UKSW setelah Arief Menang PTUN

advertisement
Diunduh dari <arielheryanto.wordpress.com>
Jawa Pos
KAMIS lEGI 10 AGUSTUS 1995
HALAMAN 4
:UKSW setelah Arief Menang PTUN
I
LEWAT tengah hari, Senin 7
· Agustus 1995, Pengadilan Tata
I Usaha Negara (PTUN) Semarang
I mengakhiri serangkaian sidang
yang sarat makna bersejarah. Majelis hakim yang diketuai Sugija
SH memutuskan penggugat Dr
Arief Budiman menang mutlak
· atas pihak tergugat ketua umum
i dan sekretaris umum Dewan Pe: ngurus Yayasan Perguruan Tinggi Kristen Satya Wacana. Kasus
gugatannya telah kita ketahui bersama,yaknipemecatanterhadappenggugatsebagai dosen Universitas Krisi ten Satya Wacana, Salatiga.
; Ini merupakan peristiwa berse• jarah bagi banyak pihak. Di sini
sedang dipertaruhkan status dan
I integrasi baik moralitas lembaga
pendidikan nasional maupun lembaga peradilan negara. Pertanyaan
menggelitik yang masih tersisa:
I seberapa mampu keputusan PTUN
ini membantu mengakhiri kemelutdi UKSW?
, NILAI SEJARAHNYA
Bagi khalayak umum, kemenangan Ariefbukanlah ajaib. Kasusnya terlalu gamblang hitam-putih.
PHK terhadap Arief merupakan
tindakan sewenang-wenang yang
luar biasa kasarnya dipandang dengan ukuran apa pun. Bukan saja
., dosen senior di UKSW ini telah
i diperlakukan sebagai buruhrendahan di pabrik. Perlakuan terhadap
Arief dan koleganya jauh lebih
buruk daripada perlakuan yang
diterima banyak buruh rendahan
di pabrik dari majikannya.
Sebagaimana terungkap dalam
sidang, baru sekali ini di UKSW
ada pegawai yang dipecat secara
tidak terhormat. Kesalahannya
(kalau disebut " salah") hanyalah
, ikut bersamaribuan warga sekampusnya menyatakan pendapat yang
berbeda daripada pihak yang ber-
kuasa di kampus UKSW mengenai sah atau tidaknya pengangkatan rektor keempat. PHK terhadap
Arief sangat kontras dibandingkan dengah hukuman disipliner
terhadap beberapa pegawai lain
yang kesalahannyajauh lebih serius. Misalnya, penggelapan uang kantor atau penggunaan wewenang kantor untuk kepentingan pribadi.
Dalam berbagai kasus itu, ada
semacam pengadilan yang melibatkan kepala unit si pegawai dan
Senat Universitas. Ada kesempatan memeriksa bukti -bukti kesalahan yang dituduhkan kepada pegawai. Ada kesempatan bagi si
pegawai membela diri. Bahkan,
sesudah terbukti bersalah atau sesudah mengakui bersalah, pegawai
itu masih diajak merundingkan
hukumanyang adil. Sering iadiberi
kesempatan mengundurkan diri
dari UKSW. Semua ini menunjukkan bagaimana UKSW memupuk tradisi demokrasi dan moral
tinggi dalam menangani perselisihan dengan pegawainya.
Dalam kasus PHK Arief Budiman, semua itu diabaikan. la tidak
pernah mendapatkan penjelasan
apa persisnya yang dituduhkan
sebagai kesalahannya. Kasusnya
tidak pemah diperiksa dalam suatu
forum yang melibatkan kepala
unitnya (Program Pascasarjana)
atau Senat Universitas. Arieftidak
mendapatkan peluang membela
diri. la divonis oleh penguasa
UKSW secara sepihak. Bahkan tanpamelalui prosedur hukum dengan pihak Depnaker, dalam PHK itu Arief
kehilangan semua hak finansial dan
imbalannya secara mendadak.
Semua perlakuan tersebut jelas
memukul rasa adil warga kampus
yang kemudian menamakan diri
Kelompok Pro-Demokrasi (KPD).
Apalagi ini terjadi di saat mereka
masih menggugat keabsahan rek-
Oleh
Ariel Heryanto *
tor keempat. Dalam konteks ini
dapat dipahami bagaimana sikap
warga kampus terhadap gugatan
Arief di PTUN. Gugatan itu bukan
milik Arief sendiri. Bukan gagasan
dan kemauan Arief secara pribadi.
Arief didesak oleh rekan-rekan
sekampusnya untuk mengajukan
gugatan itu sebagai wakil protes
mereka terhadap rangkaian
kesewenang-wenangan pengurus
yayasan dan rektor di UKSW. Itu
sebabnyadalam setiap sidang Arief tidak penah tam pi I sendiri.
Arief (dan warga kampus UKSW) sebagai penggugat sebenarnya tidak terlalu peduli apakah
gugatan itu akin menang atau kalah secara formal. Mereka bertekad
menjalankan kewajiban moral
meneruskan sebuah perjuangan
menegakkan keadilan dan kebenaran. Secara legal-material, mereka yakin pasti akan menang. Tetapi, kekalahan bukan barang mustahi!. Kekalahan itu dapatdisebabkan oleh dua kemungkinan. Mereka kalah bila gugatan diajukan secara sangat ceroboh dan luar biasa
jeleknya. Atau bilaadafaktor-faktor politis ekstemal yang mencampuri wewenang pengadilan.
Karena kemenangan itu sebuah
hasil upaya, bukan barang otomatis, kita layak mengajukan pujian
berbunga-bunga kepada banyak
pihak. Bukan saja kepada kegigihan KPD dan Arief yang menjadi
wakil mereka. Tetapi juga para
penasihat hukum penggugat dan
seluruh jajaran staf PTUN. Juga
aparat keamanan. Dan, tentu, para
wartawan yang setia mengabarkan sidang sehingga memasya-
rakatkan semangatpe1juangankeadi- mempertahankan kedudukan rekIan dan kepercayaan kepada lembaga tor yang selama dua tahUn ini menimbulkan perpecahan tanpa hennegara yang bemama pengadilan.
ti di UKSW. Seakan-akan, nasib
UKSW berada di tangan satu orTANTANGAN BERIKUT
Keputusan PTUN itu pasti ber- ang itu.
Wakil gereja menolak pencabupengaruh besar terhadap kemelut
yang telah beriarut-larut melum- tan PHK terhadap Arief dengan
puhkan UKSW. Namun, keputu- alas an membeo pengurus yayasan
san PTUN yang menggembirakan dan rektor. Menurut mereka, karemasyarakat luas itu tidak sendiri- na kasus ini sudah dimasukkan ke
nya dapat diharapkan langsung PTUN, tidak dapat dipersoalkan
mengakhiri kemelut di kampus sendiri seperti yang dituntut oleh
UKSW. Bukan saja pipak tergugat PKD. Menurut mereka, hal ini
masih dapatnaik-banding. Sekali- merupakan penghormatan terpun tergugat menerima keputusan hadap lembaga peradiJan negara.
PTUN secara final, keJ;Ilelut Pernyataan semacam itu menunUKSW jauh lebih kompleks dari- jukkan sebuah sikap dan cara berpikir yang sangat mengkhawatirpada sekadar kasus PHK Arief.
Selama ini khalayak tertegun kan prospek penyelesaian kememenyaksikan sikap keras kepala lut UKSW bim'pun PTUN sudah
pihak yayasan dan rektor UKSW. menjatuhkan vonisnya.
Biarpun lembaga UKSW dan para Pernyataan itu menjungkir-bamahasiswa telah menderita berat, likkan logika dan fakta sejarah.
yayasan maupun rektor tida)< mau Masuknya kasus gugatan PHK
bergeming dari kedudukannya. Itu Ariefke PTUNbukanlah kemauan
sebabnya dalam waktu dekat mere- sepihakAriefmaupun KPD. Gugaka masih harus menghadapi guga- tan itu terpaksa diajukan setelah
tan hukum dari ratusan orang tua berbagai pihak dalam UKSW
mahasiswa dari berbagai kota. berkali-kali mengimbau dan menPenggugat merasa dirugikan oleh desak yayasan untuk menyelesaikemelut yang menelantarkan kan kasus Arief secara internal.
perkuliahan anak-anak mereka. Justru yayasan dan rektor, yang
Bagaimana hal ini dapat dihubung- mendesak Arief agar menggugat
kan dengan kasus gugatan Arief? mereka lewat lembaga peradilan.
Hingga seminggu sebelum PT- Kemudian logikanya dibalik, kareUN Semarangmenjatuhkan vonis- na gugatan sudah dimasukkan,
nya, warga kampus UKSW masih mereka merasa menolak berbicamengharapkan para wakil gere- ra pencabutan PHK Arief. Padaja-gereja pendiri dan pendukung hal, ini sangat mungkin. PTUN
UKSW akan mengambil alih per- hanya akan meneruskan sidang selasoalan. Dengan demikian, keme- ma kasusnya masih disengketakan.
lut internal UKSW diselesaikan lroninya, pihak lain itu eksternal
seara internal pula. Sayang, para dan lembaga negara. Inimenunjukwakil gereja itu bukan mengakhiri kan sebuah lembaga swasta tidak sepersoalan. Malahan, mereka telah lalu bersikap lebih mandiri dan promenumbuhkan kekecewaan baru. gresif daripada lembaga negara.
Bukan saja kasus PHK Arief dia* Dr Ariel Heryanto, stal
baikan (yang secara praktis berarti
pengajar UKSW Salatiga
ikut dibenarkan), mereka juga.
Download