BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Konsep Belajar ”Belajar merupakan proses manusia untuk mencapai berbagai macam kompetensi, keterampilan, dan sikap” 3) . Tugas dan tanggung jawab utama seorang pengajar adalah mengelola pembelajaran dengan lebih efektif, dinamis, efisien, dan positif, yang ditandai dengan adanya kesadaran dan keterlibatan aktif diantara guru dan peserta didik. Jadi berhasil tidaknya pencapaian tujuan pendidikan banyak tergantung kepada bagaimana proses belajar mengajar dirancang dan dijalankan secara profesional. Ciri-ciri belajar, yaitu : 1). Belajar ditandai dengan adanya perubahan tingkah laku. Ini berarti, bahwa hasil dari belajar hanya dapat diamati dari tingkah laku, yaitu adanya perubahan tingkah laku, dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak terampil menjadi terampil, kita tidak akan dapat mengetahui ada tidaknya hasil belajar. 2). Perubahan perilaku relative permanent. Ini berarti bahwa perubahan tingkah laku yang terjadi karena belajar untuk waktu tertentu akan tetap atau tidak berubah-ubah. Tetapi perubahan tingkah laku tersebut tidak akan terpancang seumur hidup. 3). Perubahan tingkah laku tidak harus segera dapat diamati pada saat proses belajar sedang berlangsung, perubahan perilaku tersebut bersifat potensial. 3) Esa Nur Wahyuni, Baharuddin, 2008, Teori Belajar dan Pembelajaran,Cetakan III,Mei 2008, Penerbit AR-RUZZ MEDIA, Yogyakarta, hal. 11. 4). Perubahan tingkah laku merupakan hasil latihan atau pengalaman, dan 5). Pengalaman atau latihan itu dapat memberi penguatan. Sesuatu yang memperkuat itu akan memberikan semangat atau dorongan untuk mengubah tingkah laku. 4) 1.2 Hasil Belajar Hasil belajar IPS tidak hanya bergantung pada faktor dari dalam diri siswa tetapi juga dipengaruhi faktor dari guru, diantaranya pemilihan metode mengajar yang tepat untuk meningkatkan aktifitas belajar siswa, sehingga hasil belajarnya lebih baik. Jelaslah disisni pemilihan metode mengajar yang efektif dan efisien sesuai dengan kondisi dan situasi yang tepat sangatlah penting dalam usaha meningkatkan hasil belajar siswa. Kemapuan siswa dalam mempelajari suatu pelajaran tercermin dari prestasi belajarnya. 1. Penelitian tindakan kelas dengan menerapkan metode pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa di kelas. Sebelum diadakan tindakan, aktivitas siswa rendah. Setelah diadakan tindakan, terjadi peningkatan aktivitas siswa sebesar 61,05% pada siklus I meningkat menjadi 94,73% di siklus II . 2. Penelitian tindakan kelas dengan menerapkan pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Hal ini terbukti dari peningkatan rata-rata hasil belajar siswa sebelum tindakan yang menunjukkan rata-rata sebesar 64,57, sedangkan pada siklus I meningkat sebesar 69,82 dan 4) Esa Nur Wahyuni, Baharuddin, 2008, Teori Belajar dan Pembelajaran,Cetakan III,Mei 2008, Penerbit AR-RUZZ MEDIA, Yogyakarta, hal. 15. 81,25 pada siklus II, Rata-rata ketuntasan belajar sebelum dilaksanakan tindakan kelas hanya sembilan dari 28 siswa yang nilainya tuntas mencapai KKM (42,86%). Setelah diadakan tindakan kelas, ketuntasan klasikal meningkat menjadi 11 dari 28 siswa yang nilainya tuntas mencapai KKM (57,15%) pada siklus I, sedangkan pada siklus II ada 24 dari 28 siswa yang nilainya tuntas mencapai KKM (85,%). 1.3 Ciri – Ciri Belajar Mengajar Belajar merupakan aktifitas yang dilakukan seseorang untuk mendapatkan perubahan dalam dirinya melalui pelatihan-pelatihan atau pengalamanpengalaman.5) Guru yang efektif adalah yang dapat menunaikan tugas dan fungsinya secara profesional. Untuk dapat melaksanakan tugas secara professional, diperlukan berbagai persyaratan seperti : kompetensi akademik, kompetensi metodologis, kematangan pribadi, sikap penuh dedikasi, kesejahteraan yang memadahi, pengembangan karier, budaya kerja dan suasana yang kondusif. 1.4 Pembelajaran Kooperatif (Cooperatif learning) Pembelajaran kooperatif yaitu strategi yang digunakan untuk proses belajar, dimana siswa akan lebih mudah menemukan secara komprehensif konsep-konsep yang sulit jika mereka mendiskusikannya dengan siswa yang lain tentang problem yang dihadapi 6). Pada kegiatan ini suatu kelompok siswa belajar dan mendiskusikan tugas (masalah) yang diberikan guru, mereka saling membantu dan berusaha untuk memecahkan masalah. 5) Esa Nur Wahyuni, Baharuddin, 2008, Teori Belajar dan Pembelajaran,Cetakan III,Mei 2008, Penerbit AR-RUZZ MEDIA, Yogyakarta, hal. 12. 6) Esa Nur Wahyuni, Baharuddin, 2008, Teori Belajar dan Pembelajaran,Cetakan III,Mei 2008, Penerbit AR-RUZZ MEDIA, Yogyakarta, hal. 128. Student Teams Achievement Divisions (STAD) merupakan metode pembelajaran kooperatif untuk pengelompokkan campur yang melibatkan pengakuan tim dan tanggungjawab kelompok untuk pembelajaran individu anggota. STAD merupakan salah satu metode pembelajaran kooperatif yang paling sederhana , dan merupakan model yang paling baik untuk permulaan bagi para guru yang baru menggunakan pendekatkan kooperatif 7) . Inti kegiatan dalam STAD adalah mengajar, belajar dalam tim, pemberian kuis dan penghargaan. 1.5 Pembelajaran kooperatif dengan model STAD Metode STAD merupakan salah satu metode kooperatif dimana metode kooperatif itu adalah metode pembelajaran yang mengelompokkan siswa dengan tingkat kemampuan berbeda-beda untuk mendorong siswa secara aktif bekerja bersama-sama dalam mempelajari dan memahami konsep yang diajarkan serta mempunyai tanggung jawab individu dan kelompok terhadap kuantitas tugastugas. Keberhasilan kelompok diarahkan dalam keberhasilan individu, artinya keberhasilan siswa akan tercapai jika setiap kelompoknya berhasil. Hal-hal yang perlu disiapkan guru sebelum memulai metode pembelajaran STAD adalah sebagai berikut : Nilai rata-rata harian peserta didik. Nilai sebagai acuan untuk membentuk kelompok peserta didik yang heterogen dan skor ratarata suatu kelompok (jumlah nilai rata-rata siswa dalam suatu kelompok dibagi dengan banyaknya peserta didik dalam kelompok tersebut: 1). Guru membentuk kelompok peserta didik yang heterogen tanpa membedakan kecerdasan, suku, maupun agama. Jadi, dalam setiap kelompok sebaiknya ada peserta didik yang pandai, sedang atau lemah, dan masing-masing peserta didik sebaiknya merasa cocok satu sama lain. Setiap kelompok terdiri atas empat sampai lima peserta didik, 7) Robert E. Slavin, 2005, Cooperative Learning Teori Riset dan Praktik, Terjemahan Narulita Yusron,Bandung, Nusa Media, hal. 143. 2). Guru mempersiapkan lembar soal yang akan digunakan untuk diisi dan dikumpulkan, serta digunakan siswa untuk belajar dalam diskusi kelompok, 3). Kunci jawaban soal digunakan untuk mengecek pekerjaan peserta didik (dicek oleh siswa sendiri). Oleh karena itu, penting bagi peserta didik untuk diberi kunci jawaban soal tersebut, dan 4). Membuat tes / ulangan harian untuk melihat peningkatan prestasi belajar peserta didik. 1.6 Pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) IPS sebagai ilmu pengetahuan mulai diketengahkan tahun 1997 kedalam kurikulum sekolah (SMP-SMA). IPS adalah perpaduan pilihan perpaduan ilmuilmu sosial seperti sejarah,geografi,ekonomi,antropologi, budaya dan sebagainya yang diperuntukkan bagi persekolahan. 1.7 Tujuan Pembelajaran IPS Terdapat beberapa tujuan pembelajaran IPS yang dikemukakan oleh para ahli, diantaranya mengemukakan bahwa pada dasarnya terdapat 4 pendapat mengenai tujuan pembelajaran IPS di tingkat persekolahan yaitu sebagai berikut: a. Pendapat yang mengarahkan fungsi pembelajaran IPS pada terbinanya ahli-ahli ilmu sosial, jadi pembelajaran diberikan secara terpisah , lebih menekankan pada content continuum. b. Pendapat yang menempatkan siswa pada content kebudayaan yang membelajarkan pada ilmu-ilmu sosial disesuaikan pada kebutuhan siswa yang pengorganisasian bahannya secara psikologis dan ilmiah lebih menekankan pada proses continuum. c. Pendapat yang mengkompromikan pendapat kesatu dan kedua bahan pembelajaran harus dapat menunjang siswa mampu dapat menunjang siswa mampu hidup dengan masyarakat tapi untuk studi lanjutan. d. Pendapat yang menganggap perlunya memasukkan bahan-bahan yang bersifat crossed areas agar siswa mendapat keuntungan. 8) Sedangkan kurikulum berbasis KTSP yang mulai diberlakukan sejak tahun 2006 sebagai pengganti dari kurikulum berbasis kompetensi 2004, mata pelajaran IPS agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut: Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungan. a. Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inquiri,memecahkan masalah, dan ketrampilan dalam kehidupan sosial. b. Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan. c. Memiliki kemampuan bekerja sama,berkomunikasi dan berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk,di tingkat lokal,nasional dan global.