BAB I LATAR BELAKANG A. Latar Belakang Masalah Kota

advertisement
BAB I
LATAR BELAKANG
A. Latar Belakang Masalah
Kota Tangerang Selatan merupakan daerah otonom yang terbentuk pada
akhir tahun 2008 berdasarkan Undang-undang Nomor 51 Tahun 2008 tentang
Pembentukan Kota Tangerang Selatan di Propinsi Banten tertanggal 26 November
2008. Pembentukan daerah otonom baru tersebut, yang merupakan pemekaran
dari Kabupaten Tangerang, dilakukan dengan tujuan meningkatkan pelayanan
dalam bidang pemerintahan, pembangunan, dan kemasyarakatan serta dapat
memberikan kemampuan dalam pemanfaatan potensi daerah. Luas Wilayah dan
jumlah penduduk Kabupaten Tangerang yang besar perlu diatasi dengan
memperpendek rentang kendali pemerintahan melalui pembentukan daerah
otonom baru, yaitu Kota Tangerang Selatan, sehingga pelayanan publik dapat
ditingkatkan guna mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat.
Berdasarkan Undang-undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan
Kedua atas Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2004 tentang tentang Pemerintahan
Daerah, pelaksanaan desentralisasi semakin luas diserahkan kepada pemerintah
daerah kabupaten/kota, sehingga pemerintah daerah mempunyai keleluasaan
untuk menggerakkan roda pemerintahannya sesuai dengan kebutuhan daerah itu
sendiri.
Dalam penyelenggaraan pemerintahan dan pelaksanaan pembangunan
yang dituju, maka pemerintah daerah dapat langsung memberikan kontribusi
nyata terhadap peningkatan pelayanan dan kesejahteraan masyarakat. Semangat
1
2
otonomi daerah, diarahkan pada peningkatan pelayanan publik, kemandirian dan
prakarsa sendiri dalam mengelola sumberdaya. Konsekuensi dari hal ini
pemerintah daerah mempunyai kewajiban untuk menetapkan kebijakan, mengatur
dan memfasilitasi pengelolaan sumberdaya agar memberi manfaat yang lebih
besar sesuai dengan pelimpahan kewenangan daerah.
Berlakunya UU Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah
menjadikan daerah mempunyai kewenangan yang luas untuk menyelenggarakan
pengelolaan keuangannya sendiri sehingga pemerintah daerah berhak untuk
merencanakan, melaksanakan dan mempertanggungjawabkan pelaksanaan APBD
ke DPRD masing-masing. Pertanggungjawaban atas pengelolaan keuangan daerah
diatur dalam UU Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara yang
menyatakan bahwa penyusunan dan penyajian laporan keuangan pemerintah
daerah dilaksanakan berdasarkan Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) yang
diatur lebih lanjut dalam PP Nomor 24 Tahun 2005 tentang SAP. Dengan
berlakunya SAP, pemerintah daerah wajib menerapkan akuntansi pemerintah
yang berbasis akuntansi anggaran yang menjadi satu tantangan baru bagi
pemerintah daerah. Tantangan tersebut mencakup apakah pemerintah daerah
mampu menerapkan akuntansi yang sepenuhnya sesuai dengan SAP. Keakuratan
implementasi SAP atas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah dapat diuji salah
satunya dengan menggunakan telaahan jurnal korolari. Penyajian laporan
keuangan mulai tahun anggaran 2005 sesuai SAP dapat dilakukan dengan teknik
memetakan atau konversi ketentuan-ketentuan di Kepmendagri Nomor 29 tahun
2002 ke dalam ketentuan-ketentuan SAP. Penyusunan laporan keuangan yang
3
berpedoman pada SAP dapat digunakan sebagai salah satu cara untuk
mewujudkan good governance sehingga kinerja dari pemerintahan yang
bersangkutan diharapkan akan semakin mudah untuk dinilai baik oleh kalangan
tertentu maupun oleh masyarakat luas.
Dalam ruang lingkup pemerintahan Kota Tangerang Selatan, SKPD
Bappeda memiliki peran penting, diantaranya adalah mengkoordinasikan,
memfasilitasi, dan memberikan mediasi perencanaan, pengendalian, serta evaluasi
pembangunan daerah. Dalam rangka pertanggung jawaban pelaksanaan APBD,
SKPD Bappeda Kota Tangerang Selatan selaku pengguna anggaran diharuskan
menyelenggarakan akuntansi atas transaksi keuangan yang berada dalam
tanggung jawabnya. Pencatatan transaksi tersebut sebagai bahan laporan keuangan
SKPD yang terdiri dari Laporan Realisasi Anggaran, Neraca, dan Catatan Atas
Laporan Keuangan yang harus disampaikan kepada kepala daerah.
Pengelolaan data dan penggunaan anggaran dalam mewujudkan
pembangunan kota, tentu saja bukan hal yang mudah karena semakin berkembang
dan bertambahnya program – program yang harus dicapai oleh Pemerintah Kota
Tangerang selatan. Hal ini bisa saja menyebabkan kekurangan atau kesalahan
dalam pengolahan serta penyajian data yang harus sesuai dengan regulasi yang
berlaku. Penerapan dan atau penyajian pertanggung jawaban penggunaan
anggaran (APBD), penyesuaian dengan regulasi pemerintah yang berlaku PP No.
24 Tahun 2005 menjadi hal yang sifatnya tidak bisa ditawar. Untuk mewujudkan
hasil yang dinamis antara pengelolaan, penyajian serta realisasi dari program –
program yang menjadi tujuan Kota tangerang Selatan dibutuhkan sumber daya
4
manusia yang mumpuni. Utamanya adalah tenaga kerja yang sesuai dengan
bidang tugas masing – masing. Salah satu tantangan yang dihadapi SKPD
Bappeda Kota Tangerang Selatan dalam hal ini adalah keterbatasan anggaran
untuk menyediakan tenaga kerja berkompeten dalam penyusunan laporan
keuangan pemerintahan, sehingga harus memaksimalkan dan mengembangkan
kemampuan integritas sumber daya manusia yang ada untuk menunjang dan
menyediakan
berbagai
informasi
penting
yang
kaitannya
dengan
pertanggungjawaban APBD. Berdasarkan uraian diatas peneliti akan melakukan
pengkajian ilmiah terhadap “Evaluasi Laporan Keuangan Berdasarkan
Peraturan Pemerintah No 24 Tahun 2005 Tentang Standar Akuntansi
Pemerintahan ( Study Kasus di Satuan Perangkat Kerja Daerah (SKPD)
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Tangerang Selatan).
B. Perumusan Masalah
Apakah Laporan Keuangan Pemerintah Kota Tangerang Selatan di
Satuan Perangkat Kerja Daerah (SKPD) Badan Perencanaan Pembangunan
Daerah Kota Tangerang Selatan telah disajikan secara sesuai dengan Peraaturan
Pemerintah Nomor 24 tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan?
5
C. Pembatasan Masalah
Agar dalam pembahasan pokok permasalahan lebih terfokus, batasan pada
perumusan masalah yang telah dibuat, yaitu:
Penyajian laporan keuangan pemerintah kota dalam satuan kerja perangkat
daerah yang diteliti dibatasi pada Neraca, Laporan Realisasi Anggaran dan
Catatan Atas Laporan Keuangan (CALK).
D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah tersebut diatas, maka tujuan yang
hendak dicapai dalam penelitian ini adalah untuk menganalisis tingkat
pengungkapan laporan keuangan pemerintah daerah.
2. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian yang diharapkan dari penelitian ini adalah:
a. Sebagai
masukan
bagi
pemerintah
daerah
memperbaiki
tingkat
pengungkapan dalam laporan keuangan pemerintah.
b. Sebagai
kontribusi
akademik
dalam
pemerintahan di Indonesia.
c. Sebagai pijakan dalam penelitian berikutnya.
pengembangan
akuntansi
Download