Pengujian sitoktosisitas bihpasic calcium

advertisement
BAB V
KESIMPULAN
5.1
Kesimpulan
Sintesis BCP dan ACP pada
penelitian ini menggunakan sumber
kalsium dari cangkang telur ayam. Fase
BCP yang dihasilkan terdiri dari dua fase,
TCP dan HA dengan 3 puncak tertinggi
dimiliki oleh fase TCP. Sedangkan
sintesis ACP menghasilkan fase AKA dan
HA dengan derajat kristalinitas sebesar
62,57% hal ini dapat disebabkan oleh
faktor pengeringan menggunakan frezee
drying lebih dari 1x24 jam.
Berdasarkan analisis secara in vitro
dibuktikan bahwa bahan implan BCP dan
ACP bersifat tidak toksik terbukti dengan
pengujian toksisitas yang dilakukan
dengan perlakuan perendaman BCP dan
ACP di dalam cell line fibroblas (NHDF)
selama 1, 2, dan 3 hari. Viabilitas sel yang
direndam dengan BCP dan ACP hari ke-1
perendaman,
tidak
mempengaruhi
viabilitas sel, sedangkan hari ke-2 dan
hari ke-3 perendaman viabilitas selnya
lebih dari sel kontrol. BCP menginduksi
sel lebih cepat dari pada ACP. Hari kedua
perendaman
BCP
mampu
mempertahankan sel 2 kali lipat lebih
banyak
dibandingkan
sel
kontrol
sedangkan
ACP
di
hari
ketiga
perendaman mampu mempertahankan sel
57% lebih besar dari sel kontrol. Hasil ini
menunjukkan bahwa BCP dan ACP
bersifat tidak toksik dan menginduksi selsel untuk tumbuh.
Hasil pengujian MTT ini sesuai
dengan hasil karakterisasi scanning
electron microscope (SEM) yang
menunjukkan terjadinya pelekatan antara
BCP atau ACP dengan sel fibroblas
setelah 1 hari perendaman. Foto SEM
sampel setelah inkubasi selama 3 hari
menunjukkan bahwa sel mulai mengalami
poliferasi dan mensekresikan protein
kolagen. Sekresi protein kolagen semakin
terlihat setelah perendaman selama 14
hari. Jadi, BCP dan ACP yang diperoleh
dari cangkang telur bersifat tidak toksik
dan memiliki biokompatibilitas yang baik
dengan sel secara in vitro dan
memungkinkan untuk selanjutnya bahan
implan dianalisis secara in vivo.
5.2
Saran
Sintesis ACP pada suhu rendah
sebaiknya dilakukan frezee drying selama
1 x 24 jam karena proses frezee drying
yang
lebih
lama
akan
timbul
pembentukan fase kristal yang lebih
banyak. Prosedur analisis in vitro
memerlukan keahlian dan ketelitian agar
tidak terjadi kontaminasi terhadap sel dan
selanjutnya dapat dilakukan pula analisis
MTT dengan sel odontoblas atau stem
cell karena untuk menjadi bahan
penambal yang baik sampel juga harus
dapat berinteraksi dengan sel odontoblas,
karena sel odontoblas merupakan sel
pembentuk dentin30 dan stem cell
merupakan sel induk atau sel yang belum
matang yang belum berdiferensiasi
menjadi sel atau jaringan tertentu.31
Berdasarkan hasil in vitro dapat
dilakukan pula penelitian lanjutan secara
in vivo untuk menguji sitotoksisitas dalam
kondisi tubuh makhluk hidup yang
sesungguhnya. Pengujian poliferasi sel
dan sekresi protein perlu dibuktikan
dengan dilakukan tes kuantifikasi
sehingga banyaknya kolagen yang
terbentuk oleh sel fibroblas dapat
dihitung.
DAFTAR PUSTAKA
1.
Oliveira M, Mansur HS. Synthetic
tooth enamel: SEM characterization
of a fluoride hydroxyapatite coating
for dentistry applications. Mat. Res
2007; 2:10.
2.
LeGeros RZ. Calcium phosphate in
oral
biology
and
medicine.
Monograph in Oral Sciences 1991;
Vol 15.
3.
Kalfas, Ian H, MD, FACS.
Principles
of
bone
healing.
Neurosurg. Focus 2001; Vol 10.
Download