BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Struktur Modal Modal

advertisement
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengertian Struktur Modal
Modal dalam suatu bisnis merupakan salah satu sumber
pembiayaan agar perusahaan dapat menjalankan aktivitasnya. Setiap
perusahaan dalam melaksanakan kegiatannya selalu berupaya untuk
menjaga keseimbangan finansialnya.
Menurut Kartini dan Arianto (2008: 15) “Struktur modal adalah
perbandingan antara hutang jangka panjang dengan total aset .“
Menurut Sartono (2001:77) “Struktur modal di proxy dengan
Debt to Equity Ratio (DER), yang merupakan perbandingan antara
total hutang terhadap modal sendiri. Pemakaian proxy dimaksudkan
untuk mempermudah pengukuran karena faktor tersebut tidak dapat
diukur secara langsung “.
Menurut Suad (1996 : 15) “Struktur modal adalah perimbangan
antara total hutang dengan modal sendiri. Definisi lain struktur
modal adalah pembelanjaan permanen dimana
mencerminkan
perimbangan antara hutang jangka panjang dengan modal sendiri “
Menurut Halim (2007 : 78) mendefinisikan :
“Struktur modal adalah perimbangan jumlah hutang jangka
pendek yang bersifat tetap, hutang jangka panjang, saham preferen, dan
saham biasa. Dalam teori struktur modal dinyatakan mengenai apakah
perubahan struktur modal berpengaruh atau tidak terhadap nilai
perusahaan, dengan asumsi keputusan investasi dan kebijakan dividen
tidak berubah. Apabila ada pengaruhnya, berarti struktur modal yang
terbaik, tetapi jika tidak ada pengaruhnya, berarti tidak ada struktur
15
Universitas Sumatera Utara
modal yang terbaik.
Menurut Naibaho (2013 : 10) “Struktur modal sangat penting
bagi perusahaan karena menyangkut kebijakan penggunaan sumber
dana
yang
paling
menguntungkan.Dalam
mendanai
kebutuhan
pendanaan perusahaan dapat menggunakan modal sendiri dan modal
asing atau utang.
Menurut Brigham dan Houston (2001:6) ada 4 faktor yang
mempengaruhi keputusan struktur modal, yaitu:
1. Risiko Bisnis
Tingkat risiko yang terkandung dalam operasi perusahaan apabila ia
tidak menggunakan utang. Makin besar risiko bisnis perusahaan,
makin rendah rasio utang yang optimal.
2. Posisi Pajak Perusahaan
Alasan utama menggunakan utang adalah karena biaya bunga dapat
dikurangkan dalam perhitungan pajak, sehingga menurunkan biaya
utang yang sesungguhnya.
3. Fleksibilitas Keuangan
Kemampuan untuk menambah modal dengan persyaratan yang wajar
dalam keadaan yang memburuk. Para manajer dana perusahaan
mengetahui bahwa penyedia modal yang mantap diperlukan untuk
operasi yang stabil, yang merupakan faktor yang sangat menentukan
keberhasilan jangka panjang.
4. Konservatisme atau Agresivitas Manajemen
Sebagian manajemen lebih agresif dari yang lain, sehingga sebagian
perusahaan lebih cenderung menggunakan utang untuk meningkatkan
laba. Faktor ini tidak mempengaruhi struktur modal yang optimal atau
yang memaksimalkan nilai, tetapi akan mempengaruhi struktur modal
yang ditargetkan yang ditetapkan manajer.
2.2. Teori Struktur Modal
2.2.1. Pecking Order Theory
Penelitian ini menggunakan teori yang berkaitan dengan
struktur modal yaitu pecking order theory karena perusahaan
yang ingin berkembang selalu membutukan modal yang salah
16
Universitas Sumatera Utara
satunya diperoleh dari hutang. Namun demikian, perusahaan
tidak mudah untuk memperoleh pinjaman, karena harus
menganalisis lebih dahulu apakah memang sudah tepat untuk
berhutang. Jika sumber-sumber dari internal, seperti modal
sendiri atau laba ditahan masih kurang, maka perusahaan dapat
melakukan pinjaman. Untuk itu, perlu dianalisis untung ruginya
bila melakukan pinjaman yang memaksimalkan nilai tetapi akan
mempengaruhi struktur modal yang ditargetkan yang ditetapkan
manajer.
Menurut Suad (1996 : 26) “Pecking order theory adalah
urutan sumber pendanaan dari internal (laba ditahan) dan
eksternal (penerbitan ekuitas baru)”. Teori ini menjelaskan
keputusan pendanaan yang diambil oleh perusahaan. Secara
ringkas, teori ini menyatakan bahwa :
1. Perusahaan menyukai internal financing (pendanaan dari hasil
operasi perusahaan).
2. Perusahaan mencoba menyesuaikan rasio pembagian dividen
yang ditargetkan, dengan berusaha menghindari perubahan
pembayaran dividen secara drastis.
3. Kebijakan dividen yang relatif segan untuk diubah, disertai
dengan fluktuasi profitabilitas dan kesempatan investasi yang
tidak bisa diduga, mengakibatkan bahwa dana hasil operasi
kadang-kadang melebihi kebutuhan dan untuk investasi,
meskipun pada kesempatan yang lain, mungkin kurang.
17
Universitas Sumatera Utara
Apabila dana hasil operasi kurang dari kebutuhan investasi,
maka perusahaan akan mengurangi saldo kas atau menjual
sekuritas yang dimiliki.
4. Apabila pendanaan dari luar diperlukan, maka perusahaan
akan menerbitkan sekuritas yang paling ”aman” terlebih dulu,
yaitu dimulai dengan penerbitan obligasi, kemudian diikuti
oleh sekuritas yang berkarakteristik opsi (seperti obligasi),
baru akhirnya apabila masih belum mencukupi, saham baru
diterbitkan.
Sesuai dengan teori ini, tidak ada suatu target debt to equity
ratio, karena ada dua jenis modal sendiri, yaitu internal dan
eksternal. Modal sendiri yang berasal dari dalam perusahaan lebih
disukai daripada modal yang berasal dari luar perusahaan.
Teori ini diperkenalkan pertama kali oleh Donalson pada
tahun 1961, teori ini disebut Pecking Order karena teori ini
menjelaskan mengapa perusahaan akan menentukan kedudukan
sumber dana yang paling disukai.
Menurut Brealey dan Marcus (2008 : 25) teori pecking order
berbunyi sebagai berikut :
1. Perusahaan menyukai pendanaan internal, karena dana ini
terkumpul tanpa mengirimkan sinyal sebaliknya yang dapat
menurunkan harga saham.
2. Jika dana eksternal dibutuhkan, perusahaan menerbitkan utang
lebih dahulu dan hanya menerbitkan ekuitas sebagai pilihan
terakhir. Pecking order ini muncul karena penerbitan utang
tidak terlalu diterjemahkan sebagai pertanda buruk oleh
investor bila dibandingkan dengan penerbitan ekuitas.
18
Universitas Sumatera Utara
Menurut Purba ( 2014 : 13) menyatakan :
“Teori pecking order didasarkan pada dua asumsi yang
menonjol. Pertama, para manajer lebih mengetahui prospek
perusahaan mereka sendiri daripada investor luar. Kedua,
manajer bertindak dalam kepentingan terbaik pemegang saham
yang ada. Dengan kondisi tersebut, perusahaan terkadang akan
melupakan positif proyek net present value jika menerima
mereka memaksa perusahaan untuk menerbitkan saham
undervalued untuk investor baru. Hal ini pada gilirannya
memberikan alasan bagi perusahaan untuk menurunkan nilai
finansial, seperti uang tunai yang besar dan kapasitas utang
yang tidak terpakai. Lebih khusus lagi, teori pecking order
memprediksi bahwa perusahaan lebih memilih untuk
menggunakan dana internal bila tersedia dan memilih utang
atas ekuitas ketika pembiayaan eksternal diperlukan.”
2.2.2
Signalling Theory
Naibaho (2013 : 12) menyatakan:
“Teori ini disusun berdasarkan asumsi adanya
asymmetricinformation antara manajer dan pemegang saham.
Karena adanya asymmetric information maka manajer
berusaha memberi sinyalkepada investor. Signal tersebut
haruslah berupa sesuatu yang dapat dipercaya dan tidak mudah
ditiru atau mahal untuk menirunya. Dalam kebijakan struktur
modal, signal yang diberikan adalah berupa dipakainya porsi
hutang yang lebih besar di perusahaan. Hanya perusahaan
yang benar-benar kuat yang berani menanggung risiko
mengalami kesulitan keuangan ketika porsi hutang perusahaan
relatif tinggi. Maka porsi hutang yang tinggi dipakai manajer
sebagai sinyal bahwa perusahaan memiliki kinerja yang
handal.”
Brigham dan Joel (2001:35) menyatakan bahwa :
“Teori
ini
disusun
berdasarkan
adanya
asumsiasymmetric information (ketidaksamaan informasi)
antara manajer dan investor, dimana manajer memiliki
informasi yang berbeda (yang lebih baik) mengenai prospek
perusahaan daripada yang dimiliki oleh investor. Asymmetric
information menyebabkan manajer berusaha memberi isyarat
(signal) kepada investor. Isyarat (signal) merupakan suatu
tindakan yang diambil manajemen perusahaan yang member
petunjuk bagi investor tentang bagaimana manajemen
19
Universitas Sumatera Utara
memandang prospek perusahaan. Perusahaan dengan prospek
yang menguntungkan akan mencoba menghindari penjualan
saham dan mengusahakan setiap modal baru yang diperlukan
dengan cara-cara lain, termasuk penggunaan utang yang
melebihi target struktur modal yang normal. Sedangkan
perusahaan dengan prospek yang kurang menguntungkan akan
cenderung menjual sahamnya, yang berarti mencari investor
baru untuk berbagi kerugian. Pengumuman emisi saham oleh
suatu perusahaan umumnya merupakan suatu isyarat (signal)
bahwa manajemen memandang prospek perusahaan tersebut
suram, karena apabila suatu perusahaan menawarkan
penjualan saham baru, lebih sering dari biasanya, maka harga
sahamnya akan menurun. Dengan menerbitkan saham baru
tersebut berarti memberikan isyarat negatif yang kemudian
dapat menekan harga saham sekalipun prospek perusahaan
cerah. Dalam keadaan normal, perusahaan harus
mempertahankan adanya kapasitas cadangan waktu meminjam
(reserve borrowing capacity) yang dapat digunakan sewaktuwaktu apabila ada peluang investasi yang baik, dengan kata
lain dalam keadaan normal perusahaan harus menggunakan
lebih banyak ekuitas dan lebih sedikit hutang.”
2.2.3. Trade-Off Theory
Esensi trade-offdalam struktur modal adalah menyeimbangkan
manfaat dan pengorbanan yang timbul sebagai akibat penggunaan
hutang.
Menurut Brigham dan Houston (2001 : 34) bahwa :
“Teori trade-off dari leverage menyatakan bahwa perusahaan
menyeimbangkan manfaat dari pendanaan dengan utang (perlakuan
pajak perseroan yang menguntungkan) dengan suku bunga dan biaya
kebangkrutan yang lebih tinggi. Kenyataan bahwa bunga merupakan
beban yang dapat dikurangkan telah mengakibatkan utang lebih murah
daripada saham biasa atau saham preferen. Dengan kata lain, utang
memberikan manfaat perlindungan pajak. Sehingga, penggunaan
utang akanmengakibatkan peningkatan porsi laba operasi perusahaan
(EBIT) yang mengalir kepada investor.”
Namun dalam kenyataannya, jarang ada perusahaan yang
menggunakan 100 persen utang sebagai pendanaannya. Hal ini
dikarenakan pemegang saham mendapat keuntungan modal yang
20
Universitas Sumatera Utara
rendah di samping itu, perusahaan membatasi penggunaan utang
untuk menekan biaya-biaya yang berkaitan dengan kebangkrutan.
Karena itu, penggunaan utang sebagai pendanaan perusahaan perlu
dibatasi untuk memperkecil kebangkrutan yang mungkin terjadi.
2.2.4
Agency Theory
Teori keagenan (agency theory) dikembangkan di tahun
1970-an terutama pada tulisan (Jensen dan Meckling 1976 : 14) pada
tulisan yang berjudul“Theory of the firm: Managerial behavior,
agency costs, and ownershipstructure”. Teori keagenan dibangun
sebagai upaya untuk memecahkan memahami dan memecahkan
masalah yang muncul manakala ada ke tidak lengkapan informasi
pada saat melakukan kontrak (perikatan).Teori keagenan berkaitan
dengan penyelesaikan dua masalah yang dapat terjadi dalam
hubungan keagenan. Yang pertama adalah masalah keagenan yang
muncul ketika :
a. Keinginan atau tujuan dari prinsipal dan konflik agen, dan
b. Sulit atau mahal untuk prinsipal untuk memverifikasi apa yang agen
yang lakukan.
Masalahnya disini adalah bahwa prinsipal tidak dapat
memverifikasi bahwa agen telah berperilaku tepat. Yang kedua adalah
masalah pembagian risiko yang muncul ketika prinsipal dan agen
memiliki sikap yang berbeda terhadap risiko. Masalahnya di sini
adalah bahwa prinsip dan agen dapat memilih tindakan yang berbeda
karena preferensi risiko yang berbeda.
21
Universitas Sumatera Utara
2.2.5 Modigliani-Miller (MM)
Teori Modigliani dan Miller (teori MM) adalah teori
yang berpandangan bahwa struktur modal tidak relevan atau tidak
mempengaruhi nilai perusahaan.
MM mengajukan beberapa asumsi untuk membangun teori
mereka Brigham dan Houston ( 2001 : 31) yaitu:
1. Tidak terdapat agency cost.
2. Tidak ada pajak.
3. Investor dapat berhutang dengan tingkat suku bunga yang sama
dengan perusahaan.
4. Investor mempunyai informasi yang sama seperti manajemen
mengenai prospek perusahaan di masa depan.
5. Tidak ada biaya kebangkrutan.
6. Earning Before Interest and Taxes (EBIT) tidak dipengaruhi oleh
penggunaan dari hutang.
7. Para investor adalah price-takers.
8. Jika terjadi kebangkrutan maka aset dapat dijual pada harga pasar
(market value).
Terdapat 2 model Mogdilianni Miller, yaitu :
a. Model Modiglianni Miller tanpa pajak
Pada tahun 1958 mereka mengajukan suatu teori yang
ilmiah tentang struktur modal perusahaan.
Teori mereka menggunakan beberapa asumsi:
1. Risiko
bisnis
perusahaan
diukur
dengan
σ
EBIT
(StandardDeviation Earning Before Interest and Taxes).
2. Investor memiliki pengharapan yang sama tentang EBIT
perusahaan di masa mendatang.
3. Saham dan obligasi diperjual belikan di suatu pasar modal yang
sempurna.
4. Seluruh
aliran
kas
adalah
perpetuitas
(sama
jumlahnya
22
Universitas Sumatera Utara
setiapperiode hingga waktu tak terhingga). Dengan kata
lain,pertumbuhan perusahaan adalah nol atau EBIT selalu sama.
b. Teori Modiglianni Miller dengan pajak
Pada tahun (1963), MM menerbitkan artikel sebagai lanjutan
teori MM tahun (1958). Asumsi yang diubah adalah adanya pajak
terhadap penghasilan perusahaan. Dengan adanya pajak ini, MM
menyimpulkan bahwa penggunaan hutang akan meningkatkan
nilai perusahaan karena biaya bunga hutang adalah biaya yang
mengurangi pembayaran pajak Preposisi I : Nilai dari perusahaan
yang berhutang sama dengan nilai dari perusahaan yang tidak
berhutang ditambah dengan penghematan pajak karena bunga
hutang. Implikasi dari preposisi I ini adalah pembiayaan dengan
hutang sangat menguntungkan dan MM menyatakan bahwa
struktur modal optimal perusahaan adalah seratus persen hutang.
Preposisi II : Biaya modal saham akan meningkat dengan
semakin meningkatnya hutang, tetapi penghematan pajak akan
lebih besar dibandingkan dengan penurunan nilai karena kenaikan
biaya modal saham. Implikasi dari preposisi II ini adalah
penggunaan hutang yang semakin banyak akan meningkatkan
biaya modal saham. Menggunakan hutang yang lebih banyak,
berarti menggunakan modal yang lebih murah (biaya modal
hutang lebih kecil dibandingkan dengan biaya modal saham),
sehingga akan menurunkan biaya modal rata-rata tertimbangnya
(meski biaya modal saham meningkat).
23
Universitas Sumatera Utara
Teori MM tersebut sangat kontroversial. Implikasi teori
tersebut adalah perusahaan sebaiknya menggunakan hutang
sebanyak-banyaknya. Dalam praktiknya, tidak ada perusahaan
yang mempunyai hutang sebesar itu, karena semakin tinggi tingkat
hutang suatu perusahaan, akan semakin tinggi juga kemungkinan
kebangkrutannya. Inilah yang melatar belakangi teori MM
mengatakan agar perusahaan menggunakan hutang sebanyakbanyaknya, karena MM mengabaikan biaya kebangkrutan.
2.3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal
2.3.1. Struktur Aset
Struktur aset menurut Weston dan Brigham (2005 : 175)
adalah perimbangan atau perbandingan antara aset tetap dan total
aset. Definisi lain Menurut Kartini dan Arianto (2008
: 15)
struktur aset adalah perbandingan antara jumlah saham yang
dimiliki oleh orang dalam (insider ownership) dengan jumlah
saham yang dimiliki oleh investor”.
Menurut Mai (2006 : 228) “Struktur aset merupakan
faktor yang penting dalam keputusan pendanaan perusahaan,
karena aset- aset berwujud (tangibles assets) bertindak sebagai
jaminan dan memberikan jaminan bagi para pemberi pinjaman
dalam hal terjadinya kesulitan keuangan “.
Mai (2006 : 233) menyatakan bahwa :
pada umumnya, dibandingkan dengan aset tak berwujud,
aset berwujud mengandung lebih sedikit informasi asimetris, yakni
24
Universitas Sumatera Utara
informasi yang tidak seimbang antara perusahaan dengan pihak di
luar perusahaan mengenai nilai aset. Lebih mudah bagi para pemberi
pinjaman untuk menentukan nilai aset berwujud dibandingkan aset
tidak berwujud. Di samping itu, dalam hal terjadinya gejalan
kebangkrutan, aset-aset tak berwujud akan menjadi tidak bernilai
lagi, sehingga menurunkan kekayaan bersih perusahaan dan
selanjutnya mempercepat kemungkinan kebangkrutan. Aset
perusahaan disajikan sebagai jaminan atas utang merupakan cara
untuk mengurangi resiko kreditur dan memberi jaminan bagi
kreditur dalam hal terjadinya kesulitan keuangan.Jaminan juga
melindungi pemberi pinjaman dari masalah niat jelek yang
disebabkan oleh konflik peminjam dan pemberi pinjaman. Dengan
demikian, perusahaan-perusahaan yang memiliki lebih banyak aset
berwujud lebih mungkin untuk memperoleh lebih banyak pinjaman.
Maka besarnya komponen utang akan berhubungan positif dengan
tingkat struktur aset.
Menurut Kartini dan Arianto (2008 : 16) “Apabila struktur
aset (kepemilikan) semakin tersebar, para pemegang saham akan
semakin kehilangan kekuatan untuk melakukan kontrol terhadap
manajer”. Karena kepentingan pemilik (principal) dan manajer
(agent)
tidak
selalu
sejalan,
sumber
daya perusahaan akan
dipergunakan secara tidak efisien oleh manajer. Semakin besar
kepemilikan
oleh
manajemen,
maka
semakin
berkurang
kecenderungan manajemen untuk tidak mengoptimalkan penggunaan
sumber daya yang dapat meningkatkan nilai perusahaan. Dimana
tindakanmanajer yang merupakan bagian dari struktur kepemilikan
akan berdampak terhadap keputusan pendanaan, apakah perusahaan
tersebut meningkatkan nilai perusahaan dengan mengambil dana dari
luar perusahaan atau dana dari dalam perusahaan. Dengan kata lain
keputusan pendanaan (struktur modal) melibatkan para pemilik saham
perusahaan atau pemilik perusahaan yang merupakan bagian-bagian
25
Universitas Sumatera Utara
dari struktur kepemilikan.
2.3.2. Modal Kerja
Modal kerja atau working capital merupakan suatu aset lancar
yangdigunakan
dalam
operasi
perusahaan,
yang
memerlukan
pengelolaan dengan baik oleh manajer perusahaan. Adapun beberapa
pengertian modal kerja menurut para ahli, antara lain:
1. Menurut Jumingan (2006 : 66) terdapat dua definisi modal kerja
yang lazim dipergunakan, yakni sebagai berikut:
a. Modal kerja adalah kelebihan aset lancar terhadap utang jangka
pendek. Kelebihan ini disebut modal kerja bersih (net working
capital). Kelebihan ini merupakan jumlah aset lancar yang
berasal dari utang jangka panjang dan modal sendiri. Definisi
ini bersifat kualitatif karena menunjukkan kemungkinan
tersedianya aset lancar yang lebih besar daripada utang jangka
pendek dan menunjukkan tingkat keamanan bagi kreditur
jangka pendek serta menjamin kelangsungan usaha di masa
mendatang.
b. Modal kerja adalah jumlah dari aset lancar. Jumlah ini
merupakan modal kerja bruto (gross working capital). Definisi
ini bersifat kuantitatif karena menunjukkan jumlah dana yang
digunakan untuk maksud operasi jangka pendek. Waktu
tersedianya modal kerja akan tergantung pada macam dan
tingkat likuiditas dari unsur-unsur aset lancar misalnya kas,
26
Universitas Sumatera Utara
surat-surat berharga, piutang dan persediaan.
2. Menurut Munawir (2007 : 114) terdapat tiga konsep atau definisi
modal kerja yang umum dipergunakan, yaitu:
a.
Konsep Kuantitatif
Konsep
ini
menitikberatkan
kepada
kuwantum
yang
diperlukan untuk mencukupi kebutuhan perusahaan dalam
membiayai operasinya yang bersifat rutin, atau menunjukkan
jumlah dana (fund) yang tersedia untuk tujuan operasi jangka
pendek. Dalam konsep ini menganggap bahwa modal kerja
adalah jumlah aset lancar.
b. Konsep Kualitatif
Konsep ini menitikberatkan pada kualitas modal kerja, dalam
konsep ini pengertian modal kerja adalah kelebihan aset lancar
terhadap hutang jangka pendek, yaitu jumlah aset lancar yang
berasal dari pinjaman jangka panjang maupun dari para
pemilik perusahaan.
c. Konsep Fungsional
Konsep ini menitikberatkan fungsi dari dana yang dimiliki
dalam rangka menghasilkan pendapatan (laba) dari usaha
pokok perusahaan. Pada dasarnya dana-dana yang dimiliki
oleh suatu perusahaan seluruhnya akan digunakan untuk
menghasilkan laba sesuai dengan usaha pokok perusahaan,
tetapi tidak semua dana digunakan untuk menghasilkan laba
27
Universitas Sumatera Utara
periode ini, ada sebagian besar dana yang akan digunakan
untuk memperoleh atau menghasilkan laba di masa yang akan
datang. Misalnya : bangunan, mesin-mesin pabrik, alat-alat
kantor dan lainnya.
3. Dan menurut Kasmir (2008 : 250) “Modal kerja merupakan modal
yang digunakan untuk melakukan kegiatan operasi perusahaan.
Modal kerja juga dapat diartikan sebagai investasi yang
ditanamkan dalam aset lancar atau aset jangka pendek, seperti kas,
surat-surat berharga, piutang, persediaan dan aset lancar lainnya”.
2.3.3. Pertumbuhan Aset
Aset adalah harta yang dimiliki perusahaan yang berperan
dalam hal ituoperasi perusahaan misalnya kas, persediaan, aset tetap,
aset yang tak berwujud dan lain-lain. Semakin besar aset diharapkan
semakin besar hasil operasional yang dihasilkan oleh perusahaan.
Menurut FASB (1985) “aset adalah kemungkinan keuntungan ekonomi
yang diperoleh atau dikuasai di masa yang akan datang oleh lembaga
tertentu sebagai akibat transaksi atau kejadian yang sudah berlalu.”
Menurut Brimigham dan Erhart dalam Novera (2013 : 6)
menyatakan bahwa perusahaan dengan tingkat pertumbuhan yang
tinggi akan bergantung pada dana dari luar perusahaan dikarenakan
dana dari dalam perusahaan tidak mencukupi untuk mendukung
tingkat pertumbuhan yang tinggi. Dengan demikian perusahaan
dengan tingkat pertumbuhan yang tinggi akan lebih banyak
28
Universitas Sumatera Utara
menggunakan
utang
sebagai
sumber
pendanaannya
daripada
perusahaan dengan tingkat pertumbuhan yang rendah.
.2.3.4. Risiko
Menurut Meidinia,
gambaran
ketidakpastian
(2007:10) “Risiko
yang
bisnis
merupakan
dihadapi perusahaan
dalam
menjalankan kegiatan bisnisnya .
Menurut Husnan (1996 : 85) “Setiap perusahaan akan
menghadapi
risiko sebagai akibat dari dilakukannya operasi
perusahaan, baik itu risiko bisnis maupun risiko hutang yang harus
digunakan perusahaan”. Perbedaan risiko bisnis tidak hanya berasal
dari satu industri ke industri yang lainnya saja, melainkan antara
perusahaan-perusahaan dalam satu
industri
tertentu. Perusahaan
yang mempunyai risiko tinggi karena harus membayar biaya
bunga yang tinggi atas hutang, sedang disisi lain terdapat
ketidakpastian dalam pengembalian aset.
Menurut
kebangkrutan
Yuniningsih
(2002)
“Untuk
menghindari
perusahaan maka sebaiknya penggunaan hutang
dikurangi”.
Berikut jenis risiko yang dihadapi perusahaan perbankan :
1. Risiko Kredit adalah Risiko akibat kegagalan debitur
dan/atau pihak lain dalam memenuhi kewajiban kepada
Bank. Risiko kredit pada umumnya terdapat pada seluruh
aktivitas Bank yang kinerjanya bergantung pada kinerja
29
Universitas Sumatera Utara
pihak lawan (counterparty), penerbit (issuer), atau kinerja
peminjam dana (borrower). Risiko Kredit juga dapat
diakibatkan oleh terkonsentrasinya penyediaan dana pada
debitur, wilayah geografis, produk, jenis pembiayaan, atau
lapangan usaha tertentu. Risiko ini lazim disebut Risiko
Konsentrasi Kredit dan wajib diperhitungkan pula dalam
penilaian risiko inheren.
2.
Risiko Pasar adalah Risiko pada posisi neraca dan rekening
administratif termasuk transaksi derivatif, akibat perubahan
dari kondisi pasar, termasuk risiko perubahan harga option.
Risiko pasar meliputi antara lain risiko suku bunga, risiko
nilai tukar, risiko ekuitas dan risiko komoditas. Risiko ini
dapat berasal baik dari posisi trading book maupun posisi
banking book.
3.
Risiko Likuiditas adalah Risiko akibat ketidakmampuan
bank untuk memenuhi kewajiban yang jatuh tempo dari
sumber pendanaan arus kas atau dari aset likuid berkualitas
tinggi yang dapat diagunkan, tanpa mengganggu aktivitas
dan kondisi keuangan bank. Risiko ini disebut juga risiko
likuiditas pendanaan (funding liquidity risk).
4.
Risiko Operasional adalah Risiko akibat ketidakcukupan
atau tidak berfungsinya proses internal, kesalahan manusia,
kegagalan sistem dan adanya kejadian eksternal yang
30
Universitas Sumatera Utara
mempengaruhi operasional bank. Sumber risiko ini antara
lain oleh sumber daya manusia, proses, sistem, dan kejadian
eksternal.
5.
Risiko Hukum adalah Risiko yang timbul akibat tuntutan
hukum dan/atau kelemahan aspek yuridis. Risiko ini juga
dapat timbul antara lain karena ketiadaan peraturan
perundang-undangan
yang
mendasari
atau
kelemahan
perikatan, seperti tidak dipenuhinya syarat sahnya kontrak
atau agunan yang tidak memadai.
6.
Risiko Stratejik adalah Risiko akibat ketidaktepatan bank
dalam
mengambil
keputusan
dan
pelaksanaan
suatu
keputusan stratejik serta kegagalan dalam mengantisipasi
perubahan lingkungan bisnis. Sumber risiko stratejik antara
lain ditimbulkan dari kelemahan dalam proses formulasi
strategi dan ketidaktepatan dalam perumusan strategi,
ketidaktepatan dalam implementasi strategi dan kegagalan
mengantisipasi perubahan lingkungan bisnis.
7. Risiko Kepatuhan adalah Risiko yang timbul akibat bank
tidak
mematuhi
dan
tidak
melaksanakan
peraturan
perundang-undangan dan ketentuan yang berlaku. Sumber
risiko kepatuhan antara lain timbul karena kurangnya
pemahaman atau kesadaran hukum terhadap ketentuan
maupun standar bisnis yang berlaku umum.
31
Universitas Sumatera Utara
8.
Risiko Reputasi adalah Risiko akibat menurunnya tingkat
kepercayaan stakeholder yang bersumber dari persepsi
negatif terhadap bank. Salah satu pendekatan yang
digunakan dalam mengkategorikan sumber risiko reputasi
bersifat tidak langsung (below the line) dan bersifat langsung
(above the line).
2.3.5 Likuiditas
Menurut Astuti (2004 : 31) “Likuiditas menunjukkan
kemampuan perusahaan memenuhi kewajibanjangka pendeknya,
seperti melunasi hutangnya yang jatuh tempo dalam jangka pendek”.
Menurut Tampubolon (2005 : 38) “ rasio likuiditas adalah
menunjukkan tingkat kemudahan relatif suatu aset untuk segera
dikonservasikan ke dalam kas dengan sedikit atau tanpa penurunan
nilai serta tingkat kepastian tentang jumlah kas yang dapat diperoleh”.
Menurut Halim (2007 : 49) “ rasio likuiditas adalah mengukur
kemampuan
perusahaan
dalam
memenuhi
kewajiban
jangka
pendeknya bila jatuh tempo”. Perusahaan yang mempunyai likuiditas
yang tinggi akan cenderungtidak menggunakan pembiayaan dari hutang.
Hal ini disebabkan perusahaan dengan likuiditas tinggi mempunyai dana
internal yang besar, sehingga perusahaan tersebut akan lebih dahulu
membiayai investasinya sebelum menggunakan pembiayaan eksternal
melalui utang.
32
Universitas Sumatera Utara
2.3.6. Ukuran Perusahaan
Menurut Riyanto (2001:299) “Ukuran perusahaan adalah
perusahaan yang mempunyai saham yang besar, dan setiap
penambahan lembar sahamnya hanya berpengaruh kecil terhadap
kemungkinan hilang kontrol dari pihak dominan terhadap perusahaan
yang bersangkutan”.
Perusahaan yang besar cenderung melakukan diversifikasi
usaha lebih banyak daripada perusahaan kecil. Oleh karena itu
kemungkinan kegagalan dalam menjalankan usaha atau kebangkrutan
akan lebih kecil. Ukuran perusahaan sering dijadikan indikator bagi
kemungkinan terjadinyakebangkrutan bagi suatu perusahaan, dimana
perusahaan dengan ukuran lebih besar dipandang lebih mampu
menghadapi krisis dalam menjalankan usahanya. Hal ini akan
mempermudah perusahaan dengan ukuran lebih besar untuk
memperoleh pinjaman atau dana eksternal. Hal ini menunjukkan
adanya hubungan positif antara ukuran perusahaan dengan leverage.
2.3.7. Profitabilitas
Profitabilitas adalah hasil akhir dari sejumlah kebijakan
dan keputusanyang dilakukan oleh perusahaan Brigham dan Joel
(2006 : 57). Purba dalamMartono dan Harjito(2014 : 18) rasio
profitabilitas
yaitu
rasio
yang
menunjukkan
kemampuan
perusahaan untuk memperoleh keuntungan dari penggunaan
modalnya. Tingkat profitabilitas perusahaan merupakan salah satu
33
Universitas Sumatera Utara
informasi penting bagi kreditor untuk mengukur kemampuan
perusahaan memenuhi kewajibannya dalam membayar selain
kreditor,
investor
juga
menggunakan
profitabilitas
untuk
memprediksi seberapa besar penggunaan nilai atas saham yang
dimiliki. Semakin besar nilai profitabilitas perusahaan maka,
semakin
baik
karena
dianggap
kemampuan
perusahaan
memperoleh laba semakin tinggi.
2.4. Penelitian Terdahulu
Penelitian ini dibuat berdasarkan pada hasil-hasil penelitian
sebelumnya, sehingga beberapa poin penting dari hasil penelitian
terdahulu dapat dijadikan acuan dalam penelitian ini. Berikut akan
diuraikan beberapa penelitian terkait struktur modal.
Penelitian Naibaho (2013) menguji pengaruh profitabilitas,
likuiditas, dan modal kerja terhadap struktur modal pada perusahaan
manufaktur meliputi sektor aneka industri dan sektor industri barang
konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa profitabilitas, likuiditas, dan modal kerja secara
bersama-sama mempunyai pengaruh yang signifikan dan positif terhadap
struktur modal.
Penelitian Meidina (2007) tentang Analisis Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Struktur Modal Pada Industri Makanan Dan Minuman
yang GoPublic Di Bursa Efek Jakarta dan mendapat hasil penelitian
bahwa ukuranperusahaan dan pertumbuhan aset mempunyai pengaruh
34
Universitas Sumatera Utara
yang signifikan terhadap struktur modal, sedangkan variabel independen
lainnya (risiko dan profitabilitas) tidak berpengaruh signifikan terhadap
variabel dependen (struktur modal).
Penelitian yang dilakukan Purba (2014) berjudul Analisis FaktorFaktor yangMempengaruhi Struktur Modal pada Perusahaan Manufaktur
yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Secara simultan hasil penelitian
ini menunjukkan bahwa struktur aset, profitabilitas, pertumbuhan
penjualan dan likuiditas berpengaruh signifikan terhadap struktur modal.
Hal ini dapat dilihat dari nilai signifikansi uji f yaitu sebesar 0,000 lebih
kecil dari 0,05.
Febriminanto (2012) melakukan penelitian yaitu Analisis FaktorFaktor Yang Mempengaruhi Struktur Modal Pada Perusahaan Yang
Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia dan memperoleh hasil bahwa hanya
ada Dua (2) variabel independen yang berpengaruh signifikan secara
parsial terhadap variabel dependen yaitu variabel return on assets
(ROA) dan firm size.
Tabel 2.1
Penelitian Terdahulu
No
Nama
Peneliti
Terdahulu
1.
Medina
(2007)
Judul Penelitian
Analisis faktor-faktor
yang mempengaruhi
struktur modal pada
industri makanan dan
minuman yang Go
Public di Bursa Efek
Jakarta
Variabel Penelitian
Variabel Independen :
1. Ukuran
perusahaan
2. Pertumbuhan
aset
3. Risiko
4. Profitabilitas
Variabel Dependen
Struktur Modal
Hasil Penelitian
1. Ukuran Perusahaan
berpengaruh secara
signifikan terhadap
struktur modal
2. Pertumbuhan aset
berpengaruh secara
signifikan terhadap
struktur modal
3. Risiko tidak
berpengaruh terhadap
struktur modal
4. Profitabilitas tidak
35
Universitas Sumatera Utara
berpengaruh terhadap
struktur modal
2.
Febriminanto
(2012)
Analisis faktor- faktor
yang mempengaruhi
struktur modal pada
perusahaan yang
terdaftar di Bursa Efek
Indonesia
Variabel Independen
1. Firm Size
2. Return On
Asset
3. Pertumbuhan
Aset
Variabel Dependen :
Struktur Modal
3.
4.
Naibaho
(2013)
Purba (2014)
Pengaruh
profitabilitas,
likuiditas dan modal
kerja terhadap struktur
modal pada
perusahaan
manufaktur meliputi
sektor aneka industri
dan sektor industri
barang konsumsi yang
terdaftar di Bursa Efek
Indonesia
Variabel Independen
1. Profitabilitas
2. Likuiditas
3. Modal Kerja
Analisis faktor- faktor
yang mempengaruhi
struktur modal pada
perusahaan
manufaktur yang
terdaftar di Bursa Efek
Indonesia.
Variabel Independen
1. Struktur Aset
2. Profitabilitas
3. Pertumbuhan
penjualan
4. Likuiditas
Variabel Dependen :
Struktur Modal
Variabel Dependen
Struktur Modal
1. Return On Assets
berpengaruh secara
signifikan terhadap
struktur modal
2. Firm Size
berpengaruh secara
signifikan terhadap
struktur modal
3. Pertumbuhan aset
tidak berpengaruh
terhadap struktur
modal
1. Profitabilitas
berpengaruh
signifikan terhadap
struktur modal
2. Likuiditas
berpengaruh
signifikan terhadap
struktur modal
3. Modal Kerja
berpengaruh secara
negatif terhadap
struktur modal
4. Profitabilitas,
likuiditas dan modal
kerja secara simultan
berpengaruh terhadap
struktur modal
1. Secara simultan hasil
penelitian ini
menunjukkan bahwa
struktur aset ,
profitabilitas ,
pertumbuhan
penjualan dan
likuiditas
berpengaruh secara
signifikan terhadap
struktur modal.
2. Struktur aset tidak
berpengaruh
signifikan terhadap
struktur modal
3. Likuiditas
berpengaruh
signifikan negatif
terhadap struktur
modal
4. Profitabilitas tidak
berpengaruh
36
Universitas Sumatera Utara
5.
5.
Ishar (2015)
Analisis pengaruh
struktur aset , modal
kerja, pertumbuhan
aset, likuiditas dan
profitabilitas terhadap
struktur modal pada
perusahaan PErbankan
yang terdaftar di BEI
Variabel Independen
1. Struktur Aset
2. Modal Kerja
3. Pertumbuhan
Aset
4. Likuiditas
5. Profitabilitas
1.
Variabel Dependen
Struktur Modal
2.
3.
4.
5.
6.
signifikan terhadap
struktur modal
Pertumbuhan
penjualan tidak
berpengaruh terhadap
struktur modal.
Secara simultan hasil
penelitian ini
menunjukan bahwa
struktur aset, modal
kerja, pertumbuhan
aset , likuiditas dan
profitabilitas
mempunyai pengaruh
yang signifikan
terhadap struktur
modal.
Struktur aset tidak
berpengaruh
signifikan terhadap
struktur modal
Modal kerja tidak
berpengaruh
signifikan terhadap
struktur modal
Pertumbuhan aset
berpengaruh positif
dan signifikan
terhadap struktur
modal
Likuiditas
berpengaruh negatif
terhadap struktur
modal
Profitabilitas tidak
berpengaruh
signifikan terhadap
struktur modal
Sumber : Hasil Olahan Peneliti, 2015
2.5. Kerangka Konseptual
Kerangka
konseptual
pada
penelitian
ini
menjelaskan
pengaruh variabel independen (X) yaitu struktur aset, modal kerja,
pertumbuhan aset, risiko, likuiditas, ukuran perusahaan , dan likuidtas
terhadap variabel dependen (Y) yaitu struktur modal pada perusahaan
perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Struktur aset
37
Universitas Sumatera Utara
menggambarkan penentuan berapa besar alokasi dana masing-masing
komponen aset, baik aset lancar maupun aset tetap. Perusahaan yang
sebagian besar modalnya tertanam dalam aset tetap akan mengutamakan
pemenuhan modalnya dari modal permanen yaitu modal sendiri,
sedangkan utang sifatnya hanya sebagai perlengkap.
Menurut Brigham dan Houston (2001 : 39) “Perusahaan dengan
kriteria aset yang dapat dijadikan jaminan kredit cenderung lebih banyak
menggunakan utang”. Aset lancar yang dimiliki oleh suatu perusahaan
merupakan suatu jaminan pembayaran yang baik bagi kreditor terhadap
pinjaman yang diberikan kepada perusahaan. Perbandingan antara
jumlah aset tetap dengan jumlah aset perusahaan memiliki dampak
terhadap struktur modal perusahaan. Pengukuran struktur aset didasarkan
pada penggunaan rasio perbandingan total aset tetap terhadap total aset,
sehingga secara teoritis terdapat hubungan negatif antara struktur aset
terhadap struktur modal. Semakin tinggi struktur aset (semakn besar
jumlah aset tetap) maka penggunaan akan rendah.
Modal kerja bersih (Net Working Capital) yaitu selisih antara aset
lancar dan kewajiban lancar yang mana aset tersebut diharapkan bisa
dikonversi menjadi kas dalam waktu satu tahun atau kurang dari satu
tahun. Kenaikan modal kerja bersih menunjukkan bahwa aset lancar
yang dimiliki oleh perusahaan mampu menutupi hutang lancar
perusahaan. Aset lancar yang mampu menutupi hutang lancar perusahaan
mengakibatkan resiko ketidakmampuan perusahaan membayar tagihan
tepat waktu (rasio likuiditas) menjadi lebih rendah. Hal ini menunjukkan
38
Universitas Sumatera Utara
tingkat keamanan bagi kreditur jangka pendek serta menjamin
kelangsungan usaha di masa mendatang sehingga mempengaruhi struktur
modal.Pertumbuhan aset menunjukkan besarnya dana dialokasikan oleh
perusahaan ke dalam asetnya. Pertumbuhan aset akan menuntut
perusahaan untuk menyediakan dana yang memadai.
Menurut Sartono dan Sriharto (1999 : 59) “Mengemukakan bahwa
perusahaan dengan tingkat pertumbuhan tinggi, kemungkinan akan
kekurangan pendapatan untuk mendanai pertumbuhan tinggi tersebut
secara internal”.
Perusahaan dengan resiko bisnis yang tinggi cenderung menghindari
pendanaan
dengan
menggunakan
hutang
dibandingkan
dengan
perusahaan dengan risiko bisnis yang lebih rendah.
Menurut Saputra (2014 : 32) bahwa :
“Dunia investasi mengenal risiko bisnis sebagai bagian dari risk
premium, yang diartikan sebagai ketidakpastian aliran pendapatan yang
disebabkan oleh sifat alam dari bisnis itu sendiri seperti produk,
pelanggan dan cara penghasilan produknya”. Perusahaan dengan cash
flow yang sangat fluktuatif akan menyadari bahwa penggunaan utang
yang penuh risiko akan kurang menguntungkan dibandingkan dengan
ekuitas, sehingga perusahaan dipaksa untuk menggunakan ekuitas untuk
memenuhi pendanaan perusahaan guna menghindari financial distress.
Oleh karena itu risiko bisnismempunyai pengaruh terhadap struktur
modal.
Likuiditas adalah rasio yang digunakaan untuk mengukur
kemampuan perusahaan dalam membayar utang jangka pendek yang
telah jatuh tempo. Perusahaan yang dapat segera mengembalikan utang
dalam jumlah yang besar, dengan peningkatan proporsi utang yang lebih
besar dari pada modal sendiri menunjukkan DER semakin besar atau
sebaliknya. Teori trade off menunjukkan bahwa perusahaan dengan rasio
39
Universitas Sumatera Utara
likuiditas yang lebih tinggi harus meminjam lebih karena kemampuan
mereka untuk memenuhi kewajiban tepat waktu, teori ini memprediksi
hubungan positif antar likuiditas dan leverage, sedangkan pecking order
theory memprediksi hubungan negatif antara likuiditas dan leverage,
karena perusahaan dengan likuiditas yang lebih besar memilih
menggunakan dana internal. Menurut teori pecking order, ukuran
perusahaan diprediksikan memiliki hubungan terhadap struktur modal.
Perusahaan besar dapat membiayai investasinya dengan mudah lewat
pasar modal karena kecilnya informasi asimetri yang terjadi. Investor
dapat memperoleh lebih banyak informasi dari perusahaan besar jika
dibandingkan dengan perusahaan kecil. Jadi, dengan diperolehnya dana
lewat pasar modal menjadikan proporsi utang menjadi semakin kecil
dalam struktur modalnya. Penerbitan ekuitas pada perusahaan kecil lebih
banyak mengeluarkan biaya daripada perusahaan besar. Dengan kata
lain, semakin besar ukuran perusahaan, biaya penerbitan ekuitas menjadi
lebih murah.
Profitabilitas menjelaskan tingkat pengembalian yang didapat
dari investasi yang ditanamkan oleh perusahaan. Semakin besar tingkat
pengembalian yang didapat dari investasi yang ditanamkan maka
penggunaan utang relatif kecil. Tingkat pengembalian yang tinggi dari
investasi yang ditanamkan perusahaan memungkinkan perusahaan
menggunakan dana internal perusahaan untuk membiayai sebagian besar
pendanaannya yang berasal dari tingkat pengembalian atas investasi
40
Universitas Sumatera Utara
tersebut. Sesuai dengan pecking order theory menyatakan bahwa
perusahaan lebih memilih untuk menggunakan dana internal yang
dihasilkan bila tersedia dan memilih utang atas ekuitas ketika
pembiayaan
eksternal
menunjukkan
adanya
diperlukan.
Dengan
pengaruh
antara
demikian,
teori
profitabilitas
ini
dengan
leverage(struktur modal).
Dalam penelitian ini, faktor – faktor yang mempengaruhi struktur
modal perusahaan perbankan diukur melalui struktur aset, modal kerja,
pertumbuhan aset, risiko, likuiditas, ukuran perusahaan dan likuiditas.
Berdasarkan kerangka konseptual seperti pada gambar 2.1.
Variabel Dependen
Variabel Independen
H1
Struktur Aset (X1)
Modal Kerja (X2)
H2
Pertumbuhan Aset (X3)
H3
H4
Struktur Modal
H5
(Y)
Risiko (X4)
Likuiditas (X5)
Ukuran Perusahaan
(X6)
H6
H7
Profitabilitas (X7)
Gambar 2.1
Kerangka Konseptual
41
Universitas Sumatera Utara
2.6 Hipotesis Penelitian
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan
masalah penelitian, di mana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan
dalam bentuk pertanyaan. Dikatakan sementara karena jawaban yang
diberikan baru didasarkan pada teori. Hipotesis dirumuskan atas dasar
kerangka pikir yang merupakan jawaban sementara atas masalah yang
dirumuskan.Adapun hipotesis dalam penelitian ini adalah :
H1: Struktur Aset berpengaruh secara parsial terhadap Struktur Modal.
H2: Modal Kerja berpengaruh secara parsial terhadap Struktur Modal.
H3: Pertumbuhan Aset berpengaruh secara parsial terhadap Struktur
Modal.
H4: Risiko berpengaruh secara parsial terhadap Struktur Modal.
H5 : Likuiditas berpengaruh secara parsial terhadap Struktur Modal.
H6: Ukuran Perusahaan dan Profitabilitas berpengaruh secara parsial
terhadap Struktur Modal.
H7 : Profitabilitas berpengaruh secara parsial terhadap Struktur Modal.
H8 : Struktur Aset, Modal Kerja, Pertumbuhan Aset, Risiko, Likuiditas,
Ukuran Perusahaan dan Profitabilitas berpengaruh secara simultan
terhadap Struktur Modal.
42
Universitas Sumatera Utara
Download