BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebuah karya sastra

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sebuah karya sastra menurut Junus (1986: 11) dianggap sebagai dokumen yang
mencatat unsur-unsur sosio-budaya. Setiap unsur di dalamnya mewakili secara
langsung sosio-budaya tertentu. Hal tersebut sejalan dengan pendapat yang
dikemukakan oleh Goldman (dalam Faruk, 2003:31), yaitu terdapat suatu korelasi
atau hubungan yang kuat antara bentuk literer novel dengan hubungan keseharian
antar manusia dengan komoditi pada umumnya atau secara lebih luas, antara manusia
dengan sesamanya dalam masyarakat. Menurut Quthb (dalam Sangidu, 2004:38)
karya sastra adalah untaian perasaan dan realitas sosial (semua aspek kehidupan
manusia) yang telah tersusun baik dan indah.
Membaca karya sastra merupakan salah satu cara paling praktis untuk
menambah pengalaman hidup seseorang. Belajar dari karya sastra berarti seperti
belajar dan mengalami berbagai pelajaran hidup dari zona waktu yang berbeda-beda
dalam waktu yang singkat.
Banyak dan berkembangnya berbagai jenis karya sastra pada zaman sekarang,
dan kemudahan teknologi untuk mengakses berbagai karya sastra dengan mudah
merupakan suatu kesempatan bagi berbagai pihak, terutama para pemikir muda.
Dimana dengan banyaknya karya sastra, para pemikir muda bisa dengan mudah
1
2
mempelajari mengenai banyak hal dalam berbagai bidang dengan waktu yang relatif
cepat.
Merujuk pada berbagai pendapat di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa
karya sastra yang tercipta tidak mungkin terlepas dari berbagai unsur realitas yang
terdapat dalam kehidupan bermasyarakat. Dalam perkembangannya, unsur realitas
dalam karya sastra bisa terlihat langsung maupun tidak langsung.
Dari hal tersebut, tidaklah salah jika karya sastra dianggap tidak bisa lepas
dari unsur realitas walau sedikit. Karya sastra adalah dokumen sosial yang sanggup
menjadi cermin realita sosial dalam masyarakat. Dalam berbagai karya sastra tampak
menggambarkan realita masyarakat secara gamblang. Novel karya Pramodya Ananta
Toer bisa dijadikan sebagai contoh katya sastra yang menggambarkan realitas
kehidupan masyarakat. Melalui karya-karyanya, beliau membawa berbagai isu kaum
proletar dan berbagai persoalan lainnya.
Pada kenyataannya, cerminan kehidupan masyarakat pada sebuah karya sastra
tidaklah selalu kompleks dan tergambar secara jelas, beberapa karya sastra justru
cenderung menyisipkan beberapa bagian saja dari realitas kehidupan masyarakat dan
kemudian dibumbui dengan imajinasi dari pengarang karya sastra itu sendiri, dan
membuat pembaca bertanya-tanya, seberapa jauh karya sastra ini mencerminkan
realitas kehidupan sebenarnya.
Salah satu penulis Jepang yang dikenal dengan karya-karyanya yang
cenderung surealis adalah Haruki Murakami. Karya fiksi Murakami, sering dikritik
oleh Badan Literatur Jepang, sebagai karya yang surealistik dan nihilistik, yang
3
ditandai dengan cara pembawaan Kafkaesque dengan tema kesendirian dan
pengasingan.
Berdasarkan deskripsi di atas, penelitian mengenai seberapa jauh realitas yang
ada dalam karya sastra dan bagian apa saja yang menjadi cerminan realitas dalam
karya Haruki Murakami menjadi sangat menarik untuk dilakukan dikarenakan karya
Haruki Murakami yang cenderung tidak realis atau diluar kenyataan.
Pilihan novel untuk dianalisis jatuh pada novel pertama karya Haruki
Murakami yang berjudul Kaze no Uta o Kike. Novel ini sudah diterjemahkan ke
dalam bahasa Indonesia oleh Jonjon Johana terbitan Kepustakan Populer Gramedia
dengan judul Dengarlah Nyanyian Angin. Pemilihan novel ini didasarkan atas
beberapa alasan. Pertama, karena novel ini bercerita tentang bagaimana kehidupan
sosial anak muda Jepang pada tahun 70-an. Kedua, apakah keadaan dalam novel
Haruki Murakami ini benar-benar terjadi dalam kehidupan bermasyarakat di Jepang
pada masa tersebut. Dan yang ketiga, untuk mengetahui cerminan kondisi sosial
masyarakat Jepang dalam novel Kaze no Uta o Kike ini. Di sisi lain, Haruki
Murakami sendiri merupakan salah satu novelis modern yang cukup berpengaruh di
dunia literatur. Haruki Murakami dipandang sebagai orang penting dalam literatur
modern. Steven Poole dari The Guardian memuji Murakami sebagai "di antara
novelis hidup terbaik dunia" untuk karya serta pencapaiannya. Karyanya dalam
tulisan fiksi dan non-fiksi telah menerima banyak klaim kritikus serta sejumlah
penghargaan, baik di Jepang maupun di luar negeri, termasuk pada World Fantasy
Award (2006) dan Frank O'Connor International Short Story Award (2006), sedang
4
seluruh karyanya mendapatkan penghargaan pada Franz Kafka Prize (2006) dan
Jerusalem Prize (2009).
Selain alasan di atas, novel Kaze no Uta o Kike ini sepengetahuan penulis
belum pernah dianalisis menggunakan teori sosiologi sastra Ian Watt. Teori sosiologi
sastra Ian Watt memiliki kelebihan karena dalam teori ini, Ian Watt mengemukakan
tiga hal yaitu; konteks sosial pengarang, karya sastra sebagai cerminan masyarakat,
dan fungsi sosial sastra. Dapat diartikan bahwa ada hubungan timbal balik antara
sastrawan, karya sastra, dan masyarakat. Penggunaan metode sosiologi sastra Ian
Watt menjadi alat untuk mencerminkan keadaan sosial masyarakat Jepang pada masa
70-an dalam novel Kaze no Uta o Kike secara efektif dan efisien dalam menjabarkan
penelitian yang dilakukan.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian dari latar belakang di atas, dapat ditarik beberapa rumusan
masalah dalam penelitian ini. Penelitian ini difokuskan kepada tiga hal, yakni:
1.
Seperti apa konteks sosial pengarang yang melatarbelakangi
penciptaan novel Kaze no Uta o Kike?
2.
Bagaimana perbandingan kondisi sosial masyarakat yang terdapat
dalam novel Kaze no Uta o Kike karya Haruki Murakami dan realitas
kondisi sosial masyarakat Jepang yang sebenarnya pada tahun 70-an.
5
3.
Sejauh mana cerminan novel Kaze no Uta o Kike menggambarkan
kehidupan masyarakat Jepang tahun 70-an.
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang dipaparkan di atas, maka tujuan
penelitian ini terbagi menjadi beberapa bagian, pertama, untuk mengetahui konteks
sosial pengarang yang melatarbelakangi penciptaan novel Kaze no Uta o Kike. Kedua,
untuk menjelaskan bagaimana kondisi sosial masyarakat yang terdapat dalam novel
Kaze no Uta o Kike karya Haruki Murakami dan bandingannya dengan realitas
kondisi sosial masyarakat Jepang pada tahun 1970. Ketiga, untuk mengetahui sejauh
mana novel Kaze no Uta o Kike ini menggambarkan kondisi sosial masyarakat
Jepang, khususnya kaum muda pada tahun 70-an.
1.4 Manfaat Penelitian
Beberapa penelitian yang berkaitan dengan teks sastra biasanya mengalami
kesulitan untuk merumuskan kegunaan secara konkret dan praktis yang dapat
dirasakan secara fisik karena bidang sastra adalah bidang yang memerlukan
penghayatan. Penghayatan adalah hal yang sulit diformulasikan dan diekspresikan.
(Sangidu, 2004:105).
6
Sependapat dengan kalimat di atas bahwa untuk menggambarkan secara
konkret kegunaan dari penelitian sastra sangat sulit, namun diharapkan dengan
adanya penelitian ini dapat memberikan manfaat sebagai berikut:
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat membantu peneliti lain untuk
mengetahui lebih jauh bagaimana kondisi sosial masyarakat Jepang,
khususnya remaja era tahun 70-an. Serta untuk menunjang penelitianpenelitian berikutnya mengenai karya sastra Jepang.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Guru dan Dosen
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai salah satu bahan
ajar untuk siswa dan mahasiswa, khususnya dalam program
studi Sastra Jepang.
b. Bagi Siswa dan Mahasiswa
Hasil
penelitian
meningkatkan
ini
diharapkan
pemahaman
serta
dapat
apresiasi
membantu
siswa
dan
mahasiswa mengenai novel, terutama melalui pendekatan
sosiologi sastra.
7
c. Bagi Peneliti Lain
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai contoh dan bahan
perbandingan bagi para peneliti lain yang akan melakukan
penelitian sastra dengan permasalahan yang sejenis.
1.5 Landasan Teori
Landasan teori yang digunakan penulis untuk melakukan penelitian analisis
novel Kaze no Uta o Kike karya Haruki Murakami ini adalah dengan menggunakan
teori pendekatan sosiologi sastra (literary sociology). Pendekatan (approach)
merupakan proses, perbuatan atau cara mendekati. Artinya, suatu usaha dalam rangka
aktivitas penelitian untuk melakukan hubungan dengan obyek (sasaran) yang diteliti
(bdk. Moeliono via Sangidu, 2004:12) dengan demikian, pendekatan merupakan
proses melakukan langkah konkret dalam usaha untuk memecahkan masalah yang
dihadapi oleh peneliti. (sangidu, 20014:12).
Ritzer (via Faruk, 1994:11) mengemukakan sosiologi sebagai suatu ilmu
pengetahuan yang multiparadigma. Maksudnya, di dalam ilmu tersebut dijumpai
beberapa paradigma yang saling bersaing satu sama lain dalam usaha merebut
hegemoni dalam lapangan sosiologi secara keseluruhan. Paradigma itu sendiri
diartikannya sebagai satu citra fundamental mengenai pokok persoalan dalam suatu
ilmu pengetahuan. Paradigma itu berfungsi untuk menentukan apa yang harus
8
dipelajari, pertanyaan-pertanyaan apa yang harus diajukan, bagaimana cara
mengajukannya, dan aturan-aturan apa yang harus diikuti dalam interpretasi jawaban
yang diperoleh.
Menurut Sapardi Djoko Damono (1984:129), sosiologi sastra adalah salah
satu cabang ilmu sastra yang mendekati sastra dari hubungannya dengan kenyataan
sosial. Memperhatikan baik pengarang, proses penulisan, maupun pembaca (sosiologi
komunikasi teks) serta teks sendiri (penafsiran teks secara sosiologis). Bisa dikatakan
bahwa sosiologi sastra ini merupakan pendekatan dalam menganalisis karya sastra
dengan menggunakan berbagai aspek-aspek kehidupan bermasyarakat sebagai factor
penentu guna mencari makna secara utuh. Pendekatan ini bergerak dari faktor-faktor
sosial yang terdapat di dalam karya sastra dan selanjutnya digunakan untuk
memahami fenomena yang ada di luar teks sastra. Jadi, pendekatan ini melihat dunia
sastra atau karya sastra sebagai mayornya dan fenomena sosial sebagai minornya.
(Sangidu, 2004:27).
Menurut Junus (dalam Wiyatmi, 2005:101) pendekatan sosiologi sastra
dibedakan menjadi beberapa macam, yaitu:
1. sosiologi sastra yang mengkaji karya sastra sebagai dokumen sosioal
budaya,
2. sosiologi sastra yang mengkaji penghasilan dan pemasaran karya sastra,
9
3. sosiologi sastra yang mengkaji penerimaan masyarakat terhadapa karya
sastra seorang penulis tertentu dan apa sebabnya,
4. sosiologi sastra yang mengkaji pengaruh sosial budaya terhadap
penciptaan karya sastra,
5. sosiologi sastra yang mengkaji mekanisme universal seni, termasuk karya
sastra, dan
6. strukturalisme genetik yang dikembangkan oleh Lucien Goldmann dari
Perancis.
Menurut Wellek dan Warren (1956: 84, 1990: 111), sosiologi sastra dibagi
sebagai berikut.
1. Sosiologi pengarang, profesi pengarang, dan istitusi sastra, masalah yang
berkaitan di sini adalah dasar ekonomi produksi sastra, latar belakang
sosial status pengarang, dan idiologi pengarang yang terlibat dari
berbagai kegiatan pengarang di luar karya sastra, karena setiap pengarang
adalah warga masyarakat, ia dapat dipelajari sebagai makhluk sosial.
Biografi pengarang adalah sumber utama, tetapi studi ini juga dapat
meluas ke lingkungan tempat tinggal dan berasal. Dalam hal ini,
informasi tentang latar belakang keluarga, atau posisi ekonomi pengarang
akan memiliki peran dalam pengungkapan masalah sosiologi pengarang
(Wellek dan Warren,1990:112)
10
2. Sosiologi karya sastra yang memasalahkan karya sastra itu sendiri yang
menjadi pokok penelaahannya atau apa yang tersirat dalam karya sastra
dan apa yang menjadi tujuannya. Pendekatan yang umum dilakukan
sosiologi ini mempelajari sastra sebagai dokumen sosial sebagai potret
kenyataan sosial. (Wellek dan Warren, 1990:122). Beranggapan dengan
berdasarkan pada penelitian Thomas Warton (penyusun sejarah puisi
Inggris yang pertama) bahwa sastra mempunyai kemampuan merekam
ciri-ciri zamannya. Bagi Warton dan para pengikutnya sastra adalah
gudang adat-istiadat, buku sumber sejarah peradaban.
3. Sosiologi sastra yang memasalahkan pembaca dan dampak sosial karya
sastra, pengarang dipengaruhi dan mempengaruhi masyarakat; seni tidak
hanya meniru kehidupan, tetapi juga membentuknya. Banyak orang
meniru gaya hidup tokoh-tokoh dunia rekaan dan diterapkan dalam
kehidupannya.
Klasifikasi tersebut tidak jauh berbeda dengan bagan yang dibuat oleh Ian
Watt (Sapardi dalam Semi,1989:54) dengan melihat hubungan timbal balik antara
sastrawan, sastra, dan masyarakat. Telaah suatu karya sastra menurut Ian Watt
mencakup tiga hal:
1. Konteks sosial pengarang, yakni yang menyangkut posisi sosial
masyarakat dan kaitannya dengan masyarakat pembaca, termasuk di
11
dalamnya faktor-faktor sosial yang bisa mempengaruhi si pengarang
sebagai perseorangan di samping mempengaruhi karya sastranya.
2. Sastra sebagai cermin masyarakat, yang ditelaah adalah sampai sejauh
mana sastra dianggap sebagai pencerminan keadaan masyarakat.
3. Fungsi sosial sastra, dalam hal ini ditelaah sampai seberapa jauh nilai
sastra dipengaruhi oleh nilai sosial, dan sampai seberapa jauh pula sastra
dapat berfungsi sebagai alat penghibur dan sekaligus sebagai pendidikan
bagi masyarakat pembaca.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa sebuah karya sastra
tidak mungkin lepas hubungan dengan sosial masyarakat. Semua kejadian yang ada
dalam kehidupan sosial masyarakat ikut mempengaruhi terciptanya sebuah karya
sastra dan begitu juga sebaliknya, karya sastra dapat mempengaruhi kehidupan sosial
masyarakat. Semua hal di atas tentunya berkaitan erat dengan sosiologi pengarang,
karena kehidupan sosial, dan ideologi-ideologi pengarang dapat dilihat melalui karyakaryanya sebagai cerminan.
Dalam penelitian novel Kaze no Uta o Kike karya Haruki Murakami ini,
penulis menggunakan teori sosiologi milik Ian Watt, yaitu dengan pendekatan
konteks sosial pengarang dan teori sosiologi yang menggunakan karya sastra sebagai
cerminan masyarakat, dan dari penelitian ini dilakukan guna mencari tahu sampai
sejauh mana sastra dianggap sebagai pencerminan keadaan masyarakat.
12
1.6 Metode Penelitian
Dalam sebuah penelitian, diperlukan metode penelitian. Metode berfungsi
untuk menyederhanakan masalah sehingga lebih mudah untuk dipecahkan. Metode
penelitian berkaitan erat dengan prosedur, teknik, alat, serta desain penelitian yang
digunakan. Metode penelitian merupakan rangkaian cara atau kegiatan pelaksanaan
penelitian yang didasari oleh asumsi-asumsi dasar, pandangan-pandangan filosofis
dan ideologis, pertanyaan dan isu-isu yang dihadapi. Metode untuk penelitian
sosiologi sastra yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif.
Metode deskriptif menurut Whitney (1960: 160) pencarian fakta dengan
interpretasi yang tepat. Penelitian ini mempelajari masalah-masalah dalam
masyarakat serta tata cara yang berlaku dalam masyarakat serta situasi-situasi tertentu,
termasuk tentang hubungan, sikap-sikap, kegiatan-kegiatan, pandangan-pandangan,
serta proses-proses yang sedang berlangsung dan pengaruh-pengaruh dari suatu
fenomena. Dengan menggunakan metode ini, penulis mengharapkan penelitian ini
dapat menghasilkan jawaban yang konkret dan akurat agar kedepannya hasil
penelitian ini dapat digunakan sebagai salah satu rujukan untuk penelitian-penelitian
yang sejenis.
Berdasar penjelasan di atas, berikut ini adalah langkah-langkah yang akan
dilakukan dalam penelitian ini:
13
1.
Menentukan novel yang dipakai sebagai objek penelitian, yaitu novel
Kaze no Uta o Kike karya Haruki Murakami.
2.
Membaca novel berulang-ulang untuk mendapatkan pemahaman dan
masalah.
3.
Mengumpulkan data yang berhubungan dengan objek penelitian melalui
buku-buku maupun internet.
4.
Menganalisis faktor-faktor sosial yang terkandung dalam karya sastra.
5.
Menganalisis faktor-faktor sosial yang ada dalam masyarakat Jepang pada
tahun 70-an.
6.
Menghubungkan hasil analisis sehingga menemukan apakah ada
kesesuaian atau tidak antara kondisi sosial dalam karya sastra dengan
kondisi sosial dalam masyarakat.
7.
Membuat laporan penelitian dalam bentuk skripsi.
1.7 Tinjauan Pustaka
Penelitian dengan menggunakan novel Kaze no Uta o Kike sebagai bahan
sebelumnya sudah pernah dilakukan oleh Dian Annisa Nur Ridha (2010) dengan
judul skripsi, “Novel Kaze no Uta o Kike Karya Haruki Murakami: Sebuah Analisis
Strukturalisme Genetik” guna melengkapi syarat untuk menyelesaikan program studi
strata satu jurusan Sastra Jepang. Teori digunakan untuk meneliti adalah sosiologi
sastra dengan menggunakan analisis strukturalisme genetik, yaitu meneliti latar
14
belakang sosial pada waktu saat penciptaan novel, latar kehidupan pengarang ketika
menulis novel,dan pandangan dunia pengarang yang tercermin dalam novel. Dari
hasil penelitian yang dilakukan oleh Dian, dapat terjawab bagaimana pandanganpandangan pengarang mengenai keadaan sosial masyarakat yang ada di lingkungan
pengarang.
Selain Dian Annisa Nur Ridha, penelitian dengan menggunakan novel Kaze
no Uta o Kike juga pernah ditulis oleh Yuniar Eka Oktavianti angkatan 2007 yang
meneliti tentang tokoh “Aku” dalam novel Kaze no Uta o Kike dengan
mengaplikasikan teori psikologi konsep diri sebagai teori utama dalam analisisnya.
Dengan judul skripsi “Konsep Diri Tokoh “Aku” Dalam Novel Kaze no Uta o Kike
Karya Haruki Murakami: Sebuah Pendekatan Psikologi Sastra”. Dari hasil penelitian
yang dilakukan oleh Yuniar, tokoh “Aku” dalam novel tersebut disebutkan memiliki
dua macam konsep diri, yaitu konsep diri positif dan konsep diri negatif, dimana
setelah dilakukan penelitian lebih lanjut ditemukan konsep diri negatif dalam tokoh
“Aku” lebih dominan dibandingkan dengan konsep diri positif “Aku”. Dalam
penelitian ini dijelaskan juga beberapa kondisi sosial yang mempengaruhi konsep diri
“Aku”.
Penelitian menggunakan teori sosiologi sastra milik Ian Watt sebenarnya
sudah sangat banyak dilakukan untuk meneliti persoalan nilai sosial masyarakat yang
terdapat dalam sebuah karya sastra. Sebagaimana penelitian yang dilakukan oleh Eka
15
Damayanti (2014) untuk menyelesaikan program studi strata satu di jurusan Sastra
Indonesia UGM dalam penelitiannya dengan judul “Novel Mahar Cinta Gandoriah
karya Mardhiyan Novita MZ: Analisis Sosiologi Sastra Ian Watt”. Dari hasil
penelitian tersebut ditemukan adanya hal yang mempengaruhi pertentangan tradisi
bajapuik beserta dinamika harga lelaki dalam pernikahan khas orang Minangkabau di
Pariaman dan novel Mahar Cinta Gandoriah ini dapat dikatakan merupakan cerminan
keadaan sosial masyarakat Pariaman.
Selain milik Eka Damayanti, penelitian menggunakan teori sosiologi sastra
Ian Watt juga digunakan oleh Mukhanif Yasin Yusuf (2015) sebagai penelitian
skripsi dengan judul “Citra Difabel Dalam Novel Biola Tak Berdawai Karya Seno
Gumira Ajidarma: Analisis Sosiologi Sastra Ian Watt”. Dalam penelitiannya, Yusuf
membahas mengenai cerminan kaum difabel ada tokoh dalam novel Biola Tak
Berdawai dan beberapa fungsi sosial dalam novel tersebut. Dari hasil penelitiannya,
dapat disimpulkan bahwa novel Biola Tak Berdawai karya Seno Gumira Ajidarma ini
berhasil mencerminkan realitas difabel, khususnya di Indonesia, dimana ideologi
kenormalan menyumbangkan berbagai bentuk ketidakadilan terhadap difabel, antara
lain marginalisasi difabel, subordinasi, dan stereotype.
Analisis sosiologi Ian Watt juga pernah diteliti oleh Dyah Erta Damayanti
(2014) dengan judul “Novel Tarian Bumi Karya Oka Rusmini: Analisis Sosiologi Ian
Watt” sebagai tugas akhir untuk mendapatkan gelar strata satu dari jurusan Sastra
16
Indonesia Universitas Gadjah Mada. Dalam analisisnya, Damayanti membahas
cerminan budaya yang tedapat dalam karya Oka Rusmini mengenai sistem kasta yang
berlaku dan peran perempuan dalam kehidupan masyarakat Bali era 1990-an. Hasil
penelitian Damayanti menyebutkan bahwa berbagai permasalahan yang tampak
dalam novel Tarian Bumi merupakan refleksi dari konteks sosial pengarang, yaitu
Oka Rusmini, dan novel ini dihadirkan sebagai pandangan mengenai nilai-nilai dan
kritik dari pengarang terhadap permasalahan sosial yang terjadi dalam sosial
masyarakat.
Penelitian ini menjadi berbeda dengan penelitian-penelitian sebelumnya yang
telah diulas di atas karena penelitian ini menggunakan teori sosiologi sastra Ian Watt.
Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, teori sosiologi sastra Ian Watt ini memiliki
tiga konsep, penulis menggunakan konsep karya sastra sebagai cermin masyarakat,
yang ditelaah adalah sampai sejauh mana sastra dianggap sebagai pencerminan
keadaan masyarakat dimana dalam novel ini, mencerminkan bagaimana kehidupan
sosial masyarakat Jepang pada tahun 1970. Inilah yang menjadikan penelititan ini
berbeda dan memunculkan kebaharuan karena belum ada penelitian yang
menggunakan novel Kaze no Uta o Kike sebagai objek penelitiannya dan teori
sosiologi sastra Ian Watt sebagai alat untuk menganalisis novel tersebut.
17
1.8 Sistematika Penyajian
Penulisan skripsi ini disusun dengan sistematika sebagai berikut, Bab I terdiri
dari delapan sub bab, yaitu: pendahuluan yang mencakup latar belakang masalah,
rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, landasan teori, metode
penelitian, dan sistematika laporan penelitian. Bab II terdiri dari dua sub bab yang
berisi sekumpulan data dan deskripsi mengenai biografi dan profesionalisme Haruki
Murakami yang akan digunakan untuk menjawab konteks sosial pengarang yang
melatarbelakangi penciptaan novel, dan sinopsis dari novel Kaze no Uta o Kike. Bab
III, terdiri dari tiga sub bab yang berisi analisis mengenai perbandingan kondisi sosial
masyarakat yang terdapat dalam novel Kaze no Uta o Kike dengan kenyataan serta
sejauh mana novel tersebut mencerminkan kehidupan bermasyarakat. Bab IV, berisi
tentang kesimpulan hasil analisis pada bagian pembahasan yang dihasilkan dari
penelitian ini.
Download