BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Jasa Jasa adalah aktivitas ekonomi yang melibatkan sejumlah interaksi dengan konsumen atau dengan barang-barang milik, tetapi tidak menghasilkan transfer kepemilikan (http://id.wikipedia.org/wiki/Jasa). Sedangkan menurut Kotler (2000, p428) jasa adalah setiap tindakan atau kinerja yang ditawarkan oleh satu pihak ke pihak lain yang secara prinsip tidak berwujud dan tidak menyebabkan kepemilikan sesuatu. Produksi jasa dapat terikat atau tidak terikat pada suatu produk fisik. Berdasarkan definisi di atas dapat disimpulkan bahwa jasa merupakan suatu tindakan atau perbuatan yang bersifat tidak berwujud yang ditawarkan untuk dijual kepada pihak lain yaitu pengguna jasa. 2.1.1 Karateristik Jasa / Pelayanan Menurut Kotler (2003,p445), jasa memiliki empat ciri utama, yaitu: 1. Intangibility, jasa mempunyai sifat tidak berwujud, karena tidak bisa dilihat, dirasakan, diraba, didengar atau dicium sebelum ada pembelian. Untuk mengurangi ketidakpastian, pembeli akan mencari tanda bukti dari kualitas jasa tersebut. Pembeli akan mengambil kesimpulan mengenai kualitas jasa dari tempat, manusia, peralatan, alat komunikasi, simbol-simbol dan harga yang mereka lihat 2. Inseparability, jasa umumnya diproduksi secara khusus dan dikonsumsi pada waktu yang bersamaan. Jika jasa diberikan oleh seseorang, maka orang itu merupakan bagian dari jasa tersebut. Karena klien juga hadir pada saat jasa diberikan, maka interaksi penyedia klien merupakan ciri khusus dari pemasaran jasa. Baik penyedia maupun klien akan mempengaruhi hasil jasa 3. Variability, jasa itu sangat bervariasi karena tergantung pada yang menyediakannya, dan kapan serta dimana disediakan. Seringkali pembeli jasa 6 7 menyadari akan keanekaragaman ini dan membicarakannya dengan yang lain sebelum memilih seorang penyedia jasa 4. Parishability, jasa tidak bisa disimpan. Keadaan tidak tahan lama dari jasa-jasa, bukanlah masalah jika peminatannya stabil, karena mudah melakukan persiapan jasa sebelumnya. Jika permintaan terhadapnya berfluktuasi maka jasa menghadapi masalah yang rumit. 2.1.2 Unsur-unsur pelayanan Dalam memasarkan produknya produsen selalu berusahan untuk menwujudkan keinginan dan kebutuhan para pelanggan lama dan baru. Menurut Tjiptono (2004:p54) pelayanan yang baik akan dapat menciptakan loyalitas pelanggan yang semakin melekat erat dan pelanggan tidak berpaling pada perusahaan lain. Oleh karena itu penjualan atau produsen perlu menguasai unsur-unsur berikut: 1. Kecepatan Kecepatan adalah waktu yang digunakan dalam melayani konsumen atau pelanggan minimal sama dengan batas waktu standar pelayanan yang ditentukan oleh perusahaan. 2. Ketepatan Kecepatan tanpa ketepatan dalam bekerja tidak menjamin kepuasan para pelanggan. Oleh karena itu ketepatan sangatlah penting dalam pelayanan. 3. Keamanan Dapat melayani konsumen dengan memberikan perasaan aman untuk menggunakan produk jasanya. 4. Keramah tamahan 8 Dalam melayani pelanggan, karyawan perusahaan dituntut untuk memiliki sikap sopan dan ramah. Oleh karena itu, keramatamahan sangat penting apalagi pada produsen yang bergerak di bidang jasa. 5. Kenyamanan Rasa nyaman timbul apabila seseorang merasa diterima apa adanya. Dengan demikian, perusahaan harus dapat memberikan rasa nyaman pada konsumen. 2.2 Kualitas Pelayanan Kualitas pelayanan merupakan suatu faktor yang penting dalam usaha mancapai keunggulan bersaing. Untuk mencapai kualitas pelayanan yang diinginkan, perusahaan melakukan pemenuhan kebutuhan pelanggan. Menurut Wychof yang dikutip oleha Fandy Tjiptono (2005, p59), mendefenisikan kualitas pelayanan sebagai “Tingkat keunggulan yang diharapkan dan pengendalian atas tingkat keunggulan tersebut untuk memenuhi keinginan konsumen. Sedangkan Fandy Tjiptono (2005,p59) mengungkapkan bahwa “Kualitas pelayanan merupakan suatu yang berpusat pada upaya pemenuhan kebutuhan dan keinginan pelanggan” . Dengan demikian, kualitas pelayanan yang diberikan ditujukan untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan pelanggan yang menggunakannya serta pemberiannya pada pelanyanan dengan cara yang tepat. Dari definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa kualitas pelayanan adalah suatu hasil pemenuhan kebutuhan dan keinginan pelanggan sehingga memberikan kepuasan dan memenuhi harapan pelanggan. Menurut Granroos yang dikutip oleh Fandy Tjiptono (2005,p60), kualitas total suatu jasa/pelayanan terdiri dari 3 kompenen utama yaitu: 1. Technical Quality, yaitu komponen yang diberikan dengan kualitas output jasa yang diterima pelanggan. Technical Quality dapat dibagi menjadi: 9 a. Search Quality, yaitu kualitas yang dapat dievaluasi pelanggan sebelum membeli, misalnya harga b. Experience Quality, yaitu kualitas yang dapat dievaluasi pelanggan setelah membeli atau mengkonsumsi jasa, misalnya ketepatan waktu, kecepatan pelayanan, dan kerapihan hasil. c. Credence Quality, yaitu yang sukar dievaluasi pelanggan meskipun telah mengkonsumsu suatu jasa, misalnya kualitas operasi jantung. 2. Functional Quality, yaitu komponen berkaitan dengan kualitas cara penyampaian jasa 3. Coorporate Image, yaitu profit reputasi, citra umum, dan daya tarik khusus waktu pelanggan. Berdasarkan komponen-komponen tersebut dapat diketahui bahwa output jasa dan cara penyampaiannya merupakan faktor-faktor yang digunakan dalam memiliki kualitas pelayanan, maka seringkali kualitas penentuan kualitas pelayanan menjadi sangat kompleks. Berbagai komponen tersebut, merupakan pembelian pelanggan terhadap kualitas pelayanan terhadap kualitas yang terus berlangsung dan mulai sebelum pembelian sampai hasil yang diproses dari produk atau jasa yang telah dikonsumsi pelanggan. 2.2.1 Dimensi Kualitas Pelayanan Menurut Kotler (2003, p455) ada lima karateristik , yang disebut SERVQUAL, yang digunakan para pelanggan dalam mengevaluasi kualitas pelayanan yaitu: 1. Tangibles (bukti langsung), yaitu meliputi fasilitas fisik, perlengkapan, pegawai, dan saran komunikasi 2. Reliability (kehandalan), yaitu kemampuan dalam memberikan pelayanan dengan segera dan memuaskan serta sesuai dengan apa yang telah dijanjikan 10 3. Responsive (daya tanggap), yaitu keinginan para staf untuk membantu para pelanggan dan melayani pelanggan dengan tanggap 4. Assurance (jaminan), yaitu mencakup kemampuan, kesopanan, dan sifat dapat dipercaya yang dimiliki para staf, bebas dari bahaya, resiko ataupun keraguan 5. Empathy, yaitu kemudahan dalam melakukan hubungan, komunikasi yang baik, dan perhatian dengan tulus terhadap kebutuhan pelanggan 2.2.2 Konsep Pelayanan Berkualitas Pelayanan terbaik pada pelanggan dan tingkat kualitas dapat dicapai secara konsisten dengan memperbaiki pelayanan dan memberikan perhatian khusus pada standar kinerja karyawan. Untuk memperbaiki pelayanan yang berkualitas, ada 2 konsep yang ditemukan oleh Albrcht dalam Yamit (2004, pp23-24). Dua konsep tersebut adalah: 1. Service Triangle Service triangle adalah suatu model interaktif manajemen pelayanan yang menghubungkan antara perusahaan dengan pelanggannya. Model tersebut terdiri dari 3 elemen dengan pelanggan sebagai titik fokus, yaitu: a. Strategi pelayanan (service strategy) Strategi pelayanan adalah strategi untuk memberikan pelayanan kepada pelanggan sebaik mungkin sesuai standar yang ditetapkan perusahaan. Standar pelayanan ditetapkan sesuai keinginan dan harapan pelanggan sehingga tidak terjadi kesenjangan antara pelayanan yang diberikan dengan harapan pelanggan. Strategi pelayanan harus pula dirumuskan dan diimplementasikan seefektif mungkin, sehinga mampu membuat pelayanan yang diberikan kepada pelanggan tampil beda dengan pesaingnya. Untuk merumuskan dan mengimplementasikan strategi pelayanan yang efektif, perusahaan harus fokus terhadap kepuasan pelanggan sehingga perusahaan 11 mampu membuat perusahaan melakukan pembelian ulang bahkan meraih pelanggan baru. b. Sumber daya manusia yang memberikan pelayanan (service people) Orang yang berinteraksi secara langsung maupun tidak berinteraksi langsung dengan pelanggan harus memberikan pelayanan kepada pelanggan secara tulus (emphaty), responsif, ramah, fokus dan menyadari bahwa kepuasan pelanggan adalah segalanya. Untuk itu perusahaan harus pula memperhatikan kebutuhan karyawan dengan cara menciptakan lapangan kerja yang kondusif, rasa aman dalam bekerja, penghasilan yang wajar, manusiawi, sistem penilaian kerja yang mampu menumbuhkan motivasi. Tidak ada gunanya perusahaan membuat strategi pelayanan dan menerapkannya secara baik untuk memuaskan pelanggan, sementara pada saat yang sama perusahaan gagal memberikan kepuasan kepada karyawannya, demikian juga sebaliknya c. Sistem pelatihan (service system) Sistem pelayanan adalah prosedur pelayanan kepada pelanggan yang melibatkan seluruh fasilitas fisik termasuk sumber daya fisik yang dimiliki perusahaan. Sistem pelayanan harus dibuat secara sederhana, tidak berbelitbelit dan sesuai standar yang ditetapkan perusahaan. Untuk itu perusahaan harus mampu melakukan desain ulang sistem pelayanannya, jika pelayanan yang diberikan tidak memuaskan pelanggan. Desain ulang sistem pelayanan tidak berarti harus merubah total sistem pelayanan, tapi dapat dilakukan hanya bagian tertentu yang menjadi titik kritis penentu kualitas pelayanan. Misalnya dengan memperpendek prosedur pelayanan atau karyawan diminta melakukan pekerjaan secar general sehingga pelanggan dapat dilayani secara cepat dengan menciptakan one stop service. 12 2. Total Quality Service Total quality service (pelayanan mutu terpadu) adalah kemampuan perusahaan untuk mmeberikan pelayanan berkualitas kepada orang yang berkepentingan dengan pelayanan (stakeholders), yaitu pelanggan, pegawai dan pemilik. Pelayanan mutu terpadu ini memiliki lima elemen penting yang saling terkait, yaitu: a. Market and Customer Research adalah penelitian untuk mengetahui struktur pasar, segmen pasar, demografis, analisis pasar potensial, analisis kekuatan pasar, mengetahui harapan dan keinginan pelanggan atas pelayanan yang diberikan b. Strategy Formulation adalah petunjuk arah dalam memberikan pelayanan berkualitas kepada pelanggan sehingga perusahaan dapat mempertahankan pelanggan bahkan dapat meraih pelanggan baru c. Education, Training and Education adalah tindakan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia agar mampu memberikan pelayanan yang berkualitas, mampu memahami keinginan dan harapan pelanggan. d. Process Improvement adalah desain ulang berkelanjutan untuk menyempurnakan proses pelayanan, konsep P-D-C-A (Plan-Do-Check-Action) dapat diterapkan dalam perbaikan proses pelayanan berkelanjutan ini. e. Asessment, Measurement, and Feedback adalah penilaian dan pengukuran kinerja yang telah dapat dicapai oleh karyawan atas pelayanan yang telah diberikan kepada pelanggan. Penilaian ini menjadi dasar informasi balik kepada karyawan tentang proses pelayanan apa yang perlu diperbaiki, kapan harus diperbaiki dan di mana harus diperbaiki. 13 2.3 Pengertian Citra Membicarakan citra, maka biasanya bisa menyangkut citra produk, perusahaan, merek, partai, orang atau apa saja yang terbentuk dalam benak seseorang. Dalam Simamora (2003, p124) dijelaskan bahwa ada dua pendekatan yang dapat digunakan dalam mengukur citra. Pertama adalah mererefleksikan citra dibenak konsumen menurut mereka sendiri. Pada pendekatan ini konsumen bebas menjelaskan citra suatu objek dibenak mereka. Cara yang kedua adalah peneliti menyajikan dimensi yang jelas, kemudian responden merespons terhadap dimensi-dimensi yang dinyatakan itu, ini disebut pendekatan terstruktur. Menurut Lawrence L.Steinmetz yang dikutip Sutojo (2003, p1) citra adalah pancaran atau reproduksi jati diri atau bentuk orang perorangan, benda atau organisasi. Citra didefinisikan sebagai kesan yang diperoleh sesuai pengetahuan dan pengalaman seseorang tentang sesuatu. Citra dibentuk berdasarkan impresi, berdasarkan pengalaman yang dialami seseorang terhadap sesuatu untuk mengambil keputusan (Buchari Alma, 2002, p317-318) Menurut Jerkins (2003) menyebutkan beberapa jenis citra (image). Berikut lima jenis citra yang dikemukakan, yakni: 1. Citra bayangan (mirror image). Citra ini melekat pada orang dalam atau anggotaanggota organisasi (biasanya pemimpin) mengenai anggapan pihak luar tentang organisasinya. 2. Citra yang berlaku (current image). Merupakan suatu citra atau pandangan yang dianut oleh pihak-pihak luart mengenai suatu organisasi. 3. Citra yang diharapkan (wish image). Merupakan suatu citra yang diinginkan oleh pihak manajemen. 14 4. Citra perusahaan (corporate image). Adalah citra dari suatu organisasi secara keseluruhan, jadi bukan sekedar citra atas produk dan pelayanannya. 5. Citra majemuk (multiple image). Banyaknya jumlah pegawai (individu), cabang, atau perwakilan dari sebuah perusahaan atau organisasi dapat memunculkan suatu citra yang belum tentu sama dengan organisasi atau perusahaan tersebut secara keseluruhan. 2.3.1 Citra perusahaan Menurut Lawrence L.Steinmetz yang dikutip oleh Sutojo (2004, p1) bagi perusahaan, citra juga dapat diartikan sebagai persepsi masyarakat terhadap jati diri perusahaan. Lawrence mengemukakan persepsi seseorang terhadap perusahaan didasari atas apa yang mereka ketahui atau mereka kira tentang perusahaan yang bersangkutan. Citra perusahaan dibangun dan dikembangkan di dalam benak pelanggan melalui saran komunikasi dan pengalaman pelanggan. Citra itu sendiri dapat berperingkat baik, sedang, dan buruk. Citra buruk dapat melahirkan dampak negatif bagi operasi bisnis perusahaan. Ia juga melemahkan kemampuan perusahaan bersaing. Citra perusahaan yang baik dan kuat mempunyai manfaat-manfaat yang berikut: 1. Daya saing jangka menengah dan panjang yang mantap 2. Menjadi perisai selama masa krisis 3. Menjadi daya tarik eksekutif handal 4. Penghematan efektifitas strategi pemasaran 15 5. Penghematan biaya operasional Mengembangkan citra yang kuat membutuhkan kreatifitas dan kerja keras. Citra tidak dapat ditanam dalam pikiran pelanggan dalam waktu semalam dan disebarkan melalui satu media saja. Sebaliknya citra itu harus disampaikan melalui tiap sarana komunikasi yang tersedia dan disebarkan terus menerus. Citra yang baik suatu organisasi merupakan aset karena citra mempunyai dampak pada persepsi konsumen dari komunikasi dan operasi organisasi dalam berbagai hal. Pentingnya citra perusahaan dikemukakan Gronros (Sutisna, 2001, p332) sebagai berikut: 1. Menceritakan harapan bersama kampanye pemasaran eksternal. Citra positif memberikan kemudahan perusahaan untuk berkomunikasi dan mencapai tujuan secara efektif sedangkan citra negatif sebaliknya. 2. Sebagai penyaring yang mempengaruhi persepsi pada kegiatan perusahaan. Citra positif menjadi pelindung terhadap kesalahan kecil, kualitas teknis atau fungsional sedangkan citra negatif dapat memperbesar kesalahan tersebut. 3. Sebagai fungsi dari pengalaman dan harapan konsumen atas kualitas pelayanan perusahaan. 4. Mempunyai pengaruh penting terhadap manajemen atau dampak internal. Citra perusahaan yang kurang jelas dan nyata mempengaruhi sikap karyawan terhadap perusahaan. Menurut Rhenald Kasali (2003, p30), “Citra perusahaan yang baik dimaksudkan agar perusahaan dapat tetap hidup dan orang-orang didalamnya terus mengembangkan kreativitas bahkan memberikan manfaat yang lebih berarti bagi orang lain” Handi Irawan 16 menyebutkan, “Citra perusahaan dapat memberikan kemampuan pada perusahaan untuk mengubah harga premium, menikmati penerimaan lebih tinggi dibandingkan pesaing, membuat kepercayaan pelanggan kepada perusahaan”. Buchari Alma (2002, p318) menegaskan bahwa, “ Citra dibentuk berdasarkan impresi, berdasar pengalaman yang dialami seseorang terhadap sesuatu sebagai pertimbangan untuk mengambil keputusan” . Perasaan puas atau tidaknya konsumen terjadi setelah mempunyai pengalaman dengan produk maupun perusahaan yang diawali adanya keputusan pembelian. Sehingga dapat disimpulkan keberadaan citra perusahaan yang baik penting sebagai sumber daya internal obyek dalam menentukan hubungannya dengan perusahaan. Konsisten dengan arti telah dikemukakan, citra perusahaan merupakan hal yang abstrak. Sutisna (2001, p334) mengatakan, “ Satu hal yang dianalisis mengapa terlihat ada masalah citra perusahaan adalah organisasi dikenal atau tidak dikenal”. Dapat dipahami keterkenalan perusahaan yang tidak baik menunjukan citra perusahaan yang bermasalah. Masalah citra perusahaan tersebut, dalam keberadaanya berada dalam pikiran dan atau perasaan konsumen. Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut, keberadaannya citra perusahaan bersumber dari pengalaman dan atau upaya komunikasi sehingga penilaian maupun pengembangan terjadi pada salah satu atau kedua hal tersebut. Citra perusahaan yang bersumber dari pengalaman memberikan gambaran telah terjadi keterlibatan antara konsumen dengan perusahaan. Keterlibatan tersebut, belum terjadi dalam citra perusahaan yang bersumber dari upaya komunikasi perusahaan. Upaya perusahaan sebagai sumber informasi terbentuknya citra perusahaan memerlukan keberadaan secara lengkap. Informasi yang lengkap dimaksudkan sebagai informasi yang dapat menjawab kebutuhan dan keinginan objek sasaran. Rhenaldi Kasali (2003, p28) mengemukakan, “ Pemahaman yang berasal dari suatu informasi yang tidak 17 lengkap menghasilkan citra yang tidak sempurna”. Dia juga mengemukakan, informasi yang lengkap mengenai citra perusahaan meliputi empat element sebagai berikut: 1. Personality Keseluruhan karakteristik perusahaan yang dipahami publik sasaran seperti perusahaan yang dapat dipercaya, perusahaan yang mempunyai tanggung jawab sosial. 2. Reputation Hal yang telah dilakukan perusahaan dan diyakini publik sasaran berdasarkan pengalaman sendiri maupun pihak lain seperti kinerja keamanan transaski sebuah bank. 3. Value Nilai-nilai yang dimiliki suatu perusahaan dengan kata lain budaya perusahaan seperti sikap manajemen yang peduli terhadap pelanggan, karyawan yang cepat tanggap terhadap permintaan maupun keluhan pelanggan. 4. Corporate Identity Komponen-komponen yang mempermudah pengenalan publik sasaran terhadap perusahaan seperti logo, warna, dan slogan. 2.4 Loyalitas Pelanggan 18 Menurut Griffin (2005, p16), loyalitas dinyatakan sebagai berikut : “Loyalitas pelanggan didasarkan pada wujud perilaku dari unit-unit pengambilan keputusan untuk melakukan pembelian secara terus menerus terhadap produk / jasa suatu perusahaan yang dipilih”. Loyalitas pelanggan didasarkan pada perilaku pelanggan di mana diungkapkan dalam perilaku pembelian yang bukan merupakan peristiwa acak. Selain itu loyalitas menunjukkan kondisi dari durasi waktu tertentu dan mensyaratkan bahwa tindakan pembelian terjadi tidak kurang dari dua kali. Terakhir unit pembelian keputusan menunjukkan bahwa keputusan untuk membeli mungkin dilakukan lebih dari satu orang. Keputusan pembelian dapat menunjukkan kompromi yang dilakukan seseorang dalam unit. Loyalitas juga dapat menunjukkan komitmen pelanggan yang bertahan secara mendalam untuk berlangganan kembali atau melakukan pembelian ulang terpilih secara konsisten di masa yang akan datang, meskipun pengaruh situasi dan usaha-usaha pemasaran mempunyai potensi untuk menyebabkan perubahan perilaku. Menurut Ahmad Mardalis yang dikutip dari jurnal eprints dengan judul meraih loyalitas pelanggan mengatakan bahwa loyalitas pelanggan perlu diperoleh karena pelanggan yang setia akan aktif berpromosi, memberikan rekomendasi kepada keluarga dan sahabatnya, menjadikan produk sebagai pilihan utama dan tidak mudah berpindah. Seseorang akan menjadi loyal apabila seseorang merasa puas terhadap kualitas jasa yang diberikan oleh perusahaan, sebab kualitas jasa mempunyai pengaruh langsung terhadap loyalitas. Dan kemampuan untuk menjaga loyalitas pelanggan, tergantung pada citra perusahaan yang melekat pada pikiran pelanggan. Dengan kata lain citra perusahaan menjadi variable moderator antara kualiatas pelayanan dan loyalitas konsumen. Menurut Andreassen (1999) yang dikutip dalam jurnal eprints mengatakan dalam hasil penelitiannya citra perusahaan mempunyai dampak langsung yang signifikan terhadap loyalitas pelanggan. 19 2.4.1 Karateristik Loyalitas Pelanggan Definisi customer (pelanggan) memberikan pandangan mendalam yang penting untuk memahami mengapa perusahaan harus menciptakan dan memelihara pelanggan dan bukan hanya menarik pembeli. Definisi itu berasal dari kata custom, yang didefinisikan sebagai “membuat sesuatu menjadi kebiasaan atau biasa” dan “mempraktekkan kebiasaan” Griffin (2005,p31) Pelanggan adalah seseorang yang menjadi terbiasa membeli dari perusahaan. Kebiasaan itu terbentuk melalui pembelian dan interaksi yang sering selama periode tertentu. Tanpa adanya track record hubungan yang kuat dan pembelian berulang, orang tersebut bukanlah pelanggan tetapi seorang pembeli. Pelanggan yang sejati tumbuh seiring dengan waktu. Pelanggan yang loyal merupakan asset penting bagi perusahaan, hal ini dapat dilihat dari karateristik-karateristik yang dimilikinya, seperti yang diungkapkan oleh Griffin (2005,p31) karateristik pelanggan yang loyal adalah: 1. Melakukan pembelian berulang secara teratur 2. Membeli antar lini produk dan jasa 3. Mereferensikan kepada orang lain 4. Menunjukkan kekebalan terhadap tarikan dari pesaing lain 2.4.2 Tahap-tahap Loyalitas Pelanggan Loyalitas pelanggan tumbuh dalam tujuh tahap. Berikut adalah tahapan-tahapan menurut Griffin (2005,p35) sebagai berikut: 1. Suspect (Tersangka) 20 Adalah orang yang mungkin membeli produk atau jasa perusahaan 2. Prospect (Prospek) Adalah orang yang membutuhkan produk atau jasa perusahaan dan memilki daya membeli. Meskipun prospek belum membeli dari perusahaan, ia mungkin telah mendengar tentang perusahaan yang dituju, atau seseorang yang merekomendasikan perusahaan yang dituju kepadanya, tetapi prospek masih belum membeli dari perusahaan tersebut. 3. Disqualified Prospect (Prospek yang didiskualifikasi) Adalah prospek yang telah cukup perusahaan pelajari untuk mengetahui bahwa mereka tidak membutuhkan atau tidak memiliki kemampuan membeli produk perusahaan. 4. First Time Customer (Pelanggan Pertama Kali) Adalah orang yang telah membeli produk/jasa perusahaan satu kali. Orang tersebut bisa jadi merupakan pelanggan perusahaan dan sekaligus juga pelanggan pesaing perusahaan, 5. Repeat Customer (Pelanggan Berulang) Adalah orang-orang yang membeli perusahaan dua kali atau lebih. Mereka mungkin telah membeli produk yang sama dua kali atau membeli dua produk/ jasa yang berbeda pada dua kesempatan atau lebih. 6. Client (Klien) Klien membeli apapun yang perusahaan jual dan dapat ia pergunakan. Orang ini membeli secara teratur. Perusahaan memiliki hubungan yang kuat dan berlanjut dan menjadikannya kebal terhadap perusahaan pesaing. 7. Advocade (Penganjur) Seperti klien, tetapi penganjur juga mendorong orang lain untuk membeli produk perusahaan yang dia gunakan. Ia membicarakan produk perusahaan kepada 21 orang lain, melakukan pemasaran bagi perusahaan, dan membawa pelanggan baru bagi perusahaan tersebut. Proses penumbuhan pelanggan yang loyal mengarahkan mereka melalui tahap-tahap perkembangan dapat dilakukan dengan berbagai metode. Griffin (2005,p36) memperkenalkan suatu sistem yang dinamai “system profit generator”. Sistem ini diyakini sebagai alternative pemilihan metode yang paling efektif, paling efisien-biaya, dan paling langsung merupakan tantangan bagi setiap perusahaan. Berikut adalah gambaran mengenai system profit generator tersebut Sumber : Griifin (2005, p36) Gambar 2.1 Sietem Profit Generator dan Tahap-tahap Pelanggan Cara kerja system profit generator adalah sebagai berikut: organisasi / perusahaan menyalurkan suspect (1) ke dalam sistem pemasarannya, dan orang-orang tersebut bisa didiskualifikasi sebagai proyek berpotensi tinggi (2) atau tidak memenuhi 22 kualisifikasi (didiskualifikasi). Prospek yang memenuhi kualifikasi kemudian dijadikan fokus dengan tujuan untuk mengubah mereka menjadi pelanggan yang pertama kali (3), lalu pelanggan berulang (4), dan akhirnya menjadi klien (5) dan penganjur (6). Tanpa perhatian yang tepat, pelanggan pertama kali pelanggan berulang, klien, dan penganjur bisa hilang atau tidak aktif yang mencerminkan hilangnya laba (digambarkan dengan tempat pembuangan). Untuk lebih mendalami makna setiap tahapan agar terjadi pemahaman yang lebih mendalam terhadap sikap calon pelanggan untuk menjadi pelanggan yang loyal, penulis mencoba mengidentifikasinya secara terpisah lewat satu tahapan berikutnya. 2.4.2.1 Mengubah Suspect menjadi Qualified Prospect Dalam upaya mencari pelanggan baru dan mengubah suspect atau prospek menjadi pelanggan adalah dengan melakukan investasi. Untuk melakukannya seefisien mungkin, adalah penting bagi perusahaan untuk berfokus kepada tiga pertanyaan pemasaran kunci sedini mungkin: 1. Siapa yang menjadi sasaran? Bagaimana cara mengidentifikasi kelompok orang yang paling besar kemungkinannya membeli produk dan jasa perusahaan? 2. Bagaimana memposisikan produk dan jasa perusahaan? Bagaimana sebaiknya memposisikan produk/jasa di dalam pikiran prospek perusahaan untuk memperoleh loyalitas ulang darinya? 3. Bagaimana cara mengkualifikasi prospek? Bagaimana cara berfokus pada prospek berpotensi tinggi dan bukan suspect yang tidak begitu baik? Masing-masing di atas mendukung fungsi kunci pemasaran pada tahap ini ke dalam system profit generator : untuk menciptakan kondisi yang tepat dan meletakkan landasan yang benar dalam pikiran prospek yang telah dipilih dengan baik sehingga penjualan dapat dilakukan dengan mudah. 23 Pasar sasaran yang dipilih dengan baik meningkatkan kemungkinan keberhasilan perusahaan untuk memperoleh prospek yang memenuhi syarat dari sekumpulan luas suspect secara dramatis dan menciptakan pelanggan yang loyal. Riset, survey, dan segmentasi pasar semuanya merupakan perangkat penting dalam membidik pasar perusahaan secara benar. Adapun sepuluh langkah pembidikan yang efektif untuk mengidentifikasi dan memilih pasar-pasar dengan potensi loyalitas yang paling besar menurut Griffin (2005,p57) sebagai berikut: 1. Survey pasar secara total 2. Mengsegmentasi pasar 3. Menganalisis pasar 4. Mempelajari pesaing 5. Mengstratifikasikan pasar 6. Melakukan analisis pasar yang mendalam tentang pasar-pasar utama perusahaan 7. Menganalisis sarana dan prasarana mana yang paling efektif 8. Pengujian pasar 9. Menganalisis apa yang dapat dilakukan 10. Memilih pasar Setelah pembidikan selesai, perusahaan akan mendapatkan calon prospek, namun prospek inipun harus diidentifikasi kembali ke dalam prospek yang berpotensi tinggi bagi perushaaan. Dalam mengkualifikasikan prospek, pelatihan pegawai untuk mengajukan pertanyaan yang tepat kepada suspect adalah penting karena dengan perusahaan menghubungi suspect atau suspect yang menghubungi perusahaan, orang tersebut haruslah memenuhi syarat sebagai mengkualifikasikan suspect prospek. Oleh karena itu perusahaan harus mampu yang berkopetensi menjadi prospek dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan kunci sebagai berikut: 24 1. Masalah yang dapat perusahaan bantu pecahkan dari suspect (apakah orang tersebut mempunyai kebutuhan)? 2. Keinginan untuk memecahkan masalah (apa yang diinginkan oleh suspect)? 3. Wewenang membeli? 4. Keinginan dan kemampuan untuk membayar produk/jasa perusahaan? 5. Wewenang untuk membuat keputusan dalam periode waktu tertentu Pertanyaan-pertanyaan ini dapat menimbulkan pengertian mendalam mengenai suspect perusahaan, dan dengan sendirinya perusahaan akan mudah untuk kemudian mengubahnya menjadi prospek yang memenuhi syarat (qualified). Penggambaran (profiling) pelanggan dan modeling data computer dapat membantu perusahaan dalam mengidentifikasi prospek berpotensi tinggi dan mengidentifikasi pesanpesan pemasaran mana yang paling besar kemungkinannya untuk direspon oleh prospek tersebut. Sebagai informasi bagi perusahaan, bahwa internet terbukti merupakan alat penelitian yang berharga untuk menguji dengan cepat permintaan konsumen akan produkproduk baru dan untuk memperbaiki produk-produk yang ada agar sesuai dengan preferensi konsumen. 2.4.2.2 Mengubah Qualified Prospect Menjadi First Time Customer Perubahan yang terjadi dari Qualified Prospect menjadi First Time Customer membutuhkan waktu yang cukup lama, selain itu diperlukan kejujuran dan kesabaran serta pengalaman yang dimiliki seorang penjual. Namun Griffin (2005, p90) menyatakan bahwa yang terpenting adalah seorang prospek atau calon pembeli membutuhkan seorang tenaga penjual yang jujur dan dapat dipercaya, yang mampu mendiagnosa hadapi dan menawarkan pemecahan untuk masalah tersebut. masalah yang dia 25 Memang hal ini membutuhkan waktu dan kesabaran untuk membangun kepercayaan itu tumbuh. Akan tetapi kepercayaan yang sudah tumbuh tersebut dapat memberikan keuntungan jangka panjang bagi perusahaan. Selain itu yang tidak kalah pentingnya adalah belajar dari kegagalan masa lalu, karena hal tersebut merupakan hal yang sangat berharga untuk meningkatkan cara-cara menjual kepada pelanggan serta membangun loyalitas pelanggan. Adapun pola pikir yang dapat ditarik dari proses Qualified Prospect menjadi First Time Customer adalah sebagai berikut: 1. Dibutuhkan rata-rata tujuh kontak untuk mengubah prospek menjadi pembeli pertama kali. Penelitian menunjukkan bahwa “peraturan tujuh ini” mungkin bertambah karena aliansi yang lebih dalam antara pembeli dan penjual dan perekonomian yang lebih keras. 2. Promosi penjualan yang biasa-biasa saja tidak lagi menarik : para pelanggan ingin agar orang mendengarkan kebutuhan mereka, jujur dan up-front, serta mendiagnosis masalah dan menawarkan solusi atas masalah yang dihadapi tersebut. 3. Dengan permission marketing atau pemasaran opt-in (melalui Web) para prospek memberi izin kepada perusahaan untuk melakukan komunikasi dengan mereka. Dengan demikian, tingkat respon dapat jauh lebih tinggi daripada pemasaran non izin lainnya. 4. Dibutuhkan kesabaran dan waktu untuk membangun rasa percaya dalam diri pelanggan : setelah kepercayaan diperoleh ada banyak manfaat jangka panjang. 5. Rencanakanlah kunjungan tenaga penjual perusahaan berikutnya yang akan mendatangi prospek sebelum kunjungan pertama tenaga penjual tersebut. Kembangkanlah sejumlah alasan konstruktif untuk menghubungi prospek tersebut. 26 6. Umpan balik dari penjualan yang hilang menghasilkan informasi berharga mengenai cara melakukan penjualan di masa mendatang dan cara pembangunan loyalitas pelanggan. 2.4.2.3 Membangun First Time Customer Menjadi Repeat Customer Setiap pembelian menimbulkan konsekuensi bagi pembeli. Konsekuensi ini terjadi sebagai hasil dari evaluasi / penilaian kembali terhadap keputusan yang dibuat. Setiap pelanggan memiliki harapan-harapan akan produk yang dibelinya. Sebelum seorang pembeli melakukan suatu pembelian, banyak faktor yang dipertimbangkan. Dalam setiap keputusan pembelian konsumen selalu didasarkan pada masukan (input), proses, dan keluaran (output). Masukan berasal dari pengaruh eksternal konsumen yaitu usaha pemasaran perusahaan dan lingkungan sosial-budaya. Proses pembelian didasarkan pada pengenalan kebutuhan konsumen, penyelidikan sebelum pembelian dan evaluai alternative dari pengalaman pembelian sebelumnya. Setelah itu, terjadi keluaran di mana didasarkan pada percobaan pembelian dan melakukan pembelian ulang. Setelah itu tidak selesai begitu saja, eveluasi setelah pembelian terus dilakukan konsumen untuk membandingkan sejauh mana produk yang dibelinya dari suatu perusahaan memberikan pemuas kebutuhan dari produk pesaing. Apabila keberlangsungan proses pembelian dan pengambilan keputusan konsumen tidak menemui ganjalan lagi, maka tidak segan-segan bahwa konsumen itu akan melakukan pembelian lagi. Untuk itu, perlu diketahui bahwa ada lima belas tindakan yang mendorong pelanggan pertama kali supaya membeli lagi. Griffin (2005,p116) mengidentifikasikannya sebagai berikut: 1. Selalu mengucapkan terima kasih atas pembelian 27 2. Mencari umpan balik pelanggan secara dini dan memberikan respon yang cepat 3. Menggunakan surat indoktrinasi 4. Senantiasa memperkuat nilai perusahaan di mata pelanggan 5. Menangkap informasi tentang pelanggan dan menggunakannya dengan sebaik mungkin 6. Berhati-hati dalam menjaga privasi pelanggan 7. Senantiasa mengkomunikasikan seluruh layanan perusahaan 8. Melukiskan gambaran tentang kepemilikan yang akan datang 9. Mengubah pembelian berulang menjadi jasa 10. Perlakukan biaya customer service sebagai investasi yang berharga 11. Memelihara dan melindungi komunikasi dengan para pengambil keputusan 12. Mengembangkan program imbalan pelanggan 13. Mengembangkan promosi “penyambutan pelanggan baru” 28 14. Menawarkan garansi produk 15. Mengembangkan promosi nilai tambah 2.4.2.4 Mengubah Repeat Customer Menjadi Loyal Client Perusahaan yang telah mencapai proses kepemimpinan mencapai keberhasilan mereka dengan mempertajam fokus bisnis dan mencapai nilai yang termasuk ke satu diantar ke tiga kategori yaitu keistimewaan operasi dan keakraban dengan pelanggan, atau kepemimpinan produk. Keistimewaan operasi (operational excellence) berarti member kepada pelanggan produk yang dapat dipercaya dengan harga bersaing dan dengan kesulitan pembelian minimum. Keakraban dengan pelanggan (customer intimacy) adalah berarti membagi bagi dan membidik pasar dengan ketepatan yag akurat dan menyesuaikan tawaran supaya mampu memenuhi permintaan ceruk pasar tertentu. Dua faktor penting bila perusahaan ingin menonjol dalam keakraban dengan pelanggan yaitu dengan pengetahuan rinci mengenai pelanggan dan operasi yang fleksibel. Di kategori ketiga, kepemimpinan produk, perusahaan memberikan kontribusi nilainya dengan menyampaikan produk dan jasa terbaru dan canggih kepada pelanggan dan membuat barang pesaing terlihat using. Apakah itu keistimewaan operasi, keakraban dengan pelanggan, atau kepemimpinan produk, penyampaian nilai dapat bermacam-macam bentuknya, tergantung sifat produk / jasa perusahaan, pesaing dan pelanggannya. Meskipun demikian, ada sejumlah faktor yang harus diperhatikan dalam merumuskan strategi untuk mengubah pelanggan yang berulang menjadi klien yang loyal. 29 Berikut ada delapan pertimbangan tambahan untuk mengubah pelangan berulang ke tingkat loyalitas yang lebih tinggi (klien loyal) menurut Griffin (2005, pp140-150)adalah sebagai berikut: 1. Melindungi pelanggan terbaik perusahaan dari serangan pesaing 2. Menjadikan mereka yang mengeluarkan paling banyak sebagai prioritas terbesar perusahaan 3. Memanfaatkan mata rantai pasokan perusahaan untuk menghasilkan nilai pelanggan yang lebih baik 4. Menyusun program frequent-buyer yang benar-benar bisa dilaksanakan 5. Membuat hambatan untuk keluar bagi pelanggan 6. Mencari cara untuk menunjukan bahwa perusahaan tahu apa yang dibutuhkan oleh pelanggan 7. Memperkerjakan dan melatih pegawai untuk menghasilkan loyalitas 8. Memberikan motivasi bagi staf perusahaan untuk menghasilkan loyalitas Hal-hal tersebut di atas adalah penting bagi perusahaan/pemasar untuk mengubah pelanggan yang berulang untuk menjadi klien yang loyal. Perlu diperhatikan sebelum perusahaan memperoleh pelanggan yang loyal, perusahaan terlebih dahulu harus memiliki pegawai loyal yang diberdayakan. 2.4.2.5 Mengubah Loyal Client Menjadi Advocates Pada tahap ini, perusahaan sudah memiliki posisi yang kuat apabila telah berhasil mengubah klien yang loyal menjadi penganjur bagi orang lain. Seperti klien, penganjur membeli apapun yang dijual perusahaan dan ia gunakan serta membelinya secara teratur. Tetapi, penganjur juga mendorong orang lan untuk membeli produk perusahaan yang digunakan. Ia membicarakan produk perusahaan kepada orang lain, melakukan pemasaran bagi perusahaan, dan membawa pelanggan baru untuk perusahaan tersebut. 30 Hal inilah yang dapat memperkuat posisi perusahaan dalam pangsa pasarnya. Untuk itu terdapat hal-hal yang penting yang berkenan dengan strategi mengubah klien yang loyal tersebut menjadi penganjur. Menurut Griffin (2005, pp156-174) adalah sebagai berikut: 1. Pemberitaan dari mulut ke mulut (mouth to mouth) merupakan iklan yang paling kuat yang dimiliki oleh perusahaan 2. Pelanggan yang direferensikan memerlukan waktu penjualan yang lebih sedikit dan lebih loyal dari pelanggan lainnya. Mereka datang dan siap membeli karena pada intinya mereka telah menerima tawaran perusahaan 3. Selalu mengucapkan terima kasih kepada para pelanggan yang datang dan membeli, dengan menyadari bahwa tempat mereka membeli merupakan pilihan yang mereka buat 4. Menciptakan komunikasi online bagi pelanggan dan klien untuk membagi informasi karena dapat menggunakan sarana yang efektif untuk membangun nilai pelanggan dan dukungan pelanggan 5. Menggunakan surat testimonial, file pelanggan, dan program imbalan untuk meningkatkan loyalitas pelanggan dan untuk membangun reputasi yang kuat 6. Berusaha untuk selalu meningkatkan dan memperbaiki kontak jangka panjang perusahaan. Kontak tersebut baik secara langsung maupun tidak langsung dapat meningkatkan penjualan perusahan tersebut. Sebanyak lima catatan sehari, lima pembicaraan telepon seminggu, dan lima pertemuan sebulan dengan jaringan perusahaan akan memberikan dukungan yang berarti bagi sukses bisnis perusahaan 7. Newsletter klien, offline atau online, harus menyajikan nilai tingkat berlangganan bila ingin menarik perhatian pelanggan dan membangun loyalitas jangka panjang. 8. Bersiaplah untuk mendapatkan lebih banyak pelanggan. Luncurkan rencana agresif untuk mendorong referensi begitu perushaan memilki sistem untuk menanganinya secara efektif 31 2.5 Kerangka Pemikiran K U A L I T A S P E L A Y A N A N • • Value Reputation Personality • • • • • Membeli lebih banyak Membicarakan hal-hal baik Rekomendasi Membeli tanpa beralih Loyalitas Kosumen (Z) Memberi saran dan kurang peka terhadap harga Gambar 2.2 Kerangka Pemikiran PT. AIA FINANCIAL CABANG MAKASSAR • Corporat Identity Citra perusahaan (Y) • Tangibles (X!) Reliability (X2) Sumber : Penulis Responsiveness (X3) Empathy (X5) Assurance (X4)