I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan merupakan bagian penting dari kehidupan, sehingga pengobatan terhadap suatu penyakit sangat dibutuhkan. Berbagai macam pengobatan semakin berkembang, baik pengobatan modern maupun pengobatan tradisional. Menurut UU RI No. 36 tahun 2009 tentang kesehatan, pelayanan kesehatan tradisional merupakan pengobatan dan/atau perawatan dengan cara dan obat yang mengacu pada pengalaman dan ketrampilan turun temurun secara empiris yang dapat dipertanggungjawabkan dan diterapkan sesuai dengan norma yang berlaku di masyarakat. Ada kecenderungan masyarakat di Prabumulih kembali pada polapengobatan alternatif atau tradisional. Pengobatan tradisional ini kembali menjadi populer seiring dengan bermacam penyakit yang ada dan tingkat kesejahteraan yang semakin rendah. Dari bermacam penyakit yang ada pengobatan tradisional tersebut dapat menjadi pilihan yang utama ataupun pilihan kedua setelah pengobatan medik. Pengobatan tradisional menjadi salah satu layanan kesehatan yang diminati oleh masyarakat Prabumulih karena masih adanya pola pikir sinkritisme, ketidak puasan dengan pelayanan kesehatan modern, keterbatasan ekonomi keluarga, dan 2 sistem pelayanan yang dianggap kurang tepat.1 Selain itu sebagian masyarakat masih mengangggap bahwa pengobatan tradisional memiliki persentase kesembuhan yang lebih besar dari pada pengobatan yang dilakukan oleh dokter. Pemahaman masyarakat dikedua bidang pengobatan tradisional terkadang dipengaruhi oleh kepercayaan yang sulit diterima secara logika. Apabila pemahaman masyarakat mengenai pengobatan tradisional ini tidak diimbangi dengan pengetahuan modern, dikhawatirkan akan membawa pengaruh negatif terhadap kesehatan masyarakat pada umumnya. Apalagi kesalahan dalam menafsirkan penyakit yang diderita pasien karena semata-mata hanya dilandasi pengetahuan tradisional dan kepercayaan, akan berakibat fatal bagi kesehatan dan keselamatan penderita. Masyarakat umumnya beranggapan bahwa pengobatan tradisional lebih murah dan lebih mujarab dibanding dengan pengobatan medik, ini dapat dilihat dari semakin menjamurnya pengobatan tradisional di Prabumulih berbagai tempat praktek pengobatan tradisional terlihat jauh lebih ramai dibandingkan dengan dokter-dokter yang membuka praktek di daerah yang sama. Melihat potensi yang luar bisa dari pengobatan tradisional ini pemerintah seharusnya memberikan perhatian yang serius terhadap pengembangan pengobatan tradisional, sehingga dapat menjadi alternatif bagi pengobatan secara medik. Salah satu pengobatan tradisional yang masih diminati masyarakat Prabumulih yaitu sangkal putung. Sangkal putung sebagai pengobatan patah tulang dengan cara mengusahakan reposisi dengan mengurut dan fiksasi dengan karton dan kayu. 1 Sunarto, Pelayanan Kesehatan Dalam Tatanan Sosial, http://fkuii.org/tikidownload_wiki_attachmentphp, diakses tanggal 5 oktober 2014 pukul 14.17 3 Sangkal putung merupakan suatu pengobatan patah tulang oleh dukun patah tulang yang dianggap memiliki kekuatan supranatural dengan cara mengurut, memberi doa, dan minyak. Biasanya masyarakat yang berobat ke dukun sangkal putung karena alasannya biaya pengobatan dan operasi orthopaedi/tulang yang relatif mahal, selain itu juga disebabkan karena minimnya pengetahuan masyarakat mengenai ilmu medis dan bingung mengenai langkah atau pilihan yang tepat untuk mengobati patah tulang. Pada kenyatannya pengobatan yang dilakukan dukun sangkal putung pun mengikuti prinsip pengobatan patah tulang secara kedokteran, yaitu mengembalikan posisi tulang yang patah ke posisi semula sebelum ia mengalami patah/reposisi, setelah posisi sudah pas seperti semula lalu mempertahankannya sampai sembuh/immobilisasi agar tulang tersebut dapat tersambung dengan posisi yang benar. Reposisi dan immobilisasi ini dapat dilakukan dengan cara operasi/pasang pen maupun tidak operasi/pemasangan gips. Berdasarkan penulis lihat, di kota Prabumulih masih banyak dukun sangkal putung yang membuka praktek tanpa mendapatkan izin dari pemerintah dan mengaku tidak pernah mendapatkan pelatihan khusus untuk memberikan pengobatan patah tulang tersebut, hanya berbekal ilmu turun temurun yang didapat dari nenek moyang. Rata-rata penanganan yang diberikan oleh dukun sangkal putung di prabumulih sama, biasanya penyedia layanan akan membebat tulang yang patah dengan kain yang diolesi minyak tertentu. Ada pula yang mengobati dengan cara diurut jarak jauh masyarakat prabumulih biasa menyebutnya dengan urut ghaib, tidak sedikit banyak pasien-pasien patah tulang yang sebelumnya berobat ke dukun sangkal putung (karena reposisi yang kurang 4 tepat), ketika datang ke rumah sakit pengeluh anggota tubuh yang tadinya patah terlihat bengkok atau tidak berfungsi sebagaimana mestinya, dan setelah di rontgen terlihat penyembuhan tulang menyatu dengan tidak tepat atau bengkok sehingga harus tetap menjalani operasi kembali untuk meluruskan tulang tersebut. Berdasarkan hal tersebut maka sudah sepatutnya perlu dilakukan perlindungan terhadap pasien pengobatan tradisional sangkal putung, karena dalam pengobatan tradisional juga terdapat hubungan antara pengobat dan pasien, yakni hak dan kewajiban yang melekat pada pengobat dan pasien pengobatan tradisional. Kelemahan pasien sebagai konsumen kesehatan yaitu pasien sering berada dalam posisi yang tidak menguntungkan. Peraturan tentang hak pasien di Indonesia belum berjalan dengan maksimal, tidak jarang pasien yang dirugikan tanpa kesalahan pada pihaknya dalam berhubungan dengan penyedia pelayanan kesehatan. Pasien hampir dapat dikatakan “tidak mampu” menuntut ganti rugi dan atau menegakkan hak-haknya.2 Jadi pasien memilih diam apalagi kebanyakan pasien yang berobat di dukun sangkal putung memiliki tingkatan perekonomian yang bisa dikatakan menengah kebawah atau miskin, mereka hanya bisa pasrah dan menerima hasil penyedia jasa pelayanan sangkal putung. Walaupun hasil yang didapat tidak memuaskan bahkan mengalami cacat seumur hidup akibat pelayanan jasa pengobatan tradisional yang tidak bertanggung jawab. Pengobatan tradisional merupakan penyedia jasa bagi masyarakat. Praktik pengobatan tradisional diharapkan selain menyembuhkan dan memulihkan sakit 2 A.Z Nasution , Konsumen dan Hukum, Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1995, hlm. 83. 5 bagi konsumennya juga harus menjamin kepastian hukum, bahwa usaha yang dijalankannya menggunakan standar usaha pengobatan yang layak dan dapat diterima oleh masyarakat. Walaupun undang-undang perlindungan konsumen belum sepenuhnya melindungi hak-hak pasien pengobatan tradisional, karena perlindungan konsumen di Indonesia masih terpaku pada perlindungan terhadap konsumen pengguna barang dan jasa pada bidang industri. Hal ini tentu saja merugikan bagi para pemanfaatjasa pengobatan tradisional karena belum adanya perlindungan hukum terhadap hak-hak sebagai konsumen. Apalagi hingga kini pengobatan tradisional belum dilengkapi atur main yang jelas. Pengobatan tradisional juga tidak mempunyai standar pengobatan untuk dijadikan acuan, seperti halnya standar pengobatan yang dimiliki oleh pengobatan konvensional. Pelaku usaha pengobatan tradisional yang melakukan tindakan merugikan pasiennya memang sepatutnya bertanggung jawab secara penuh, yakni dapat berupa tanggung jawab melalui ganti rugi atau hukuman kurungan. Namun apakah perlindungan undang-undang konsumen, dan peraturan-peraturan pelaksana lainnya sudah mengakomodir hak-hak yang dimiliki oleh konsumen pemanfaat jasa pengobatan tradisional. Hal ini tentu saja kurang memberi rasa keadilan bagi konsumen pemanfaat jasa pengobatan tradisional yang menjadi korban. Dari latar belakang permasalahan di atas penulis tertarik untuk melakukan sebuah penelitian mengenai Perlindungan Hukum Bagi Pasien Pengguna Jasa Pelayanan Pengobatan Tradisional Sangkal Putung. 6 B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, maka permasalahan yang akan di bahas dalam penelitian ini adalah: 1. Bagaimanakah perlindungan hukum bagi pasien pengguna jasa pelayanan pengobatan tradisional sangkal putung? 2. Bagaimanakah upaya hukum terhadap pasien yang menderita kerugian akibat penggunaan jasa pengobatan tradisional sangkal putung? C. Ruang Lingkup Penelitian ini termasuk dalam ruang lingkup bidang hukum perdata dalam lingkup hukum perlindungan konsumen. D. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah: 1. Untuk menganalisis perlindungan hukum bagi pasien pengguna jasa pelayanan pengobatan tradisional sangkal putung. 2. Untuk menganalisis upaya hukum terhadap pasien yang menderita kerugian akibat penggunaan jasa pengobatan tradisional sangkal putung. 7 E. Kegunaan Penelitian Adapun kegunaan yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Kegunaan Teoritis Penelitian ini dapat berguna sebagai sumbangan pemikiran dan perkembangan pengetahuan ilmu hukum khususnya tentang Hukum Perlindungan Konsumen. 2. Kegunaan Praktis a. Menambah pengetahuan penulis dalam bidang ilmu hukum, khususnya hukum perlindungan konsumen. b. Menambah bahan informasi bagi pihak-pihak yang membutuhkan referensi yang dapat digunakan untuk penelitian lanjutan yang berkaitan dengan permasalahan dan pokok bahasan hukum perlindungan konsumen. c. Sebagai salah satu syarat dalam menempuh ujian sarjana di Fakultas Hukum Universitas Lampung.