BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Teori Dasar 2.1.1. Pengertian Performance ( Kinerja ) Menurut TheSage English Dictionary & Thesaurus, WordWeb Dictionary & Thesaurus, pengertian performance ( kata benda ) adalah 1. Any recognized accomplishment. ( pencapaian atau prestasi yang diakui ). 2. The act of performing; of doing something successfully; using knowledge as distinguished from merely possessing it. ( tindakan melakukan; khususnya melakukan sesuatu dengan sukses, berhasil menggunakan pengetahuan yang membedakannya dari hanya “memiliki”nya). 3. Process or manner of functioning or operating. ( proses atau cara/gaya/sikap kerja dalam memfungsikan atau mengoperasikan sesuatu ). Menurut Robin dalam buku Perencanaan Sumber Daya Manusia Untuk Organisasi Profit yang Kompetitif (Nawawi, 2003 : p65), kinerja adalah jawaban atas pertanyaan ”Hasil apa yang akan dicapai di masa depan setelah seseorang mengerjakan sesuatu”. Sedangkan menurut Schermerson, Hunt dan Osborn (Nawawi, 2003: p65) menyatakan kinerja adalah kuantitas dan kualitas pencapaian tugas, baik yang dilakukan secara individu, kelompok maupun satu organisasi. 9 10 Pengertian kinerja yang dikemukakan menurut Judith Gordon (Nawawi, 2006 : p65) adalah suatu fungsi kemampuan pekerja dalam menerima tujuan pekerjaan, tingkat pencapaian tujuan dan interaksi antara tujuan dan kemampuan pekerja. Pengertian ini terlihat sedikit rumit karena mengenali kinerja sebagai fungsi kemampuan yang dimiliki pekerja dengan tujuan pekerjaan yang akan dilaksanakan. Menurut ( http://id.wikipedia.org/wiki/Kinerja ) Kinerja adalah sebuah kata dalam bahasa Indonesia dari kata dasar “kerja” yang menterjemahkan kata dari bahasa asing prestasi. Bisa pula berarti hasil kerja. Pengertian kinerja dalam organisasi ( perusahaan ) merupakan jawaban dari berhasil atau tidaknya tujuan organisasi yang telah ditetapkan. Kinerja menurut Mangkunegara (2000,p67) “Kinerja ( prestasi kerja ) adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya.” Sementara menurut Sulistiyani (2003, p223) “Kinerja seseorang merupakan kombinasi dari kemampuan, usaha dan kesempatan yang dapat dinilai dari hasil kerjanya”. Menurut Maluyu S.P. Hasibuan (2007,p34) kinerja ( prestasi kerja ) adalah suatu hasil kerja yang dicapai seseorang dalam melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya yang didasarkan atas kecakapan, pengalaman dan kesungguhan serta waktu. Menurut ( Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi ke III ( Februari 2008 )) ,menyatakan bahwa pengertian kinerja adalah sesuatu yang dicapai, prestasi yang diperlihatkan, dan kemampuan kerja ( tentang peralatan ). Kinerja adalah 11 pengalihbahasaan dari kata bahasa Inggris “ performance “. Pengukuran ( dalam artian pengukuran kinerja ) berarti suatu proses atau aktivitas perbandingan objekobjek tertentu dengan memberikan bobot kepada objek tersebut dengan menggunakan cara - cara tertentu. Menurut Febryani (2003,p42), Kinerja merupakan hal penting yang harus dicapai oleh setiap perusahaan dimanapun, karena kinerja merupakan cerminan dari kemampuan perusahaan dalam mengelola dan mengalokasikan sumber dayanya. Selain itu tujuan pokok penilaian kinerja adalah untuk memotivasi karyawan dalam mencapai sasaran organisasi dan dalam mematuhi standar perilaku yang telah ditetapkan sebelumnya, agar membuahkan tindakan dan hasil yang diharapkan. Menurut Mathis (2002, p78) dalam bukunya Human Resource Management, menyatakan bahwa “kinerja pada dasarnya adalah apa yang dilakukan atau tidak dilakukan karyawan”. Menurut Rivai (2004, p309) kinerja adalah perilaku yang nyata yang ditampilkan setiap orang sebagai prestasi kerja yang dihasilkan oleh karyawan sesuai dengan perannya dalam perusahaan. 2.1.2 Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Menurut Mathis, Robert L. dan Jackson, John H.(2002,p82), faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja individu tenaga kerja yaitu : 1. Kemampuan mereka ( individual ) 2. Motivasi 3. Dukungan yang diterima 12 4. Keberadaan pekerjaan yang mereka lakukan 5. Hubungan mereka dengan organisasi Berdasarkan pengertian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa kinerja merupakan kualitas dan kuantitas dari suatu hasil kerja ( output ) individu maupun kelompok dalam suatu aktivitas tertentu yang diakibatkan oleh kemampuan alami atau kemampuan yang diperoleh dari proses belajar serta keinginan untuk berprestasi, dan untuk mengetahui tinggi-rendahnya kinerja seseorang, perlu dilakukan penilaian kinerja. Menurut Mangkunegara ( 2000, p67-68 ), ia menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja seseorang ialah : (1) Faktor kemampuan, secara umum kemampuan ini terbagi menjadi 2 yaitu kemampuan potensi ( IQ – Intelligence Quotient) dan kemampuan reality ( knowledge dan skill ). Misal : Seorang dosen seharusnya memiliki kedua kemampuan tersebut agar dapat menyelesaikan jenjang pendidikan formal minimal S2 dan memiliki kemampuan mengajar dalam mata kuliah ampuannya. (2) Faktor motivasi, motivasi terbentuk dari sikap karyawan dalam menghadapi situasi kerja. Misal : Motivasi bagi dosen sangat penting untuk mencapai visi dan misi institusi pendidikan. Menjadi dosen hendaknya merupakan motivasi yang terbentuk dari awal ( by plan ), bukan karena keterpaksaan atau kebetulan ( by accident ). 13 Sedangkan menurut Nawawi (2003,p65), faktor yang mempengaruhi kinerja merupakan gabungan dari tiga faktor, dimana ketiga faktor tersebut meliputi : PENGETAHUAN PENGALAMAN KINERJA KEPRIBADIAN Gambar 2.1. Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja Sumber : Haradi Nawawi (2003 : p65) (a) Pengetahuan Khususnya yang berhubungan dengan pekerjaan yang menjadi tanggung jawab dalam bekerja. Dalam faktor ini mencakup jenis dan jenjang pendidikan serta pelatihan yang pernah diikuti di bidangnya. (b) Pengalaman Memiliki pengalaman yang tidak sekedar saja melainkan memiliki jumlah waktu atau lamanya dalam bekerja, tetapi berkenan juga dengan substansi yang dikerjakan yang jika dilaksanakan dalam waktu yang cukup lama akan meningkatkan kemampuan dalam mengerjakan suatu bidang tertentu. 14 (c) Kepribadian Kondisi didalam diri seseorang dalam menghadapi bidang pekerjaannya, sepeti minat, bakat, kemampuan kerjasama/keterbukaan, ketekunan, kejujuran, motivasi kerja, dan sikap terhadap pekerjaan. 2.1.3 Pengertian Pengukuran Kinerja Menurut Kaplan, Young dan Anthony serta Banker sebagaimana dikutip oleh Yuwono (2002,p23), pengukuran kinerja adalah “ the activity of measuring the performance of an activity or the entire value chain. “ Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa pengukuran kinerja adalah tindakan pengukuran yang dilakukan terhadap berbagai aktivitas dalam rantai nilai yang ada pada perusahaan. Hasil pengukuran tersebut kemudian digunakan sebagai umpan balik yang akan memberikan informasi tentang prestasi pelaksanaan suatu rencana dan titik di mana perusahaan memerlukan penyesuaian-penyesuaian atas aktivitas perencanaan dan pengendalian. Menurut Anderson dan Clancy (1991) sebagaimana dikutip Yuwono ( 2002,p21 ) mendefinisikan pengukuran kinerja sebagai : “ feedback from the accountant to management that provides information about how well the actions represent the plans; it also identifies where managers may need to make corrections or adjustment in future planning and controlling activities. “ Dalam situasi yang normal seharusnya performance driver yang jitu akan menghasilkan outcome measures terbaik. 15 Menurut penulis, pengukuran kinerja adalah suatu tindakan untuk mengetahui seberapa besar kemajuan atau kemunduran dari suatu usaha yang telah dilakukan sesuai dengan fungsi dan tanggungjawabnya dengan menggunakan seluruh sumber daya yang tersedia. 2.1.4. Indikator Kinerja Menurut perusahaan, Indikator kinerja adalah ukuran kuantitatif maupun kualitatif untuk dapat mengembangkan tingkat pencapaian sasaran dan tujuan organisasi, baik pada tahap perencanaan, pelaksanaan, maupun tahap setelah kegiatan selesai. Selain itu, indikator kinerja juga dapat digunakan untuk meyakinkan bahwa kinerja hari demi hari menunjukan kemajuan dalam rangka menuju sasaran maupun tujuan organisasi yang bersangkutan. Menurut Akdon dalam bukunya “Strategic Management for Educational Management” (2006,p56) syarat-syarat yang harus di penuhi dalam ukuran kinerja adalah sebagai berikut : (a). Spesifik dan jelas untuk menghindari kesulitan integrasi sistem penilaian kinerja (b). Dapat diukur secara obyektif baik dengan cara kualitatif maupun kuntitatif (c). Menangani aspek-aspek yang relevan (d). Fleksibel dan sensitif terhadap perubahan (e). Efektif dalam arti mudah dicari atau dianalisis. 16 Menurut Vincent Gaspersz (2006, p57), dalam buku ”Perencanaan Strategis untuk Peningkatan Kinerja”, indikator kinerja secara keseluruhan harus berkaitan dengan misi, atau sasaran dan tujuan yang akan dicapai. Dengan mengandalkan kemampuan dalam mengukur hasil dan perbaikan-perbaikan prioritas yang berguna untuk pelanggan internal dan external stakeholders dan pembuatan kebijakan. Secara praktis hal ini berarti indikator kinerja dalam melaksanakan pekerjaan dilingkungan sebuah organisasi atau perusahaan mencakup lima unsur sebagai berikut : (Nawawi 2001,p65) (a). Kuantitas hasil kinerja yang dicapai (b). Kualitas hasil kinerja yang dicapai (c). Jangka waktu mencapai hasil kinerja tersebut (d). Kehadiran dan kegiatan selama hadir ditempat kerja (e). Kemampuan bekerjasama Berdasarkan uraian-uraian diatas berarti kinerja seseorang dilingkungan suatu organisasi atau perusahaan dapat dilihat dari dua orientasi, yaitu : (Nawawi 2001,p65) 1. Orientasi proses yang menyangkut efektifitas dan efesiensi pelaksanaan pekerjaan dari sudut metode / cara kerja yakni yang mudah/tidak sulit, sedikit menggunakan tenaga dan pikiran ( ringan ), hemat dan tepat waktu /cepat, hemat bahan dan rendah biaya ( cost ) 17 2. Orientasi hasil dalam arti dengan proses seperti tersebut diatas dicapai hasil dengan kriteria produktivitas tinggi baik dari segi kuantitas maupun kualitas yang sesuai keinginan konsumen. [ namun dalam perusahaan yang penulis teliti, orientasi lebih kepada proses ] Pelaksaan pekerjaan Kegiatan evaluasi Hasil evaluasi Pengukuran/penilaian Umpan balik Standar pekerjaan Manajemen kinerja Data / Informasi Tentang karyawan Keputusan-keputusan mengenai karyawan Gambar 2.2. Unsur-Unsur dalam Pengevaluasian Kinerja Sumber : Haradi Nawawi (2003 : p69) Dilingkungan sebuah organisasi / perusahaan tiap-tiap dan semua karyawan perlu dievaluasi kinerjanya untuk mengetahui kontribusinya dalam pencapaian tujuan, baik tujuan operasioanal maupun tujuan ideal / strategik yang telah ditetapkan. (Nawawi 2003,p69) Unsur-unsur dalam evaluasi kinerja terdiri dari: (a). Pelaksanaan pekerjaan oleh pekerja (b). Kegiatan evaluasi kinerja 18 (c). Hasil evaluasi kinerja (d). Umpan balik untuk melaksakan manajemen kinerja (e). Data dan informasi tentang karyawan (f). Pengukuran/penilaian atau kegiatan evaluasi Berdasarkan gambar / kinerja diatas berarti evaluasi kinerja meliputi langkah-langkah atau kegiatan sebagai berikut : (Nawawi 2003,p70) a.) Pelaksanaan pekerjaan b.) Karyawan melaksanakan pekerjaannya untuk jangka waktu periode tertentu, atau lama waktu dalam mengerjakan pekerjaannya dalam masing-masing bidang. c.) Menetapkan standart pekerjaan sebagai tolak ukur pelaksanaan pekerjaan yang efektif atau tidak efektif dan yang berhasil atau gagal. d.) Melakukan Observasi ( jika mungkin ), monitoring atau pemantauan pelaksanaan pekerjaan dengan menggunakan metode penilaian yang paling tepat. e.) Membandingkan hasil observasi atau monitoring dengan standar pekerjaan masing-masing. Standar pekerjaan sebagai tolak ukur kinerja seperti dikatakan diatas harus dipersiapkan sebelum evaluasi kinerja dilakukan, yang cara membuat dan substansinya masih akan dibahas dalam uraian-uraian berikut. f.) Hasil evaluasi berupa skala nol / nilai setiap atau satu per satu aspek yang dinilai merupakan informasi tentang kinerja pekerja / karyawan yang dinilai. 19 g.) Hasil tersebut dipergunakan sebagai umpan balik ( feed back ) yang harus ditindaklanjuti dengan melaksanakan manajemen kinerja dan untuk membuat keputusan-keputusan mengenai buruh / karyawan seperti pemberian insentif berdasarkan prestasi 2.1.5 Persyaratan sistem pengukuran kinerja Dengan munculnya berbagai paradigma baru di mana bisnis harus digerakkan oleh customer-focused, menurut Yuwono (2002,p28), suatu sistem pengukuran kinerja yang efektif, paling tidak harus memiliki syarat-syarat sebagai berikut : a) Didasarkan pada masing-masing aktivitas dan karakteristik organisasi itu sendiri sesuai perspektif pelanggan; b) Evaluasi atas berbagai aktivitas, menggunakan ukuran-ukuran kinerja yang customer-validated; c) Sesuai dengan seluruh aspek kinerja aktivitas yang mempengaruhi pelanggan, sehingga menghasilkan penilaian yang komprehensif; d) Memberikan umpan balik untuk membantu seluruh anggota organisasi mengenali masalah-masalah yang ada kemungkinan perbaikan. 2.1.6 Manfaat Pengukuran Kinerja Menurut Lynch dan Cross ( 1993 ) sebagaimana dikutip oleh Yuwono (2002,p29), manfaat sistem pengukuran kinerja yang baik adalah sebagai berikut : a) Menelusuri kinerja terhadap harapan pelanggan sehingga akan membawa perusahaan lebih dekat pada pelanggannya dan membuat seluruh orang dalam organisasi terlibat dalam upaya memberi kepuasan kepada pelanggan; 20 b) Memotivasi pegawai untuk melakukan pelayanan sebagai bagian dari mata-rantai pelanggan dan pemasok internal; c) Mengidentifikasi berbagai pemborosan sekaligus mendorong upaya-upaya pengurangan terhadap pemborosan tersebut ( reduction of waste ); d) Membuat suatu tujuan strategis yang biasanya masih kabur menjadi lebih konkret sehingga mempercepat proses pembelajaran organisasi; e) Membangun konsensus untuk melakukan suatu perubahan dengan memberi “ reward” atas perilaku yang diharapkan tersebut. 2.1.7 Tujuan Pengukuran Kinerja Berdasarkan tulisan dalam www.duniaesai.com/ekonomi/eko32.htm, tujuan utama dari penilaian kinerja adalah untuk memotivasi personil dalam mencapai sasaran organisasi dan dalam memenuhi standar perilaku yang telah ditetapkan sebelumnya, sehingga membuahkan tindakan dan hasil yang diinginkan oleh organisasi. Penilaian kinerja dapat digunakan untuk menekan perilaku yang tidak semestinya dan untuk merangsang serta menegakkan perilaku yang semestinya diinginkan. Dengan adanya penilaian kinerja, manajer puncak dapat memperoleh dasar yang obyektif untuk memberikan kompensasi sesuai dengan prestasi yang disumbangkan masing-masing pusat pertanggungjawaban kepada perusahaan secara keseluruhan. Semua ini diharapkan dapat membentuk motivasi dan rangsangan pada masing-masing bagian untuk bekerja lebih efektif dan efisien. 21 2.1.8 Standar kinerja Standar kinerja adalah ukuran tingkat kinerja yang diharapkan dan yang telah ditentukan dan yang dinyatakan dalam suatu pernyataan kuantitatif (Mulyadi, 2001,p154). Penetapan standar kinerja dapat bersumber dari peraturan dan perundangundangan yang berlaku dan keputusan manajemen serta pendapat para ahli, atau atas dasar pengalaman dari pekerjaan yang sama pada tahun-tahun sebelumnya. Menurut Akdon, persyaratan standar kinerja yang baik adalah : (Akdon, 2006,p170) • Attainable, dapat dicapai dalam kondisi yang ada. • Economic atau ekonomis. • Applicable, mudah diterapkan. • Understandable mudah dimengarti. • Measureable, dapat diukur dgn presisi • Stabil, dalam kurun waktu yang cukup lama • Adapted,dapat diadaptasi dalam berbagai keadaan • Legitimate, didukung dengan ketentuan yang berlaku • Focus, dikhususkan bagi pelanggan. • Accepted,dapat diterima sebagai suatu ukuran yang membandingkan oleh pihak yang terkait. 2.1.9 Atribut Pengukur Kinerja 22 Tabel 2.1. Berbagai Atribut Pengukur Kinerja yang Baik BERBAGAI ATRIBUT TOLOK UKUR KINERJA YANG BAIK Secara umum, suatu sistem pengukuran yang baik harus terdiri dari sekumpulan tolok ukur yang mengkombinasikan antara matriks keuangan dan non-keuangan dengan 24 atribut berikut: Realistik; 1. Mendukung dan konsisten dengan 15. Berhubungan dengan faktor-faktor yang tujuan, tindakan, budaya, dan faktor- 16. berhubungan dan membuat sebuah perbedaan; faktor kunci keberhasilan perusahaan; 17. Terhubung dengan aktivitas sehingga 2. Relevan dan mendukung strategi; hubungan yang jelas terlihat antara sebab dan 3. Sederhana untuk diimplementasikan; akibat; 4. Tidak kompleks ( sederhana ); 18. Difokuskan lebih pada pengelolaan sumber 5. Digerakkan oleh pelanggan; daya, ketimbang biaya yang sederhana; 6. Integral dengan seluruh fungsi dalam 19. Dimanfaatkan untuk memberi “ real-time organisasi; feedback “ ; 7. Sesuai dengan keseluruhan tingkatan 20. Digunakan untuk memberi “ action oriented organisasi; feedback “ ; 8. Sesuai dengan lingkungan eksternal; Jika diperlukan, suatu tolok ukur bisa 9. Mendorong kerjasama dalam organisasi 21. ditambahkan lintas fungsional dan lintas level baik secara horizontal maupun vertikal; manajemen; 10. Hasil pengukurannya dapat 22. Mendukung bagi pembelajaran individu dan dipertanggungjawabkan; organisasi; 11. Jika memungkinkan, dikembangkan Mendorong perbaikan secara kontinyu dan dengan menggabungkan pendekatan 23. tiada henti; top-down dan bottom-up ; 12. Dikomunikasikan ke seluruh bagian 24. Secara kontinyu dinilai relevansinya terhadap yang relevan dalam organisasi; 23 atribut diatas dan dibuang jika kegunaannya 13. Dapat dipahami; hilang atau ada tolok ukur yang baru atau lebih 14. Disepakati bersama; relevan ditemukan. Jika suatu sistem tolok ukur organisasi jauh dari karakteristik atau atribut di atas maka saatnya untuk menguji kembali kegunaan tolok ukur kinerja yang ada dan mencari tolok ukur yang baru. Sumber : Yuwono ( 2002, p30 ) 2.2 Pengertian Measures, Measurement, Measuring, Value Menurut TheSage English Dictionary & Thesaurus, WordWeb Dictionary & Thesaurus, Measures ( kata benda / kata kerja ) adalah 23 · How much there is or how many there are of something that you can quantify. ( Seberapa banyak sesuatu yang dapat kita ‘angka’ kan ) · Any maneuver made as part of progress toward a goal. ( Manuver dalam bentuk apapun yang dibuat sebagai bagian pertumbuhan dari sasaran ) · A basis for comparison ; a reference point against which other things can be evaluated. ( Suatu dasar untuk perbandingan ) Measurement, Measuring ( kata benda / kata kerja ) adalah · The act or process of assigning numbers to phenomena according to a rule. ( Tindakan atau proses memasukkan angka pada fenomena menurut suatu aturan ). Menurut ISO 9000’2000, Measurement adalah the assignment of numbers to the characteristics of an entity. ( pemberian ‘angka’ pada karakteristik suatu entitas ). Measurement capability adalah the ability of a measuring system to measure true values to the accuracy and precision required. ( kemampuan pengukuran sistem untuk mengukur values sebenarnya sesuai dengan akurasi dan ketepatan yang dibutuhkan. Menurut TheSage English Dictionary & Thesaurus, WordWeb Dictionary & Thesaurus, Value ( kata benda ) adalah : 24 · The quality ( positive or negative ) that renders something desirable or valuable [ Kualitas ( baik positif atau negatif ) yang membuat sesuatu menjadi berharga atau bernilai ] · A numerical quantity measured or assigned or computed [ Sebuah kuantitas numerik ( angka ) yang diukur atau diberikan atau dihitung ] - The amount (of money or goods or services) that is considered to be a fair equivalent for something else [ Sejumlah ( uang atau barang atau jasa ) yang dianggap adil ( sebanding nilainya ) dipertukarkan sesuatu yang lain. 2.2.1 Values menurut ISO 9000’2000 [ An A-Z Guide ] Dalam konteks manajemen, values adalah prinsip-prinsip atau kepercayaan yang akan membimbing / memimpin perusahaan dalam memenuhi tujuannya ( mencapai sasaran, menyelesaikan misinya dan mencapai visinya ). Values adalah hal yang penting bagi perusahaan. 2.2.2 Persyaratan dan Rekomendasi ISO 9000 Klausa 5.1.1. dari ISO 9004 menyarankan bahwa pihak manajemen puncak seharusnya mempertimbangkan tindakan seperti mengkomunikasikan arah perusahaan dan values menyangkut sistem manajemen kualitas. 2.2.3 Aplikasi Value dalam ISO 9000 25 Perusahaan mengadopsi values tertentu dan bukan yang lain tergantung dari visinya. Values adalah kunci manajemen yang efektif. Values adalah inti dari setiap keputusan, setiap tindakan dan perilaku dari orang di perusahaan dan bagaimana hubungan internal dan eksternal dikelola. Values mencirikan budaya dari perusahaan. Values dapat diekspresikan sebagai prinsip, kepercayaan atau kebijakan, namun tidak semua prinsip dan kebijakan adalah pernyataan value. Untuk mencapai sukses, perusahaan perlu untuk memiliki sekelompok values yang dibagi bersama.Values seharusnya tidak dikorbankan untuk mencapai sasaran atau menyelesaikan suatu misi. Tindakan seperti itu mengirimkan sinyal bahwa ‘tidak apa-apa’ melanggar aturan. Dalam jangka-panjang, tindakan itu dapat menyebar ( endemik ) dan bersifat seperti penyakit yang menyebar diseluruh perusahaan dan menyebabkan kejatuhan perusahaan. Prinsip manajemen kualitas di ISO 9000 dapat dilihat sebagai sekelompok values. Values lainnya mungkin mencakup : · Kejujuran, integritas, kepercayaan, tanggung jawab, respek ( rasa hormat ) dan kesetiaan ( loyalti ) · Relasi ( hubungan ), privasi, keterbukaan, kontribusi individual. · Kebebasan, kerahasiaan dan keamanan finansial, kehidupan, lingkungan dan kesetaraan. · Keanekaragaman, inovasi, pertumbuhan dan tingkat persaingan. Hal-hal ini adalah values positif namun terdapat values negatif yang sama bergantung pada sudut pandang orang yang bersangkutan. Rasa takut, tegang, tekanan, sikap 26 bermuka-dua, keseragaman, eksploitasi, kerahasiaan dan diskriminasi mungkin adalah values yang tepat untuk beberapa perusahaan mencapai visi mereka. 2.3.Teori Manajemen 2.3.1. Definisi mendetail mengenai Balanced Scorecard Menurut Morse, Davis, dan Hartgraves (2002,p2) dari sudut pandang ilmu Manajemen, Balanced Scorecard is a performance measurement system that includes financial and operational measures which are related to the organizational goals. The basic premise is to establish a set of indicators that can be used to monitor performance progress and then compare the goals that are established with the results. ( Sebuah sistem pengukuran kinerja yang melibatkan ukuran operasional dan finansial, yang berhubungan dengan tujuan perusahaan. Dasar pemikirannya adalah membangun sejumlah indicator yang dapat digunakan untuk memonitor perkembangan kinerja dan kemudian membandingkannya dengan tujuan / sasaran yang sudah dibuat dengan hasil ). Menurut Mowen (2003, p15) dari sudut pandang ilmu Akuntansi, Balanced Scorecard ( strategic-based responsibility accounting system ) is a responsibility accounting system objectives and measures for four different perspective : the financial perspective, the customer perspective, the internal process perspective, and the learning and growth ( infrastructure ) perspective. ( Sebuah sistem Akuntansi penjabaran tanggung jawab yang berbasiskan strategis dan memiliki empat perspektif sebagai alat ukur : ukuran financial, ukuran pelanggan, ukuran proses internal dan ukuran pertumbuhan dan pembelajaran ) 27 Menurut Hilton, Maher dan Selto, sebagaimana dikutip oleh Tunggal (2002, p2) Balanced Scorecard is a causal model of lead and lag indicators of performance that demonstrate how changes in one operation cause are balanced by changes in others. ( Sebuah model kausal dari indikator pendorong dan indikator penghambat kinerja yang mendemonstrasikan bagaimana perubahan dalam satu kausal operasional diseimbangkan oleh perubahan di bagian lainnya ) Menurut Atkinson, Banker, Kaplan and Young, sebagaimana dikutip oleh Tunggal (2002,p3), Balanced Scorecard is a set of performance target and an approach to performance measurement that stresses meeting all the organization’s objectives relating to both its primary and secondary objectives—hence the balance. ( Sebuah kumpulan target kinerja dan pendekatan terhadap pengukuran kinerja yang menekankan pada memenuhi seluruh tujuan/sasaran perusahaan yang berkaitan baik tujuan / sasaran primer ( primary ) maupun sekunder ( secondary ) ). Menurut Robert Simon, sebagaimana dikutip oleh Tunggal (2002,p3) Balanced Scorecard is the multiple, linked objectives that companies must achieve to compete based on capabilities and innovation, not just tangible physical assets. It translates mission and strategy into objectives and measures. ( Sasaran-sasaran yang saling terhubung, dan lebih dari satu ( banyak ) yang mana perusahaan harus capai untuk berkompetisi berdasarkan kemampuan dan inovasi, tidak hanya berdasarkan aset fisik berwujud ) Menurut Garison & Noreen, sebagaimana dikutip Tunggal (2002,p3), Balanced Scorecard consists of an integrated set of performance measures that are derived from 28 the company’s strategy through-out the organization.( Balanced Scorecard terdiri dari sekumpulan ukuran kinerja yang saling terintegrasi yang diambil dari strategi perusahaan baik dari dalam hingga luar organisasi ) Menurut Horgren; Sundem, dan Stratton, sebagaimana dikutip Tunggal (2002,p3), Balanced Scorecard is a performance measurement and reporting system that strikes a balance between financial and operating measures, links performance to rewards, and give explicit recognition to the diversity of organizational goals. ( Sebuah sistem pelaporan dan pengukuran kinerja yang mendorong penyeimbangan antara ukuran operasi dan financial, menghubungkan kinerja dengan penghargaan, dan memberikan pengakuan secara jelas terhadap perbedaan-perbedaan tujuan-tujuan organisasional perusahaan ) Menurut Edward J. Blocker, Kung A Chen dan Thomas W. Lin sebagaimana dikutip Tunggal (2002,p3), Balanced Scorecard is an Accounting report that include the firm critical success factors in four area : ( 1 ) Financial performance, ( 2 ) Customer satisfaction, ( 3 ) Internal business process, and ( 4 ) Innovation and learning. [ Sebuah laporan akuntansi yang mengikutkan berbagai faktor sukses utama perusahaan kedalam empat area : (1) Kinerja financial, (2) Kepuasan pelanggan, (3) Proses bisnis internal, (4) Inovasi dan pembelajaran ] Menurut Yuwono (2002,p6) , Balanced Scorecard ( BSC ) bukanlah hal yang mudah untuk didefinisikan. Karena luasnya area implementasi BSC dalam konsep bisnis, maka suatu definisi kadang kala terasa sempit dibandingkan dengan fungsi BSC yang sesungguhnya. Kata benda “ Score “ (Olve,dkk.,1999) merujuk pada makna: “ Penghargaan atas poin-poin yang dihasilkan ( seperti dalam permainan )”. Dalam 29 konteks sebagai kata kerja, “ Score “ berarti “ memberi angka “. Dengan makna yang lebih bebas, Scorecard ( juga ) berarti suatu kesadaran ( bersama ) di mana segala sesuatu perlu diukur. Pengukuran menjadi suatu hal yang vital sebelum kita melakukan evaluasi atau pengendalian terhadap suatu object. Object di sini bisa berarti suatu entitas bisnis, organisasi, korporat, divisi, unit, tim, atau bahkan individu. Sesuatu yang ingin kita kendalikan atau kita evaluasi perlu diukur. Jika suatu entitas bisnis perlu dikendalikan, maka diperlukan tolok ukurnya. Jadi, ketika kita bicara tentang Balanced Scorecard, di mana terdapat tambahan kata “ Balanced “ di depan kata “ Score “ tersebut harus mencerminkan keseimbangan antara sekian banyak elemen penting dalam kinerja. Dengan demikian, Balanced Scorecard merupakan suatu sistem manajemen, pengukuran dan pengendalian yang secara cepat, tepat, dan komprehensif dapat memberikan pemahaman kepada manajer tentang performance ( kinerja ) bisnis. Pengukuran kinerja tersebut memandang unit bisnis dari empat perspektif, yaitu Perspektif Keuangan, Pelanggan, Proses Bisnis Internal serta Proses Pembelajaran dan Pertumbuhan. Melalui mekanisme sebab akibat ( cause and effect ), Perspektif keuangan menjadi tolok ukur utama yang dijelaskan oleh tolok ukur operasional pada tiga perspektif lainnya sebagai driver ( lead indicators ). ( Namun dalam pendekatan yang berbeda, pengukuran dapat dilakukan dari segi terbawah yaitu, growth & learning perspective sebagai lead indicator dimana lebih menekankan pada management by process ). 2.3.2. Sejarah dan Dasar tentang Balanced Scorecard 30 Balanced scorecard adalah sistem manajemen dan perencanaan strategis yang digunakan secara luas di industri dan bisnis, pemerintahan, dan organisasi nonprofit seluruh dunia untuk mengarahkan aktivitas bisnis agar sejalan dengan visi dan strategi perusahaan, meningkatkan komunikasi internal dan eksternal, dan memonitor kinerja perusahaan terhadap sasaran strategis. Pertama kali diperkenalkan oleh Drs.Robert Kaplan ( Harvard Business School ) dan David Norton yang menyumbang kerangka kerja pengukuran kinerja yang menambahkan ukuran kinerja non-finansial strategis terhadap ukuran finansial tradisional untuk memberikan manajer dan eksekutif perusahaan sebuah pandangan yang lebih ‘seimbang’ terhadap kinerja perusahaan. Sementara frase Balanced Scorecard dicetuskan di awal tahun 1990-an, akar dari jenis pendekatan menggunakan Balanced Scorecard ini dalam, dan mengikutkan hasil karya awal dari perusahaan General Electric dalam pelaporan pengukuran kinerja di sekitar tahun 1950 dan karya dari seorang insinyur proses Perancis ( yang menciptakan Tableau de Bord – secara literal, sebuah “dashboard” ukuran kinerja ) di awal abad ke 20. Balanced scorecard telah berevolusi dari penggunaan awalnya sebagai sebuah kerangka kerja pengukuran kinerja yang sederhana menjadi sebuah sistem manajemen dan perencanaan strategis yang lengkap. Balanced scorecard yang “baru” mengubah rencana strategis perusahaan dari sebuah dokumen menarik namun pasif menjadi sebuah “barisan perintah” bagi perusahaan dalam basis harian. Balanced scorecard yang baru memberikan sebuah kerangka kerja yang tidak hanya menyediakan pengukuran kinerja, namun menolong para perencana mengidentifikasi apa yang seharusnya dilakukan dan diukur. Balanced scorecard juga memungkinkan para eksekutif untuk benar-benar mengeksekusi strategi mereka. 31 Pendekatan baru terhadap manajemen strategis ini pertama kali didetailkan pada sejumlah artikel dan buku oleh Drs.Kaplan dan Norton. Menyadari beberapa kelemahan dan kesamaran pada pendekatan manajemen sebelumnya, pendekatan Balanced Scorecard memberikan sebuah resep yang jelas tentang apa yang perusahaan seharusnya ukur dengan tujuan untuk me’nyeimbang’kan perspektif financial.Balanced Scorecard adalah sebuah sistem manajemen ( bukan hanya sebuah sistem manajemen ) yang memungkinkan perusahaan untuk memperjelas visi dan strategi mereka dan menerjemahkannya menjadi tindakan. Balanced Scorecard memberikan umpan balik baik terhadap proses bisnis internal dan outcome eksternal dengan tujuan untuk meningkatkan kinerja dan hasil strategis secara kontinyu. Sesudah dilaksanakan dengan penuh, Balanced Scorecard mengubah rencana strategis dari sebuah latihan akademis menjadi pusat syaraf dari sebuah perusahaan. Kaplan dan Norton menjelaskan inovasi dari Balanced Scorecard sebagai berikut : “Balanced Scorecard mempertahankan ukuran finansial tradisional. Namun ukuran finansial menyatakan cerita dari peristiwa-peristiwa di masa lalu, sebuah cerita memadai mengenai perusahaan jaman industri yang mana kemampuan investasi jangkapanjang dan relasi pelanggan tidaklah penting untuk kesuksesan. Ukuran-ukuran finansial ini tidaklah cukup, namun, untuk memandu dan mengevaluasi perjalanan yang mana perusahaan jaman informasi harus menciptakan nilai masa depan melalui investasi dalam pelanggan, pemasok, karyawan, proses, teknologi dan inovasi. 32 Gambar 2.3. Gambaran Empat Perspektif dalam Balanced Scorecard Diadaptasi dari The Balanced Scorecard oleh Kaplan & Norton Berdasarkan http://www.netmba.com/accounting/mgmt/balanced-scorecard / Balanced Scorecard yang dipublikasikan oleh Robert Kaplan dan David Norton, Balanced Scorecard ditujukan untuk mengukur kinerja perusahaan terkini dalam istilah finansial, Balanced Scorecard mengevaluasi usaha perusahaan untuk peningkatan masa depan menggunakan metriks proses bisnis internal, customer, dan pembelajaran serta pertumbuhan. Istilah “Scorecard” menekankan ukuran kinerja yang dikuantifikasi [ di ‘angka’ kan dan “Balanced” menekankan bahwa sistem ini seimbang dalam hal : - Short-term objectives dan long-term objectives ( Tujuan/Sasaran jangka pendek dan Tujuan/Sasaran jangka panjang ) 33 - Financial Measures dan Non-Financial Measures ( Ukuran Finansial dan Ukuran Non-Finansial ) - Lagging Indicators dan Leading Indicators ( Indikator Penghambat dan Indikator Pendorong ) - Perspektif Internal Performance dan External Performance ( Perspektif Kinerja Internal dan Kinerja Eksternal ) ( Penjelasan mendetail komponen-komponen Balanced Scorecard ) 2.3.3. Pengertian dan Penjelasan Visi Menurut The Sage’s English Dictionary and Thesaurus, dan Wordweb Dictionary and Thesaurus, Vision ( kata benda ) adalah : - A vivid mental image ( Sebuah gambaran mental yang gamblang dan hidup ) - The ability to see; the visual faculty ( Kemampuan untuk melihat, dalam bidang visual ) - The perceptual experience of seeing ( Pengalaman persepsi dalam melihat ) - The formation of a mental image of something that is not perceived as real and is not present to the senses ( Bentuk atau susunan dari gambaran mental mengenai sesuatu yang dirasakan seperti nyata dan tidak ada dalam indra ) Kesimpulannya, Visi adalah suatu gambaran mental, yang biasanya dalam bentuk penglihatan atau pengalaman persepsi yang dirasakan seperti nyata namun masih dapat ditangkap oleh indera, khususnya oleh indera penglihatan 34 Dalam dunia bisnis, visi adalah sebuah pencitraan atau gambaran konseptual mengenai masa depan yang diinginkan. Visi, dalam pengertian lainnya, juga menggambarkan perusahaan akan menjadi apa di masa depan. Visi bersifat sederhana, menumbuhkan rasa wajib, memberikan tantangan yang praktis dan realistik, serta sebaiknya ditulis dalam kalimat yang singkat, padat, dan jelas. Gambar 2.4. Gambaran Visi ( a shared picture of the future ) Sumber : Kaplan dan Norton ( 2006 ) Contoh visi adalah seperti yang penulis lakukan dalam studi kasus di PT.Kalbe Morinaga Indonesia : “To become an Excellent Toll Manufacturing in Indonesia, prioritized for Morinaga Products”. Visi perlu untuk diperinci dalam berbagai perspektif Balanced Scorecard. Misalnya, dalam perspektif finansial : “ Memberikan nilai lebih ( added-value ) jangka panjang secara konsisten kepada para pemegang kepentingan perusahaan termasuk 35 didalamnya pemegang saham. Dalam perspektif proses internal misalnya, “ Meningkatkan nilai pelanggan melalui proses pengenalan pelanggan, peningkatan kepuasan pelanggan, dan memperlancar ( mengefisienkan ) proses bisnis perusahaan ” 2.3.4. Pengertian dan Penjelasan Misi Menurut The Sage’s English Dictionary and Thesaurus, dan Wordweb Dictionary and Thesaurus, Mission ( kata benda ) adalah : - An operation that is assigned by a higher headquarters ( Operasi yang ditugaskan oleh markas besar [ pusat ] yang memiliki kedudukan lebih tinggi ) - A special assignment that is given to a person or group ( Tugas spesial / khusus yang diberikan ke seseorang atau kelompok ) - A group of representatives or delegates ( sekelompok perwakilan atau delegasi ) Kesimpulannya, Misi adalah penugasan untuk dijalankan yang diatur oleh pihak yang memiliki posisi lebih tinggi, atau yang dibuat pribadi, dan diwakili atau didelegasikan oleh kelompok tertentu ( jika dalam suatu organisasi ). Misi menerjemahkan visi perusahaan dan memiliki peran penting dalam mencapai tujuan dan sasaran perusahaan. Misi memberikan arahan sekaligus batasan proses pencapaian tujuan perusahaan. Dengan demikian, pemilik dan pihak manajemen harus berusaha mencapai mis sesuai dengan karakteristik perusahaan. 36 Misi perusahaan harus dibuat transparan dan jelas terutama bagi para pemegang kepentingan ( stakeholders ), pemilik, pihak manajemen, karyawan, dan juga pihakpihak yang berhubungan dengan perusahaan, seperti : pelanggan, pemasok, kreditur, pemerintah, dan masyarakat sekitar. Misi perusahaan memperjelas visi perusahaan, dan terjadi spesifikasi karakter, memberikan keunggulan dan keunikan perusahaan yang membedakan perusahaan tersebut dengan perusahaan pesaing dan memberikan manfaat bagi perusahaan yang bersangkutan. Contoh misi : “ To provide Excellent Services to Our Customer to Become and Remain Market Leaders ” 2.3.5. Tujuan Perusahaan Menurut The Sage’s English Dictionary and Thesaurus, dan Wordweb Dictionary and Thesaurus, objectives ( kata benda ) adalah : - The goal intended to be attained ( and which is believed to be attainable ) ( Sasaran yang ditujukan untuk dicapai ( dan yang mana dipercaya dapat diraih atau dicapai ) - Something toward which effort is directed ( aim, goal, or end of action ) ( Sesuatu yang mana suatu usaha ditujukan untuk kepada ) Kesimpulannya, Tujuan adalah Suatu sasaran yang ditujukan dan direncanakan untuk dicapai dan untuk mencapainya membutuhkan usaha serta dipercaya masih dapat diraih atau dicapai. 37 Menurut Mulyadi, Sistem Terpadu Pengelolaan Kinerja Personel (2007,p.174), tujuan adalah pernyataan luas tentang apa yang akan diwujudkan oleh perusahaan. Tujuan menunjukkan arah menyeluruh yang akan dituju oleh perusahaan, seperti meningkatkan pendapatan dari penjualan atau laba, mempertahankan dan melindungi pangsa pasar, mendiversifikasi atau meningkatkan kualitas. Tujuan merupakan penjabaran visi perusahaan. 2.3.6. Strategi Perusahaan Menurut The Sage’s English Dictionary and Thesaurus, dan Wordweb Dictionary and Thesaurus, strategy ( kata kerja / kata benda ) adalah : - An elaborate and systematic plan of action ( Sebuah rencana tindakan yang sistematis dan terperinci ) - The branch of military science dealing with military command and the planning and conduct of a war. ( Cabang dari pengetahuan militer yang berhubungan dengan komando militer dan perencanaan serta tingkah laku berperang ). Kesimpulannya, Strategi adalah rencana suatu tindakan yang sistematis dan terperinci ( mendetail ) Strategi perusahaan adalah kesatuan rencana perusahaan yang menyeluruh, komprehensif, dan terpadu yang digunakan untuk mencapai tujuan perusahaan. Manajemen strategi adalah suatu ( kumpulan ) tindakan manajerial yang mencoba 38 untuk mengembangkan potensi perusahaan dalam mengeksploitasi peluang yang muncul guna mencapai tujuan perusahaan yang telah ditetapkan. Intinya, perusahaan berusaha untuk meminimalkan kekurangan dan kelemahan yang dimiliki dan berusaha melakukan adaptasi dengan lingkungan mikro dan makro sekitar, memaksimalkan kelebihan dan keuntungan lebih yang dimiliki perusahaan, dan memperkecil dampak negatif yang disebabkan oleh ancaman perusahaan lain. Pentingnya Strategi dalam penerapan Balanced Scorecard seperti yang dikemukakan dalam pernyataan Stephen R.Covey dalam Jurnal Balanced Scorecard Institute, 2008 yaitu : “ Para pegawai dan manajernya bekerja sangat keras untuk memastikan bahwa hal-hal dan pekerjaan dikerjakan dengan benar, sehingga mereka sangat jarang memiliki waktu untuk memastikan apakah mereka melakukan hal dan pekerjaan yang benar.” Berikut adalah contoh gambaran keseluruhannya : 39 Misi Mengapa Kita Ada ? Nilai Apa yang penting bagi Kita ? Visi Akan Menjadi apakah Kita ? Strategi Rencana Game Plan Kita Strategy map Menerjemahkan Strategi Balanced Scorecard Ukuran dan Fokus Target dan Inisiatif Apa yang Kita Perlu Lakukan Tujuan Pribadi Apa yang Aku Perlu Lakukan ? Strategic Outcomes [ Hasil Strategis ] Satisfied Shareholder Delighted Customer Efficient & Effective Process Motivated & Prepared Workforce Gambar 2.5 Gambaran Proses Penciptaan Value ( Nilai ) dalam Perusahaan Sumber : Balanced Scorecard Journal Institute (Covey,2008). 40 2.3.7. Hubungan Balanced Scorecard dengan Visi, Misi dan Strategi Perusahaan Sistem pengukuran kinerja harus dapat memotivasi para manajer dan karyawan agar dapat mengimplementasi strategi unit bisnisnya. Perusahaan yang dapat menerjemahkan strateginya ke dalam sistem pengukuran akan memiliki kemampuan yang lebih baik dalam menjalankan strategi tersebut, sebab mereka telah mengkomunikasikan tujuan dan targetnya kepada para pegawai. Komunikasi ini akan memfokuskan mereka pada pemicu-pemicu kritis, memungkinkan mereka untuk mengarahkan investasi, inisiatif, dan tindakan-tindakan dengan menyempurnakan tujuan-tujuan strategis. Kaplan dan Norton juga mengemukakan tiga prinsip yang memungkinkan Balanced Scorecard organisasi terhubung dengan strategi yaitu: a. Cause and effect relationships Prinsip ini sangat penting bagi BSC karena prinsip inilah yang membedakan BSC dengan konsep-konsep yang lain. Dengan prinsip ini, BSC mampu menjabarkan tujuan dan pengukuran masing-masing perspektif dengan baik dalam satu kesatuan yang padu. Menurut Kaplan dan Norton, hubungan cause dan effect, yaitu suatu hubungan yang dapat diekspresikan melalui kaitan antara pernyataan if-then. Pengembangan BSC yang baik harus dapat menjelaskan rangkaian cerita dari seluruh Strategic Business Unit ( SBU ) dalam hubungan cause dan effect. Melalui model hubungan cause dan effect ini pula, suatu strategi dapat dianimasikan dan dikritisi bersama, baik sebelum, selama 41 dan sesudah dieksekusi. Pengujian terhadap sekumpulan scorecard dapat dilakukan dengan mudah karena tiap relasi dan hubungan kausalitas dapat diuji secara rinci. b. Performance Drivers Sebuah BSC yang baik harus memiliki bauran hasil ( lagging indicators ) yang memadai dan pemicu kinerja ( leading indicators ) yang digunakan oleh SBU. Outcomes ( lagging indicators ) mencerminkan tujuan umum dari berbagai strategi yang dimiliki oleh kebanyakan perusahaan, seperti profitability, market share, customer satisfaction, customer retention, dan employee skills. Sedangkan performance drivers ( leading indicators ) mencerminkan keunikan strategi unit bisnis. Identifikasi performance drivers membantu mengatasi kelemahan dari outcomes measures. Pemahaman mengenai pertumbuhan segmen pasar ( outcomes measures ) akan lebih bermanfaat jika diketahui faktor-faktor yang menyebabkan pergerakannya ( performance drivers ). c. Linkage to Financials Adanya kritik terhadap pengukuran kinerja berbasis laporan keuangan tidak lantas menghasilkan rekomendasi untuk membuang tolok ukur keuangan. Keberhasilan perusahaan dalam pencapaian berbagai tujuan seperti kualitas, kepuasan pelanggan, inovasi dan pemberdayaan karyawan tidak akan memberikan perbaikan terhadap perusahaan apabila hal tersebut hanya dianggap sebagai tujuan akhir. Semua pengukuran yang berkaitan dengan pencapaian tujuan perusahaan harus dikaitkan dengan tujuan keuangan sebagai tujuan akhir. Hal ini seperti dikatakan Kaplan dan 42 Norton : “ Ultimately, causal paths from all the measures on a scorecard should be linked to financial objectives”. Dengan demikian, tolok ukur keuangan dapat digunakan untuk menguji hasil dari performance driver, dalam hal, sejauh mana efektivitasnya dalam memberikan hasil. (Sumber : Yuwono,(2002 :p18)). 2.3.8. Peran Balanced Scorecard Dalam Sistem Manajemen Strategis Pada awalnya, Balanced Scorecard diciptakan untuk mengatasi masalah kelemahan sistem pengukuran kinerja eksekutif yang hanya berfokus pada aspek keuangan, tidak memperhatikan aspek-aspek lain seperti pelanggan, proses bisnis, dll. Aspek keuangan berfokus pada pengukuran kinerja secara tradisional sehingga masih kurang mendapatkan kontribusi penilaian yang baik untuk saat ini, karena untuk ukuran perusahaan saat ini bukan hanya faktor keuangan yang harus dilihat dalam menjalankan strategi perusahaan dalam menentukan target jangka panjang maupun jangka pendek demi kelangsungan hidup perusahaan. Balanced Scorecard dapat mengidentifikasi faktor-faktor yang akan menjadi permasalahan dalm sistem manajemen perusahaan. Cukup dapat berperan dalam perusahaan apabila sistem pengukuran Balanced Scorecard dapat diterapkan dalam manajemen perusahaan. Selanjutnya, Balanced Scorecard mengalami perkembangan dalam implementasinya, tidak hanya sebagai alat pengukur kinerja eksekutif, namun meluas sebagai pendekatan dalam penyusunan rencana strategis. Peran Balanced Scorecard dalam sistem manajemen strategis tergambar secara jelas seperti dalam gambar dibawah ini : 43 PERAN BALANCED SCORECARD Balanced Scorecard Berperan memperluas perspektif yang dicakup dalam mentafsirkan dampak tren perubahan lingkungan makro dan lingkungan industri SISTEM MANAJEMEN STRATEGIS Output Sistem Perumusan Strategi Hasil analisis lingkungan makro dan industri, visi, misi,dll Balanced Scorecard berperan dalam menjadikan komprehensif dan koheren sasaran dan inisiatf strategis yang dihasilkan Sistem Perencanaan Strategis Sasaran strategis, target, inisiatif strategis Balanced Scorecard berperan menjadi program komprehensif yang dihasilkan dari penyusunan program Sistem Program Penyusunan Program Balanced Scorecard berperan menjadi anggaran komprehensif yang dihasilkan dari penyusunan anggaran Sistem Penyusunan Anggaran Anggaran Sistem Implementasi Balanced Scorecard berperan memperluas perspektif kinerja personel yang diukur dan dievaluasi Sistem Pemantauan Pelaksana rencana Umpan balik pelaksaan rencana Gambar 2.6. Peran Balanced Scorecard Dalam Setiap Tahap Sistem Manajemen Strategis Sumber : Mulyadi, Balanced Scorecard (2001 ,p60) Menurut Yuwono(2007,p16), Terdapat empat tahap yang harus dilakukan perusahaan untuk menggunakan Balanced Scorecard yang disebut sebagai empat komponen sistem manajemen strategis yaitu : 44 (1.) Memformulasikan dan mentransformasikan visi dan strategi perusahaan. • Strategi adalah titik tolak atau referensi bagi keseluruhan proses manajemen; • Shared Vision adalah fondasi bagi pembelajaran strategis. (2.) Mengkomunikasikan dan tujuan-tujuan dan tolak ukur strategis. • Seluruh sasaran perusahaan harus selaras dari manajemen tingkat atas sampai individu tingkat bawah; • Pendidikan dan komunikasi yang terbuka tentang strategi adalah basis bagi pemberdaya karyawan; • Sistem kompensasi harus terhubung dengan strategi. (3.) Merencanakan, menyusun target-target, dan menyelaraskan inisiatif-inisiatif strategis. • Stretch targets dibuat dan disetujui; • Inisiatif strategis secara jelas diidentifikasi; • Investasi ditentukan oleh strategi; • Anggaran tahunan dihubungkan ke perencanaan jangka panjang. (4.) Mempertinggi umpan balik dan pembelajaran strategis. • Feedback system digunakan untuk menguji hipotesis dimana strategi didasarkan; • Dibentuk team problem solving; • Pengembangan strategi dilakukan secara berkesinambungan. 45 2.3.9. Menyelaraskan Berbagai Ukuran Scorecard Dengan Strategi Perusahaan Berbagai ukuran pada Balanced Scorecard yang dibangun dengan tepat seharusnya berisikan serangkaian tujuan dan ukuran yang saling berkaitan. Konsisten dan saling mendukung. Analoginya adalah seperti sebuah simulator penerbangan, dan bukan panel piringan instrumen. Seperti simulator, scorecard seharusnya berisi rangkaian hubungan sebab akibat yang kompleks antara berbagai variabel yang penting, termasuk kelebihan (lead), ketertinggalan (lag), dan putaran umpan balik. Setiap ukuran dalam Balanced Scorecard menyajikan suatu aspek dari strategi perusahaan, karena dengan sistem ini manajemen dapat menggunakannya untuk berbagai alternatif pengukuran terhadap hal-hal berikut : 1. Faktor-faktor kritis yang menentukan keberhasilan strategi perusahaan 2. Menunjukan hubungan individu / sub unit bisnis dengan yang dihasilkannya, sebagai akibat dari penetapan pengukuran yang telah dikomunikasikannya. 3. Menunjukkan bagaimana pengukuran nonfinansial mempengaruhi finansial jangka panjang 4. Memberikan gambaran luas tentang perusahaan yang sedang berjalan. Balanced Scorecard mencoba untuk menciptakan suatu gabungan pengukuran strategis, pengukuran finansial dan non-finansial serta pengukuran eksternal dan internal. 46 2.3.10.Hubungan sebab akibat dalam Balanced Scorecard Strategi adalah seperangkat hipotesis mengenai hubungan sebab-akibat. Sistem pengukuran harus membuat hubungan ( hipotesis ) yang ada diberbagai tujuan perusahaan ( dan ukuran ) dalam berbagai perspektif secara jelas sehingga dapat dikelola dan divalidasi. Rantai sebab akibat harus meliputi keempat perspektif Balanced Scorecard. Sebagai contoh, return-on-capital-employed ( ROCE ) mungkin menjadi sebuah ukuran scorecard dalam perspektif finansial. Faktor pendorong ukuran ini dapat berupa pembelian ulang dan penjualan kepada pelanggan yang lebih luas dari yang ada saat ini, sebagai suatu hasil yang terjadi karena tingginya loyalitas para pelanggan tersebut. Loyalitas pelanggan oleh karenanya disertakan dalam scorecard (dalam perspektif pelanggan) karena dapat diharapkan dalam menjadi sesuatu yang mempunyai pengaruh kuat terhadap ROCE. Tetapi bagaimana caranya perusahaan memperoleh pelanggan yang loyal? Analisa preferensi pelanggan mungkin mengungkapkan bahwa penyerahan barang yang tepat waktu dinilai sangat tinggi oleh pelanggan. Dengan penyerahan barang yang tepat waktu diharapkan dapat menghasilkan kinerja financial yang lebih tinggi juga. Dengan demikian, loyalitas pelanggan dan penyerahan barang yang tepat waktu dimasukkan ke dalam perspektif pelanggan Balanced Scorecard. Proses ini kemudian berlanjut dengan mempertanyakan proses internal apakah yang harus dikuasai perusahaan agar dapat menghasilkan kinerja istimewa dari pengiriman barang yang tepat waktu. Untuk mencapai tujuan ini, perusahaan mungkin perlu mengupayakan tercapainya waktu siklus yang pendek dalam berbagai proses operasi dan proses internal yang bermutu tinggi, faktor-faktor yang dapat menjadi 47 ukuran scorecard dalam perspektif internal. Dan bagaimana cara meningkatkan mutu dan mengurangi waktu siklus proses internal perusahaan. Dengan melatih dan meningkatkan keahlian para pekerja operasional, suatu tujuan yang dapat disertakan pada perspektif pembelajaran dan pertumbuhan. Dari gambar berikut, kita dapat melihat bagaimana seluruh rantai hubungan sebab-akibat diciptakan sebagai sebuah faktor vertikal melalui empat perspektif Balanced Scorecard. ROCE FINANSIAL LOYALITAS PELANGGAN PELANGGAN PENYERAHAN TEPAT WAKTU PROSES BISNIS INTERNAL PROSES MUTU PROSES WAKTU SIKLUS KEHILANGAN PEMBELAJARAN DAN PERTUMBUHAN Gambar 2.7. Bagan Hubungan Sebab Akibat Dalam Empat Perspektif Balanced Scorecard Sumber : Robert S Kaplan, David P. Norton(2000, p28) Oleh karena itu, Balanced Scorecard yang baik harus dapat menjelaskan strategi unit bisnis dengan baik pula. Balanced Scorecard harus dapat mengidentifikasi dan menyatakan tahapan hipotesis dengan jelas mengenai hubungan sebab akibat diantara 48 berbagai ukuran hasil dan faktor pendorongnya. Setiap ukuran yang dipilih untuk disertakan dalam Balanced Scorecard harus merupakan unsur dalam sebuah rantai hubungan sebab akibat yang mengkomunikasikan arti dari strategi unit bisnis kepada seluruh perusahaan. 2.3.11. Keunggulan Balanced Scorecard dibandingkan pesaingnya Sesuai artikel Harvard Business Review (1996) sebagaimana yang dikutip oleh J.Sofian dalam blognya http://jsofian.wordpress.com/2006/07/19/berkenalan-denganbalanced-scorecard-bsc/, yang berjudul “ Using Balanced Scorecard as a strategic management system “, Terobosan konsep Balanced Scorecard menyebar dengan cepat melalui seminar, artikel manajemen, akademis dan jurnal ekonomi seluruh dunia. Keunggulan Balanced Scorecard menurut J.Sofian (2006) sesuai dengan blognya dibandingkan dengan metode pengukuran lainnya adalah sebagai berikut : a. Komprehensif Sebelum konsep Balanced Scorecard lahir, perusahaan beranggapan bahwa perspektif keuangan adalah perspektif yang paling tepat untuk mengukur kinerja perusahaan. Setelah Balanced Scorecard berhasil diterapkan, para eksekutif perusahaan baru menyadari bahwa perspektif keuangan sesungguhnya merupakan hasil dari tiga perspektif lainnya yaitu customer, internal business process, dan growth & learning. Pengukuran yang lebih holistik, luas dan menyeluruh ( komprehensif ) ini berdampak bagi perusahaan untuk lebih bijak dalam memilih strategi korporat dan memampukan perusahaan untuk memasuki arena bisnis yang kompleks. b. Koheren 49 Di dalam Balanced Scorecard dikenal dengan istilah hubungan sebab akibat ( causal relationship ). Setiap perspektif ( financial, customer, internal business process, dan learning & growth ) mempunyai suatu sasaran strategik yaitu keadaan atau kondisi yang akan diwujudkan di masa yang akan datang yang merupakan penjabaran dari tujuan perusahaan. Sasaran strategik untuk setiap perspektif harus dapat dijelaskan hubungan sebab akibatnya, sebagai contoh pertumbuhan Return On Invesment ( ROI ) ditentukan oleh meningkatnya kualitas pelayanan kepada customer, pelayanan kepada kepada customer bisa ditingkatkan karena perusahaan menerapkan teknologi informasi yang tepat guna dan keberhasilan penerapan teknologi informasi didukung oleh kompetensi dan komitmen dari karyawan. Hubungan sebab akibat ini disebut koheren, jika disimpulkan, maka sasaran strategis yang terjadi di perusahaan harus dapat dijelaskan. Sebagai contoh, Mengapa loyalitas customer menurun ? Mengapa produk perusahaan menurun ? Mengapa komitmen karyawan menurun ? dan berbagai pertanyaan lainnya. Gambaran koheren dapat dilihat dibawah ini : Gambar 2.8. Gambaran Koheren dari Balanced Scorecard Sumber : J.Sofian (http://jsofian.wordpress.com/2006/07/19/) 50 c. Seimbang Keseimbangan sasaran strategis yang dihasilkan dalam empat perspektif meliputi sasaran jangka pendek dan sasaran jangka panjang yang berfokus pada faktor internal dan eksternal. Keseimbangan dalam Balanced Scorecard juga tercermin dengan selarasnya Scorecard perusahaan sehingga setiap karyawan yang ada di dalam perusahaan bertanggungjawab untuk memajukan perusahaan. d. Terukur Dasar pemikiran bahwa setiap perspektif dapat diukur adalah adanya keyakinan bahwa “ If we can measure it, we can manage it, if we can manage it, we can achieve it”. Sasaran strategis yang sulit diukur dan diwujudkan seperti pada perspektif customer, Internal Business Process serta Learning & Growth dapat diukur dan dikelola dengan menggunakan Balanced Scorecard. 2.3.12.Perspektif-perspektif dalam Balanced Scorecard Balanced Scorecard menyarankan bahwa kita melihat perusahaan dari empat perspektif, dan untuk mengembangkan sistem metriks, mengumpulkan data dan menganalisisnya relatif terhadap setiap dari perspektif berikut ( dengan Objectives, Measures, Targets, Initiatives ) : 2.3.12.1. Perspektif Financial ( Keuangan ) “To succeed financially, how should we appear to our shareholders ?” 51 Secara tradisional, laporan keuangan merupakan indikator history-aggregative yang merefleksikan akibat dari implementasi dan eksekusi strategi dalam satu periode keuangan. Pengukuran kinerja keuangan akan menunjukkan apakah perencanaan dan pelaksanaan strategi memberikan perbaikan yang mendasar bagi keuntungan perusahaan. Perbaikan-perbaikan ini tercermin dalam sasaran-sasaran yang secara khusus berhubungan dengan keuntungan yang terukur, pertumbuhan usaha, dan nilai pemegang saham. Kaplan dan Norton tidak mengabaikan kebutuhan tradisional terhadap data finansial. Data pembiayaan yang akurat dan tepat waktu akan selalu menjadi prioritas, dan para manajer akan melakukan hal apapun yang perlu untuk menyediakannya. Sebenarnya, seringkali terdapat hal lain yang lebih dibandingkan hanya mengatur dan memproses data finansial. Dengan implementasi database perusahaan, hal yang diharapkan adalah bahwa lebih banyak pemrosesan dapat disentralisasikan dan diotomatisasikan. Namun intinya adalah bahwa penekanan saat ini pada ukuran utama finansial terhadap situasi “tidak seimbang” dengan memandang terhadap perspektif lain. Mungkin terdapat sebuah kebutuhan untuk mengikutkan data tambahan yang berkaitan dengan finansial, seperti contoh penilaian resiko dan data keuntungan-biaya. Ketika pengembangan perspektif finansial Balanced Scorecard dimulai, para eksekutif unit bisnis harus menentukan ukuran finansial yang sesuai untuk strategi mereka. Tujuan dan ukuran finansial harus memainkan peran ganda, menentukan kinerja finansial yang diharapkan dari strategi, dan menjadi sasaran akhir tujuan dan ukuran perspektif scorecard lainnya. 52 2.3.12.2. Definisi Finance dan Ukurannya Menurut The Sage’s English Dictionary and Thesaurus, dan Wordweb Dictionary and Thesaurus, Finance [ kata benda ] adalah : - The commercial activity of providing funds and capital ( Aktivitas komersial yang melibatkan penyediaan dana dan modal ) - The branch of economics that studies the management of money and other assets ( Cabang dari ilmu ekonomi yang mempelajari manajemen uang dan aset lainnya ) - The management of money and credit and banking and investments ( Manajemen tentang uang dan kredit dan perbankan dan investasi ) [ Kata kerja ] - Obtain or provide money for ( Memperoleh atau memberikan / menyediakan uang untuk ) - Sell or provide on credit ( Menjual atau memberikan kredit ) Kesimpulannya adalah kegiatan atau aktivitas yang melibatkan atau berhubungan dengan manajemen tentang uang dan aset lainnya ( termasuk didalamnya memberikan, menyediakan,meminjamkan, menyetorkan, memperoleh, menjual, membeli uang atau aset. 53 2.3.12.3. Ukuran Finansial dan Tahapan Perusahaan Bertumbuh Perspektif finansial menjawab pertanyaan tentang bagaimana para pemegang saham melihat perusahaan dan sasaran finansial yang diinginkan dari sudut pandang para pemegang saham. Sasaran spesifik tergantung pada tingkatan / tahapan perusahaan dalam siklus hidup bisnis. Tabel berikut ini memetakan beberapa contoh dari ukuran finansial : Tabel 2.2. Gambaran tiga tahap finansial perusahaan Objective Specific Measure Growth Revenue growth ( pertumbuhan pendatapan ) Profitability Return on equity ( Tingkat pengembalian modal ) Cost leadership Unit cost ( Biaya unit ) Sumber : www.netmba.com/accounting/mgmt/balanced-scorecard 2.3.12.4.Rasio-Rasio Keuangan ( Financial ) Menurut http://www.netmba.com/finance/financial/ratios , http://cpclass.com/fsa/ratio01a.htm/, dan http://en.wikipedia.org/wiki/Financial_ratio, Rasio keuangan adalah indikator yang berguna untuk melihat kinerja perusahaan dan situasi finansial perusahaan. Sebagian besar rasio dapat dihitung dari informasi yang diberikan oleh laporan keuangan ( financial statements ). Rasio finansial dapat digunakan untuk menganalisis trend dan membandingkan keadaan finansial suatu perusahaan dengan perusahaan lain. Dalam hal ini, penulis hanya akan mengambil rasio likuiditas, safety, profitabilitas, dan efisiensi. 54 Berikut adalah penjelasan dari rasio-rasio keuangan ( financial ratios ) yang digunakan : 1. Rasio Likuiditas Likuiditas mengukur kemampuan perusahaan untuk membayar hutangnya saat jatuh tempo. a.) Current Ratio atau sering disebut juga Working Capital Ratio Pengukuran Current Ratio adalah pengukuran rasio arus kas, dengan tujuan untuk mengetahui seberapa mampu sebuah perusahaan dalam membayar hutang lancar perusahaan dengan menggunakan aset lancarnya saja. Current Ratio juga sering disebut working capital ratio. Sebuah aturan tak tertulis untuk rasio yang baik adalah dua banding satu (2:1). Dan kualitas aktual dan manajemen aset juga harus dipertimbangkan. ( Beberapa industri menetapkan lebih tinggi ) Rumusnya adalah : Total Current Assets _____________________ Total Current Liabilities b.) Quick Ratio atau Acid Test Ratio Pengukuran Quick Ratio berfokus pada likuiditas langsung ( yaitu : cash, accounts receivable ) namun secara khusus mengabaikan inventory. Juga sering disebut Acid Test Ratio, yang mengindikasikan sejauh mana perusahaan dapat membayar Current Liabilities tanpa bergantung pada penjualan inventory. Quick Asset sangatlah liquid dan dapat ditukar langsung menjadi cash. Rasio yang baik adalah satu banding satu (1:1). 55 Rumusnya adalah : Cash + Accounts Receivable ( + any other quick assets ) _____________________ Current Liabilities 2. Rasio Safety Safety mengindikasikan kerentanan perusahaan terhadap resiko bisnis yang dihadapinya, yaitu, sejauh mana tingkat proteksi yang disediakan untuk mengembalikan utang perusahaan. a.) Debt to Equity Pengukuran Debt to Equity adalah pengukuran rasio modal dengan utang, atau disebut juga perbandingan utang terhadap net worth. Rasio ini meng-quantify hubungan antara modal yang diinvestasikan oleh pemilik perusahaan dan para investor, dengan dana yang disediakan oleh kreditor. Dengan rasio yang semakin tinggi, semakin besar pula resiko yang ditanggung oleh kreditor. Sebaliknya, dengan rasio yang lebih rendah berarti perusahaan memiliki kondisi finansial yang lebih stabil dan memiliki posisi yang lebih baik untuk meminjam saat ini dan dimasa yang akan datang. Rumusnya adalah : Total Liabilities ( Debt ) _____________________ Net Worth ( Total Equity ) 56 b.) EBIT / Interest Pengukuran EBIT / Interest : Rasio ini menilai kemampuan perusahaan untuk membayar bunga utang yang jatuh tempo. Rasio ini juga mengevaluasi kemampuan perusahaan untuk mengambil utang lebih banyak. Semakin tinggi rasionya, semakin kuat kemampuan perusahaan untuk memenuhi pembayaran bunga yang jatuh tempo atau mungkin mengambil hutang lebih banyak. Rumusnya adalah : Earnings Before Interest & Taxes ( EBIT ) ________________________ Interest Charges ( Interest ) 3. Rasio Profitabilitas Rasio profitabilitas mengukur kemampuan perusahaan untuk memberikan return berdasarkan sumber daya perusahaan. Penggunaan keempat rasio berikut akan menolong perusahaan menjawab pertanyaan berikut : “Apakah perusahaan telah menguntungkan sebagaimana yang diharapkan ?”. Sebuah peningkatan dalam rasio dapat dilihat sebagai tren yang positif. a.) Gross Profit Margin 57 Ukuran ini mengindikasikan seberapa baik perusahaan dapat menghasilkan return pada tingkatan Gross Profit ( Laba kotor ). Marjin ini melibatkan tiga area – inventory control, pricing, dan production efficiency. Rumusnya adalah : Gross Profit ____________ Total Sales b.) Net Profit Margin Ukuran ini menunjukkan seberapa banyak profit bersih ( net profit ) yang didapat dari setiap rupiah dibandingkan dengan total penjualan ( total sales ). Marjin ini mengindikasikan seberapa baik perusahaan mengelola biaya / beban operasional. Marjin ini juga menunjukkan apakah perusahaan memperoleh volume penjualan yang cukup untuk menutup biaya tetap minimumnya dan tetap memperoleh profit yang memadai. Rumusnya adalah : Net Profit ____________ Total Sales c.) Return on Asset Ukuran ini mengevaluasi seberapa efektif perusahaan menjalankan asetnya untuk memperoleh return. ROI juga menunjukkan efisiensi perusahaan dalam mengelola asset. Rumusnya adalah : 58 Net Profit Before Taxes _____________________ Total Assets d.) Return on Equity / Return on Investment Ukuran ini menentukan tingkat pengembalian dari modal yang diinvestasikan. Rasio ini digunakan untuk membandingkan investasi dalam perusahaan terhadap kesempatan investasi lainnya, seperti stocks, real estate, tabungan, dan lain-lain. Ada hubungan langsung antara ROI dengan risk ( semakin tinggi resiko, semakin tinggi kemungkinan return ) Rumusnya adalah : Net Profit Before Taxes _____________________ Net Worth ( Total Equity ) 4. Rasio Efisiensi a.) Accounts Receivable Turnover Rasio ini menunjukkan seberapa banyak dalam satu periode akuntansi perusahaan menerima ulang piutang ( Account Receivable ) nya. Semakin besar angkanya dan jika cash flow perusahaan baik, mengindikasikan bahwa perusahaan memiliki rasio keuangan yang baik. ( VAT sebesar 10% ) Rumusnya adalah : Net Sales ___________________ Accounts Receivable without VAT 59 b.) Days of Account Receivable Rasio ini menunjukkan berapa hari yang diperlukan dalam menerima piutang. Perusahaan dapat kehilangan keuntungan dalam cash yang berharga bila tidak menerima piutang dengan tepat waktu. Rumusnya adalah : 365 days _____________________ Accounts Receivable Turnover c.) Inventory Turnover Rasio ini menunjukkan berapa banyak dalam satu periode akuntansi perusahaan turnover ( menjual ) inventarisnya dan penting untuk mengetahui jika terjadi understocking, over-stocking, obsolescence ( keadaan tidak digunakan lagi ) dan kebutuhan untuk perbaikan merchandise. Turnover yang lebih cepat secara umum dilihat sebagai sebuah tren positif, karena peningkatan ini meningkatkan cash flow dan mengurangi beban gudang dan biaya yang berkaitan lainnya. Rumusnya adalah : Cost of Goods Sold ________________ Inventory d.) Sales to Total Assets Rasio ini menunjukkan seberapa efektif perusahaan menghasilkan penjualan ( sales ) dalam setiap rupiah asetnya. Sebuah indikator volume yang baik, rasio ini mengukur kemampuan perusahaan mengelola aset untuk menghasilkan penjualan ; 60 Rumus Sales to Total Assets adalah : TotalSales _____________ Total Assets e.) Sales to Net Worth Rasio ini menunjukkan berapa banyak rupiah yang dihasilkan dari setiap rupiah yang diinvestasikan ( net worth ) Rumusnya adalah : Total Sales ____________ Net Worth ( Total Equity ) f.) Debt Coverage Ratio Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi obligasi hutang dan kapasitas perusahaan untuk menanggung hutang tambahan tanpa mengganggu kemampuan bertahan hidup perusahaan. Rumusnya adalah : Net Profit + Any Non-Cash Expenses __________________________ Principal on Debt 2.3.12.5. Tiga Tahapan Pertumbuhan Finansial Perusahaan Detil tiga tahapan yang dilalui perusahaan : • Tahap Growth [ Bertumbuh ] Perusahaan yang sedang bertumbuh berada pada awal siklus hidup perusahaan. Mereka menghasilkan produk dan jasa yang memiliki potensi pertumbuhan. Untuk 61 memanfaatkan potensi ini, mereka harus melibatkan sumber daya yang cukup banyak untuk mengembangkan dan meningkatkan berbagai produk dan jasa baru; membangun dan memperluas fasilitas produksi; membangun kemampuan operasi, menanamkan investasi dalam sistem infrastruktur dan jaringan distribusi. Ciri-ciri : Perusahaan beroperasi dengan arus kas ( cash flow ) yang negatif, pengembalian modal investasi yang rendah. - Tujuan adalah Growth, contohnya adalah persentase ( tingkat ) pertumbuhan pendapatan ( revenue growth ) dan tingkat pertumbuhan penjualan ( sales growth ) di berbagai pasar sasaran. • Tahap Sustain [ Bertahan ] Perusahaan yang sedang bertahan masih memiliki daya tarik unit bisnis bagi penanaman investasi dan investasi ulang, dan masih diharapkan untuk menghasilkan pengembalian modal yang tinggi. Selain itu, unit bisnis diharapkan mampu mempertahankan pangsa pasar yang dimiliki dan secara bertahap tumbuh tahun demi tahun. Ciri-ciri : Perusahaan akan lebih mengatasi berbagai kemacetan, perluasan kapasitas dan peningkatan aktivitas perbankan yang berkelanjutan. - Tujuan adalah Sustain, menetapkan tujuan finansial yang terkait dengan profitabilitas. ( contoh : ROE- Return on Equity, ROCE- Return on Capital Employed, dan EVA- Economic Value Added ) • Tahap Harvest [ Menuai ] Perusahaan yang akan mencapai tahap kedewasaan dalam siklus hidupnya, ingin “menuai” investasi yang dibuat pada dua tahap sebelumnya. Bisnis tidak lagi 62 membutuhkan investasi yang besar – cukup untuk pemeliharaan peralatan dan kapabilitas, bukan perluasan atau pembangunan berbagai kapabilitas yang baru. Ciri-ciri : Perusahaan memiliki berbagai proyek investasi yang periode pengembalian investasinya definitif dan singkat. - Tujuan adalah Harvest, mengendalikan arus kas operasional ( sebelum depresiasi ) dan penghematan berbagai kebutuhan modal kerja ( serta pengurangan dalam persyaratan modal ). 2.3.12.6. Tema Strategis Perspektif Finansial Tiga tema finansial utama yang mendorong penetapan strategi bisnis yaitu : Tabel 2.3.Contoh Perancangan Tema Keuangan Strategis Tema Strategis Pertumbuhan Bertahan Menuai Strategi Unit Bisnis Bauran dan Pertumbuhan Pendapatan Penghematan Biaya / Peningkatan Produktivitas Pemanfaatan Aktiva Investasi ( persentase Tingkat pertumbuhan penjualan penjualan ); Riset segmen; Persentase pendapatan Pendapatan / Pekerja dan pengembangan produk, jasa, pelanggan baru ( persentase penjualan ) Rasio modal kerja Biaya perusahaan sendiri Pangsa pelanggan dan sasaran; ( siklus kas ke kas ); vs. kompetitor; Tingkat Penjualan silang ( cross‐selling); ROCE berdasarkan penghematan biaya; Beban Persentase pendapatan dari kategori aktiva tak langsung ( persentase aplikasi baru, Profitabilitas lini kunci; Tingkat penjualan ) pelanggan dan produk pemanfaatan aktiva Pengembalian Profitabilitas lini pelanggan dan Biaya unit ( per unit ( payback ); produk; Persentase pelanggan output, per transaksi ) Throughput yang tidak menguntungkan Sumber : Robert S Kaplan, David P. Norton(2000, p28) ¾ Strategi Bauran dan Pertumbuhan Pendapatan Bauran dan pertumbuhan pendapatan mengacu kepada berbagai usaha untuk memperluas penawaran produk dan jasa, menjangkau pelanggan dan pasar baru, 63 mengubah bauran produk dan jasa ke arah penciptaaan nilai tambah yang lebih tinggi, serta penetapan ulang harga produk dan jasa. Contoh penerapan strategi Bauran dan Pertumbuhan Pendapatan antara lain : - Produk Baru [ biasanya dilakukan unit bisnis yang berada pada tahap pertumbuhan, ekspansi lini produk, penawaran produk dan jasa yang sepenuhnya baru ]; Ukuran : % Pendapatan Produk / Jasa Baru. - Aplikasi Baru [ biasanya dilakukan unit bisnis yang sedang bertahan, khususnya perusahaan yang bergerak dalam bidang farmasi dan pertanian dimana siklus pengembangan produknya panjang, aplikasi baru dari produk yang ada – aplikasinya ditingkatkan dan diperbaiki tanpa mengubah dasar pembuatan / rumus dasar kimianya misalnya ]; Ukuran : %Penjualan Aplikasi Baru. - Pelanggan dan Pasar Baru [ Menawarkan produk dan jasa yang ada saat ini kepada pelanggan dan pasar yang baru ]; Ukuran : % Pendapatan yang dihasilkan dari pelanggan, segmen pasar, dan wilayah geografis yang baru. - Hubungan Baru [ Menciptakan sinergi baru antar berbagai Unit Bisnis Strategis Perusahaan yang berbeda ( berlaku untuk perusahaan yang memiliki banyak Unit Bisnis ), saling bekerja sama dalam pengembangan produk atau penjualan proyek baru kepada pelanggan ]; Ukuran : %Pendapatan yang dihasilkan dari Sinergi antar Unit Bisnis yang baru. - Bauran Produk dan Jasa Baru [ Menciptakan bauran / kombinasi produk dan jasa yang baru ( berlaku untuk perusahaan yang memiliki banyak / kombinasi 64 produk dan jasa )]; Ukuran : %Peningkatan Pendapatan dari Bauran Produk dan Jasa yang baru. - Penetapan Harga Baru [ biasanya dilakukan pada unit bisnis yang sudah mencapai tahap dewasa, atau di tahap menuai, dilakukan dengan cara menaikkan harga produk, jasa, dan jumlah pelanggan ]; Ukuran : %Profitabilitas Pendapatan dari Penetapan Harga Baru ¾ Penghematan Biaya / Peningkatan Produktivitas Cara lain selain menetapkan tujuan bauran pertumbuhan dan pendapatan, perusahaan dapat meningkatkan kinerja melalui minimalisasi biaya dan peningkatan produktivitas. Contoh penerapan strategi Penghematan Biaya / Peningkatan Produktivitas antara lain : - Meningkatkan Produktivitas Pendapatan [ dilakukan pada perusahaan selain dalam tahap pertumbuhan, dengan cara proses otomatisasi dan standarisasi produk, meningkatkan pendapatan per pekerja ] - Mengurangi Biaya Satuan [ dilakukan oleh perusahaan pada tahap bertahan, Ukurannya : Rasio profitabilitas dan ROI yang lebih tinggi - Meningkatkan Bauran Saluran [ Saluran perusahaan untuk melaksanakan transaksi dengan pelanggan, contoh : meningkatkan jumlah mesin ATM untuk perusahaan Bank dalam meningkatkan bauran saluran dengan pelanggan ]. 65 - Mengurangi Biaya Operasional [ Melakukan penghematan terhadap biaya penjualan, umum, dan administrative. Ukuran : Total dari tiga biaya tersebut dibandingkan dengan biaya total dan pendapatan ] ¾ Pemanfaatan Aktiva / Strategi Investasi Strategi ini memanfaatkan aktiva dengan seefektif dan sefisien mungkin, dengan ukuran, ROCE, tingkat pengembalian investasi ( ROI ), dan lain-lain. Beberapanya adalah : - Siklus Kas ke Kas ( Cash to Cash Cycle ) Gambar 2.9. Siklus Kas ke Kas ( Cash to Cash Cycle ) Sumber : Kaplan, Norton (2000,p68) - Peningkatan Pemanfaatan Aktiva ( dengan investasi pada efektivitas investasi modal, dan produktivitas proyek investasi ). 2.3.13. Perspektif Customer ( Pelanggan ) “To achieve our vision, how should we appear to customer ?” 66 Filosofi manajemen terkini ini telah memperlihatkan sebuah kesadaran yang meningkat akan pentingnya fokus terhadap pelanggan ( customer focus ) dan kepuasan pelanggan ( customer satisfaction ) dalam bisnis apapun. Indikator utamanya adalah : Jika pelanggan tidak puas, mereka pada akhirnya akan mencari pemasok / produsen lain yang akan memenuhi atau ‘lebih sesuai’ dengan kebutuhan mereka. Kinerja yang buruk dari perspektif ini akan berdampak pada salah satu indikator utama pelanggan yaitu penurunan jumlah pelanggan di masa depan, meskipun gambaran finansial ( kinerja finansial ) saat ini mungkin terlihat baik. Dalam mengembangkan metriks untuk kepuasan pelanggan, para pelanggan seharusnya dianalisis dalam kaitannya terhadap jenis-jenis pelanggan dan jenis-jenis proses yang mana kita menyediakan sebuah produk atau jasa terhadap kelompok pelanggan tersebut. Hal pertama yang harus dilakukan adalah segmentasi pasar ( menentukan segmen pasar pelanggan yang akan dituju perusahaan ). Setelah itu, barulah menentukan berbagai ukuran dan menyesuaikannya terhadap strategi perusahaan. 2.3.13.1. Definisi Pelanggan Menurut The Sage’s English Dictionary and Thesaurus, dan Wordweb Dictionary and Thesaurus, Customer ( kata benda ) adalah : - Someone who pays for goods or services ( seseorang yang membayar untuk barang atau jasa ), dengan sinonim katanya adalah client 67 Menurut The Sage’s English Dictionary and Thesaurus, dan Wordweb Dictionary and Thesaurus, Consumer ( kata benda ) adalah : - A person who uses goods or services ( seseorang yang menggunakan barang atau jasa ) Kesimpulannya, pelanggan ( customer ) berbeda dengan konsumen ( consumer ). Seorang konsumen belum tentu seorang customer. Namun, seorang customer dapat hampir dipastikan adalah seorang konsumen ( consumer ). Pelanggan adalah pihak yang sangat penting bagi perusahaan, hal tersebut sesuai dengan pengutaraan bahwa pelanggan adalah seseorang atau badan usaha yang secara berulang kali datang ke tempat yang sama untuk memenuhi keinginannya dan mampu memberikan pengaruh bagi kinerja perusahaan. Menurut Irawan (2002, p3), “ Pelanggan atau langganan merujuk pada individu atau rumah tangga yang membeli barang atau jasa yang dihasilkan”. Secara spesifik, kata ini sering pula diartikan sebagai seseorang yang terbiasa untuk membeli barang pada suatu toko tertentu. Selain itu pelanggan tidak terbatas hanya pada individu saja, melainkan dapat pula sebuah badan usaha ( perusahaan manufaktur, jasa, ecommerce ), lembaga sosial, atau institut pendidikan. Kebutuhan pelanggan dapat berupa barang atau jasa yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan tertentu. Pelanggan memiliki kebutuhan yang berbeda tingkatannya dan pengharapan pelanggan biasanya dipengaruhi oleh nilai-nilai budaya, iklan, 68 pemasaran, serta bentuk komunikasi lain, baik dari pemasok maupun sumber-sumber lainnya. 2.3.13.2. Kepuasan Pelanggan Mengutip dari Irawan (2002,p3), “Kepuasan adalah respon dari konsumen bahwa produk atau pelayanan telah memberikan tingkat kenikmatan dimana tingkat pemenuhan ini bisa lebih atau kurang”. Kepuasan terjadi ketika pelanggan merasa mendapatkan nilai dari pemasok, produsen atau penyedia jasa. Nilai ini bisa berasal dari produk, pelayanan, sistem atau sesuatu yang bersifat emosi. Jika pelanggan mengatakan bahwa nilai adalah produk yang berkualiatas, maka kepuasan terjadi jika pelanggan mendapatkan produk yang berkualitas. Jika nilai dari pelanggan adalah harga yang murah, maka pelanggan akan puas kepada produsen yang memberikan harga yang paling kompetitif. Indikasi baik tidaknya perusahaan di mata pelanggan adalah melalui kepuasan. Jika kinerja produk kurang dari yang diharapkan, pembelinya tidak puas. Demikian pula sebaliknya, pelanggan akan puas apabila kinerja produk lebih dari harapan yang ada di benak pelanggan. Dalam arti lain, kepuasan pelanggan dapat terpenuhi bila perusahaan dapat menyediakan produk atau jasa yang sesuai, bahkan melebihi kebutuhan dan keinginan pelanggan. Salah satunya yaitu melalui Relationship Marketing yang tidak hanya mengutamakan pada bagaimana menciptakan penjualan saja tetapi bagaimana 69 mempertahankan pelanggan dengan dasar hubungan kerjasama dan kepercayaan supaya tercipta kepuasan pelanggan yang maksimal dan pemasaran yang berkelanjutan. Menurut Lovelock dan Wright (2002, p87), “Customer satisfaction is a shortterm emotional reaction to a specific service performance.” Artinya adalah kepuasan pelanggan merupakan reaksi emosi jangka pendek atau sebuah kinerja layanan khusus yang dirasakan pelanggan. 2.3.13.3. Manfaat Kepuasan Pelanggan Ketika perusahaan dapat memenuhi kepuasan yang ada pada pelanggan, maka otomatis perusahaan akan mampu mendapatkan dampak ( impact ). Satu dari setiap empat pembelian menghasilkan kekecewaan konsumen, tetapi kurang dari 5 persen pelanggan yang kecewa mau melaporkan kekecewaan mereka. Akibatnya, perusahaan kehilangan pelanggan, yang seharusnya tidak perlu terjadi. Menurut Irawan (2002, p9) terdapat tiga manfaat kepuasan pelanggan, yaitu : 1. Pelanggan yang puas akan siap membayar dengan harga yang lebih tinggi. 2. Pelanggan yang puas akan membeli lebih banyak lagi. 3. Dengan memiliki banyak pelanggan yang puas, maka biaya operasional akan jauh lebih efektif. Loyalitas pelanggan merupakan kekuatan perusahaan dalam menciptakan barrier to new entrants ( menghalangi para pemain baru masuk ). Dalam rangka 70 menciptakan kesetiaan pelanggan maka perusahaan harus berpikir untuk dapat menciptakan kepuasan pelanggan terlebih dahulu. 2.3.13.4. Nilai Pelanggan Konsumen membeli dari perusahaan yang dipercaya oleh mereka akan menawarkan nilai yang tertinggi bagi mereka ( pelanggan ). Mengutip dari Kotler (2001, p297), “ A value for customer is a differences between total value for customer and total value offered by company”. Nilai bagi pelanggan terhadap penawaran perusahaan ( dalam arti singkat adalah laba bagi pelanggan ). Perusahaan menjumlahkan semua nilai dari empat sumber Product, Service, Personnel, dan Image untuk ditawarkan kepada pelanggan. Di sisi pelanggan, biaya total yang dikeluarkan mencakup biaya, waktu, energi dan psikis. Selisih antara pengurangan biaya total pelanggan dan nilai perusahaan itulah yang menjadi nilai bagi pelanggan. 71 Nilai Produk Nilai Jasa Nilai Personal Nilai Citra Nilai Pelanggan Total Nilai Bagi Pelanggan Biaya Pelanggan Total Biaya Moneter Biaya Waktu Biaya Energi Biaya Psikis Gambar 2.10. Nilai Bagi Pelanggan Sumber : Kotler ( 2001, p296 ) 2.3.13.5. Ukuran Pelanggan Kunci pengukuran perspektif pelanggan scorecard harus menerjemahkan misi dan strategi perusahaan ke dalam tujuan yang spesifik yang berkenaan dengan pelanggan dan segmen untuk dikomunikasikan ke seluruh perusahaan.Balanced Scorecard sebagai suatu deskripsi strategi perusahaan harus mengidentifikasi setiap tujuan pelanggan dalam semua segmen pelanggan. 72 Gambar 2.11. Perspektif Pelanggan – Ukuran Utama Sumber : Kaplan, Norton (2000,p118) Berikut adalah penjelasan dari berbagai ukuran utama pelanggan tersebut : Tabel 2.4. Deskripsi Ukuran Utama Pelanggan Pangsa Pasar Akuisisi Pelanggan Kepuasan Pelanggan Profitabilitas Pelanggan Menggambarkan proporsi bisnis yang dijual oleh sebuah unit bisnis di pasar tertentu ( dalam bentuk jumlah pelanggan, uang yang dibelanjakan, atau volume satuan yang terjual ) Mengukur dalam bentuk relatif atau absolut, keberhasilan unit bisnis menarik atau memenangkan pelanggan atau bisnis baru. Menilai tingkat kepuasan atas kriteria kinerja tertentu di dalam proposisi nilai. Mengukur keuntungan bersih yang diperoleh dari pelanggan atau segmen tertentu setelah menghitung berbagai pengeluaran yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan pelanggan tersebut. Sumber : Kaplan, Norton (2000,p118) 73 a. ) Pangsa pasar [ Market Share ] Mengukur pangsa pasar dapat segera dilakukan jika kelompok pelanggan sasaran atau segmen pasar sudah ditentukan. Sumber publik seperti data dari kelompok industri, asosiasi perdagangan, data statistik pemerintah, dan sumber publik lainnya dapat memberikan estimasi ukuran pasar secara keseluruhan. b. ) Retensi pelanggan [ Customer Retention ] Retensi pelanggan berarti loyalitas pelanggan terhadap satu produk atau jasa tertentu, diukur dengan melakukan identifikasi seluruh pelanggan secara langsung [ ukuran dari periode satu ke periode berikutnya ] c. ) Akuisisi pelanggan [ Customer Acquisition ] Akuisisi pelanggan berarti meningkatkan jumlah basis pelanggan baru dalam segmen sasaran. Ukuran akuisisi pelanggan adalah banyaknya jumlah pelanggan baru atau jumlah penjualan kepada pelanggan baru di segmen yang ada. d. ) Kepuasan pelanggan [ Customer Satisfaction ] Kepuasan pelanggan berarti pelanggan yang puas setelah menggunakan produk atau jasa yang diberikan oleh perusahaan, dan faktor pendorong retensi dan akuisisi pelanggan. Ukuran kepuasan pelanggan memberikanbumpan balik mengenai seberapa baik perusahaan melaksanakan bisnis. Riset baru-baru ini menunjukkan bahwa sekedar memenuhi kepuasan pelanggan tidaklah cukup untuk mendapatkan loyalitas, retensi, atau profitabilitas yang tinggi. Hanya jika pelanggan menilai 74 pengalaman pembeliannya sebagai pengalaman yang sangat memuaskan, pelanggan mau melakukan pembelian ulang. e. ) Profitabilitas pelanggan [ Customer Profitability ] Selain keempat ukuran pelanggan utama, penting untuk memperoleh data mengenai profitabilitas pelanggan yang dimiliki perusahaan. Selain loyal, tentu saja perusahaan membutuhkan pelanggan yang menguntungkan, dan lebih dari sekedar memuaskan pelanggan, namun juga memberikan keuntungan kepada perusahaan. Tabel 2.5. Profitabilitas Pelanggan dan Segmen Sasaran Pelanggan Segmen Sasaran Bukan Segmen Sasaran Menguntungkan Tidak Menguntungkan Pertahankan Ubah Pantau Hapuskan Sumber : Kaplan, Norton (2000,p120) Selain ukuran-ukuran diatas, terdapat proposisi nilai pelanggan yang mencakup : - Atribut Produk / Jasa Atribut produk dan jasa mencakup fungsionalitas produk atau jasa, harga, dan mutu. Mutu atau Kualitas dalam bisnis dan manufaktur ( http://en.wikipedia.org/wiki/Quality_(business ) memiliki interpretasi non-inferiority atau superiority tentang suatu produk/jasa. Kualitas adalah berkaitan dengan perasaan, kondisi dan kurang lebih atribut yang subyektif dan mungkin dimengerti dengan berbeda oleh orang yang berbeda. Pengguna produk/jasa mungkin berfokus pada spesifikasi dari kualitas produk/jasa, atau bagaimana produk atau jasa dibandingkan dengan kompetitornya dalam pasar. Para produsen mungkin mengukur kualitas 75 konformans, atau tingkatan dimana produk atau jasa diproduksi dengan baik dan benar. Beberapa definisi ilmiah lainnya antara lain adalah : 1. Menurut ISO 9000, kualitas adalah “Tingkatan dimana sekelompok karakteristik yang melekat pada suatu produk/jasa memenuhi persyaratan.” Standard mendefinisikan persyaratan sebagai sebuah kebutuhan atau harapan 2. Menurut Six Sigma, kualitas adalah “Jumlah defects-cacat produk per juta kesempatan Kualitas di mata pelanggan seperti tercantum dalam http://en.wikipedia.org/wiki/Quality (business) adalah didefiniskan oleh pelanggan ( customer ) atau end user berdasarkan evaluasi orang tersebut atau pengalaman customer tersebut. Pengalaman pelanggan adalah kumpulan dari poin-poin penting mengenai produk dan jasa perusahaan ( kombinasi ), yaitu bagaimana produk atau jasa tersebut dijual, dikirim ( diantarkan ), dipakai ( kinerja produk tersebut ), dan seberapa baik produk atau jasa itu didukung oleh perusahaan ( layanan setelah pembelian ), dll. - Hubungan Pelanggan Dimensi hubungan konsumen mencakup penyampaian produk / jasa kepada pelanggan, yang meliputi dimensi waktu tanggap dan penyerahan, serta bagaimana perasaan pelanggan setelah membeli produk / jasa dari perusahaan yang bersangkutan. - Citra dan Reputasi Dimensi citra dan reputasi menggambarkan faktor-faktor tak berwujud yang membuat pelanggan tertarik kepada suatu perusahaan. Contoh pencitraan dan penciptaan image 76 adalah iklan taman wisata Disneyland ( “I’m going to Disneyworld”; ), iklan rokok ( “The Marlboro Man” ), minuman ringan (“The Pepsi Generation”). Gambar 2.12. Proposisi Nilai Pelanggan ( Kaplan, 2000, pp120-122) Gambar 2.13 Contoh Proposisi Nilai dari sebuah Bank Umum (Kaplan, 2000, pp120-122) Ukuran Strategis - Indeks Kegagalan Layanan - Waktu Pemenuhan Permintaan Ukuran Pelanggan Utama - Survei Pelanggan “Sangat Puas” - Pangsa Pasar - Akuisisi Pelanggan Baru - Retensi Pelanggan 77 Kesimpulannya, perspektif pelanggan memiliki dua kelompok pengukuran, yaitu : customer core measurement dan customer value prepositions. • Customer Core Measurement ( Pengukuran utama pelanggan ) Customer core measurement memiliki beberapa komponen pengukuran, yaitu: • Market share Pengukuran ini mencerminkan bagian yang dikuasai perusahaan atas keseluruhan pasar yang ada, yang meliputi antara lain : jumlah pelanggan, jumlah penjualan, dan volume unit penjualan. • Customer Retention Mengukur tingkat di mana perusahaan dapat mempertahankan hubungan dengan konsumen. • Customer Acquisition Mengukur tingkat di mana suatu unit bisnis mampu menarik pelanggan baru atau memenangkan bisnis baru. • Customer Satisfaction Menaksir tingkat kepuasan pelanggan terkait dengan criteria kinerja spesifik dalam value proposition. • Customer Profitability Mengukur laba bersih dari seorang pelanggan atau segmen setelah dikurangi biaya yang khusus diperlukan untuk mendukung pelanggan tersebut. • Customer value proposition ( Proposisi nilai pelanggan ) 78 Customer value proposition merupakan pemicu kinerja yang terdapat pada core value proposition yang didasarkan pada atribut sebagai berikut : a. Product / service attributes ( Atribut Jasa / Produk ) Meliputi fungsi dari produk atau jasa, harga, dan kualitas. Pelanggan memiliki preferensi yang berbeda-beda atas produk yang ditawarkan. Ada yang mengutamakan fungsi dari produk, kualitas, atau harga yang murah. Perusahaan harus mengidentifikasikan apa yang diinginkan pelanggan atas produk yang ditawarkan. Selanjutnya, pengukuran kinerja ditetapkan berdasarkan hal tersebut. b. Customer relationship ( Hubungan dengan Pelanggan ) Menyangkut perasaan pelanggan terhadap proses pembelian produk yang ditawarkan perusahaan. Perasaan konsumen ini sangat dipengaruhi oleh responsivitas dan komitmen perusahaan terhadap pelanggan berkaitan dengan masalah waktu penyampaian. Waktu merupakan komponen yang penting dalam persaingan perusahaan. Konsumen biasanya menganggap penyelesaian order yang cepat dan tepat waktu sebagai faktor yang penting bagi kepuasan mereka. c. Image and reputation ( Kesan dan Reputasi ) Menggambarkan faktor-faktor intangible yang menarik seorang konsumen untuk berhubungan dengan perusahaan. Membangun image dan reputasi dapat dilakukan melalui iklan dan menjaga kualitas seperti yang dijanjikan. 79 2.3.14.Perspektif Internal Business Processes ( Proses Bisnis Internal ) “To satisfy our shareholders and customers, what business processes must we excel at ?” Perspektif ini mengarah pada proses bisnis internal. Metriks berdasarkan pada perspektif ini mengijinkan manajer untuk mengetahui seberapa baik perusahaan berjalan, dan apakah produk dan jasa perusahaan memenuhi persyaratan pelanggan ( misi ). Metriks ini harus didesain dengan teliti oleh mereka yang mengetahui proses-proses ini paling dekat; dengan misi unik kita hal ini bukanlah sesuatu yang dapat dikembangkan oleh konsultan yang berasal dari luar perusahaan. 2.3.14.1 Definisi Proses Bisnis Internal Menurut The Sage’s English Dictionary and Thesaurus, dan Wordweb Dictionary and Thesaurus, Internal Business Process ( kata benda ) adalah : ( internal = Occurring within an institution or community, located inward; business : The activity of providing goods and services involving financial and commercial and industrial aspects, process : A particular course of action intended to achieve a result, A sustained phenomenon or one marked by gradual changes through a series of states, Kesimpulannya adalah sejumlah tindakan, rangkaian aksi yang ditujukan untuk mencapai sebuah hasil, dan seringkali ditandai oleh perubahan bertahap melalui 80 sejumlah kondisi dari aktivitas menyediakan barang dan jasa melibatkan aspek industri, komersial dan finansial yang terjadi didalam sebuah institusi atau komunitas, dalam hal ini perusahaan. 2.3.14.2. Proses-proses yang Termasuk dalam Proses Bisnis Internal Pada perspektif proses bisnis internal, para manajer melakukan identifikasi berbagai proses yang sangat penting untuk mencapai tujuan pelanggan dan pemegang saham ( shareholder ). Sebagian besar sistem pengukuran kinerja perusahaan yang ada memfokuskan kepada peningkatan proses operasional saat ini. Proses penetapan tujuan dan ukuran perspektif proses bisnis internal inilah yang menjelaskan perbedaan yang mencolok antara Balanced Scorecard dengan sistem pengukuran kinerja tradisional. 2.3.14.3. Rantai Nilai Proses Bisnis Internal Proses Inovasi Kebutuhan Pelanggan Kenali Ciptakan Pasar Pendatang Baru Potensial Proses Operasi Bangun Proses Layanan Purna Jual Luncurkan Layani Produk/jasa Produk/jasa Pelanggan Kebutuhan Pelanggan Terpuaskan diidentifikasi Gambar 2.14 Perspektif Proses Bisnis Internal – Model Rantai Nilai Generik Sumber : Yuwono (2003, p87) Setiap bisnis memiliki rangkaian proses tertentu untuk menciptakan nilai bagi pelanggan dan memberikan hasil finansial yang baik. Model rantai nilai generik memberikan suatu template yang dapat disesuaikan oleh setiap perusahaan dalam mempersiapkan perspektif bisnis internal, yaitu : 81 1.Inovasi ( meneliti kebutuhan pelanggan yang sedang berkembang atau yang masih tersembunyi, dan kemudian menciptakan produk atau jasa yang akan memenuhi kebutuhan tersebut ). 2.Operasi ( merupakan tempat dimana produk dan jasa diproduksi dan disampaikan kepada pelanggan. Seringkali adalah fokus utama sebagian besar pengukuran kinerja perusahaan ) 3.Layanan purna jual ( merupakan layanan kepada pelanggan setelah penjualan atau penyampaian produk dan jasa. Sebagian perusahaan mempunyai strategi yang eksplisit untuk menyediakan layanan purna jual yang istimewa ) 2.3.14.4. Penjelasan Detail Proses Bisnis Internal Analisis proses bisnis internal perusahaan biasa dilakukan dengan menggunakan analisis value-chain. Di sini, manajemen mengidentifikasi proses internal bisnis kritis yang harus diunggulkan perusahaan. Scorecard dalam perspektif ini memungkinkan manajer untuk mengetahui seberapa baik bisnis mereka berjalan dan apakah produk dan atau jasa mereka sesuai dengan spesifikasi pelanggan. Perspektif ini harus didesain dengan hati-hati oleh mereka yang paling mengetahui misi perusahaan yang mungkin tidak dapat dilakukan oleh konsultan luar. Aktivitas penciptaan nilai perusahaan, terangkai dalam suatu rantai nilai yang dimulai dari proses perolehan bahan baku sampai penyampaian produk jadi ke konsumen. Kaplan dan Norton membagi proses bisnis internal ke dalam : 82 a. Proses Inovasi Dalam proses ini, unit bisnis menggali pemahaman tentang kebutuhan laten dari pelanggan dan menciptakan produk dan jasa yang mereka butuhkan. Proses inovasi dalam perusahaan biasanya dilakukan oleh bagian R & D sehingga setiap keputusan pengeluaran suatu produk ke pasar telah memenuhi syarat-syarat pemasaran dan dapat dikomersialkan. Aktivitas R & D ini merupakan aktivitas penting dalam menentukan kesuksesan perusahaan, terutama untuk jangka panjang. b. Proses Operasi Proses operasi adalah proses untuk membuat dan menyampaikan produk atau jasa. Aktivitas didalam proses operasi terbagi kedalam dua bagian : 1.) Proses pembuatan produk ( manufacturing ) 2.) Proses penyampaian produk kepada pelanggan Pengukuran kinerja yang terkait dalam proses operasi dikelompokkan menjadi : waktu, kualitas dan biaya. 2.3.14.5. OEE ( Overall Equipment Effectiveness ) Berdasarkan http://www.tpfeurope.com/EN_index.html, OEE adalah salah satu pilar dalam metode TPM ( Total Productive Maintenance ). Metode ini membedakan 6 tipe loss, dan tiga kategori yaitu : Availability, Speed Losses, dan Quality Rate. Kekuatan dari metode ini adalah bahwa loss dapat menjadi lebih transparan, dan dari pengalaman kita dapat mengambil suatu analisis yang baik yang memberikan gambaran sangat baik dari situasi aktual, yang menolong untuk menentukan aktivitas perbaikan jangka pendek 83 dan jangka pendek termasuk mengkuantifikasikan keuntungan dari setiap perbaikan yang dilakukan. Berdasarkan (http://www.oeetoolkit.nl), OEE adalah salah satu alat bantu yang terpenting dalam program peningkatan TPM ( Total Productive Maintenance ). Kondisi OEE yang ideal yaitu sebuah pabrik yang ideal dimana mesin dan peralatan beroperasi selama 100% waktu pada kapasitas 100%, dengan hasil 100% kualitas yang memenuhi standard ( baik ). Namun di kehidupan nyata, situasi ini sangatlah jarang terjadi. Perbedaan antara situasi actual dan ideal adalah disebabkan oleh losses ( kehilangan/kerugian ). Memperhitungkan Overall Equipment Effectiveness ( OEE ) adalah elemen penting dalam komitmen mengurangi kehilangan keuntungan melalui mesin/peralatan dan process-related wastes melalui Total Productive Maintenance ( TPM ) dan beberapa metode manufaktur lean lainnya seperti Operational Excellence, Six Sigma, Lean, dll. Berdasarkan ( www.productivityinc.com/ ) dalam bukunya berjudul OEE for Operators : Overall Equipment Effectiveness, p4 ), Overall Equipment Effectiveness adalah sebuah pengukuran yang digunakan dalam TPM untuk mengindikasikan seberapa efektif mesin berjalan. Yang dimaksud dengan tingkat keefektifan mesin dan peralatan adalah berbeda dengan ‘efisiensi’, yang biasanya merefleksikan kuantitas dari bagian mesin atau seseorang yang dapat produksi dalam waktu tertentu. Berdasarkan ( www.productivityinc.com/ ) dalam bukunya berjudul OEE for Operators : Overall Equipment Effectiveness, pp4-7 ), Sebuah tingkat keefektifan mesin 84 mencakup lebih dari sekedar kuantitas bagian dari mesin yang dapat diproduksi dalam satu shift. Ketika kita mengukur Overall Equipment Effectiveness, kita menghitung efesiensi sebagai satu faktor : Performance : sebuah perbandingan dari actual output ( hasil aktual ) dengan apa yang mesin seharusnya produksikan dalam waktu yang sama ( ideal output )/ hasil ideal; selain itu, OEE mencakup dua faktor lainnya yaitu : Availability : sebuah perbandingan dari waktu operasional potensial ( potential Operating Time ) dengan waktu dimana mesin tersebut sebenarnya membuat produk. ( Actual Operating Time ) terdiri dari Downtime losses, failures Quality : sebuah perbandingan sejumlah produk yang dibuat dan jumlah produk yang memenuhi spesifikasi pelanggan. ( Apakah produk sudah memenuhi standard kualitas ? ) Kesimpulannya adalah ketika kita mengalikan performance, availability, dan quality, kita akan mendapatkan Overall Equipment Effectiveness, yang diekspresikan dalam bentuk persentase. OEE memberikan satu gambaran lengkap mengenai tingkat kesehatan mesin – bukan hanya seberapa cepat mesin tersebut membuat bagian, namun juga seberapa banyak potential output yang dibatasi disebabkan dari lost availability atau poor quality. Selain itu, Effectiveness memusatkan pada mesin dan peralatan, bukan orang yang mengoperasikannya. OEE memonitor mesin atau proses yang menambahkan nilai, bukan produktivitas pekerja. Ketika kita menghitung OEE, kita melihat seberapa baik mesin atau proses tersebut bekerja. 85 • Tujuan Pengukuran OEE ( Overall Equipment Effectiveness ) Tujuan utama dari pengukuran OEE bukanlah untuk mengkritik orang, namun sebuah pendekatan untuk peningkatan dari mesin dan peralatan atau proses. OEE digunakan sebagai sebuah gambaran sehari-hari kondisi mesin. Dan, mendukung keterbukaan dalam pembagian informasi dan sebuah pendekatan tanpa-bersalah dalam mengelola permasalahan yang berkaitan dengan mesin. • Bagaimana Menghitung OEE Berdasarkan http://www.leanexecution.wordpress.com/2008/11/19/Overall-EquipmentEfficiency-OEE, proses perhitungan OEE adalah : Overall Equipment Effectiveness adalah pengukuran dari total Waktu Produktif dibagi dengan Waktu Produksi yang Direncanakan. Overall OEE (%) = Total Waktu yang Dibutuhkan untuk Membuat Produk Berkualitas sesuai Standard Total Waktu Produksi yang Direncanakan Definisi : OEE - Overall Equipment Effectiveness = Performance * Availability * Quality Contoh : Tabel 2.6. Contoh Perhitungan Sederhana OEE Availability 95.0% Downtime Loss : Breakdowns, Stockouts Performance 97.0% Speed Loss : Cycle Time Efficiency Quality 99 % Yield Loss : Scrap, Rework OEE 91.22% Sumber : http://www.leanexecution.wordpress.com/2008/11/19/Overall-Equipment-EfficiencyOEE 86 Availability : Tingkat Ketersediaan Mesin dan Peralatan saat produksi ( mengukur uptime mesin selama berjalannya produksi ) Performance : Tingkat Kinerja Mesin saat Produksi sedang berjalan ( maksimum ) ( mengukur cycle time ( siklus waktu ) dari mesin atau proses dibandingkan dengan cycle time ideal atau standart ) Quality : Tingkat Kualitas Hasil Produksi dari Mesin dan Peralatan ( mengukur waktu yang dibutuhkan untuk membuat hasil produksi yang memenuhi standar ( hasil tidak memerlukan rework atau cacat ( defect/scrap )). Berdasarkan ( http://www.leanexecution.wordpress.com/How_to_Calculate_OEE_-_Tutorial.html ), OEE mengukur seberapa efektif waktu dimanfaatkan untuk memproduksi sebuah produk berkualitas. Definisi dari waktu tersebut adalah : Tabel 2.7. Penjelasan Mengenai Singkatan dalam OEE Keterangan No. Jenis Waktu Scheduled Production Time atau Waktu Produksi yang telah 1. dijadwalkan atau direncanakan Planned Production Time Planned Down Time atau Waktu tidak terpakai/terbuang yang 2. direncanakan atau dijadwalkan Scheduled Down Time Waktu tidak terpakai/terbuang yang Unplanned Down Time 3. tidak atau belum terencana / atau Unscheduled down time terjadwal NAT = Net Available Time WTB = Waktu Tersedia Bersih 4. (Scheduled Production Time - ( Waktu Produksi Terjadwal – Waktu Terbuang Terencana ) Planned Down Time) NOT = Net Operating Time (Net WOB = Waktu Operasional Bersih 5. Available Time - Unplanned Down ( Waktu Tersedia Bersih – Waktu Terbuang tdk Terencana ) Time) WOI = Waktu Operasional Ideal IOT = Ideal Operating Time ( Time 6. ( Waktu untuk Memproduksi Seluruh to Produce All Parts at Rate) Produksi pada satu ukuran ) WOT = Waktu Operasional LOT = Lost Operating Time Due to Terbuang yang disebabkan produksi 7. Production of Scrap or Nonsisa atau produk yang tidak dapat Saleable Product. dijual Sumber : http://www.leanexecution.wordpress.com/2008/11/19/Overall-Equipment-EfficiencyOEE 87 Tabel 2.8. Kesimpulan Perhitungan Utama dalam OEE Keterangan No. Variabel NOT / NAT * 100 1. Availability (%) IOT / NOT * 100 2. Performance (%) (1 - ( LOT / IOT )) * 100 atau ( IOT 3. Quality (%) – LOT ) / IOT * 100 Sumber : http://www.leanexecution.wordpress.com/2008/11/19/Overall-Equipment-EfficiencyOEE • Enam Loss Utama dalam OEE Gambar 2.15. Enam Loss Utama dalam OEE Sumber : www.vome.com/oee-pocket-guide.pdf/ 88 2.3.14.6.Total Cycle Time • Definisi Total Cycle Time Berdasarkan ( www.thomasgroup.com/enterprise-solutions/tools/total-cycle-time.aspx) , Total Cycle Time adalah akibat berurut ( kombinasi efek ) dari waktu siklus dari seluruh proses bisnis dari satu waktu tertentu dimana kebutuhan akan proses bisnis tersebut dipuaskan. Secara sederhana, adalah total waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan suatu proses siklus, menciptakan satu produk baru dari konsep hingga produksi yang efektif-biaya atau mengambil pesanan dari sebuah produk atau jasa dan memuaskan kebutuhan pelanggan. Hal ini bukan hanya proses sekuensial, namun adalah satu proses yang mencakup bisnis yang kompetitif. • Aplikasi Total Cycle Time Semakin singkat total waktu siklus ( Total Cycle Time ) yang dibutuhkan untuk menyelesaikan satu siklus, pada dasarnya semakin baik. Namun perlu diperhatikan pula bahwa harus disediakan waktu untuk adding value dalam aktivitas, dimana dalam mencapai shortest possible cycle time. Dan juga dibutuhkan waktu untuk rework ( pengerjaan ulang produk atau jasa ), dan untuk meminimalkannya, harus dilakukan dengan benar pada percobaan pertama. 89 Beberapa persyaratan untuk mempercepat Total Cycle Time adalah : 1. Menetapkan Tujuan ( Objectives ) : Tujuan yang memberikan poin yang jelas bagi bagian lain dari proses 2. Pimpin dari atas : Perubahan dalam tingkatan apapun harus dilakukan dari pihak top management dan mengalir menyeluruh ke dalam pihak manajemen perusahaan yang ada 3. Komunikasi : dengan kata-kata dan perbuatan. 4. Secara kontinyu, meninjau kembali rencana; Setiap langkah dalam proses adalah kesempatan untuk belajar 5. Manajemen dan prioritas pekerjaan : Terlalu banyak inisiatif dan meremehkan waktu yang dibutuhkan untuk berubah adalah salah satu contoh kejatuhan utama dalam mencapai perubahan yang penting. 6. Pengukuran : Tanpa Ukuran yang benar kita tidak akan dapat menjawab pertanyaan sebagai berikut : “ Apakah kita telah mencapainya ?” dan “ Seberapa lama lagi kita akan mencapainya ?” 7. Gunakan proses terstruktur : Untuk menghilangkan halangan untuk meningkatkan kinerja proses 8. Seimbangkan menjalankan bisnis perusahaan dan meningkatkannya : Hal ini membutuhkan focus terhadap perubahan dalam proses menyeluruh dalam perusahaan. Gunakan umpan balik dan kontrol terhadap proses umum untuk menjaga fokus. 90 3.) Proses Pelayanan Purna Jual Proses ini merupakan jasa layanan pada pelanggan setelah penjualan produk atau jasa tersebut dilakukan. Aktivitas yang terjadi dalam tahapan ini, misalnya, penanganan garansi dan perbaikan penanganan atas barang rusak dan yang dikembalikan serta pemrosesan pembayaran pelanggan. Perusahaan dapat mengukur apakah upayanya dalam pelayanan purna jual ini telah memenuhi harapan pelanggan, dengan menggunakan tolok ukur yang bersifat kualitas, biaya dan waktu seperti yang dilakukan dalam proses operasi. Untuk siklus waktu, perusahaan dapat menggunakan pengukuran waktu dari saat keluhan pelanggan diterima hingga keluhan tersebut diselesaikan. 2.3.15. Perspektif Learning & Growth ( Pembelajaran & Pertumbuhan ) “To achieve our vision, how will we sustain our ability to change and improve ?” Perspektif ini melibatkan pelatihan karyawan dan sikap kultur perusahaan yang berhubungan baik terhadap masing-masing individu maupun peningkatan diri perusahaan. Dalam sebuah perusahaan yang berisi para knowledge-worker, orang – satu-satunya tempat penyimpanan pengetahuan – adalah sumber daya utama. Di iklim sekarang dimana terjadi perubahan teknologi yang cepat, menjadi sebuah hal yang penting bagi para knowledge-worker untuk berada dalam mode pembelajaran terusmenerus. Metriks dapat dipergunakan untuk memandu para manajer dalam memfokuskan dana pelatihan dimana mereka dapat membantu paling baik. Dalam kasus 91 apapun, learning & growth membentuk kerangka esensial untuk sukses bagi perusahaan yang memiliki knowledge worker apapun. Kaplan dan Norton menekankan bahwa ‘pembelajaran’ ( learning ) adalah hal yang lebih dibandingkan ‘pelatihan’ ( training ); hal ini juga menyangkut hal-hal seperti mentor dan tutor didalam perusahaan, juga kemudahan komunikasi diantara para karyawan yang mengijinkan mereka untuk mendapatkan bantuan secara langsung terhadap masalah ketika dibutuhkan. Hal ini juga menyangkut alat bantu teknologi; apa yang kriteria Baldrige sebut “sistem kerja berkinerja tinggi”. Hasil dari pengukuran ketiga perspektif sebelumnya biasanya akan menunjukkan kesenjangan yang besar antara kemampuan orang, sistem yang berjalan, dan prosedur yang ada saat ini dengan yang dibutuhkan untuk mencapai kinerja yang diinginkan. Itulah sebabnya, perusahaan harus melakukan investasi di ketiga faktor tersebut untuk mendorong perusahaan menjadi sebuah organisasi pembelajar ( learning organization ). Dalam perspektif ini, tolok ukur utamanya antara lain : a.Employee capabilities ( Kemampuan Pekerja ) Salah satu perubahan yang dramatis dalam pemikiran manajemen selama lima belas tahun terakhir ini adalah peran para pegawai di organisasi. Faktanya, tidak ada yang lebih baik bagi transformasi revolusioner dari pemikiran era industrial ke era informasi ketimbang informasi filosofi manajemen baru, yaitu bagaimana para pegawai menyumbangkan segenap kemampuannya untuk perusahaan. Untuk itu, perencanaan dan upaya implementasi re-skilling ( pelatihan kemampuan baru ) pegawai yang 92 menjamin kecerdasan dan kreativitasnya dapat dipergunakan untuk mencapai tujuan perusahaan. b.Information systems capabilities ( Kemampuan Sistem Informasi ) Bagaimanapun juga, meskipun motivasi dan keahlian pegawai telah mendukung pencapaian tujuan-tujuan perusahaan, masih diperlukan informasi-informasi yang terbaik. Dengan kemampuan sistem informasi yang memadai, kebutuhan seluruh tingkatan manajemen dan pegawai atas informasi yang akurat dan tepat waktu dapat dipenuhi dengan sebaik-baiknya. c.Motivation, Empowerment dan Alignment ( Motivasi, Pemberdayaan, dan Keselarasan ) Perspektif ini penting untuk menjamin adanya proses yang berkesinambungan terhadap upaya pemberian motivasi dan inisiatif yang sebesar-besarnya bagi pegawai. Paradigma manajemen terbaru menjelaskan bahwa proses pembelajaran sangat penting bagi pegawai untuk melakukan trial and error sehingga turbulensi lingkungan sama-sama dicoba-kenali tidak saja oleh jenjang manajemen strategis tetapi juga oleh segenap pegawai didalam organisasi sesuai kompetensinya masing-masing. Sudah barang tentu upaya itu perlu dukungan motivasi yang besar dan pemberdayaan pegawai berupa delegasi wewenang yang memadai untuk mengambil keputusan. Tentu, itu semua tetap dibarengi dengan upaya penyesuaian yang terus menerus sejalan dengan tujuan organisasi. Berikut adalah gambaran kerangka kerja Ukuran Kemampuan ( Kapabilitas ) Pekerja : 93 Gambar 2.16 Ukuran Inti Pembelajaran dan Pertumbuhan (Sumber : Kaplan, 2000, p140) 2.3.15.1.Ukuran Kapabilitas Pekerja 1. Mengukur Kepuasan Pekerja Tujuan ukuran utama yaitu moral pekerja dan tingkat kepuasan kerja secara keseluruhan yang tinggi.Kepuasan pekerja (employee satisfaction) dipandang sangat penting oleh sebagian besar perusahaan karena pekerja yang puas merupakan syarat awal untuk meningkatkan produktivitas, daya tanggap, mutu, dan layanan pelanggan. Unsur-unsur penting dalam kepuasan pekerja ( berdasarkan survei ) antara lain : ¾ Keterlibatan karyawan dalam pengambilan keputusan ¾ Penghargaan karena telah melakukan pekerjaan dengan baik ¾ Akses informasi yang memadai untuk melaksanakan pekerjaan dengan baik 94 ¾ Dorongan aktif untuk bekerja kreatif dan menggunakan inisiatif ¾ Dukungan dari staf ¾ Kepuasan secara keseluruhan terhadap perusahaan 2. Retensi Pekerja Tujuan retensi pekerja yaitu mempertahankan selama mungkin pekerja yang diminati perusahaan. Secara teori, perusahaan membuat investasi jangka panjang dalam diri pekerja sehingga setiap kali ada pekerja berhenti yang bukan atas keinginan perusahaan merupakan suatu kerugian modal intelektual bagi perusahaan.Ukuran retensi pekerja biasanya adalah persentase keluarnya pekerja yang memegang jabatan kunci. • Turnover Karyawan Menurut (http://www.wisegeek.com/what-is-employee-turnover.htm) dan http://en.wikipedia.org/wiki/Turnover_(employment) , turnover karyawan adalah sebuah rasio perbandingan antara jumlah karyawan perusahaan harus gantikan dalam satu periode waktu tertentu terhadap jumlah rata-rata dari total karyawan. Banyak pertimbangan yang perlu dipikirkan menyangkut tingginya turnover karyawan, beberapa faktor yang harus diperhatikan baik dari karyawan maupun orang yang mempekerjakan karyawan tersebut. Faktor penting itu antara lain adalah gaji, keuntungan perusahaan, tingkat absensi, dan kinerja pekerjaan. 3. Produktivitas Pekerja 95 Produktivitas pekerja adalah suatu ukuran hasil, dampak keseluruhan usaha peningkatan moral dan keahlian pekerja, inovasi, proses internal, dan kepuasan pelanggan (Kaplan&Norton(2000),p113). Tujuan produktivitas pekerja yaitu membandingkan keluaran yang dihasilkan oleh para pekerja dengan jumlah pekerja yang dikerahkan untuk menghasilkan keluaran tersebut.Salah satu ukuran produktivitas pekerja adalah pendapatan per pekerja ( rasio pendapatan per pekerja ) 4. Faktor yang mempengaruhi dapat dilihat pada gambar sebagai berikut Tabel 2.9. Faktor yang Mempengaruhi Ukuran Kapabilitas Karyawan Infrastruktur Kompetensi Staf Teknologi Iklim untuk Bertindak Keahlian strategis Teknologi strategis Siklus keputusan penting Tingkat pelatihan Peningkatan keahlian ( Skill leverage) Database strategis Pengalaman ( Experience Capture) Fokus strategis Pemberdayaan staf Proprietary Software Personal alignment Paten, hak cipta Moral Kerjasama Tim (teaming) Sumber : Kaplan & Norton (2000,p113) 2.3.15.2. Ukuran Kapabilitas Sistem Informasi Motivasi dan keahlian pekerja mungkin diperlukan untuk mencapai sasaran yang luas dalam tujuan pelanggan dan proses bisnis internal, namun jika ingin agar pekerja bekerja efektif dalam lingkungan kompetitif, perlu didapatkan banyak informasi – mengenai pelanggan, proses internal, dan konsekuensi finansial keputusan perusahaan. Dan ukuran kapabilitas sistem informasi adalah kemampuan sistem memberikan 96 informasi yang diperlukan oleh karyawan dalam menunjang proses yang terjadi dalam perusahaan. 2.3.15.3. Ukuran Motivasi, Pemberdayaan, dan Keselarasan Meskipun pekerja terampil dilengkapi akses terhadap informasi yang luas, tidak akan memberi kontribusi bagi keberhasilan perusahaan jika mereka tidak termotivasi bertindak untuk kepentingan terbaik perusahaan, atau jika mereka tidak diberikan kebebasan membuat keputusan dan mengambil tindakan. Oleh karenanya, faktor enabler yang ketiga bagi tujuan pembelajaran dan pertumbuhan terfokus pada iklim perusahaan yang mendorong timbulnya motivasi dan inisiatif pekerja. Menurut George dan Jones (2005,p175), motivasi kerja adalah suatu dorongan secara psikologis kepada seseorang yang menentukan arah dari perilaku seseorang dalam suatu organisasi, tingkat usaha, dan tingkat kegigihan atau ketahanan di dalam menghadapi halangan. Kriteria tersebut dapat diukur dengan menggunakan Employee Satisfaction Index ( skala likert ). 2.3.16. Langkah-langkah menyusun Balanced Scorecard Menurut Yuwono (2003,p81), untuk menyusun Balanced Scorecard diperlukan langkah-langkah sebagai berikut : • Membangun Konsensus atas Pentingnya Perubahan Manajemen Untuk mendapatkan daya dorong yang memadai bagaimana proses implementasi BSC ( Balanced Scorecard ) akan mendapat hasil maksimal maka isu tentang perubahan manajemen harus ditempatkan diawal proses. Tujuannya adalah agar BSC dipandang 97 sebagai sarana sarana manajemen yang akan mengubah sistem dan proses manajemen secara mendasar. Hal terpenting dari proses menjaring consensus tentang perubahan manajemen adalah adanya “ sense of urgency “ dari manajer eksekutif. Disini dibutuhkan dukungan mereka yang konsisten dan pemahaman yang memadai tentang bagaimana BSC bekerja dan di implementasikan. • Pembentukan Tim Proyek Proses pengembangan Balanced Scorecard merupakan salah satu kekuatan besar dari semua pendekatan. Oleh karena itu, sangat penting untuk secara khusus membahas siapa yang berpartisipasi dan kapan. Tim harus terdiri dari para manajemen level atas yang memahami keseluruhan permasalahan perusahaan dimana masuk-masukannya akan sangat berguna bagi proyek. Begitu tim terbentuk, buat serangkaian rencana, tindak lanjuti penugasan untuk menyelesaikan proyek. Jika diperlukan, seluruh tim harus di training ulang tentang konsep BSC lebih mendalam dan bagaimana proses pembuatan BSC dilakukan. • Mendefinisikan Industri, Menjelaskan Perkembangannya dan PeranPerusahaan Tujuan tahap ini adalah untuk mengembangkan sebuah dasar dalam menyusun konsensus berbagai karakteristik dan persyaratan industri dan untuk sampai pada definisi yang jelas tentang posisi dan peran perusahaan saat ini. Karena kita akan 98 mencapai persetujuan tentang bagaimana industri akan berkembang dimasa datang maka kita juga akan menyusun platform yang bernilai dan dilanjutkan dengan perluasan visi dan strategi masa depan kita. Bentuk yang cocok untuk pekerjaan ini adalah wawancara individu, terutama dengan manajemen tingkat atas dan para pemimpin yang pemikirannya paling berpengaruh di perusahaan. • Menentukan Unit atau SBU Tim pengembangan BSC, sejak awal, secara hati-hati harus mempertimbangkan jangkauan aktivitas dan unit organisasi yang akan dicakup oleh Scorecard. Menurut Olve, dkk. (1999), seperti yang dikutip oleh Yuwono (2003,p82), bagi perusahaan yang relatif kecil, mungkin paling baik adalah menciptakan scorecard untuk organisasi secara keseluruhan. Sebaliknya, pada perusahaan yang lebih besar dan atau kelompok korporasi akan lebih cocok jika memulainya dengan satu atau dua pilot project di SBU. Menurut M. Graham B (1996), seperti yang dikutip oleh Yuwono (2003,p82) dalam hal Scorecard dimulai dari level korporat ( top-down approach ) penyusunan Scorecard dimulai oleh CEO untuk mengembangkan satu set Scorecard makro bagi keseluruhan organisasi. • Mengevaluasi Sistem Pengukuran yang Ada Tahap berikutnya adalah mengevaluasi sistem pengukuran yang digunakan organisasi atau perusahaan saat ini. Menurut Robert S. Kaplan dan David P. Norton dalam “ putting the BSC to work “ (Harvard Businees Review, Sept/Okt 1993) seperti yang dikutip oleh Yuwono(2003,p81), pada umumnya sebagian besar organisasi tidak memiliki satu set tolok ukur yang seimbang ( Balanced ), mereka terlalu terfokus pada 99 tolok ukur keuangan jangka pendek dan mengabaikan tujuan jangka panjang seperti kepuasan pelanggan/pegawai maupuin partumbuhan. • Merumuskan atau Mengkonfirmasikan Visi Perusahaan Dalam praktiknya, ada yang memisahkan pengertian visi dan misi. Sebaliknya, ada pula yang menganggap sama. Dalam hal disamakan , maka baik visi maupun misi digambarkan sebagai animasi dan rel yang akan dicapai dimasa mendatang oleh perusahaan. Karena model Balanced Scorecard berdasarkan pada visi komprehensif bersama maka penting untuk memastikan pada tingkat awal apakah visi dan misi yang dilaksanakan bersama nyata-nyata eksis. Karena Scorecard akan memberi fokus yang lebih kuat kepada organisasi dibanding sebelumnya, konsekuensi visi yang salah arah mungkin akan menjadi permasalahan yang sangat serius. Dalam hal visi hilang, poin ini memberi kesempatan yang sangat bagus untuk mulai meletakkan dasar bagi visi bersama. Visi : Gambaran menantang dan imaginatif tentang peran, tujuan dasar, karakteristik dan filosofi organisasi dimasa datang yang akan menajamkan tugas-tugas strategik perusahaan. Misi : Mendefinisikan bisnis bahwa organisasi berada pada atau harus berada pada nilai-nilai dan keinginan stake-holders yang meliputi : produk, jasa, pelanggan, pasar dan seluruh kekuatan perusahaan. Nilai : Serangkaian pernyataan yang berfungsi sebagai kode etik untuk menjalankan organisasi. Nilai-nilai tersebut digunakan sebagai acuan dalam menguji setiap pengambilan keputusan dan pilihan dimasa datang. 100 • Merumuskan Perspektif Setelah visi komprehensif dan konsep bisnis dirumuskan, kemudian perlu dipilih perspektif untuk membangun Scorecard finansial, pelanggan, proses internal bisnis, pembelajaran dan pertumbuhan. Jika perspektif ini dirasa belum memadai, dimungkin pula untuk menambah perspektif lain, seperti perspektif karyawan atau manusia. Pilihan perspektif harus diatur terutama oleh logika bisnis, dengan hubungan timbal balik yang jelas antarperspektif yang berbeda-beda. Perspektif yang berkembang harus menunjukkan cara yang diinginkan manajemen untuk mengembangkan organisasi produk dan jasa yang ditawarkan untuk tujuan proses singkat dan atau tujuan penambahan nilai bagi pelanggan. Pengaruh-pengaruh ini harus bisa diamati dari perspektif finansial. Semua perubahan perspektif harus berdasarkan pada alasan-alasan strategis daripada sekedar beberapa jenis model stake-holders. Ini akibat dari jarangnya kebutuhan perspektif karyawan yang terpisah, karena karyawan dianggap sumber daya, khususnya didalam perspektif pembelajaran dan pertumbuhan. • Merinci Visi Berdasarkan Masing-masing Perspektif dan Merumuskan Seluruh Tujuan Strategis Model Balanced Scorecard utamanya merupakan suatu alat untuk merumuskan dan mengimplementasikan strategi perusahaan. Model tersebut harus dilihat sebagai suatu instrumen untuk menerjemahkan visi dan strategi yang abstrak ke dalam tolok ukur dan sasaran yang spesifik. Dengan kata lain, Balanced Scorecard yang dirumuskan dengan baik merupakan presentasi strategi perusahaan. Jadi, tujuan langkah ini adalah untuk menerjemahkan visi ke dalam istilah nyata dari perspektif yang telah disusun dan 101 dengan demikian, akan mencapai keseimbangan keseluruhan yang merupakan ciri unik dari model dan metode ini. Proses ini merupakan bagian yang sangat penting dalam kerja pengembangan bisnis. Selain itu, adalah merumuskan strategi keseluruhan dalam istilah-istilah yang lebih umum. • Identifikasi Faktor-faktor Penting bagi Kesuksesan Langkah ini berarti berpindah dari deskripsi dan strategi-strategi yang diuraikan di atas ke diskusi dan penerapan apa yang dibutuhkan visi untuk berhasil dan faktor-faktor apa saja yang paling penting bagi kesuksesan, lalu menyusun prioritasnya. Faktor-faktor kunci keberhasilan digunakan untuk menjawab apa yang ingin dilakukan oleh perusahaan atau SBU dalam bisnis untuk membedakannya dengan pesaing. • Mengembangkan Tolok Ukur, Identifikasi Sebab dan Akibat, dan Menyusun Keseimbangan Pada langkah ini, dikembangkan tolok ukur kunci yang relevan bagi pemakaian akhir kerja. Seperti pada langkah-langkah lainnya, dimulai dengan beberapa bentuk “brainstorming”, dimana tidak ada ide yang ditolak dan semua pemikiran digunakan dalam proses tersebut. Hanya pada fase terakhir kita menspesifikasi dan menyusun prioritas untuk tolok ukur yang terlihat lebih relevan, yang bisa diawasi, dan memadai. Tantangan terbesar adalah menemukan hubungan sebab akibat yang jelas dan menciptakan keseimbangan diantara berbagai tolok ukur dalam perspektif yang dipilih. Maka, kita perlu mengadakan diskusi tentang apakah keseimbangan dapat dicapai diantara tolok ukur yang berbeda sehingga peningkatan-peningkatan jangka pendek 102 tidak bertentangan dengan sasaran jangka panjang. Tolok ukur dalam perspektif yang berbeda-beda tidak boleh mengakibatkan terjadinya suboptimasi, tetapi harus cocok dengan dan mendorong visi komprehensif serta strategi keseluruhan. • Mengembangkan Top-level Scorecard Ketika langkah-langkah sebelumnya sudah lengkap, Scorecard tingkat tinggi di letakkan bersama-sama untuk dipresentasikan dan mendapat persetujuan pihak-pihak terkait. Untuk memfasilitasi implementasi, sebelum masuk ke dalam pengembangan scorecard, semua orang di dalam organisasi perlu berpola pikir efisien dalam beberapa hal yang dikerjakan dan dipikirkan. Para peserta perlu mendapat pembagian dokumentasi yang menyediakan teks penjelasan, pendekatan-pendekatan yang mungkin, dan saran-saran untuk kerja kelompok guna memfasilitasi proses perincian Scorecard. • Rincian Scorecard dan Tolok Ukur oleh Unit Organisasi Berdasarkan tolok ukur perusahaan dan organisasi, Scorecard tingkat tinggi dan tolok ukur diuraikan dan dilaksanakan ke unit-unit organisasi tingkat yang lebih rendah. Jika organisasi terlalu datar dan kecil sehingga semua orang bisa mengetahui pengaruh Scorecard tingkat tinggi terhadap pekerjaannya maka biasanya tidak diperlukan lagi perincian scorecard. Jika perusahaan ingin memanfaatkan potensi maksimal Balanced Scorecard, scorecard sebagai suatu metode, harus diuraikan. Perincian scorecard dalam fase-fase awal kerjanya harus telah menentukan bentuk organisasi yang paling cocok untuk pemanfaatan secara maksimal kompetensi internal dan eksternal berdasar pengalaman yang telah lalu. 103 • Merumuskan Tujuan-tujuan Tiap-tiap tolok ukur yang digunakan harus memiliki sasaran. Suatu perusahaan membutuhkan sasaran jangka pendek dan jangka panjang sehingga ia akan memeriksa bagiannya secara kontinyu dan mengambil tindakan perbaikan yang diperlukan pada waktunya. • Mengembangkan Rencana Tindakan Terakhir, untuk melengkapi scorecard, kita juga harus menspesifikasi langkah-langkah yang akan diambil untuk mencapai sasaran dan visi yang telah ditetapkan. Rencana tindakan ini harus mencakup orang-orang yang bertanggung jawab dan skedul untuk laporan sementara dan terakhir. Karena rencana cenderung bersifat massa dan sangat ambisius, kelompok sebaiknya menyetujui daftar prioritas dan daftar rencana untuk menghindari harapan-harapan yang tak terkatakan yang kemudian bisa menjadi sumber frustasi dan iritasi yang destruktif. • Implementasi Scorecard Untuk memelihara konsistensi pada scorecard, diperlukan basis yang kontinyu agar fungsinya sebagai alat manajemen yang dinamis dapat berjalan. Scorecard penting juga digunakan dalam seluruh aspek manajemen organisasi sehari-hari. Jika ia kemudian bisa menjadi dasar bagi agenda masing-masing unit sehari-harinya, ia akan berfunsi secara alami dalam memberi laporan dan pengawasan terhadap operasi sehari-hari. Mengingat pentingnya scorecard, fase perkenalan tidak boleh dilakukan secara serampangan. Hanya dengan scorecard yang dinamis, unit-unit fungsional perusahaan sehari-hari 104 dapat dipersiapkan dan akhirnya dilibatkan sehingga semua hal dapat diukur atau dinilai. Dengan munculnya berbagai paradigma baru di mana bisnis harus digerakkan oleh customer-focused, suatu sistem pengukuran kinerja yang efektif, paling tidak harus memiliki syarat-syarat sebagai berikut : a. Didasarkan pada masing-masing aktivitas dan karakteristik organisasi itu sendiri sesuai perspektif pelanggan; b. Evaluasi atas berbagai aktivitas, menggunakan berbagai tolok ukur kinerja yang customer-validated; c. Sesuai dengan seluruh aspek kinerja aktivitas yang mempengaruhi pelanggan, sehingga menghasilkan penilaian yang komprehensif; d. Memberikan umpan balik untuk membantu seluruh anggota organisasi mengenali masalah-masalah yang ada serta kemungkinan perbaikannya. 2.3.17. Mapping Strategi 105 Gambar 2.16 Contoh Map Strategi [ Strategy Map, Kaplan & Norton, p11 ] Map strategi adalah alat bantu komunikasi yang digunakan untuk menceritakan sebuah gambaran tentang bagaimana nilai bisnis diciptakan untuk perusahaan. Map strategi ini menunjukkan sebuah koneksi yang logis, langkah-demi-langkah antar sasaran strategis ( ditunjukkan sebagai bentuk oval pada map ) dalam bentuk sebuah rantai sebab-akibat. Secara umum dapat dikatakan, meningkatkan kinerja dengan tujuan yang ditemukan pada perspektif pembelajaran dan pertumbuhan ( baris paling bawah ) memungkinkan perusahaan untuk meningkatkan Sasaran perspektif Proses Internal ( satu baris keatas ), yang pada gilirannya memungkinkan perusahaan untuk menciptakan hasil yang diinginkan dalam perspektif Pelanggan dan Finansial ( dua baris teratas ). 106 2.3.18. Catatan kecil tentang Balanced Scorecard Balanced Scorecard bukanlah sebuah software. Sayangnya, banyak orang mempercayai bahwa mengimplementasi software berarti mengimplementasi sebuah balanced scorecard. Seketika sebuah scorecard telah dikembangkan dan diimplementasikan, bagaimanapun juga, software manajemen kinerja dapat digunakan untuk mendapatkan informasi kinerja yang tepat kepada orang yang tepat di waktu yang tepat. Otomatisasi menambahkan struktur dan disiplin dalam mengimplementasi sistem Balanced Scorecard, membantu mengubah data perusahaan yang terpisah-pisah menjadi informasi dan pengetahuan, dan membantu mengkomunikasikan informasi kinerja. 2.3.19. Balanced Scorecard – Siapakah yang melakukannya ? Dengan majunya konsep Balanced Scorecard menjadi lebih terpoles, kita akan memiliki pertanyaan-pertanyaan yang lebih banyak mengenai contoh-contoh perusahaan yang telah mengimplementasikan BSC, bagaimana BSC diaplikasikan pada sektor bisnis tertentu, metriks yang tepat untuk sektor tersebut, dll. Bagian ini menyediakan sebuah basis data dari contoh Balanced Scorecard yang bekerja Mendekati tahun 2004 sekitar 57% dari perusahaan global bekerja dengan Balanced Scorecard ( menurut Bain ). Banyak dari informasi dalam sektor komersial memiliki hak cipta, karena informasi ini berhubungan dengan strategi-strategi dari perusahaan tertentu. Perusahaan sektor publik ( pemerintah ) biasanya tidak berkaitan dengan informasi proprietary, namun juga mereka mungkin tidak memiliki sebuah mandat 107 ( atau banyak pendanaan ) menyangkut posting terhadap informasi manajemen pada Web sites mereka. 2.3.20. Membangun dan Mengimplementasi sebuah Balanced Scorecard : Sembilan Langkah menuju Sukses® ( Teori Baru ) Sesuai dengan http://www.balancedscorecard.org/BSCResources/TheNineSteptoSuccess/tabid/58/Defa ult.aspx, Balanced scorecard adalah sebuah sistem manajemen dan perencanaan strategis yang menolong semua orang dalam sebuah perusahaan untuk memahami dan bekerja dengan sebuah visi bersama. Sebuah sistem scorecard yang lengkap menyelaraskan gambaran perusahaan masa depan ( visi bersama ), dengan strategi bisnis, perilaku karyawan yang diinginkan, dan operasional hari-ke-hari. Ukuran kinerja strategis digunakan untuk menginformasikan pengambilan-keputusan dan menunjukkan perkembangan ke hasil yang diinginkan dengan lebih baik. Perusahaan kemudian dapat berfokus pada hal terpenting yang dibutuhkan untuk mencapai visinya dan memuaskan pelanggan, para pemegang kepentingan, dan karyawan. Keuntungan lainnya termasuk mengukur apa yang penting, mengidentifikasi proses-proses yang lebih efisien berfokus pada kebutuhan pelanggan, meningkatkan pemrioritasan dari inisiatif, meningkatkan komunikasi internal dan eksternal, meningkatkan pengarahan strategi dan operasional sehari-hari, dan menghubungkan penganggaran dan proses kontrol biaya ke strategi. 108 2.3.20.1. Planning Gambar 2.17. Logika dari Perencanaan Strategis Balanced Scorecard (http://www.balancedscorecard.org) Logika Perencanaan Strategis Balanced Scorecard ditinjau dari Strategic Altitude yaitu : 1. Misi [ Strategic Altitude 30,000 feet ] “Apakah tujuan kita ? Apa yang akan kita lakukan untuk mencapai tujuan tersebut ?” 2. Visi [ Strategic Altitude +- 27,500 feet s/d 30,000 feet ] “Apa gambaran perusahaan kita dimasa depan ?” 109 :: Apa yang dibutuhkan pelanggan / pemegang kepentingan perusahaan -> Misi & Visi. 3. Strategic Perspectives ( Perspektif strategis ) [ SA +- 25,000 feet ] “Bentuk lensa kinerja seperti apakah yang harus kita gunakan untuk mengevaluasi hasil ?” 4. Strategic Themes & Results ( Tema & Hasil Strategis ) [ SA +- 20,000 feet ] “Apakah area fokus utama kita [“Pillars of Excellence”], “Hasil apakah yang perlu kita capai ?” 5. Objectives ( Sasaran dan Tujuan ) [ SA +- 15,000 – 20,000 feet ] “Aktivitas perbaikan terus-menerus (continuous improvement) apakah yang kita butuhkan untuk mencapai hasil ? 6. Strategy Map ( Map Strategi ) [ SA +- 12,000 – 15,000 feet ] “Bagaimana cara kita menciptakan dan meningkatkan nilai bagi pelanggan ?” 7. Performance Measures & Targets [ SA +- 7,500 – 12,000 feet ] “Bagaimana akan kita tahu apakah kita mencapai hasil yang kita inginkan ?” 8. Strategic Initiatives [ SA +-( ground ) 0 – 7,500 feet ] “Secara spesifik, project dan program apa yang berkontribusi sesuai dengan hasil yang diinginkan ?” 110 .Penjelasan. Komponen sistem manajemen ditunjukkan pada figur diatas. Dimulai pada “high altitude”, Misi, visi dan Core Values yang diterjemahkan menjadi Hasil akhir Strategis yang diinginkan. “Pillars of Excellence” perusahaan, atau tema strategis, dipilih untuk memusatkan usaha pada strategi yang paling berpengaruh terhadap kesuksesan. Tujuan strategis digunakan untuk menguraikan strategi menjadi komponen-komponen yang dapat dilakukan yang dapat dimonitor menggunakan Ukuran Kinerja. Ukuran mengijinkan perusahaan menelusuri hasil akhir terhadap target, dan merayakan kesuksesan dan mengidentifikasi masalah potensial secara cukup cepat untuk memperbaikinya. Akhirnya, Inisiatif strategis menerjemahkan strategi menjadi sekumpulan proyekproyek berprioritas-tinggi yang perlu untuk diimplementasikan untuk memastikan kesuksesan strategi. Kepemimpinan yang bertautan dan interaktif, komunikasi dua-arah adalah dasar landasan dari sebuah sistem manajemen yang sukses. Sekali tindakan yang perlu dan pemikiran strategis ditentukan, rencana program tahunan, proyek dan perjanjian tingkat jasa dapat dikembangkan dan diterjemahkan menjadi permintaan anggaran. Perlu diingat, sistem manajemen balanced scorecard dibangun oleh pemimpin perusahaan, manajer, dan karyawan lainnya. 111 2.3.20.2. Building and Implementing Balanced Scorecard ( detailed ) Pendekatan terbaik dalam mengembangkan strategi perusahaan atau unit bisnis dan ukuran yang berhubungan adalah menggunakan metodologi Balanced Scorecard . Sistem kinerja balanced scorecard telah memiliki satu catatan rekor sukses, namun seseorang butuh cara yang disiplin dalam membangun dan mengimplementasikan sistem untuk memastikan bahwa strategi bisnis dijalankan dan bahwa perubahan budaya perusahaan yang diperlukan dapat diimplementasikan. Satu kerangka kerja contoh yaitu : Balanced Scorecard dari Institut yang menawarkan Nine-Step Methodology untuk mengembangkan tema strategis, strategi bisnis, tujuan dan sasaran strategis, strategi map, ukuran kinerja, target, dan inisiatif baru. Hasilnya adalah sebuah sistem manajemen strategis yang komprehensif, terdengar secara logis, dan didukung oleh seluruh perusahaan. Hal ini tidak menjamin strategi tersebut akan bekerja, namun ukuran tersebut akan menyediakan umpan balik yang tepat waktu tentang seberapa baik mereka bekerja sehingga tindakan korektif yang tepat waktu dapat diambil menyangkut strategi atau eksekusinya. Tanpa ukuran, sebuah strategi dan finansial perusahaan dapat keluar jalur secara substansial sebelum masalah apapun dikenali. Namun memiliki strategi yang baik tidaklah cukup untuk menjadi sukses. Keunggulan operasional juga diperlukan untuk menjalankannya. Untuk mencapai dan memelihara tingkatan yang tinggi dari produktivitas, kualitas, dan jasa pelanggan, sistem pengukuran proses atau operasional yang komprehensif diperlukan untuk mengelola proses-proses, departemen dan unit kerja. Sistem ini akan mengikutsertakan pengukuran 112 yang penting secara strategis, namun ukuran itu sendiri tidaklah cukup untuk mengelola operasional secara efektif. Gambar 2.18. Sembilan Langkah Menuju Sukses Membangun & Mengimplementasi sebuah Sistem Balanced Scorecard (http://www.balancedscorecard.org) Langkah Pertama Proses membangun Balanced Scorecard System dimulai dari sebuah penilaian Visi dan Misi perusahaan, Tantangan ( halangan ), enablers, dan values ( nilai ). Langkah Pertama juga menyangkut persiapan sebuah rencana manajemen perubahan untuk perusahaan, dan melakukan sebuah workshop komunikasi yang terfokus untuk mengidentifikasi pesan kunci, saluran media, pemilihan waktu yang tepat, dan messangers ( pembawa pesan ). 113 Langkah Kedua Elemen-elemen dari strategi perusahaan, termasuk hasil strategis, tema strategis, dan perspektif dikembangkan oleh peserta workshop untuk memfokuskan perhatian pada kebutuhan pelanggan dan usul nilai milik perusahaan. Langkah Ketiga Elemen strategis yang dikembangkan dalam Langkah Pertama dan Kedua diuraikan menjadi sasaran strategis, yang mana adalah balok bangunan dasar dari strategi dan mendefiniskan tujuan strategis perusahaan. Sasaran pertama kali diinisiasikan dan dikategorikan menjadi tingkat Tema Strategis, dikategorikan oleh Perspektif, dihubungkan dalam hubungan sebab-akibat ( Map Strategis ) untuk setiap Tema Strategis, dan kemudian selanjutnya digabungkan bersama untuk memproduksi satu kumpulan Sasaran Strategis untuk keseluruhan perusahaan. Langkah Keempat Hubungan sebab-akibat antara Sasaran Strategis tingkat-perusahaan disusun dalam sebuah Map Strategi tingkat-perusahaan. Tema Map Strategi yang sebelumnya disusun digabungkan kedalam sebuah Map Strategi tingkat-perusahaan secara keseluruhan yang menunjukkan bagaimana perusahaan menciptakan nilai bagi pelanggan dan para pemegang kepentingannya. Langkah Kelima 114 Ukuran Kinerja dikembangkan untuk setiap Sasaran Strategis tingkatperusahaan. Ukuran yang penting dan ketertinggalan diidentifikasi, target yang diharapkan dan ambang awal ( threshold ) yang diharapkan didirikan, dan garis dasar dan data tolok ukur ( benchmark ) dikembangkan. Langkah Keenam Inisiatif Strategis dikembangkan untuk mendukung Sasaran Strategis. Untuk membangun akuntabilitas perusahaan secara menyeluruh, kepemilikan dari Inisiatif Strategis dan Ukuran Kinerja diberikan pada staf yang tepat dan didokumentasikan dalam tabel definisi data. Langkah Ketujuh Proses implementasi dimulai dari mengaplikasikan software ukuran kinerja untuk mendapatkan informasi mengenai kinerja yang tepat pada orang yang tepat pada waktu yang tepat. Otomatisasi menambahkan struktur dan disiplin dalam mengimplementasikan sistem Balanced Scorecard, membantu mengubah data perusahaan yang terpisah-pisah menjadi informasi dan pengetahuan, dan menolong mengkomunikasikan informasi kinerja. Pendeknya, otomatisasi membantu orang membuat keputusan yang lebih baik karena menawarkan akses cepat terhadap data kinerja aktual. Langkah Kedelapan 115 Scorecard tingkat-perusahaan dialirkan kebawah menjadi scorecard Unit support dan business, yang berarti scorecard tingkat perusahaan ( Lapis Pertama ), diterjemahkan menjadi scorecard Unit Pendukung atau Unit Bisnis ( Lapis Kedua ) dan kemudian selanjutnya menjadi scorecard individual dan kelompok ( Lapis Ketiga ). Aliran kebawah menerjemahkan strategi tingkat-tinggi menjadi sasaran tingkat-lebihrendah, ukuran dan detail operasional. Pengaliran kebawah adalah kunci pengarahan perusahaan terhadap strategi. Scorecard individual dan kelompok menghubungkan pekerjaan sehari-hari dengan tujuan departemen dan visi perusahaan. Pengaliran kebawah adalah kunci terhadap pengarahan perusahaan terhadap strategi. Ukuran kinerja dikembangkan untuk seluruh sasaran pada seluruh tingkatan perusahaan. Sebagaimana sistem manajemen scorecard dialirkan kebawah melalui perusahaan, sasaran perusahaan menjadi lebih operasional dan taktis, sebagaimana ukuran kinerja juga. Akuntanbilitas mengikuti sasaran dan ukuran, sebagaimana kepemilikan didefinisikan pada setiap tingkat. Sebuah penekanan terhadap hasil dan strategi dibutuhkan untuk memproduksi hasil yang dikomunikasikan ke seluruh bagian perusahaan. Langkah Kesembilan Sebuah evaluasi dari scorecard yang telah selesai dikerjakan. Selama evaluasi ini, perusahaan mencoba untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan seperti, ‘Apakah strategi kita berhasil ?’, ‘Apakah kita mengukur hal yang benar ?’, ‘Apakah lingkungan kita telah berubah ?’, dan ‘Apakah kita menganggarkan uang kita secara strategis ?’ 116 Langkah-langkah tersebut dapat disimpulkan sebagai berikut : { Breakthrough Results } = { Describe the Strategy } + { Measure the Strategy } + { Manage the Strategy } Beberapa elemen penting yang harus diperhatikan dalam strategi yang menciptakan value : • Financial performance ( kinerja keuangan ), sebuah lag indicator, memberikan definisi penting mengenai ukuran kesuksesan sebuah perusahaan. Strategi menjelaskan bagaimana sebuah perusahaan bertujuan untuk menciptakan pertumbuhan yang berkesinambungan sesuai dengan nilai pemegang saham. • Berhasil dengan pelanggan yang sudah ditarget sebelumnya memberikan komponen penting untuk peningkatan kinerja keuangan. Sebagai tambahan dalam mengukur indikator hasil dari sukses pelanggan, customer perspective mendefinisikan value proposition untuk segmen pelanggan yang ditujukan. Memilih customer value proposition adalah elemen sentral strategi • Internal processes menciptakan dan menghantarkan proposisi nilai untuk pelanggan. Kinerja dari proses internal adalah indikator utama dari peningkatan berikutnya dalam hasil finansial dan pelanggan. • Intangible assets adalah sumber utama dari penciptaan nilai yang berkesinambungan. Tujuan-tujuan dalam Learning & growth menjelaskan bagaimana orang, teknologi, dan iklim perusahaan saling bekerjasama untuk mendukung strategi. Peningkatan dalam hal ukuran learning & growth adalah lead indicators untuk kinerja proses internal, pelanggan dan finansial. 117 • Objectives di keempat perspektif saling terhubung bersama dalam sebuah rantai hubungan sebab-akibat ( cause & effect relationship ). Meningkatkan dan menyelaraskan aset tidak berwujud memberikan kinerja proses yang ditingkatkan, yang berikutnya, mendorong sukses dalam pencapaian tujuan pelanggan dan pemegang saham. 2.4 Teori Analisa Penelitian dan Pengukuran Lainnya 2.4.1 Analisa Porter + Sixth Force Model five competitive forces atau biasa disebut juga model lima kompetensi Porter menurut Porter (1998,pp3-29) adalah alat pendekatan yang digunakan secara luas untuk mengembangkan strategi dalam banyak industri. Pembahasan lebih lanjut dalam bukunya Robbins dan Cauter dalam buku “manajemen” mengatakan bahwa banyak ide penting dalam manajemen strategis telah muncul dari karya Porter dari “The Harvard Business School” . Porter menyarankan bahwa beberapa industri pada dasarnya lebih menguntungkan dari pada yang lain-lain, dan oleh lebih menarik untuk dimasuki atau untuk tetap berada di situ. Di setiap industri, ada lima keunggulan kompetitif yang didiktekan peraturan persaingan. Kelima kekuatan itu menentukan profitabilitas industri sebab kekuatan-kekuatan tersebut langsung mempengaruhi harga ( Struktur biaya dan persyaratan-persyaratan penanaman modal ) yang dapat dibebankan oleh masing-masing perusahaan. Para manajer menilai daya tarik sebuah industri menggunakan kelima faktor ini. (David : 2007, p145) Kombinasi lima kekuatan tersebut yaitu : 118 1. Kekuatan tawar-menawar pembeli / konsumen 2. Persaingan antarperusahaan sejenis 3. Kekuatan tawar-menawar penjual / pemasok 4. Kemungkinan masuknya pesaing baru 5. Potensi pengembangan produk subsitusi Pendatang Baru Potensial Ancaman Kekuatan Tawar Kekuatan Pemasok Kekuatan Pembeli Pesaing Kekuatan Tawar Ancaman Substitusi Gambar 2.16 Sumber : Porter (1998,p4) 1. Kekuatan tawar menawar pembeli ( Bargaining power of buyers ) Ketika pelanggan terkonsentrasi atau jumlahnya besar, atau membeli dalam jumlah banyak, kekuatan tawarnya merupakan kekuatan utama yang mempengaruhi intensitas pelanggan dalam suatu industri. Ketika demikian halnya, konsumen sering 119 dapat melakukan negosiasi atau menekan harga jual, jaminan, dan paket aksesoris sampai ke tingkat tertentu. 2. Persaingan antar perusahaan sejenis Kekuatan ini paling berpengaruh dibandingkan dengan empat kekuatan lainnya. Strategi yang dijalankan oleh satu perusahaan dapat berhasil jika strategi itu memiliki keunggulan kompetitif ( competitive advantage ) dibandingkan dengan strategi yang dijalankan oleh perusahaan pesaing. Intensitas persaingan diantara perusahaan yang bersaing cenderung meningkat ketika jumlah pesaing bertambah, ketika konsumen dapat dengan mudah berganti merek dan jika merger dan akuisisi biasa terjadi dalam industri. 3. Kekuatan tawar menawar pemasok ( Bargaining power of suppliers ) Kekuatan tawar pemasok mempengaruhi intensitas persaingan dalam suatu industri, terutama ketika jumlah pemasok banyak, ketika hanya ada sedikit bahan baku pengganti yang baik, atau ketika biaya penggantian bahan baku amat tinggi. 4. Kemungkinan masuknya pendatang baru Hambatan-hambatan terhadap masuknya pesaing baru bisa berupa skala ekonomi, diferensiasi produk, kebutuhan modal, kurangnya pengalaman, kuatnya loyalitas pelanggan, fanatisme terhadap merek tertentu, kurangnya saluran distribusi yang memadai, kebijakan peraturan pemerintah, tarif, kurangnya akses bahan baku dan kepemilikan paten. 5. Potensi pengembangan produk subsitusi 120 Tekanan persaingan akibat adanya produk pengganti semakin bertambah ketika harga produk pengganti relatif murah dan biaya konsumen untuk beralih ke produk lain rendah. Semakin unik produk atau jasa yang dihasilkan, akan memperkecil peluang adanya produk atau jasa pengganti dari pihak lain. 6. Komplementor ( tambahan ) Komplementor adalah perusahaan atau entitas yang menjual atau menawarkan barang atau jasa yang cocok dengan, atau komplementer terhadap, barang atau jasa yang diproduksi dan dijual dalam industry yang bersangkutan. Barang komplementer menawarkan nilai lebih terhadap pelanggan ( customer ) dan dapat mengikat komplementornya atau memisahkannya. Ketika satu produk atau jasa saling komplemen satu sama lainnya, terdapat sebuah kondisi yang disebut komplementaritas, yang merupakan sejenis simbiosis komersial. Komplementor seringkali dianggap sebagai kekuatan keenam dari kerangka kerja analisis industri Porter. Keberadaan komplementor dapat mempengaruhi struktur tingkat persaingan dalam sebuah industri. Analisis - Komplementor Keberadaan komplementor dapat menguntungkan atau merugikan perusahaan yang berkompetisi dalam industry, tergantung pada situasi ( kondisi ). Jika bisnis berhasil bagi para komplementor, hal ini dapat berpengaruh positif terhadap perusahaan dalam industry yang bersangkutan. Di lain pihak, jika bisnis melambat bagi para komplementor, hal ini dapat mempengaruhi secara negative perusahaan dalam 121 industri yang bersangkutan. Jadi para komplementor dan barang komplementer tidak menambahkan atau mengurangkan tingkat kompetitif dari sebuah industry. ( Sumber : http://www.wikicfo.com/Wiki/%28S%28roimmo55ab0xymvmk4nbux55%29%29/D efault.aspx?Page=Complementors%20%20%20Sixth%20Force%20of%20Porters%20Five%20Forces&AspxAutoDetectC ookieSupport=1 ) 2.5. Sistem Informasi dan Penjelasannya 2.5.1 Pengertian Sistem Secara sederhana sistem dapat didefinisikan sebagai kumpulan dari elemen yang berhubungan atau berinteraksi dalam membentuk satu kesatuan. Mengutip dari O’Brien (2007, p24) “A system is a group of interrelated components with a clearly defined boundary, working together toward a common set of objectives by accepting inputs and producting outputs in an organized transformation process”. Sebuah sistem adalah sekumpulan komponen yang saling terkait dengan batasan yang didefinisikan dengan jelas, yang bekerja bersama untuk mencapai sekumpulan tujuan umum dengan menerima input dan menghasilkan output melalui proses perubahan yang terorganisasi. 122 2.5.2 Komponen Sistem Menurut O’Brien, sistem memiliki tiga komponen dengan fungsi dasar, yaitu : 1. Input mencakup menangkap dan menyusun elemen yang memasuki sistem untuk diproses. Sebagai contoh , bahan mentah, energy, data, dan usaha manusia harus diamankan dan diatur / dikelola untuk pemrosesan. 2. Processing mencakup proses transformasi yang mengubah input menjadi output. Contoh adalah proses manufaktur, proses bernafas manusia, atau perhitungan matematis. 3. Output mencakup transfer elemen-elemen yang telah diproduksi oleh sebuah proses transformasi menuju destinasi utama mereka. Sebagai contoh, produk jadi, jasa manusia, dan informasi manajemen harus dikirim kepada user manusia. Contoh : Sebuah sistem manufaktur sebagai contoh menerima bahan mentah sebagai input dan memproduksi barang jadi sebagai output. 2.5.3 Pengertian Sistem Informasi Mengutip dari O’Brien (2007, p24), sebuah sistem informasi adalah “A system that accepts resources (data) as input and processes them into products (information) as output.” Sistem informasi adalah sebuah sistem yang menerima sumber daya ( berupa data ) sebagai masukan ( input ) dan memprosesnya menjadi produk ( informasi ) sebagai hasil ( output ). 123 Sebuah organisasi bisnis adalah sebuah sistem dimana manusia dan sumber daya ekonomi diubah ( transformasi ) oleh proses bisnis yang berbeda-beda menjadi barang dan jasa. Menurut O’Brien (2007,p4), “Information system can be any organized combination of people, hardware, software, communication networks, policies, procedures and data resources that stores, retrieves, collect, transforms and disseminates information in an organization”. Sistem informasi dapat didefinisikan sebagai kombinasi dari orang, perangkat keras, perangkat lunak, jaringan komunikasi, kebijakan-kebijakan, prosedur dan sumber data yang menyimpan, mengambil, mengumpulkan, mengubah dan menyebarkan informasi dalam sebuah perusahaan.” Gambar 2.19. Komponen Sistem Informasi Sumber : O’Brien (2007,p7) 124 Informasi terdiri dari data yang telah diolah atau sebaliknya digunakan untuk tujuan informasi atau sebagai dasar untuk peramalan dan pengambilan keputusan. 2.6 Database 2.6.1 Definisi Database Menurut O’brien (2005, p145) “Database is an integrated collection of logically related data elements, consolidates records previously stored in separate files into a common pool of data elements that provides data for many applications”. Database adalah kumpulan elemen-elemen data yang terintegrasi secara logis dan berfungsi untuk mengkonsolidasikan penyimpanan sebelumnya dalam file terpisah ke dalam baris elemen data yang menghasilkan data untuk banyak aplikasi. 2.6.2 Tipe Database Tipe Database menurut O’Brien (2005, p150) yaitu : 1. Operational Database Database ini menyimpan detail data yang dibutuhkan untuk mendukung proses bisnis dan operasi dari e-bisnis perusahaan. 2. Distributed Database Tipe Database ini mereplikasi dan mendistribusi bagian-bagian Database untuk jaringan server, bertujuan untuk meningkatkan performa Database dan keamanan. 125 3. External Database Tipe Database ini yaitu dilakukannya penyimpanan database yang berada diluar proses bisnis perusahaan berlangsung, sekaligus biasanya sebagai backup. 2.6.3. Entity Relationship Model Berdasarkan http://en.wikipedia.org/wiki/Entity-relationship_model, Entity Relationship Model adalah sebuah representasi konseptual dan abstraksi dari data. Salah satu yang metode yang paling sering digunakan adalah penciptaan Entity Relationship Diagram. Sesuai dengan http://blog.its.ac.id/dyah03tc/2007/10/05/modul- 1-entityrelationship-diagram-erd/ , Model data adalah sekumpulan cara/ peralatan/ tools untuk mendeskripsikan data-data, hubungannya satu sama lain, semantiknya, serta batasan konsistensi. Ada dua model data, yaitu : Entity Relationship Diagram dan model relasional. Kita hanya akan membicarakan mengenai Entity Relationship Diagram pada perancangan prototipe program. Sebuah entity dapat didefinisikan sebagai sebuah benda yang dikenali sebagai sebuah keberadaan independen dan dapat secara unik diidentifikasi. Sebuah entity adalah sebuah abstraksi dari kompleksitas beberapa domain. Contoh sebuah entity antara lain adalah 2.7 User Interface 126 2.7.1 Prinsip-prinsip User Interface Tujuan dari User Interface Design ( UID ) adalah merancang Interface yang efektif untuk sistem perangkat lunak. Berikut adalah prinsip-prinsip UID menurut Proboyekti (2003) : - User familiarity : gunakan istilah, konsep dan kebiasaan user bukan komputer. - Consistency : konsisten dalam operasi dan istilah dalam seluruh sistem sehingga tidak membingungkan - Minimal surprise : Operasi bisa diduga prosesnya berdasarkan perintah yang disediakan - Recoverability : terdiri dari dua macam, yaitu : 1. Confirmation of destructive action ( konfirmasi terhadap aksi yang merusak ), dan 2. Ketersediaan fasilitas pembatalan ( Undo ) 3. User Guidance : Sistem manual ( online ), menu help, Caption pada Icon khusus tersedia User Interface yang baik harus menyatukan interaksi pengguna ( User Interaction ) dan penyajian informasi ( Information Presentation ) Ada 5 tipe utama interaksi untuk user interaction : 127 1. Direct Manipulation – pengoperasian secara langsung : interaksi langsung dengan obyek pada layar. Misalnya, delete file dengan memasukkannya ke trash bin. 2. Menu selection – pilihan berbentuk menu : Memilih perintah dari daftar yang disediakan. Misalnya saat click kanan dan memilih aksi yang dikehendaki. 3. Form fill-in – pengisian form : Mengisi area-area pada form. Contoh : Stock control. 4. Command language – perintah tertulis : Menuliskan perintah yang sudah ditentukan pada program. Contoh : Operating system 5. Natural language – perintah dengan bahasa alami : Gunakan bahasa alami untuk mendapatkan hasil. Contoh : Search engine di Internet. Warna menambah dimensi ekstra pada suatu Interface dan membantu user memahami struktur yang kompleks. Dalam menggunakan warna pada desain Interface ada beberapa petunjuk yang dapat diikuti seperti berikut ini : 1. Hindari penggunaan terlalu banyak warna 2. Gunakan kode warna untuk mendukung operasi 3. Desain monochrome kemudian tambahkan warna 4. Gunakan warna kode secara konsisten 5. Hindari pasangan warna yang tidak cocok / norak 128 6. Gunakan warna untuk menunjukkan perubahan status 2.7.2 Delapan Aturan Emas Dalam perancangan User Interface terdapat pedoman delapan aturan emas menurut Shneiderman (1998, p74-75), yaitu : a. Berusaha untuk konsisten Harus selalu konsisten dalam merancang tampilan. b. Memungkinkan frequent users menggunakan shortcuts Umumnya user yang sudah sering menggunakan aplikasi lebih menginginkan kecepatan dalam mengakses fungsi yang diinginkan. Untuk itu perlu disediakan tombol spesial atau perintah tersembunyi. c. Memberikan umpan balik ( feedback ) yang informatif Umpan balik harus diberikan untuk memberikan informasi kepada user sesuai dengan iaction yang dilakukannya. Umpan balik ini bisa berupa konfirmasi atau informasi atas suatu aksi. d. Merancang dialog yang memberikan penutupan ( keadaan akhir ) Umpan balik atas akhir dari suatu proses dan aksi akan sangat membantu dan juga user akan mendapat signal untuk melanjutkan ke aksi lainnya. e. Memberikan pesan pencegahan kesalahan dan penanganan kesalahan yang sederhana ( error handling message ) 129 Sistem dirancang sedemikian rupa sehingga dapat mencegah user dalam membuat kesalahan. Contohnya, bila terjadi kesalahan, sistem harus dapat memberikan instruksi yang sederhana, konstruktif dan spesifik untuk perbaikan. f. Memungkinkan pembalikan aksi yang mudah Ada kalanya user tidak sengaja melakukan aksi yang tidak diinginkan, untuk itu user ingin melakukan pembatalan. Sistem harus mampu memberikan fungsi pembatalan ini agar user akan merasakan lebih aman dan tidak takut dalam mencoba memakai sistem tersebut. g. Mendukung pusat kendali internal User yang berpengalaman sangat mendambakan kontrol yang kuat pada sistem, sehingga mereka merasa menguasai sistem tersebut. Sistem yang tidak terduga dan sulit dalam melakukan aksi akan menyulitkan user. h. Mengurangi beban ingatan jangka pendek Keterbatasan memori pada manusia harus ditanggulangi oleh program dengan tidak banyak membuat user untuk melakukan proses penyimpanan memori. 2.8. Dashboard ( dalam Business dan Information Technology ) Pengertian dashboard berdasarkan SearchCIO.com ( sumber : http://searchcio.techtarget.com/sDefinition/0,,sid182_gci804078,00.html yaitu : 1. Dalam bidang teknologi informasi, sebuah dashboard adalah sebuah rancang muka ( user interface ) yang mirip dengan sebuah dashboard mobil, 130 mengelompokkan dan menampilkan informasi dengan cara yang mudah untuk dibaca. Namun, sebuah dashboard komputer jauh lebih interaktif dibandingkan sebuah dashboard mobil ( kecuali dashboard tersebut juga berbasiskan komputer ). Hingga tahap tertentu, sebagian besar GUI ( Graphical User Interface ) menyerupai sebuah dashboard. 2. Beberapa produk yang bertujuan untuk mengintegrasikan informasi dari banyak komponen menjadi sebuah suatu tampilan yang disatukan seringkali menyebut diri mereka sebagai dashboards. Sebagai contoh, sebuah produk mungkin mendapatkan informasi dari sistem operasi lokal dalam sebuah computer, dari satu atau lebih situs jarak jauh. 3. Dashboards dapat di-customize dalam banyak cara dan diberi nama berdasarkan urutan tersebut, secara umum, sebagai contoh adalah sebagai dashboard perusahaan atau corporate secara umum, atau secara lebih spesifik, sebagai dashboard CIO atau CEO. 131 Gambar 2.20. Contoh gambar Map Dashboard Sumber : (http://en.wikipedia.org/wiki/Dashboard_(management_information_systems) 2.8.1 Tipe dari Dashboard Dalam sebuah digital dashboard yang dipasang, dashboard tersebut dapat digunakan untuk menelusuri aliran proses bisnis perusahaan. Secara grafik, para user dapat melihat proses-proses yang berada pada tingkat tinggi ( high-level data ) dan kemudian meneruskan kebawah ( drill down ) menjadi data yang bersifat low-level. Tingkatan detail ini seringkali terkubur didalam perusahaan dan sebaliknya tidak tersedia bagi para eksekutif senior ( top manager ) Tiga tipe utama dari dashboard yang mendominasi pasar saat ini; aplikasi software yang berdiri sendiri, aplikasi berbasiskan web-browser , dan aplikasi desktop yang juga 132 dikenal sebagai desktop widgets. Desktop widget dikendalikan oleh sebuah widget engine. Dashboard yang dikhususkan dapat menelusuri semua fungsi dalam perusahaan. Sebagai contoh termasuk fungsi sumber daya manusia, rekrutmen, penjualan, operasional, keamanan, teknologi informasi, manajemen proyek, manajemen hubungan pelanggan ( customer relationship management ). Proyek digital dashboards melibatkan unit bisnis sebagai pendorong dan departemen teknologi informasi sebagai faktor enabler. Kesuksesan dari proyek digital dashboard seringkali bergantung pada ukuran metrics yang dipilih untuk dimonitor. Key Performance Indicator ( KPI ), balanced scorecards , dan figure dari kinerja penjualan adalah beberapa contoh isi dari business dashboard. 2.8.2. Gaya desain tatap muka Seperti halnya sebuah dashboard mobil ( atau control panel ), sebuah software dashboard menyediakan para pengambil keputusan dengan masukan yang perlu untuk mengatur bisnis. Maka, graphical user interface dapat didesain untuk menampilkan rangkuman, grafik ( yaitu, bar chart, pie chart, bullet graphs, sparklines), dan ukuran standard ( dengan warna yang mirip dengan lampu lalu-lintas ) dalam sebuah kerangka kerja yang bersifat seperti portal untuk menyorot informasi yang penting. 133 2.8.3. Keuntungan dari Digital Dashboard Digital dashboard memberikan manajer akses untuk memonitor kontribusi dari berbagai departemen dalam perusahaan mereka. Untuk mengukur dengan tepat seberapa baik sebuah perusahaan bekerja secara keseluruhan, digital dashboard mengijinkan anda untuk menangkap dan melaporkan titik data spesifik dari setiap departemen dalam perusahaan, sehingga menyediakan ‘kilasan’ dari kinerja perusahaan Keuntungan menggunakan digital dashboard yaitu : • Presentasi visual dari ukuran kinerja • Kemampuan untuk mengidentifikasi dan memperbaiki tren negatif • Mengukur tingkat efisiensi / efektifitas • Kemampuan untuk menghasilkan laporan mendetail yang menunjukkan tren baru • Kemampuan untuk membuat keputusan yang lebih terinformasi berdasarkan pada business intelligence kolektif • Menyelaraskan tujuan perusahaan dan tujuan strategis • Menghemat waktu ketika menjalankan berbagai laporan • Mendapatkan overview menyeluruh dari seluruh sistem dengan segera 2.9. Pemilihan ASP.NET dalam Perancangan Prototipe Program Beberapa pertimbangan dalam memilih sesuai dengan perusahaan dan berdasarkan Ken (2004, p12-19) yaitu : 134 1. Perusahaan telah membeli lisensi produk Microsoft dalam proses bisnisnya khususnya Microsoft Office Suite dan Windows 2. Perusahaan menggunakan Windows Operating System XP sebagai OS utama 3. Beberapa kelebihan ASP.NET yaitu : - ASP.NET adalah software yang berjalan diatas .NET Framework ( sehingga tidak perlu memikirkan framework apakah yang perlu dipakai ) – multi layer - Menyediakan interoperabilitas dengan webserver IIS bawaan Microsoft untuk menghandle server side dan http protocol - Menyediakan kompabilitas terhadap bahasa .NET yang lain seperti VB.NET - PHP dan ASP adalah bahasa interpreter, sedangkan ASP.NET adalah compiler, sehingga tentu saja dengan native interpreter ( terutama dalam aplikasi besar perusahaan ) dibandingkan dengan compiler akan lebih cepat compiler ( php dapat di compile namun membutuhkan 3rd party software seperti zend ) - Menggunakan bawaan dari .NET framework, dapat dengan mudah diconvert komponen dari bahasa yang sejenis seperti C# dengan J# ataupun VB.NET - ASP.NET runtime memiliki support atas web farm, multi server session dan banyak fitur baru dan kemudahan seperti chart control. 2.9.1. Perbandingan antara ASP.NET dengan PHP Perbandingan antara php dengan asp.net ( seperti tertera dalam http://idwebhost.kyokyo.id.or.id/?p=18 ) dan ( http://en.wikipedia.org/wiki/Asp.net; http://en.wikipedia.org/wiki/php ) serta ( http://www.aspvphp.com ) antara lain adalah : 1.Platform 135 ASP adalah bahasa pemrograman Microsoft yang membutuhkan server IIS dan Windows untuk menjalankannya, meskipun ASP dapat dijalankan di server Apache, namun hasilnya tidak semaksimal php di Apache. Dengan .NET framework maka ASP dapat dijalankan diatas server Apache berbasiskan Linux. Satu lagi adalah space harddisk yang cukup besar untuk instalasi aplikasi .NET. PHP adalah bahasa bahasa scripting yang didesain free of charge dan dapat dijalankan di semua web server dan hamper semua platform, dan tidak ada masalah dimana PHP harus dijalankan. Space harddisk yang dibutuhkan rata-rata lebih kecil dibandingkan dengan ASP.NET, dengan pengurangan sedikit fungsionalitas. 2.Syntax dan Semantics ASP menggunakan bahasa standar yang dikembangkan oleh Microsoft, yaitu Microsoft VBScript, dan Jscript. ASP sebenarnya adalah paket dari beberapa bahasa pemrograman yang berjalan melalui .NET Framework. Entah menggunakan VBScript, JavaScript, atau C#. Selain itu ASP.NET mengkompilasi kodenya terlebih dahulu sebelum masuk ke runtime. PHP adalah bahasa script yang tidak melakukan kompilasi dalam penggunaannya. Ketika menggunakan PHP berarti sedang menggunakan PHP itu sendiri, dimana PHP dapat dijalankan secara runtime melalui console serta dapat menjalankan perintahperintah sistem. ( interpreter ) 3.Fungsi dan Obyek ASP memiliki Model Object yang cukup baik, dimana kita dapat mengakses dan memodifikasi header HTTP dan komponen dokumen melalui serangkaian method dan property. Selain itu ASP memiliki banyak fungsi yang built-in dan obyek yang cukup 136 kompleks ( yang dikembangkan oleh Microsoft ), dan mendukung koneksi database yang persisten. PHP memiliki lebih dari 85 function untuk memanipulasi string. Koding PHP seringkali dapat dilihat dan untuk mengatasi hal ini, telah dikembangkan Zend encoder, sehingga kode PHP ini dapat ‘dikompilasi’ dan menjadi tidak dapat dibaca ( seharga $2,000 ). 4.Kecepatan ASP ditulis dalam beberapa bahasa yang berbeda dengan level kompleksitas yang cukup tinggi, beberapa bahasa yang dipakai tersebut kemudian diterjemahkan kedalam Common Language Infrastructure ( CLI ) yang kemudian di-fed ke mesin virtual dan barulah dieksekusi. Proses yang cukup berat dan lambat ( membutuhkan spesifikasi hardware yang cukup tinggi ), namun setelah dikompilasi dapat dijalankan di komputer client dengan cepat. PHP ditulis dalam bahasa C murni, dan diciptakan dengan tujuan khusus untuk pemrograman server site, PHP memiliki kecepatan yang cepat, dan semakin cepat dengan berkembangnya versi ( http://www.benpinter.net/article.php?story=200311212244399660 ) Modul PHP berjalan dalam ruang memorinya sendiri sehingga tidak ada waktu yang hilang untuk berhubungan dengan object atau sistem lain yang berjalan didalam proses yang berbeda. Selain itu, page yang dibangun dengan PHP rata-rata memiliki kapasitas yang cukup kecil, sehingga sangat cepat untuk diakses. 5.Konektivitas 137 ASP biasanya melakukan koneksi ke Microsoft SQL server dan kemungkinan Access. Meskipun dapat dilakukan koneksi ke server lain, namun direkomendasikan hanya melakukan koneksi ke Microsoft SQL server.ASP membutuhkan connection string untuk koneksi. PHP dapat melakukan koneksi ke hampir semua server. Bahkan dapat membuat semacam flat text file dan menggunakannya sebagai database. 6.Biaya Untuk menjalankan ASP membutuhkan hardware dengan spesifikasi cukup berbobot dan software berlisensi Microsoft ( sedapat mungkin MS SQL dan IIS ) PHP berjalan biasanya di server Apache berbasis Linux ( dapat juga di Windows ), PHP dan Linux adalah produk open source. Untuk menjalankan PHP dapat menggunakan Pentium 3 dengan 128MB RAM. 7.Kesimpulan ASP banyak digunakan dalam dunia bisnis, khususnya ke perusahaan-perusahaan besar, sementara PHP sangat jarang digunakan dalam dunia bisnis strategis, terlebih yang krusisal seperti perbankan, dan lain-lain. Untuk tujuan bisnis ( small, medium, enterprise ) ASP lebih banyak dipelajari karena banyak digunakan. Untuk PHP banyak digunakan dalam proyek bisnis skala kecil, namun tetap memiliki sisi komersial ( terlihat dari banyaknya aplikasi komersial PHP di Internet ). Untuk ke depan, .NET dengan ASP.NETnya lah yang berkemungkinan besar bermain di dunia 138 enterprise sedangkan PHP meskipun dapat masuk kedalam dunia enterprise agak sulit, dan untuk framework nya harus membeli aplikasi 3rd party. Sistem operasi layanan web apakah yang digunakan, apakah UNIX/LINUX atau Windows ? Server Apache ataukah IIS ? Berapakah biaya yang dikeluarkan ? Produk layanan serta dukungan maintenance hosting apa yang diinginkan ? PHP lebih fleksibel karena dapat berjalan di berbagai platform, sedangkan ASP lebih optimal jika dijalankan di Windows. Untuk masalah database, layanan hosting berbasis Windows hanya menyediakan Microsoft Access, sedangkan jika ingin menggunakan Microsoft SQL Server perlu mengeluarkan biaya, sedangkan untuk hosting platform UNIX/Linux menggunakan database MySQL. ( Namun cukup jarang untuk menemukan programmer UNIX/Linux di Indonesia ).