AUDIT ENERGI GEDUNG AMARIS HOTEL MANGGA BESAR - JAKARTA BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN METODOLOGI PELAKSANAAN STUDI 2.1 PROFIL HOTEL AMARIS MANGGA BESAR 2.1.1 Gambaran Umum Hotel Amaris Mangga Besar. Sejarah Santika Indonesia Hotels & Resorts dapat ditelusuri kembali ketika Kompas Gramedia-Group, sebuah perusahaan media terbesar di Indonesia, memegang diversifikasi portofolio bisnis pada tahun 1981 memulai ke sektor Perhotelan. PT Grahawita Santika didirikan sebagai kepemilikan dan manajemen perusahaan Santika Indonesia Hotels and Resorts. Pembukaan pertama adalah Hotel Santika Bandung, dan setelah berhasil masuk ke dalam pengembangan pasar terus ke kota-kota strategis lain di sekitar kepulauan Indonesia, yaitu Jakarta, Bandung, Semarang, Cirebon, Surabaya, Yogyakarta, Pontianak, Kuta dan Seminyak Bali, Manado , Makassar dan lain-lain. Tahun 2006 telah PT Grahawita Santika reorganisasi dan reposisi sendiri di sektor Perhotelan Indonesia, yang kini mewakili kehadiran di segmen pasar yang berbeda. PT Grahawita Santika telah mengembangkan merek sendiri Villa butik yang unik yang dikenal sebagai The Royal Collection di bawah nama properti dari The Samaya dan The Kayana. Persediaan properti bintang empat akan terdaftar sebagai Hotel Santika Premiere sedangkan hotel bintang tiga bisnis akan tetap menjadi Hotel Santika. Penambahan lain untuk portofolio adalah merek Amaris, yang akan TEKNIK MESIN UNIVERSITAS MERCU BUANA Halaman 7 AUDIT ENERGI GEDUNG AMARIS HOTEL MANGGA BESAR - JAKARTA melengkapi pertumbuhan yang berkelanjutan yang mendasari keunggulan kompetitif Santika yang kini telah direposisi untuk memenuhi basis klien yang lebih luas, dari dua hotel berbintang untuk properti vila mewah. Visi perusahaan untuk menjadi hotel yang paling disukai dan paling terbesar dan resor di Indonesia dan akan memperluas pengembangan di Asia Tenggara, untuk menjaga agar perusahaan bergerak progresif dengan nilai-nilai merek terdepan di Indonesia dan “Hospitality from the Heart” 2.1.2 Fasilitas Layanan Umum Hotel Amaris Mangga Besar. Karena merupakan Hotel ekonomis yang berkonsep Smart (Smart Room dan Smart Service) sehingga Fasilitas Layanan Umum Hotel Amaris Mangga Besar tidak seperti hotel Group Santika yg sudah berpredikat bintang tiga dan bintang empat, beberapa Fasilitas Layanan Umum Hotel Amaris Mangga Besar terdiri dari : 1. 101 smart room. 2. Frees Wifi akses. 3. @xpress. 4. Safe deposit box every room. 5. Meeting room. 2.1.3 Sistem Kerja Peralatan Pendukung Operasional Hotel Amaris Mangga Besar. TEKNIK MESIN UNIVERSITAS MERCU BUANA Halaman 8 AUDIT ENERGI GEDUNG AMARIS HOTEL MANGGA BESAR - JAKARTA Sebeagai sebuah gedung dengan tingkat fungsional yang tinggi, Hotel Amaris Mangga Besar memiliki jaringan sistem kerja dan peralatan – peralatan utama, antara lain : 1. Sistem kelistrikan dual power yaitu PLN dan pembangkit listrik dari Generator Diesel. 2. Sistem transportasi antar lantai yaitu dengan (lift) disamping tangga darurat. Lift dengan konsep sederhana berkapasitas 6 orang dewasa atau sekitar (630kg) sebanyak 2 unit. Digunakan untuk umum termasuk staff service hotel. 3. Sistem perpipaan (plumbing) yang meliputi : a. Sistem perpipaan penyediaan air bersih yang meliputi air dingin dan air panas. b. Sistem perpipaan air pembuangan, yang disalurkan menuju seawage treatment plant (STP) sebelum dibuang ke riool kota. c. Sistem perpipaan pemadam kebakaran (fire Hydrant). 4. Sistem penaganan air hujan, dimana air hujan akan dibuang langsung ke riool kota dan sebagian dibuang ke sumur resapan. 5. Sistem sirkulasi udara (air conditioning). 6. MATV (Master Antena Television) dan CCTV (Close Circuit Television) 7. Telepon Sentral. TEKNIK MESIN UNIVERSITAS MERCU BUANA Halaman 9 AUDIT ENERGI GEDUNG AMARIS HOTEL MANGGA BESAR - JAKARTA 8. Internet Akses. Adalah suatu kebutuhan dasar untuk tamu yang menginap di hotel Amaris, karena kebanyakan tamu backpacker dan Bussinesman. 9. FA (Fire Alarm). Gedung hotel Amaris mengutamakan satandar keselamatan dengan sistem fire alarm sehingga dapat mendeteksi bahaya kebakaran secara dini dengan perangkat smoke detector yang sudah terkoneksi dengan sistem kontrol. 2.1.4 Fasilitas Kelengkapan Peralatan Umum Hotel Amaris Mangga Besar. Sebagai sebuah hotel yang berbintang dua, gedung bangunan Hotel Amaris Mangga Besar dilengkapi dengan peralatan – peralatan utama yang sangat diperlukan untuk menunjang pelayanan mereka. Peralatan utama yang ada yang menunjang sistem kerja pada hotel antara lain : 1. Genset Peralatan ini merupakan bagian dari sistem kelistrikan hotel yang memakai sistem dual power yaitu dari PLN sebesar 265 kVA dan Genset yang memeliki kapasitas 250 kVA, sehingga untuk penyediaan tenaga listrik walaupun terjadi gangguan dari PLN, maka hal itu tidak akan menjadi masalah karena secara otomatis apabila listrik mati, maka Genset akan hidup. 2. AC Split Wall & Cassette Peralatan ini merupakan bagian dari sistem penyediaan udara bersih dan segar, untuk AC Spilt Wall terdapat di setiap kamar dengan TEKNIK MESIN UNIVERSITAS MERCU BUANA Halaman 10 AUDIT ENERGI GEDUNG AMARIS HOTEL MANGGA BESAR - JAKARTA kapasitas terpasang berdaya 1 PK untuk ukuran kamar 18m2 dan untuk fasilitas di area umum menggunakan AC Cassette masingmasing berdaya 2 sampai 4 kW. 3. Boiler dan Solar Collector Peralatan ini merupakan salah satu bagian dari sistem penyediaan air bersih dan air panas yang sangat diperlukan untuk pelayanan para tamu hotel selain itu juga untuk kebutuhan di kitchen. Menggunakan sumber panas dari matahari (Solar Collector) dan apabila cuaca mendung akan di back up dengan Boiler Elpigi. 4. Fire Pump Peralatan ini merupakan salah satu bagian dari sistem keamanan hotel terutama dari bahaya kebakaran. Untuk sistem pengamanan sendiri selain dari fire pump ini, juga ditunjang dengan adanya Fire-Stairs (tangga kebakaran) dan juga adanya Hydrant yang terpasang rapi yang terhubung dengan Sprinkler dan Smoking Detector dan Alarm Notifier yang siap stanby dan ditambah dengan tabung – tabung gas pemadam kebakaran yang disediakan dititik – titik tertentu. 5. Water Treatment Sebagai komitmen dari Santika Indonesia, maka Hotel Amaris Mangga Besar juga menerapkan kerja yang berwawasan lingkungan sehingga untuk limbah terutama yang berkaitan dengan air, disediakan suatu sistem pengolah limbah. Hal ini bertujuan agar TEKNIK MESIN UNIVERSITAS MERCU BUANA Halaman 11 AUDIT ENERGI GEDUNG AMARIS HOTEL MANGGA BESAR - JAKARTA limbah yang dikeluarkan hotel benar – benar sudah bisa diterima dan diserap lingkungan serta tidak mengganggu masyarakat sekitar. 2.1.5 Struktur Organisasi Hotel Amaris Mangga Besar. Struktur organisasi merupakan mekanisme formal dengan nama organisasi yang dikelola dengan berbagai tingkatan yaitu : 1. Tingkat Managerial yaitu seorang Hotel Manager. 2. Tingkat Supervisor Operasional. 3. Tingkat Leader Departemen. 4. Tingkat Staff. 5. Tingkat R/F. (tenaga harian/outsourching) 2.2 DASAR TEORI KONSERVASI ENERGI 2.2.1 Konservasi Energi Negara Indonesia kaya akan sumber energi, tetapi pemanfaatannya selama ini belum seimbang karena terlalu banyak tergantung pada sumber energi minyak bumi. Padahal sumber energi minyak bumi dewasa ini merupakan sumber pendapatan yang terpenting dan persediaannya terbatas. Ketergantungan pada satu sumber energi yaitu minyak bumi dan produk turunannya ini tidak dapat dibiarkan secara terus menerus karena kebutuhan energi akan terus meningkat baik disebabkan meningkatnya industri maupun pertambahan jumlah penduduk serta adanya peningkatan kesejahteraan masyarakat. Untuk menghadapi masalah-masalah tersebut di atas, disusunlah langkah langkah kebijakansanaan energi oleh pemerintah, langkah-langkah itu adalah: TEKNIK MESIN UNIVERSITAS MERCU BUANA Halaman 12 AUDIT ENERGI GEDUNG AMARIS HOTEL MANGGA BESAR - JAKARTA 1. Intensifikasi 2. Diversifikasi 3. Konservasi Konservasi energi merupakan langkah kebijaksanaan yang pelaksanaannya paling mudah dan biayanya paling murah diantara langkah – langkah di atas, serta sekarang juga dapat dilaksanakan oleh seluruh lapisan masyarakat. Kebijakan energi ini dimaksudkan untuk memanfaatkan sebaik - baiknya sumber energi yang ada, juga dalam rangka mengurangi ketergantugan akan minyak bumi, dengan pengertian bahwa konservasi energi tidak boleh menjadi penghambat kerja operasional maupun pembangunan yang telah direncanakan. (Badan Koordinasi Energi Nasional, 1983). Oleh Karena itu disamping harus secepatnya mengembangkan sumber sumber energi dari bahan bakar non fosil seperti biomassa, biogas, dan sebagainya, harus juga berusaha untuk dapat mengoptimalkan penggunaan energi minyak bumi secara lebih tepat, cermat, hemat dan efisien dalam rangka pelaksanaan program konservasi energi. 2.2.2 Energi Energi adalah suatu besaran yang secara konseptual dihubungkan dengan transformasi, proses atau perubahan yang terjadi. Besaran ini seringkali dikaitkan dengan perpindahan sebuah gaya atau perubahan temperatur, sehingga memungkinkan penentuan satuan joule (perpindahan gaya 1 Newton sejauh 1 meter), maupun kalor jenis (energi yang dibutuhkan untuk menaikkan temperatur TEKNIK MESIN UNIVERSITAS MERCU BUANA Halaman 13 AUDIT ENERGI GEDUNG AMARIS HOTEL MANGGA BESAR - JAKARTA sebesar 1 derajat per satuan massa material). Dalam keperluan praktis, energi sering kali dikaitkan dengan jumlah bahan bakar atau konsumsi jumlah listrik. Setiap zat sebenarnya mengandung sejumlah energi di dalamnya yang disebut energi dalam. Dalam suatu proses zat dapat melepaskan sebagian energi dalamnya (dalam proses pembakaran) atau menyimpan energi – energi yang berasal dari lingkungan (pemanasan suatu zat). Dalam melakukan analisisis energi suatu sistem, harus dilakukan berbagai proses perhitungan yang melibatkan jumlah material/zat dan energi. Oleh karena itu perlu dipahami berbagai satuan yang sering digunakan dalam menyatakan besar atau jumlah dari suatu besaran. Untuk menyatakan jumlah material, ada beberapa besaran yang dapat digunakan, yaitu : 1. Massa, dengan satuan kg, lbm, ton dan sebagainya 2. Volume, dengan satuan liter, m3, gallon dan sebagainya Untuk menyatakan jumlah energi, ada beberapa satuan yang digunakan, misalnya joule, ft.lbf, kWH, BTU dan sebagainya. Satuan joule merupakan satuan standart initernasional (SI) yang biasa digunakan untuk semua bentuk energi. Sedangkan kWH adalah satuan yang biasa digunakan untuk menyatakan energienergi listrik, ft.lbf adalah satuan yang biasanya digunakan untuk menyatakan energi termal. Salah satu cara yang paling ekonomis, mudah dan aman untuk mengirimkan energi adalah melalui bentuk energi listrik. Pada pusat pembangkit, sumber daya energi primer seperti bahan bakar fosil (minyak, gas alam dan batubara), hidro, panas bumi dan nuklir diubah menjadi energi listrik. Generator sinkron mengubah energi mekanis yang dihasilkan poros turbin menjadi energi listrik tiga fase. Melalui TEKNIK MESIN UNIVERSITAS MERCU BUANA Halaman 14 AUDIT ENERGI GEDUNG AMARIS HOTEL MANGGA BESAR - JAKARTA transformator penaik tegangan (step up transformator) energi listrik ini dikirimkan melalui saluran transmisi bertegangan tinggi menuju pusat-pusat beban. Peningkatan tegangan dimaksud untuk mengurangi jumlah arus yang mengalir melalui saluran transmisi. Dengan demikian saluran transmisi bertegangan tinggi akan membawa alairan arus yang rendah dan ini berarti mengurangi rugi-rugi panas yang terjadi (heat lost) yaitu sebesar I2 R. Ketika saluran transmisi mencapai pusat beban, tegangan tersebut kembali diturunkan menjadi tegangan menengah dengan transformator penurun tegangan (step down transformator). Di pusat-pusat beban yang terhubung dengan saluran distribusi, energi listrik ini diubah kembali menjadi bentuk – bentuk energi terpakai lainnya seperti energi mekanis, penerangan, pendingin, dan lain-lain. Elemen pokok tenaga dapat dilihat pada Gambar2.1 Gambar 2.1 Elemen pokok sistem tenaga listrik (Zuhal, 1995) Beban yang diberi tegangan, impedansi dari beban tersebut akan menentukan besar arus dan sudut fasa yang mengalir pada beban tersebut. Faktor daya merupakan petunjuk yang menyatakan suatu beban. Faktor daya merupakan hasil bagi dari rata-rata dengan daya nyata. Faktor daya = π·π· π½π½.π°π° = π½π½.π°π° πͺπͺπͺπͺπͺπͺ ππ π½π½.π°π° = πͺπͺπͺπͺπͺπͺ ππ TEKNIK MESIN UNIVERSITAS MERCU BUANA Halaman 15 AUDIT ENERGI GEDUNG AMARIS HOTEL MANGGA BESAR - JAKARTA Besarnya faktor daya adalah 0< CosΡ < 1. Untuk mendapatkan pemakaian daya maksimal, faktor daya dapat diusahakan mendekati 1, yaitu dengan menambahkan peralatan capasitor bank. (Zuhal, 1995). 2.2.3 Audit Energi Usaha-usaha untuk menghemat energi di segala bidang makin dirasakan perlu karena semakin terbatasnya sumber-sumber energi yang tersedia dan semakin mahalnya biaya pemakaian energi. Usaha-usaha penghematan energi pada suatu bangunan komersial seperti hotel atau suatu pabrik hanya dapat dilakukan jika telah diketahui untuk apa energi tersebut digunakan dan berapa besarnya pemakaian energi di tiap-tiap bangunan gedung hotel atau pabrik tersebut. Untuk mengetahui hal tersebut maka diperlukan pengetahuan tentang audit energi atau kesetimbangan energi. Berdasarkan kegiatan yang dilakukan pada akhirnya audit energi didefinisikan sebagai: kegiatan untuk mengidentifikasi jenis energi dan mengidentifikasikan besarnya energi yang digunakan pada bagian-bagian operasi suatu industri/pabrik atau bangunan serta mencoba mengidentifikasi kemungkinan penghematan energi. Audit energi dapat dilakukan setiap saat atau sesuai dengan jadwal yang sudah ditetapkan. Monitoring pemakaian energi secara teratur merupakan keharusan untuk mengetahui besarnya energi yang digunakan pada setiap bagian operasi selama selang waktu tertentu. Dengan demikian usaha-usaha penghematan dapat dilakukan. (Abdurarachim, 2002) TEKNIK MESIN UNIVERSITAS MERCU BUANA Halaman 16 AUDIT ENERGI GEDUNG AMARIS HOTEL MANGGA BESAR - JAKARTA 1. Konsep Audit Energi Audit energi merupakan usaha atau kegiatan untuk mengidentifikasaikan jenis dan besarnya energi yang digunakan pada bagian-bagian operasi suatu industri/pabrik atau bangunan dan mencoba mengidentifikasikan kemungkinan penghematan energi. Sasaran dari audit energi adalah untuk mencari cara mengurangi konsumsi energi persatuan output dan mengurangi biaya operasi. Untuk mengukur besarnya efisiensi penghematan digunakan parameter Benefit Cost Ratio (BCR) yang didefinisikan sebagai : (Abdurarachim, 2002) BCR= π¬π¬.ππ.ππ ππ (3.2) Keterangan : E = biaya energi tahunan, satuan uang a = potensi energi tahunan, satuan uang, % dari harga E b = realisasi biaya energi yang dapat dihemat,% dari harga a c = biaya realisasi, satuan uang 2. Klasifikasi Audit Energi a) Survei Energi (Energy Survey or Walk Through Audit) TEKNIK MESIN UNIVERSITAS MERCU BUANA Halaman 17 AUDIT ENERGI GEDUNG AMARIS HOTEL MANGGA BESAR - JAKARTA Survei energi merupakan jenis audit energi paling sederhana. Audit hanya dilakukan pada bagian-bagian utama atau pengguna energi terbesar. Tujuan dari survei energi adalah : 1) Untuk mengetahui pola penggunaan energi dan sistem yang mengkonsumsi energi serta untuk mengidentifikasikan kemungkinan penghematan energi (Energi Conservasi Oppurtunity = ECO) 2) Untuk mendapatkan data yang berguna bagi audit energi awal. Pada survei energi, data-data dapat diperoleh melalui wawancara dengan orang-orang yang berhubungan dengan penggunaaan energi pada beberapa tahun terakhir yang telah tersedia. Data-data tersebut kemudian dianalisis untuk mengetahui kecenderungan karakteristik pemakaian energi pada suatu industri, pabrik atau gedung. Hasil laporan hanya berupa rekomendasi atau usulan mengenai bagianbagian yang perlu dilakukan audit rinci atau bagian-bagian yang telah optimal penggunaan energinya. b) Audit Energi Awal atau Audit Energi Singkat (Preliminary Energy Audit = PEA) Tujuan dari audit energi awal (PEA) adalah untuk mengukur produktifitas dan efisiensi penggunaan energi dan mengidentifikasikan kemungkinan penghematan engergi (ECO’s). Kegiatan audit energi awal meliputi: 1) Pengumpulan data-data pemakaian energi yang tersedia TEKNIK MESIN UNIVERSITAS MERCU BUANA Halaman 18 AUDIT ENERGI GEDUNG AMARIS HOTEL MANGGA BESAR - JAKARTA 2) Mengamati kondisi peralatan, penggunaan, penggunaan energi beserta alat-alat ukur yang berhubungan dengan monitoring energi seperti: a) Memeriksa kondisi isolasi yang rusak atau hilang. b) Meneliti adanya kebocoran c) Mengamati alat-alat ukur dan alat kendali yang tidak bekerja. d) Mengamati gas pembuangan pembakaran. e) Dan lain-lain 3) Mengamati prosedur operasi dan perawatan yang biasa dilakukan dalam industri/pabrik atau gedung tersebut. 4) Survei energi manajemen, yaitu untuk mengetahui kegiatan manajemen energi dan kriteria pengambilan keputusan dalam investasi penghematan energi Hasil PEA biasanya berupa laporan mengenai sumber-sumber kebocoran / kehilangan energi seperti adanya isolasi yang tidak sempurna, kebocoran fluida atau alat ukur pengendali yang tidak bekerja, rekomendasi perbaikan ringan yang harus dilakukan. c) Audit Energi Rinci atau Energi Penuh (Detailed Energy Audit or Full Audit) Audit energi rinci (DEA) adalah audit energi yang dilakukan dengan menggunakan alat-alat ukur yang sengaja dipasang pada peralatan untuk mengetahui besarnya konsumsi energi. Kegiatan ini diikuti TEKNIK MESIN UNIVERSITAS MERCU BUANA Halaman 19 AUDIT ENERGI GEDUNG AMARIS HOTEL MANGGA BESAR - JAKARTA dengan analisis rinci penggunaan energi beberapa sistem. Tujuan dari audit energi ini untuk mengevaluasi kemungkinan penghematan energi (ECO’s). Audit energi rinci biasanya dilakukan setelah PEA, meskipun sebenarnya audit energi ini dapat dilakukan sendiri, asalkan kegiatan yang tercangkup dalam PEA dilakukan pada awal kegiatan audit. Pengukuran yang dilakukan meliputi pengukuran tekanan, temperatur, laju aliran fluida atau bahan bakar dan konsumsi energi listrik. Data-data pengukuran tersebut kemudian digunakan untuk menghitung besarnya konsumsi energi. Hal ini dilakukan dengan menerapkan balance energi pada komponen atau sistem. Hasil DEA berupa rekomendasi perubahan-perubahan sistem atau komponen yang diperlukan dengan didasari oleh bukti-bukti perhitungan agar diperoleh penghematan energi dan penghematan biaya energi beserta cara-cara implementasinya. 2.3 METODOLOGI PELAKSANAAN STUDI Metode penelitian yang digunakan dalam pelaksanaan studi ini adalah ekplorasi dan studi literatur dan dilakukan konservasi energi. Konservasi energi adalah peningkatan efisiensi energi yang digunakan atau proses penghematan energi. Dalam proses ini meliputi adanya audit energi suatu gedung atau bangunan, yang mana hasilnya nanti akan dibandingkan dengan standart yang ada untuk kemudian dicari solusi penghematan konsumsi energi jika tingkat konmsumsi energinya melebihi standart baku yang ada. TEKNIK MESIN UNIVERSITAS MERCU BUANA Halaman 20 AUDIT ENERGI GEDUNG AMARIS HOTEL MANGGA BESAR - JAKARTA 2.4 VARIABEL PELAKSANAAN STUDI Variabel penelitian meliputi jumlah pemakaian energi berdasarkan audit energi awal dan audit energi rinci serta peluang penghematan berdasarkan kondisi dilapangan. Pada audit energi awal akan dihitung besarnya Intensitas Konsumsi Energi (IKE) tiap satuan luas yang dikondisikan (net area) sesuai pemakaian berdasarkan data historis bangunan. Pada audit energi rinci akan dihitung IKE berdasarkan observasi penggunaan energi listrik secara detail dengan berbagai peralatan yang mengkonsumsi energi listrik dan penggunaanya. Dalam analisa pemakaian energi listrik di industri, beberapa variabel menjadi perhatian karena dapat memberikan kontribusi penghematan energi antara lain : a. Kecenderungan pemakaian energi listrik terhadap produksi industri tahunan. Disini akan diamati apakan pemakaian energi terhadap produksi cenderung turun atau meningkat setiap tahunya. Pemakaian energi persatuan produksi yang cenderung meningkat mengindikasikan adanya pemborosan pada industri, dan penyebab kondisi ini selanjutnya akan ditentukan . tetapi bila pemakaian energi cenderung menurun persatuan produksi, maka industri tersebut telah berupaya melakukan konservasi energi. b. Profil beban harian. Dengan profil beban harian ini akan dapat diketahui kapasitas pemakaian pada saat beban puncak (WBP) dan pada saat di luar waktu beban puncak (LWBP). Bila pada WBP beban industri lebih tinggi, maka akan dipelajari kemungkinan untuk TEKNIK MESIN UNIVERSITAS MERCU BUANA Halaman 21 AUDIT ENERGI GEDUNG AMARIS HOTEL MANGGA BESAR - JAKARTA menggeser pemakaian mesin produksi yang beroprasi pada WBP supaya beroperasi pada LWBP. c. Keseimbangan beban fasa tiga. Beban fasa tiga yang tidak seimbang akan menyebabkan electrical losses yang cukup signifikan. Losses yang timbul pada beban yang tidak seimbang adalah : Losses tidak setimbang Losses setimbang = IRR + ISR + ITR = 3I2 R Prosentase Losses yang timbul adalah (πΌπΌπ π 2 + πΌπΌππ2 + πΌπΌππ2 ) − 3πΌπΌ 2 % πΏπΏπΏπΏπΏπΏπΏπΏπΏπΏπΏπΏ = π₯π₯ 100% 3πΌπΌ 2 2.5 SISTEM PENERANGAN RUANGAN Macam – macam jenis lampu berdasarkan cara kerjanya, lampu dapat dibedakan menjadi beberapa kelompok antara lain: 1. Lampu Incandescent dan Lampu Halogen. 2. Lampu Flouroscent. 3. Lampu HID (High Intensity Discharge). 4. Lampu LED (Light Emiting Diode). 2.5.1 Lampu Incandescent dan Lampu Halogen Lampu jenis incandescent ini lebih dikenal masyrakat dengan sebutan lampu DOP, termasuk lampu yang ditemukan oleh Thomas Alva Edison pertama kali. Sedangakan lampu jenis Halogen (Tungsten Halogen Lamps) merupakan TEKNIK MESIN UNIVERSITAS MERCU BUANA Halaman 22 AUDIT ENERGI GEDUNG AMARIS HOTEL MANGGA BESAR - JAKARTA pengembangan dari lampu Incandescent tersebut sehingga prinsip kerja kedua lampu ini sama. Lampu Incandescent dan Halogen ini menghasilkan cahaya ketika arus melewati filamen dan kemudian memanasi filamen lampu tersebut, semakin panas filamen lampu tersebut maka akan semakin terang pula cahaya yang dipancarkan. Dalam perkembangan penggunaan lampu jenis ini, filamen kawat dari Tungsten lebih banyak dipakai sebagai standart jenis lampu ini karena warna yang dihasilkan putih hangat dan memiliki titik lebur yang tinggi dan mempunyai rata-rata nilai relativitas yang rendah pada suhu yang sangat tinggi, yang perlu diperhatikan pada lampu incandescent adalah dengan semakin bertambah panasnya filamen maka semakin cepat pulaproses evaporasi logam dari bahan pembentuk filamen tersebut. Filamen yang mengalami evaporasi mengakibatkan timbulnya bercak- bercak hitam pada dinding tabung tersebut. Penggunaan lampu incandescent banyak digunakan untuk penerangan pada rumah tinggal, dekorasi, dan hotel karena proses pemasangan nya cukup mudah, serta dapat diletakkan pada berbagai posisi dan waktu untuk start dan warm up berlangsung pada waktu yang hampir bersamaan serta dapat diaplikasikan dimmer yakni pengaturan intensitas nyala lampu. 2.5.2 Lampu Flourescent. Lampu flourescent lebih dikenal masyarakat Indonesia dengan istilah lampu TL. Lampu ini dikembangkan sejak tahun 1980, prinsip kerjanya menggunakan media gas mineral flour yang berfungsi untuk menghasilkan cahaya, dimana energi TEKNIK MESIN UNIVERSITAS MERCU BUANA Halaman 23 AUDIT ENERGI GEDUNG AMARIS HOTEL MANGGA BESAR - JAKARTA listrik akan membangkitkan gas didalam tabung lampu sehingga akan timbul sinar ultraviolet, dari sinar ultraviolet akan menimbulkan phosphors yang kemudian akan bercampur dengan mineral lainya yang telah dilukiskan pada tabung lampu sehingga akan timbul cahaya. Phosphors didesain untuk meradiasikan cahaya putih sehingga sebagian besar lampu model jenis ini berwarna putih. Lampu flourescent ini sangat peka terhadap temperatur udara disekitarnya karena temperatur tanbung lampu sangat berpengaruh terhadap cahaya yang akan dihasilkan. Jadi apabila suhu ruangan terlalu dingin dibandingkan dengan suhu lampu, maka ada kemungkinan lampu jenis ini tidak dapat menyala. Pada umumya temperatur udara minimum pada sebuah lampu bergantung pada ballast lampu itu sendiri dan sudah tercantum jelas pada spesifikasi ballast tersebut. Lampu jenis flourescent juga akan mengalami panas, namun masih bisa disentuh oleh manusia tanpa terluka. Gambar 2.2 Konstruksi lampu flourescent Pada sebuah rangkaian lampu Flourescent umumnya terdiri dari beberapa bagian komponen, antara lain : 1. Lamp Holder 2. Starter 3. Ballast TEKNIK MESIN UNIVERSITAS MERCU BUANA Halaman 24 AUDIT ENERGI GEDUNG AMARIS HOTEL MANGGA BESAR - JAKARTA 4. Capasitor 5. Switch 2.5.3 Lampu HID (High Intensity Discharge). Lampu HID (High Intensity Discharge) ini merupakan konsep prinsip kerja yang hampir sama pada lampu flourescent, pada beberapa jenis tertentu masih tetap memerlukan ballast. Namun sedikit perubahan pada elektro yang digunakan . diameter electrode yang digunakan lebih besar sehingga arus yang dibutuhkan juga semakin besar, sedangkan tabung kaca yang digunakan ada dua macam yaitu tabung pembungkus yang letaknya pada bagian dalam yang berfungsi sebagai pembungkus electrode. Lampu ini umumnya digunakan untuk penerangan diluar ruangan. 2.5.4 Lampu LED (Light Emiting Diodesi). Light Emiting Diodes (LED) merupakan electroluminasi yaitu emisi cahaya yang disebabkan akibat interaksi dari sebuah medan listrik dengan benda yang solid. Lampu LED ini dikembangkan sejak tahun 1962 ketika ditemukan bahwa ketika hubungan Galium Arsenite dibiaskan kearah maju (forward) merupakan radiasi emitter yang sangat efisien. Penggunaan lampu LED salah satunya adalah sebagai lampu indicator pada berbagai peralatan electronik. Secara umum konsep dasar sebuah lampu adalah salah satu bentuk pemanfaatan radiasi electromagnetik yang dihasilkan dari trasfer energi baik bersifat fisik maupun kimiawi yang terjadi pada saat lampu menyala. Radiasi elektromagnetik yang dapat terlihat oleh manusia, untuk menghasilkan radiasi elektromagnetik yang dapat terlihat oleh manusia dengan mata telanjang tanpa TEKNIK MESIN UNIVERSITAS MERCU BUANA Halaman 25 AUDIT ENERGI GEDUNG AMARIS HOTEL MANGGA BESAR - JAKARTA bantuan apapun, dipilihlah radiasi dengan panjang gelombang antara 380nm sampai dengan 780nm, karena pada panjang gelombang inilah radiasi lebih efisien untuk dapat diubah menjadi terlihat oleh manusia. Gelombang yang dapat terlihat oleh manusia itulah yang selanjutnya merupakan cahaya yang dihasilkan oleh lampu. Gambar 2.3 Komposisi spektrum cahaya 2.5.5 Control Gear (Ballast) Control Gear yang digunakan untuk mengoperasikan lampu flouresensi disebut ballast. Lampu flouresensi bergantung pada pelepasan elektron yang terkait pada gas untuk menghasikan cahaya. Jadi diperlukan pengendalian arus elektroda supaya lampu tidak rusak. Oleh karena itu, Ballast disamping harus dapat mengendalikan energi untuk memanaskan katoda lampu sampai temperatur emisi sebelum start juga harus menyiapkan impedansi untuk membatasi arus pelepasan elektron seperti yang terlihat pada gambar. TEKNIK MESIN UNIVERSITAS MERCU BUANA Halaman 26 AUDIT ENERGI GEDUNG AMARIS HOTEL MANGGA BESAR - JAKARTA Gambar 2.4 Lingkaran kapasitas (Loading Ballast Circuit) Bila kapasitor diletakan seri dengan ballast maka arus sirkuit mendahului (leading) tegangan, sedangkan pada lingkaran induktif arus sirkuit berada dibelakang tegangan (lagging) karena ballast berfungsi sebagai kumparan (coil). Pada Gambar 2.4 dijelaskan kombinasi antara lingkaran induktif (lagging) tanpa kapasitor dengan lingkaran kapasitas (leading) dapat menghasilkan lead/lag power factor Gambar 2.5 Lingkaran kapasitas (Loading Ballast Circuit) Keuntungan lingkaran gabungan ini adalah mengurangi efek stroboscopic (flickering) sampai batas dapat diabaikan dan mengoreksi power factor menjadi diatas 90%. 2.5.6 Konsumsi Pemakaian Daya Lampu TEKNIK MESIN UNIVERSITAS MERCU BUANA Halaman 27 AUDIT ENERGI GEDUNG AMARIS HOTEL MANGGA BESAR - JAKARTA Untuk lampu tubular flouresensi 18 watt kira – kira konsumsi daya listrik termasuk balast konvensional menjadi 30 watt, sedangkan untuk 36 watt dan 58 watt konumsinya termasuk ballast menjadi masing – masing 46 watt dan 71 watt. Lampu kompak flouresensi biasanya diperbandingkan dengan lampu pijar, tetapi tidak diperhitungkan konsumsi ballast yang diserap untuk lampu kompak flouresensi tersebut. Padahal untuk lampu PL atau dulux 5 watt konsumsi listrik termasuk ballast kurang lebih 10 watt, sedangkan untuk 7 watt, 9 watt, dan 11 watt konsumsi termasuk ballast masing – masing menjadi 11 watt, 13 watt dan 15 watt. Untuk lampu kompak flouresensi PL-C atau Dulux-D 10 watt konsumsi daya listrik termasuk balastnya kira – kira 15 watt, sedangkan untuk 13 watt, 18 watt, dan 26 watt konsumsinya termasuk ballast menjadi 17 watt, 24 watt, dan 34 watt. Demikian pula untuk PL-Long atau Dulux-L 18 watt, 24 watt, dan 36 watt konsumsi listrik termasuk ballast nya masing – masing menjadi 30 watt, 35 watt, dan 46 watt. Disamping itu, perlu diperhitungkan bahwa mekanisme alat pengendalian yang memakai kumparan (coil control gear) memerlukan arus yang lebih tinggi pada waktu start. Dalam lingkaran induktif arus start lebih kurang 1,5 kali arus operasi normal. Untuk lebih jelasnya dapat kita lihat pada Tabel 2.1 dubawah ini berdasarkan pemakaian ballast dari Artolite PERBANDINGAN DAYA LAMPU Konsumsi Daya Lampu Tubular Flouresensi Lampu TL Tanpa Ballast Dengan Ballast 20 watt 30 watt 36 watt 46 watt 58 watt 71 watt TEKNIK MESIN UNIVERSITAS MERCU BUANA Halaman 28 AUDIT ENERGI GEDUNG AMARIS HOTEL MANGGA BESAR - JAKARTA Kompak Flouresensi Lampu PL/Dulux Kompak Flouresensi Lampu PL-C/Dulux D Kompak Flouresensi 5 watt 10 watt 7 watt 11 watt 9 watt 13 watt 11 watt 15 watt 10 watt 15 watt 15 watt 17 watt 18 watt 24 watt 26 watt 34 watt 18 watt 30 watt 24 watt 35 watt Lampu PL-Long/Dulux-L 36 watt Tabel 2.1 Perbandingan Daya Lampu 46 watt Sumber : Teknik Pencahayaan dan Tata Letak Lampu PT. Artolite, Jakarta, 1991 2.6 SISTEM PENGKONDISIAN UDARA Pengadaan suatu sistem pengkondisian udara adalah agar tercapai kondisi temperatur, kelembaban, kebersihan, dan distribusi udara dalam ruangan dapat dipertahankan pada tingkat keadaan yang diharapkan. Suatu sistem pengkondisian udara bisa berupa sebuah sistem pemanasan, pendinginan dan ventilasi. Untuk kondisi iklim di Indonesia (tropis), untuk proses pengkondisian udara yang berupa pendinginan banyak sekali digunakan. Pendingin ini berfungsi untuk menciptakan kondisi nyaman bagi beberapa aktivitas manusia. Pada bangunan besar biasanya menggunakan sistem pengkondisian udara central. Sistem tersebut mungkin terdiri satu atau lebih mesin pendingin air (waterchiling plants) dan mesin pemanas air (secara tradisional berupa sebuah ketel) yang diletakan didalam suatu ruangan mesin. Ruangan yang dikondisikan menggunakan TEKNIK MESIN UNIVERSITAS MERCU BUANA Halaman 29 AUDIT ENERGI GEDUNG AMARIS HOTEL MANGGA BESAR - JAKARTA satu atau lebih saluran segar dan udara balik atau dapat juga berbentuk aliran panas atau dingin melalui pipa ke penukar kalor (Heat Exchanger) yang terdapat pada ruangan tersebut. 2.6.1 AC (Air Conditioner) AC (Air Conditioner) adalah mesin pendingin yang menggunakan refrigerant sebagai media pendingin yang secara garis besar prinsip kerjanya yaitu penyerapan panas oleh evaporator, pemompaan panas oleh kompresor, pelepasan panas oleh kondensor serta proses ekspansi. Refrigreant adalah zat yang mudah berubah bentuk (menjadi uap atau cair) sehingga cocok jika digunakan sebagai media pemindah panas dalam mesin pendingin. Peralatan pada AC 1. Evaporator adalah alat penyerap panas yang menggunakan prinsip penguapan. Proses penyerapan pada eveporator berkaitan erat dengan temperatur didih refrigerant. Biasanya dipilih titik didih refrigerant sekitar 40°F untuk menghasilkan temperatur sekitar 75°F. 2. Kompresor berfungsi untuk menghasilkan fluida bertekanan tinggi. Pada medin pendingin seperti AC. Kompresor mempunyai tugas untuk menaikan temperatur. 3. Kondensor merupakan alat untuk melepaskan panas. Panas dari udara ruangan yang diserap refrigerant di evaporator di lepaskan melalui kondensor. Oleh karena itu, kondensor biasanya diletakan di bagian luar udara yang didinginkan. TEKNIK MESIN UNIVERSITAS MERCU BUANA Halaman 30 AUDIT ENERGI GEDUNG AMARIS HOTEL MANGGA BESAR - JAKARTA 4. Alat-alat ekspansi digunakan untuk mengatur jumlah refrigerant cair yang masuk evaporator. Alat ini terlatak diantara evaporator dan kondensor, contoh alat-alat ekspansi adalah katup ekspansi, pipa kapiler. 5. Komponen – komponen lain seperti : fan, saringan (filter), saluran udara (Air Duct), pipa kondensat, humidistat, Supply Air Diffuser (SAD), Return Air Grille (RAG). Jadi cara kerja sistem AC dapat diuraikan sebagai berikut : kompresor yang ada pada sistem pendingin dipergunakan sebagai alat untuk memampatkan fluida kerja (refrigerant), jadi refrigerant yang masuk kedalam kompresor di alirkan ke kondensor yang kemudian dimampatkan ke kondensor. Dibagian kondensor ini refrigerant yang dimampatkan akan berubah fase dari refrigerant fase uap menjadi refrigerant fase cair, maka refrigerant mengeluarkan kalor yaitu kalor penguapan yang terkandung didalam refrigerant, adapun besarnya kalor yang dilepaskan oleh kondensor adalah jumlahan dari energi kompresor yang diperlukan dan energi kalor yang diambil evaporator dari substansi yang akan didinginkan. Pada kondensor tekanan refrigerant yang berada didalam pipa-pipa kondensor relatif jauh tinggi dibandingkan dengan tekakan refrigerant yang berada didalam pipa-pipa evaporator. Setelah refrigerant melewati kondensor dan melepaskan kalor penguapan dari fase uap ke fase cair maka refrigerant di lewatkan melalui katup ekspansi, pada katup ekspansi ini refrigerant tekananya diturunkan sehingga refrigerant berubah kondisi dari fase cair ke fase uap yang kemudian dialirkan ke evaporator, didalam evaporator ini refrigerant akan berubah keadaanya dari fase cair ke fase uap, TEKNIK MESIN UNIVERSITAS MERCU BUANA Halaman 31 AUDIT ENERGI GEDUNG AMARIS HOTEL MANGGA BESAR - JAKARTA perubahan fase ini disebabkan karena tekanan refrigerant dibuat sedemikian rupa sehingga refrigerant setelah melewati katup ekspansi dan melalui evaporator tekananya menjadi sangat turun, hal ini secara praktis dapat dilakukan dengan jalan diameter pipa yang ada didalam evaporator relatif lebih besar jika dibandingkan dengan diameter pipa yang ada pada kondensor. Dengan adanya perubahan kondisi refrigerant dari fase cair ke fase uap maka untuk membawanya dari refrigerant fase cair ke refrigerant fase uap proses ini membutuhkan energi yaitu energi penguapan, dalam hal ini energi yang dipergunakan adalah energi yang berada didalam substansi yang akan didinginkan. Pada studi ini yang dibahas hanya 2 jenis AC, yaitu : A. AC Kaset. AC jenis ini merupakan pendinginan yang relatif sedikit memerlukan keterampilan dalam pamasangan instalasi, karena jenis AC Kaset terpasang pada duct /plafon sehingga harus terpasang rapih dan kuat, dalam hal komponen jenis Ac ini tidak berbeda dengan jenis AC split wall namun perbedaan pada pipa pembuagan air yang menggunakan pompa dorong, tidak seperti AC split wall yang hanya dengan sistem gravitasi dengan kemiringan pipa 1% dari panjang pipa. B. AC Sistem Split. Pada akhir-akhir ini mulai berkembang AC sistem split, mesin tata udara terbagi atas dua unit, satu dibagian luar ruangan (outdoor unit) yang diberisi kondensor dan kompresor dan satu unit didalam ruangan (indoor unit) berisi evaporator dan kipas udara. Pada AC split konvensional, motor pada kompresor akan bekerja pada TEKNIK MESIN UNIVERSITAS MERCU BUANA Halaman 32 AUDIT ENERGI GEDUNG AMARIS HOTEL MANGGA BESAR - JAKARTA kecepatan maksimum jika suhu ruangan belum terpenuhi dan akan mati bila suhu ruangan sudah terpenuhi sedangkan arus yang dibutuhkan motor kompresor untuk start sangat tinggi sehingga menyebabkan biaya listrik meningkat. Pada AC split dengan inverter hidup dan mati kompresor diminimalkan dengan menggunakan kompresor yang kecepatan motornya dapat berubah-ubah sesuai dengan kebutuhan. Pada saat suhu ruangan belum mencapai suhu yang dininginkan maka kecepatan motor akan maksimum dan kecepatan motor ini akan berkurang jika suhu ruangan sudah mendekati yang diinginkan Gambar : 2.6 Inverter model TEKNIK MESIN UNIVERSITAS MERCU BUANA Halaman 33 AUDIT ENERGI GEDUNG AMARIS HOTEL MANGGA BESAR - JAKARTA Gambar : 2.7 Konvensional model Gambar 2.6 dan 2.7 Split Inverter dan Konvensional Sumber : Air Conditioning FA,. Inverter, 20 February 2008 http://airconditioningfaq.com/airconditioner/therminology 2.6.2 Kipas (Exhaust Fan) Exhaust fan berfungsi untuk menghisap udara di dalam ruang untuk dibuang ke luar, dan pada saat bersamaan menarik udara segar di luar ke dalam ruangan. Selain itu exhaust fan juga bisa mengatur volume udara yang akan disirkulasikan pada ruang. Supaya sehat setiap ruang butuh sirkulasi udara berbeda sesuai dengan fungsinya. Misalnya, ruang tidur butuh pergantian udara 2 – 4 kali per jam, kamar mandi 6 – 10 kali, dan dapur 10 – 15 kali. Untuk ruangan ber-AC, exhaust fan adalah pasangan yang saling melengkapi. Yang satu menyejukkan, yang lain mengurangi kelembaban ruangan. Exhaust fan dipasang pada ruangan yang sirkulasi udara alaminya dianggap kurang memadai. Jadi, pemasangan merupakan upaya mekanik untuk mengoptimalkan pergantian udara di ruangan. Ada beberapa tipe exhaust fan menurut pemasangannya: yang dipasang di dinding (wall mount), jendela kaca (window mount), dan plafon (ceiling mount). Untuk wall mount exhaust fan, bagian belakang dinding harus area terbuka untuk pembuangan udara seperti halaman. Begitu pula untuk tipe yang dipasang di jendela kaca (ketebalan 3 – 7 mm). Bila dipasang di antara ruang dalam satu ruangan besar, pastikan ada akses keluar masuk udara pada ruangan besar itu. TEKNIK MESIN UNIVERSITAS MERCU BUANA Halaman 34 AUDIT ENERGI GEDUNG AMARIS HOTEL MANGGA BESAR - JAKARTA Sementara ceiling mount exhaust fan hanya berfungsi melepas udara dari ruangan. Pada tipe ini ada jenis ventilating fan yang dilengkapi pipa penyalur udara ke luar Ada exhaust fan model baling-baling (propeler fan) untuk hunian, ada juga yang sirocco fan (sentrifugal seperti cara kerja baling-baling AC) untuk bangunan komersil dan industri. Hampir semua produsen melengkapi produknya dengan kisikisi (louver) untuk melindungi baling/kipas, dan oil cup untuk menangkap minyak yang ikut tersedot dan menempel di bodi kipas. Motor exhaust fan dilengkapi sekring pengaman. Jadi, bila panas karena terlalu lama bekerja, motor tidak rusak tapi hanya sekringnya yang putus. Motor juga memiliki sistem pelumasan agar motor lancar berputar. Exhaust fan dinyalakan secara manual dengan menarik tali (cord operated shutter) atau elektrik (menggunakan saklar). 2.7 PROSEDUR PELAKSAAN STUDI Sebagaimana yang disarankan oleh Departemen Pertambangan dan Energi yang mengacu pada prosedur audit energi SNI 03-6196-2000. Audit energi pada bangunan gedung pada intinya terdiri dari 2 bagian, yaitu : audit energi awal dan audit enrgi rinci. Pelaksanaan audit energi awal dan audit energi rinci adalah sebagai berikut : 2.7.1 Audit Energi Awal Audit energi awal pada prinsipnya dapat dilakukan pada bangunan gedung yang bersangkutan berdasarkan data rekening pembayaran energi yang dikeluarkan TEKNIK MESIN UNIVERSITAS MERCU BUANA Halaman 35 AUDIT ENERGI GEDUNG AMARIS HOTEL MANGGA BESAR - JAKARTA dan pengamatan visual. Kegiatan audit energi awal meliputi : pengumpulan data – data energi bangunan dengan data historis yang tersedia dan tidak memerlukan pengukuran. Adapun Audit Energi awal antara lain adalah : Data – data yang diperlukan pada audit energi awal meliputi : a. Dokumentasi bangunan. 1) Denah bangunan seluruh lantai. 2) Denah instalasi pencahayaan seluruh lantai. 3) Diagram garis tunggal listrik, lengkap dengan penjelasan penggunaan daya listriknya dan besarnya sambungan daya dari PLN serta besarnya daya listrik cadangan dari Diesel Generator Set (Genset). b. Pembayaran rekening listrik bulanan bangunan gedung selama minimal 6 bulan terakhir dan rekening pembelian bahan bakar minyak (bbm). c. Tingkat hunian bangunan (occupancy rate). Menghitung besarnya Intensitas Konsumsi Energi. Berdasarkan data bangunan dan data energi seperti yang disebutkan diatas dapat dihitung : a. Rincian luas bangunan dan luas total bangunan (m2). b. Daya listrik total yang dibutuhkan. c. Daya listrik terpasang permeter persegi luas lantai untuk keseluruhan bangunan. d. Intensitas Konsumsi Energi bangunan. TEKNIK MESIN UNIVERSITAS MERCU BUANA Halaman 36 AUDIT ENERGI GEDUNG AMARIS HOTEL MANGGA BESAR - JAKARTA e. Biaya pemakaian energi bangunan. Intensitas Konsumsi Energi (IKE) listrik merupakan istilah yang digunakan untuk mengetahui besarnya pemakaian energi pada suatu sistem (bangunan). Namun energi yang dimaksudkan dalam hal ini adalah energi listrik. Pada hakekatnya Intensitas Konsumsi Energi ini adalah hasil bagi antara konsumsi energi total selama periode tertentu (6 bulan) dengan luasan bangunan. Satuan IKE adalah kWH/m2 per tahun. Dan pemakaian IKE ini telah ditetapkan diberbagai negara antara lain di ASEAN dan APEC. Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh ASEAN-USAID pada tahun 1987 yang laporanya baru dikeluarkan tahun 1992, target besarnya Intensitas konsumsi Energi (IKE) listrik bangunan Indonesia adalah sebagai berikut : (Direktorat Pengembangan Energi) a. IKE untuk perkantoran (komersil) : 240 kWH/m2 per tahun b. IKE untuk pusat perbelanjaan : 330 kWH/m2 per tahun c. IKE untuk hotel dan apartemen : 300 kWH/m2 per tahun d. IKE untuk rumah sakit : 380 kWH/m2 per tahun Dalam mengitung IKE listrik pada bangunan gedung ada beberapa istilah yang digunakan antara lain: a. IKE listrik persatuan luas kotor (gross) gedung. b. Luas kotor (gross) = luas total gedung yang dikondisikan (beAC) ditambah dengan luas gedung yang tidak dikondisikan. c. IKE listrik per satuan luas total total gedung yang dikondisikan (net). TEKNIK MESIN UNIVERSITAS MERCU BUANA Halaman 37 AUDIT ENERGI GEDUNG AMARIS HOTEL MANGGA BESAR - JAKARTA d. IKE listrik per satuan luas ruang dari gedung yang disewakan (net product). Istilah-istilah tersebut diatas dimaksudkan sebagai alat pembanding besarnya IKE antara suatu luasan dalam bangunan terhadap luasan lain dan besarnya target IKE diatas merupakan nilai IKE listrik persatuan luas bangunan gedung yang dikondisikan (net). 2.7.2 Audit Energi Rinci Audit energi rinci apabila nilai IKE lebih besar dari target nilai IKE standar. Rekomendasi yang disampaikan oleh Tim Hemat Energi (THE) yang dibentuk pemilik atau pengelola bangunan gedung sampai diperolehnya nilai IKE sama atau lebih kecil dari target nilai IKE standar untuk bangunan di wilayah Indonesia dan selalu di upayakan untuk dipertahankan atau diusahakan lebih rendah dimasa mendatang, dan kegiatan audit energi rinci ini meliputi : 1. Penelitian dan pengukuran konsumsi energi. a. Penelitian energi 1) Audit energi rinci perlu dilakukan bila audit energi awal memberikan gambaran nilai IKE listrik lebih dari nilai standart yang ditentukan. 2) Audit energi rinci perlu dilakukan untuk mengetahui profil penggunaan energi pada bangunan, sehingga dapat diketahui peralatan penggunaan energi apa saja yang pemakaian energinya cukup besar. TEKNIK MESIN UNIVERSITAS MERCU BUANA Halaman 38 AUDIT ENERGI GEDUNG AMARIS HOTEL MANGGA BESAR - JAKARTA 3) Contoh profil penggunaan energi pada bangunan hasil penelitian yang dilakukan oleh pemerintah ditunjukan pada tabel 2.2 untuk peralatan perkantoran, tabel 2.3 untuk hotel/apartemen, tabel 2.4 untuk rumah sakit. 4) Kegiatan yang dilakukan dalam penelitian energi adalah mengumpulkan dan meneliti sejumlah masukan yang dapat mempengaruhi besarnya kebutuhan energi bangunan dan dari hasil penelitian dan pengukuran energi dibuat profil penggunaan energi bangunan. Tabel 2.2 Profil penggunaan energi untuk peralatan kantor KANTOR Jenis Peralatan Air Conditioning Pencahayaan Litf Penggunaan Energi (%) 66 17,4 3 Pompa Air 4,9 Lain - Lain 8,7 TOTAL 100 Tabel 2.3 Profil penggunaan energi untuk peralatan hotel/apartemen HOTEL / APARTEMEN Jenis Peralatan Air Conditioning TEKNIK MESIN UNIVERSITAS MERCU BUANA Penggunaan Energi (%) 48,5 Halaman 39 AUDIT ENERGI GEDUNG AMARIS HOTEL MANGGA BESAR - JAKARTA Pencahayaan 16,97 Lift 8,05 Cleaning and Laundry 5,32 Utilitas 18,67 Lain - Lain 2,49 TOTAL 100 Tabel 2.4 Profil penggunaan energi untuk peralatan rumah sakit RUMAH SAKIT Jenis Peralatan Penggunaan Energi (%) Air Conditioning 56,6 Pencahayaan 18,99 Lift 3,46 Fasilitas Medis 11,62 Utilitas 3,82 Lain - Lain 5,51 TOTAL 100 b. Pengukuran energi Pengukuran yang dilakukan adalah dengan mengukur pemakaian energi listrik tiap unit peralatan yang digunakan pada Gedung Hotel Amaris Mangga-Besar. 2. Mengenali kemungkinan Peluang Hemat Energi (PHE) Hasil pengukuran selanjutnya ditindaklanjuti dangan perhitungan besarnya Intensitas Konsumsi Energi (IKE) dan penyusunan profil penggunaan energi kegiatan audit energi rinci dapat dihentikan atau TEKNIK MESIN UNIVERSITAS MERCU BUANA Halaman 40 AUDIT ENERGI GEDUNG AMARIS HOTEL MANGGA BESAR - JAKARTA bila diteruskan dengan harapan dapat diperoleh IKE yang lebih rendah lagi. Namun sebaliknya jika hasilnya lebih besar dari target IKE berarti ada peluang untuk melanjutkan proses audit energi rinci berikutnya guna memperoleh penghematan energi. 3. Analisis Peluang Hemat Energi (PHE) Apabila peluang hemat energi ini talah dikenali sebelumnya, maka perlu ditindaklanjuti dengan analisis peluang hemat energi, yaitu dengan cara membandingkan potensi perolehan hemat energi dengan biaya yang harus dibayar untuk pelaksanaan rencana penghematan energi yang direkomendasikan. Penghematan energi pada bangunan gedung tidak dapat diperoleh begitu saja dengan cara mengurangi kenyamanan penghuni ataupun produktivitas dilingkungan kerja. Analisis peluang hemat energi dilakukan dengan usaha – usaha : a. Mengurangi sekecil mungkin pemakaian energi (mengurangi kW dan jam operasi). b. Memperbaiki kinerja peralatan. c. Penggunaan sumber energi yang murah. 4. Laporan dan rekomendasi : a. Laporan Laporan audit energi terdiri dari bagian –bagian berikut : 1) Ringkasan Ringkasan ini berisi tentang : TEKNIK MESIN UNIVERSITAS MERCU BUANA Halaman 41 AUDIT ENERGI GEDUNG AMARIS HOTEL MANGGA BESAR - JAKARTA a) Uraian pekerjaan yang dilakukan. b) Langkah – langkah yang direkomendasikan yang telah diteliti dengan perhitungan audit energi rinci dan peluang penghematan energi. c) Langkah –langkah yang direkomendasikan yang telah diteliti dengan baik dari segi teknis maupun ekonomis. d) Rencana – rencana implementasi yang direkomendasikan. 2) Latar belakang Bagian – bagian ini merupakan faktor penting yang terkait dengan audit energi yang dikerjakan dan direkomdasikan yang akan diterapkan. 3) Manajemen energi Pandangan umum tentang energi kaitanya dengan kegiatan manajemen dan tingkat kesadaran tantang energi. 4) Pelaksanaan audit energi Mengindikasikan catatan – catatan penggunaan energi apa saja yang ada dan bagaimana kinerja peralatan dibangunan dipantau. 5) Pemanfaatan energi Mencakup perfromasi penggunaan energi neraca energi dan biaya energi. b. Rekomendasi TEKNIK MESIN UNIVERSITAS MERCU BUANA Halaman 42 AUDIT ENERGI GEDUNG AMARIS HOTEL MANGGA BESAR - JAKARTA Rekomndasi yang akan diajukan mencakup masalah – masalah sebagai berikut: (Direktorat Pengembangan Energi) 1) Manajemen energi Yaitu didalamnya termasuk : a) Program manajemen yang telah diperbaiki. b) Implementasi audit energi yang lebih baik. c) Cara meningkatan meningkatan kesadaran penghematan energi. 2) Pemanfaatan energi Yaitu didalamnya terdapat : a) Langkah – langkah perbaikan efisiensi penggunaan energi tanpa biaya, misalnya merubah prosedur pengoperasian. b) Langkah – langkah perbaikan dengan biaya yang rendah. c) Langkah – langkah dengan investasi kecil. d) Langkah – langkah dengan investasi besar. TEKNIK MESIN UNIVERSITAS MERCU BUANA Halaman 43 AUDIT ENERGI GEDUNG AMARIS HOTEL MANGGA BESAR - JAKARTA DIAGRAM ALIR AUDIT ENERGI TEKNIK MESIN UNIVERSITAS MERCU BUANA Halaman 44