BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lingkungan saat ini menjadi isu penting yang berkembang di masyarakat. Keberlangsungan lingkungan menjadi hal yang disorot banyak pihak akibat kerap terabaikannya kondisi lingkungan oleh perusahaan. Lingkungan bagi perusahaan juga memiliki pengaruh yang penting tidak hanya bagi lingkungan intern perusahaan namun juga ekstern. Salah satu bentuk pertanggungjawaban sosial dan lingkungan yang dilakukan perusahaan adalah melalui pengungkapan Corporate Social Responsibility. Kurun waktu 30 tahun terakhir Corporate Social Responsibility (CSR) atau tanggung jawab sosial perusahaan menjadi isu-isu menonjol dalam wacana etika, teoretika, sekaligus praktik bisnis perusahaan multinasional dan dunia usaha umumnya disebabkan oleh semakin meningkatnya kesadaran masyarakat akan pengaruh lingkungan dalam kehidupan. Perusahaan sebagai organisasi yang dekat dengan lingkungan masyarakat harus mengintegrasikan isu-isu sosial dan lingkungan ke dalam proses bisnis perusahaan. Penerapan CSR diharapkan dapat mendorong peningkatan etika bisnis yang menjadi pedoman bagi perusahaan dalam menjalankan bisnis dan lebih jauh mendorong terciptanya sustainability perusahaan. Perusahaan yang mengungkapkan informasi sosialnya akan mendapatkan nilai positif dari masyarakat yang akan membuat posisi perusahaan lebih terjamin. 1 Universitas Sumatera Utara Dewasa ini, perkembangan bisnis yang semakin pesat menuntut perusahaan harus berkompetisi dalam mempertahankan usahanya, maka pada saat itu pula perusahaan berlomba-lomba untuk memberikan informasi yang menyangkut tentang segala kegiatan perusahaannya. Informasi merupakan suatu kebutuhan yang mendasar bagi para investor dan calon investor untuk pengambilan keputusan. Adanya informasi yang lengkap dan akurat dapat membantu investor untuk melakukan pengambilan keputusan secara tepat sehingga hasilnya sesuai dengan yang diharapkan. Bagi para investor, informasi yang disampaikan oleh manajemen perusahaan dijadikan sebagai alat analisis dan pengawasan terhadap kinerja manajemen perusahaan. Sementara bagi manajemen, keterbukaan informasi dimaksudkan untuk menunjukkan keseriusan dalam mengelola perusahaan secara profesional, sehingga dapat mempengaruhi para investor dalam megambil keputusan investasi (Hadi dan Sabeni, 2002:6). Informasi yang didapat investor dari manajemen perusahaan yaitu berupa laporan keuangan tahunan. Menurut Guthrie dan Mathews yang dikemukakan oleh Sembiring (2005:5) menjelaskan bahwa, Salah satu jenis informasi pengungkapan sukarela yang sering diminta untuk diungkapkan perusahaan saat ini adalah informasi tentang tanggung jawab sosial perusahaan. Pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan muncul dikarenakan adanya tuntunan dari masyarakat dan para pengguna laporan keuangan terhadap dampak dari kegiatan bisnis perusahaan. Pada prinsipnya Corporate Social Responsibility (tanggung jawab sosial perusahaan) merupakan suatu komitmen berkelanjutan dari perusahaan untuk bertanggung jawab secara ekonomi, sosial, dan lingkungan, serta para pemangku kepentingan (stakeholders). Corporate Social Responsibility timbul sebagai akibat dari adanya keberadaan perusahaanperusahaan yang aktivitasnya selain memberi banyak manfaat tetapi menimbulkan banyak dampak negatif. 2 Universitas Sumatera Utara Pandangan dalam dunia usaha di mana perusahaan hanya bertujuan untuk mendapatkan laba yang setinggi-tingginya tanpa memperhatikan dampak yang muncul dalam kegiatan usahanya kini sudah tidak dapat diterima lagi. Karena perkembangan dunia usaha saat ini menuntut perusahaan untuk meningkatkan perhatiannya kepada lingkungan sosial. Perusahaan diharapkan tidak hanya mementingkan kepentingan manjemen dan pemilik modal (investor dan kreditor) tetapi juga karyawan, konsumen, masyarakat dan lingkungannya (Purnasiwi, 2011:2). Semakin ketatnya persaingan, banyak perusahaan semakin menyadari pentingnya menerapkan program corporate social responsibility sebagai bagian dari strategi bisnisnya. Di Indonesia, praktik corporate social responsibility telah mendapat perhatian yang cukup besar. Berdasarkan penelitian dari Utama(2007:9) menyatakan bahwa, “perkembangan corporate social responsibility terkait dengan semakin parahnya kerusakan lingkungan yang terjadi di Indonesia maupun dunia, mulai dari penggundulan hutan, polusi udara dan air, hingga perubahan iklim.” Beberapa fenomena kasus di Indonesia yang terkait dengan permasalahan yang muncul dikarenakan perusahaan dalam melaksanakan operasinya kurang memperhatikan kondisi dan lingkungan sekitarnya, khususnya perusahaan yang aktivitasnya berkaitan dengan pengelolaan sumber daya alam. Sebagai contoh, PT. Freeport Indonesia salah satu perusahaan tambang terbesar di Indonesaia yang berlokasi di Papua, yang memulai operasinya sejak tahun 1969, sampai dengan saat ini tidak lepas dari konflik berkepanjangan dengan masyarakat lokal, 3 Universitas Sumatera Utara baikdengan tanah ulayat, pelanggaran adat, maupun kesenjangan sosial dan ekonomi yang terjadi (Wibisono,2007:15). Dari kasus tersebut terlihat masih ada perusahaan yang belum peduli terhadap kesejahteraan masyarakat. Oleh karena itu, dikeluarkannya beberapa peraturan pemerintah yang mendorong praktik dan pengungkapan corporate social responsibility di Indonesia. Setelah berlakunya UU Nomor 40 tahun 2007 yang mengatur tentang Perseroan Terbatas, CSR di Indonesia tidak lagi bersifat sukarela. Pada pasal 74 Undang Undang Perseroan Terbatas menyatakan: (1) Perseroan yang menjalankankegiatan usahanya di bidang dan/atau berkaitan dengan sumber daya alam wajibmelaksanakan Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL). (2) TJSL merupakan kewajiban Perseroan yang dianggarkan dan diperhitungkan sebagaibiaya Perseroan yang pelaksanaannya dilakukan dengan memperhatikan kepatutandan kewajaran. (3) Perseroan yang tidak melaksanakan kewajiban dikenai sanksidengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Dengan munculnya aturan daripemerintah tersebut, maka CSR seolah telah menjadi fenomena yang jamak diperusahaan-perusahaan di Indonesia. Berbagai penelitian yang terkait dengan pengungkapan Corporate Social Responsibility perusahaan menunjukkan terdapatnya beragam faktor. Tipe industri telah diidentifikasi sebagai faktor potensial yang mempengaruhi praktik pengungkapan sosial perusahaan. Dalam penelitian Devina (2004) variabel tipe industri yang dikelompokkan ke dalam industri high-profile dan industri lowprofile memiliki pengaruh yang signifikan terhadap pengungkapan Corporate Social Responsibility. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan yang bertipe highprofile akan berupaya untuk memperluas lingkup pengungkapan sosial. Sedangkan hasil penelitian dari Adawiyah (2013:94) yang menyatakan bahwa, 4 Universitas Sumatera Utara “Tipe industri tidak memiliki pengaruh terhadap pengungakapan Corporate Social Responsibility.” Penelitian sebelumnya mengenai pengaruh ukuran perusahaan terhadap pengungkapan CSR pernah dilakukan oleh Yuliana dkk (2008) yang mengahasilkan ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap pengungkapan CSR. Sedangkan hasil penelitian Arthana (2012) dan Sari (2012) yang menghasilkan ukuran perusahaan berpengaruh positif tidak signifikan terhadap pengungkapan CSR. Leverage merupakan alat untuk mengukur seberapa besar perusahaan bergantung kepada kreditur dalam pembiayaan aset perusahaan. Perusahaan dengan tingkat leverage tinggi adalah perusahaan yang sangat bergantung pada pinjaman luar untuk membiayai asetnya sehingga perusahaan akan sebisa mungkin melaporkan laba yang tinggi dan mengurangi biaya-biaya termasuk biaya untuk melakukan pengungkapan tanggung jawab sosial. Pengaruh leverage terhadap pengungkapan CSR pernah dilakukan oleh Sembiring (2005) dan Arthana (2012) yang menghasilkan leverage berpengaruh negatif signifikan terhadap pengungkapan CSR. Menurut Fama dan Jesenyang dikemukakan oleh Girsang (2015: 26) bahwa “Ukuran dewan komisaris merupakan mekanisme pengendalian intern tertinggi yang bertanggung jawab untuk memonitor tindakan manajemen puncak. komposisi individu yang bekerja sebagai anggota dewan komisaris merupakan hal penting dalam memonitor aktivitas manajemen secara efektif.” Hubungan antara, dewan komisaris dengan pengungkapan Corporate Social Responsibility juga 5 Universitas Sumatera Utara menunjukkan hasil yang tidak konsisten. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Sembiring (2005),diketahui ukuran dewan komisaris berpengaruh positif terhadap pengungkapan Corporate Social Responsibility. Sedangkan hasil penelitian dari Lucyanda dan Prilia (2012), diketahui ukuran dewan komisaris berpengaruh negatif terhadap pengungkapan Corporate Social Responsibility. Penelitian yang menghubungkan pengungkapan Corporate Social Responsibility dengan profitabilitas telah banyak dilakukan. Diantaranya oleh Devina (2004) dan Diba (2012), diketahui terdapat pengaruh yang signifikan antara profitabilitas dengan pengungkapan Corporate Social Responsibility. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Anggraini (2006), menyatakan bahwa profitabilitas tidak berpengaruh terhadap pengungkapan Corporate Social Responsibility. Penelitian ini mengacu pada penelitian Girsang (2015) yang telah terlebih dahulu meneliti tentang pengaruh tipe industri, ukuran dewan komisaris dan profitabilitas terhadap pengungkapan Corporate Social Responsibility dengan kepemilikan Institusional sebagai variabel moderating pada perusahaan terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Ada beberapa variabel pada penelitian sebelumnya yang tidak digunakan adalah ukuran perusahaan dan leverage. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian Girsang(2015) terletak pada variabel, sampel, dan tahun penelitian. Penelitian ini menggunakan variabel tipe industri, ukuran perusahaan, leverage, ukuran dewan komisaris, profitabilitas, dan juga terdapat variabel moderating kepemilikan institusional. Adanya ketidakkonsistenan hasil penelitian terdahulu menjadi motivasi bagi peneliti untuk 6 Universitas Sumatera Utara melakukan penelitian lebih lanjut dengan mereplikasi beberapa penelitian terdahulu. Dengan uraian tersebut, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul: Pengaruh Tipe Industri, Ukuran Perusahaan, Leverage, Ukuran Dewan Komisaris dan Profitabilitas Terhadap Pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSR) dengan Kepemilikan Institusional Sebagai Variabel Moderating pada PerusahaanManufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yangtelah diuraikan sebelumnya, masalah yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah: 1. Apakah Tipe Industri, Ukuran Perusahaan, Leverage, Ukuran Dewan Komisaris dan Profitabilitas berpengaruh secara parsial dan simultanterhadap Pengungkapan Corporate Social Responsibility pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2012-2015? 2. Apakah Kepemilikan Institusional dapat memoderasi hubungan antara Tipe Industri, Ukuran Perusahaan, Leverage, Ukuran Dewan Komisaris dan Profitabilitas dengan Pengungkapan Corporate Social Responsibility pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2012-2015? 7 Universitas Sumatera Utara 1.3 Tujuan Penelitian Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui apakah Tipe Industri, Ukuran Perusahaan, Leverage, Ukuran Dewan Komisaris dan Profitabilitas berpengaruh secara parsial maupun simultanterhadap Pengungkapan Corporate Social Responsibility pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2012-2015. 2. Untuk mengetahui apakah Kepemilikan Institusional dapat memoderasi hubungan antara Tipe Industri, Ukuran Perusahaan, Leverage, Ukuran Dewan Komisaris dan Profitabilitas dengan Pengungkapan Corporate Social Responsibility pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2012-2015. 1.4 Manfaat Penelitian Dari hasil penelitian yang dilakukan diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut: 1. Bagi perusahaan, untuk memberikan sumbangan pengetahuan mengenai betapa pentingnya penerapan corporate social responsibility pada perusahaan serta dapat menjadi pertimbangan untuk pembuatan kebijakan di dalam perusahaan. 2. Bagi peneliti, untuk mendapatkan pemahaman mengenai pengungkapan corporate social responsibilityuntuk mengetahui seberapa besar tanggung jawab sosialnya. 8 Universitas Sumatera Utara 3. Bagi akademisi, untuk memberikan acuan penelitian selanjutnya di bidang akuntansi terutama tentang corporate social responsibility di masa yang akan datang. 9 Universitas Sumatera Utara