Komunikasi

advertisement
NUANSA
Komunikasi,
KIPRAH
HUNIAN, INFRASTRUKTUR, KOTA DAN LINGKUNGAN
Dewan Redaksi:
Setia Budhy Algamar • Hediyanto W. Husaini
• Rido Matari Ichwan • Mudjiadi
• Haris Hasundungan Batubara • Antonius Budiono
• Tri Djoko Walujo • Pardino • Rani Woro Wirasmi
• Danis Hidayat Sumadilaga
Pemimpin Umum:
Waskito Pandu
Pemimpin Redaksi:
Lisniari Munthe
Wakil Pemimpin Redaksi:
Etty Winarni
Redaktur Pelaksana:
Sambiyo • Djuwanto
Redaksi:
Yunaldi • Warjono • Srijanto
• Ade Syaiful • Krisno Yuwono • Wayan Yoke
Editor:
Endah Prihatiningtyas • Yana Nahriah Hajar
Desain/Artistik:
Agus Iwan Setiawan
Fotografer:
Suseno
Sekretaris:
Juariah
Kontributor:
Taufan Madiasworo • Widjaja Martokusumo
• Putut Marhayudi
Sirkulasi/Distribusi:
Nadi Tarmadi • Yusron • Umi Fatimah S.
• Ilma • Syaiful • Sutikno
Diterbitkan oleh:
Kementerian Pekerjaan Umum
Alamat:
Puskom PU, Gedung Bina Marga Lt.1
Jl Pattimura 20, Kebayoran Baru, Jakarta 12110
Telp./Fax: 021-725 1538, 021-722 1679
e-mail:[email protected]
Redaksi Majalah KIPRAH menerima kiriman artikel, atau tulisan lain
yang (1) bersifat populer dan (2) sesuai dengan isi Majalah KIPRAH. (3)
Panjang tulisan minimal 400 kata, maksimal 1600 kata. (4) Pengiriman
naskah dapat dilakukan melalui email ke [email protected], disertai
dengan data diri berupa biografi singkat dan alamat, nomor telepon,
fax atau E-mail (bila ada). (5) Naskah yang tidak dimuat biasanya tidak
akan dikembalikan, kecuali atas permintaan penulis. (6) Redaksi berhak melakukan perubahan naskah tanpa mengubah isi dari tulisan.
Kunci Penanganan Air
H
ari Air dunia merupakan event yang diperingati tiap tahun pada tanggal
22 Maret di seluruh dunia. KIPRAH edisi 43 mengangkat tema terkait
ketersediaan air bersih dengan menyoroti masalah air perkotaan yang
masih menjadi tantangan yang cukup serius untuk diatasi. Dari pihak pemerintah, meski diakui bahwa masalah air perkotaan lebih kepada masalah nonteknis,
namun program-program untuk membantu pengembangan air minum perkotaan terus dilakukan.
Potret miris kondisi air perkotaan, khususnya di ibu kota yang disorot Kiprah
edisi kali ini menjadi sesuatu yang harus dicarikan jalan keluarnya. Jika ibu kota
negara, yang notabene wajah yang pertama kali dilihat oleh negara lain, sudah
mengalami degradasi air yang sedemikian parah, lalu bagaimana dengan kotakota lain di Indonesia? Masyarakat miskin yang memiliki akses terbatas ke air
bersih merupakan target group yang pertama kali harus dituju dalam mengatasi
permasalahan air perkotaan.
Dari segi teknologi, penggunaan sistem penyulingan air atau Reverse Osmosis
(RO) dan daur ulang air limbah merupakan beberapa cara inovatif yang dilakukan pihak swasta untuk memperoleh air bersih. Meski teknologi ini tak murah,
tetapi menjadi solusi alternatif untuk menghentikan pengambilan air tanah di
kota-kota besar yang semakin hari semakin berkurang tajam. Dari sisi Kementerian PU, produk-produk Litbang SDA memegang peran penting dalam mendukung teknologi andal, aplikatif, inovatif dan berkelanjutan. Sebutlah akuifer
buatan, kincir air, boks tersier, flood forecasting and warning system (FFWS) dan
alat pengolah air serta temuan berarti lainnya. Langkah selanjutnya yaitu bagaimana produk tersebut dapat diaplikasikan dan berguna bagi masyarakat.
Sorotan tajam dari pakar Ilmu Lingkungan Hidup, Emil Salim, yakni Kementerian
PU diimbau untuk melakukan tinjauan terhadap pengelolaan air demi penyelamatan air negara kita, menjadi suatu hal yang patut kita lakukan. Seperti yang ia
sampaikan bahwa PU adalah benteng terdepan dalam penyelamatan air negara
kita. Dengan kata lain, PU adalah komandan dalam pengaturan sumber daya air.
Satu sistem, itulah solusi yang ditawarkan Emil Salim untuk penyelamatan air di
negara kita, tidak ada pengotak-ngotakan dalam tugas.
Berbagai pihak yang menyoroti masalah air perkotaan dapat memberikan wawasan dan pemahaman pada kita, bahwa air perkotaan masih menjadi persoalan yang hingga kini masih terus dicarikan jalan keluarnya. Komunikasi antarsektor kiranya menjadi kata kunci atau inti dalam menangani air perkotaan, jika kita
mau menyelesaikan target MDGs tahun 2015, yakni memberikan pelayanan air
minum sebesar 68,9% melalui jaringan perpipaan sebesar 41,03% (perkotaan
68% dan pedesaan 19,8%). Dukungan masyarakat untuk terus peduli terhadap
air perkotaan menjadi suatu pertanda baik dan hal ini harus ditangkap sebagai
peluang untuk menjaga keberadaan infrastruktur sumber daya air. Ini bukan
hal mudah, namun dengan usaha keras dari semua pihak, maka tak ada yang tak
mungkin untuk mewujudkannya. Harus optimis.(Lisniari)
Volume 43 • KIPRAH
3
Download