BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebuah karya sastra menurut Junus (1986: 11) dianggap sebagai dokumen yang mencatat unsur-unsur sosio-budaya. Setiap unsur di dalamnya mewakili secara langsung sosio-budaya tertentu. Hal tersebut sejalan dengan pendapat yang dikemukakan oleh Goldman (dalam Faruk, 2003:31), yaitu terdapat suatu korelasi atau hubungan yang kuat antara bentuk literer novel dengan hubungan keseharian antar manusia dengan komoditi pada umumnya atau secara lebih luas, antara manusia dengan sesamanya dalam masyarakat. Menurut Quthb (dalam Sangidu, 2004:38) karya sastra adalah untaian perasaan dan realitas sosial (semua aspek kehidupan manusia) yang telah tersusun baik dan indah. Membaca karya sastra merupakan salah satu cara paling praktis untuk menambah pengalaman hidup seseorang. Belajar dari karya sastra berarti seperti belajar dan mengalami berbagai pelajaran hidup dari zona waktu yang berbeda-beda dalam waktu yang singkat. Banyak dan berkembangnya berbagai jenis karya sastra pada zaman sekarang, dan kemudahan teknologi untuk mengakses berbagai karya sastra dengan mudah merupakan suatu kesempatan bagi berbagai pihak, terutama para pemikir muda. Dimana dengan banyaknya karya sastra, para pemikir muda bisa dengan mudah 1 2 mempelajari mengenai banyak hal dalam berbagai bidang dengan waktu yang relatif cepat. Merujuk pada berbagai pendapat di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa karya sastra yang tercipta tidak mungkin terlepas dari berbagai unsur realitas yang terdapat dalam kehidupan bermasyarakat. Dalam perkembangannya, unsur realitas dalam karya sastra bisa terlihat langsung maupun tidak langsung. Dari hal tersebut, tidaklah salah jika karya sastra dianggap tidak bisa lepas dari unsur realitas walau sedikit. Karya sastra adalah dokumen sosial yang sanggup menjadi cermin realita sosial dalam masyarakat. Dalam berbagai karya sastra tampak menggambarkan realita masyarakat secara gamblang. Novel karya Pramodya Ananta Toer bisa dijadikan sebagai contoh katya sastra yang menggambarkan realitas kehidupan masyarakat. Melalui karya-karyanya, beliau membawa berbagai isu kaum proletar dan berbagai persoalan lainnya. Pada kenyataannya, cerminan kehidupan masyarakat pada sebuah karya sastra tidaklah selalu kompleks dan tergambar secara jelas, beberapa karya sastra justru cenderung menyisipkan beberapa bagian saja dari realitas kehidupan masyarakat dan kemudian dibumbui dengan imajinasi dari pengarang karya sastra itu sendiri, dan membuat pembaca bertanya-tanya, seberapa jauh karya sastra ini mencerminkan realitas kehidupan sebenarnya. Salah satu penulis Jepang yang dikenal dengan karya-karyanya yang cenderung surealis adalah Haruki Murakami. Karya fiksi Murakami, sering dikritik oleh Badan Literatur Jepang, sebagai karya yang surealistik dan nihilistik, yang 3 ditandai dengan cara pembawaan Kafkaesque dengan tema kesendirian dan pengasingan. Berdasarkan deskripsi di atas, penelitian mengenai seberapa jauh realitas yang ada dalam karya sastra dan bagian apa saja yang menjadi cerminan realitas dalam karya Haruki Murakami menjadi sangat menarik untuk dilakukan dikarenakan karya Haruki Murakami yang cenderung tidak realis atau diluar kenyataan. Pilihan novel untuk dianalisis jatuh pada novel pertama karya Haruki Murakami yang berjudul Kaze no Uta o Kike. Novel ini sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia oleh Jonjon Johana terbitan Kepustakan Populer Gramedia dengan judul Dengarlah Nyanyian Angin. Pemilihan novel ini didasarkan atas beberapa alasan. Pertama, karena novel ini bercerita tentang bagaimana kehidupan sosial anak muda Jepang pada tahun 70-an. Kedua, apakah keadaan dalam novel Haruki Murakami ini benar-benar terjadi dalam kehidupan bermasyarakat di Jepang pada masa tersebut. Dan yang ketiga, untuk mengetahui cerminan kondisi sosial masyarakat Jepang dalam novel Kaze no Uta o Kike ini. Di sisi lain, Haruki Murakami sendiri merupakan salah satu novelis modern yang cukup berpengaruh di dunia literatur. Haruki Murakami dipandang sebagai orang penting dalam literatur modern. Steven Poole dari The Guardian memuji Murakami sebagai "di antara novelis hidup terbaik dunia" untuk karya serta pencapaiannya. Karyanya dalam tulisan fiksi dan non-fiksi telah menerima banyak klaim kritikus serta sejumlah penghargaan, baik di Jepang maupun di luar negeri, termasuk pada World Fantasy Award (2006) dan Frank O'Connor International Short Story Award (2006), sedang 4 seluruh karyanya mendapatkan penghargaan pada Franz Kafka Prize (2006) dan Jerusalem Prize (2009). Selain alasan di atas, novel Kaze no Uta o Kike ini sepengetahuan penulis belum pernah dianalisis menggunakan teori sosiologi sastra Ian Watt. Teori sosiologi sastra Ian Watt memiliki kelebihan karena dalam teori ini, Ian Watt mengemukakan tiga hal yaitu; konteks sosial pengarang, karya sastra sebagai cerminan masyarakat, dan fungsi sosial sastra. Dapat diartikan bahwa ada hubungan timbal balik antara sastrawan, karya sastra, dan masyarakat. Penggunaan metode sosiologi sastra Ian Watt menjadi alat untuk mencerminkan keadaan sosial masyarakat Jepang pada masa 70-an dalam novel Kaze no Uta o Kike secara efektif dan efisien dalam menjabarkan penelitian yang dilakukan. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian dari latar belakang di atas, dapat ditarik beberapa rumusan masalah dalam penelitian ini. Penelitian ini difokuskan kepada tiga hal, yakni: 1. Seperti apa konteks sosial pengarang yang melatarbelakangi penciptaan novel Kaze no Uta o Kike? 2. Bagaimana perbandingan kondisi sosial masyarakat yang terdapat dalam novel Kaze no Uta o Kike karya Haruki Murakami dan realitas kondisi sosial masyarakat Jepang yang sebenarnya pada tahun 70-an. 5 3. Sejauh mana cerminan novel Kaze no Uta o Kike menggambarkan kehidupan masyarakat Jepang tahun 70-an. 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah yang dipaparkan di atas, maka tujuan penelitian ini terbagi menjadi beberapa bagian, pertama, untuk mengetahui konteks sosial pengarang yang melatarbelakangi penciptaan novel Kaze no Uta o Kike. Kedua, untuk menjelaskan bagaimana kondisi sosial masyarakat yang terdapat dalam novel Kaze no Uta o Kike karya Haruki Murakami dan bandingannya dengan realitas kondisi sosial masyarakat Jepang pada tahun 1970. Ketiga, untuk mengetahui sejauh mana novel Kaze no Uta o Kike ini menggambarkan kondisi sosial masyarakat Jepang, khususnya kaum muda pada tahun 70-an. 1.4 Manfaat Penelitian Beberapa penelitian yang berkaitan dengan teks sastra biasanya mengalami kesulitan untuk merumuskan kegunaan secara konkret dan praktis yang dapat dirasakan secara fisik karena bidang sastra adalah bidang yang memerlukan penghayatan. Penghayatan adalah hal yang sulit diformulasikan dan diekspresikan. (Sangidu, 2004:105). 6 Sependapat dengan kalimat di atas bahwa untuk menggambarkan secara konkret kegunaan dari penelitian sastra sangat sulit, namun diharapkan dengan adanya penelitian ini dapat memberikan manfaat sebagai berikut: 1. Manfaat Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat membantu peneliti lain untuk mengetahui lebih jauh bagaimana kondisi sosial masyarakat Jepang, khususnya remaja era tahun 70-an. Serta untuk menunjang penelitianpenelitian berikutnya mengenai karya sastra Jepang. 2. Manfaat Praktis a. Bagi Guru dan Dosen Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai salah satu bahan ajar untuk siswa dan mahasiswa, khususnya dalam program studi Sastra Jepang. b. Bagi Siswa dan Mahasiswa Hasil penelitian meningkatkan ini diharapkan pemahaman serta dapat apresiasi membantu siswa dan mahasiswa mengenai novel, terutama melalui pendekatan sosiologi sastra. 7 c. Bagi Peneliti Lain Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai contoh dan bahan perbandingan bagi para peneliti lain yang akan melakukan penelitian sastra dengan permasalahan yang sejenis. 1.5 Landasan Teori Landasan teori yang digunakan penulis untuk melakukan penelitian analisis novel Kaze no Uta o Kike karya Haruki Murakami ini adalah dengan menggunakan teori pendekatan sosiologi sastra (literary sociology). Pendekatan (approach) merupakan proses, perbuatan atau cara mendekati. Artinya, suatu usaha dalam rangka aktivitas penelitian untuk melakukan hubungan dengan obyek (sasaran) yang diteliti (bdk. Moeliono via Sangidu, 2004:12) dengan demikian, pendekatan merupakan proses melakukan langkah konkret dalam usaha untuk memecahkan masalah yang dihadapi oleh peneliti. (sangidu, 20014:12). Ritzer (via Faruk, 1994:11) mengemukakan sosiologi sebagai suatu ilmu pengetahuan yang multiparadigma. Maksudnya, di dalam ilmu tersebut dijumpai beberapa paradigma yang saling bersaing satu sama lain dalam usaha merebut hegemoni dalam lapangan sosiologi secara keseluruhan. Paradigma itu sendiri diartikannya sebagai satu citra fundamental mengenai pokok persoalan dalam suatu ilmu pengetahuan. Paradigma itu berfungsi untuk menentukan apa yang harus 8 dipelajari, pertanyaan-pertanyaan apa yang harus diajukan, bagaimana cara mengajukannya, dan aturan-aturan apa yang harus diikuti dalam interpretasi jawaban yang diperoleh. Menurut Sapardi Djoko Damono (1984:129), sosiologi sastra adalah salah satu cabang ilmu sastra yang mendekati sastra dari hubungannya dengan kenyataan sosial. Memperhatikan baik pengarang, proses penulisan, maupun pembaca (sosiologi komunikasi teks) serta teks sendiri (penafsiran teks secara sosiologis). Bisa dikatakan bahwa sosiologi sastra ini merupakan pendekatan dalam menganalisis karya sastra dengan menggunakan berbagai aspek-aspek kehidupan bermasyarakat sebagai factor penentu guna mencari makna secara utuh. Pendekatan ini bergerak dari faktor-faktor sosial yang terdapat di dalam karya sastra dan selanjutnya digunakan untuk memahami fenomena yang ada di luar teks sastra. Jadi, pendekatan ini melihat dunia sastra atau karya sastra sebagai mayornya dan fenomena sosial sebagai minornya. (Sangidu, 2004:27). Menurut Junus (dalam Wiyatmi, 2005:101) pendekatan sosiologi sastra dibedakan menjadi beberapa macam, yaitu: 1. sosiologi sastra yang mengkaji karya sastra sebagai dokumen sosioal budaya, 2. sosiologi sastra yang mengkaji penghasilan dan pemasaran karya sastra, 9 3. sosiologi sastra yang mengkaji penerimaan masyarakat terhadapa karya sastra seorang penulis tertentu dan apa sebabnya, 4. sosiologi sastra yang mengkaji pengaruh sosial budaya terhadap penciptaan karya sastra, 5. sosiologi sastra yang mengkaji mekanisme universal seni, termasuk karya sastra, dan 6. strukturalisme genetik yang dikembangkan oleh Lucien Goldmann dari Perancis. Menurut Wellek dan Warren (1956: 84, 1990: 111), sosiologi sastra dibagi sebagai berikut. 1. Sosiologi pengarang, profesi pengarang, dan istitusi sastra, masalah yang berkaitan di sini adalah dasar ekonomi produksi sastra, latar belakang sosial status pengarang, dan idiologi pengarang yang terlibat dari berbagai kegiatan pengarang di luar karya sastra, karena setiap pengarang adalah warga masyarakat, ia dapat dipelajari sebagai makhluk sosial. Biografi pengarang adalah sumber utama, tetapi studi ini juga dapat meluas ke lingkungan tempat tinggal dan berasal. Dalam hal ini, informasi tentang latar belakang keluarga, atau posisi ekonomi pengarang akan memiliki peran dalam pengungkapan masalah sosiologi pengarang (Wellek dan Warren,1990:112) 10 2. Sosiologi karya sastra yang memasalahkan karya sastra itu sendiri yang menjadi pokok penelaahannya atau apa yang tersirat dalam karya sastra dan apa yang menjadi tujuannya. Pendekatan yang umum dilakukan sosiologi ini mempelajari sastra sebagai dokumen sosial sebagai potret kenyataan sosial. (Wellek dan Warren, 1990:122). Beranggapan dengan berdasarkan pada penelitian Thomas Warton (penyusun sejarah puisi Inggris yang pertama) bahwa sastra mempunyai kemampuan merekam ciri-ciri zamannya. Bagi Warton dan para pengikutnya sastra adalah gudang adat-istiadat, buku sumber sejarah peradaban. 3. Sosiologi sastra yang memasalahkan pembaca dan dampak sosial karya sastra, pengarang dipengaruhi dan mempengaruhi masyarakat; seni tidak hanya meniru kehidupan, tetapi juga membentuknya. Banyak orang meniru gaya hidup tokoh-tokoh dunia rekaan dan diterapkan dalam kehidupannya. Klasifikasi tersebut tidak jauh berbeda dengan bagan yang dibuat oleh Ian Watt (Sapardi dalam Semi,1989:54) dengan melihat hubungan timbal balik antara sastrawan, sastra, dan masyarakat. Telaah suatu karya sastra menurut Ian Watt mencakup tiga hal: 1. Konteks sosial pengarang, yakni yang menyangkut posisi sosial masyarakat dan kaitannya dengan masyarakat pembaca, termasuk di 11 dalamnya faktor-faktor sosial yang bisa mempengaruhi si pengarang sebagai perseorangan di samping mempengaruhi karya sastranya. 2. Sastra sebagai cermin masyarakat, yang ditelaah adalah sampai sejauh mana sastra dianggap sebagai pencerminan keadaan masyarakat. 3. Fungsi sosial sastra, dalam hal ini ditelaah sampai seberapa jauh nilai sastra dipengaruhi oleh nilai sosial, dan sampai seberapa jauh pula sastra dapat berfungsi sebagai alat penghibur dan sekaligus sebagai pendidikan bagi masyarakat pembaca. Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa sebuah karya sastra tidak mungkin lepas hubungan dengan sosial masyarakat. Semua kejadian yang ada dalam kehidupan sosial masyarakat ikut mempengaruhi terciptanya sebuah karya sastra dan begitu juga sebaliknya, karya sastra dapat mempengaruhi kehidupan sosial masyarakat. Semua hal di atas tentunya berkaitan erat dengan sosiologi pengarang, karena kehidupan sosial, dan ideologi-ideologi pengarang dapat dilihat melalui karyakaryanya sebagai cerminan. Dalam penelitian novel Kaze no Uta o Kike karya Haruki Murakami ini, penulis menggunakan teori sosiologi milik Ian Watt, yaitu dengan pendekatan konteks sosial pengarang dan teori sosiologi yang menggunakan karya sastra sebagai cerminan masyarakat, dan dari penelitian ini dilakukan guna mencari tahu sampai sejauh mana sastra dianggap sebagai pencerminan keadaan masyarakat. 12 1.6 Metode Penelitian Dalam sebuah penelitian, diperlukan metode penelitian. Metode berfungsi untuk menyederhanakan masalah sehingga lebih mudah untuk dipecahkan. Metode penelitian berkaitan erat dengan prosedur, teknik, alat, serta desain penelitian yang digunakan. Metode penelitian merupakan rangkaian cara atau kegiatan pelaksanaan penelitian yang didasari oleh asumsi-asumsi dasar, pandangan-pandangan filosofis dan ideologis, pertanyaan dan isu-isu yang dihadapi. Metode untuk penelitian sosiologi sastra yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Metode deskriptif menurut Whitney (1960: 160) pencarian fakta dengan interpretasi yang tepat. Penelitian ini mempelajari masalah-masalah dalam masyarakat serta tata cara yang berlaku dalam masyarakat serta situasi-situasi tertentu, termasuk tentang hubungan, sikap-sikap, kegiatan-kegiatan, pandangan-pandangan, serta proses-proses yang sedang berlangsung dan pengaruh-pengaruh dari suatu fenomena. Dengan menggunakan metode ini, penulis mengharapkan penelitian ini dapat menghasilkan jawaban yang konkret dan akurat agar kedepannya hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai salah satu rujukan untuk penelitian-penelitian yang sejenis. Berdasar penjelasan di atas, berikut ini adalah langkah-langkah yang akan dilakukan dalam penelitian ini: 13 1. Menentukan novel yang dipakai sebagai objek penelitian, yaitu novel Kaze no Uta o Kike karya Haruki Murakami. 2. Membaca novel berulang-ulang untuk mendapatkan pemahaman dan masalah. 3. Mengumpulkan data yang berhubungan dengan objek penelitian melalui buku-buku maupun internet. 4. Menganalisis faktor-faktor sosial yang terkandung dalam karya sastra. 5. Menganalisis faktor-faktor sosial yang ada dalam masyarakat Jepang pada tahun 70-an. 6. Menghubungkan hasil analisis sehingga menemukan apakah ada kesesuaian atau tidak antara kondisi sosial dalam karya sastra dengan kondisi sosial dalam masyarakat. 7. Membuat laporan penelitian dalam bentuk skripsi. 1.7 Tinjauan Pustaka Penelitian dengan menggunakan novel Kaze no Uta o Kike sebagai bahan sebelumnya sudah pernah dilakukan oleh Dian Annisa Nur Ridha (2010) dengan judul skripsi, “Novel Kaze no Uta o Kike Karya Haruki Murakami: Sebuah Analisis Strukturalisme Genetik” guna melengkapi syarat untuk menyelesaikan program studi strata satu jurusan Sastra Jepang. Teori digunakan untuk meneliti adalah sosiologi sastra dengan menggunakan analisis strukturalisme genetik, yaitu meneliti latar 14 belakang sosial pada waktu saat penciptaan novel, latar kehidupan pengarang ketika menulis novel,dan pandangan dunia pengarang yang tercermin dalam novel. Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Dian, dapat terjawab bagaimana pandanganpandangan pengarang mengenai keadaan sosial masyarakat yang ada di lingkungan pengarang. Selain Dian Annisa Nur Ridha, penelitian dengan menggunakan novel Kaze no Uta o Kike juga pernah ditulis oleh Yuniar Eka Oktavianti angkatan 2007 yang meneliti tentang tokoh “Aku” dalam novel Kaze no Uta o Kike dengan mengaplikasikan teori psikologi konsep diri sebagai teori utama dalam analisisnya. Dengan judul skripsi “Konsep Diri Tokoh “Aku” Dalam Novel Kaze no Uta o Kike Karya Haruki Murakami: Sebuah Pendekatan Psikologi Sastra”. Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Yuniar, tokoh “Aku” dalam novel tersebut disebutkan memiliki dua macam konsep diri, yaitu konsep diri positif dan konsep diri negatif, dimana setelah dilakukan penelitian lebih lanjut ditemukan konsep diri negatif dalam tokoh “Aku” lebih dominan dibandingkan dengan konsep diri positif “Aku”. Dalam penelitian ini dijelaskan juga beberapa kondisi sosial yang mempengaruhi konsep diri “Aku”. Penelitian menggunakan teori sosiologi sastra milik Ian Watt sebenarnya sudah sangat banyak dilakukan untuk meneliti persoalan nilai sosial masyarakat yang terdapat dalam sebuah karya sastra. Sebagaimana penelitian yang dilakukan oleh Eka 15 Damayanti (2014) untuk menyelesaikan program studi strata satu di jurusan Sastra Indonesia UGM dalam penelitiannya dengan judul “Novel Mahar Cinta Gandoriah karya Mardhiyan Novita MZ: Analisis Sosiologi Sastra Ian Watt”. Dari hasil penelitian tersebut ditemukan adanya hal yang mempengaruhi pertentangan tradisi bajapuik beserta dinamika harga lelaki dalam pernikahan khas orang Minangkabau di Pariaman dan novel Mahar Cinta Gandoriah ini dapat dikatakan merupakan cerminan keadaan sosial masyarakat Pariaman. Selain milik Eka Damayanti, penelitian menggunakan teori sosiologi sastra Ian Watt juga digunakan oleh Mukhanif Yasin Yusuf (2015) sebagai penelitian skripsi dengan judul “Citra Difabel Dalam Novel Biola Tak Berdawai Karya Seno Gumira Ajidarma: Analisis Sosiologi Sastra Ian Watt”. Dalam penelitiannya, Yusuf membahas mengenai cerminan kaum difabel ada tokoh dalam novel Biola Tak Berdawai dan beberapa fungsi sosial dalam novel tersebut. Dari hasil penelitiannya, dapat disimpulkan bahwa novel Biola Tak Berdawai karya Seno Gumira Ajidarma ini berhasil mencerminkan realitas difabel, khususnya di Indonesia, dimana ideologi kenormalan menyumbangkan berbagai bentuk ketidakadilan terhadap difabel, antara lain marginalisasi difabel, subordinasi, dan stereotype. Analisis sosiologi Ian Watt juga pernah diteliti oleh Dyah Erta Damayanti (2014) dengan judul “Novel Tarian Bumi Karya Oka Rusmini: Analisis Sosiologi Ian Watt” sebagai tugas akhir untuk mendapatkan gelar strata satu dari jurusan Sastra 16 Indonesia Universitas Gadjah Mada. Dalam analisisnya, Damayanti membahas cerminan budaya yang tedapat dalam karya Oka Rusmini mengenai sistem kasta yang berlaku dan peran perempuan dalam kehidupan masyarakat Bali era 1990-an. Hasil penelitian Damayanti menyebutkan bahwa berbagai permasalahan yang tampak dalam novel Tarian Bumi merupakan refleksi dari konteks sosial pengarang, yaitu Oka Rusmini, dan novel ini dihadirkan sebagai pandangan mengenai nilai-nilai dan kritik dari pengarang terhadap permasalahan sosial yang terjadi dalam sosial masyarakat. Penelitian ini menjadi berbeda dengan penelitian-penelitian sebelumnya yang telah diulas di atas karena penelitian ini menggunakan teori sosiologi sastra Ian Watt. Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, teori sosiologi sastra Ian Watt ini memiliki tiga konsep, penulis menggunakan konsep karya sastra sebagai cermin masyarakat, yang ditelaah adalah sampai sejauh mana sastra dianggap sebagai pencerminan keadaan masyarakat dimana dalam novel ini, mencerminkan bagaimana kehidupan sosial masyarakat Jepang pada tahun 1970. Inilah yang menjadikan penelititan ini berbeda dan memunculkan kebaharuan karena belum ada penelitian yang menggunakan novel Kaze no Uta o Kike sebagai objek penelitiannya dan teori sosiologi sastra Ian Watt sebagai alat untuk menganalisis novel tersebut. 17 1.8 Sistematika Penyajian Penulisan skripsi ini disusun dengan sistematika sebagai berikut, Bab I terdiri dari delapan sub bab, yaitu: pendahuluan yang mencakup latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, landasan teori, metode penelitian, dan sistematika laporan penelitian. Bab II terdiri dari dua sub bab yang berisi sekumpulan data dan deskripsi mengenai biografi dan profesionalisme Haruki Murakami yang akan digunakan untuk menjawab konteks sosial pengarang yang melatarbelakangi penciptaan novel, dan sinopsis dari novel Kaze no Uta o Kike. Bab III, terdiri dari tiga sub bab yang berisi analisis mengenai perbandingan kondisi sosial masyarakat yang terdapat dalam novel Kaze no Uta o Kike dengan kenyataan serta sejauh mana novel tersebut mencerminkan kehidupan bermasyarakat. Bab IV, berisi tentang kesimpulan hasil analisis pada bagian pembahasan yang dihasilkan dari penelitian ini.