7 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2. 1. Defenisi Pre

advertisement
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2. 1. Defenisi
Pre-hipertensi adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami
peningkatan tekanan darah di atas normal yang di tunjukkan oleh angka systolic
120-139 mmHg dan angka diastolic 80-89 mmHg. Pre-hipertensi merupakan
suatu tanda peringatan bahwa seseorang mungkin memiliki tekanan darah tinggi
di masa yang akan datang. Saat ini tekanan darah yang dikatakan normal adalah
yang lebih rendah dari 120/80 mmHg, dengan titik acuan 115/75 mmHg, risiko
terhadap serangan jantung dan stroke meningkat 2 kali lipat untuk setiap
peningkatan sistolik 20 mmHg atau diastolik 10 mmHg pada orang dewasa
berusia 40 – 70 tahun. Tekanan darah tinggi meningkatkan risiko terhadap
serangan jantung, stroke, coronary heart disease (penyakit jantung koroner atau
penyakit yang terjadi apabila arteri koroner yang memberi suplai darah dan
oksigen kepada otot jantung mengalami pengerasan dan penyempitan akibat
endapan lemak yang menumpuk di dinding dalamnya), gagal jantung dan juga
gagal ginjal.10
Penyakit darah tinggi atau hipertensi (hypertension) adalah suatu keadaan
dimana seseorang mengalami peningkatan tekanan darah di atas normal yang di
tunjukkan oleh angka systolic dan angka diastolic pada pemeriksaan tekanan
darah menggunakan alat pengukur tekanan darah. Nilai normal tekanan darah
seseorang dengan ukuran tinggi badan, berat badan, tingkat aktifitas normal dan
kesehatan secara umum adalah 120/80 mmHg. Dalam aktifitas sehari-hari,
7
Universitas Sumatera Utara
8
tekanan darah normalnya adalah dengan nilai angka kisaran stabil. Tetapi secara
umum, angka pemeriksaan tekanan darah menurun saat tidur dan meningkat di
waktu beraktifitas atau berolahraga.11
Bila seseorang mengalami tekanan darah tinggi dan tidak mendapatkan
pengobatan dan pengontrolan secara teratur (rutin), maka hal ini dapat membawa
si penderita kedalam kasus-kasus serius bahkan dapat menyebabkan kematian.
Tekanan darah tinggi yang terus-menerus menyebabkan jantung seseorang bekerja
ekstra keras, akhirnya kondisi ini berakibat terjadinya kerusakan pada pembuluh
darah jantung, ginjal, otak dan mata. Penyakit hipertensi ini merupakan penyebab
umum terjadinya stroke dan serangan jantung (heart attack). Penyakit darah tinggi
merupakan
suatu
gangguan
pada
pembuluh
darah
dan
jantung
yang
mengakibatkan suplai oksigen dan nutrisi yang di bawa oleh darah terhambat
sampai ke jaringan tubuh yang membutuhkannya. Hipertensi tidak secara
langsung membunuh penderitanya, akan tetapi hipertensi memicu munculnya
penyakit lain yang mematikan seperti jatung, gagal ginjal, dan stroke. Seiring
berubahnya gaya hidup mengikuti era globalisasi, kasus hipertensi terus
meningkat. Gaya hidup gemar makanan fast food yang kaya lemak, asin, malas
berolahraga dan mudah tertekan ikut berperan dalam menambah jumlah pasien
hipertensi.12
2. 2. Fatofisiologi Hipertensi12, 21
Meningkatnya tekanan darah di dalam arteri bisa terjadi melalui beberapa
cara yaitu jantung memompa lebih kuat sehingga mengalirkan lebih banyak cairan
pada setiap detiknya arteri besar kehilangan kelenturannya dan menjadi kaku
Universitas Sumatera Utara
9
sehingga mereka tidak dapat mengembang pada saat jantung memompa darah
melalui arteri tersebut. Darah pada setiap denyut jantung dipaksa untuk melalui
pembuluh yang sempit dari pada biasanya dan menyebabkan naiknya tekanan,
inilah yang terjadi pada usia lanjut, dimana dinding arterinya telah menebal dan
kaku karena arterioskalierosis.
Dengan cara yang sama, tekanan darah juga meningkat pada saat terjadi
vasokontriksi, yaitu jika arteri kecil (arteriola) untuk sementara waktu mengkerut
karena perangsangan saraf atau hormon di dalam darah. Bertambahnya cairan
dalam sirkulasi bisa menyebabkan meningkatnya tekanan darah. Hal ini terjadi
jika terdapat kelainan fungsi ginjal sehingga tidak mampu membuang sejumlah
garam dan air dari dalam tubuh. Volume darah dalam tubuh meningkat sehingga
tekanan darah juga meningkat.
Sebaliknya, jika aktifitas memompa jantung berkurang arteri mengalami
pelebaran, banyak cairan keluar dari sirkulasi, maka tekanan darah akan menurun.
Penyesuaian terhadap faktor-faktor tersebut dilaksanakan oleh perubahan di dalam
fungsi ginjal dan sistem saraf otonom. Perubahan fungsi ginjal, ginjal
mengendalikan tekanan darah melalui beberapa cara jika tekanan darah
meningkat, ginjal akan menambah pengeluaran garam dan air, yang akan
menyebabkan berkurangnya volume darah dan mengembalikan darah ke normal.
Jika tekanan darah menurun, ginjal akan mengurangi pembuangan garam
dan air, sehingga volume darah bertambah dan tekanan darah kembali ke normal.
Ginjal juga bisa meningkatkan tekanan darah dengan menghasilkan enzim yang
disebut renin, yang memicu pembentukan hormon angiotensi, yang selanjutnya
Universitas Sumatera Utara
10
akan memicu pelepasan hormon aldosteron. Ginjal merupakan organ yang
penting dalam mengendalikan tekanan darah, karena itu berbagai penyaklit dan
kelainan pada ginjal dapat menyebabkan terjadinya tekanan darah tinggi.
Misalnya penyempitan arteri yang menuju ke salah satu ginjal bisa menyebabkan
hipertensi. Peradangan dan cidera pada salah satu atau kedua ginjal juga bisa
menyebabkan naiknya tekanan darah.
2. 3. Manifestasi Klinik Hipertensi11
Secara umum gejala yang dikeluhkan oleh penderita hipertensi yaitu sakit
kepala, rasa pegal dan tidak nyaman pada tengkuk, perasaan berputar serasa ingin
jatuh, berdebar atau detak jantung terasa cepat dan telinga berdengung.
Gejala klinis yang di alami oleh para penderita hipertensi biasanya berupa
pusing, mudah marah, telinga berdengung, sukar tidur, sesak nafas, rasa berat di
tengkuk, mudah lelah, mata berkunang-kunang, dan mimisan. Individu yang
menderita hipertensi kadang tidak menampakkan gejala sampai bertahun-tahun,
gejala bila ada menunjukkan adanya kerusakan vaskuler, dengan manifestasi yang
khas sesuai sistem organ yang divaskularisasi oleh pembuluh darah bersangkutan.
Perubahan patologis pada ginjal dapat bermanifestasi sebagai
nokturia
(peningkatan urinasi pada malam hari). Keterlibatan pembuluh darah otak dapat
menimbulkan stroke atau serangan iskemik transien yang bermanifestasi sebagai
paralisis sementara pada satu sisi, atau gangguan tajam pengelihatan.
Sebagian besar gejala klinis timbul setelah mengalami hipertensi bertahuntahun berupa nyeri kepala, kadang-kadang disertai mual dan muntah, akibat
peningkatan tekanan darah intrakranial. Pada pemeriksaan fisik, tidak di jumpai
Universitas Sumatera Utara
11
kelainan apapun selain tekanan darah yang tinggi, tetapi dapat pula ditemukan
perubahan pada retina, seperti perdarahan, eksudat (kumpulan cairan),
penyempitan pembuluh darah, dan pada kasus berat, edema pupil. Gejala lain
yang umumnya terjadi pada penderita hipertensi yaitu pusing, muka merah, sakit
kepala, keluarnya darah dari hidung secara tiba-tiba, tengkuk terasa pegal dan
lain-lain.
2. 4. Klasifikasi Hipertensi
2. 4. 1. Klasifikasi Berdasarkan Etiologi
a. Hipertensi Esensial (Primer)
Hipertensi primer atau hipertensi esensial adalah suatu peningkatan
persisten tekanan arteri yang di hasilkan oleh ketidakteraturan mekanisme kontrol
homeostatik normal tanpa penyebab sekunder yang jelas. Tipe ini terjadi pada
sebagian besar kasus tekanan darah tinggi yaitu sekitar 90% penderita hipertensi.
Penyebabnya tidak diketahui, walaupun banyak dikaitkan dengan kombinasi
faktor gaya hidup seperti kurang bergerak (inaktifitas) dan pola makan. Hipertensi
primer juga disebabkan oleh beberapa perubahan pada jantung dan pembuluh
darah yang kemungkinan bersama-sama menyebabkan meningkatnya tekanan
darah.18
Pada tahap awal hipertensi primer curah jantung meninggi sedangkan
tahanan perifer normal. Keadaan ini di sebabkan peningkatan aktifitas simpatik.
Pada tahap selanjutnya curah jantung kembali normal sedangkan tahanan perifer
meningkat yang disebabkan oleh refleks autoregulasi. Yang dimaksud dengan
refleks autoregulasi adalah mekanisme tubuh untuk mempertahankan keadaan
Universitas Sumatera Utara
12
hemodinamik yang normal. Peninggian tekanan darah merupakan satu-satunya
tanda hipertensi primer, muncul tanpa gejala dan baru timbul gejala setelah terjadi
komplikasi pada organ target seperti pada ginjal, otak, mata dan jantung. 19
b. Hipertensi Sekunder
Tipe ini lebih jarang terjadi, hanya sekitar 5% dari seluruh kasus tekanan
darah tinggi. Penyebab dan fatofisiologinya diketahui, sehingga dapat
dikendalikan dengan obat-obatan. Tekanan darah tinggi tipe ini dapat disebabkan
oleh kondisi medis misalnya penyakit ginjal atau reaksi terhadap obat-obatan
tertentu seperti pil KB. Contoh kelainan yang menyebabkan hipertensi sekunder
adalah sebagai hasil dari salah satu atau kombinasi dari hal-hal berikut:13
1. Akibat stres yang parah,
2. Penyakit atau gangguan ginjal,
3. Kehamilan atau pemakaian hormon pencegah kehamilan,
4. Pemakaian obat-obatan seperti heroin, kokain, dan sebagainya,
5. Cidera di kepala atau pendarahan di otak yang berat,
6. Tumor atau sebagai reaksi dari pembedahan.
2. 4. 2. Klasifikasi berdasarkan TDS dan TDD
The Joint National Committe on Detection, Evaluation and Treatment of
High Blood Pressure (JNC – VII) membedakan hipertensi berdasarkan Tekanan
Darah Sistolik dan Tekanan Darah Diastolik, sebagai berikut:2
a. Normal bila tekanan darah sistolik <120 mmHg dan diastolik <80 mmHg.
b. Prehipertensi bila tekanan darah sistolik 120-139 mmHg dan tekanan
darah diastolik 80-89 mmHg.
Universitas Sumatera Utara
13
c.
Hipertensi stadium 1 bila tekanan darah sistolik 140-159 mmHg dan
tekanan darah diastolik 90-99 mmHg.
d. Hipertensi stadium 2 bila tekanan darah sistolik ≥160 mmHg dan tekanan
darah diastolik ≥100 mmHg.
2. 5. Komplikasi12
Stroke dapat dapat timbul akibat perdarahan tekanan tinggi di otak, atau
akibat embolus yang terlepas dari pembuluh non otak yang terpajan tekanan
tinggi. Stroke dapat terjadi pada hipertensi kronik apabila arteri-arteri yang
memperdarahi otak mengalami hipertropi dan menebal, sehingga aliran darah ke
daerah-daerah yang dialirinya berkurang. Arteri-arteri otak yang mengalami
arterosklerosis dapat menjadi lemah, sehingga meningkatkan kemungkinan
terbentuknya aneurisma. Gejala terkena stroke adalah sakit kepala secara tibatiba, seperti orang bingung, linglung, atau bertingkah laku seperti orang mabuk,
salah satu bagian tubuh terasa lemah atau sulit digerakkan (misalnya wajah,
mulut, atau lengan terasa kaku, tidak dapat berbicara secara jelas) serta tidak
sadarkan diri secara mendadak.
Infark miokard dapat terjadi apabila arteri koroner yang arterosklorosis
tidak dapat menyuplai cukup oksigen ke miokardium atau apabila terbentuk
trombus yang menghambat aliran darah melalui pembuluh darah tersebut. Pada
hipertensi kronik dan hipertensi ventrikel, kebutuhan oksigen di miokardium
mungkin tidak dapat terpenuhi dan dapat terjadi iskemia jantung yang
menyebabkan infark. Demikian juga hipertropi ventrikel dapat menyebabkan
Universitas Sumatera Utara
14
perubahan-perubahan waktu hantaran listrik melintasi ventrikel sehingga terjadi
distritmia, hipoksia jantung, dan peningkatan risiko pembentukan bekuan darah.
Gagal ginjal dapat terjadi karena kerusakan progresif akibat tekanan tinggi
pada kapiler-kapiler ginjal, glomerulus. Dengan rusaknya glomerulus, darah akan
mengalir ke unit-unit fungsional ginjal, nefron akan terganggu dan dapat berlanjut
menjadi hipoksia dan kematian. Dengan rusaknya membran glomerolus, protein
akan keluar melalui urin sehingga tekanan osmotik koloid plasma berkurang,
menyebabkan edema yang sering dijumpai pada hipertensi kronik.
Ketidakmampuan jantung dalam memompa darah yang kembalinya ke
jantung dengan cepat mengakibatkan cairan terkumpul di paru, kaki dan jaringan
lain disebut edema. Cairan di paru-paru menyebabkan sesak napas, timbunan
cairan di tungkai menyebabkan kaki bengkak. Ensefalopati dapat terjadi terutama
pada hipertensi maligna (hipertensi yang cepat). Tekanan yang tinggi pada
kelainan ini menyebabkan peningkatan tekanan kapiler dan mendorong cairan ke
dalam ruang intertisium di seluruh susunan saraf pusat, menyebabkan neuronneuron di sekitarnya kolap dan terjadi koma.
2. 6. Epidemiologi
2. 6. 1. Faktor Risiko
Sampai saat ini penyebab hipertensi esensial tidak diketahui dengan pasti,
hipertensi primer tidak disebabkan faktor tunggal dan khusus, melainkan
disebabkan berbagai faktor yang saling berkaitan. Hipertensi sekunder disebabkan
oleh faktor yang diketahui yaitu seperti kerusakan ginjal, gangguan obat tertentu,
stress akut, kerusakan vaskuler dan lain-lain. Faktor penyebab hipertensi ada yang
Universitas Sumatera Utara
15
dapat dimodifikasi dan yang tidak dapat dimodifikasi. Faktor-faktor yang tidak
dapat dimodifikasi antara lain umur, jenis kelamin, suku, keluarga memiliki
riwayat hipertensi. Sedangkan faktor yang dapat dimodifikasi antara lain asupan
garam, stress, obesitas, konsumsi alkohol, merokok, dan penggunaan alat
kontrasepsi hormonal.11
a. Umur
Hipertensi merupakan penyakit multifaktorial yang munculnya
disebabkan oleb berbagai faktor. Dengan bertambahnya umur, maka
tekanan darah juga akan meningkat. Setelah umur 45 tahun, dinding arteri
akan mengalami penebalan oleh karena penumpukan zat kolagen pada
lapisan otot, sehingga pembuluh darah akan berangsur-angsur menyempit
dan menjadi kaku. Peningkatan umur akan menyebabkan beberapa
perubahan fisiologis yaitu terjadi peningkatan resistensi perifer dan
aktifitas simpatik. Pada usia lanjut peran ginjal sudah berkurang dimana
aliran darah ginjal dan laju filtrasi glomerulus menurun.
b. Jenis kelamin
Pada usia dini tidak terdapat bukti perbedaan tekanan darah antara
Pria dan wanita. Mulai pada masa remaja, pria cenderung menunjukkan
angka tekanan darah yang lebih tinggi dari pada wanita. Perbedaan ini
semakin tampak seiring dengan bertambahnya umur. Tetapi pada wanita
yang sudah terjadi menopause akan terjadi peningkatan tekanan darah
bahkan melebihi tekanan darah pria seumurannya.
Universitas Sumatera Utara
16
c. Keluarga memiliki riwayat hipertensi
Adanya faktor genetik pada keluarga tertentu akan menyebabkan
keluarga itu mempunyai risiko menderita hipertensi. Hal ini berhubungan
dengan peningkatan kadar sodium intraseluler dan rendahnya rasio antara
potasium terhadap sodium Individu dengan orang tua. Adanya faktor
genetik pada keluarga tertentu akan menyebabkan keluarga itu mempunyai
risiko dua kali lebih besar untuk menderita hipertensi dari pada orang yang
tidak mempunyai keluarga dengan riwayat hipertensi. Selain itu
didapatkan 70-80% kasus hipertensi esensial dengan riwayat hipertensi
dalam keluarga.
d. Pola asupan garam dalam diet
Badan kesehatan dunia yaitu World Health Organization (WHO)
merekomendasikan pola konsumsi garam yang dapat mengurangi risiko
terjadinya hipertensi. Kadar sodium yang direkomendasikan adalah tidak
lebih dari 100 mmol (sekitar 2,4 gram sodium atau 6 gram garam) perhari.
Konsumsi natrium yang berlebih menyebabkan konsentrasi
natrium di dalam cairan ekstraseluler meningkat. Untuk menormalkannya
cairan intraseluler ditarik ke luar, sehingga volume cairan ekstraseluler
meningkat.
Meningkatnya
volume
cairan
ekstraseluler
tersebut
menyebabkan meningkatnya volume darah, sehingga berdampak kepada
timbulnya hipertensi, karena itu disarankan untuk mengurangi konsumsi
natrium/sodium.
Universitas Sumatera Utara
17
Sumber natrium/sodium yang utama adalah natrium klorida (garam
dapur), penyedap masakan monosodium glutamate (MSG), dan sodium
karbonat. Konsumsi garam dapur (mengandung iodium) yang dianjurkan
tidak lebih dari 6 gram per hari, setara dengan satu sendok teh. Dalam
kenyataannya, konsumsi berlebih karena budaya masak memasak
masyarakat kita yang umumnya boros menggunakan garam dan MSG.3
Tabel 2.1. Kandungan natrium pada beberapa makanan20
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
Jenis Makanan
Ikan asin
Kerang
Biskuit
Roti Bantal (Putih)
Kecap
Tauco
Mie instan
Sosis
Air Kaldu
Nasi Goreng
Udang
Sarden kaleng
Telur asin
Kacang goreng
Ukuran Rumah Tangga
Kadar Na 200400 mg
1 potong sedang
½ gelas
4 buah besar
3 iris
1 bungkus
½ potong
1 porsi
1 butir
-
√
√
√
√
Kadar Na > 400
mg
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
e. Stress
Stress mempunyai pengaruh yang bermakna terhadap tingkat
kejadian hipertensi. Seseorang yang berada dalam kondisi stress telah
terjadi proses fisiologis dimana sistem saraf simpatis teraktivasi yang
selanjutnya dapat menstimulus pengeluaran hormon adrenalin dan kortisol.
Respon fisiologis ini menyebabkan peningkatan denyut jantung dan
tekanan darah.14
Universitas Sumatera Utara
18
f. Obesitas
Berat badan merupakan faktor determinan tekanan darah pada
kebanyakan kelompok etnik di semua umur. Menurut National Institutes
for Health USA (NIH,1998), prevalensi tekanan darah tinggi pada orang
dengan Indeks Massa Tubuh (IMT) >30 (obesitas) adalah 38% untuk pria
dan 32% untuk wanita, dibandingkan dengan prevalensi 18% untuk pria
dan 17% untuk wanita bagi yang memiliki IMT <25 (status gizi normal
menurut standar internasional).
Menurut Hall (1994) perubahan fisiologis dapat menjelaskan
hubungan antara kelebihan berat badan dengan tekanan darah, yaitu
terjadinya resistensi insulin dan hiperinsulinemia, aktivasi saraf simpatis
dan sistem renin-angiotensin, dan perubahan fisik pada ginjal. Peningkatan
konsumsi energi juga meningkatkan insulin plasma, dimana natriuretik
potensial menyebabkan terjadinya reabsorpsi natrium dan peningkatan
tekanan darah secara terus menerus.15
g. Konsumsi Alkohol
Kebiasaan konsumsi alkohol dapat merusak fungsi saraf pusat
maupun tepi, apabila saraf simpatis terganggu, maka pengaturan tekanan
darah akan mengalami gangguan dan cenderung semakin meningkat. 16
h. Merokok
Merokok merupakan salah satu penyebab meningkatnya tekanan
darah, dalam penelitian kohort prospektif oleh dr. Thomas S Bowman dari
Brigmans and Women’s Hospital Massachussetts terhadap 28.236 subyek
Universitas Sumatera Utara
19
yang awalnya tidak ada riwayat hipertensi, 51% subyek tidak merokok,
36% merupakan perokok pemula, 5% subyek merokok 1-14 batang rokok
perhari dan 8% subyek yang merokok lebih dari 15 batang perhari. Subyek
terus diteliti dan dalam median waktu 9,8 tahun. Kesimpulan dalam
penelitian ini yaitu kejadian hipertensi terbanyak pada kelompok subyek
dengan kebiasaan merokok lebih dari 15 batang perhari.15
i. Pengguna Alat Kontrasepsi Hormonal
Kontrasepsi hormonal adalah pilihan KB yang paling banyak
dipakai oleh akseptor yang terbagi dalam 3 cara KB yaitu suntik 28%, pil
13% dan implant 4% atau jika ditotal sekitar 15,2 juta perempuan usia
reproduktif menggunakan kontrasepsi hormonal. Kontrsepsi hormonal
berisi estrogen, progesteron atau campuran keduanya yang dapat
menyebabkan hipertensi melalui mekanisme Renin-aldosteron-mediated
volume expansion.17
2. 6. 2. Orang3, 8
Pada negara yang sudah maju, hipertensi merupakan masalah kesehatan
yang memerlukan penanganan yang baik karena angka morbiditas dan
mortalitasnya yang tinggi. Di Amerika Serikat, proporsi hipertensi pada golongan
kulit putih dewasa 15% dan proporsi hipertensi di jumpai pada golongan kulit
hitam dewasa 25-30%. Penduduk kulit hitam lebih banyak terkena hipertensi
dibandingkan dengan penduduk yang berkulit putih. Menurut penelitian Ria
Arihta Ujung (2013) di RSUD Sidi Kalang Tahun 2010-2012, diperoleh jumlah
penderita hipertensi tertinggi pada kelompok umur ≤40 tahun berdasarkan jenis
Universitas Sumatera Utara
20
kelamin tertinggi adalah laki-laki sebesar 5,2%. Umur 41-50 tahun tertinggi
adalah perempuan sebesar 11,8%. Umur 51-60 tahun tertinggi adalah laki-laki
sebesar 12,2% dan umur > 60 tahun tertinggi adalah perempuan sebesar 30,0%.
2. 6. 3. Tempat4
Prevalensi di tiap daerah berbeda-beda tergantung pola kehidupan
masyarakat tersebut. Penduduk yang tinggal di daerah pesisir lebih rentan
terhadap penyakit hipertensi karena tingkat mengkonsumsi garam lebih tinggi
dibandingkan daerah pegunungan yang lebih banyak mengonsumsi sayuran dan
buah-buahan.
Berdasarakan hasil pengukuran tekanan darah melalui Riset Kesehatan
Dasar (Riskesdas) Balitbangkes tahun 2013 menurut Provinsi, tertinggi di Bangka
Belitung (30,9%), diikuti Kalimantan Selatan (30,8%), Kalimantan Timur
(29,6%) dan Jawa Barat (29,4%). Prevalensi hipertensi di Indonesia yang didapat
melalui kuesioner sebesar 9,4% yang didiagnosis tenaga kesehatan atau sedang
minum obat sebesar 9,5 %. Ada 0,1% yang minum obat sendiri. Responden yang
mempunyai tekanan darah normal tetapi sedang minum obat hipertensi sebesar
0.7%. Prevalensi hipertensi di Indonesia sebesar 26,5% (25,8% + 0,7 %).
2. 6. 4. Waktu4
Penderita hipertensi berdasarkan waktu berbeda pada setiap tahunnya. Di
Indonesia masalah hipertensi cendrung meningkat. Hasil Survei Kesehatan
Rumah Tangga (SKRT)
tahun 2001 menunjukkan bahwa 8,3% penduduk
menderita hipertensi dan meningkat menjadi 27,5% pada tahun 2004.
Universitas Sumatera Utara
21
2. 7. Pencegahan Hipertensi
2. 7. 1. Pencegahan Primordial10
Pencegahan hipertensi secara primordial adalah upaya pencegahan
munculnya faktor predisposisi terhadap hipertensi dimana belum tampak adanya
faktor yang menjadi risiko. Upaya ini dimaksudkan agar masyarakat yang sehat
tidak sampai terkena penyakit hipertensi. Upaya ini dimaksudkan dengan
memberikan kondisi pada masyarakat yang memungkinkan pencegahan terjadinya
hipertensi yang dilakukan melalui pendekatan populasi ataupun perorangan.
Upaya pencegahan tersebut antara lain mempertahankan gaya hidup benar dalam
masyarakat serta melakukan modifikasi, penyesuaian terhadap risiko yang ada
atau berlangsung dalam masyarakat.
2. 7. 2. Pencegahan tingkat pertama (Primer)13
Pencegahan primer hipertensi adalah pencegahan yang dilakukan terhadap
seseorang/masyarakat sebelum terkena hipertensi. Sasaran pencegahan primer
hipertensi adalah orang yang masih sehat dengan tujuan seseorang/masyarakat
tersebut dapat terhindar dari hipertensi.
Pencegahan primer hipertensi adalah sebagai berikut :
a. Mengurangi/menghindari setiap prilaku yang memperbesar faktor risiko,
yaitu : menurunkan berat badan sampai tingkat yang ideal bagi yang
berlebihan berat badan, menghindari minuman yang beralkohol,
mengurangi/membatasi
mengurangi/menghindari
asupan
natrium/garam,
makanan
yang
menghindari
mengandung
rokok,
lemak
dan
kolesterol tinggi.
Universitas Sumatera Utara
22
b. Peningkatan tekanan fisik dan perbaikan status gizi, yaitu : melakukan
olahraga secara teratur dan terkontrol seperti senam aerobik, jalan kaki,
berlari, bersepeda, berenang dan lain-lain, diet rendah lemak dan
meningkatkan konsumsi buah-buahan/sayuran, mengendalikan stres dan
emosi.
2. 7. 3. Pencegahan Tertier23
Sasaran utama adalah pada mereka yang terkena penyakit hipertensi
melalui diagnosis dini serta pengobatan yang tepat dengan tujuan mencegah
proses penyakit lebih lanjut dan timbulnya komplikasi. Tujuan secara khusus
untuk penderita hipertensi adalah memastikan bahwa tekanan darahnya selalu
tinggi, menilai kerusakan organ yang sudah ada dan penyakit yang menyertainya
juga mencari penyebabnya.
Olahraga aerobik yang tidak terlalu berat juga dapat mengurangi
hipertensi. Aerobik yang melelahkan dilarang untuk penderita hipertensi dengan
kelainan organ target. Bila penderita mengkonsumsi obat maka dikonsumsi
setelah kira-kira 6 jam kemudian. Penderita hipertensi diwajibkan melakukan
pemeriksaan tekanan darah sebelum melakukan perogram latihan aerobik yang
bertujuan untuk mengetahui tekanan darah pada saat latihan. Pemeriksaan tekanan
darah juga untuk menilai tekanan darah yang aman bagi penderita sebelum terjadi
keluhan seperti pusing dan lemas, dan penilaian efek dari obat anti hipertensi.
Risiko yang terjadi selama latihan adalah stroke apabila tekanan darah sistole
melebihi 250 mmHg serta serangan jantung terutama pada penderita yang sudah
mempunyai kelainan jantung.
Universitas Sumatera Utara
23
2. 8. Kerangka Konsep
Variabel Independent
Variabel Dependent
Karakteristik :
1. Umur
2. Jenis Kelamin
3. Keluarga memiliki
riwayat hipertensi
Kejadian
Pre-hipertensi
Faktor Risiko :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Asupan garam
Stress
Obesitas
Konsumsi alkohol
Merokok
Kontrasepsi
hormonal
Universitas Sumatera Utara
Download