neoplasia Intraepitelial Serviks)
IVA
: Inspeksi Visual Asam Asetat
xiv
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1
LATAR BELAKANG MASALAH
Menurut Sarwono Prawirohardjo, kanker serviks atau karsinoma serviks
uteri memiliki peranan penting sebagai penyebab morbiditas dan mortalitas di
seluruh dunia, baik di negara maju maupun di negara yang sedang berkembang,
termasuk Indonesia. Diantara tumor ganas ginekologik, kanker serviks masih
menduduki peringkat pertama di Indonesia. Negara - negara di Asia Tenggara,
Asia Selatan, sub-Sahara Afrika, dan Amerika Latin tercatat sebagai negara
dengan prevalensi kanker serviks yang tinggi. (WHO, 2007)
Pada tahun 2005 didapatkan 7.6 juta orang meninggal karena kanker. Lebih
dari 70% kematian tersebut terjadi di negara dengan pendapatan menengah ke
bawah. Kanker tersering penyebab kematian wanita di dunia adalah kanker
payudara, kanker paru, kanker lambung, kanker kolorektal, dan yang tidak kalah
sering, kanker serviks. (WHO, 2010)
Kanker serviks merupakan kanker tersering kedua pada wanita di dunia.
Diperkirakan terdapat 500.000 kasus baru setiap tahunnya dengan angka kematian
mencapai 250.000 per tahun dan hampir 80% kejadian tersebut terjadi di negara
berkembang. Negara - negara di Asia Tenggara, Asia Selatan, sub-Sahara Afrika,
dan Amerika Latin tercatat sebagai negara dengan prevalensi kanker serviks yang
tinggi. (WHO, 2007, 2010)
Menurut Tim Penanggulangan Kanker Terpadu RSUPN Dr. Cipto
Mangunkusumo, pada tahun 1998 dilaporkan 39,5% penderita kanker di Rumah
Sakit Cipto Mangunkusumo adalah kanker serviks. Di negara industri maju
kanker serviks relatif lebih jarang, dibandingkan dengan kejadian kanker
payudara, paru-paru, kolon, rektum, dan prostat. (WHO, 2007)
1
2
Perbedaan prevalensi kanker serviks terjadi antara negara berkembang dan
negara maju. Perbedaan tersebut disebabkan oleh adanya skrining kanker serviks
yang telah dilaksanakan secara luas di negara maju tersebut. (Cannistre SA dan
Nillof JM, 1996) (Womack SD, Chirenje ZM, et al, 2000)
Sebagian besar wanita di negara maju telah menjalani Pap Smear paling
sedikit 1 kali dalam periode 5 tahun. Namun, tidak halnya pada negara
berkembang, hanya sebagian wanitanya yang menjalani tes tersebut. (Richart RM,
1995) (Schiffman MH dan Brinton LA, 1995)
Kanker menyerang semua orang, tua, muda, kaya, miskin, pria, wanita, dan
anak – anak. Selain itu, kanker juga memberikan penderitaan yang luar biasa baik
bagi penderita, keluarga, maupun lingkungan. Kanker adalah penyebab kematian
nomor satu di dunia, terutama di negara berkembang. (WHO, 2010)
Oleh karena itu, penulis menganggap pentingnya informasi mengenai angka
kejadian kanker serviks berdasarkan usia penderita, usia pertama kali berhubungan
seks, dan stadium kanker serviks. Dengan demikian, diharapkan pemerintah,
tenaga kesehatan, serta seluruh masyarakat terutama wanita dapat lebih termotivasi
melakukan upaya – upaya pencegahan terjadinya kanker serviks. Rumah Sakit
Umum Kabupaten Tangerang sebagai rumah sakit rujukan di Tangerang dianggap
dapat mewakili penilaian angka kejadian kanker serviks secara umum.
1.1
RUMUSAN MASALAH
Dalam penelitian ini, penulis merumuskan masalah sebagai berikut.
“Seberapa besar prevalensi kanker serviks di Rumah Sakit Umum
Kabupaten Tangerang sebagai rumah sakit rujukan dari bulan Januari 2008
sampai Desember 2009?”
3
1.3
TUJUAN PENELITIAN
1.3.1
Tujuan Umum
Untuk mengetahui prevalensi kanker serviks pada pasien rawat inap di
Rumah Sakit Umum Kabupaten Tangerang dari bulan Januari 2008 sampai
Desember 2009
1.3.2 Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui pola distribusi kanker serviks berdasarkan usia
penderita pada pasien rawat inap di Rumah Sakit Umum Kabupaten
Tangerang dari bulan Januari 2008 sampai Desember 2009
b. Untuk mengetahui pola distribusi kanker serviks berdasarkan usia
pertama kali berhubungan seks pada pasien rawat inap di Rumah Sakit
Umum Kabupaten Tangerang dari bulan Januari 2008 sampai
Desember 2009
c. Untuk mengetahui pola distribusi kanker serviks berdasarkan stadium
kanker serviks menurut The International Federation of Gynecology
and Obstetrics (FIGO) pada pasien rawat inap di Rumah Sakit Umum
Kabupaten Tangerang dari bulan Januari 2008 sampai Desember 2009
1.4.2 MANFAAT PENELITIAN
1.5.1
Untuk Masyarakat
Penelitian ini dapat menjadi sumber informasi bagi masyarakat mengenai
prevalensi kanker serviks berdasarkan usia penderita, usia pertama kali
berhubungan seks, serta diagnosis kanker serviks. Dengan demikian,
diharapkan masyarakat, terutama wanita, dapat melakukan upaya – upaya
pencegahan kanker serviks lebih dini secara mandiri.
4
1.5.2
Untuk Institusi
-
Menambah pustaka ilmiah di Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta khususnya Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan tentang prevalensi kanker serviks di Rumah Sakit Umum
Kabupaten Tangerang
-
Menjadi data dasar untuk penelitian lebih lanjut mengenai prevalensi
kanker serviks yang kian hari makin meningkat terutama di negara
berkembang seperti Indonesia
1.5.3
Untuk Peneliti
-
Menambah pengetahuan tentang masalah kesehatan masyarakat
terutama kanker serviks mengenai resiko dan pencegahannya
-
Sebagai prasyarat untuk menempuh jenjang pendidikan klinik Program
Studi Pendidikan Dokter FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA KONSEP
2.1
Epidemiologi Lesi Prakanker dan Kanker Serviks
Menurut Sarwono Prawirohardjo, kanker serviks atau karsinoma serviks
uteri memiliki peranan penting sebagai penyebab morbiditas dan mortalitas di
seluruh dunia, baik di negara maju maupun di negara yang sedang berkembang,
termasuk Indonesia. Diantara tumor ganas ginekologik, kanker serviks masih
menduduki peringkat pertama di Indonesia. Negara - negara di Asia Tenggara,
Asia Selatan, sub-Sahara Afrika, dan Amerika Latin tercatat sebagai negara
dengan prevalensi kanker serviks yang tinggi. (WHO, 2007).
1
6
Menurut Tim Penanggulangan Kanker Terpadu RSUPN Dr. Cipto
Mangunkusumo, pada tahun 1998 dilaporkan 39,5% penderita kanker di RSCM
adalah kanker serviks. Dari kanker ini, 75% hingga 90% adalah karsinoma sel
gepeng, yang umumnya berkembang dari prekursor CIN, sisanya adalah
adenokarsinoma atau variannya. Lesi sel gepeng ini timbul pada perempuan yang
semakin muda, kini dengan insidensi puncak pada usia sekitar 45 tahun. Jenis
kanker serviks yang lain adalah adenokarsinoma (20%) dan karsinoma
neuroendokrin (kurang dari 5%). (Vinay K and Ramzi S. Cotrain, 2007)
Usia penderita kanker serviks didapatkan pada rentang usia 30 sampai 60
tahun, dengan insidensi terbanyak pada rentang usia 45 sampai 50 tahun. Periode
laten dari fase prainvasif untuk menjadi invasif memakan waktu sekitar 10 tahun.
Hanya kurang dari 9% wanita berusia kurang dari 35 tahun menunjukan kanker
serviks yang invasif saat terdiagnosis. (Sarwono Prawirohardjo, 2008)
Pada populasi pria dan wanita, kanker serviks sendiri menduduki urutan
kelima tersering di seluruh dunia setelah karsinoma paru, lambung, payudara, dan
kolon. Kanker serviks merupakan 5,7% dari semua kanker. Diperkirakan 14-20
tahun kehidupan dari seorang wanita sebelum berusia 70 tahun terpotong
kematian akibat menderita kanker serviks. Pada 3,4 juta wanita di seluruh dunia,
rata-rata kehilangan 17 tahun kehidupan untuk setiap kematian akibat kanker
serviks yang terjadi sebelum usia 70 tahun. (Schiffman MH dan Brinton LA,
1995)
2.2
Histologi Serviks
Serviks berfungsi sebagai sawar terhadap masuknya udara dan mikroflora
saluran vagina normal, tetapi juga memungkinkan keluarnya darah haid dan
menahan tumbukan ringan selama hubungan kelamin dan trauma persalinan. Oleh
karena itu, tidak mengherankan jika serviks menjadi sarang penyakit, termasuk
kanker serviks, kanker tersering pada wanita. (Vinay K and Ramzi S. Cotrain.
2007)
7
Serviks memiliki dua jenis epitel, yaitu epitel skuamosa atau epitel gepeng
yang melapisi ektoserviks dan epitel torak atau lebih dikenal dengan epitel
silindris yang melapisi endoserviks termasuk kelenjar dan celah-celah kanal
serviks. Batas kedua epitel ini dikenal dengan nama sambungan skuamuokolumnar (SSK). Letak SSK pada serviks dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti
usia, aktifitas seksual, dan paritas. (Vinay K and Ramzi S. Cotrain. 2007)
Pada wanita muda SSK berada di luar ostium uteri eksternum. Sedangkan,
pada wanita usia lebih dari 35 tahun, SSK berada di dalam kanalis serviks.
(Sarwono Prawirohardjo, 2008)
Pada saat seorang anak perempuan lahir, SSK ini kebanyakan terletak di
ektoserviks, begitu juga saat berusia 12 tahun. Selama perkembangannya, epitel
silindris penghasil mukus di endoserviks bertemu dengan epitel gepeng yang
melapisi ektoserviks. Oleh karena itu, keseluruhan serviks yang terpajan dilapisi
oleh epitel gepeng. Epitel silindris tidak tampak oleh mata telanjang atau secara
kolposkopis. Seiring dengan waktu, pada sebagian besar perempuan muda, terjadi
pertumbuhan ke bawah epitel silindris di bawah tulang ektoserviks. Oleh karena
itu, SSK menjadi terletak di bawah ektoserviks. Epitel silindris penghasil mukus
ini mungkin tampak kemerahan dan basah dan secara salah disebut erosi serviks
walaupun pada kenyataannya hal tersebut merupakan akibat perubahan normal
pada perempuan dewasa. Remodelling terus berlanjut dengan regenerasi epitel
gepeng dan silindris. Daerah tempat berlangsungnya hal ini dikenal sebagai zona
transformasi. (Thompson JD dan Shingleton HM, 1997)
Epitel torak yang mengelilingi kelenjar dan celah – celah kanal serviks
akan memberi respons terhadap penurunan pH lendir serviks yang dipengaruhi
oleh hormom estrogen seperti yang terjadi pada masa pubertal. Hal ini
menyebabkan sel cadangan torak mengalami perubahan metaplasia atau menjadi
gepeng. Hal ini pulalah yang menjadi alasan mengapa pada wanita berusia 21
tahun terlihat lidah-lidah metaplasia skuamosa yang mendekati ostium eksternum,
menutupi mulut kelenjar bahkan ada yang menyumbatnya. Sedangkan,
pada
8
wanita usia 45 tahun SSK berada jauh di dalam kanal serviks. (Vinay K and
Ramzi S. Cotrain. 2007)
Gambar 2.2 Perkembangan Epitel Serviks
(dikutip dari Buku Ajar Patologi Robbin. 7th Ed)
2.3
Etiologi Lesi Prakanker dan Kanker Serviks
Sebab langsung dari kanker serviks belum diketahui. Ada bukti kuat
kejadiannya mempunyai hubungan erat dengan sejumlah faktor ekstrinsik.
(Sarwono Prawirohardjo, 2008)
9
HPV telah banyak diperbincangkan sebagai agen yang berperanan pada
kanker serviks. (Cole HM, 1993) (Schiffman MH dan Brinton LA, 1995)
(Womack SD, Chirenje ZM, et al, 2000)
Saat ini telah diidentifikasi sekitar 80 tipe HPV, kurang lebih 40 tipe HPV
dapat menimbulkan infeksi pada alat genitalia eksterna wanita atau pria. HPV
yang menimbulkan infeksi terhadap genital ini terbagi ke dalam beberapa tipe.
Tipe risiko rendah adalah tipe-tipe HPV yang umumnya menimbulkan genital
warts, sedangkan yang berisiko tinggi adalah tipe-tipe HPV yang sangat
berhubungan dengan kejadian kanker serviks. Pada tahun 1995, the International
Agency for Research on Cancer (LAIR) menyimpulan HPV tipe 16 dan 18
sebagai karsinogen pada manusia. (Cho NH, An HJ, Jeoung JK, Kang S, Kim JW,
Kim YT et al, 2003)
Tabel 2.1 Klasifikasi Epidemiologi tipe-tipe HPV
Risiko Tinggi
Risiko Rendah
16,18,31,33,35,39,45,51,52,56
6,11,40,42,43,44,54,51,7, 2,81
58,59,68,82,25*,53*,66*
* probable high risk
Sumber : The International Agency for Research on Cancer
Dari beberapa penelitian lainnya dapat disimpulkan bahwa terdapat 3
golongan tipe HPV dalam hubungannya dengan kanker leher rahim , yaitu (1)
HPV risiko rendah, yaitu HPV tipe 6, 11, dan 46; (2) HPV risiko sedang, yaitu
HPV 33,35,40,43,51 dan 58; (3) HPV risiko tinggi, yaitu HPV tipe 16, 18, 31 ,34,
45, 56, 68, 73, 82. (Cannistre SA dan Nillof JM, 1996) (Cho NH, An HJ, Jeoung
JK, Kang S, Kim JW, Kim YT et al, 2003) (Part TW, Fujiwara H, Wright C,
1995) (Schiffman MH dan Brinton LA, 1995)
Lesi primer infeksi HPV pada serviks dapat mengalami regresi spontan
atau dengan pengobatan, atau menetap beberapa sampai menjadi kanker serviks.
10
Hanya 10-20% infeksi HPV yang tetap dan potensial sebagai prekursor kanker
serviks.(WHO, 1996)
2.4
Faktor Resiko dan Pelindung
Terdapat beberapa faktor resiko yang berhubungan erat dengan
angka kejadian kanker serviks. (Sarwono Prawirohardjo, 2008)
Ada bukti kuat kejadiannya mempunyai hubungan erat dengan
sejumlah faktor ekstrinsik, diantaranya: jarang ditemukan pada perempuan
yang belum berhubungan seks secara aktif, insidensi lebih tinggi pada
mereka yang kawin dibanding mereka yang tidak kawin, terutama pada
gadis yang coitus pertamanya dialami pada usia amat muda (<16 tahun),
insidensi meningkat dengan tingginya paritas apalagi yang berjarak dekat,
higiene seksual yang buruk, aktivitas seksual yang sering berganti – ganti
pasangan, jarang dijumpai pada masyarakat yang suaminya disirkumsisi,
sering ditemukan pada wanita yang mengalami infeksi virus HPV tipe 16
atau 18, dan akhirnya kebiasaan merokok. (Sarwono Prawirohardjo, 2008)
Berikut adalah faktor resiko yang telah dibuktikan. (Imam Rasjidi,
2008)
2.4.1. Hubungan Seksual
Karsinoma serviks diperkirakan sebagai penyakit yang ditularkan
secara seksual, dimana beberapa bukti menunjukkan adanya hubungan
antara riwayat hubungan seksual dan risiko penyakit ini. Sesuai dengan
etiologi infeksinya, wanita dengan partner seksual yang banyak dan wanita
yang memulai hubungan seksual pada usia muda akan meningkatkan
risiko terkena kanker serviks. (Imam Rasjidi, 2008)
2.4.2
Usia Pertama Kali Berhubungan Seks
Insidensi kanker serviks lebih tinggi pada mereka yang kawin
dibanding mereka yang tidak kawin, terutama pada gadis yang coitus
11
pertamanya dialami pada usia amat muda (<16 tahun). (Sarwono
Prawirohardjo, 2008)
Karena sel kolumnar serviks lebih peka terhadap metaplasia selama
usia dewasa, maka wanita yang berhubungan seksual sebelum usia 18
tahun akan berisiko terkena kanker serviks lima kali lipat. Keduanya, baik
usia saat pertama berhubungan maupun jumlah partner seksual, adalah
faktor risiko kuat untuk terjadinya kanker serviks. (Imam Rasjidi, 2008)
Perempuan yang melakukan hubungan seks pada usia kurang dari
17 tahun mempunyai risiko 3 kali lebih besar daripada yang menikah pada
usia lebih dari 20 tahun. Sedangkan kemungkinan terserang kanker leher
rahim pada mereka yang berusia di bawah 16 tahun ke bawah bisa 10-12
kali lebih besar daripada mereka yang telah berusia 20 tahun ke atas saat
sudah melakukan hubungan seksual. (Sjamsuddin, 2001)
2.4.3
Karakteristik Partner
Sirkumsisi pernah dipertimbangkan menjadi faktor pelindung,
tetapi sekarang hanya dihubungkan dengan penurunan faktor risiko. Studi
kasus kontrol menunjukkan bahwa pasien dengan kanker serviks lebih
sering menjalani seks aktif dengan partner yang melakukan seks berulang
kali. Selain itu, partner dari pria dengan kanker penis atau partner dari pria
yang istrinya meninggal terkena kanker serviks juga akan meningkatkan
risiko kanker serviks. (Imam Rasjidi, 2008)
2.4.4
Riwayat Ginekologis
Walaupun usia menarche atau menopause tidak mempengaruhi
risiko kanker serviks, hamil di usia muda dan jumlah kehamilan atau
manajemen persalinan yang tidak tepat dapat pula meningkatkan risiko.
(Imam Rasjidi, 2008)
12
2.4.5
Agen Infeksius
Human Papilloma Virus (HPV). Menurut Imam Rasjidi, terdapat
sejumlah bukti yang menunjukkan HPV sebagai penyebab neoplasia
servikal. HPV telah banyak diperbincangkan sebagai agen yang
berperanan pada kanker serviks. (Cole HM, 1993) (Schiffman MH dan
Brinton LA, 1995) (Womack SD, Chirenje ZM, et al, 2000)
Lesi primer infeksi HPV pada serviks dapat mengalami regresi
spontan atau dengan pengobatan, atau menetap beberapa sampai menjadi
kanker serviks. Hanya 10-20% infeksi HPV yang tetap dan potensial
sebagai prekursor kanker serviks. (WHO, 1996)
Diperkirakan 90% pasien dengan kanker serviks invasif dan lebih
dari 60% pasien dengan neoplasia intraepitelial serviks (CIN) mempunyai
antibodi terhadap virus. (Imam Rasjidi, 2008)
Infeksi
Trikomonas,
sifilis,
dan
gonokokus
ditemukan
berhubungan dengan kanker serviks. Namun infeksi ini dipercaya muncul
akibat
hubungan
seksual
dengan
multiple
partner
dan
tidak
dipertimbangkan sebagai faktor risiko kanker serviks secara langsung.
(Imam Rasjidi, 2008)
Selain itu, Herpes Simpleks Virus (HSV) diperkirakan juga
merupakan salah satu agen penyebab. Tehnik hibridisasi insitu telah
menunjukkan bahwa terdapat HSV RNA spesifik pada sampel jaringan
wanita dengan displasia serviks. (Imam Rasjidi, 2008)
2.4.6
Merokok
Rokok sebagai penyebab kanker serviks dan hubungan antara
merokok dengan kanker sel skuamosa pada serviks telah dibuktikan.
(Imam Rasjidi, 2008)
Selain faktor resiko yang telah disebutkan di atas, Imam Rasjidi juga
menjelaskan faktor resiko yang belum dibuktikan, diantaranya : penggunaan
kontrasepsi oral, diet rendah karotenoid dan asam folat, faktor sosial, dan
pekerjaan.
13
Wanita di kelas sosioekonomi yang paling rendah memiliki faktor risiko
lima kali lebih besar daripada faktor risiko pada wanita di kelas yang paling
tinggi. Imam Rasjidi, 2008)
2.5
Patogenesis Lesi Prakanker dan Kanker Serviks
Kanker adalah penyakit dimana sel – sel ganas ”beranak – pinak” berupa
keturunan yang bersifat ganas pula. Sel – sel kanker ini berasal dari satu sel yang
kemudian membentuk satu kelompok sel yang homogeb yang disebut sebagai
klon. (Bambang Karsono, 2009)
Kanker dapat terjadi sebagai akibat perubahan sel sehingga sel tersebut
dapat melepaskan diri dari mekanisme pengaturan pertumbuhan normal. Secara
normal terjadi keseimbangan antara gen sel yang merangsang pertumbuhan dan
faktor pengahambat atau faktor yang menahan dan memusnahkan sel yang ada.
(Bambang Karsono, 2009) (Schiffman MH dan Brinton LA, 1995) (Vinay K dan
Ramzi S. Cotrain, 2007)
Beberapa faktor tertentu dapat menyebabkan perubahan pada gen atau
perubahan pada ekspresi gen tanpa merubah gennya sendiri, yang pada akhirnya
dapat mengagganggu keseimbangan pada sel tersebut. Faktor penyebab tersebut
kebanyakan berupa faktor lingkungan dan sejumlah kecil merupakan akibat dari
kelainan yang diwariskan di dalam genom. Akan tetapi, selanjutnya terdapat
hubungan yang jelas antara kedua mekanisme tersebut. Faktor-faktor lingkungan
yang berperan pada terjadinya kanker disebut faktor karsinogen. Karena kelainan
ini bekerja di dalam genom, maka faktor karsinogen juga bersifat mutagen.
Ternyata dibutuhkan beberapa mutasi untuk dapat menimbulkan tranformasi suatu
sel. (Schiffman MH dan Brinton LA, 1995)
Menurut Schiffman dan Brinton, karsinogenesis merupakan suatu proses
bertingkat atau merupakan langkah – langkah yang kompleks. Pertumbuhan sel
yang tertransformasi menjadi suatu tumor juga dimoduIasi oleh faktor hospes,
misalnya faktor hormonal atau imunologik. Di samping sifat ganas yang berasal
14
dari translokasi kromosom, sifat ganas juga dapat berasal dari gen yang secara
normal terdapat di dalam sel. Gen – gen semacam ini yang disebut sebagai
protoonkogen, yang kemudian oleh karena mutasi somatik berubah menjadi
onkogen. Onkogen inilah yang kemudian merubah perangai sel dari normal
menjadi kanker. (Bambang Karsono, 2009)
Proses karsinogenesis merupakan rangkaian kompleks dan lama. Dalam
proses ini dibutuhkan sejumlah besar pembelahan sel untuk menjadikan suatu
kanker yang memiliki manifestasi klinis dari satu sel yang mengalami tranformasi.
Di samping itu, sel kanker harus berakumulasi dengan banyak mutasi. (Schiffman
MH dan Brinton LA, 1995)
Pada serviks uteri, terjadinya karsinoma sel skuamosa melalui beberapa
langkah yaitu: metaplasia, displasia, dan karsinoma in situ. (Sarwono
Prawirohardjo, 2008) (Vinay K dan Ramzi S. Cotrain, 2007)
Metaplasia adalah perubahan arah diferensiasi epitel. Pada (endo) serviks
uteri hal ini berarti bahwa lapisan yang dikelilingi oleh epitel sel torak berubah
menjadi epitel sel skuamosa atau sel gepeng yang selanjutnya secara morfologik
normal. Metaplasia seluruhnya bersifat reversibel dan didapat dalam berbagai
epitelia sebagai reaksi terhadap banyak sekali rangsangan. Pada rangsangan yang
terus – menerus, epitel metaplastik ini menunjukkan aktivitas proliferasi yang
meningkat dan diferensiasi yang menurun. Inti sel yang lebih besar dan kromatin
berubah teksturnya yang disebut sebagai sel displastik. Berdasarkan pada
perubahan morfologinya, displasia dikelompokkan menjadi tingkatan ringan,
sedang, dan berat. Akhirnya gambaran sel menjadi sedemikian atipiknya sehingga
sel tampak sebagai sel kanker. Perubahan ini biasanya terjadi di daerah
transformasi. Akan tetapi, selama belum terdapat pertumbuhan infiltratif, yang
merupakan tanda yang khas untuk pertumbuhan maligna, hal ini masih disebut
sebagai carsinoma in situ. (Vinay K dan Ramzi S. Cotrain, 2007)
15
Gambar 2.3 Pertumbuhan Sel Epitel
Sumber : Patologi Robbin, 2007
Tingkat displasia dan karsinoma in situ dikenal juga sebagai tingkat
prakanker. Displasia mencakup pengertian berbagai gangguan asaturasi epitel
skuamosa yang secara sitologik dan histopatologik berbeda dari epitel normal,
tetapi tidak memenuhi persyaratan sel karsinoma. Perbedaan derajat displasia
didasarkan atas tebal epitel yang mengalami kelainan dan berat ringannya
kelainan pada sel. Sedangkan, karsinoma in situ adalah gangguan maturasi epitel
skuamosa yang menyerupai karsinoma invasif tetapi membrana basalis masih
utuh. (Vinay K dan Ramzi S. Cotrain, 2007)
Untuk terjadinya karsinoma in situ dan displasia ringan memerlukan
waktu sekitar lima tahun, tiga tahun dari displasia sedang dan satu tahun dari
displasia berat. Tetapi tidak semua displasia akan menjadi karsinoma, hanya 15%
displasia ringan berkembang menjadi displasia sedang, pada displasia sedang 30%
berkembang menjadi displasia berat dan 40% regresi menjadi displasia ringan,
pada displasia berat 45% berkembang menjadi karsinoma insitu dan 20% regresi
menjadi displasi sedang. Pada tingkat karsinoma in situ 100% akan menjadi
karsinoma invasif. (Vinay K dan Ramzi S. Cotrain, 2007)
16
Kecepatan pertumbuhan kanker ini tidak sama antara satu kasus dan kasus
yang lainnya. Sayangnya bagaimana mekanisme keadaan ini dapat terjadi belum
dapat dijelaskan. Namun, pada penyakit yang pertumbuhannya sangat lambat bila
diabaikan sampai lama juga tidak mungkin terobati. Sebaliknya, tumor yang
tumbuh dengan cepat bila dikenali secara dini akan mendapatkan hasil pengobatan
yang lebih baik. Semakin dini penyakit tersebut dideteksi dan dilakukan terapi
yang adekuat, semakin member hasil terapi yang sempurna. (Imam Rasjidi, 2008)
Walaupun telah terjadi invasi sel tumor ke dalam jaringan di bawahnya,
kanker ini masih mungkin tidak menimbulkan gejala. Tanda dini kanker mulut
rahim tidak spesifik seperti adanya keputihan yang agak banyak dan kadang
kadang bercak perdarahan yang umumnya diabaikan oleh penderita. Tanda yang
lebih klasik adalah adanya perdarahan yang berulang atau terjadinya perdarahan
setelah bersetubuh dengan pasangannya atau saat membersihkan vaginanya.
Dengan bertambahnya pertumbuhan penyakit ini, perdarahan akan semakin lama
dan akan semakin banyak. Namun, kadang-kadang diartikan bahwa perdarahan
yang terjadi adalah haid yang berlangsung lama dan banyak. Juga biasanya
dijumpai keputihan yang banyak dan berbau busuk yang berasal dari tumor
tersebut. (Imam Rasjidi, 2008)
Pada stadium yang lebih lanjut ketika tumor telah menyebar ke rongga
panggul dapat dijumpai tanda tanda lain berupa nyeri yang menjalar ke pinggul
atau kaki. Beberapa penderita mengeluh nyeri saat berkemih, kencing berdarah,
perdarahan saat buang air besar. Penyebaran ke kelenjar getah bening tungkai
bawah dapat menimbulkan bengkak pada tungkai bawah. (Imam Rasjidi, 2008)
2.6 Klasifikasi Histopatologi dan Staging
2.6.1 Klasifikasi Histopatologi
Berdasarkan gambaran histologi, kelainan pra kanker dapat diperingatkan
sebagai berikut.
-
Neoplasia Intraepitel Serviks (CIN) I sebagai displasia ringan
17
-
Neoplasia Intraepitel Serviks (CIN) II sebagai displasia sedang
-
Neoplasia Intraepitel Serviks (CIN) III sebagai displasia berat dan
karsinoma in situ
Namun, pada apusan sitologik, lesi pra kanker hanya dibagi menjadi dua
kelompok: Lesi Intraepitelial Gepeng (SIL) derajat ringan dan Lesi Intraepitelial
Gepeng (SIL) derajat tinggi. Lesi derajat ringan sesuai dengan CIN I atau
kondiloma datar dan lesi derajat berat sesuai dengan CIN II dan CIN III. (Imam
Rasjidi, 2008)
2.6.2 Stadium
Stadium yang dipakai adalah stadium klinik menurut The International
Federation of Gynecology and Obstetrics (FIGO).
Stage 0 : Karsinoma in situ, CIN grade III
Bagian ini tak diyakini sebagai kanker invasif karena lesinya belum
melebihi membrana basalis
Stage I : Karsinoma yang masih terbatas di serviks, belum mencapai uterus

IA : Karsinoma mikroinvasif, masih terbatas di serviks. Hanya dapat
didiagnosis dengan mikroskop. Secara klinis belum terlihat.
o Stage IA1 : invasi ke stroma, kedalamannya tidak lebih dari 3 mm
dan penyebaran horizontal tidak lebih dari 7 mm
5 year survival dengan treatment yang optimal ~ 98%
o
Stage IA2 : invasi ke stroma, kedalamannya lebih dari 3 mm
tetapi tidak lebih dari 5 mm dan penyebaran horizontal tidak lebih
dari 7 mm
5 year survival dengan treatment yang optimal ~ 95%

IB : Karsinoma terbatas di serviks. Secara klinis sudah terlihat atau lesi
mikroskopisnya lebih besar daripada IA2
o Stage IB1 : Secara klinis terlihat lesi 4 cm atau lebih kecil dengan
luas pandang terbesar
5 year survival dengan treatment yang optimal ~ 85%
18
o
Stage IB2 : Secara klinis terlihat lesi 4 cm atau lebih besar dengan
luas pandang terbesar
5 year survival dengan treatment yang optimal IV ~ 75%
Gambar 2.5 Kanker Serviks Stage IB
Sumber : Comprehensive Cervical Cancer Control WHO. 2006
dik
Stage II : Karsinoma yang masih terbatas di serviks, belum mencapai uterus

IIA : Menyebar melewati serviks, termasuk 2/3 atas vagina, tetapi bukan
termasuk jaringan di sekitar uterus (parametrium)
5 year survival dengan treatment yang optirnal ~ 75%
Gambar 2.6 Kanker Serviks Stage IIA
Sumber : Comprehensive Cervical Cancer Control WHO. 2006
dik
19

IIB : Menyebar melewati serviks, sudah menginvasi parametrium, tetapi
belum mencapai dinding pelvis atau 1/3 bawah vagina
5 year survival dengan treatment yang optimal ~ 65%
Gambar 2.7 Kanker Serviks Stage IIB
Sumber : Comprehensive Cervical Cancer Control WHO. 2006
dik
Stage III : Karsinoma yang sudah menyebar ke dinding pelvis atau
melibatkan 1/3 bawah vagina, atau menyebabkan hidronefrosis atau
kerusakan ginjal .
• IlIA : Menyebar ke 1/3 bawah vagina, tetapi belum mencapai dinding
pelvis
5 year survival dengan treatment yang optimal ~ 30%
Gambar 2.8 Kanker Serviks Stage IIIA
Sumber : Comprehensive Cervical Cancer Control WHO. 2006
dik
20

IIIB : Menyebar ke dinding pelvis, hidronefrosis atau ginjal yang tidak
berfungsi
5 year survival dengan treatment yang optimal ~ 30%
Gambar 2.9 Kanker Serviks Stage IIIB
Sumber : Comprehensive Cervical Cancer Control WHO. 2006
Stage IV : Tumor telah menyebar

dik
IVA : Menyebar sampai melibatkan mukosa kandung kemih dan rectum
5 year survival dengan treatment yang optimal ~ 10%
Gambar 2.10 Kanker Serviks Stage IVA
Sumber : Comprehensive Cervical Cancer Control WHO. 2006

dik
IVB : Menyebar ke organ yang jauh, misalnya limfonodi extrapelvis,
ginjal, tulang, paru, hepar, dan otak.
5 year survival dengan treatment yang optimal ~ <5%
21
Gambar 2.11 Kanker Serviks Stage IVB
Sumber : Comprehensive Cervical Cancer Control WHO. 2006
dik
2.7
Skrining Kanker Serviks
Menurut Richart RM, masalah kanker serviks di negara berkembang
adalah masih banyaknya penderita dan terlambatnya diagnosis pada penderita
tersebut. Untuk mencapai hasil terapi yang lebih baik, diperlukan penemuan
stadium penyakit yang lebih awal. Dengan diketahuinya faktor etiologi (virus
HPV) dan faktor risiko (usia, paritas, perilaku seks, kontrasepsi, rokok) serta
perkembangan dari kanker serviks, maka tindakan pencegahan dapat dilakukan
pada kanker serviks. (Sarwono Prawirohardjo, 2008)
Menurut Imam Rasjidi, upaya pencegahan yang dilakukan pada kanker
serviks tersebut terdiri dan beberapa tahap, yaitu :
a. Pencegahan primer, yaitu usaha mengurangi atau menghilangkan kontak
terhadap karsinogen untuk mencegah inisiasi dan promosi pada proses
karsinogenesis
b. Pencegahan sekunder, termasuk penapisan dan skrining untuk menemukan
lesi prakanker yang biasanya dilakukan dengan beberapa metode
pemeriksaan, seperti: tes pap, tes IVA (Inspeksi Visual dengan Asam
asetat), servikografi, tes HPV, kolposkopi, PapNet, dan Thin Prep pap test.
c. Pencegahan tersier, pengobatan untuk menegah komplikasi klinik dan
kematian awal
22
2.7
KERANGKA KONSEP
Prevalensi Karsinoma
Serviks Uteri
Rekam medik
Pasien rawat inap
Karsinoma serviks uteri
VARIABEL
Usia Penderita
Usia Hubungan Seks
Pertama
Diagnosis Karsinoma
Serviks Uteri
Gambar 2.12 Kerangka Konsep
BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN
3.1
DESAIN PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan desain penelitian cross sectional
3.2
TEMPAT DAN WAKTU
Penelitian ini dilakukan di bagian rekam medik Rumah Sakit Umum Kabupaten
Tangerang. Waktu penelitian adalah pada bulan Maret 2010.
3.3
POPULASI DAN SAMPEL
3.3.1
Populasi
Populasi penelitian ini adalah pasien rawat inap kanker serviks di Rumah Sakit Umum
Kabupaten Tangerang dari bulan Januari 2008 sampai Desember 2009.
3.3.2
Sampel
Seluruh populasi pada penelitian ini menjadi sampel yaitu pasien rawat inap kanker
serviks di Rumah Sakit Umum Kabupaten Tangerang dari bulan Januari 2008 sampai Desember
2009 yang memenuhi kriteria inklusi.
23
24
3.4
KRITERIA PENELITIAN
Kriteria inklusi :
1. Pasien terdiagnosis lesi pra kanker dan kanker serviks menurut The
International Federation of Gynecology and Obstetrics (FIGO)
2. Pasien kanker serviks yang menjalani rawat inap di Rumah Sakit Umum
Kabupaten Tangerang dari bulan Januari 2008 sampai Desember 2009
Kriteria eksklusi :
Pasien yang tidak memiliki data lengkap dan tidak jelas di rekam medis
terutama mengenai variabel – variabel yang diteliti
3.5
CARA KERJA
3.5.1
Pengumpulan Data
Data diperoleh dari bagian rekam medik Rumah Sakit Umum Kabupaten
Tangerang berupa status pasien.
3.5.2
Pengolahan Data
Pengolahan data dilakukan dengan cara sebagai berikut.

Data Coding, merupakan kegiatan megklasifikasi data dan
memberi
kode
untuk
masing-masing
kelas
sesuai
tujuan
dikumpulkannya data

Data Editing, merupakan penyuntingan data yang dilakukan
sebelum proses pemasukan data

Data Structure dan Data File merupakan pengembangkan data
sesuai dengan analisis yang akan dilakukan dan jenis perangkat
lunak yang digunakan.
25

Data Entry, merupakan proses memasukkan data ke dalam program
atau fasilitas analisis data yang dalam hal ini mengunakan program
aplikasi SPSS for Windows versi 16,0 untuk menganalisis data.

Data Cleaning, merupakan proses pembersihan data setelah data di
entry.
3.5.3
Interpretasi Data
Interpretasi data dilakukan secara deskriptif.
3.5.4
Pelaporan Hasil Penelitian
Pelaporan hasil penelitian disusun dalam bentuk laporan hasil penelitian
untuk selanjutnya dipresentasikan.
3.6
DEFINISI OPERASIONAL
3.6.1
Pasien Kanker Serviks
Banyaknya pasien yang terdiagnosis kanker serviks berdasarkan temuan
klinis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang serta menjalani rawat inap
di RSU Kabupaten Tangerang periode Januari 2008-Desember 2009.
3.6.2
Usia
Selisih dalam satuan tahun antara tahun kelahiran dengan tahun pada saat
pasien terdiagnosis kanker serviks dan menjalani rawat inap.
3.6.3
Usia Pertama Kali Berhubungan Seks
Selisih dalam satuan tahun antara tahun kelahiran dengan tahun pada saat
pasien melakukan hubungan seksual untuk pertama kalinya.
26
3.6.4
Stadium
Keadaan yang menunujukan stadium pasien pada saat terdiagnosis kanker
serviks menurut The International Federation of Gynecology and Obstetrics
(FIGO)
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penelitian ini dilakukan dengan pengambilan data di instalasi rekam medik
Rumah Sakit Umum Kabupaten Tangerang. Pengambilan data diambil pada
pasien dengan diagnosa kanker serviks yang dirawat inap pada bulan Januari 2008
sampai Desember 2009.
Besar sampel yang dikumpulkan dalam kurun waktu tersebut sebanyak 40
pasien. Pada penelitian ini semua subyek dari semua golongan umur masuk ke
dalam sampel penelitian.
Hasil analisis deskriptif mengenai frekuensi kanker serviks pasien rawat
inap Rumah Sakit Umum Kabupaten Tangerang Periode Januari 2008 sampai
Desember 2009 berdasarkan usia penderita, usia pertama kali berhubungan seks,
dan diagnosis adalah sebagai berikut.
4.1
Prevalensi Kanker Serviks
Dari hasil pengumpulan data di instalasi rekam medik Rumah Sakit Umum
Kabupaten Tangerang didapatkan jumlah keseluruhan pasien rawat inap di Rumah
Sakit Umum Kabupaten Tangerang pada bulan Januari 2008 sampai Desember
2008 sebanyak 20.979 orang dan pada bulan Januari 2009 sampai Desember 2009
sebanyak 24.443 orang. Kemudian didapatkan jumlah pasien dengan diagnosa
kanker serviks pada pasien rawat inap di Rumah Sakit Umum Kabupaten
Tangerang bulan Januari 2008 sampai Desember 2008 sebanyak 18 orang dan
pada Januari 2009 sampai Desember 2009 sebanyak 22 orang.
Menurut Setyawan Dodiet Aditya pada tahun 2008, rumus prevalensi
sebagai berikut.
Period prevalence rate = Σ penderita lama + Σ penderita baru X konstanta
Σ penderita keseluruhan saat itu
27
28
Keterangan:
Σ
= jumlah
Konstanta = 1000
Dari rumus tersebut, maka prevalensi kanker serviks pada pasien
rawat inap di Rumah Sakit Umum Kabupaten Tangerang pada bulan
Januari 2008 sampai Desember 2008 sebesar 18/20.979 populasi (0,85)
dan pada bulan Januari 2009 sampai Desember 2009 sebesar 22/24.443
populasi (0,90). Dengan demikian dapat dilihat bahwa terjadi peningkatan
prevalensi kanker serviks di Rumah Sakit Umum Kabupaten Tangerang
dari tahun 2008 sampai 2009.
Prevalensi Kanker Serviks di RSU
Kabupaten Tangerang
0.91%
0.90
0.90%
0.89%
0.88%
0.87%
2008
0.86%
0.85%
2009
0.85
0.84%
0.83%
0.82%
2008
2009
Grafik 1. Prevalensi Kanker Serviks pada Pasien Rawat Inap RSU
Kabupaten Tangerang pada bulan Januari 2008 sampai Desember 2009
29
Menurut Globacan (2008), populasi wanita Indonesia yang berusia
15 tahun ke atas adalah sebesar 79,14 juta penduduk. Diperkirakan
terdapat 500.000 kasus baru setiap tahunnya dengan angka kematian
mencapai 250.000 per tahun dan hampir 80% kejadian tersebut terjadi di
negara berkembang. (WHO, 2007 ; WHO, 2010 ; Yayasan Kanker
Indonesia, 2008)
Dari data tersebut didapatkan bahwa prevalensi kanker serviks di
Indonesia adalah sebesar 500.000/79,14 juta yaitu 0,63%. Terdapat
perbedaan prevalensi kanker serviks di RSU Kabupaten Tangerang dengan
prevalensi kanker serviks secara nasional. Hal ini disebabkan oleh
berbagai faktor, seperti tidak meratanya skrining kanker serviks yang
dilakukan di Indonesia. Selain itu, skrining kanker serviks di Indonesia
juga dianggap kurang maksimal. Oleh karena berbagai sebab itu,
prevalensi kanker serviks di Indonesia yang disebutkan di atas dianggap
belum mewakili. Bisa saja masih banyak penderita kanker serviks lainnya
yang belum terdeteksi.
Selain itu, hal tersebut juga dapat disebabkan oleh pembanding
yang tidak sesuai. Prevalensi kanker serviks di RSU Kabupaten Tangerang
didapatkan dengan membandingkan insiden kanker serviks dengan jumlah
pasien rawat inap yang berjenis kelamin wanita dan berusia lebih dari 15
tahun. Sedangkan, prevalensi kanker serviks secara nasional didapatkan
dengan membandingkan insiden kanker serviks dengan seluruh jumlah
penduduk Indonesia yang berjenis kelamin wanita dan berusia lebih dari
15 tahun. Jumlah pembanding yang tidak sesuai tentu saja mencerminkan
prevalensi kanker serviks di RSU Kabupaten Tangerang lebih tinggi.
Jika dibandingkan dengan prevalensi kanker serviks di RS.
Dharmais, tentu saja prevalensi kanker serviks di RSU Kabupaten
Tangerang jauh lebih kecil. Mengingat RS. Dharmais sebagai rumah sakit
pusat kanker di Indonesia, tentu saja prevalensi kanker serviks sangat
tinggi.
30
4.2
Stadium Kanker Serviks
Stadium kanker serviks pada pasien rawat inap di RSU Kabupaten
Tangerang bulan Januari 2008 sampai Desember 2009 didapatkan dari
data sekunder instalasi rekam medik. Diagnosa kanker serviks di RSU
Kabupaten Tangerang dibagi menjadi 8 berdasarkan The International
Federation of Gynecology and Obstetrics (FIGO), yaitu kanker serviks
stadium Ia, stadium Ib, stadium IIa, stadium IIb, stadium IIIa, stadium
IIIb, stadium IVa, dan stadium IVb. Berdasarkan hasil penelitian diketahui
bahwa tidak ditemukan pasien rawat inap di RSU Kabupaten Tangerang
pada bulan Januari 2008 sampai bulan Desember 2009 yang menderita
kanker serviks stadium Ia (0%), sedangkan pada pasien kanker serviks
stadium Ib ditemukan sebanyak 2 orang (5%), stadium IIa sebanyak 6
orang (15%), stadium IIb sebanyak 1 orang (2,5%), stadium IIIa sebanyak
3 orang (7,5%), stadium IIIb sebanyak 27 orang (67,5%), dan hasil yang
menunjukkan pasien menderita kanker serviks stadium IVa adalah
sebanyak 1 orang (2,5 %). Diagnosis kanker serviks pada pasien rawat
inap di RSU Kabupaten Tangerang pada bulan Januari 2008 sampai
Desember 2009 dapat dilihat pada tabel dan grafik berikut:
Stadium Kanker Serviks
30
27 (67, 5%)
Stadium Ia
25
Stadium Ib
20
Stadium IIa
15
Stadium Iib
10
5
0
6 (15%)
0 (0%)
2 (5%)
Stadium IIIa
3 (7,5 %)
1 (2,5%)
1 (2,5%) 0 (0%)
Stadium IIIb
Stadium IVa
Stadium Ivb
Grafik 2. Stadium Kanker Serviks pada Pasien Rawat Inap RSU
Kabupaten Tangerang pada bulan Januari 2008 sampai Desember 2009
31
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa lebih dari setengah
pasien rawat inap yang menderita kanker serviks di RSU kabupaten
Tangerang pada bulan Januari 2008 sampai Desember 2009 didiagnosis
kanker serviks dengan stadium lanjut (stadium IIIb). Pada umumnya
penderita kanker serviks datang ke rumah sakit setelah ada gejala dan
keluhan
yang
nyata
dan
semakin
mengganggu.
Sesuai
dengan
kepustakaan, kanker serviks pada tahap dini tidak memberikan gejala yang
khas dan sering sekali tidak disadari oleh penderita.
Walaupun telah terjadi invasi sel tumor ke dalam jaringan di
bawahnya, kanker ini masih mungkin tidak menimbulkan gejala. Tanda
dini kanker mulut rahim tidak spesifik seperti adanya keputihan yang agak
banyak dan kadang kadang bercak perdarahan yang umumnya diabaikan
oleh penderita. (Imam Rasjidi, 2008)
Tanda yang lebih klasik adalah adanya perdarahan yang berulang
atau terjadinya perdarahan setelah bersetubuh dengan pasangannya atau
saat membersihkan vaginanya. Namun, kadang-kadang diartikan bahwa
perdarahan yang terjadi adalah haid yang berlangsung lama dan banyak.
(Imam Rasjidi, 2008)
Jadi, wajar saja jika penderita kanker serviks pada tahap awal tidak
menyadari adanya tanda dan gejala yang mengarh ke kanker serviks.
Seiring berjalannya penyakit, gejala dan tanda yang ada semakin nyata
hingga akhirnya memaksa penderita untuk datang ke dokter. Pada saat ini,
tentu saja kanker serviks tersebut telah berkembang menjadi lebih parah.
Jadi, tidak heran jika sebagian besar penderita kanker serviks didiagnosis
dengan stadium yang sudah lanjut.
Oleh karena itu, wanita yang memiliki faktor resiko terhadap
kanker serviks hendaknya melakukan screenning test, baik tes IVA
maupun Pap Smear. Dengan dilakukannya deteksi dini, penanganan akan
lebih mudah. Dengan demikian, akan menurunkan angka kejadian kanker
serviks.
32
Skrining kanker mulut rahim merupakan indikasi tes IVA. Pap
smear dapat digunakan sebagai skrining terhadap wanita yang sudah
melakukan seksual aktif, deteksi dini adanya keganasan pada serviks,
pemantauan setelah tindakan pembedahan, radioterapi, serta kemoterapi
kanker serviks. (Imam Rasjidi, 2008) (WHO, 2008)
4. 3
Usia Pasien
Usia pada pasien kanker serviks yang dirawat di Rumah Sakit
Umum Kabupaten Tangerang sangat bervariasi. Usia terendah adalah usia
27 tahun dan usia tertinggi adalah usia 67 tahun. Maka dari itu usia pasien
kanker serviks dikelompokkan usianya berdasarkan umur yang angka
kejadiannya tersering, yaitu pada usia 45 sampai 50 tahun.
Usia penderita kanker serviks didapatkan pada rentang usia 30
sampai 60 tahun, dengan insidensi terbanyak pada rentang usia 45 sampai
50 tahun. (Sarwono Prawirohardjo, 2008)
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa usia pada pasien
kanker seviks yang dirawat di Rumah Sakit Umum Kabupaten Tangerang
pada bulan Januari 2008 sampai Desember 2009 dapat dilihat pada tabel
dan grafik berikut:
Gambaran Usia Pasien Kanker Serviks
20
18
16
14
12
10
8
6
4
2
0
18 (45%)
17 (42,5%)
Kurang dari 45 tahun
45 - 50 tahun
5 (12,5%)
Lebih dari 50 tahun
Kurang dari 45
tahun
45 - 50 tahun
Lebih dari 50
tahun
Grafik 3. Gambaran Usia (tahun) pada Pasien Kanker Serviks di RSU
Kabupaten Tangerang Bulan Januari 2008 sampai Desember 2009
33
Data tersebut menunjukkan bahwa pasien yang pada saat
didiagnosis menderita kanker serviks pada periode Januari 2008 sampai
Desember 2009 yang berusia kurang dari 45 tahun adalah 45 % (18 orang),
yang berusia 45-50 tahun adalah 12,5 % (5 Orang) dan yang lebih dari 50
tahun adalah 42,5% (17 orang). Hal ini sesuai dengan kesimpulan pada
penelitian sebelumnya.
Usia penderita kanker serviks didapatkan pada rentang usia 30
sampai 60 tahun, dengan insidensi terbanyak pada rentang usia 45 sampai
50 tahun. Periode laten dari fase prainvasif untuk menjadi invasif
memakan waktu sekitar 10 tahun. Hanya kurang dari 9% wanita berusia
kurang dari 35 tahun menunjukan kanker serviks yang invasif saat
terdiagnosis. (Sarwono Prawirohardjo, 2008)
Lesi kanker serviks timbul pada perempuan yang semakin muda,
kini dengan insidensi puncak pada usia sekitar 45 tahun (Tim
Penanggulangan Kanker Terpadu RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo,
1999)
Kedua penelitian ini dilakukan 10 tahun silam maka tidak menutup
kemungkinan adanya pergeseran usia yang semakin muda pada insidensi
puncak kanker serviks. Kejadian kanker serviks sendiri dipengaruhi oleh
berbagai hal, tidak hanya faktor usia, namun gaya hidup dan genetik
berperan di dalamnya.
Beberapa faktor tertentu dapat menyebabkan perubahan pada gen
atau perubahan pada ekspresi gen. Perubahan tersebut pada akhirnya dapat
mengganggu keseimbangan pada sel tersebut. Faktor penyebab tersebut
kebanyakan berupa faktor lingkungan dan sejumlah kecil merupakan
akibat dari kelainan yang diwariskan di dalam genom. Akan tetapi,
selanjutnya terdapat hubungan yang jelas antara kedua mekanisme
tersebut. (Schiffman MH dan Brinton LA, 1995)
Namun demikian, bisa saja perbedaan tersebut tidak disebabkan
oleh pergeseran usia. Ketidaksesuaian hasil penelitian ini juga dapat
34
dipengaruhi oleh berbagai sebab. Sedikitnya jumlah sampel, yaitu pasien
yang terdiagnosis kanker serviks di ruang rawat inap RSU Kabupaten
Tangerang sebanyak 40 orang merupakan salah satu penyebabnya. Jumlah
tersebut
kurang
menggambarkan
angka
kejadian
kanker
serviks
berdasarkan usia. Hal ini juga ditambahkan oleh sistem pencatatan rekam
medis yang masih kurang rapi yang pada akhirnya menyebabkan
kerancuan pada pengambilan data, pengolahan data, hingga akhirnya hasil
penelitian.
4.4
Usia Pertama Kali berhubungan Seks
Usia pertama kali berhubungan seks pada pasien kanker serviks
yang dirawat di Rumah Sakit Umum Kabupaten Tangerang sangat
bervariasi, usia terendah berhubungan seks pertama kali adalah usia 12
tahun dan usia tertinggi berhubungan seks pertama kali adalah usia 38
tahun. Maka dari itu usia pasien kanker serviks saat pertama kali
berhubungan seks dikelompokkan usianya berdasarkan usia berhubungan
seks yang angka kejadiannya tersering, yaitu pada usia kurang dari 17
tahun.
Perempuan yang melakukan hubungan seks pada usia kurang dari
17 tahun mempunyai risiko 3 kali lebih besar daripada yang menikah pada
usia lebih dari 20 tahun. Sedangkan kemungkinan terserang kanker leher
rahim pada mereka yang berusia di bawah 16 tahun ke bawah bisa 10-12
kali lebih besar daripada mereka yang telah berusia 20 tahun ke atas saat
sudah melakukan hubungan seksual. (Sjamsuddin, 2001)
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa usia pertama kali
berhubungan seks pada pasien kanker seviks yang dirawat di Rumah Sakit
Umum Kabupaten Tangerang pada bulan Januari 2008 sampai Desember
2009 dapat dilihat pada tabel dan grafik berikut:
35
Gambaran Usia Pertama Kali berhubungan Seks pada
Pasien Kanker Serviks di RSU
30
26 (65%)
25
20
15
14 (35%)
10
Kurang dari 17 tahun
Lebih dari sama dengan 17
tahun
5
0
Kurang dari 17 tahun Lebih dari sama dengan
17 tahun
Grafik 4. Gambaran Usia (tahun) Pertama Kali berhubungan Seks pada
Pasien Kanker Serviks di RSU Kabupaten Tangerang Bulan Januari 2008
sampai Desember 2009
Data tersebut menunjukkan bahwa pasien yang pada saat
didiagnosis menderita kanker serviks pada periode Januari 2008 sampai
Desember 2009 yang usia pertama kali berhubungan seks kurang dari 17
tahun adalah 35 % (18 orang), sedangkan yang usia pertama kali
berhubungan lebih sama dengan 17 tahun adalah 65% ( 26 orang )
Hal ini berbeda dengan teori yang telah dikemukakan sebelumnya.
Menurut Sarwono Prawirohardjo, saat ini, telah diketahui banyak sekali
faktor resiko yang dianggap penting akan terjadinya displasia dan
karsinoma in situ seperti : melakukan hubungan kelamin saat usia dini
(<16 tahun), memiliki banyak pasangan seksual, terinfeksi HPV resiko
tingi secara persisten, dan memiliki pasangan laki – laki dengan riwayat
banyak memiliki pasangan. (Sarwono Prawirohardjo, 2008)
Karena sel kolumnar serviks lebih peka terhadap metaplasia selama
usia dewasa, maka wanita yang berhubungan seksual sebelum usia 18
tahun akan berisiko terkena kanker serviks lima kali lipat. (Imam Rasjidi,
2008)
36
Perempuan yang melakukan hubungan seks pada usia kurang dari
17 tahun mempunyai risiko 3 kali lebih besar daripada yang menikah pada
usia lebih dari 20 tahun. Sedangkan kemungkinan terserang kanker leher
rahim pada mereka yang berusia di bawah 16 tahun ke bawah bisa 10-12
kali lebih besar daripada mereka yang telah berusia 20 tahun ke atas saat
sudah melakukan hubungan seksual. (Sjamsuddin, 2001)
Hal ini mungkin disebabkan oleh kurangnya jumlah sampel.
Jumlah sampel yang minim, yaitu 40 orang kurang mewakili angka
kejadian kanker serviks pada pasien rawat inap di RSU Kabupaten
Tangerang pada bulan Januari 2008 sampai Desember 2009 berdasarkan
usia pertama kali berhubungan seks. Selain itu tidak menutup
kemungkinan bahwa pasien melakukan hubungan seksual pertama kali
saat mereka belum menikah. Karena itu, untuk kedepannya perlu
dipastikan bahwa usia pertma kali menikah yang tertera pada rekam medis
merupakan usia pertama kali berhubungan seks.
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1
KESIMPULAN
1. Prevalensi kanker serviks pada pasien rawat inap di Rumah Sakit
Umum Kabupaten Tangerang pada bulan Januari 2008 sampai
Desember 2008 sebesar 18/20.979 populasi dan pada bulan Januari
2009 sampai Desember 2009 sebesar 22/24.443 populasi.
2. Pola distribusi kanker serviks berdasarkan usia penderita pada pasien
rawat inap di Rumah Sakit Umum Kabupaten Tangerang dari bulan
Januari 2008 sampai Desember 2009 bervariasi dengan usia penderita
minimal 27 tahun dan usia penderita maksimal adalah 67 tahun. Hasil
usia penderita kanker serviks berusia kurang dari 45 tahun adalah 18 orang
(45%), berusia 45-50 tahun adalah 5 orang (12.5%) dan yang lebih dari 50
tahun adalah 17 orang (42.5%).
3. Pola distribusi kanker serviks berdasarkan usia pertama kali
berhubungan seks pada pasien rawat inap di Rumah Sakit Umum
Kabupaten Tangerang dari bulan Januari 2008 sampai Desember 2009
didapatkan usia minimal pertama kali berhubungan seks adalah 10
tahun dan usia maksimal pertama kali berhubungan seks adalah 38
tahun. Hasil usia pertama kali berhubungan seks kurang dari 17 tahun
adalah 18 orang (35%), sedangkan yang usia pertama kali berhubungan lebih
sama dengan 17 tahun adalah 26 orang (65%).
4. Pola distribusi kanker serviks berdasarkan stadium kanker serviks
menurut The International Federation of Gynecology and Obstetrics
(FIGO) pada pasien rawat inap di Rumah Sakit Umum Kabupaten
Tangerang dari bulan Januari 2008 sampai Desember 2009 diketahui
bahwa hasil diagnosis terbanyak pada stadium IIIb sebanyak 27 orang
atau sekitar 67, 5 % dari total penderita.
37
38
5.2
SARAN
1. Sebaiknya penelitian dilakukan dengan menggunakan data primer agar data yang
diterima lebih dapat mencerminkan keadaan.
2. Untuk penelitian lebih lanjut sebaiknya menambahkan variabel – variabel lain
seperti jumlah pasangan seksual, penggunaan alat kontrasepsi, dan riwayat
merokok.
DAFTAR PUSTAKA
A WHO Meeting. Weekly Epidemiological Record. Bulletin of The World Health
Organization.
2009;84:117-32
dikutip
dari
Geneva,
WHO,
2007
(http://whqlibdoc.who.int/hq/2007/WHO_IVB_07.05_eng) pada hari Jumat,
1 Februari 2010 pukul 8 p.m
Cannistre SA, Nillof JM. Cancer of The Uterine Cervix. The New Eng Jour Med
1996;334: 1030-7 dikutip dari http://www.digilib.ui.ac.id/opac/themes/libri2/
pada hari Jumat, 1 Februari 2010 pukul 8 p.m
Cho NH, An HJ, Jeoung JK, Kang S, Kim JW, Kim YT et al. Genotyping of 22
Human Papilomavirus Types by DNA chip in Korean Women : Comparison
with Cytologic Diagnosis. Am J Obstret Gynecol. 2003:188:56-62
Cole HM. Diagnostic Therapeutic Technology Assesment (DATTA). JAMA
1993:270:2975-81 dikutip dari http://www.digilib.ui.ac.id/opac/themes/libri2/
pada hari Jumat, 1 Februari 2010 pukul 8 p.m
Part TW, Fujiwara H, Wright C. Molecular Biology of Cervical Cancer and Its
Precursor.
Cancer.
1995
:
76
:
1902-13
dikutip
dari
http://www.digilib.ui.ac.id/opac/themes/libri2/ pada hari Jumat, 1 Februari
2010 pukul 8 p.m
Prawirohardjo, Sarwono. Ilmu Kandungan.Edisi 2. PT. Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo: Jakarta. 2008 : 380-9
Rasjidi Imam dan Sulistyanto Henri. Vaksin Human Papilloma Virus dan Eradikasi
Kanker Mulut Rahim. Sagung Seto : Jakarta. 2007:8-25
Richart RM. Screening, The Next Century. Cancer 1995;76:1919-27 dikutip dari
http://www.digilib.ui.ac.id/opac/themes/libri2/ pada hari Jumat, 1 Februari
2010 pukul 8 p.m
39
40
Schiffman MH, Brinton LA. The Epidemiology of Cervical Carcinogenesis.
Cancer
1995;76:1888-90
dikutip
dari
http://www.digilib.ui.ac.id/opac/themes/libri2/ pada hari Jumat, 1 Februari
2010 pukul 8 p.m
Sjamsuddin, Sjahrul . Pencegahan dan deteksi dini kanker serviks. Cermin Dunia
Kedokteran 2001; 133:8-13
Thompson JD, Shingleton HM. Histopatology of cervical cancer. In : Rock JA,
Thompson JD. Te Linde’s Operative Gynecology 8th Ed. Lipicott-Raven.
Philadelphia.
1997
dikutip
dari
http://www.digilib.ui.ac.id/opac/themes/libri2/ pada hari Jumat, 1 Februari
2010 pukul 8 p.m
Tim Penenggulangan Kanker Terpadu RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo. Kanker
di RSUPNCM tahun 1998. Jakarta, 1999
Vinay K and Ramzi S. Cotrain. 2007. Stanley L, Robbin . Buku Ajar Patologi.
7th. Jakarta : EGC
World Health Organization. Comprehensive cervical cancer control. A guide to
Essential Practice.. Geneva: WHO;2006
Womack SD, Chirenje ZM, et al. Evaluation of Human Papillomavirus Assay in
Cervical Screening in Zimbabwe. Br Jour Obstet Gynecol 2000;107:33-8
dikutip dari http://www.digilib.ui.ac.id/opac/themes/libri2/ pada hari Jumat,
5 Februari 2010 pukul 8 p.m
http://www.who.int/cancer/modules/en/index.html diunduh pada hari Minngu, 20
Februari 2010 pukul 8 p.m
http://www.who.int/features/factfiles/cancer/05_en.html
Minggu, 20 Februari 2010 pukul 8 p.m
diunduh
pada
hari
41
http://www.who.int/reproductivehealth/topics/cancers/en/index.html diunduh pada
hari Minggu, 20 Februari 2010 pukul 8 p.m
http://www.who.int/features/factfiles/cancer/en/index.html diunduh pada hari
Minggu, 20 Februari 2010 jam 7.50 p.m
42
LAMPIRAN 1
OUTPUT
Frekuensi angka kejadian kanker serviks berdasarkan usia
Frequencies
[DataSet1] E:\Documents\RISET\RSU KAB. TANGERANG\SPSS\input data.sav
Statistics
usia kelompok pasien
N
Valid
Missing
40
0
usia kelompok pasien
Cumulative
Frequency
Valid
kurang dari 45 tahun
Percent
Valid Percent
Percent
18
45.0
45.0
45.0
5
12.5
12.5
57.5
lebih dari 50 tahun
17
42.5
42.5
100.0
Total
40
100.0
100.0
45-50 tahun
Frekuensi angka kejadian kanker serviks berdasarkan usia pertama kali berhubungan seks
Explore
[DataSet1] E:\Documents\RISET\RSU KAB. TANGERANG\SPSS\input data.sav
Case Processing Summary
Cases
Valid
N
usia pasien saat terdiagnosis
Missing
Percent
40
100.0%
N
Total
Percent
0
.0%
N
Percent
40
100.0%
43
Descriptives
Statistic
usia pasien saat terdiagnosis Mean
Std. Error
47.80
95% Confidence Interval for Lower Bound
Mean
1.637
44.49
Upper Bound
51.11
5% Trimmed Mean
47.86
Median
47.00
Variance
107.241
Std. Deviation
10.356
Minimum
27
Maximum
67
Range
40
Interquartile Range
16
Skewness
Kurtosis
.001
.374
-.669
.733
Frequencies
[DataSet1] E:\Documents\RISET\RSU KAB. TANGERANG\SPSS\input data.sav
Statistics
Usiasex
N
Valid
Missing
40
0
usiasex
Cumulative
Frequency
Valid
Percent
Valid Percent
Percent
kurang dari 17 tahun
14
35.0
35.0
35.0
lebih sama dengan 17 tahun
26
65.0
65.0
100.0
Total
40
100.0
100.0
44
Explore
[DataSet1] E:\Documents\RISET\RSU KAB. TANGERANG\SPSS\input data.sav
Case Processing Summary
Cases
Valid
N
usia pertama kali
Percent
40
berhubungan sex
Missing
N
100.0%
Total
Percent
0
.0%
N
Percent
40
100.0%
Descriptives
Statistic
usia pertama kali
berhubungan sex
Std. Error
Mean
17.82
95% Confidence Interval for Lower Bound
16.36
Mean
Upper Bound
19.29
5% Trimmed Mean
17.44
Median
17.00
Variance
Std. Deviation
21.122
4.596
Minimum
10
Maximum
38
Range
28
Interquartile Range
.727
3
Skewness
2.280
.374
Kurtosis
8.796
.733
Frekuensi angka kejadian kanker serviks berdasarkan usia pertama kali berhubungan seks
45
Frequencies
[DataSet1] E:\Documents\RISET\RSU KAB. TANGERANG\SPSS\input data.sav
Statistics
diagnosis kanker serviks
menurut FIGO
N
Valid
40
Missing
0
diagnosis kanker serviks menurut FIGO
Cumulative
Frequency
Valid
Percent
Valid Percent
Percent
Ib
2
5.0
5.0
5.0
IIa
6
15.0
15.0
20.0
IIb
1
2.5
2.5
22.5
IIIa
3
7.5
7.5
30.0
IIIb
27
67.5
67.5
97.5
IVa
1
2.5
2.5
100.0
40
100.0
100.0
Total
46
LAMPIRAN 2
DATA PASIEN RAWAT INAP TERDIAGNOSIS CA SERVIKS DI RSU KABUPATEN
TANGERANG TAHUN 2008
NO.
NAMA
USIA
DIAGNOSIS
Ca Cerviks st. IIIb
USIA SEKS PERTAMA KALI
1.
Sumarni
40
2.
Mariati
58
3.
Hartini
55
Ca Cerviks st. IIIb
38
4.
Tika
44
ca serviks st. IIIb
17
5.
Muayanah
51
Ca Cerviks st. IIa
15
6.
Nora
36
Ca Cerviks st. IIa
16
7.
Mariati
57
Ca Cerviks st. IIIb
24
8.
Sarnih
35
Ca Cerviks st. IIIa
16
9.
Tinur
51
Ca Cerviks st. IIIb
18
10.
Siti Hayati
55
Ca Cerviks st. IIIb
18
11.
Saiwah
53
Ca Cerviks st. IIIb
17
12.
Muiyah
35
Ca Cerviks st. IIIb
20
13.
Imas
27
Ca Cerviks st. IIa
13
14.
Maryati
41
Ca Cerviks st. IIb
17
15.
Sumerna
39
Ca Cerviks st. IIIb
17
16.
Sawiyah
67
Ca Cerviks st. IIIb
14
17.
Unah
41
Ca Cerviks st. IIIb
16
18.
Sumenah
39
Ca Cerviks st. IIIb
17
Ca Cerviks st. IIIb
15
24
47
LAMPIRAN 3
DATA PASIEN RAWAT INAP TERDIAGNOSIS CA SERVIKS DI RSU KABUPATEN
TANGERANG TAHUN 2009
NO
NAMA
USIA
DIAGNOSIS
USIA SEKS PERTAMA
KALI
1.
Sakdiah
42
Ca Cerviks st. IIIb
18
2.
Tumini
32
Ca Cerviks st. IIIb
20
3.
Neni
47
Ca Cerviks st. IIIb
15
4.
Sumah
54
Ca Cerviks st. IIIb
17
5.
Idah
48
Ca Cerviks st. IIa
17
6.
Nati
44
Ca Cerviks st. Ib
12
7.
Nozi Dwi K
41
Ca Cerviks st. IIIb
24
8.
Haw Erwin
56
Ca Cerviks st. IIIb
21
9.
Maryati
41
Ca Cerviks st. IIIb
10.
Hardjah
65
Ca Cerviks st. IVa
14
11.
Arsiti
62
Ca Cerviks st. IIIb
18
12.
Juarsih
67
Ca Cerviks st. IIIb
10
13.
Ati
51
Ca Cerviks st. IIa
18
14.
Kamdana
49
Ca Cerviks st. IIIb
15
15.
Armi
60
Ca Cerviks st. IIIb
18
16.
Saadah
47
Ca Cerviks st. IIIb
18
17.
Maerah
28
Ca Cerviks st. IIIa
15
18.
Mana
44
Ca Cerviks st. Ib
20
19.
Jubaedah
47
Ca Cerviks st. IIIb
16
20.
Ati
55
Ca Cerviks st. IIIa
18
17
48
21.
Anih
39
Ca Cerviks st. IIa
22.
Anis
57
Ca Cerviks st. IIIb
15
25
49
LAMPIRAN 3
Riwayat Penulis
RIWAYAT HIDUP
RANI BUDIWIDYANINGRUM
Nama : Rani Budiwidyaningrum
Jenis Kelamin : Perempuan
Tempat & Tgl Lahir : Tangerang, 3 November 1988
Agama : Islam
Status : Belum Kawin
Kewarganegaraan : Indonesia
Penguasaan Bahasa : Indonesia dan Inggris
Alamat : JI Shello Blok K/11
Komplek Taman Cipondoh Permai
Tangerang 15148
Telepon : 021-5540403
Handphone : 085697975009
Email : [email protected]
50
Pendidikan
Perguruan Tinggi : Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta, 2007 sampai sekarang
Fakultas/Jurusan : Kedokteran dan Ilmu Kesehatan/Pendidikan Dokter
IP terakhir : 3. 70
SMA :
SMA Negeri 1, Tangerang, 2004-2007
SMP : SMP Negeri 1, Tangerang, 2001-2004
SD : SD Negeri Sukasari IV (Program Unggulan),
Tangerang, 2000-2001
SD Islamic Village, Tangerang 1995-2000
Kursus dan Seminar

Advanced Levels General English Course di
Lembaga Bahasa LIA Afiliasi Tangerang I,
Tangerang

Seminar Jantung Sehat Indonesia, IDI (2007)

Seminar Chronic Disease, UIN (2009)

Seminar Kesehatan Ibu dan Anak, UGM (2009)

Anggota CIMSA, Center For Indonesia Medical Student
Organisasi
Activities. (2008 - sekarang)

Anggota IFMSA, Internaional Federation of Medical
Student’s Association.(2008 - sekarang)
Download