Daily Fresh Juice

advertisement
Fresh JUICE ! refresh your soul
Fresh JUICE !
Fresh Juice adalah buku renungan
harian berdasarkan penanggalan
liturgi Katolik. Dibuat oleh para anggota DOJ Bali. (www.DOJCC.com).
Terbit sebulan sekali di awal bulan.
Untuk informasi berlangganan hubungi : Nathasa (0361 - 85 11223)
Kritik dan saran : [email protected]
Fresh JUICE ! Team
Moderator: Rm. Hady Setiawan,Pr
Penasihat : Herry Respatia
Pemimpin Umum : Yovie Setiawan
Pemimpin Redaksi : Nathasa
Editor : Nathasa, Herry Respatia,
Yovie
Penulis :Nathasa, Lulu, Adhi,
Martina, Agatha, Fransiska, Hanz,
Franky, Yovie, Diakon Vincent
MGL, Ardhi, Jeff, Rina, Rm. Jopeph, MGL, Bro Wenz MGL, Sr.
Benedicta, Fr. Mattheus, Fr David
Langganan & Marketing Iklan :
Nathasa (0361- 85 11223)
Distribusi : Anggota DOJ Bali
Seluruh hasil Fresh Juice akan
disumbangkan untuk pembangunan Rumah Retret di Bedugul
Sumbangan dapat disalurkan ke :
Bank BCA
A/C No. 611 033 7785
An. Flora Ida W
Harap sms / telpon
0361 - 8511223 untuk konfirmasi.
Fresh JUICE !
managed by :
Vol. 22/2011
www.DOJCC.com
Sapaan Redaksi
Selamat Hari Raya Idul Fitri, mohon
maaf lahir batin…Saya percaya walaupun kita semua tidak ikut merayakan hari raya ini, tapi moment yang
bagus juga untuk kita ikut saling memaafkan dan bersilahturahmi dengan
keluarga, teman dan kerabat kita
semua.
Saat kita benar-benar mau memaafkan dan dimaafkan, juga menerima
sesama kita apa adanya pasti kedamaian ada didalam hati kita. Kasih Karunia Allah akan tercurah dalam hati
dan hidup kita.
Bulan September adalah bulan Kitab
Suci dalam Gereja Katolik, kitab suci
berisi tentang janji-janji Allah. Janji-janji Allah yang selalu memberikan tuntunan yang terbaik bagi kita semua.
Dengan membaca janji-janji Allah,
kita akan selalu menyadari kasihNya
dalam hidup kita. Kedamaian dan sukacita juga akan tercurah dalam hati
kita. Mari di bulan ini kita boleh semakin rindu untuk membaca dan merenungkan janji Allah dalam hidup kita.
Semoga Fresh Juice yang disajikan
tiap hari ini bisa menadi berkat untuk
teman-teman semua…
God Bless
Nathasa
Fresh JUICE ! 1
Agenda DOJCC Bali September 2011
4 Sept 6 Sept 11 Sept 11 Sept 13 Sept 14 Sept 14 Sept 18 Sept : Gathering DOJ Firman Rm. Deni Mary, Pr
: Pertemuan Worship Team pk. 19.00
: Tugas Tatib Misa English Gereja FX pk. 18.00
: Gathering DOJ. Firman Ibu Linda Wahyudi
: Latihan Koor Misa English pk. 19.00
Latihan Doa Taize (Sie. DOA) pk. 20.00
: DOA Taize 18.30 - 19.30 di Gereja FX
: Pertemuan Seksi DOA pk. 20.00
: Tugas Koor Misa English di Gereja FX
pk. 18.00. Siap di Gereja pk. 17.00
18 Sept : Dinner dan Gathering pk. 19.00
Firman : Yovie. “Redesign Your Life”
20 Sep : Pertemuan Worship Team pk. 19.00
21 Sept : DOJ Bali Birthday. Misa bersama Rm. Hady
Setiawan Pr di Aula Pasturan Gereja FX
Lantai 4 pk. 19.00
24 Sept : DOJ Anniversary Celebration
28 Sept : Formation Teaching di Pasturan pk. 19.00
* Semua Gathering bertempat di
Aula Pasturan Gereja FX Lantai 4
Info : 0361 - 85 11223
email : [email protected]
2
Fresh JUICE !
Vol. 22/2011
1 September 2011 : Duc in altum: Bertolaklah ke tempat dalam !
Maria Margareta Redi
Kol 1:9-14,
Mzm 98:2-3ab,3cd-4,5-6,
Luk 5:1-11
Lukas 5:4 Setelah selesai berbicara, Ia berkata kepada Simon: “Bertolaklah ke tempat
yang dalam dan tebarkanlah jalamu untuk menangkap ikan.”
Tak terasa sebentar lagi tepatnya 21 September, sudah tujuh tahun usia DOJCC Bali.
Saya jadi teringat kembali ketika pertama kali dibaptis Sabtu, 6 April 1996, saat malam
Paska di Gereja FX. Sempat terlintas dalam pikiran saya menjadi orang Katolik itu bakal
enak. Dalam artian, hanya cukup pergi ke misa sekali seminggu, setiap hari 3 kali berdoa, doa makan pagi, makan siang dan makan malam. Plus doa pagi sesudah bangun
tidur dan doa malam, itupun kalau ingat.
Seiring berjalannya waktu, saya semakin menyadari bahwa panggilan menjadi orang
Kristen, pengikut Kristus, ternyata tidaklah semudah yang saya bayangkan. Ada begitu
banyak pengorbanan dan harga yang harus dibayar. Menjadi pengikut Kristus bukan
sekedar lagi hanya mengenal Yesus di permukaan saja, namun mencintaiNYA dengan
seluruh keberadaan kita.
Injil hari ini Yesus menyuruh Simon Petrus untuk menebarkan jalanya ke tempat yang
lebih dalam. Petrus pasti sempat berpikir “Ah, masakan anak tukang kayu berani-beraninya menyuruh aku, sang ahlinya nelayan ikan, untuk dimana menyebarkan jala.
Bukannya aku sudah semalaman kemaren mencari ikan dan gak dapat-dapat?” Namun jawaban Petrus sungguh mengejutkan. “Karena Engkau menyuruhnya, aku akan
menebarkan jala juga.” begitu jawab Petrus.
Apa artinya jawaban Petrus kepada Yesus ini terhadap kita semua?
1. Kita diminta untuk percaya sepenuhnya kepada Yesus, Sang Penuntun Hidup kita.
Walaupun kita merasa bisa, kita merasa kuat, kita diminta selalu untuk berserah dan
mengandalkan Yesus dalam kehidupan kita sehari - hari.
2. Bertolak ke tempat yang dalam, artinya kita diminta untuk mau mengenal Yesus lebih
dalam lagi. Mungkin ada resiko atau tantangan saat kita ke tempat yang lebih dalam,
namun Yesus berjanji akan selalu berjalan bersama kita. Dalam suka dan duka sekalipun. Bertolak ke tempat yang lebih dalam itu juga berarti saat kita memutuskan untuk
melayani DIA. Meninggalkan hal yang nyaman yang sering kali menggoda kita untuk
melayani DIA.
3. Ada berkat yang menanti kita di tempat yang dalam. Saat Petrus mau menebar jala
ke tempat yang dalam, Petrus akhirnya banyak menangkap ikan. Berkat tidak hanya
berarti berkat materi. Namun jauh yang lebih penting dari itu yaitu berkat rohani. Berkat rohani yang tiada pernah berkesudahan yaitu sukacita, kasih dan damai yang
selalu hadir dalam kehidupan kita.
Duc in altum ? Bertolak ke tempat yang lebih dalam ?
Siapa takut .. !
Yovie
Vol. 22/2011
Fresh JUICE ! 3
2 September 2011 : Anggur Tua Itu Baik
Ludovikus Yosef Francois, Yohanes Gruyer & Petrus Renatus Rogue, Yohanes Fransiskus
Burte,Severinus Girault, Apolinaris Morel
Kol 1:15-20,
Mzm 100:2,3,4,5,
Luk 5:33-39 Luk 5:39, “Dan tidak seorangpun yang telah minum anggur tua ingin minum
anggur yang baru, sebab ia akan berkata: Anggur yang tua itu baik.”
Waktu aku tinggal di Canberra, aku dan beberapa frater MGL (Missionaries of God’s
Love) pernah diundang ke rumah salah satu anggota DOJCC (Disciples of Jesus Covenant Community). Waktu itu kami diundang untuk mengadakan “home fellowship” yakni
suatu kegiatan dimana beberapa anggota komunitas berkumpul dan mengadakan
acara makan malam sambil bercerita tentang apa saja.
Rumah yang kami kunjungi agak jauh dari Canberra, tepatnya di Murrumbateman (NSW
– New South Wales). Ternyata rumahnya berada di tengah-tengah perkebunan anggur
yang sangat luas. Yang lebih mengejutkan lagi, ternyata rumah tersebut juga menjadi
tempat produksi untuk minuman anggur (wine) yang cukup terkenal di Australia, yakni
“Clonakilla”.
Pada kesempatan “home fellowship” itu aku mendapat kesempatan yang sangat langka untuk mencicipi anggur yang lumayan tua. Katanya, kalau dijual di hotel bintang
lima bisa mencapai ratusan dollar per gelas-nya. Ternyata memang rasanya, luar biasa. Lain seperti anggur biasa. Setelah menegak satu tegukan saja, rasanya itu melekat
dari bibir, mulut, tenggorokan sampai aku menelannya. Langsung saja spontan berkata, “Ini baru namanya anggur...”
Ternyata tepat seperti yang dikatakan dalam Injil hari ini yaitu anggur yang tua itu baik
dan setelah minum anggur tua itu, aku tidak mau minum anggur yang baru karena rasa
anggur di bibir dan mulut akan hilang. Ada rasa yang tak tergantikan.
Demikian pula seperti perumpamaan yang disampaikan dalam Injil Matius. Setelah
mengenal Yesus dan firmanNya yang hidup, “anggur-anggur” dunia yang lain terasa
hambar. “Anggur Yesus” yang aku “minum” tiap hari melalui FirmanNya di dalam kitab
suci dan di dalam Sakramen Ekaristi kudus serasa melekat.
Yang menjadi pertanyaan bagi kita semua adalah apakah sebagai orang yang sudah
mengenal Yesus dan sudah dibaptis di dalam Namanya, kita masih mencari “angguranggur” yang lain di dunia ini?
Diakon Vincent, MGL
4
Fresh JUICE !
Vol. 22/2011
3 September 2011 : Anak Manusia adalah Tuhan atas hari Sabat
Gregorius Agung
Kol 1:21-23,
Mzm 54:3-4,6,8,
Luk 6:1-5
Pada dasarnya manusia selalu mencari yang terbaik dalam mencapai cita cita
hidupnya. Aturan dan hukum menjadi pijakan utama agar hasrat untuk berhasil dapat
tercapai. Hukum dijadikan pedoman untuk menentukan arah kemana perahu kehidupan mesti dibelokan. Tak jarang pula terjadi bahwa aturan dan hukum yang membantu dalam pencapaian tersebut dijalankan secara kaku, tanpa memperhatikan
nilai nilai humanitas universal.
Pada injil hari ini, Yesus mengecam orang Farisi karena terlalu kaku dengan
penerapan hukum taurat. Hukum bagi mereka dilihat sebagai sesuatu yang mesti
dijalani, ditaati tanpa memandang nilai kemanusiaan. Manusia boleh dikorbankan
demi hukum. Martabat manusia lebih rendah dari hukum. Hukum seolah olah menjadi takaran keselamatan manusia. Disitulah mereka berhadapan dengan Yesus yang
menafsir hukum taurat sebagai sarana bukan sebagai tujuan hidup manusia. Injil Lukas
menampilkan secara gamblang bagaimana Yesus memperbolehkan murid muridNya
untuk memetik dan memakan pucuk gandum pada hari sabat yang tentunya bertentangan dengan hukum taurat. Di sini terbersit sebuah kebenaran ilahi bahwa Yesus
adalah tuan atas hari Sabat dan tuan atas hukum taurat. Keselamatan terjadi bukan
karena mentaati hukum taurat tetapi beriman akan Yesus Kristus. Lukas menulis bahwa
Yesus mewartakan dirinya sebagai Anak Manusia yang adalah tuan atas hari sabat.
Hari sabat adalah hari syukuran bagi umat yahudi. Mereka melakukan doa dan pujian
sebagai tanda hormat kepada Yahwe. Secara implisit, Yesus mau mengatakan kepada mereka bahwa dirinya adalah Allah yang mereka sembah. Dirinya adalah mesias
yang mereka nanti nantikan. Namun, mata dan hati kaum farisi masih gelap, belum
sepenuhnya terbuka akan kehadiran Allah dalam diri Yesus.
Kita memang mengakui bahwa Yesus adalah Anak Alllah. Namun apakah kita sungguh
sungguh percaya bahwa Dia menjadi Tuhan atas hidup kita? Sudahkah kita menyerahkan hidup sepenuhnya kepada Dia? Kalau belum inilah saat yang tepat untuk memperbaharui kembali komitment kita kepada Yesus.
Fr. Matheus, MGL
Vol. 22/2011
Fresh JUICE ! 5
4 September 2011 : Beraksi daripada bereaksi
Hari Minggu Biasa XXIII
Yeh 33:7-9,
Mzm 95:1-2,6-7,8-9,
Rm 13:8-10,
Mat 18:15-20 Mat. 18:15
“Apabila saudaramu berbuat dosa, tegorlah dia di bawah empat mata.”
Hari ini Injil Matius mengingatkan kita akan sesuatu hal yang sangat praktis di dalam
hidup kita. Hal praktis itu adalah bagaimana kita menghadapi seorang yang bertingkah laku kasar terhadap kita. Di dalam kehidupan setiap hari, sering kali kita mengambil
suatu langkah yang salah. Kita lebih cepat untuk membuat satu asumsi tentang diri kita
sendiri. Kita mengolahnya sendiri di dalam diri kita tanpa mencari suatu solusi yang baik
dan benar. Hal ini sangat membahayakan karena jikalau kita tidak mengolahnya atau
menceritakan dengan orang lain yang terpercaya, kita telah memasukkan diri kita ke
dalam satu kesempatan yang membahayakan diri kita sendiri.
Sering kali terjadi bahwa jikalau kita tidak dapat menghadapinya, kita memulai suatu
network yang salah. Kita mulai menceritakan kepada orang ketiga, keempat dan seterusnya, dan seterusnya. Akhirnya orang yang kedua-lah yang akan menjadi orang
yang paling terakhir untuk mengetahui persitiwa itu. Orang kedualah yang sebenarnya
sangat penting pada saat ini menjadi korban. Karena itu, persoalan yang sebenarnya
kecil dan mudah diselesaikan, kini menjadi suatu permasalahan yang sangat besar
dan sulit untuk dikendalikan.
Yesus mengingatkan kita akan suatu koreksi dan perbaikan yang dilakukan secara lansung terhadap saudara/i kita yang bersalah dan bukannya gossip. Alangkah indahnya
kalau kita membuat suatu koreksi daripada membicaralkan orang lain di belakangnya.
Yesus mengatakan, “Apabila saudaramu berbuat dosa, tegorlah dia di bawah empat
mata. Jika ia mendengarkan nasihatmu engkau telah mendapatnya kembali.” Kalau
kita tahu bahwa saudara/i kita berbuat salah, tegurlah dia lewat suatu proses yang baik
dan benar.
Kita sungguh harus medengarkan pengajaran Yesus hari ini. Kita harus belajar untuk
mengendalikan diri kita sendiri. Kita harus berani datang dan menghadap saudara/i
kita yang telah menyakitkan hati kita. Kita harus segera bertindak, sebelum pikiran kita
mempengaruhi perasaan kita. Kita harus membiarkan pikiran kita yang positif mendominasi perasaan kita yang negatif. Karena sering kali dengan gampang kita bereaksi
terhadap tindakan orang lain, dari pada mengambil suatu aksi yang positif dan dipikirkan secara matang. Marilah kita menghadap Yesus dan membiarkan sabdaNya mengalir dalam diri kita.
Rm.Joseph, MGL
6
Fresh JUICE !
Vol. 22/2011
5 September 2011 : Pelayanan Cinta Kasih
Kol 1:24-2:3,
Mzm 62:6-7,9,
Luk 6:6-11 Luk 6:9
Lalu Yesus berkata kepada mereka: “Aku bertanya kepada kamu : Manakah yang diperbolehkan pada hari Sabat, berbuat baik atau berbuat jahat, menyelamatkan nyawa orang atau membinasakannya?”
Dalam salah satu karyanya, yang berjudul Dimana Ada Cinta Disana Tuhan Ada, Leo
Tolstoy berkisah tentang Martin Avdeich, seorang perajin sepatu yang setelah rajin
membaca Kitab Suci, memiliki keinginan yang kuat untuk bertemu dengan Tuhan. Dia
ingin menyambut Tuhan dengan sebaik-baiknya bila Tuhan mengunjunginya. Hari demi
hari dilaluinya dengan melakukan berbagai macam hal, membantu tetangganya
yang menyekop salju, memberi makan dan minum pada seorang wanita tua yang
kebetulan lewat depan rumahnya, menolong seorang bocah yang ketahuan mencuri
apel, sambil tetap mengharapkan kedatangan Tuhan di rumahnya. Pada suatu malam
Martin bermimpi, ada suara yang memanggil namanya, “Martin, apakah engkau tidak
mengenaliku ?” mulanya Martin tidak tahu suara siapa itu, kemudian dari sudut yang
gelap, muncullah wajah orang-orang yang telah pernah dibantunya, sang tetangga,
si wanita tua, dan bocah pencuri apel itu. Saat itu pula hati Martin dipenuhi sukacita,
dan mengertilah dia, Tuhan memang telah mengunjunginya lewat orang-orang yang
pernah dijumpainya.
Injil hari ini mengingatkan kita bahwa cinta kasih menuntut perbuatan nyata bukan
hanya sebatas teori saja. Cinta kasih dan pelayanan jauh lebih penting daripada
segala peraturan formal. Orang Farisi mencela Yesus karena Ia menyembuhkan orang
pada hari Sabat, hari dimana bagi orang Farisi adalah hari untuk beribadah dan tidak
melakukan apa-apa. Namun bagi Yesus, manusia lebih penting daripada peraturan
yang kaku, berbuat kebaikan pada hari Sabat bukanlah suatu kesalahan.
Tuhan hadir dalam tiap langkah hidup kita, Tuhan tidak hanya kita temui dalam Alkitab saja, perbuatan nyata akan pengamalan cinta kasih yang dianugerahkan Tuhan
kepada kita merupakan hal yang utama. Boleh kita menghapal berbagai ayat Kitab
Suci namun tanpa praktek, semuanya tak ada artinya. Marilah kita mendasarkan pelayanan kita akan cinta kasih dan bukan sekedar teori saja.
AGATHA
Vol. 22/2011
Fresh JUICE ! 7
6 September 2011 : Mampu Menerima
Kol 2:6-15,
Mzm 145:1-2,8-9,10-11,
Luk 6:12-19 “Pergilah Yesus ke bukit untuk berdoa dan semalam-malaman Ia berdoa
kepada Allah” (Luk 6:12).
Seorang pemimpin perusahaan tentu akan mendiskusikan dengan dewan personalia perusahaannya ketika akan menerima calon karyawan. Berdasarkan isi riwayat
hidup, pekerjaan dan pendidikan, ia kemudian bisa memastikan apakah calon-calon
kar-yawan tersebut bisa berkerja dan mendatangkan keuntungan bagi perusahaannya. Atau sama halnya dengan seoarang manajer tim sepakbola yang punya banyak
pemandu bakat dan asisten yang sibuk menyeleksi type pesepakbola apa yang dibutuhkan timnya untuk merebut trophy kemenangan.
Seperti seorang pemimpin perusahaan atau seorang manajer tim sepakbola, Yesus
pun tidak asal saja memilih keduabelas murid-Nya. Lukas mengisahkan sebelum Yesus
memilih keduabelas rasul, Ia pergi ke bukit untuk berdoa. Dalam ceritera Kitab Suci,
bukit selalu disamakan dengan tempat Allah bersemayam. Karena itu, ketika Yesus naik
ke bukit untuk berdoa, berarti Ia mendiskusikan dengan Allah sendiri tentang orangorang seperti apa yang bisa layak menjadi orang-orang terdekat-Nya. Orang-orang
kepercayaan-Nya, yang menjadi tangan kanan dan pembantu-pembantu terdekatNya agar bisa membantu untuk menuntaskan misi-Nya di dunia, yaitu membawa keselamatan bagi dunia.
Setelah semalam suntuk berdoa, baru kemudian Yesus memilih keduabelas orang murid-Nya. Ironisnya adalah seberapa baik kualitas orang-orang yang dipilih Yesus? Sebut
saja Petrus yang menyangkal Yesus tiga kali, atau Yakobus dan Yohanes yang lebih
mengutamakan kedudukan dan kuasa, atau Thomas yang terkenal kurang percaya,
dilengkapi dengan Yudas yang mengkhianati-Nya. Saya pun diajak sejenak merenung,
apa sebenarnya isi doa Yesus, sebelum Ia memilih keduabelas murid-Nya? Mengapa
harus menghabiskan waktu semalam-malaman dalam doa kalau orang-orang yang
dipilih kemudian hanya punya kualitas seperti Petrus, Yohanes, Yakobus, Thomas dan
Yudas?
Kiranya bukan kualitas Petrus, Yohanes, Yakobus, Thomas dan Yudas yang didoakan
Yesus. Agaknya Yesus lebih melihat ke dalam diri-Nya sendiri. Ia berdoa untuk diri-Nya
sendiri agar mampu menerima orang-orang seperti Petrus, Yohanes, Yakobus, Thomas dan Yudas sebagai orang-orang terdekat-Nya. Menyeleksi calon pekerja, memilih
pesepakbola handal atau bahkan memilih sahabat dan pacar mungkin tidak sulit sebab masing-masing kita punya kriteria-kriteria tertentu. Namun, ketika kita berani untuk
menerima orang lain apa adanya sama seperti Yesus menerima keduabelas murid-Nya,
kiranya bukan hanya semalam suntuk kita harus berdoa, tetapi seumur hidup.
FR.WENZ, MGL
8
Fresh JUICE !
Vol. 22/2011
7 September 2011 : Berbahagialah Saat Engkau Menangis
Kol 3:1-11,
Mzm 145:2-3,10-11,12-13ab,
Luk 6:20-26 Lukas 6:21b
“Berbahagialah hai kamu yang sekarang ini menangis, karena kamu akan tertawa.”
Ketika kesulitan sepertinya tidak mau lepas dari kehidupan Anda, jangan menyerah.
Karena orang yang menyerah, cenderung kecewa kepada Tuhan, menyalahkan Tuhan
dan bahkan bisa murtad. Kalau orang sudah dikuasai oleh kekecewaan, akan mudah
putus asa. Dan kalau orang sudah berputus asa, apa pun yang baik untuk masa depannya yang sedang dikerjakannya saat itu, bisa ditinggalkan, dibuang atau bahkan
dihancurkannya sendiri dengan perkataan ataupun tindakan.
Padahalnya bila kita belajar dari pengalaman sendiri atau pun orang lain, dua hal
yang ada di dunia ini, yakni kebahagiaan atau pun penderitaan, sering hadir dalam
selubung.
Di balik sebuah tangisan dan penderitaan, bila orang menghadapinya dengan lapang
dada, di suatu hari kemudian ia akan menyadari bahwa lewat tangisan itu Allah telah
memberinya sebuah kekuatan baru. Atau lewat penderitaan itu Allah telah membuka sebuah selubung yang selama ini menutup matanya terhadap ‘sesuatu’. ‘Sesuatu’
yang selama ini dikejarnya tetapi dapat menjauhkan dia dari Allah karena ‘sesuatu’ itu
palsu. Dengan menjauhkan ‘sesuatu’ itu dari hidupnya, awalnya membuat dia menderita, tetapi kemudian mendatangkan berkat-berkat dan kebahagiaan. Sebaliknya,
di dalam tawa renyah seseorang, di balik berkat dan kesuksesan, orang dituntut untuk
berhati-hati, tetap teguh dan tidak lengah, jangan sampai terjatuh dan mendatangkan
penderitaan dan air mata.
Seorang sahabat saya, bila saya bertanya kepadanya mengapa matanya sembab
atau mengapa terlihat sedih, dia selalu menjawab, “Tuhan sedang memberiku karunia air mata. Dengan air mataku ini Tuhan sedang membersihkan diriku, membuka selubung keterlenaanku supaya nantinya aku bisa tersenyum dan tertawa lebih bebas.”
Terima kasih, Tuhan Yesus, untuk sabda bahagia-Mu hari ini. Amin.
narita
Vol. 22/2011
Fresh JUICE ! 9
8 September 2011 : Mengapa Kamu Ragu ? Tidakkah Kamu Percaya Pada-KU ?
Pesta Kelahiran SP. Maria Mi 5:1-4a atau Rm 8:28-30, Mzm 13:6ab,6cd,
Mat 1:1-16,18-23 Mat 1:20
Tetapi ketika ia mempertimbangkan maksud itu, malaikat Tuhan nampak kepadanya
dalam mimpi dan berkata: “Yusuf, anak Daud, janganlah engkau takut mengambil Maria sebagai isterimu, sebab anak yang di dalam kandungannya adalah dari Roh Kudus.
Saya baru saja kembali dari acara World Youth Day di Madrid, Spanyol, acara nya luar
biasa, 1.5 juta muda Katolik berkumpul bersama. Berbagai macam warna kulit, golongan social, pekerjaan, status, tapi satu dalam iman, Kristus. Ini adalah Festival akan
Keyakinan. Mungkin satu satunya acara di dunia yang bisa melibatkan semua anak
muda dari seluruh dunia. DOJCC sendiri ikut dalam acara ini, walau anggota DOJCC
yang ikut hanya saya, Bu Anita dan Malvin, yang lainnya adalah simpatisan, malah ada
yang kita baru kenal juga. Tapi tidak mengapa, walau tidak semua datang untuk ber
ziarah, kita semua berharap, acara ini bisa menggerakkan iman kita semua.
Pada malam terakhir acara WYD, diadakan Vigil’s night. Disini kita semua berkumpul di
sebuah lapangan besar Ex lapangan udara. Banyak orang sudah berkumpul dari pagi,
padahal acara baru dimulai jam 8 malam. Misa dengan Bapa Paus. Cuaca yang panas tidak menyurutkan minat mereka untuk berkumpul dan berseru memuliakan Kristus.
Beberapa mobil pemadam kebakaran didatangkan untuk menyemburkan air kepada
peserta WYD agar tidak kepanasan. Dalam perjalanan, banyak warga sekitar yang
juga memberi air minum, dan menyemprotkan air, tanda dukungan mereka terhadap
acara ini.
Ketika acara Vigil night akan dimulai, tiba tiba cuaca berubah drastis, awan gelap
menutupi lapangan, angin mulai berhembus, dan kilat menyambar disana sini. Banyak
peserta yang mulai panik, dan bergegas meninggalkan lapangan. Beberapa peserta
dari Bali juga mulai panik, “Jeff, kita mesti pindah, cari tempat berteduh”. Tapi saat itu
saya yakin, kalau kita panik, dan mencari tempat berteduh, akan membahayakan,
karena semua orang akan berbuat yang sama, sedangkan sedikit sekali tenda yang
ada. Tenda itupun adalah tenda untuk makanan dan adorasi, yang Tidak bisa dimasuki
sembarangan.
Saya hanya bilang,”Tetap di tempat saja, pasti hujannya tidak akan lama”. Melihat wajah wajah panik, tiba tiba terngiang di telinga saya, kata kaya Yesus ketika ada badai
di atas perahu. “Mengapa kamu Ragu? Tidakkah kamu percaya padaKu?”. Kata kata
ini juga yang dikatakan malaikat Tuhan pada Yusuf di Injil hari ini. “Janganlah engkau
takut”, ketika Yusuf ragu ragu untuk menikahi Maria, karena Maria sudah mengandung
buah roh kudus.
Ketika badai benar benar datang, misa sempat terhenti, dan Bapa Paus berkata sambil
tersenyum “Bukankah hari ini kita semua meminta air? Karena cuaca sangat panas?”,
lalu ia berkata, “Mari kita hening dan mengucap doa “, dan dalam waktu seketika
lapangan yang dipenuhi 1,5 juta umat menjadi tenang. Beberapa kelompok menyanyikan lagu2 rohani.
Tiba tiba Hujan berhenti, awan gelap pergi dari lapangan ini, dan tidak ada lagi sambaran kilat yang menakutkan. Puji Tuhan. Alleluia.Misa pun dilanjutkan kembali, dan
tidak ada hujan sampai kami mulai misa lagi di pagi hari. Cuaca begitu bersahabat
malam itu, kami semua bisa tidur nyaman di bawah kilauan bintang.
Jeff Kristianto
10
Fresh JUICE !
Vol. 22/2011
9 September 2011 : Jangan Terlalu Cepat Menghakimi
Petrus Klaver, Frederik Ozanam
1Tim 1:1-2,12-14,
Mzm 16:1,2a,5,7-8,11,
Luk 6:39-42
Luk 6:41
Mengapakah engkau melihat selumbar di dalam mata saudaramu, sedangkan balok
di dalam matamu sendiri tidak engkau ketahui?
Seorang ibu baru saja tiba di sebuah stasiun kereta api dan ternyata kereta yang hendak ditumpanginya delay alias tertunda satu jam. Sang ibu tersebut sangat kesal dan
dia pergi ke sebuah kios untuk membeli sebuah majalah, sekantong kue kering untuk
camilan dan sebotol air minum. Kemudian dia duduk di sebuah kursi yang kosong dan
mulai membaca majalah yang baru saja dibelinya. Ketika dia sedang membaca, ada
seorang anak kecil duduk di sebelahnya dan mulai ikut-ikutan membaca majalah yang
sedang dibacanya.
Setelah beberapa saat baru disadarinya kalau si anak kecil ini terus saja mengambil
kue kering dari sebuah kantong dan memakannya. Si ibu ini terus saja melirik si anak
kecil, mulai dongkol dan tak tahu apa yang musti dilakukannya. Dia tidak mau segera
main kasar dan mendamprat si anak kecil tersebut karena memakan kue kering yang
dibelinya.
Selanjutnya, si ibu ini ikut-ikutan mengambil kue kering dari kantong tersebut, melirik
si anak kecil itu dan memakannya. Si anak kecil itu juga melirik sang ibu, mengambil
kue kering itu dan memakannya, seolah-olah meniru sang ibu yang sudah dongkol
sampai di ubun-ubun. Di dalam hatinya, si ibu tidak habis pikir, “kok anak ini seenaknya
mengambil roti kering yang aku beli ya, gak tahu aturan”. Sambil berpikir yang buruk, si
anak kecil itu mengambil roti kering yang terakhir, membelahnya menjadi dua potong.
Yang satu dimakannya dan yang setengahnya di berikan kepada ibu tersebut. Sang ibu
hanya berkata “Trims...” dan si anak membalas, “kembali...”
Setelah itu, kereta api tiba dan sang ibu langsung saja meninggal sang anak kecil
itu dan bergegas menaiki kereta api. Ketika duduk di dalam kereta api, si ibu masih
saja tidak habis berpikir, dongkol, kesel, semuanya bercampur aduk. “Tega-teganya
dia mengambil roti keringku, bahkan membagikan potongan terakhir sambil senyumsenyum.” Sesaat kemudian, sang ibu merasa haus dan merogoh tasnya untuk mengambil botol air putih yang dibelinya. Ketika dia membuka tasnya, ternyata sekantung kue
kering yang dibelinya ternyata masih utuh dan tersentuh. “Oh My God”..., ternyata baru
disadarinya kalau dia makan kue kering kepunyaan si anak kecil itu....
Pesan sederhana, jangan terlalu cepat menghakimi orang lain.
Diakon Vincent, MGL
Vol. 22/2011
Fresh JUICE ! 11
10 September 2011 : Sama-Sama Berdosa Kok
Nikolaus Tolentino,Oglerius, Fransiskus Garate
1Tim 1:15-17,
Mzm 113:1-2,3-4,5a,6-7,
Luk 6:43-49
1Tim 1:15
Perkataan ini benar dan patut diterima sepenuhnya: “Kristus Yesus datang ke dunia untuk
menyelamatkan orang berdosa,” dan di antara mereka akulah yang paling berdosa.
Ada satu perumpaan ketika 2 orang wanita berdiri di depan YESUS untuk mengaku
dosanya dan meminta nasehat.
“Kami telah melakukan dosa, apa yang harus kami perbuat sekarang?” kata keduanya.
“Dosa apa yang sudah kau perbuat anakKu?” balas Yesus.
Wanita pertama berkata, “ Saya telah melakukan dosa yang berat dan mematikan.”
Wanita kedua berujar, “ Kalau saya hanya melakukan dosa – dosa ringan yang tidak
perlu dicemaskan.”
“Baik. Kalau begitu sekarang bawakanlah kepadaku batu dari setiap dosa yang kalian
lakukan.” Kata Yesus
Wanita pertama memikul satu batu besar yang berat dan membawanya kepada Yesus,
sedangkan wanita kedua mengambil banyak batu kecil yang ringan.
“Sudah Yesus, lalu mau Engkau apakan batu – batu ini?” tanya mereka.
“Sekarang, pergilah dan kembalikanlah batu yang sudah kalian ambil itu ke tempat
kalian semula mengambilnya,” perintah Yesus.
Wanita pertama pergi memikul batunya yang berat,walaupun sambil tertatih – tatih dia
berhasil mengembalikan batu itu ke tempatnya semula. Wanita kedua hanya berhasil
mengembalikan setengah dari semua batu – batu kecil yang ringan yang dibawanya,
dia tidak dapat mengingat lagi dimana tempat – tempat dia mengambil batu – batunya yang setengah lagi. Akhirnya sisa batu – batu yang tidak bisa dikembalikannya dia
masukkan lagi ke dalam tas.
Jika seseorang melakukan dosa besar, dia seperti membawa batu besar dalam hatinya
tapi ia mau menyesal dengan sungguh – sungguh dan memohon ampun sehingga
dosanya diampuni. Sesorang yang merasa melakukan dosa – dosa kecil dan mengerti
bahwa apa yang dilakukannya salah tapi mengeraskan hatinya karena menganggap
itu hanyalah dosa – dosa ringan justru tidak bisa membuang batu – batu itu dalam hatinya dan terus membawa semua batu itu dalam hidupnya.
Besar atau kecilnya dosa yang kita perbuat bukan menjadi tolok ukur Yesus
menyelamatkan kita. Tapi mau atau tidak kita setiap jatuh untuk bangkit lagi dan mengakui semua dosa kita, membuka pintu hati kita dan membiarkan Yesus bertahta.
Apakah YESUS harus mati untuk menebus dosa – dosa KITA? YA. Allah memberikan Putera
satu – satuNya untuk menyelamatkan orang – orang baik yang percaya maupun yang
tidak. “Christ died for all men without exception”.
Lalu siapakah KITA? Jelas orang berdosa, untuk apa YESUS menyelamatkan orang yang
sudah selamat?
MAIA
12
Fresh JUICE !
Vol. 22/2011
11 September 2011 : Pengampunan
Hari Minggu Biasa XXIV
Sir 27:33-28:9,
Mzm 103:1-2,3-4,9-10,11-12,
Rm 14:7-9,
Mat 18:21-35 Mat. 12:21-22
Kemudian datanglah Petrus dan berkata kepada Yesus: “Tuhan, sampai berapa kali aku
harus mengampuni saudaraku jika ia berbuat dosa terhadap aku? Sampai tujuh kali?”
Yesus berkata kepadanya: “Bukan! Aku berkata kepadamu: Bukan sampai tujuh kali,
melainkan sampai tujuh puluh kali tujuh kali.
Pengampunan adalah sebuah kata yang sangat sederhana untuk diucapkan, indah
untuk didengarkan dan menarik untuk direnungkan. Namun sulit sekali untuk sungguh
dipahami dan dipraktekkan di dalam hidup setiap hari. Orang sering begitu gampang
mengatakan, “Aku telah mengampuni kesalahan kamu.” Namun begitu sulit untuk melupakannya. Tiada seorangpun di dunia ini yang mampu menghadapi kenyataan ini
tanpa suatu perasaan yang muncul dari dalam hati. Yang selalu menjadi pertanyaan
buatku adalah “Mengapa sulit buat orang untuk melupakan peristiwa yang sangat menyakitkan itu?”
Hari ini di dalam Injil, Yesus menjawab pertanyaan itu. Rasul St. Petrus bertanya kepada
Yesus, “Tuhan, sampai berapa kali aku harus mengampuni saudaraku jika ia berbuat
dosa terhadap aku? Sampai tujuh kali?” Yesus berkata kepadanya: “Bukan! Aku berkata
kepadamu: Bukan sampai tujuh kali, melainkan sampai tujuh puluh kali tujuh kali.” Yesus
ingin menunjukan bahwa memang hal mengampuni adalah suatu hal yang tidak mudah untuk dipraktekkan di dalam hidup kita. Karena pengaruh dan perasaan sakit yang
dirasakan di dalam hati kita itu sering begitu dalam dan besar. Karena itu sulit untuk
dilupakan dengan cepat.
Di sini Yesus mengajak kita untuk berjalan melalui lajan dan cara yang baik dan benar.
Dia menasihati kita untuk mengolahnya dengan cara yang sehat dan benar. Hal yang
Dia tawarkan hari ini adalah dengan cara memberikan waktu yang sebesar-besarnya.
Kita harus meluangkan waktu untuk mengampuni. Karena itu bukan saja hanya tujuh
kali melainkan sampai tujuh puluh kali tujuh kali. Ini berarti suatu pengampunan yang
dilakukan terus menerus setiap waktu dalam hidup kita. Kita membutuhkan waktu untuk
suatu penyembuhan yang total.
Rm. Joseph, MGL
Vol. 22/2011
Fresh JUICE ! 13
12 September 2011 : Ulang Tahun
Nama Maria yang Tersuci, Maria dr Yesus, Petrus Tarentasiensis
1Tim 2:1-8,
Mzm 28:2,7,8-9,
Luk 7:1-10
Mzm 28:7
“Tuhan adalah kekuatanku dan perisaiku, kepadaNya hatiku percaya. Aku tertolong
sebab itu beria-ria hatiku, dan dengan nyanyianku aku bersyukur kepadaNya.
“September Ceria,...September Ceria...milik kita bersama, sepenggal syair lagu yang
dinyanyikan oleh Vina Panduwinata, penyanyi yang terkenal di era 80an. Bulan september ini adalah bulan yang “special” buat saya. Dimana di bulan ini saya merayakan
ulang tahun kelahiran.
Disetiap perayaan ulang tahun seringkali saya merenung dan menghitung segala kebaikan Tuhan, yang telah dicurahkan bagi saya sampai dengan usia saya bertambah
1 tahun di bulan yang special ini. Segala Puji dan Syukur kepada Tuhan untuk segala
yang telah dilimpahkan, setiap kesetiaan dalam suka dan duka, cinta kasih keluarga
dan sahabat, kesehatan, rejeki, panggilan dalam pelayanan, dsb.
Saudara yang terkasih dalam Tuhan Yesus, kita semua mempunyai bulan kelahiran yang
menjadi bulan yang special bagi kita. Seringkali tepat disaat pergantian hari menuju
ke tanggal kelahiran kita tepatnya pukul 24.00 kita selalu memanjatkan “make a wish”
kepada Tuhan, tentunya hal yang paling kita impikan semoga bisa terjadi diusia yang
bertambah ini.Banyak hal yang bisa menjadi pilihan bagi kita untuk merayakan pesta
ulang tahun kelahiran.
Firman Tuhan dalam mazmur hari ini mengingatkan kepada saya untuk tidak lupa bersyukur kepada Tuhan untuk segala kebaikanNya sampai dengan saat ini. Karena Dialah
yang menjadi kekuatan dan perisai kita , yang menolong kita dalam berbagai situasi
kehidupan. Hanya kepada Tuhan kita percayakan segala perkara yang terjadi dalam
kehidupan kita.Hal ini cukup membuat perenungan yang mendalam bagi saya, dimana ketika Owner tempat kerja saya dulu setelah merayakan ulang tahunnya di bulan Juni, bulan depannya Agustus telah dipanggil Tuhan dalam sebuah kecelakaan di
Malaysia. Tragedi ini cukup memukul bagi saya, dan menjadi perenungan ketika saya
merayakan ulang tahun kelahiran ini. Tuhanlah yang memberikan nafas kehidupan,
Tuhanlah yang berkuasa atas kehidupan kita. Yesterday is History, Tomorrow is a Mystery,
but today is a Gift that’s why it called a Present. Bersyukurlah senantiasa untuk segala
kebaikan Tuhan, bahwasanya kasih setiaNya untuk selama-lamanya.
GBU
LULU
14
Fresh JUICE !
Vol. 22/2011
13 September 2011 : Papi Terbaik
Yohanes Krisostomus
1Tim 3:1-13,
Mzm 101:1-2ab,2cd-3ab,5,6,
Luk 7:11-17 “Tergeraklah hati-Nya oleh belas kasihan, lalu Ia berkata kepadanya: “ jangan menangis!” (Luk 7:13).
Seorang filsuf pernah berkata bahwa sekali bayi itu lahir maka ia pun siap untuk mati.
Pendek kata, setiap manusia tidak akan pernah lepas dari fakta kematian. Kematian
adalah bagian hakiki dari kehidupan kita sebagai manusia. Dengan demikian, kematian seharusnya menjadi peristiwa yang normal yang tidak perlu ditangisi. Tetapi kenyataannya kematian itu selalu menyedihkan, menyakitkan dan seringkali dilihat sebagai hukuman karena dosa-dosa kita. Mungkin pandangan-pandangan demikian lahir
dari ketidakberdayaan kita manusia menghadapi sang maut. Kita tidak tahu kapan kita
mati. Kematian itu seperti pencuri yang datang tak terduga.
Lukas hari ini menceriterakan kesedihan seorang janda di Nain yang meratapi kematian
puteranya yang masih muda. Kematian itu sendiri sudah membuatnya sedih, apalagi
kalau mengingat usia puteranya yang masih muda dan kemungkinan punya masa depan yang lebih cerah, terlebih untuk membantu ibunya yang sudah lama menjanda.
Sang ibu tentu sangat sedih, meratapi nasibnya yang malang dan seolah tidak punya
masa depan, sebab satu-satunya orang yang dekat dengannya telah meninggalkan
dia untuk selamanya. Lukas kemudian menutup kisah di Nain dengan mukjizat yang
dibuat Yesus dengan membangkitkan putera sang janda di Nain.
Lewat ceritera ini, Lukas tidak hanya sekedar menggambarkan Yesus yang mengatasi
kuasa maut dengan membangkitkan orang mati, tetapi Ia mewakili citra Allah yang
tergerak hati-Nya oleh belas kasihan. “Yesus mewakili pribadi Allah yang juga punya
perasaan kasihan kepada umat-Nya. Allah kita adalah Allah yang bisa merasakan kesedihan dan penderitaan kita dan akan mendengarkan setiap keluhan itu. Inilah sifatsifat Allah yang perlu kita sadari terlebih dahulu sebelum tentunya kita wartakan kepada
dunia.
Mungkin kita tidak menyadari, tetapi kenyataannya masih banyak saudara-saudara
kita yang melihat Allah sebagai hakim yang kerjanya menjatuhkan hukuman ini itu.
Karena itu supaya tidak dijatuhi hukuman, maka kita harus mematuhi segala perintah
dan ajaran-Nya, jika kita langgar maka harus ada persembahan yang harus dikorbankan untuk menyenangkan hati Allah. Kita tidak mengenal Allah seperti itu. Yesus sendiri
memperkenalkan Allah sebagai Bapa, sebagai ayah, sebagai Papi kita sendiri, bahkan
lebih baik dari Bapa, Ayah atau Papi terbaik sekalipun.
Ketika aku SD dulu seringkali kami membanggakan ayah masing-masing di hadapan
teman-teman. Banyak hal yang aku karang tentang kehebatan ayah saya. Ayah saya
bisa ini, bisa itu, punya ini dan punya itu. Mungkin kebiasaan kekanak-kanakan seperti
inilah yang Yesus inginkan dari setiap kita, ketika kita dipanggil untuk mewartakan Allah
yang penuh kasih, Allah yang paham akan penderitaan kita, Allah yang kalau perlu
membangkitkan orang mati agar kita tidak sedih terus menerus, bahkan Allah yang rela
mati agar kita bisa memperoleh hidup yang kekal.
FR.WENZ, MGL
Vol. 22/2011
Fresh JUICE ! 15
14 September 2011 : Ya, Aku Percaya PadaMU !
Pesta Salib Suci
Bil 21:4-9, atau Flp 2:6-11,
Mzm 78:1-2,34-35,36-37,38,
Yoh 3:13-17
Yoh 3:15
Supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya beroleh hidup yang kekal.
Mendengar kata percaya di keadaan atau situasi tertentu pasti terdengar biasa saja,
tetapi di keadaan atau situasi yang lain kata ini bisa memberikan efek yang luarrrr biasaaaa…!!
Ketika Yesus memanggil beberapa orang pertama kali untuk dijadikan murid-Nya, para
murid bersedia meninggalkan pekerjaan dan keluarganya hanya untuk mengikuti Yesus. Pernah gak ya ada dalam bayangan para murid, kalau mengikuti Yesus - meninggalkan pekerjaan, keluarga, dan semua yang dimilikinya, kehidupan mereka akan
seperti apa !! Tapi pada kenyataannya para murid memiliki kesungguhan yang penuh
untuk mengikuti-Nya. Mereka hanya memiliki kepercayaan pada Yesus. Ketika mereka
menjadi murid-Nya, pekerjaan dan keluarga mereka Yesus sendirilah yang akan menyertai dan memberkati.
Seperti kehidupan kita sekarang ini, kadang kita menyerah sebelum mencoba, menjadi
tidak percaya pada orang lain karena seringnya kita dikecewakan, dan tidak yakin
dengan diri sendiri. Tanpa kita sadari, kita menjadi tidak percaya pada DIA. Pada saat
kita menghadapi masalah ataupun cobaan seringkali kita bertanya “Kenapa Tuhan?”
Terkadang kita lupa bahwa Tuhan begitu mengasihi kita. Melalui cobaan, kita diajarkan untuk menjadi orang yang lebih kuat, lebih dewasa dalam berpikir dan bertindak.
Tuhan datang ke dunia bukan untuk membuat hidup kita mudah, mulus, tanpa ada
belokan ataupun kerikil, tapi Tuhan datang untuk membuat hidup kita menjadi berguna.
Pada saat kita dalam keadaan apapun, tertawa, menangis atau semua berjalan biasa
saja Tuhan hanya meminta hal sederhana pada kita “ Percaya pada- Ku”
-
-
-
Mempercayakan segala masalah, beban kita ke dalam tangan-Nya.
Mempercayakan hari depan kita kepada DIA
Mempercayakan setiap langkah kaki kita kepada penyertaan-Nya
Nyatakan pada DIA, Yesus kita yang terkadang membuat kita hanya bisa terdiam terpaku dan tersenyum merasakan setiap kebesaran kasih dan kuasa-Nya “Ya !! Tuhan,
aku akan selalu percaya padaMu !!”
KRIS
16
Fresh JUICE !
Vol. 22/2011
15 September 2011 : Menembus Jiwa
Santa Perawan Maria Berdukacita
1Kor 12:31-13:13, atau Ibr 5:7-9,
Mzm 33:2-3,4-5,12,22,
Luk 7:31-35, atau Luk 2:33-35
Luk 2,35
“Suatu pedang akan menembus jiwamu sendiri”
Tanggal 14 September kemarin kita telah merayakan pesta Salib Suci. Hari ini kita memperingati Maria sebagai Bunda Berdukacita. Mendengar gelar yang diberikan kepada
Maria ini spontan pikiran kita terarah pada penderitaan yang ia alami selama hidupnya
di dunia. Dengan mengenal bacaan-bacaan suci dalam Alkitab, kita dapat memahami bahwa Maria bukan hanya sebagai “yang penuh rahmat” tetapi juga sebagai
seorang “martir” setelah puteranya.
Maria, hamba Allah yang rendah hati, pada waktu menerima kabar malaikat Gabriel
tentang kelahiran Yesus, ia memberi jawaban “ya” kepada Allah tanpa tergesa-gesa:
“Sesungguhnya aku ini hamba Tuhan, jadilah padaku menurut perkataan-Mu” (Luk 1,
38). Dengan persetujuannya juga ia menjadi Bunda Allah: “Siapakah aku ini sampai Ibu
Tuhan datang mengunjungi aku?” (Luk 1, 47) kata Elisabet yang tengah dinaungi Roh
Kudus. Malaikat menyapa Maria sebagai yang penuh rahmat dan Gereja memberi gelar kepadanya sebagai “yang tak bercela” (Imakulata). Kedua gelar ini erat kaitannya
dengan misteri penebusan umat manusia. Maria adalah teladan iman kita. Di dalam ziarah imannya, Maria tidak menyerah namun berserah pada belaskasih Allah. Di dalam
devosi yang terkenal, Maria dilukiskan dengan tujuh pedang yang menusuk hatinya,
yaitu ketika mendengar nubuat Simeon, saat pengungsian ke Mesir, ketika menemukan
Yesus di bait Allah, dalam jalan salib puteranya, saat menyaksikan wafat Yesus di bawah
kaki salib, ketika Yesus diturunkan dari salib, dan saat Yesus dimahkamkan.
Maria bertumbuh dalam iman, justru pada saat-saat “pedang menembus jiwanya”. Ia
mengambil bagian penuh dalam penderitaan puteranya. Ketika berada di bawah kaki
saliblah jawaban “ya” yang ia berikan untuk menjadi bunda penebus menjadi sempurna. Kita diundang untuk belajar dari Maria: bertumbuh dalam iman dan memaknai
penderitaan yang dialami dengan menyatukan setiap penderitaan kita dengan penderitaan Kristus. Dengan merenungkan penderitaan Maria, penderitaan kita akan terasa
lebih ringan karena kita disadarkan bahwa di balik penderitaan yang dialami, ada
kemenangan Paskah Kristus yang dapat kita raih. Semoga dengan pertolongan doa
Maria, Bunda umat beriman,, kita diberi rahmat keteguhan iman dan pengharapan
dalam penderitaan hingga akhir, seperti Bunda Berdukacita. Amin.
SR. MARIA BENEDICTA,OSB
Vol. 22/2011
Fresh JUICE ! 17
16 September 2011 : Sembuh Berarti Bebas
Kornelius & Siprianus
1Tim 6:2c-12,
Mzm 49:6-7,8-9,17-18-20,
Luk 8:1-3 Luk 8:2
“dan juga beberapa orang perempuan yang telah disembuhkan dari roh-roh jahat atau
berbagai penyakit, yaitu Maria yang disebut Magdalena, yang telah dibebaskan dari tujuh
roh jahat”
Pertama kali aku membaca dan merenungkan ayat di atas, kesan pertama langsung keluar
seperti ini, “Busyet dah..., satu roh jahat aja susahnya minta ampun, apalagi ada tujuh”. Satu
roh jahat bisa menguasai hidup seseorang seperti dituntun ke dalam ke kegelapan, apalagi
tujuh roh jahat dalam tubuh satu orang, segala yang jahat menjadi satu.
Tidak dijelaskan secara spesifik atau mendetail apa saja tujuh roh jahat yang menguasai Maria Magdalena sebelumnya. Tetapi Injil Lukas mau menegaskan bahwa berapapun roh jahat
yang ada dalam tubuh seseorang, dengan Kuasa Yesus, roh-roh jahat itu akan keluar. Setelah
dibebaskan dari roh jahat, orang tersebut hanya bisa berserah kembali kepada orang yang
membebaskannya. Yesus adalah sang pembebas.
Sembuh berarti bebas. Seseorang sembuh dari flu, berarti dia bebas dari flu. Seseorang sembuh dari penyakit mata, berarti dia bebas melihat dengan matanya. Seseorang sembuh dari
penyakit telinga alias tuli, berarti dia sudah bebas untuk mendengarkan firman Tuhan, dan
lain sebagainya.
Kesembuhan dan kebebasan berkaitan erat satu sama lain. Seseorang tidak bisa bebas
kalau dia belum disembuhkan. Maria Magdalena telah disembuhkan dari roh-roh jahat dan
setelah itu dia dibebaskan dari kekangan kuasa jahat sehingga bisa mengikut Yesus dengan
hati yang bebas dan tulus.
Kesembuhan yang lebih ditekankan untuk umat beriman adalah kesembuhan rohani yakni
pembebasan dari roh-roh jahat alias dari kuasa dosa. Dosa selalu berasal dari roh yang jahat. Seperti yang kita ketahui, sebelum dibebaskan, Maria Magdalena lebih dikenal sebagai
pelacur dan dianggap rendah dan dipinggirkan oleh masyarakat sekitarnya. Maria Magdalena hidup dalam kedosaan yang berasal dari roh jahat dan ketika berhadapan dengan
Yesus, roh jahat tak kuasa menahan kekudusan dan kesucian Yesus.
Yang menjadi pertanyaan dan permenungan bagi kita adalah apakah kita sudah “sembuh”
yang artinya sudah “bebas” dari kuasa roh-roh jahat yang selalu mencobai kita untuk berjalan di dalam kegelapan? Atau kita dikuasai oleh Roh Kudus, Roh Yesus sendiri sehingga kita
bebas mengikuti kehendak Tuhan dan berjalan di jalan yang terang?
Diakon Vincent, MGL
18
Fresh JUICE !
Vol. 22/2011
17 September 2011 : Benih Dalam Jiwaku
Robertus Bellarminus, Albertus dr Yerusalem, Martinus dr Finojosa, Hildegardis
1Tim 6:13-16,
Mzm 100:2,3,4,5,
Luk 8:4-15
Dua bulan lalu saya mengikuti seminar tentang Kuasa Penyembuhan Ilahi yang diselenggarakan oleh kelompok pembaharuan katolik karismatik di Melbourne. Di sana
saya berjumpa dengan banyak orang yang mempunyai latar belakang yang berbeda.
Ada yang berprofesi sebagai guru, ada yang berpropesi sebagai ilmuwan dan ada
pula sebagai ibu rumah tangga,dll. Dari sekian banyak teman yang saya jumpai, saya
sangat terkesan dengan seorang Ibu tua dari Vietnam yang mengalami sakit punggung lebih dari 15 tahun. Dia baru saja menjadi katolik 4 tahun lalu. Waktu pembicara
bersaksi tentang kuasa penyembuhan Ilahi beliau berdiri dan memohon untuk dijamah
oleh Tuhan. Dia percaya bahwa Yesus adalah anak Allah yang mampu mengubah
seluruh hidupnya. Perlahan lahan seluruh sakitnya hilang tanpa bekas. Iman ibu tua ini
menunjukkan suatau kebenaran iman kepada kita bahwa “benih sabda Allah sungguh
tertanam dalam jiwanya”. Imannya akan Yesus melahirkan sebuah pembebasan lahiriah dari penyakit yang dideritanya.
Pada injil hari ini, Santo Lukas melukiskan empat karakter dasar atau tabiat manusia
dalam menanggapi Sabda Allah. Pertama adalah “mereka yang mendengar firman
Allah tetapi tak percaya”. Kelompok ini boleh dibilang tak sungguh sungguh percaya
akan Yesus. Mereka mengetahui dari cerita orang bahwa Yesus adalah anak Allah,
tetapi tak mempunyai pengaruh dalam hidup mereka. Yesus disamakan dengan Guru
pertapa. Kelompok kedua adalah mereka yang menerima Yesus sebagai Tuhan tetapi
tidak percaya akan keselamatan yang ditawarkanNya. Mereka hanya percaya akan
Yesus ketika mengalami saat saat indah dalam hidup. Ketika bencana hidup tiba, Yesus
tak diakui lagi sebagai Allah. Golongan ini pasti selalu melakukan aksi protes terhadap
Yesus. Kelompok ketiga adalah “mereka yang percaya akan Yesus tetapi focus perhatiannya bukan kepada keselamatan di akhirat tetapi sibuk dengan barang barang
duniawi. Akibat yang dihasilkannya adalah hidup penuh dengan kecemasan. Tak ada
sesuatu yang bisa dinikmati. Kelompok yang keempat adalah mereka yang merima Yesus baik dalam untung dan malang. Komitment terhadap Yesus tidak didasarkan pada
pengalaman baik atau buruk. Yesus diimani sebagai Allah yang mampu memberikan
kesejukan hati entah dalam waktu susah ataupun senang.
Dalam hidup kita sehari hari, tentunya kita tak luput dari empat model atau karakter
yang dilukiskan oleh penginjil Lukas. Kita pun boleh bertanya dalam diri; kelompok
manakah yang lebih dominan dalam diri saya? Kita semua diajak untuk bertumbuh
dalam iman seperti kelompok keempat yang menempatkan Yesus sebagai fondasi di
dalam kehidupan ini. Ibu tua dari cerita di atas adalah satu orang yang berusaha untuk
menjadikan Yesus sebagai fondasi dalam mengarungi bahtera kehidupan.
FR. MATHEUS, MGL
Vol. 22/2011
Fresh JUICE ! 19
18 September 2011 : Ketidak-adilan
Hari Minggu Biasa XXV
Yes 55:6-9,
Mzm 145:2-3,8-9,17-18,
Flp 1:20c-24,27a,
Mat 20:1-16a
Mat. 20:13-14
Tetapi tuan itu menjawab seorang dari mereka: Saudara, aku tidak berlaku tidak adil
terhadap engkau. Bukankah kita telah sepakat sedinar sehari? Ambillah bagianmu dan
pergilah; aku mau memberikan kepada orang yang masuk terakhir ini sama seperti
kepadamu.
Di dalam kehidupan setiap hari, banyak orang dihadapkan dengan berbagai macam
ketidak-adilan. Banyak rakyat yagn merasa diperlakukan secara tidak adil oleh pemerintah baik setempat maupun tingkat pusat. Banyak juga orang yang merasa diperlakukan secara tidak adil di tempat kerjanya atau di manapun orang itu berada. Perasaan
ketidak-adilan ini sering membuat amarah kita terpancing. Dengan itu jikalau orang
tidak mengontrol amarahnya, maka bisa mendatangkan akibat yagn tidak diinginkan
baik oleh diri kita sendiri maupun oleh orang lain.
Hari ini kita mendengarkan suatu perumpamaan yang diberikan Yesus kepada mara
muridNya. Perumpamaan ini tentang seorang tuan yang mencarikan pekerja-pekerja
di kebun anggurnya. Dia bersepakat dengan para pekerja untuk memberikan upah
sedinar sehari. Mendengar itu para pekerjapun pergi melaksanakan apa yang harus
mereka perbuat saat itu. Karena kebun anggurnya yang besar, maka tuan itu terus saja
mencari pekerja. Sekarang ia memutuskan untuk pergi ke jalan-jalan untuk mendapatkan orang untuk datang dan bekerja di ladangnya itu. Pada akhirnya haripun mulai malam. Tuan itu memanggil para pekerja itu mulai dari yang terakhir sampai saya
pertama datang dan bekerja di kebun itu. Sesuai dengan persetujuannya itu, tuan itu
memberikan mereka sedinar seorang, maka orang-orang yang pertama datang itu
mulai bersungut-sungut. Mereka diliputi perasaan ketidak-adilan. “Namun tuan itu menjawab seorang dari mereka: Saudara, aku tidak berlaku tidak adil terhadap engkau.
Bukankah kita telah sepakat sedinar sehari? Ambillah bagianmu dan pergilah; aku mau
memberikan kepada orang yang masuk terakhir ini sama seperti kepadamu. Tuan itu
menunjukan suatu keadilan yang merata kepada siapa saja.
Perumpamaan ini ditujukan kepada orang-orang Yahudi, yang sering kali merasakan
bahwa mereka adalah orang yang terpandang dan penting di dalam masyarakat.
Namun saat Yesus mengemukakan perumpamaan ini, bahwa semua orang mempunyai suatu martabat yagn sama. Baik orang Yahudi, orang-orang bukan Yahudi, para
pemungut cukai dan orang-orang berdosa. Di mata Allah semua orang itu sama martabatnya.
Kita sekalaian diundang untuk selalu memandang saudara/i kita terlebih mereka yagn
dikucilkan dengan penuh cinta. Kita juga ditantang untuk tidak menunjukkan keangkuhan kita di hadapan orang lain. Marilah kita bermenung dan berusaha untuk datang
kepada Yesus dan membiarkan diri kita diubah oleh Yesus.bBelum pernah ada yang
terlambat datang dan masuk ke dalam Kerajaan Allah.
RM.JOSEPH,MGL
20
Fresh JUICE !
Vol. 22/2011
19 September 2011 : Menjadi Pelita
Yanuarius, Alfons dr Orozco, Fransiskus Maria dr Camporosso
Ezr 1:1-6,
Mzm 126:1-2ab,2cd-3,4-5,6,
Luk 8:16-18
Luk 8:16
“Tidak ada orang yang menyalakan pelita lalu menutupinya dengan tempayan atau
menempatkannya di bawah tempat tidur, tetapi ia menempatkannya di atas kaki dian,
supaya semua orang yang masuk ke dalam rumah dapat melihat cahayanya.
Dalam sejarah gereja Katolik Indonesia, kita mengenal sosok Romo Y. B Mangunwijaya
atau populer dengan panggilan Romo Mangun. Beliau adalah rohaniwan, budayawan,
arsitek, penulis, aktivis dan pembela rakyat kecil yang terpinggirkan. Karena kepeduliannya pada rakyat kecil, beliau membangun Sekolah Dasar yang eksploratif bagi
penduduk korban proyek pembangunan waduk Kedung Ombo, Jawa Tengah, serta
penduduk miskin di pinggiran Kali Code, Yogyakarta. Perjuangannya membela kaum
miskin dan tertindas sering menjadikannya harus beroposisi dengan pemerintahan kala
itu, pemerintahan Presiden Soeharto.
Kita sebagai orang Katolik diharapkan dapat menjadi pelita bagi sekitar kita, yang
berarti menjadi terang bagi sesama, membagikan kebahagiaan, menjadi berkat. Tuhan telah memberikan kepada kita Cahaya Kehidupan sejati lewat Kristus sang Putera,
terang itulah yang harus kita bagikan kepada sesama kita. Kuasa, kebaikan, kemurahan Tuhan haruslah kita bagikan pula dalam bentuk pewartaan kepada siapa saja
yang kita temui. Hidup kita diharapkan menjadi teladan akan hal kebaikan, cinta kasih,
dan harapan, diharapkan menjadi saksi nyata cahaya Kristus itu sendiri. Bukan hanya
lewat perkataan namun juga perbuatan kita. Teladan dari Romo Mangun bisa menjadi
inspirasi bagi kita, untuk tidak takut bersaksi, untuk tidak khawatir berbuat kebaikan.
Kebahagiaan pun menyertai kita saat kita membagikan kebahagiaan itu bagi sesama.
Semoga doa Santo Fransiskus Asisi yang pernah kita doakan saat ulang tahun pertama komunitas kita, selalu menjadi semangat keseharian kita, “Tuhan, jadikanlah aku
pembawa damai, bila terjadi kebencian jadikanlah aku pembawa cinta kasih, bila
terjadi penghinaan jadikanlah aku pembawa pengampunan, bila terjadi perselisihan
jadikanlah aku pembawa kerukunan, bila terjadi kesesatan jadikanlah aku pembawa
kebenaran, bila terjadi kebimbangan jadikanlah aku pembawa kepastian, bila terjadi
keputusasaan, jadikanlah aku pembawa harapan, bila terjadi kegelapan jadikanlah
aku pembawa terang, bila terjadi kesedihan jadikanlah aku pembawa sukacita”
AGATHA
Vol. 22/2011
Fresh JUICE ! 21
20 September 2011 : Gereja = Keluarga
Andreas Kim Tae-gon & Paulus Chong Ha-sang
Ezr 6:7-8,12b,14-20,
Mzm 122:1-2,3-4a,4b-5,
Luk 8:19-21 Luk 8:21
“Ibu-Ku dan saudara-saudara-Ku ialah mereka, yang mendengarkan firman Allah dan
melakukannya.”
Gereja seringkali diumpamakan seperti rumah tangga, lengkap dengan kepala keluarga, ibu dan anak-anaknya. Ikatan antara Kristus dan Gereja, kita semua, sering pula
disamakan dengan ikatan suami dan isteri, tak terpisahkan dan tak terceraikan, walau
dalam situasi yang paling sulit sekalipun.Penginjil Lukas, kali ini pun menegaskan kembali karakter yang benar sebagai pengikut Kristus. Pengikut Kristus tidak hanya harus
menuruti apa yang diperintahkan Tuhan tetapi harus menyadari bahwa tanpa hubungan dengan Kristus dan Allah maka kita tidak bisa hidup.
Hubungan kita dengan Kristus sama seperti pelita dan minyaknya (Luk 8:16-18). Pelita
hanya bisa menyala kalau bahan bakarnya cukup. Sama seperti Gereja yang memiliki sumber hidupnya hanya dari Kristus semata. Di tempat lain, Lukas berujar bahwa
buah yang baik hanya berasal dari pohon yang baik (Luk 6:43-48). Dengan kata lain,
hubungan antara Yesus dan Gereja, kita semua tidak didasarkan pada perintah atau
paksaan harus menaati ajaran Kristus, tetapi lebih sebagai kesadaran pribadi untuk
selalu berhubungan dengan Kristus. Menjadi pengikut Kristus tidak bisa dilihat sebagai
paksaan, tetapi harus dilihat sebagai kesadaran pribadi, seperti seorang anak yang
tidak akan lupa dengan ibu dan saudara-saudaranya.
Kata kunci di sini adalah “kesadaran pribadi dan kebutuhan pribadi”, namun tidak
harus diartikan sebagai persoalan pribadi. Kristus menyamakan Allah sebagai Bapa
kita, Papi kita, sebagai kepala keluarga, yang memberi nafkah dan hidup untuk keluarganya. Karena itu iman akan Allah selalu hidup dan tumbuh dalam konteks hubungan
antara satu pribadi dengan peribadi lainnya dalam konteks keluarga. Karena itulah
pembaptisan selalu diartikan sebagai kelahiran baru di dalam keluarga Kerajaan Allah, dan sejak saat itu, kita tumbuh, berkembang dan menjadi dewasa dalam Keluarga
Kerajaan Allah. Kita tinggal bersama sebagai satu Keluarga Allah, bekerja, istirahat,
makan dan minum sebagai anggota Kerajaan Allah. Inilah dasar utama mengapa kita
aktif dalam kegiatan Gerejawi. Inilah dasar utama mengapa kita harus aktif dalam kegiatan lingkungan atau kelompok-kelompok rohani tertentu seperti the Disciples of Jesus
(DOJ). Inilah dasar mengapa kita wajib ke Gereja merayakan Ekaristi bersama sebagai
umat se-Paroki dan se-Keuskupan.
Sampai di sini kiranya kita harus sudah paham akan arti ceritera dua macam dasar
dalam Injil yang sama (Luk 6:46-49). Ketika kita mendengarkan dan melakukan apa
yang diajarkan Yesus (Luk 6:27; 8:21) kita tidak hanya sedang membangun rumah iman
kita di atas dasar yang kuat tetapi lebih dari itu kita adalah anggota Keluarga Kerajaan
Allah dan yang lazim dilakukan di dalam keluarga adalah saling mendengarkan satu
sama lain, saling mendukung dan saling menerima sesama apa adanya.
FR.WENZ, MGL
22
Fresh JUICE !
Vol. 22/2011
21 September 2011 : Tabib Yang Ajaib
Pesta St. Matius, Rasul Penginjil
Ef 4:1-7,11-13,
Mzm 19:2-3,4-5,
Mat 9:9-13
Happy 7th Anniversary
DOJCC Bali
21 September 2004 - 2011
Mat 9:12
Yesus mendengarnya dan berkata: "Bukan orang sehat yang memerlukan tabib, tetapi
orang sakit."
Dalam menjalankan profesi sebagai dokter, saya sering bertemu dengan orang-orang
sakit yang membutuhkan bantuan dokter. Banyak juga dari mereka yang sakit itu telah
pergi ke beberapa dokter tetapi merasa belum cocok dan tidak sembuh.
Sedangkan bagi kita yang tidak sakit, mungkin tidak ada sedikitpun terpikir untuk mencari dokter. Tetapi saat sakit, hanya satu pikiran kita, saya mau sembuh, saya mau cari
dokter yang terbaik, saya mau minta obat yang bisa cepat menyembuhkan saya.
Seperti injil hari ini, Yesus mengatakan: bukan orang sehat yang membutuhkan tabib,
tapi orang sakit. Orang sakit yang Yesus maksudkan disini bukan hanya sakit secara fisik
tapi juga sakit rohaninya atau orang-orang yang berdosa. Orang yang sakit secara
rohani seringkali tidak merasakan sakit, mereka cuma merasakan kekosongan dan ketidakpuasan dalam hidupnya. Sehingga mereka pun tidak menyadari bahwa mereka
membutuhkan 'tabib'. Orang sakit secara fisik dan orang sakit rohani nya yang sudah
menyadari ada yang salah dalam hidupnya, mereka membutuhkan 'tabib'. Terkadang
tidak gampang pula menemukan 'tabib' yang dapat benar-benar menyembuhkan kita.
Kadang kita mencari dan mencari tapi semua tidak memuaskan.
Sebagai orang-orang yang sehat dan telah menemukan 'tabib' diatas segala tabib,
inilah tugas kita...Yesus mengutus kita untuk memperkenalkan kasihNya kepada sesama
kita...supaya mereka yang sakit dapat mengenal Dia dan juga merasakan kasihNya
dan mendapat kesembuhan.
Orang sehat pun suatu saat akan pernah sakit. Baik sakit fisik maupun rohani...tapi sebagai orang yang telah mengenal kasihNya...kita tahu kemana akan mencari 'tabib'
yang tepat.
Semoga kita semakin mengenal Dia, sang 'tabib' dan juga dapat membawa saudarasaudari yang lain kepada 'tabib yang ajaib'.
Nathasa
Vol. 22/2011
Fresh JUICE ! 23
22 September 2011 : Bait Allah
Yusuf Calasanz Marqus, Henrikus Saiz, Ignatius dr Santhi
Hag 1:1-8,
Mzm 149:1-2,3-4,5-6a,9b,
Luk 9:7-9
Hag1: 8
“Bangunlah rumah itu…maka Aku akan berkenan kepadanya dan akan menyatakan
kemuliaan-Ku…”
Sabda Tuhan hari ini mempresentasikan pertanyaan Herodes tentang Yesus. Siapakah
gerangan Dia ini, yang kabarnya melakukan hal-hal demikian? Herodes merasa cemas mendengar cerita orang–orang tentang perkataan, perbuatan dan mujizat-mujizat
yang dilakukan Yesus. Herodes takut jikalau Yesus adalah Yohanes pembaptis yang telah
bangkit dari mati lalu akan mengingatkan kembali apa yang pernah ia katakan kepada Herodes, yaitu mencela perilaku Herodes mengambil Herodias istri sah dari Filipus
kakaknya sebagai istrinya (bdk. Mat.14,1-12). Perasan cemas dan ketakutan Herodes
lahir dari rasa bersalah, yang ia sadari sebagai dosa di hadapan Allah, sehingga tidak
ada kedamaian di dalam hatinya. Kata- Kata Yohanes terus mendesaknya untuk mengubah hidup, perilaku dan pola pikirnya.
Keinginan Herodes untuk melihat Yesus bukan merupakan suatu kerinduan rohani, melainkan hanya ingin membuktikan apakah Yesus adalah pribadi yang sama dengan
Yohanes atau bukan. Tapi apa yang terjadi ketika Herodes bertemu dengan Yesus?
Dalam bab 23:8 penginjil Lukas mengisahkan bahwa ketika Herodes melihat Yesus,
ia sangat girang, sebab sudah lama ia ingin melihatnya. Yesus menginginkan agar
kita semua mendengar dan menyambut-Nya dalam hati kita dengan sukacita agar
mendapatkan pengampunan dan keselamatan. Tapi tidak seperti kegirangan sementara Herodes yang walaupun telah bertemu Yesus tetap berkubang dalam dosanya,
walaupun telah menyadari kesalahannya. Apa gunanya menyambut sabda Tuhan
dengan gembira dalam hati kita tapi pada saat yang sama berkeras hati dalam dosadosa kita? Pertobatan hati yang tulus dan tidak menunda-nunda akan membuat hati
kita bersih dan kedamaian akan selalu bersama kita.
Bertekun dalam pertobatan hati sama halnya dengan “naik ke gunung Tuhan dan
membangun Rumah-Nya”. Jadikan hati kita sebagai bait suci yang indah dimana Allah berkenan tinggal dan menyatakan kemuliaan-Nya (bdk. Hag 1:8).
Setiap kerinduan dan kehendak baik adalah luhur karena tujuan dari hidup kita adalah
memuliakan nama Tuhan dengan pikiran, perkataan dan perbuatan yang berkenan di
mata Tuhan.
Sr.M.Yoana, OSB
24
Fresh JUICE !
Vol. 22/2011
23 September 2011 : Arti Tuhan Bagiku
Padre Pio dr Pietrelcina
Hag 1:15b-2:9,
Mzm 43:1,2,3,4,
Luk 9:19-22
Luk 9:20
Menurut kamu, siapakah Aku ini?
Saya menjumpai beberapa kali dalam persekutuan atau pertemuan sel atau kelompok
doa, pertanyaan ini dilontarkan pembicara pada umat : Menurut Anda, siapakah Yesus
itu? Jawaban yang diberikan dalam waktu singkat, beragam. Ada yang menjawab :
Yesus adalah Tuhan. Yesus adalah penyelamat saya. Yesus adalah penyembuh dan penolongku! Ada juga yang diam saja, mungkin bingung mau jawab apa karena sudah
dijawab orang lain. Mungkin juga bagi dia Yesus tidak bisa diungkapkan dengan katakata karena terlalu banyak yang sudah dilakukan Yesus dalam hidupnya.
Dahulu, sebelum saya mengenal Yesus lebih dekat, Yesus adalah tempat saya meminta-minta. Mungkin semacam toko serba ada, yang gratis. Saat perlu pertolongan agar
ujian berhasil, saat sakit, saat diminta presentasi di depan, saya datang pada Yesus
, berdoa, Tuhan tolong aku…Saat dalam masalah, bertengkar dengan teman, saya
mengeluh pada Yesus. Saat akan bepergian, saya mohon perlindunganNya. Saya tidak
pernah mendengar Yesus meminta ”imbalan” atas semua permintaan saya. Tepatnya,
saya tidak mendengarkan apa yang Yesus katakan.
Sekarang, saat saya lebih mengenal Tuhan dibanding dahulu, melalui Kitab Suci, doa
pribadi dan kelompok doa (bukan berarti saya sudah sangat mengenal Tuhan seperti
yang Dia inginkan), pemahaman saya akan Dia mulai berubah. Pada saat berdoa selain doa permohonan, saya juga ingin melontarkan kata-kata pujian dalam doa saya.
Engkau Allah yang layak disembah… Engkau Allah yang baik, sumber kasihku, Engkau
Allah yang agung dan mulia…dan seterusnya... Bukan karena Tuhan memerlukan pujian untuk “membayar” kebaikannya pada saya, namun karena saya rindu memuji Tuhan. Bagi saya, Tuhan bukan hanya tempat memohon namun saya merasa Dia adalah
Allah yang besar dan memang layak menerima pujian dan penyembahan.
Semua ini bukan karena saya pintar dan mendadak menjadi “kudus”. Namun karena
proses, jatuh bangun mendekatkan diri pada Tuhan dengan membaca firmanNya,
berusaha setia di doa pribadi dan yang tak kalah penting adalah dukungan dari kelompok doa yang saya ikuti. Bagaimana dengan anda? Mari kita sama-sama berusaha
mendekat pada Tuhan agar memiliki pengenalan yang makin dalam akan Dia.
SISKA
Vol. 22/2011
Fresh JUICE ! 25
24 September 2011 : Kuterpaku
Vinsensius Maria Strambi
Za 2:1-5,10,
MT Yer 31:10,11-12ab,13,
Luk 9:43b-45 Lukas 9 : 43b
Maka takjublah semua orang itu karena kebesaran Allah.
Membaca injil hari ini, membuat saya teringat salah satu lagu favorit teman saya, judulnya Terpaku….Diam kuterpaku dan kutakjub akan kasihMu.
Sering saya mendengar kesaksian teman-teman yang baru mengikuti misa penyembuhan atau doa penyembuhan. Dan mereka akan bertanya lagi kapan diadakan lagi ya
event atau acara-acara seperti itu? Kalau ada lagi jangan lupa kasih kabar ya…
Bila menyaksikan kebesaran kuasa Allah, seperti penyembuhan dari sakit, penyem
buhan luka batin atau mujizat-mujizat yang lain, memang seringkali membuat kita takjub
dan terpaku, heran dan bengong…seakan tidak percaya tapi memang benar terjadi.
Saya juga merasakan banyak sekali mujizat yang Tuhan lakukan dalam hidup saya
pribadi maupun keluarga saya. Bagaimana Tuhan menyelamatkan Yonathan anak pertama saya, waktu itu dia berumur 2 tahun dan tangannya nyangkut di eskalator, sampai
escalator itu berhenti seketika. Tapi sungguh Tuhan luar biasa, tiada luka sedikitpun.
Juga waktu Vina, anak kedua saya waktu berumur 4 bulan, terlepas dari gendongan
karena saya masuk ke got dan kepala Vina membentur jalan bersemen. Saat Tuhan
menyelamatkan kami sekeluarga dari terjangan ombak di Tanah Lot. Perbuatan besar
yang membuat kami sekeluarga terkagum, terpaku akan kebesaran Allah. Dan semua
mujizat ini membuat kita ingin selalu dekat padaNya.
Tapi apakah hanya perbuatan besar itu aja, yang membuat kita takjub dan kagum
padaNya. Kita seringkali lupa, setiap hari kita bisa bangun dalam keadaan sehat,
bisa bernafas normal, jantung berdetak normal, kepenatan hari kemarin telah hilang.
Semuanya itu juga karya Allah yang besar dalam hidup kita. Kita bisa makan, minum
yang cukup, bisa bekerja, mempunyai teman dan keluarga yang memperhatikan kita.
Itu juga karya Allah yang besar. Juga saat kita mendapat masalah, bertengkar dengan teman, dimarahin atasan, proyek yang batal, pendapatan yang menurun, apapun
duka yang kita alami. Juga merupakan sesuatu yang membuat kita dekat dan ingat
akan Allah.
Mari kita selalu menyadari karya Allah yang luar biasa, baik karya yang besar, karya
yang tiap hari kita rasakan, dalam suka dan duka yang kita alami. Sehingga tiap hari
kita selalu ingin dekat denganNya. Takjub dan terkagum akan semua pekerjaan Allah
dalam hidup kita. Semoga…
Nathasa
26
Fresh JUICE !
Vol. 22/2011
25 September 2011 : Berubah
Hari Minggu Biasa XXVI
Yeh 18:25-28,
Mzm 25:4bc-5,6-7,8-9,
Flp 2:1-11,
Mat 21:28-32 Mat. 21:28-30
“… Ia pergi kepada anak yang sulung dan berkata: Anakku, pergi dan bekerjalah hari
ini dalam kebun anggur. Jawab anak itu: Baik, bapa. Tetapi ia tidak pergi. Lalu orang itu
pergi kepada anak yang kedua dan berkata demikian juga. Dan anak itu menjawab:
Aku tidak mau. Tetapi kemudian ia menyesal lalu pergi juga.”
Hari ini kita mendengarkan ceritera dan perumpamaan tentang anak sulung dan anak
bungsu yang diminta oleh ayah mereka untuk pergi ke kebun anggurnya. Ternyata
kedua anak ini mempunyai karakter yang berbeda. Si anak sulung merasa diri lebih,
karena itu sesegera mungkin mengabulkan permintaan Bapa mereka. Dia mengatkan,
“Baik, Bapa, tetapi dia tidak pergi.” Sedangkan si bungsu mengatakan, “Aku tidak mau.
Tetapi kemudian ia menyesal lalu pergi juga.”
Si anak sulung adalah orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat. Mereka selalu menempatkan diri mereka lebih dari orang-orang lain. Mereka selalu ingin dilihat dan dipuji orang.
Namun demikian mereka tidak melakukan atau menjalankan apa yang menjadi komitmen mereka. Lain hal sebagaimana si anak bungsu adalah orang-orang bukan Yahudi,
orang-orang yang dipandang rendah di dalam masyarakat dan para pemungut cukai.
Mereka ini selalu dinomor-duakan di dalam masyarakat. Mereka selalu dipandang sebagai orang yang tidak layak.
Kritik Yesus terhadap orang-orang farisi dan pujianNya bagi orang berdosa yang mau
bertobat. Orang-orang Faris dan ahli-ahli Taurat selalu memandang diri mereka sebagai orang yang selalu menjalankan kewajiban agama mereka. Namun demikian
selalu saja tidak menjalankannya dengan sepenuh hati. Mereka selalu mengharapkan
suatu pujian dari orang lain. Sebaliknya orang-orang miskin, orang berdosa dan para
pemungut cukai, selalu memandang rendah diri mereka sendiri. Dan suatu hal yang
sangat menarik untuk direfleksikan adalah bahwa mereka selalu ingin bertobat dari
apa yang mereka lakukan. Mereka telah mengatakan tidak kepada yang benar. Namun mereka menyesalinya dan ingin berubah.
Di dalam kehidupan kita setiap hari, sering kita berlaku seperti orang-orang Farisi dan
ahli-ahli Taurat. Kita ingin melakukan sesuatu kalau dilihat dan dipuji oleh orang lain.
Marilah kit abelajar dari orang-orang yang berdosa dan para pemungut cukai. Mereka
adalah orang-orang yang mengatakan ‘tidak’ kepada Tuhan. Mereka mengatakan
tidak untuk mengikuti jalan dan rencana Tuhan. Namun pada akhirnya mereka menyesalkan perbuata mereka. Mereka menyesalinya dan ingin berubah. Mereka berlari
kembali kepaad Tuhan dan meminta pertobatan.
Hari ini kita diajak Yesus untuk selalu berlari kepadaNya. Karena Dia ingin mengubah
hati kita agar hanya ingin memilih Tuhan dan perbuatan-perbuatanNya yang luhur.
RM.JOSEPH
Vol. 22/2011
Fresh JUICE ! 27
26 September 2011 : Seperti Anak Kecil
Kosmas & Damianus, Gaspar Strangassinger, Elzear & Delfina Ordo III
Za 8:1-8,
Mzm 102:16-18,19-21,29,22-23,
Luk 9:46-50
Lukas 9:48.
“Barangsiapa menyambut anak ini dalam nama-Ku, ia menyambut Aku; dan barangsiapa menyambut Aku, ia menyambut Dia, yang mengutus Aku.”
Disuatu sore saya pergi mengunjungi seorang sahabat lama yang tinggal di Canggu.
Sudah lama sekali kami tidak berjumpa setelah dia hidup berkeluarga. Saat saya sampai disana saya bertemu dengan putrinya yang cantik, gadis kecil blesteran Jawa,
China, Belanda, Gangga namanya. Sungguh waktu begitu cepat berlalu dia sudah 2
tahun sekarang, rupanya dia lupa dengan saya. Saat saya memeluk dan menciumnya
karena sudah lama sekali tidak berjumpa, kemudian saya mendudukannya dipangkuan dan dia tetap saja terdiam. Lalu mamanya bilang “Sayang sudah lupa dengan
tante Lulu, yang dulu sering nyuapin Gangga waktu masih baby?!” Kemudian kami
bermain bersama, lama-kelamaan luluh sudah hatinya, dia bisa tersenyum dan mengajak saya berbicara. Senang sekali ketika melihat dia bisa tertawa lepas, hati terasa
terharu karena dia jarang melihat dia punya teman sebaya.Akhirnya Ganggapun bisa
menikmati waktu kami bermain dan bercanda bersama. Dia sudah mulai percaya dan
nyaman dengan keberadaan saya dan inilah yang membuat saya merindukannya
saat ini.
Injil Tuhan pada hari ini mengisahkan tentang siapa yang paling besar diantara para
murid.Tuhan memberikan sebuah contoh tentang karakter “anak kecil” yang polos, ingin diperhatikan, ditemani, manja, tertawa lepas, marah, terkadang juga menangis.
Begitu lepas bebas setiap ekspresi yang dia tunjukan, tidak ada satupun ekspresi yang
ditutup-tutupi. Ya itulah dia “apa adanya”. Seperti yang Tuhan Yesus sampaikan. Barangsiapa menyambut anak ini dalam nama-Ku, ia menyambut Aku; dan barangsiapa
menyambut Aku, ia menyambut Dia, yang mengutus Aku.”
Yang perlu kita tekankan pada perikop injil hari ini adalah karakter “apa adanya” seperti anak kecil ketika kita masuk dalam hadirat Tuhan. Karena Bapa sudah tahu yang
kita butuhkan, masalah apa yang sedang kita hadapi. Meninggalkan segala “keAkuan”
yang sering juga kita bawa ketika masuk kehadirat Tuhan. Keakuan tentang kekayaan,
kehormatan,kesuksesan. Tuhan tidak perlu seperti itu. Dia hanya perlu pribadi kita yang
“apa adanya” terbuka, yang sangat tergantung kepadaNya. Sama seperti seorang
anak kecil “sangat tergantung” pada kedua orang tuanya yang akan selalu melindunginya, demikian juga Tuhan mau kita bergantung sepenuhnya dalam pemeliharaanNya. Ketika seorang anak akan menangis keras ketika terpisahkan dari orang tuanya
disuatu mall, suatu ketergantungan yang amat sangat akan sosok orang tua. Demikian juga Tuhan mau kita memiliki ketergantungan yang besar didalam Tuhan. Sama
seperti orang tua yang berusaha memberikan fasilitas yang terbaik bagi masa depan
anaknya. Demikian Bapa disurga ingin memberikan berkat-berkat yang terbaik bagi
setiap kita anak-anak yang dikasihiNya.
Maukah anda?!
LULU
28
Fresh JUICE !
Vol. 22/2011
27 September 2011 : Menilai dari Kulitnya
Vinsensius de Paul
Za 8:20-23
Mzm 87:1-3,4-5,6-7
Luk 9:51-56 Luk 9:13
“Ketika hampir genap waktunya Ia diangkat ke sorga, Ia mengarahkan pandanganNya untuk pergi ke Yerusalem”
Kota Yerusalem di dalam Perjanjian Baru tidak hanya diartikan sebagai tempat Allah
bersemayam dan tempat orang beribadah, tetapi lebih merupakan tempat Yesus dihukum mati, disiksa dan disalibkan sebagai penjahat. Keputusan Yesus untuk “mengarahkan pandangan-Nya untuk pergi ke Yerusalem” bukan terutama agar disambut
bagai raja, tetapi pilihan pribadi-Nya untuk mengakhiri polemik seputar benar tidaknya
Ia adalah “Mesias dari Allah” (Luk 9:20).Karena itu perjalanan ke Yerusalem dalam Injil
Lukas, bukan semata-mata perjalanan yang menyenangkan, tetapi lebih berupa perjalanan perpisahan. Dalam konteks perpisahan inilah, kemudian Lukas menempatkan
semua ajaran moral Kristiani sebagai kumpulan wasiat seorang guru kepada murid-muridnya atau lebih tepat lagi sebagai wasiat Bapa yang sekarat untuk semua anak-anakNya. Ajaran Yesus kemudian dikategorikan sebagai wasiat dan ajaran turun temurun
hingga sampai pada telinga kita masing-masing. Karena itu ajaran-ajaran Yesus dalam
Injil Lukas selalu bernada “harus dilakukan, kalau mau diselamatkan.”
Keputusan Yesus pergi ke Yerusalem menunjukkan integritas dan konsistensi diri dalam
mempraktekkan apa yang telah diajarkan-Nya terdahulu untuk “mengaisihi musuh, berbuat baik kepada orang yang membenci-Nya dan berdoa bagi yang mencaci-Nya”
(Luk 6:27-28). Yerusalem adalah tempat pembuktian tentang kebenaran konsep diriNya sebagai Mesias yang harus menderita, mati dan bangkit. Mesias yang lebih sebagai pelayan sekaligus sebagai Bapa bagi semua umat Israel tanpa kecuali, bahkan
untuk dunia universal.
Menampilkan integritas dan konsistensi sebagai pengikut Kristus memang sangat besar
tantangannya. Sebab sebagai manusia kita seringkali punya prasangka atau praduga
yang mempengaruhi cara kita berhubungan dengan orang lain. Istilahnya kita sering
menilai isi buku dari kulitnya, tanpa sekalipun ada upaya untuk mengambil buku tersebut dan membaca isinya. Nah, ketika manusia disamakan dengan sebuah buku, maka
sebagai pembaca yang baik, kita semua pengikut Kristus diajak untuk menghargai
setiap buku yang kita jumpai terpajang di hadapan kita.
FR.WENZ, MGL
Vol. 22/2011
Fresh JUICE ! 29
28 September 2011 : Karya Roh Kudus
Wenseslaus, Laurensius Ruiz, Dominikus Ibanez, Yakobus Kyushei Tomonaga, Inosensius
dr Bertio
Neh 2:1-8,
Mzm 137:1-2,3,4-5,
Luk 9:57-62 “Setiap orang yang siap untuk membajak tetapi menoleh ke belakang,
tidak layak untuk kerajaan Allah…….”
Sejak lama saya punya keinginan untuk pelayanan ke Indonesia timur, pada saat saya
masih bekerja di perusahaan dan mendapat penghasilan yang lumayan, tetapi keinginan tersebut tidak pernah kesampaian. Setiap mau minta ijin untuk jalan-jalan keluar Bali, selalu tidak mendapat ijin dari atasan dengan alasan kantor tidak bisa saya
tinggalkan lama. Tetapi rencana Tuhan sungguh tidak terduga, pada saat sudah berhenti dari pekerjaan dan hanya mendapat penghasilan yang pas-pas an dari kerjakerja freelance ternyata saya mendapat kesempatan untuk ikut pelayanan SHB ke Maumere bersama team mission dari Australia.
Sampai di Maumere sungguh sukacita yang saya rasakan, pada sore hari kami mulai
untuk melayani di Gereja Katedral Maumere. Pertama dalam pikiran saya, biasanya
untuk seminar hidup baru orang jarang untuk ikut apalagi ini kota kecil, karena di Bali
saja yang ikut paling banyak 30 orang. Tetapi baru masuk di Katedral, ternyata pikiran
saya salah besar. Umat yang ikut kurang lebih 150 orang, saya agak bingung luar biasa
karena kami yang melayani hanya 6 orang. Dalam rasa tidak percaya saya bertanya
kepada Diaon Vincent “Apa semua orang ini ikut SHB kita ini?” jawab Diakon “oh iya
dan ini belum seberapa besok bisa bertambah orang yang ikut, karena tahun lalu kami
melayani bertiga umat yang datang sekitar 400 orang”… Ya Tuhan saya kaget luar
biasa, saya berpikir bagaimana nanti pada saat kami harus mendoakan mereka satu
persatu dan tidak ada yang menjaga mereka di belakang, kalau jatuh atau resting
nanti bagaimana?.. seribu pertanyaan melintas di kepala saya.
Mungkin seribu ketakutan sering melintas diatas kepala saya dan saat saya memasuki
ruang Adorasi di Katedral. Saya bertanya kepada Tuhan, apa kami mampu membawa banyak hati di tempat ini sedangkan mereka banyak dan kami pelayanMu hanya
sedikit sekali. Sungguh saya merasakan jawaban Tuhan sangat luar biasa, mengapa
kamu ragu sedangkan Aku selalu bersamaMu…
Pada saat session pencurahan, umat maju satu persatu untuk didoakan. Biasanya selalu ada catcher di belakang umat, tetapi kali ni tidak. Tuhan sangat luar biasa, Tuhan
tau tenaga saya terutama yang punya badan kecil pada saat mendoakan seseorang
yang badannya lebih besar dari saya dan orang tersebut resting saya memegangnya agar badannya tidak langsung jatuh ke lantai, tetapi pada saat saya memegang
ternyata berat badan orang tersebut sangat ringan. Disitu saya berpikir Roh Kudus membantu saya mengangkat orang ini.
Dari pengalaman tersebut, saya mengambil suatu kesimpulan apabila kita sudah dipanggil untuk melayani sesama jangan melihat ke belakang, ketakutan, kekuatiran
dan seribu pertanyaan apa saya bisa Tuhan dsb. Karena Tuhan sudah melayakkan kita
untuk bisa benar-benar melayaniNya, dengan Iman dan Percaya Tuhan akan memberi
kelengkapan untuk kita.. Amien
RINA
30
Fresh JUICE !
Vol. 22/2011
29 September 2011 : Percaya, KasihNYA Sempurna
Kamis, 29 September 2011: Percaya….KasihNya sempurna
Pesta St. Mikael, Gabriel,dan Rafael, Malaikat Agung
Dan 7:9-10,13-14 atau Why 12:7-12a,
Mzm 138:1-2a,2bc-3,4-5,
Yoh 1:47-51
Mazmur 138:3
“Pada hari aku berseru, Engkaupun menjawab aku. Engkau menambahkan kekuatan
dalam jiwaku”
Bacaan Alitab dan Injil hari ini, mengenai keselamatan yang diberikan oleh Tuhan
karena kasihNya sehingga kita harus bersyukur dan bersukacita. Tuhan menjanjikan
keselamatan bagi kita yang percaya kepadaNya. Dia tidak akan meninggalkan kita
sedetikpun. Mungkin, sering kali kita tidak bisa memahami kehendakNya, dan sering
jalan keselamatan yang telah disediakan Tuhan di depan kita tidak bisa kita lihat, tapi
percaya saja.. Tuhan hanya ingin kita percaya saja…dan semua jalanNya akan membuat kita bersukacita.
Mazmur 138:3, mengingatkan aku akan kejadian sekitar 2 tahun yang lalu. Saat itu
aku baru pindah ke Bali dari kotaku karena mendapat pekerjaan di sebuah kantor di
daerah Kuta. Di saat itu, tidak ada seorangpun yang aku kenal selain temanku yang
member informasi tentang pekerjaan itu. Puji Tuhan, aku dapat mess sehingga aku tidak
perlu mencari kos dan letak kantornya cukup berjalan kaki sehingga aku tidak perlu alat
transportasi. Dalam hati aku berkata, wah, Tuhan pasti tahu kalau aku sendirian di sini,
jadi Dia sudah sediakan semuanya untukku. Setelah 5 bulan berlalu, tepatnya saat hari
Raya Jumat Agung, karena ada pekerjaan yang harus dilakukan, aku tidak diperkenankan ikut misa. Tapi aku tetap nekat ke gereja, walaupun setelah itu akhirnya aku harus
lembur sampai jam 3 dini hari. Saat itu aku berpikir, yah dipecat ga apa..aku siap.. saat
itu, entah kenapa aku tidak takut. Seminggu setelah kejadian itu, aku memutuskan untuk mengajukan surat pengunduran diri. Aku masih ingat, saat itu Jumat pertama, dan
aku misa pagi di Gereja FX. Aku berkata ke Tuhan: Tuhan, hari ini aku akan mengajukan
resign. Aku belum punya pekerjaan baru Tuhan, tapi aku berserah kepadaMu. Aku tahu
pasti, Engkau tidak akan membuat aku, salah satu ciptaanMu telantar. Engkau akan
bertanggung jawab atas aku ciptaanMu kan Tuhan, Amin. Atas nama Bapa dan Putera
dan Roh Kudus, Amin.., Tiba2 setelah kata Amin terucap, seorang Suster menghampiriku
dan berkata: kamu mau kerja? Sampai aku bengong, trus bicara, Tuhan jawabanMu
koq cepat sekali.
Bagaimana kita tidak percaya.. bagaimana kita meragukan Dia.. Dia banyak berkarya
nyata dalam hidup kita. Dia selalu sediakan penyelamat bagi kita. Penyelamat nyata
Sang Putera.. walau kadang Dia memberikan kasih dan keselamatan bagi kita melalui
banyak hal, banyak orang, melalui para MalaikatNya yang berkarya melalui orang
lain.
Percayalah, bersuka citalah
Alin
Vol. 22/2011
Fresh JUICE ! 31
30 September 2011 : Setia Dalam Setiap Keadaan
Hieronimus
Bar 1:15-22,
Mzm 79:1-2,3-5,8-9,
Luk 10:13-16 Bar 1:21-22
“Tetapi kami tidak mendengarkan suara Tuhan, Allah kami, sesuai dengan firman para
nabi yang telah Tuhan utus kepada kami. Bahkan kami telah pergi berbakti kepada allah lain, masing-masing menurut angan-angan hati jahatnya, dan kami melakukan apa
yang durjana dalam pandangan Tuhan, Allah kami.”
Dari sejarah bangsa Israel di dalam kita suci Perjanjian Lama, hubungan bangsa Israel
dengan Tuhan Allah selalu saja pasang surut. Ketika bangsa Israel menang, mereka
memuji-muji Tuhan hanya beberapa saat saja, kemudian mengendur dan lupa akan Tuhan. Akibatnya, bangsa Israel jatuh ke tangan musuh dan mereka menganggap Tuhan
meninggalkan mereka sehingga mereka berbalik kembali kepada Tuhan. Ketika mereka
berbalik kepada Tuhan, mereka menang lagi dan begitu terus menerus berputar-putar.
Singkatnya seperti ini, ingat Tuhan – menang – puji Tuhan – tidak setia – jatuh – kalah –
kembali ke Tuhan – dan seterusnya.
Bacaan pertama hari ini dari Kitab Barukh mengajarkan kita untuk tetap setia kepada
Tuhan. Kesetiaan di dalam kegembiraan dan kesedihan, untung dan malang, kalah
dan menang, pokoknya di dalam setiap kesempatan.
Ada satu kisah nyata yang sangat menyentuh hatiku yakni kisah sang penyanyi Hillsong,
Darlene Zschech yang melambungkan lagu pujian terkenal yakni “Shout To The Lord”.
Dulu dalam sebuah kehamilannya, dia tidak sadar kalau ternyata bayi yang dikandungnya sudah meninggal. Ketika dia pergi USG, dokter menyatakan bahwa bayi yang
dikandungnya sudah meninggal. Tentu saja dia terkejut dan sebagai seorang ibu sangatlah bersedih hati. Tapi apa yang dia lakukan? Dia merenungkan kejadian tersebut.
Dia tidak mengutuk atau menyalahkan Tuhan. Dia tetap memuji Tuhan karena Tuhan punya rencana lain. Dari kesedihannya, lahirlah sebuah lagu “I will bless you Lord, forever”.
Darlene Zschech berusaha tetap setia untuk memuji Tuhan dalam setiap hidupnya karena dia tahu Tuhan Yesus yang disembah dan dipujanya adalah Allah yang setia. Dia tidak berpaling ke allah-allah lain yang ditawarkan dunia ini. Dia tahu penderitaan yang
dialaminya akan berlalu dan dia percaya bahwa Tuhan tidak pernah meninggalkan
dia dan keluarganya walaupun mengalami kejadian pahit sekalipun seperti kehilangan
bayi dalam kandungan.
Sebuah contoh dan permenungan untuk kita, bagaimana kita seharusnya tetap setia
kepada Tuhan karena Dia adalah Allah yang setia dan kepadaNyalah kita serahkan
segala hidup kita. Hidup kita ditanganNya, apakah yang mesti kita takutkan?
Diakon Vincent, MGL
32
Fresh JUICE !
Vol. 22/2011
Download