I. PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Kanker merupakan penyakit yang disebabkan oleh adanya pertumbuhan sel yang tidak normal dan tidak terkendali sehingga dapat menimbulkan kematian. Berdasarkan data WHO (2011), kematian akibat kanker diperkirakan akan terus meningkat hingga lebih dari 11 juta orang pada tahun 2030. Berdasarkan data dari Instalasi Deteksi Dini dan Promosi Kesehatan RS Kanker Dharmais, kanker payudara menempati urutan pertama pada pasien rawat inap selama tahun 2010-2013. Tingginya angka kematian akibat kanker payudara disebabkan karena adanya metastasis kanker. Data klinis menyebutkan bahwa mutasi p53 merupakan penyebab terjadinya metastasis pada kanker payudara (Arjonen dkk., 2014). Saat ini, terapi utama untuk kanker adalah kemoterapi, yaitu terap dengan menggunakan suatu agen kemoterapi. Salah satu agen kemoterapi yang sering digunakan untuk pengobatan kanker payudara adalah doxorubicin. Permasalahan dalam terapi kanker menggunakan doxorubicin adalah timbulnya efek samping yang merugikan, terutama terkait dengan toksisitas dan terjadinya resistensi (Han dkk., 2008). Toksisitas doxorubicin berkorelasi positif dengan dosis kumulatif yang diberikan sehingga efektivitas pemanfaatan doxorubicin terbatasi oleh dosis dan lama pemberian. Pengurangan dosis mampu mengurangi toksisitas dan efek samping doxorubicin. Oleh karena itu, diperlukan suatu usaha untuk mengurangi efek 1 2 samping agen kemoterapi dengan tetap mempertahankan efek terapeutik pada sel kanker Terapi kombinasi (kokemoterapi) doxorubicin dengan suatu agen kemopreventif merupakan suatu alternatif untuk mengatasi resistensi, meningkatkan efikasi dan mengurangi efek toksik (Rom dkk., 2008). Suatu senyawa dari alam, yaitu kurkumin telah banyak diteliti dan memiliki potensi untuk dikembangkan sebagai agen kokemoterapi. Kurkumin dilaporkan dapat menghambat pertumbuhan sel kanker melalui berbagai jalur. Namun demikian, berdasarkan penelitian, kelarutan kurkumin dalam air cukup rendah sehingga menyulitkan untuk pemberian kurkumin pada kondisi klinis (Tokumura dkk., 1987). Untuk meningkatkan bioavailabilitas kurkumin dalam tubuh, telah dikembangkan senyawa garam kurkumin, yaitu natrium kurkuminat (Mukhopadhyay dkk., 1982). Senyawa garam natrium kurkuminat tersebut telah terbukti memiliki aktivitas antiinflamasi yang lebih baik daripada senyawa kurkumin. Pada akhir abad ke-20, Fakultas Farmasi UGM kemudian mengembangkan analog kurkumin, yaitu pentagamavunon-0 [2,5-bis(4’hidroksi-3’-metoksibenzilidin) siklopentanon] (Da’i dkk., 2007a). Senyawa ini disintesis dengan pertimbangan bahwa kurkumin alam mudah mengalami reaksi hidrolisis dan degradasi yang disebabkan oleh adanya gugus metilen aktif sehingga dilakukan perubahan gugus diketon pada kurkumin menjadi analog gugus monoketon sekaligus menghilangkan gugus metilen aktif (Da’i dkk., 2007a). Hasil uji aktivitas anti-inflamasi melalui penghambatan 3 siklooksigenase dan aktivitas anti-oksidan membuktikan bahwa senyawa pentagamavunon-0 (PGV-0) lebih baik daripada kurkumin (Nurrochmad, 2001). Penelitian sebelumnya juga menunjukkan bahwa senywa PGV-0 memiliki aktivitas sitotoksik pada berbagai jenis sel kanker (Hermawan dkk., 2011; Meiyanto dkk., 2014, 2007). Namun, permasalahan yang sama dengan kurkumin terjadi pada senyawa PGV-0, yaitu bioavailabilitas dalam tubuh yang kecil karena sukar larut dalam air. Hal ini menjadi latar belakang dikembangkannya senyawa garam analog kurkumin, yaitu Kalium Pentagamavunon-0 (K PGV-0). Senyawa ini terbukti memiliki kelarutan yang lebih baik daripada senyawa PGV-0 (Supardjan dan Verawati, 2005). Senyawa K PGV-0 diharapkan akan memiliki aktivitas yang sama atau lebih baik daripada PGV-0. Penelitian terdahulu menyebutkan bahwa senyawa PGV-0 memiliki aktivitas sitotoksik sel kanker payudara T47D yang merupakan sel kanker payudara p53 termutasi. Mekanisme molekuler senyawa PGV-0 pada kanker payudara T47D juga telah diketahui. Senyawa PGV-0 dilaporkan mampu menyebabkan apoptosis pada sel kanker payudara T47D melalui penghambatan caspase-3 (Meiyanto dkk., 2007). Penelitian lain menyebutkan bahwa kombinasi PGV-0 dengan agen kemoterapi doxorubicin dilaporkan mampu mengakibatkan akumulasi sel pada fase subG1 (Hermawan dkk., 2011). Namun demikian, hingga saat ini belum pernah dilakukan kajian mengenai potensi K PGV-0 dalam menghambat pertumbuhan sel kanker payudara sehingga dalam penelitian ini akan dilakukan pengamatan viabilitas 4 sel, induksi apoptosis, dan modulasi siklus sel kanker payudara T47D akibat pemberian K PGV-0. Selain itu, dalam penelitian ini juga akan dilakukan kajian mengenai potensi senyawa K PGV-0 dalam menghambat proses metastasis kanker. Proses penghambatan metastasis kanker akan diamati dari peristiwa migrasi sel dan aktivitas matrix metalloproteinase-9 (MMP-9) pada sel kanker payudara metastasis 4T1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan bukti ilmiah mengenai aktivitas penghambatan pertumbuhan kanker payudara oleh senyawa garam analog kurkumin, K PGV-0 yang nantinya dapat menjadi alternatif pengobatan yang lebih efektif dalam menghambat pertumbuhan sel kanker payudara. 1.2 Permasalahan Penelitian a. Apakah K PGV-0 bersifat sitotoksik pada sel kanker payudara T47D dan 4T1? b. Apakah K PGV-0 dan kombinasinya dengan doxorubicin mampu menginduksi apoptosis pada sel kanker payudara T47D? c. Bagaimana efek K PGV-0 dan kombinasinya dengan doxorubicin pada siklus sel kanker payudara T47D? d. Apakah K PGV-0 dan kombinasinya dengan doxorubicin mampu menghambat migrasi kanker payudara 4T1? e. Apakah K PGV-0 dan kombinasinya dengan doxorubicin dapat menurunkan ekspresi protein MMP-9 pada kanker payudara 4T1? 5 1.3 Keaslian Penelitian Telah banyak penelitian mengenai aktivitas kurkumin terhadap sel kanker baik in vitro maupun in vivo. Penelitian mengenai senyawa analog kurkumin, PGV-0 telah dilakukan dan menunjukkan aktivitas sitotoksik yang lebih baik daripada kurkumin. Namun demikian, dengan mempertimbangkan kelarutan yang terkait dengan bioavailabilitas senyawa dalam tubuh, penelitian mengenai aktivitas analog kurkumin K PGV-0 pada penghambatan kanker perlu dilakukan. Saat ini, belum banyak penelitian mengenai aktivitas analog kurkumin K PGV-0 sebagai agen kemoterapi maupun kokemoterapi kanker, khususnya kanker payudara metastasis. Oleh karena itu, pada penelitian ini dilakukan pengamatan aktivitas K PGV-0 pada sel kanker payudara terutama pada proses apoptosis, siklus sel, dan metastasis melalui aktivitas migrasi dan ekpresi MMP-9. 1.4 Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas sitotoksik dan penghambatan metastasis senyawa garam analog kurkumin, K PGV-0 baik tunggal maupun kombinasinya dengan agen kemoterapi doxorubicin pada sel kanker payudara. Tujuan khusus dari penelitian : 1. Mengetahui aktivitas sitotoksik K PGV-0 pada sel kanker payudara T47D dan 4T1 2. Mengkaji induksi apoptosis kombinasi K PGV-0 dan doxorubicin pada sel kanker payudara T47D 6 3. Mengkaji modulasi siklus sel kombinasi K PGV-0 dan doxorubicin pada sel kanker payudara T47D 4. Mengkaji aktivitas migrasi sel 4T1 akibat perlakuan kombinasi K PGV-0 dan doxorubicin 5. Mengkaji aktivitas protein MMP-9 akibat perlakuan kombinasi K PGV-0 dan doxorubicin pada sel kanker payudara 4T1 1.5 Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini akan memberikan manfaat bagi mahasiswa, institusi dan ilmu pengetahuan. Bagi mahasiswa dan institusi, penelitian ini dapat menjadi salah satu sarana peningkatan kualitas riset dan menjadi bahan publikasi pada jurnal ilmiah sehingga dapat menambah kekayaan informasi dan menjadi landasan untuk pengembangan penalitian selanjutnya. Bagi ilmu pengetahuan, penelitian ini dapat menjadi bukti ilmiah baru mengenai aktivitas anti-kanker senyawa analog kurkumin, K PGV-0 khusunya aktivitas senyawa pada modulasi apoptosis, siklus sel, migrasi dan invasi kanker payudara. Hal ini akan mendukung penelitian pengembangan senyawa analog kurkumin untuk dapat diaplikasikan pada pasien kanker, khususnya kanker payudara metastasis.