BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Pemasaran Pemasaran telah banyak didefinisikan dengan berbagai cara oleh berbagai penulis. Dalam dunia bisnis, pemasaran mempunyai arti yang sangat penting. Beberapa ahli pemasaran memberikan definisi pemasaran. Menurut W. J. Stanton (M. Mursid, 2006), Pemasaran meliputi keseluruhan sistem yang berhubungan dengan kegiatan – kegiatan usaha, yang bertujuan merencanakan, menentukan harga, hingga mempromosikan, dan mendistribusikan barang – barang atau jasa yang akan memuaskan kebutuhan pembeli, baik yang aktual maupun yang pontensial. Sedangkan, Menurut Philip Kotler (2008), pemasaran berhubungan dengan mengidentifikasi dan memenuhi kebutuhan manusia dan masyarakat. Salah satu dari definisi terpendek adalah “memenuhi kebutuhan secara menguntungkan.” Dan menurut Asosiasi Pemasaran Amerika dalam Kotler (2008), pemasaran adalah satu fungsi organisasi dan seperangkat proses untuk menciptakan, mengkomunikasikan, dan meyerahkan nilai kepada pelanggan 9 dan mengelola hubungan pelanggan dengan cara yang menguntungkan organisasi dan para pemilik saham. Menurut Philip Kotler (2008), manajemen pemasaran sebagai seni dan ilmu memilih pasar sasaran dan mendapatkan, menjaga, dan menumbuhkan pelanggan dengan menciptakan, menyerahkan dan mengkomunikasikan nilai pelanggan yang unggul. Kita dapat membedakan definisi sosial dan manajerial tentang pemasaran. Definisi sosial menunjukan peran yang dimainkan pemasaran dalam masyarakat. Seorang pemasar mengatakan bahwa peran pemasaran adalah “menyerahkan standar hidup yang lebih tinggi.” 2.2 Periklanan 2.2.1 Pengertian Periklanan Menurut Komisi Periklanan Indonesia, Kitab Tata Krama dan Tata Cara Periklanan Indonesia, Periklanan adalah keseluruhan proses yang meliputi penyiapan, perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan penyampaian iklan”. Definisi diatas menjelaskan periklanan sebagai suatu proses adanya suatu kombinasi, riset pemasaran dan pembelian media berdasarkan perhitungan ekonomis untuk dapat beriklan secara efektif dan efisien. 10 Menurut Rendra Widyatama (2005), iklan pada dasarnya merupakan bagian dari bauran pemasaran (marketing mix), dalam perspektif ini periklanan sebenarnya adalah bagian kecil dari kegiatan pemasaran yang lebih luas. Dalam ilmu pemasaran, bauran pemasaran terdiri dari komponen 4P, yaitu : Product ( Produk ), Price ( Harga ), Place ( Tempat ), Promotion ( Promosi ). Kegiatan promosi juga merupakan bagian dari kegiatan pemasaran secara luas, yang meliputi: Periklanan (Advertising), Promosi penjualan (Sales promotion), Penjualan personal (Personal selling), dan Hubungan masyarakat (Public relation). Dengan pemahaman yang menyeluruh atas marketing mix dan promotion mix tersebut, maka seorang pengiklan akan lebih mudah dalam merancang pesan iklan. Pesan iklan yang dibangun akan lebih sesuai dengan khalayak sasarannya. 2.2.2 Fungsi Periklanan Widjayatama Rendra (2005) mengemukakan bahwa periklanan mempunyai fungsi-fungsi sebagai berikut: 1. Informasi Yaitu bahwa iklan memberikan informasi-informasi yang berharga bagi khalayaknya. Informasi tersebut dapat berupa pengenalan adanya produk, 11 bagaimana cara menggunakan produk, manfaat tambahan atas produk, perkembangan produk, dimana dan kapan produk dapat dibeli dan sebagainya. 2. Membujuk Yaitu membujuk konsumen agar mengikuti apa yang disarankan dalam isi iklan. Wujud persuasi yang diperlihatkan dalam iklan dapat berupa membujuk agar mencoba, membeli, memakai/mengkonsumsi, mempertahankan minat terhadap produk, beralih pada produk tertentu, menumbuhkan keyakinan terhadap, memeliharan keyakinan terhadap produk, menciptakan,meninngkatkan, dan mengembangkan permintaan terhadap produk, dan sebagainya. 3. Mendidik Yaitu mengajarkan khalayak atas suatu konstruksi tertentu. Sesuatu yang diajarkan tersebut dapat berupa cara pemakaian, perakitan, pemasangan, penggunaan produk dan semacamnya. 4. Hiburan Dewasa ini, persaingan sudah sedimikian ketat. Setiap hari masyarakat dibanjiri oleh jutaan informasi, termasuk iklan. Keadaan tersebut tidak mustahil menyebabkan kebosanan ditengah masyarakat. Mereka akan menghindarkan diri dari terpaan informasi termasuk iklan yang dinilai tidak perlu bagi dirinya sendiri. 12 2.2.3 Pandangan Iklan Menurut Edy Chandra S.Sn (2008) proses menempatkan iklan dalam pikiran target audience dan pengaruh iklan dalam pola konsumsi masyarakat. Sebelumnya para pakar ini akan dikelompokkan menjadi empat sector: 1. Sector Passive Individual. Pada sector ini, para pakar yang menganut aliran Learning Theories dan Psycho-Dynamic Theories, memberikan penjelasan bagaimana iklan dapat memberikan dampak pada target audiencenya (how advertising works). Pada sektor ini diasumsikan jika konsumen menerima iklan sebagai pengambil keputusan untuk membeli barang atau jasa. a. Learning Theories. Adalah para ilmuwan dari aliran classical dan pavlovian. Aliran ini percaya bahwa iklan dapat mempengaruhi konsumen jika iklan tersebut sering muncul di media massa. Mengingat biaya untuk advertising mahal, Teknik ini lebih tepat digunakan oleh perusahaan, untuk produk yang baru muncul di masyarakat. Dengan sering munculnya iklan produk tersebut mampu membuat target konsumen untuk mengingatnya. Teknik ini juga dapat digunakan untuk produk yang sudah dikenal masyarakat. Tujuan perusahaan terus mengiklankan produknya kembali, walaupun sudah 13 dikenal masyarakat adalah untuk membuattarget konsumen terus mengingat produk tersebut (Brand Recall). b. Psycho Dynamic Theory. Sebuah teori yang percaya menggunakan teknik iklan terselubung (hidden messages) sebagai alat yang mampu untuk mempengaruhi konsumen. Strategi ini tidak memperkenalkan sebuah produk secara langsung di masyarakat tetapi produk tersebut diperkenalkan dan diperlihatkan pada suasana tertentu seperti film, video clip, film dokumenter. c. Information Processing. Pada kategori ini, konsumen lebih rasional dalam menentukan barang yang akan dibeli, sedangkan peran iklan adalah sebagai informasi yang menunjukkan pada konsumen produk yang tersedia. d. Psycho Linguistics. Sebuah teori yang menggunakan tulisan (text) dan kata-kata (words) sebagai alat yang tepat dalam penyampaian informasi produk yang mampu memberikan dampak pada target audience. Kata-kata yang digunakan adalah kata yang mudah diingat oleh target audience. 2. Sector Passive Social /Cultural Groups. Pada sektor ini, ilmuwan dan professional banyak menjelaskan mengenai bagaimana cara mempengaruhi konsumen melalui iklan dan pengaruh 14 negatif dari iklan. Asumsi yang digunakan dalam teori ini adalah budaya sebagai alat dari kegiatan komunikasi komersil. a. Critical Theory, Pada dasarnya, konsumen akan berhenti untuk mengkonsumsi atau menggunakan sebuah produk dalam waktu tertentu, bila telah tercapainya kepuasan. Bagi para kapitalis, hal tersebut adalah kabar buruk karena di saat konsumen berhenti mengkonsumsi atau menggunakan produknya berarti pendapatan perusahaan berkurang. Maka dari itu, mereka menggunakan media iklan sebagai alat untuk membuat konsumen untuk tidak puas didalam menggunakan produk. b. Structuralism, Seorang structuralism seperti Williamson percaya bahwa cara kerja iklan yang efektif haruslah terstruktur. Struktur yang tepat dalam iklan adalah mampu membuat bahasa iklan menjadi bagian dari masyarakat. c. Postmodernism, dan Ilmuwan dari aliran postmodernism, banyak memberikan kritik dalam dunia periklanan. pada dasarnya iklan tidak hanya berhasil mempengaruhi konsumen untuk membeli produk barang atau jasa, tetapi mempengaruhi pola pengambilan keputusan dalam membeli produk. Konsumen tidak lagi membeli produk barang berdasarkan fungsi dari produk, tetapi melihat image dari produk tersebut, Sehingga terciptalah “consumer of illusion”. Peningkatan 15 penyampaian informasi produk berdasarkan “image” dan bentuk lain dari “popular culture” di media massa, terjadilah peningkatan jumlah konsumen yang membeli produk berdasarkan style dan image. d. Anthropology. Ilmuwan antropology berpendapat bahwa ikaln (advertising) yang memberikan efek pada target audience adalah iklan (advertising) yang dekat dengan budaya dan sensitifitas masyarakat lokal. 3. Sector Active Individuals. Pada sector ini, konsumen memiliki kekuatan (power) didalam menentukan pilihannya untuk membeli barang dan jasa tanpa harus dipengaruhi oleh advertisements. 4. Sektor Active Social /Cultural Group. Advertising dalam sektor ini mengikuti perkembangan social budaya masyarakatnya, serta ikut menginformasikan budaya tersebut ke masyarakat sehingga terus berkembang. Feminism : Dulu wanita selalu dijadikan orang nomer dua dan pria selalu yang utama. Ikon tersebut membuat wanita sulit untuk mendapatkan akses diberbagai bidang. Dengan berkembangnya informasi dan perkembangan budaya, wanitapun mulai menampakkan ke berhasilannya di berbagai bidang dimana dominasi pria semakin berkurang. 16 2.2.4 Kredibilitas Iklan Menurut Suryani (2008) selebriti seperti penyanyi, pemain musik, artis pelawak, dan atlit, eksekutif, politikus, merupakan orang-orang yang mempunyai popularitas tinggi dan mempunyai pengaruh kuat. Anak-anak menyukai pemain sinetron, dan penyanyi anak-anak. Kaum remaja menyukai para artis pemain sinetron remaja, pemain musik yang sedang ngetop, atlit muda olahraga. Demikian juga para ibu-ibu maupun bapak-bapak juga banyak diantara mereka yang mengidolakan selebritis tertentu. Shimp (2003) menyatakan bahwa sekarang ini banyak konsumen yang mudah mengidentifikasi diri dengan para bintang ini, seringkali dengan memandang mereka sebagai pahlawan atas prestasi, kepribadian, dan daya tarik fisik mereka. Sedangkan para pengiklan bangga menggunakan selebriti dalam iklan mereka karena atribut popularitas yang mereka miliki, termasuk kecantikan, keberanian, bakat, jiwa olahraga (athleticisme), keanggunan, kekuasaan dan daya tarik seksual, seringkali merupakan pemikat yang diinginkan untuk merek-merek yang mereka dukung. Asosiasi berulang dari suatu merek dengan seorang selebriti akhirnya membuat konsumen berpikir bahwa merek tersebut memiliki sifat-sifat menarik yang serupa dengan sifat sifat yang dimiliki oleh selebriti. Para pengiklan dan biro-biro periklanan bersedia membayar harga yang tinggi kepada kaum selebriti tersebut yang disukai dan dihormati oleh khalayak yang menjadi sasaran dan yang 17 diharapkan akan mempengaruhi sikap dan perilaku konsumen yang baik terhadap produk yang didukung. Shimp (2003) juga menjelaskan faktor-faktor yang dipertimbangkan ketika mengambil keputusan seleksi selebriti, dimana faktorfaktor tersebut ialah kredibilitas selebriti, kecocokan dengan khalayak, kecocokan dengan merek, dan daya tarik selebriti. Dengan kata lain, untuk menentukan selebriti yang akan digunakan sebagai brand endorser suatu produk, selebritis harus memiliki kecocokan atau hubungan yang berarti antara selebriti, khalayak, dan produk itu sendiri. Beberapa kriteria celebrity endorser menurut (Shimp, 2003) adalah sebagai berikut : 1. Kredibilitas selebriti. 2. Kecocokan selebriti dengan merek. 3. Kecocokan selebriti dengan khalayak. 4. Daya tarik selebriti. 2.2.5 Daya Tarik Iklan Menurut widhawati (2011), Periklanan yang inovatif dan kreatif akan menjadikan iklan lebih menarik dan dingat dibandingkan dengan promosi dengan aktivitas lainnya. Sebuah iklan yang menarik bisa mempengaruhi seseorang untuk membeli, Oleh karena itu dibutuhkan daya tarik agar pesan 18 yang disampaikan mempunyai dampak. Ada berbagai macam daya tarik yang bisa digunakan untuk membuat sebuah pesan iklan antara lain adalah daya tarik selebritis, humor, kesalahan, perbandingan, rasional, emotional, seks, spiritual dan kombinasi. 2.2.6 Kekuatan Iklan Televisi Walaupun iklan televisi diasumsikan memiliki dampak yang diharapkan, namun menurut Morissan (2007) iklan televisi memiliki kekuatan dan kelemahan. 1. Kekuatan Iklan Televisi a. Daya Jangkau Luas Daya jangkau siaran yang luas ini memungkinkan pemasar memperkenalkan dan mempromosikan produk barunya secara serentak dalam wilayah yang luas bahkan ke seluruh wilayah suatu negara. b. Selektifitas dan Fleksibilitas Televisi sering dikritik sebagai media yang tidak selektif (nonselective medium) dalam menjangkau audience-nya sehingga sering dianggap sebagai media lebih cocok untuk konsumsi massal. Namun sebenarnya televisi dapat menjangkau audience tertentu tersebut karena adanya variasi komposisi audience sebagai hasil dari isi program, waktu 19 siaran dan cukupan geografis siaran televisi. Selain audience yang besar, televisi juga menawarkan fleksibilitasnya dalam hal audience yang dituju. Jika suatu perusahaan manufaktur ingin mempromosikan barangnya pada suatu wilayah tertentu maka perusahaan itu dapat memasang iklan pada stasiun televisi yang terdapat di wilayah bersangkutan. c. Fokus Perhatian Siaran iklan televisi akan selalu menjadi pusat perhatian audience pada saat iklan itu ditayangkan. d. Kreatifitas dan Efek Televisi merupakan media iklan yang paling efektif karena dapat menunjukkan cara bekerja suatu produk pada saat digunakan. e. Prestise Perusahaan yang mengiklankan produknya di televisi biasanya akan menjadi sangat dikenal orang. Baik perusahaan yang memproduksi barang tersebut maupun barangnya itu sendiri akan menerima status khusus dari masyarakat. f. Waktu Tertentu Suatu produk dapat diiklankan di televisi pada waktu-waktu tertentu ketika pembeli potensialnya berada di depan televisi. Dengan 20 demikian, pemasang iklan akan menghindari waktu-waktu tertentu pada saat target konsumen mereka tidak menonton televisi. 2.3 Merek 2.3.1 Pengertian Merek Menurut Kotler & Keller (2008), merek adalah nama, tanda simbol, rancangan, atau kombinasi hal-hal tersebut, yang dimaksudkan untuk mengidentifikasi barang atau jasa dari seseorang atau kelompok penjual untuk membedakan dari produk pesaing. Jadi merek merupakan janji penjual untuk secara konsisten memberikan feature, manfaat, dan jasa tertentu kepada pembelian. Merek terbaik akan memberikan jaminan kualitas. Menurut Fandy Tjiptono (2005), pemberian nama atau merek pada suatu produk hendaknya tidak hanya merupakan suatu simbol, karena merek memiliki enam tingkat pengertian, yaitu: 1. Atribut Setiap merek memiliki atribut. Atribut ini perlu dikelola dan diciptakan agar pelanggan dapat mengetahui dengan pasti atribut-atribut apa saja yang terkandung dalam suatu merek. 2. Manfaat 21 Selain atribut, merek juga memiliki serangkaian manfaat. Konsumen tidak membeli atribut, mereka membeli manfaat. Produsen harus dapat menerjermahkan atribut menjadi manfaat fungsional maupun manfaat emosional. 3. Nilai Merek juga menyatakan sesuatu tentang nilai bagi produsen. Merek yang memiliki nilai tinggi akan dihargai oleh konsumen sebagai merek yang berkelas, sehingga dapat mencerminkan siapa pengguna merek tersebut. 4. Budaya Merek juga mewakili budaya tertentu. Misalnya, mercedes mewakili budaya Jerman yang terorganisasi dengan baik, memiliki cara kerja yang efisien, dan selalu menghasilkan produk yang berkualitas tinggi. 5. Kepribadian Merek juga mewakili kepribadian, yaitu kepribadian bagi para penggunanya. Jadi diharapkan dengan menggunakan merek, kepribadian sipengguna akan tercermin dengan merek yang ia gunakan. 6. Pemakai Merek yang menunjukkan jenis konsumen pemakai merek tersebut. Itulah sebabnya para pemasar selalu menggunakan analogi orang-orang terkenal. 2.3.2 Manfaat Merek 22 Merek mempunyai peranan yang sangat penting, baik bagi konsumen merek memberikan manfaat antara lain: 1. Memudahkan konsumen dalam mengenal suatu barang atau jasa yang dapat memuaskan kebutuhan mereka, 2. Memberikan keyakinan kepada konsumen bahwa mereka telah membeli barang (produk) yang “benar” seperti yang diinginkan, 3. Memudahkan mereka dalam membanding-bandingkan kualitas, harga, dan sebagainya antar produk yang sama, 4. Memudahkan mereka mengingat ciri-ciri barang atau jasa untuk kepentingan pembelian berikutnya, dan 5. Memudahkan mereka untuk memberikan atau merumuskan informasi tentang suatu barang atau jasa kepada orang lain. Sedangkan bagi produsen, merek dapat pula memberikan berbagai manfaat, antara lain: 1. Merek merupakan suatu identitas penjualan (produk) yang dapat dijadikan tolak ukur kualitas, 2. Merek merupakan sesuatu yang dapat diiklankan untuk mendapatkan tanggapan dari calon pembeli, 3. Merek dapat melindungi dari penurunan harga yang terlalu jauh, karena konsumen tidak akan semata-mata menjadikan harga sebagai alat pembanding antara dua produk yang berbeda merek, 23 4. Merek dapat membantu produsen dalam menambahkan nilai prestise bagi konsumennya. 2.3.3 Citra Merek Menurut Supranto (2007), citra merek adalah apa yang konsumen pikir atau rasakan ketika mereka mendengar atau melihat suatu merek atau pada intinya apa yang konsumen pelajari tentang merek. Menurut Fandy Tjiptono (2005) citra merek (brand image) atau deskripsi merek (brand description), yakni “deskripsi tentang asosiasi dan keyakinan konsumen terhadap merek tertentu”. Sedangkan menurut Freddy Rangkuti (2005) citra merek (brand image) atau kepribadian (brand personality) adalah “sekumpulan assosiasi merek yang terbentuk dan melekat dibenak konsumen”. Dari beberapa pengertian tersebut dapat diketahui bahwa Citra Merek (brand image) merupakan sekumpulan asosiasi yang dipersepsikan oleh konsumen terhadap merek tertentu. Citra terhadap merek berhubungan dengan sikap yang berupa keyakinan dan referensi terhadap suatu merek. Lebih memungkinkan untuk melakukan suatu pembelian, oleh karena itu kegunaan dari iklan diantaranya adalah untuk membangun citra positif terhadap merek. Manfaat lain yang positif adalah perusahaan bisa mengembangkan suatau lini produk dengan memanfaatkan citra positif yang telah terbentuk terhadap merek. 24 Hal yang perlu diperhatikan adalah bagaimana mempertahankan dan meningkatkan citra merek yang sudah positif. Jika suatu saat perusahaan ingin mengubah merek produk yang telah lama dan mempunyai citra positif, maka perubahan itu harus terlebih dahulu menilai inverensi konsumen atas perubah yang akan dilakukan. Persoalan yang dihadapi adalah bagaimana mempengaruhi citra positif konsumen terhadap merek. Ramuan kunci untuk mempengaruhi citra merek memposisikan mereknya untuk memenuhi kebutuahan segmen pasar sasaran. Dalam memposisikan merek produk, pemasar terlebih dahulu harus mempunyai konsep produk yang dapat mengkomunikasikan manfaat yang diinginkan melalui iklan dan penggunan media yang akan menjangkau pasar sasaran. 2.4 Loyalitas Loyalitas diukur (Griffin, 2005) dalam Hurriyati (2008) berdasarkan : 1. Melakukan pembelian berulang secara teratur 2. Membeli antar lini produk dan jasa 3. Mereferensikan kepada orang lain 4. Menunjukkan kekebalan terhadap tarikan dari pihak pesaing Indikator dari loyalitas pelanggan menurut Kotler & Keller (2008) adalah Repeat Purchase (kesetiaan terhadap pembelian produk); Retention 25 (Ketahan terhadap pengaruh yang negatif mengenai produk); Referalls (mereferensikan secara total esistensi perusahaan). Teori loyalitas pelanggan menurut Sugiyono. 2007 dapat disusun dalam bentuk tangga loyalitas, mengemukakan loyalitas pelanggan dibagi menjadi 6 (enam) tahapan. Enam tingkatan tersebut tersusun dalam piramida loyalitas konsumen sebagai berikut : a. Suspect, meliputi semua orang yang diyakini membutuhkan suatu produk/jasa tertentu. b. Prospect, meliputi orang-orang yang memiliki kebutuhan akan produk/jasa tertentu dan memiliki kemampuan untuk membeli/mendapatkannya. c. Customer, pada tahap ini prospect telah melakukan transaksi dengan penyedia produk/jasa namun tidak mempunyai perasaan positif terhadap perusahaan. Dengan kata lain loyalitas belum terlihat. d. Clients, meliputi semua pelanggan yang telah membeli barang/jasa yang dibutuhkan dan ditawarkan secara teratur. Hubungan ini berlangsung cukup lama dan mereka telah memiliki sifat relention. e. Advocates, pada tahap ini clients secara aktif mendukung perusahaan dengan memberikan rekomendasi kepada orang lain agar mau membeli barang/jasa pada penyedia tersebut. f. Partners, telah adanya hubungan yang kuat dan saling menguntungkan antara penyedia dengan pelanggan. Pelanggan telah menolak produk/jasa yang sama ditawarkan oleh penyedia lain. 26 Fokus Pemasaran dengan membentuk kelompok pasien yang loyal juga merupakan strategi pemasaran target pasar (targeting). Segmen pasar yang dituju (targeting) menentukan pilihan jenis bauran pemasaran. Targeting adalah proses memilih 1 (satu) atau lebih segmen yang akan dilayani dengan mempertimbangkan keuntungan bersaing (competitive advantages). Prinsip pentargetan adalah mengalokasikan sumber daya dengan efektif (Supriyanto & Ernawaty, 2010), Teori loyalitas pasien berupa pengelompokkan pasar atas dasar sebagai berikut (Supriyanto & Ernawaty, 2010) : a. Hard-core loyal adalah pelanggan yang membeli produk/jasa tertentu setiap kali membutuhkan. b. Soft-core loyal adalah mereka yang loyal pada 2 (dua) atau 3 (tiga) produk/jasa bila membutuhkan. c. Shifting loyal adalah mereka yang berpindah-pindah dari produk/jasa satu ke produk/jasa yang lain. d. Switcher adalah mereka yang sedikit loyal pada 1 (satu) produk/jasa tertentu. Loyalitas konsumen yang sebenarnya adalah bukti konsumen yang hampir selalu mendapatkan pelayanan. Akibatnya, setiap kali mengambil keputusan, konsumen benar-benar membandingkan alternatif-alternatif agar kebutuhan dan keinginannya dapat terpenuhi. Sedangkan, orang yang sangat puas atau senang akan memiliki ikatan emosional dengan jasa bukan hanya 27 preferensi rasional, dan hal ini menyebabkan loyalitas konsumen yang tinggi (Kotler, 2009). Hal terbaik yang dapat dilakukan perusahaan adalah dengan mempermudah pelanggan untuk mengadu. Perusahaan harus merespon pengaduan secara konstruktif. Dari pelanggan yang mengajukan pengaduan, sekitar 54-70% akan melakukan bisnis lagi dengan organisasi tersebut jika keluhan mereka terselesaikan. Angka itu naik mencapai 95% jika pelanggan merasa bahwa keluhan mereka cepat dibereskan. Pelanggan yang mengadu kepada organisasi dan merasa keluhan mereka diselesaikan dengan memuaskan rata-rata memberitahu kepada lima orang tentang perlakuan baik yang mereka terima (Kotler & Keller, 2009). Dua dimensi yang penting dalam loyalitas adalah sikap konsumen dan perilaku konsumen. Mempertahankan konsumen yang mempunyai sifat dan perilaku yang loyal lebih menguntungkan disbanding dengan mencari komponen yang baru (Kotler), 2009). Pelanggan yang loyal dapat menjadi „strong word of mouth promotion‟, mempunyai kecenderungan lebih rendah untuk berpindah, dan kurang sensitive terhadap harga maupun aspek lainnya. Perilaku bagaimana masyarakat membuat keputusan untuk memilih suatu sekolah tentunya harus mulai mendapat perhatian serius untuk dikaji, dalam rangka pemenuhan kepuasan akan tuntutan masyarakat dalam persepsinya mengenai model layanan pendidikan yang diinginkan, sehingga sekolah tidak akan 28 ditinggalkan oleh “calon siswa” dan pada akhirnya sekolah dapat memenuhi tujuan pendidikan nasional baik dalam skala makro maupun mikro (Murjoko dan Shibab, 2011). 2.5 Penelitian Terdahulu 1. “Analisi Pengaruh Daya Tarik Iklan dan Efek Komunitas Terhadap Kesadaran Merek dan Sikap Tehadap Merek Kartu Seluler Prabayar Mentari di Semarang“ oleh SHERLY OCTAVIASARI , hasil penelitian “penelitian menunjukkan bahwa daya tarik iklan, dan efek komunitas berpengaruh positif dan signifikan terhadap kesadaran merek dan kesadaran merek berpengaruh positif secara signifikan terhadap sikap merek. Pada model 1, daya tarik iklan memberikan pengaruh yang paling besar kepada kesadaran merek. Pada model 2, kesadaran merek memberikan pengaruh yang paling besar kepada sikap terhadap merek.” 2. “Analisis Pengaruh Kualitas Pelayanan, dan Kepercayaan Pelanggan Terhadap Loyalitas Pelanggan (Studi Pada PT. Nusantara Sakti Demak)” oleh ROPINOV SAPUTRO , hasil penelitian “regresi linear berganda dapat diketahui bahwa variabel kualitas produk berpengaruh positif terhadap loyalitas pelanggan PT. Nusantara Sakti Demak. Kedua, variabel kualitas pelayanan berpengaruh positif terhadap loyalitas pelanggan PT. Nusantara Sakti Demak. Ketiga, kepercayaan pelanggan berpengaruh positif terhadap 29 loyalitas pelanggan PT. Nusantara Sakti Demak. Hasil analisis menggunakan uji t dapat diketahui kualitas produk, kualitas pelayanan, dan kepercayaan pelanggan berpengaruh signifikan terhadap loyalitas pelanggan PT. Nusantara Sakti Demak. Hasil analisis menggunakan koefisien determinasi diketahui bahwa 52,0% variabel loyalitas konsumen dapat dijelaskan oleh variasi dari variabel kualitas produk, kualitas pelayanan dan kepercayaan pelanggan, sedangkan 48,0% dijelaskan oleh variabel lain yang tidak terdapat dalam penelitian ini.” 2.6 Kerangka Pemikiran Iklan (x1) 1 Loyalitas Konsumen (Y) Citra Merek (x2) 2 Keterangan : 1. Pengaruh Iklan terhadap Loyalitas Pelanggan Tjiptono (2004) mengungkapkan bahwa iklan yang menarik adalah iklan yang mempunyai daya tarik yaitu memiliki kemampuan untuk 30 menarik perhatian pasar (audience) sasaran. Pesan yang akan disampaikan dapat disajikan dalam gaya penyampaian yang berbeda-beda dengan menampilkan cuplikan kehidupan individu atau kelompok, gaya hidup individu, fantasi tentang produk, suasana hati (mood) atau citra seputar produk, musik untuk lebih menghidupkan pesan, simbol kepribadian untuk menciptakan karakter yang mempersonifikasikan produk, memamerkan keahlian dan pengalaman perusahaan dalam menghasilkan produk, bukti ilmiah keunggulan produk, bukti kesaksian dari orang-orang terkenal. 2. Pengaruh Citra Merek terhadap Loyalitas Herizon dan Maylina (2003), menjelaskan bahwa loyalitas konsumen terbentuk oleh citra yang melekat pada produk/merek perusahaan tersebut. Selain itu juga disebabkan oleh kepuasan yang diperoleh konsumen selama mengkonsumsi produk dan berhubungan dengan perusahaan. Orang yang mengambil keputusan untuk membeli didasarkan pada persepsi terhadap citra produk atau perusahaan. Jika persepsinya baik, maka konsumen akan membeli, bahkan bersedia membayar tinggi, jika citranya tidak baik konsumen akan pindah ke merek lain. Menurut Ranto (2007) menjelaskan bahwa citra mempunyai peran dalam memasarkan suatu organisasi karena berpotensi mempengaruhi persepsi dan ekspektasi konsumen tentang barang atau jasa yang ditawarkan serta pada akhirnya mempengaruhi kepuasan konsumen dan loyalitas.