128 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A

advertisement
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
1. Berdasarkan karakteristik responden tentang kelengkapan rekam medis,
didapatkan bahwa sebagian besar responden berusia diatas 50 tahun, berjenis
kelamin laki-laki, lama kerja diatas 15 tahun, merupakan karyawan
nonorganik, pendidikan terakhir spesialis, bertugas di bagian penyakit dalam,
kebidanan, anak dan bedah.
2. Berdasarkan pengetahuan dokter tentang rekam medis, pengetahuan kategori
kurang maupun baik hampir sama banyak.
3. Dari seluruh kelengkapan rekam medis kategori kurang sebagian besar dibuat
oleh responden berusia diatas 60 tahun, berjenis kelamin laki-laki, telah
bekerja selama lebih dari 20 tahun, merupakan karyawan nonorganik,
pendidikan terakhir dokter spesialis, dan dokter bagian penyakit dalam.
4. Kelengkapan rekam medis, kelengkapan informed consent operasi atau
tidakan maupun kelengkapan informed consent anestesi, belum memenuhi
Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit Tahun 2007 yaitu kelengkapan
rekam medis dan kelengkapan informed consent harus mencapai 100%. Hal
ini akan berdampak pada penurunan kualitas dan mutu pelayanan rumah sakit
karena kelengkapan rekam medis merupakan tulang punggung dalam menilai
mutu atau kualitas pelayanan maupun mutu atau kualitas administrasi dari
rumah sakit. Dan jika tidak ditanggulangi dengan segera dapat mengakibatkan
hambatan dalam proses akreditasi yang pada akhirnya mempengaruhi izin
rumah sakit.
5. Kelengkapan bagian-bagian dalam rekam medis, diurutkan dari yang paling
tidak lengkap sampai yang paling lengkap adalah:
a. Formulir Komunikasi
b. Formulir POMR
c. Catatan Perkembangan Harian
d. Catatan Pemeriksaan Awal
e. Keterangan Kematian
128
f. Laporan Operasi
g. Informed Consent Tindakan atau Operasi
h. Laporan Anestesi
i.
Informed Consent Anestesi
j.
Resume Medis
6. Dari penelitian didapatkan bahwa lama bekerja berhubungan dengan
kelengkapan rekam medis. Lama bekerja adalah faktor penghambat dalam
melengkapi rekam medis, semakin lama seorang dokter bekerja maka
kelengkapan rekam medis akan menurun. Hal ini disebabkan karena
kejenuhan dokter dalam mengisi rekam medis, tidak adanya sosialisasi dari
pihak manejemen mengenai pengisian rekam medis baik kepada dokter baru
maupun penyegaran kepada dokter yang sudah bekerja lama di rumah sakit,
tidak tahunya dokter mengenai kebijakan dari manajemen mengenai rekam
medis.
7. Komponen rekam medis di RS Husada sudah sesuai dengan Peraturan Menteri
Kesehatan nomor 269 tahun 2008 tentang Rekam Medis dan memenuhi
persyaratan akreditasi sesuai dengan Standar Akreditasi Rumah Sakit tahun
2011 (Kemkes RI, 2011).
8. Dari penelitian didapatkan sebagian besar responden menyatakan bahwa
mereka selalu mengisi rekam medis dengan lengkap namun hal ini berbanding
terbalik dengan hasil audit kelengkapan rekam medis. Menurut responden
penyebab dari ketidaklengkapan rekam medis disebabkan karena terbatasnya
waktu bagi responden untuk melakukan praktik di unit rawat jalan, memeriksa
pasien di bangsal rawat inap, dan melakukan tindakan atau operasi. Dari hasil
penelitian didapatkan bahwa sebagian besar responden merupakan dokter
nonorganik yang tidak setiap hari datang ke RS Husada. Sedangkan bagi
dokter organik, disibukkan dengan tugas-tugas nonmedis seperti anggota
panitia akreditasi, panitia mutu, komite medis, dan sebagainya. Namun
didapatkan bahwa walaupun responden memiliki beban kerja ringan,
kelengkapan rekam medis masing-masing dokter masih kurang, sehingga
ditengarai ada penyebab lain dalam ketidaklengkapan rekam medis ini.
129
Beberapa hal yang dapat menjadi faktor ketidaklengkapan rekam medis adalah
bahwa formulir rekam medis terlalu banyak, pengisian rekam medis
memerlukan banyak waktu, dan perlu adanya asisten untuk melengkapi rekam
medis. Dari penelitian juga didapatkan responden yang menyatakan bahwa
ketidaklengkapan rekam medis tidak akan menimbulkan masalah apapun
baginya dan tanpa rekam medis masih dapat dilakukan pengobatan terhadap
pasien.
9. Beban kerja dokter dalam memeriksa pasien sangat bervariasi, dalam satu
bagian saja tidak sama, ada dokter yang memeriksa 1 pasien/jam, namun ada
juga dokter yang memeriksa 29 pasien/jam selama melakukan praktik rawat
jalan. Dan didapatkan bahwa jumlah pasien rawat inap sejalan dengan rawat
jalan (jika pasien rawat jalan banyak, pasien rawat inap juga akan banyak).
Sehingga beban kerja dokter dengan pasien rawat inap banyak, akan
bertambah berat karena pasien rawat jalan juga banyak.
B. SARAN
1. Perlu dilakukan dilakukan penelitian dengan wawancara mendalam terhadap
para responden untuk mengetahui alasan mengapa rekam medis masih belum
lengkap, yang karena keterbatasan waktu tidak sempat dilakukan oleh peneliti
2. Formulir penjelasan tindakan informed consent sebaiknya dibuat dalam
bentuk tercetak sehingga dokter hanya tinggal membacakan pada pasien
3. Sosialisasi kepada dokter yang dilakukan secara berkala setiap 6 bulan sekali.
Hal-hal yang disosialisasikan adalah:
a. substansi/isi rekam medis yaitu pentingnya kelengkapan rekam medis,
komponen-komponen rekam medis yang harus dilengkapi
b. refreshing rekam medis yaitu peraturan baru rekam medis, ketentuan baru
rekam medis seperti tentang pengkodean diagnosis sesuai tarif INA-CBGs
(Indonesian Case Based Groups) yang sangat penting dalam pelayanan
pasien peserta BPJS (Badan Penyelenggara Jaminan Sosial)
c. dampak dari ketidaklengkapan rekam medis terutama terhadap proses
akreditasi rumah sakit dan dampaknya secara hukum.
130
4. Audit kelengkapan rekam medis dilakukan setiap hari oleh salah seorang
petugas di Instalasi RMIK, jika didapatkan rekam medis yang tidak lengkap
maka petugas sudah disiapkan dengan surat, lengkap dengan nomor surat,
untuk meminta dokter melengkapi rekam medis yang ada tembusannya ke
jajaran direksi. Komponen rekam medis yang dinilai harus sesuai dengan
peraturan rekam medis dan keperluan akreditasi rumah sakit, yaitu:
a. Formulir Komunikasi
b. Catatan Perkembangan Harian
c. Catatan Pemeriksaan Awal
d. Laporan Operasi
e. Informed Consent Tindakan atau Operasi
f. Laporan Anestesi
g. Informed Consent Anestesi
h. Resume Medis
5. Di dalam Instalasi RMIK, petugas yang melakukan audit setiap hari harus
mempunyai job description yang jelas untuk keperluan monitoring dan
evaluasi, harus dilakukan rotasi petugas untuk menghindari kejenuhan petugas
dan perlu ada penyegaran bagi petugas baik berupa in house training maupun
kursus di luar RS sebagai reward bagi petugas yang telah melakukan audit
dengan baik agar kinerja petugas tersebut tetap baik.
6. Hasil audit kelengkapan rekam medis dibuat sistem rangking dokter dengan
kelengkapan rekam medis yang paling lengkap sampai yang paling tidak
lengkap, dan disosialisasikan kepada seluruh dokter setiap 3 bulan sekali.
7. Berdasarkan surat ketidaklengkapan rekam medis dari Instalasi RMIK
manajemen dapat menilai tingkat kelengkapan rekam medis masing-masing
dokter. Tingkat kelengkapan masing-masing dokter ini dapat dimasukkan
sebagai salah satu poin penilaian kinerja dokter. Dengan sistem poin ini
manajemen dapat memutuskan apakah dokter tersebut diberikan reward
dikaitkan dengan sistem remunerasi atau bonus akhir tahun. Reward lain yang
dapat diberikan pada dokter adalah dibuat kompetisi dokter teladan rumah
sakit yang dapat dilakukan setiap tahun, untuk dokter yang memiliki kinerja
131
paling baik maka manajemen akan memberikan hadiah dalam bentuk promosi
atau kursus gratis. Sistem poin penilaian kinerja dokter dimasukkan sebagai
salah satu rekomendasi bagi tim kredensial untuk mempertimbangkan
kelanjutan praktik dokter tersebut di rumah sakit.
8. Berdasarkan surat ketidaklengkapan rekam medis dari Instalasi RMIK
manajemen dapat langsung melakukan intervensi. Punishment yang diberikan
dapat berupa penundaan pembayaran biaya jasa medis dokter sampai dokter
tersebut melengkapi rekam medis, teguran secara lisan dengan cara
pemanggilan oleh pihak manajemen, maupun tulisan berupa surat peringatan,
hingga rekomendasi ke komite medis untuk penghentian praktik dokter
tersebut jika diperlukan.
9. Manajemen harus memperbaiki sistem penjadwalan dokter yang melakukan
praktik di RS Husada karena masih ada perbedaan yang mencolok pada dalam
beban kerja dokter. Manajemen jangan bergantung pada “5 star doctors” atau
“doctor based”, yang pada awalnya direkrut untuk mencari pasien, karena
dapat mengganggu dinamika jumlah pasien rawat jalan maupun rawat inap di
rumah sakit jika dokter tersebut tiba-tiba meninggalkan rumah sakit.
Manajemen jangan membiarkan pasien berobat ke dokter-dokter tertentu saja
yang akan mengakibatkan dokter-dokter tertentu overload dalam menangani
pasien namun ada pula dokter yang underload pasien.
10. Perlu dilakukan regenerasi dokter dengan melakukan rekrutmen dokter-dokter
baru. Manajemen harus bersifat aktif dalam mencari calon DPJP yang masih
berusia muda untuk dijadikan karyawan organik. Masukkan materi rekam
medis dalam orientasi dokter ataupun setiap karyawan baru.
11. Dalam rencana jangka panjang ada baiknya manajemen mempertimbangkan
penggunaan rekam medis elektronik yang akan mengurangi pengulangan
input data dan meningkatkan keamanan pasien.
12. Direktur rumah sakit harus melakukan evaluasi terhadap kepentingan dan
manfaat kelengkapan rekam medis selain sebagai bahan dokumentasi dan
komunikasi antar petugas rumah sakit, namun merupakan alat bukti tertulis
utama, dan bermanfaat dalam penyelesaian masalah hukum, disiplin, dan etik;
132
untuk perhitungan biaya pasien, penilaian mutu atau kualitas rumah sakit, dan
untuk perencanaan rumah sakit.
13. Saran kepada institusi pendidikan kedokteran adalah harus ada kurikulum
khusus yang cukup tentang rekam medis. Para calon dokter harus diajarkan
definisi, tujuan, nilai-nilai, manfaat, fungsi, maupun format rekam medis.
Bagaimana dampak hukum, etik, dan perhitungan biaya pasien dari
ketidaklengkapan rekam medis.
133
Download