10 BAB 2 LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS

advertisement
BAB 2
LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS
2.1.
Biaya
2.1.1. Konsep Biaya
Memahami perbedaan biaya dan beban menjadi faktor yang sangat penting
dalam pengelolaan bisnis. Seringkali orang menyamakan istilah biaya dan beban,
namun kedua istilah tersebut memiliki pengertian yang berbeda. Oleh karena itu
harus diketahui terlebih dahulu pengertian dari biaya dan beban.
Biaya adalah kas dan setara kas yang dikorbankan untuk memproduksi atau
memperoleh barang atau jasa yang diharapkan akan memperoleh manfaat atau
keuntungan di masa mendatang (Purwanti dan Prawironegoro, 2013:19).
Hongren et. al. yang diterjemahkan oleh Adhariani (2005:34), menyatakan
bahwa biaya (cost) didefinisikan sebagai suatu sumber daya yang dikorbankan
(sacrified) atau dilepaskan (forgone) untuk mencapai tujuan tertentu.
Sprouse dan Moonitz dalam Carter (2006:2-1), mendefinisikan biaya sebagai
“an exchange price, a forgoing, a sacrifice made to secure benefit. In financial
accounting, the forgoing or sacrifice at date of acquisition is represented by a
current or future diminution in cash or other assets”.
Menurut Mursyidi (2010) terdapat empat unsur pokok dalam definisi biaya
(Wahyuningtias, 2013:322), yaitu:
1.
2.
3.
4.
Biaya merupakan pengorbanan sumber ekonomi.
Diukur dalam satuan uang.
Yang telah terjadi atau yang secara potensial akan terjadi.
Pengorbanan tersebut untuk tujuan tertentu.
10
Sedangkan, beban didefinisikan sebagai pengeluaran untuk mendapatkan
pendapatan pada suatu periode tertentu. Beban atau expenses dikurangkan pada
pendapatan untuk memperoleh laba. Unsur-unsur beban adalah harga pokok
penjualan, beban pemasaran, beban administrasi, beban bunga, dan beban pajak. Jika
unsur-unsur tersebut belum menjadi komponen perhitungan rugi-laba, maka unsurunsur tersebut merupakan biaya (Purwanti dan Prawironegoro, 2013:19).
Menurut Carter (2006:2-1), beban dapat didefinisikan sebagai aliran keluar
terukur dari barang atau jasa, yang kemudian ditandingkan dengan pendapatan untuk
menentukan laba.
Sedangkan menurut Sprouse dan Moonitz dalam Carter (2006:2-1), beban
didefinisikan sebagai:
“the decrease in net assets as a result of the use of economic services in the
creation of revenues or of the imposition of taxes by governmental units. Expense is
measured by the amount of the decrease in assets or the increase in liabilities related
to the production and delivery of goods and the rendering of services . . . expense in
its broadest sense includes all expired costs which are deductible from revenues.”
2.1.2. Klasifikasi Biaya
Klasifikasi biaya menurut Carter (2006:3-1), antara lain:
A. Biaya dalam Hubungannya dengan Produk
Dalam lingkungan manufaktur, total biaya operasi terdiri atas dua
elemen, yaitu:
1. Biaya Manufaktur
Biaya manufaktur disebut biaya produksi atau biaya pabrik.
Biasanya didefinisikan sebagai jumlah dari tiga elemen biaya:
bahan baku langsung, tenaga kerja langsung, dan overhead pabrik.
Bahan baku langsung dan tenaga kerja langsung, keduanya disebut
11
biaya utama (prime cost). Tenaga kerja langsung dan overhead
pabrik, keduanya disebut biaya konversi.
a. Bahan baku langsung
Bahan baku langsung adalah semua bahan baku yang
membentuk bagian integral dari produk jadi dan dimasukkan
secara eksplisit dalam perhitungan biaya produk.
Contoh: kayu yang digunakan untuk membuat mebel dan
minyak mentah yang digunakan untuk membuat bensin.
b. Tenaga kerja langsung
Tenaga kerja langsung adalah tenaga kerja yang melakukan
konversi bahan baku langsung menjadi produk jadi dan dapat
dibebankan secara layak ke produk tertentu. Tenaga kerja
langsung biasanya disebut juga tenaga kerja manual (touch
labor) karena tenaga kerja langsung melakukan kerja tangan
atas produk pada saat produksi.
Contoh: tenaga kerja bagian perakitan seperti halnya biaya
untuk tukang kayu, tukang batu, dan operator mesin.
c. Overhead pabrik
Overhead pabrik juga disebut overhead manufaktur, beban
manufaktur, atau beban pabrik. Terdiri atas semua biaya
manufaktur yang tidak ditelusuri secara langsung ke output
tertentu.
Contoh: biaya penyusutan mesin pabrik
12
d. Bahan baku tidak langsung
Bahan baku tidak langsung adalah bahan baku yang diperlukan
untuk penyelesaian suatu produk tetapi tidak diklasifikasikan
sebagai bahan baku langsung karena bahan baku tersebut tidak
menjadi bagian dari produk.
Contoh: amplas, pola kertas, dan pelumas.
Perlengkapan pabrik, salah satu bentuk bahan baku tidak
langsung, terdiri atas oli pelumas, minyak pelumas, kain perca,
dan sikat yang dibutuhkan untuk memelihara area kerja dan
mesin tetap dalam kondisi siap pakai dan aman.
e. Tenaga kerja tidak langsung
Tenaga kerja tidak langsung adalah tenaga kerja yang tidak
dapat ditelusuri langsung ke konstruksi atau komposisi dari
produk jadi.
Contoh: gaji pengawas, pegawai pabrik pembantu umum,
pekerja bagian pemeliharaan, dan pekerja bagian gudang.
2. Beban Komersial
Beban komersial terdiri atas dua klasifikasi besar yaitu beban
pemasaran dan beban administratif.
a. Beban pemasaran
Beban pemasaran mulai dari titik di mana biaya manufaktur
berakhir. Yaitu, ketika proses manufaktur selesai dan produk
ada dalam kondisi siap dijual. Beban promosi, beban penjualan
dan beban pengiriman termasuk dalam beban pemasaran.
13
b. Beban administratif
Beban administratif termasuk beban yang terjadi dalam
mengarahkan dan mengendalikan organisasi.
B. Biaya dalam Hubungannya dengan Volume Produksi
Beberapa jenis biaya berubah secara proporsional terhadap perubahan
dalam volume produksi atau output, sementara yang lainnya tetap
relatif konstan dalam jumlah.
1. Biaya variabel
Jumlah total biaya variabel berubah secara proporsional terhadap
perubahan aktivitas dalam rentang yang relevan (relevant range).
Biaya variabel biasanya memasukkan biaya bahan baku dan biaya
tenaga kerja langsung.
Contoh biaya overhead yang diklasifikasikan sebagai biaya
variabel, yaitu: perlengkapan, bahan bakar, peralatan kecil, biaya
komunikasi, upah lembur, dan penanganan bahan baku.
2. Biaya tetap
Biaya tetap bersifat konstan secara total dalam rentang yang
relevan. Dengan kata lain, biaya tetap per unit semakin kecil seiring
dengan meningkatnya aktivitas dalam rentang yang relevan.
Contoh biaya overhead yang biasanya diklasifikasikan sebagai
biaya tetap yaitu: gaji eksekutif produksi, depresiasi, pajak properti,
sewa, gaji satpam dan pegawai kebersihan.
3. Biaya semivariabel
Biaya semivariabel adalah biaya yang memiliki elemen biaya tetap
dan biaya variabel.
14
Contoh: biaya listrik, biaya inspeksi, biaya jasa departemen
penggajian, biaya asuransi kompensasi, biaya pemeliharaan dan
perbaikan mesin-mesin pabrik.
C. Biaya dalam Hubungannya dengan Departemen Produksi atau Segmen
Lain
1. Departemen Produksi dan Departemen Jasa
Dalam sistem klasifikasi biaya ini, departemen adalah objek
biayanya. Departemen-departemen dalam suatu pabrik biasanya
dapat diklasifikasikan dalam dua kategori: departemen produksi
dan departemen jasa.
Biaya langsung departemen (direct departmental cost) adalah
biaya yang dapat ditelusuri ke suatu departemen di mana biaya
tersebut berasal. Contoh dari biaya langsung departemen adalah
gaji dari supervisor departemen.
Sedangkan jika suatu biaya digunakan bersama oleh beberapa
departemen yang memperoleh manfaat dari biaya tersebut, maka
biaya itu disebut sebagai biaya tidak langsung departemen (indirect
departmental cost). Contoh dari biaya tidak langsung departemen
adalah sewa gedung dan biaya penyusutan gedung.
2. Biaya Bersama (Common Cost) dan Biaya Gabungan (Joint Cost)
Biaya bersama dan biaya gabungan adalah jenis biaya tidak
langsung. Biaya bersama adalah biaya yang ada di organisasi
dengan banyak departemen atau segmen. Biaya gabungan adalah
biaya yang terjadi ketika produksi dari suatu produk menghasilkan
satu atau beberapa produk lain tanpa dapat dihindari.
15
D. Biaya dalam Hubungannya dengan Periode Akuntansi
Biaya dapat diklasifikasikan sebagai pengeluaran modal (capital
expenditure)
atau
sebagai
pengeluaran
pendapatan
(revenue
expenditure). Pengeluaran modal adalah biaya yang ditujukan untuk
memberikan manfaat di masa depan dan dilaporkan sebagai aktiva.
Pengeluaran
pendapatan
adalah
biaya
yang
ditujukan
untuk
memberikan manfaat untuk periode sekarang dan dilaporkan sebagai
beban.
E. Biaya dalam Hubungannya dengan Suatu Keputusan, Tindakan, atau
Evaluasi
Biaya diferensial (differential cost) adalah salah satu nama dari
biaya yang relevan untuk suatu pilihan di antara banyak alternatif.
Biaya diferensial sering kali disebut biaya marginal (marginal cost)
atau biaya inkremental (incremental cost). Jika biaya diferensial hanya
terjadi apabila satu alternatif tertentu diambil, maka biaya tersebut juga
dapat disebut sebagai biaya tunai yang berkaitan dengan alternatif itu.
Sejumlah pendapatan atau manfaat lain yang mungkin hilang bila
alternatif tertentu diambil disebut biaya kesempatan (opportunity cost)
dari alternatif tersebut. Suatu biaya yang telah terjadi dan oleh karena
itu, tidak relevan terhadap pengambilan keputusan disebut biaya
tertanam (sunk cost). Dalam suatu keputusan untuk menghentikan suatu
produk atau divisi, beberapa dari biaya produk atau divisi tersebut bisa
saja tidak terpengaruh oleh keputusan itu, biaya seperti itu disebut biaya
yang tidak dapat dihindari (unavoidable cost).
16
Tabel 2.1. Ringkasan Klasifikasi Biaya
Tujuan Klasifikasi Biaya
Klasifikasi Biaya
a. Biaya Produk
• Bahan Langsung
• Tenaga Kerja Langsung
• Overhead Pabrik
Menyiapkan Laporan Keuangan
Eksternal
b. Biaya Periodik (Beban)
• Biaya Non Produksi
Biaya Penjualan atau Pemasaran
Biaya Administrasi
Memprediksi perilaku biaya untuk • Biaya Variabel
merespons perubahan aktivitas
• Biaya Tetap
Menentukan biaya ke objek biaya • Biaya Langsung
seperti departemen atau produk
• Biaya Tidak Langsung
• Biaya diferensial
Pembuatan Keputusan
• Biaya Tertanam (Sunk Cost)
• Biaya Kesempatan (Opportunity Cost)
• Biaya pencegahan (Preventive Cost)
• Biaya Penilaian (Appraisal Cost)
• Biaya Kegagalan Internal ( Internal Failure
Biaya Kualitas/ Mutu
Cost)
• Biaya Kegagalan Eksternal (External
Failure Cost)
Sumber: Garrison, Noreen & Brewer: Akuntansi Manajerial, Edisi 11, Buku 1,
Salemba Empat, Jakarta, 2008, hal 64.
2.2.
Biaya Kualitas
2.2.1. Pengertian Kualitas
Banyak kriteria atau ukuran kualitas yang bervariasi dan cenderung terus
dapat berubah sepanjang waktu, sehingga tidaklah mudah untuk mendefinisikan
kualitas secara tepat. Kualitas merupakan kondisi yang selalu berubah artinya adalah
apa yang dianggap berkualitas saat ini belum tentu dianggap berkualitas pada masa
yang akan datang. Kualitas dari sudut pandang pelanggan biasanya dihubungkan
dengan nilai, kegunaan, maupun harga. Sedangkan kualitas dari sudut pandang
17
produsen biasanya dihubungkan dengan spesifikasi dan pembuatan suatu produk
untuk memenuhi kebutuhan pelanggan.
Beberapa pakar kualitas tingkat internasional memberikan definisi kualitas
berdasarkan sudut pandangnya masing-masing (Yamit, 2010:7), yaitu:
•
•
•
W. Edwards Deming: mendefinisikan bahwa kualitas adalah apapun
yang menjadi kebutuhan dan keinginan konsumen.
Philip B. Crosby: mempersepsikan kualitas sebagai nilai cacat,
kesempurnaan, dan kesesuaian terhadap persyaratan.
Joseph M. Juran : mendefinisikan mutu sebagai kesesuaian terhadap
spesifikasi.
Dari pengertian-pengertian di atas dapat diketahui bahwa kualitas adalah
ukuran kebaikan dari suatu produk baik barang maupun jasa yang dapat memenuhi
bahkan melebihi harapan pelanggan serta kesesuaian suatu produk atau jasa dengan
spesifikasi yang telah ditetapkan oleh perusahaan.
David A. Garvin mengidentifikasi 5 (lima) pendekatan yang dapat digunakan
untuk mendefinisikan kualitas (Yamit, 2010:9), yaitu:
1. Transcendental Approach (Pendekatan Transenden)
Kualitas didefinisikan sebagai sesuatu yang dapat dirasakan, tetapi
sulit didefinisikan dan dioperasionalkan maupun diukur. Perspektif ini
umumnya diterapkan dalam karya seni seperti seni musik, seni tari, seni
drama, dan seni rupa. Untuk produk dan jasa pelayanan, perusahaan
dapat mempromosikan dengan menggunakan pernyataan- pernyataan
seperti kelembutan dan kehalusan kulit (sabun mandi), kecantikan wajah
(kosmetik), pelayanan prima (bank), dan tempat berbelanja yang nyaman
(mall). Definisi seperti ini sangat sulit untuk dijadikan sebagai dasar
perencanaan dalam manajemen kualitas.
18
2. Product-based Approach (Pendekatan Berdasarkan Produk)
Dalam pendekatan ini, kualitas adalah suatu karakteristik atau atribut
yang dapat diukur. Perbedaan kualitas mencerminkan adanya perbedaan
atribut yang dimiliki produk secara objektif, tetapi pendekatan ini tidak
dapat menjelaskan perbedaan dalam selera dan preferensi individual.
3. User-based Approach (Pendekatan Berdasarkan Konsumen)
Kualitas dalam pendekatan ini didasarkan pada pemikiran bahwa kualitas
tergantung pada orang yang memandangnya, dan produk yang paling
memuaskan preferensi seseorang atau cocok dengan selera (fitness for used)
merupakan produk yang berkualitas paling tinggi. Pandangan yang subjektif ini
mengakibatkan konsumen yang berbeda memiliki kebutuhan dan keinginan
yang berbeda pula, sehingga kualitas bagi seseorang adalah kepuasan
maksimum yang dapat dirasakannya.
4. Manufacturing-based Approach (Pendekatan Manufaktur)
Kualitas dalam pendekatan ini adalah bersifat supply-based atau dari sudut
pandang produsen yang mendefinisikan kualitas sebagai sesuatu yang sesuai
dengan persyaratannya (conformance quality) dan prosedur. Pendekatan ini
berfokus pada kesesuaian spesifikasi yang ditetapkan perusahaan secara
internal. Oleh karena itu, yang menentukan kualitas adalah standar-standar yang
ditetapkan perusahaan dan bukan konsumen yang menggunakannya.
5. Value-based Approach (Pendekatan Nilai)
Kualitas dalam pendekatan ini adalah memandang kualitas dari segi nilai
dan harga. Kualitas didefinisikan sebagai “affordable excellence”. Oleh karena
itu kualitas dalam pandangan ini bersifat relatif, sehingga produk yang memiliki
kualita paling tinggi belum tentu produk yang paling bernilai. Produk yang
paling bernilai adalah produk yang paling tepat beli.
19
2.2.2. Klasifikasi Kualitas
Menurut Supriyono, pada umumnya terdapat 2 jenis kualitas yang diakui
(Wijaya, 2011:12), yaitu:
1) Kualitas rancangan (Quality of Design)
Kualitas rancangan adalah fungsi berbagai spesifikasi produk. Artinya,
fungsi dari suatu produk sama, hanya desain produk yang berbeda. Suatu
produk dikatakan memenuhi kualitas rancangan apabila produk tersebut
memenuhi spesifikasi produk yang bersangkutan secara fisik atau
performance saja.
2) Kualitas Kesesuaian (Quality of Conformance)
Kualitas kesesuaian adalah ukuran mengenai cara produk memenuhi
berbagai persyaratan atau spesifikasi. Suatu produk dikatakan memiliki
kualitas kesesuaian apabila produk tersebut tidak menyimpang dari
spesifikasi yang ditetapkan dan dapat memenuhi permintaan konsumen
sehingga konsumen merasa puas dengan produk yang diterimanya.
2.2.3. Dimensi Kualitas
David Garvin mengidentifikasi 8 dimensi kualitas yang dapat digunakan oleh
perusahaan manufaktur yang menghasilkan barang (Yamit, 2010:13), meliputi:
1. Kinerja (Performance), yaitu kesesuaian produk dengan fungsi utama produk
itu sendiri atau karakteristik pokok dari suatu produk.
2. Keunikan (Feature), yaitu ciri khas produk yang membedakan dari produk
lain yang merupakan karakteristik pelengkap atau tambahan dan mampu
menimbulkan kesan yang baik bagi pelanggan.
20
3. Kehandalan (Reliability), yaitu kepercayaan pelanggan terhadap produk
karena kehandalannya atau karena kemungkinan kerusakan yang rendah.
4. Kesesuaian (Conformance), yaitu kesesuaian produk dengan syarat atau
ukuran tertentu atau sejauh mana karakteristik desain dan operasi memenuhi
standar yang telah ditetapkan sebelumnya.
5. Ketahanan (Durability), yaitu tingkat ketahanan produk atau berapa lama
produk dapat terus digunakan.
6. Kemampuan
pelayanan
(Serviceability), yaitu
kecepatan,
kompetensi,
kenyamanan, kemudahan dalam pemeliharaan dan penanganan keluhan yang
memuaskan.
7. Estetika (Esthetics), yaitu menyangkut penampilan wujud suatu produk
(corak, rasa, dan daya tarik produk).
8. Kualitas yang dirasakan (Perceived quality), yaitu fanatisme konsumen akan
merek suatu produk tertentu karena citra atau reputasi produk itu sendiri.
2.2.4. Pengertian Biaya Kualitas
Biaya kualitas tidak hanya berkaitan dengan produksi, tetapi berkaitan
dengan seluruh aktivitas perusahaan mulai dari penelitian dan pengembangan sampai
ke pelayanan kepada konsumen (Garrison et.al., 2008:82).
Menurut Hansen & Mowen yang diterjemahkan oleh Ancella A. Hermawan
(2000:7) mendefinisikan bahwa: “Biaya mutu (cost of quality) adalah biaya yang
timbul karena mungkin atau telah dihasilkan produk yang rendah mutunya”.
Definisi biaya kualitas menurut Blocher et.al. yang diterjemahkan oleh Susty
Ambarriani (2000:220) adalah sebagai berikut:
“Biaya kualitas adalah biaya- biaya yang berkaitan dengan pencegahan,
pengidentifikasian, perbaikan dan pembetulan produk yang berkualitas
21
rendah, dan dengan opportunity cost dari hilangnya waktu produksi dan
penjualan sebagai akibat rendahnya kualitas”.
Jadi, berdasarkan pengertian-pengertian di atas dapat didefinisikan bahwa
biaya kualitas adalah biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan dalam rangka
meningkatkan kualitas produk dan memperbaiki kualitas produk.
2.2.5. Klasifikasi Biaya Kualitas
Menurut Hansen dan Mowen yang diterjemahkan oleh Ancella A. Hermawan
(2000:8), biaya kualitas berhubungan dengan dua sub kategori dari dua kegiatan
yang terkait dengan kualitas, yaitu:
1) Kegiatan Pengendalian (Control Activities)
Kegiatan ini dilakukan oleh suatu organisasi untuk mencegah atau
mendeteksi kualitas yang buruk (karena kualitas yang buruk mungkin
terjadi). Jadi, kegiatan pengendalian terdiri dari kegiatan pencegahan
(prevention) dan penilaian (appraisal). Biaya pengendalian (control
costs) adalah biaya yang dikeluarkan untuk menjalankan kegiatan
pengendalian.
2) Kegiatan Produk Gagal (Failure Activities)
Kegiatan
ini
dilaksanakan
oleh
suatu
organisasi
atau
oleh
pelanggannya untuk merespon kualitas yang buruk (kualitas buruk telah
terjadi). Apabila respon terhadap kualitas yang buruk muncul sebelum
produk cacat (tidak memiliki kesesuaian, tidak dapat diandalkan, tidak
tahan lama, dan lain- lain) dikirim ke pelanggan, maka kegiatannya
diklasifikasikan sebagai kegiatan kegagalan internal (internal failure).
Jika respon muncul setelah produk sampai ke pelanggan, maka
kegiatannya diklasifikasikan sebagai kegiatan kegagalan ekstemal
22
(external failure). Biaya kegagalan (failure cost) adalah biaya yang
dikeluarkan oleh suatu organisasi karena terjadi kegiatan karena
kegagalan. Definisi kegiatan kegagalan dan biaya kegagalan menjelaskan
respon pelanggan atas kualitas yang buruk dapat memperbesar biaya
organisasi.
Menurut Hansen dan Mowen yang diterjemahkan oleh Ancella A. Hermawan
(2000:8), Juran mengklasifikasikan biaya kualitas ke dalam empat kategori, yaitu:
1. Biaya Pencegahan (Prevention Costs)
Biaya pencegahan adalah pengeluaran- pengeluaran yang dikeluarkan
untuk mencegah terjadinya cacat kualitas pada produk atau jasa yang
akan dihasilkan.
Contoh dari biaya pencegahan yaitu:
•
Biaya pelatihan kualitas: pengeluaran- pengeluaran untuk programprogram pelatihan internal dan eksternal, yang meliputi upah dan gaji
yang dibayarkan dalam pelatihan perencanaan kualitas, pelaporan
kualitas, pemilihan dan evaluasi pemasok, audit kualitas, siklus
kualitas, uji lapangan, dan peninjauan desain.
•
Biaya perencanaan kualitas: upah dan overhead untuk perencanaan
kualitas, lingkaran kualitas, desain prosedur baru, desain peralatan
baru untuk meningkatkan kualitas, kehandalan, dan evaluasi supplier.
•
Biaya pemeliharaan peralatan: biaya yang dikeluarkan untuk
memasang, menyesuaikan, mempertahankan, memperbaiki dan
menginspeksi peralatan produksi, proses, dan sistem.
23
•
Biaya
penjaminan
supplier:
biaya
yang
dikeluarkan
untuk
mengembangkan kebutuhan dan pengukuran data, auditing, dan
pelaporan kualitas.
Umumnya, dengan naiknya biaya pencegahan, biaya kualitas lainnya
akan menurun. Oleh karena itu, cara terbaik bagi perusahaan dalam
mengeluarkan uang untuk biaya yang berkaitan dengan kualitas adalah
dengan
cara menginvestasikannya
ke
dalam
tindakan- tindakan
pencegahan. Biaya pencegahan merupakan biaya yang efektif untuk
memperbaiki kualitas.
2. Biaya Penilaian (Appraisal Costs)
Biaya penilaian adalah biaya yang dikeluarkan dalam rangka
pengukuran dan analisis data untuk menentukan apakah produk atau jasa
sesuai dengan spesifikasinya. Biaya- biaya ini terjadi setelah produksi
tetapi sebelum penjualan. Perusahaan mengeluarkan biaya penilaian
untuk mengidentifikasi hal- hal yang cacat dan untuk memastikan bahwa
semua unit yang dihasilkan sesuai atau melebihi persyaratan yang diminta
pelanggan. Aktivitas penilaian ini tidak menurunkan kesalahan atau
mencegah cacat produksi terulang tetapi hanya mendeteksi unit sebelum
produk tersebut dikirim ke pelanggan.
Contoh dari biaya penilaian, yaitu:
•
Biaya pengujian dan inspeksi: biaya yang dikeluarkan untuk menguji
dan menginspeksi bahan yang datang, produk dalam proses, dan
produk selesai.
24
•
Peralatan pengujian: pengeluaran yang terjadi untuk memperoleh,
mengoperasikan atau mempertahankan fasilitas, software, mesin dan
peralatan pengujian atau penilaian kualitas produk atau proses.
•
Audit kualitas: gaji dan upah semua orang yang terlibat dalam
penilaian kualitas produk dan jasa dan pengeluaran lain yang
dikeluarkan selama penilaian kualitas.
•
Pengujian secara laborat
•
Pengujian dan evaluasi lapangan
•
Biaya informasi: biaya untuk menyiapkan dan membuktikan laporan
kualitas.
3. Biaya Kegagalan Internal (Internal Failure Costs)
Biaya kegagalan internal adalah biaya yang dikeluarkan karena
rendahnya kualitas yang ditemukan sejak penilaian awal sampai dengan
pengiriman kepada pelanggan. Biaya- biaya ini tidak bernilai tambah dan
tidak pernah diperlukan.
Contoh dari biaya kegagalan internal, yaitu:
•
Biaya tindakan koreksi: biaya untuk waktu yang dihabiskan untuk
menemukan penyebab kegagalan dan untuk mengoreksi masalah.
•
Biaya pengerjaan kembali (rework) dan biaya sisa produksi (scrap):
bahan, tenaga kerja langsung dan overhead untuk sisa produksi,
pengerjaan kembali dan inspeksi ulang.
•
Biaya proses: biaya yang dikeluarkan untuk mendesain ulang produk
atau proses, pemberhentian mesin yang tidak direncanakan, dan
gagalnya produksi karena ada penyelaan proses untuk perbaikan dan
pengerjaan kembali.
25
•
Biaya ekspedisi: biaya yang dikeluarkan untuk mempercepat operasi
pengolahan karena adanya waktu yang dihabiskan untuk perbaikan
atau pengerjaan kembali.
•
Biaya inspeksi dan pengujian ulang: gaji, upah, dan biaya yang
dikeluarkan selama inspeksi ulang atau pengujian ulang produkproduk yang telah diperbaiki.
4. Biaya Kegagalan Eksternal (External Failure Costs)
Biaya kegagalan eksternal merupakan biaya yang terjadi dalam
rangka meralat cacat kualitas setelah produk sampai pada pelanggan, dan
laba yang gagal diperoleh karena hilangnya peluang sebagai akibat
adanya produk yang tidak dapat diterima oleh pelanggan.
Contoh dari biaya kegagalan eksternal, yaitu:
•
Biaya untuk menangani keluhan dan pengembalian dari pelanggan:
gaji dan overhead untuk departemen pelayanan kepada pelanggan
(customer service) memperbaiki produk yang dikembalikan, cadangan
atau potongan untuk kualitas rendah, dan biaya angkut.
•
Biaya penarikan kembali dan pertanggungjawaban produk: biaya
administrasi untuk menangani pengembalian produk, perbaikan atau
penggantian; biaya hukum; biaya penyelesaian hukum.
•
Penjualan yang hilang karena produk yang tidak memuaskan: margin
kontribusi yang hilang karena pesanan yang tertunda, penjualan yang
hilang dan menurunnya pangsa pasar.
26
Blocher et.al. (2000:223), mengungkapkan bahwa:
“Pencegahan yang lebih baik terhadap kualitas yang buruk, jelas akan
menurunkan semua biaya kualitas. Semakin sedikit permasalahan yang
berkaitan dengan kualitas, maka akan semakin sedikit penilaian yang
dibutuhkan karena produk dibuat dengan baik mulai saat-saat pertama.
Semakin sedikit unit yang cacat juga menurunkan biaya kegagalan internal
dan biaya kegagalan eksternal seperti biaya untuk perbaikan, pengerjaan
kembali, dan menurunkan pengembalian produk.”
Hal ini serupa dengan pernyataan yang diungkapkan oleh Garrison et.al.
(2008:86) bahwa:
“. . . pada saat perusahaan semakin banyak membelanjakan pada aktivitas
pencegahan dan penilaian, persentase unit cacat menjadi rendah (persentase
unit yang tidak cacat meningkat). Hal ini menyebabkan biaya kegagalan
internal dan eksternal yang lebih rendah. Biasanya, biaya-biaya kualitas total
turun drastis pada saat kualitas kesesuaian meningkat.”
2.2.6. Manfaat Informasi Biaya Kualitas
Manfaat informasi biaya kualitas menurut Garrison et al. (2008:90) adalah:
1. Membantu para manajer melihat keuntungan finansial dari cacat.
Para manajer biasanya tidak sadar dengan besarnya biaya kualitas
mereka karena biaya-biaya ini melintasi batas departemen dan tidak
dapat ditelusuri dan diakumulasikan secara normal oleh sistem biaya.
Maka dari itu ketika pertama kali disajikan dalam laporan biaya kualitas,
para manajer sering kali terkejut dengan jumlah biaya yang diakibatkan
oleh kualitas yang buruk
2. Membantu para manajer mengidentifikasikan pentingnya masalahmasalah kualitas yang dihadapi perusahaan.
Sebagai contoh, laporan biaya kualitas dapat memperlihatkan bahwa
sisa bahan adalah masalah kualitas yang utama atau bahwa perusahaan
mengeluarkan biaya garansi dalam jumlah yang besar. Dengan adanya
27
informasi ini, para manajer mempunyai ide yang lebih bagus mengenai di
mana harus memfokuskan usahanya.
3. Membantu para manajer melihat apakah biaya-biaya kualitas di
perusahaan mereka didistribusikan secara tidak baik.
Umumnya, biaya-biaya kualitas seharusnya lebih didistribusikan ke
arah aktivitas-aktivitas pencegahan dan penilaian dan kurang diarakan ke
kegagalan.
Menurut Tandiontong et.al. (2010), “manfaat informasi biaya kualitas adalah
untuk membantu manajemen menentukan laba, juga untuk mengambil keputusan
strategi, serta untuk mempermudah pelaksanaan program pengendalian kualitas”.
2.3.
Promosi
2.3.1. Pengertian Promosi
Promosi merupakan salah satu penentu keberhasilan suatu program
pemasaran. Betapa pun berkualitasnya suatu produk tetapi jika konsumen belum
pernah mendengarnya dan tidak yakin produk tersebut akan berguna bagi mereka,
maka mereka tidak akan pernah membelinya. Pada hakikatnya, promosi merupakan
suatu bentuk komunikasi pemasaran yang dilakukan perusahaan untuk mendorong
konsumen agar membeli produk perusahaan.
Sementara itu, Subagyo (2010:129) memberikan definisi promosi sebagai
berikut:
“Promosi adalah semua kegiatan yang dimaksudkan untuk menyampaikan
atau mengkomunikasikan suatu produk kepada pasar sasaran, untuk memberi
informasi tentang keistimewaan, kegunaan dan yang paling penting adalah
tentang keberadaannya, untuk mengubah sikap ataupun untuk mendorong
orang untuk bertindak dalam membeli suatu produk.”
28
Berdasarkan beberapa pengertian promosi di atas, dapat didefinisikan bahwa
promosi berkaitan dengan suatu usaha untuk dapat mengarahkan seseorang agar
dapat mengenal produk perusahaan dan pada akhirnya akan membeli produk
tersebut.
2.3.2. Tujuan Promosi
Tujuan promosi menurut Subagyo (2010:133) adalah sebagai berikut:
1. Menginformasikan
Tujuan utama dari kegiatan promosi yaitu menginformasikan seluruh
aspek-aspek dan kepentingan perusahaan yang berhubungan dengan
konsumen.
Kegiatan untuk
menginformasikan
atas
berbagai
hal
yang
berkaitan antara perusahaan dengan konsumen dapat berupa:
a. Menginformasikan pasar mengenai produk baru.
b. Memperkenalkan cara pemakaian yang baru dari suatu produk.
c. Menyampaikan perubahan harga kepada pasar.
d. Menjelaskan cara kerja produk.
e. Menginformasikan jasa-jasa yang disediakan.
f. Meluruskan kesan yang salah.
g. Mengurangi ketakutan dan kekhawatiran pembeli.
h. Membangun citra perusahaan.
2. Mempengaruhi dan membujuk pelanggan sasaran
Tujuan promosi selanjutnya adalah mempengaruhi dan membujuk
pelanggan atau konsumen sasaran agar mau membeli atau mengalihkan
pembelian terhadap produk-produk yang dihasilkan perusahaan.
29
Tujuan utama dari kegiatan mempengaruhi dan membujuk pelanggan
sasaran adalah:
a. Membentuk pilihan merek.
b. Mengalihkan pilihan ke merek lain.
c. Mengubah persepsi pelanggan terhadap atribut produk.
d. Mendorong pelanggan untuk belanja saat itu juga.
e. Mendorong pembeli untuk menerima kunjungan salesman.
3. Mengingatkan kembali konsumen sasaran
Sebagai alternatif terakhir dari tujuan promosi yang akan dilakukan
perusahaan adalah mengingatkan kembali konsumen sasaran yang
selama ini dimiliki atas keberadaan perusahaan dan merek-merek
produk yang dihasilkan yang tetap setia dan konsisten untuk
melayani konsumennya dimanapun mereka berada.
Kegiatan promosi yang bertujuan mengingatkan kembali konsumen
sasaran dapat terdiri atas :
a. Mengingatkan pembeli bahwa produk yang bersangkutan
dibutuhkan dalam waktu dekat.
b. Mengingatkan pembeli akan tempat-tempat yang akan menjual
produk perusahaan.
c. Membuat pembeli tetap ingat walaupun tidak ada kegiatan
kampanye iklan.
d. Menjaga agar ingatan pertama pembeli jatuh pada produk
perusahaan.
30
Menurut Kuncoro (2010:134) tujuan promosi dapat dipersempit menjadi 3
jenis tujuan, yaitu:
1. Memberikan infomasi pelanggan tentang produk atau fitur baru
seperti menciptakan kebutuhan.
2. Mempengaruhi pelanggan untuk membeli merek orang lain.
3. Mengingatkan pelanggan tentang merek, yang termasuk memperkuat
penetapan rancangan merek.
2.3.3. Alat-Alat Promosi
Media yang tidak cocok dengan kehidupan konsumen menyebabkan bahwa
promosi yang meskipun dilakukan secara gencar, tetapi tidak pernah dapat sampai ke
hadapan konsumen. Oleh karena itu media promosi harus dipilih secara tepat agar
sesuai dengan produk yang akan dipromosikan dan kebiasaan sehari-hari dari para
konsumen.
Alat-alat promosi menurut Tjiptono dan Chandra (2012:350), yaitu:
1. Periklanan
Periklanan adalah segala bentuk presentasi dan promosi gagasan,
barang atau jasa yang dibayar oleh sponsor yang teridentifikasi. Contoh
dari periklanan yaitu iklan media cetak, iklan media elektronik,
kemasan, brosur, buklet, poster, leaflet, direktori, billboards, pajangan,
simbol, logo, dan lain-lain.
2. Promosi Penjualan
Promosi penjualan adalah berbagai macam insentif jangka pendek yang
dimaksudkan untuk mendorong percobaan atau pembelian produk atau
jasa. Contoh dari promosi penjualan yaitu kontes, games, undian,
produk sampel, pameran dagang, demonstrasi, kupon, pendanaan
berbunga rendah, fasilitas tukar tambah, dan lain-lain.
31
3. Public Relations
Public relations adalah berbagai macam program yang dirancang untuk
mempromosikan atau melindungi citra perusahaan atau produk
individualnya. Contoh dari public relations yaitu pidato, seminar,
laporan tahunan, sponsorships, publikasi, lobbying, events, dan lainlain.
4. Personal Selling
Personal selling adalah interaksi tatap muka dengan satu atau lebih
calon pembeli untuk melakukan presentasi, menjawab pertanyaan, dan
mendapatkan pesanan. Contoh dari personal selling yaitu presentasi
penjualan, pertemuan penjualan, program insentif, dan pameran dagang.
5. Direct and Online Marketing
Direct and online marketing adalah penggunaan surat, telepon, fax, email atau internet untuk berkomunikasi secara langsung dengan
pelanggan atau untuk mendapatkan respon langsung dari pelanggan dan
calon pelanggan spesifik. Contoh dari jenis promosi ini yaitu katalog,
surat, telemarketing, electronic shopping, TV shopping, fax mail, email, voice mail, dan lain-lain.
2.4.
Penjualan
2.4.1. Pengertian Penjualan
Penjualan merupakan salah satu kegiatan operasional perusahaan yang
memegang peranan penting bagi perusahaan karena melalui penjualan, suatu
perusahaan dapat mencapai tujuan perusahaan yaitu mendapatkan keuntungan.
32
Penjualan dilakukan perusahaan ketika produk selesai diproduksi (barang jadi) dan
siap untuk ditawarkan kepada konsumen baik berupa barang maupun jasa.
Menurut Soemarso 2004 (dalam Rilla dan Erwin, 2010:147) penjualan
didefinisikan sebagai: “Jumlah yang dibebankan kepada pembeli untuk barang
dagangan
yang
diserahkan
dan
merupakan
pendapatan
perusahaan
yang
bersangkutan”.
2.4.2. Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Penjualan
Faktor yang mempengaruhi kinerja penjualan suatu produk dapat dilihat dari
sisi pembeli yaitu motivasi pembelian produk. Motivasi pembelian produk (Sutojo,
2003:11), dapat digolongkan menjadi 2, yaitu
a. Motivasi pembelian yang bersifat emosional
Motivasi pembelian emosional adalah hal- hal yang bersifat emosional
atau perasaan yang mendorong pembeli memutuskan membeli produk
tertentu.
Contoh: rasa bangga, rasa cinta kepada orang lain, popularitas,
kenyamanan, rasa aman, rasa ingin tahu, ingin sama dengan sebagian
besar anggota masyarakat, dan hiburan.
b. Motivasi pembelian yang bersifat rasional
Motivasi pembelian yang berdifat rasional adalah hal- hal atau sebab
yang mendorong konsumen membeli barang atau jasa dalam motivasi
pembelian rasional.
Contoh: efisiensi penggunaan produk, harga yang kompetitif, layanan
purna jual, mutu produk, ketepatan jadwal pengiriman barang, dan
menghemat ruangan.
33
2.5.
Pengembangan Hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban sementara atas rumusan masalah dari suatu
penelitian. Pengembangan-pengembangan hipotesis yang diajukan dalam penelitian
ini adalah sebagai berikut:
1. Pengaruh Biaya Kegagalan Internal terhadap Kinerja Penjualan
Biaya kegagalan internal adalah biaya yang terjadi ketika produk
dengan kualitas yang rendah ditemukan sebelum sampai ke pelanggan. Biaya
ini merupakan biaya kedua yang paling merugikan perusahaan setelah biaya
kegagalan eksternal. Semakin tinggi biaya kegagalan internal menunjukkan
bahwa semakin tinggi pula tingkat kegagalan atau ketidaksesuaian suatu
produk yang ditemukan sebelum produk tersebut sampai di tangan pelanggan.
Tingginya tingkat kegagalan atau ketidaksesuaian suatu produk menyebabkan
produk yang seharusnya akan dijual tidak dapat dijual. Hal ini dikarenakan
produk tersebut tidak dapat diperbaiki lagi. Jika memang produk tersebut
dapat diperbaiki, produk tersebut harus melalui serangkaian pengujian dan
pengerjaan ulang terlebih dahulu agar sesuai dengan spesifikai yang telah
ditetapkan sehingga dapat dijual. Pengerjaan ulang dan pengujian ulang
merupakan salah satu komponen biaya kegagalan internal. Oleh karena itu,
semakin tinggi biaya kegagalan internal maka semakin tinggi pula kinerja
penjualan.
Berdasarkan uraian di atas, maka hipotesis yang diajukan dalam
penelitian ini adalah:
Ha1 : Biaya kegagalan internal berpengaruh signifikan terhadap kinerja
penjualan
34
H01 : Biaya kegagalan internal tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja
penjualan
2. Pengaruh Biaya Kegagalan Eksternal terhadap Kinerja Penjualan
Biaya kegagalan eksternal adalah biaya yang terjadi ketika produk
dengan kualitas yang rendah ditemukan setelah sampai ke pelanggan. Biaya
ini merupakan biaya yang paling merugikan perusahaan karena biaya ini
dapat membuat citra perusahaan buruk, kehilangan pelanggan, dan
kehilangan pangsa pasar. Tingginya biaya kegagalan eksternal menunjukkan
tingginya tingkat kegagalan suatu produk yang telah sampai di tangan
pelanggan. Hal ini akan menyebabkan penurunan pangsa pasar, penurunan
penjualan, dan penurunan laba karena tingginya tingkat kekecewaan
pelanggan.
Berdasarkan uraian di atas, maka hipotesis yang diajukan dalam
penelitian ini adalah:
Ha2 : Biaya kegagalan eksternal berpengaruh signifikan terhadap kinerja
penjualan
H02 : Biaya kegagalan eksternal tidak berpengaruh signifikan terhadap
kinerja penjualan
3. Pengaruh Beban Promosi terhadap Kinerja Penjualan
Salah satu tujuan dilakukannya promosi adalah untuk meningkatkan
kinerja penjualan. Oleh sebab itu promosi dan penjualan mempunyai
hubungan yang sangat erat. Semakin baik suatu perusahaan melaksanakan
kegiatan promosi maka penjualan juga akan semakin meningkat. Ketika
perusahaan meningkatkan kegiatan promosi, penjualan akan meningkat.
35
Sebaliknya ketika perusahaan menurunkan kegiatan promosi, penjualan juga
akan menurun.
Berdasarkan uraian di atas, maka hipotesis yang diajukan dalam
penelitian ini adalah:
Ha3 : Beban promosi berpengaruh signifikan terhadap kinerja penjualan
H03 : Beban promosi tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja
penjualan
36
Download