bab ii tinjauan pustaka, kerangka pemikiran, dan

advertisement
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN
HIPOTESIS PEMIKIRAN
2.1
Kajian Pustaka
Pada bab kajian pustaka ini, dikemukakan teori-teori, hasil penelitian orang
lain, dan publikasi umum berhubungan dengan masalah penelitian yang diteliti.
Peneliti mengemukakan beberapa teori yang relevan dengan variabel-variabel
penelitian yang menggunakan acuan terbaru dan mengutip hasil-hasil penelitian dari
jurnal-jurnal ilmiah terbaru.
2.1.1
Pengertian Akuntansi dan Akuntansi Keuangan
2.1.1.1 Akuntansi
Akuntansi memegang peranan penting dalam sistem ekonomi dan sosial.
Keputusan-keputusan tepat yang diambil oleh para individu, perusahaan, pemerintah
dan kesatuan-kesatuan lain merupakan hal yang essensial bagi distribusi dan
penggunaan sumber daya Negara yang langka secara efisien. Untuk mengambil
keputusan seperti itu, kelompok-kelompok tersebut harus mempunyai informasi yang
dapat diandalkan yang diperoleh dari akuntansi. Oleh sebab itu, akuntansi digunakan
2
untuk mencatat, mengikhtisarkan, melaporkan dan mengintreprestasikan data
ekonomi oleh banyak kelompok di dalam sistem ekonomi sosial.
Menurut Warren dkk (2011:9) yang dialihbahasakan oleh Damayanti Dian,
akuntansi adalah:
“Akuntansi (accounting) adalah suatu sistem informasi yang menyediakan
laporan untuk para pemangku kepentingan mengenai aktivitas ekonomi dan
kondisi perusahaan”.
Charles T. Horngren (2011:3) yang dialihbahasakan oleh Gina Gania,
menyatakan akuntansi adalah:
“Akuntansi (accounting) merupakan suatu sistem informasi yang mengukur
aktivitas bisnis, memproses data menjadi laporan, dan mengkomunikasikan
hasilnya kepada pengambil keputusan yang akan membuat keputusan yang
akan mempengaruhi aktivitas bisnis”.
Berdasarkan pengertian-pengertian tersebut diatas, sampai pada pemahaman
penulis bahwa akuntansi merupakan proses mengidentifikasi, mengukur, dan
menyampaikan informasi atau kejadian ekonomi, dengan maksud untuk mendapatkan
penilaian dan membantu para pengguna informasi guna pengambilan keputusan.
Akuntansi menyediakan informasi yang handal, relevan dan tepat waktu
kepada para manajer, investor, serta kreditor sehingga sumber daya dapat
dialokasikan ke perusahaan yang paling efisien. Akuntansi juga menyediakan ukuran
efisiensi (profitabilitas) dan kesehatan keuangan perusahaan (Kieso 2011:21)
dialihbahasakan oleh Emil Salim.
3
2.1.1.2 Akuntansi Keuangan
Menurut Kieso, dkk (2011:2) dialihbahasakan oleh Emil Salim, akuntansi
keuangan (financial accounting) yaitu:
“Akuntansi keuangan merupakan sebuah proses yang berakhir pada
pembuatan laporan keuangan menyangkut perusahaan secara keseluruhan
untuk digunakan baik oleh pihak-pihak internal maupun pihak eksternal”.
Berdasarkan pengertian tersebut diatas, sampai pada pemahaman penulis
bahwa akuntansi keuangan merupakan proses pembuatan laporan keuangan oleh
pihak penyusunan laporan keuangan yang menyangkut perusahaan secara
keseluruhan, untuk digunakan baik oleh pihak-pihak internal maupun pihak eksternal.
2.1.2 Analisis Laporan Keuangan
2.1.2.1 Pengertian Laporan Keuangan
Laporan keuangan merupakan hasil akhir proses akuntansi yang disusun
menurut prinsip-prinsip akuntansi yang dilaksanakan oleh suatu perusahaan. Proses
akuntansi yang dimaksud meliputi proses pengumpulan dan pengolahan data
akuntansi perusahaan tersebut dalam satu periode akuntansi. Dalam proses akuntansi
tersebut didefinisikan berbagai transaksi atau peristiwa ekonomi yang dilakukan atau
dialami oleh perusahaan melalui pengukuran, pencatatan, penggolongan atau
pengklasifikasian, dan pengikhtisaran sedemikian rupa, sehingga hanya informasi
4
yang relevan, yang mana saling berhubungan antara satu dengan yang lainnya serta
mampu memberikan gambaran secara layak tentang keandalan keuangan dan hasilhasil yang telah dicapai oleh perusahaan yang akan digabungkan dan disajikan dalam
laporan keuangan.
Menurut PSAK No. 1 (2015:1) laporan keuangan adalah:
“Laporan keuangan adalah penyajian terstruktur dari posisi keuangan dan
kinerja keuangan suatu entitas”. Laporan ini menampilkan sejarah entitas
yang dikuantifikasi dalam nilai moneter.
Menurut Kieso, Weygandt dan Warfield (2011:5) laporan keuangan adalah:
“Financial statement are the principa means through which a company
communicates it’s financial information to those outside it. The statement
provide a company history quantified in money.”
Berdasarkan pengertian-pengertian tersebut di atas, sampai pada pemahaman
penulis bahwa laporan keuangan merupakan hasil dari proses akuntansi yang dapat
digunakan sebagai alat untuk mengkomunikasikan data keuangan atau aktivitas suatu
perusahaan kepada pihak-pihak yang berkepentingan, baik pihak intern maupun
ekstern dalam rangka pengambilan keputusan dengan data dan aktivitas keuangan
tersebut. Melalui laporan keuangan, pihak-pihak yang berkepentingan tersebut dapat
melakukan pengukuran dan analisis terhadap keberhasilan atau kegagalan
perusahaan.
5
2.1.2.2 Tujuan Laporan Keuangan
Tujuan laporan keuangan menurut Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan
(PSAK) No. 1 (2015:3) adalah :
“Tujuan laporan keuangan adalah memberikan informasi mengenai posisi
keuangan, kinerja keuangan dan arus kas entitas yang bermanfaat bagi
sebagian besar kalangan pengguna laporan dalam pembuatan keputusan
ekonomi. Juga menunjukkan hasil pertanggungjawaban manajemen atas
penggunaan sumber daya.”
Tujuan laporan keuangan menurut Kieso, Waygandt, dan Warfield (2011:7)
adalah:
“The objectivegeneralpurposefinancialof reporting is to provide financial
information about the reporting entity that is useful to present and potential
equity investors, lenders, and other creditors in making decisions in their
capacity as capital providers. Information that is decision-useful to investors
may also be useful to other users of financial reporting who are not
investors.”
Berdasarkan tujuan laporan keuangan tersebut di atas, sampai pada
pemahaman penulis bahwa tujuan laporan keuangan adalah untuk memberikan
informasi posisi keuangan, kinerja, perubahan ekuitas, dan arus kas perusahaan
yang bermanfaat bagi sebagian besar pengguna laporan dalam rangka membuat
keputusan-keputusan
ekonomi
serta
menunjukkan
pertanggungjawaban
manejemen atas penggunaan sumber daya yang dipercayakan kepada mereka.
2.1.2.3 Pengertian Analisis Laporan Keuangan
6
Analisis laporan keuangan pada dasarnya, dilakukan karena pemakai
laporan keuangan ingin mengetahui tingkat keuntungan dan tingkat risiko atau
tingkat kesehatan suatu perusahaan (Mamduh M. Hanafi dan Abdul Halim, 2009:5).
Menurut Kasmir (2013:66) analisis laporan keuangan adalah:
“Analisis laporan keuangan adalah sua keuangan dengan tujuan agar dapat
mengetahui posisi keuangan perusahaan
saat ini. Dan hasil analisis laporan keuangan juga akan memberikan informasi
tentang kelemahan dan kekuatan yang dimiliki perusahaan. Dengan
mengetahui kelemahan ini, manajemen akan dapat memperbaiki atau
menutupi kelemahan tersebut dan kekuatan yang dimiliki perusahaan harus
dipertahankan atau bahkan ditingkatkan”.
Dengan menganalisis laporan keuangan, seorang analisis dapat menilai
apakah manajer keuangan dapat merencanakan dan mengimplementasikan setiap
tindakan secara konsisten dengan tujuan memakmurkan para pemegang saham.
Menganalisis laporan keuangan dapat dilakukan dengan membandingkan laporan
keuangan satu periode dengan periode sebelumnya sehingga diketahui adanya
kecenderungan (Agus Sartono, 2010:113).
Berdasarkan penjelasan tersebut diatas, sampai pada pemahaman penulis
bahwa analisis laporan keuangan merupakan metode atau teknik yang digunakan
untuk memahami secara lebih mendalam data-data di dalam laporan keuangan.
2.1.2.4 Tujuan Analisis Laporan Keuangan
Menurut Kasmir (2013:68) tujuan analisis laporan keuangan adalah:
“1. Untuk mengetahui posisi keuangan tertentu, baik harta, kewajiban, modal
maupun hasil usaha yang telah dicapai untuk beberapa periode.
2. Untuk mengetahui kelemahan-kelemahan apa saja yang menjadi
kekurangan perusahaan.
7
3. Untuk mengetahui kekuatan-kekuatan yang dimiliki perusahaan.
4. Untuk mengetahui langkah-langkah perbaikan apa saja yang perlu
dilakukan ke depan yang berkaitan dengan posisi keuangan perusahaan
saat ini.
5. Untuk melakukan penilaian kinerja manajemen ke depan apakah perlu
penyegaran atau tidak karena sudah dianggap berhasil atau gagal.
6. Dapat juga digunakan sebagai pembanding dengan perusahaan sejenis
tentang hasil yang mereka capai.”
Berdasarkan uraian tersebut di atas, sampai pada pemahaman penulis bahwa
analisis laporan keuangan adalah untuk memperoleh pandangan tentang posisi
keuangan perusahaan di masa yang akan datang. Dengan melakukan analisis laporan
keuangan, maka informasi yang dibaca dari laporan keuangan akan menjadi lebih
luas dan lebih dalam. Hubungan satu pos dengan pos lain akan dapat menjadi
indikator tentang posisi dan prestasi keuangan perusahaan serta menunjukkan bukti
kebenaran penyusunan laporan keuangan.
2.1.2.5 Metode dan Teknik Analisis Laporan Keuangan
Untuk melakukan analisis laporan keuangan diperlukan metode dan teknik
analisis yang tepat. Tujuan dari penentuan metode dan teknik analisis yang tepat
adalah agar laporan keuangan tersebut dapat memberikan hasil yang maksimal. Hasil
analisis laporan keuangan akan memberikan informasi tentang kelemahan dan
kekuatan yang dimiliki perusahaan.
Menurut Kasmir (2013:95) dalam praktiknya, terdapat dua macam metode
analisis laporan keuangan yang biasa dipakai, yaitu:
“1. Analisis Vertikal (Statis)
8
2. Analisis Horizontal (Dinamis)”.
Adapun penjelasan dari kedua metode tersebut adalah sebagai berikut:
1. Analisis Vertikal (Statis)
Analisis vertikal merupakan analisis yang dilakukan terhadap hanya satu
periode laporan keuangan saja. Analisis dilakukan antara pos-pos yang ada
dalam satu periode. Informasi yang diperoleh hanya untuk satu periode saja
dan tidak diketahui perkembangan periode ke periode.
2. Analisis Horizontal (Dinamis)
Analisis horizontal merupakan analisis yang dilakukan dengan
membandingkan laporan keuangam untuk beberapa periode. Dan hasil
analisis ini akan terlihat perkembangan perusahaan dari periode yang satu
ke periode yang lain.
Disamping metode yang digunakan untuk menganalisis laporan keuangan,
terdapat beberapa jenis teknik analisis laporan keuangan. Adapun jenis-jenis teknik
laporan keuangan menurut Kasmir (2013:96) adalah sebagai berikut:
“ 1. Analisis Perbandingan antara Lapo
2. Analisis Trend
3. Analisis Persentase
4. Analisis Sumber dan Penggunaan Dana
5. Analisis Sumber dan Pengunaan Kas
6. Analisis Rasio
7. Analisis Laba Kotor
8. Analisis Titik Pulang Pokok atau Titik Impas (Break Even Point)
Adapun penjelasan masing-masing teknik analisis laporan keuangan adalah
sebagai berikut:
1. Analisis perbandingan antara laporan keuangan, merupakan analisis yang
dilakukan dengan membandingkan laporan keuangan lebih dari satu
period. Artinya minimal dua periode atau lebih. Dari analisis ini akan
dapat diketahui perubahan-perubahan yang terjadi. Perubahan yang
terjadi dapat berupa kenaikan atau penurunan dari masing-masing
komponen analisis. Dari perubahan ini terlihat masing-masing kemajuan
atau kegagalan dalam mencapai target yang telah ditetapkan sebelumnya.
2. Analisis trend, merupakan analisis laporan keuangan yang biasanya
9
3.
4.
5.
6.
7.
8.
dinyataka dalam persentase tertentu. Analisis ini dilakukan dari periode
ke periode sehingga akan terlihat apakah perusahaan mengalami
perubahan serta seberapa besar perubahan tersebut dihitung dalam
persentase.
Analisis persentase per komponen, merupakan analisis yang dilakukan
untuk membandingkan antara komponen-komponen yang ada dalam
suatu laporan keuangan, baik di neraca maupun laporan laba rugi.
Analisis sumber dan penggunaan dana, merupakan analisis yang
dilakukan untuk mmengetahui sumber-sumber dana perusahaann dan
penggunaan dana dalam suatu periode. Analisis ini juga untuk
mengetahui jumlah modal kerja dan sebab-sebab berubahnya jumlah
modal kerja dalam suatu periode.
Analisis sumber dan penggunaan kas, merupakan analisis yang digunakan
untuk mengetahui sumber-sumber penggunaan kas perusahaan dan
penggunaan uang kas dalam suatu periode. Selain itu juga untuk
mengetahui sebab-sebab berubahnya jumlah kas dalam periode tertentu.
Analisis rasio, merupakan analisis rasio yang digunakan untuk
mengetahui hubungan pos-pos yang ada dalam satu lapotan keuangan
atau pos-pos antara laporan keuangan neraca dan laporan laba rugi.
Analisis laba kotor, merupakan analisis yang digunakan untuk
mengetahui jumlah laba kotor dari satu periode lainnya dan untuk
mengetahui sebab-sebab berubahnya laba kotor tersebut antar periode.
Analisis titik pulang pokok disebut juga analisis titik impas atau break
even point. Tujuan analisis ini digunakan untuk mengetahui paa kondisi
bagaimana penjualan produk dilakukan dan perusahaan tidak mengalami
kerugian.
Analisis laporan keuangan terdiri dari penelaahan atau mempelajari dari pada
hubungan dan tendensi atau kecenderungan (trend) untuk menentukan posisi
keuangan dan hasil operasi serta perkembangan perusahaan yang bersangkutan.
Metode dan teknik analisa digunakan untuk menentukan dan mengukur hubungan
antara pos-pos yang ada dalam laporan, sehingga dapat diketahui perubahanperubahan dari masing-masing pos tersebut bila diperbandingkan dengan laporan
dari beberapa periode untuk satu perusahaan tertentu, atau diperbandingkan dengan
alat-alat pembanding lainnya.
10
2.1.3
Rasio Keuangan
2.1.3.1 Pengertian Rasio Keuangan
Dalam menganalisa kondisi keuangan suatu perusahaan dapat dilakukan salah
satunya dengan cara menghitung rasio-rasio keuangan yang sesuai dengan keinginan.
Analisa rasio keuangan merupakan suatu analisis yang sangat banyak digunakan.
Analisis rasio keuangan sendiri dimulai dengan laporan dasar, yaitu neraca, dan
laporan laba rugi komprehensif.
Menurut Kieso, Waygandt, dan Warfield (2011:221), rasio keuangan
adalah:
“ Ratio express the mathematical relationship between one quantity and
another. Ratio analysis expresses the relationship among pieces of selected
financial statement data, in a precentage, a rate, or a simple proportion.”
Rasio keuangan menurut Kasmir (2013:104) adalah:
“ Rasio keuangan merupakan-angkakegiatanyang me ada dalam laporan
keuangan dengan cara membagi satu angka dengan angka lainnya.
Perbandingan dapat dilakukan antara satu komponen dengan komponen
dalam satu laporan keuangan atau antar komponen yang ada diantara laporan
keuangan. Kemudian angka yang di perbandingkan dapat berupa angkaangka dalam satu periode maupun berbeda periode”.
Dari pengertian-pengertian tersebut di atas, sampai pada pemahaman penulis
11
bahwa rasio keuangan harus menunjukkan hubungan yang sistematis dalam bentuk
perbandingan antara perkiraan-perkiraan laporan keuangan. Agar hasil perhitungan
rasio keuangan dapat diinterprestasikan, perkiraan-perkiraan yang dibandingkan
harus mengarah pada hubungan ekonomis yang penting. Sedangkan menurut
Mamduh M. Hanafi dan Abdul Halim (2009:76), bahwa rasio-rasio keuangan pada
dasarnya disusun dengan menggabung-gabungkan angka-angka di dalam atau
antara laporan rugi-laba dan neraca. Menurut Irham Fahmi (2014:106), Rasio
keuangan adalah hasil yang di peroleh dari perbandingan jumlah,dari satu jumlah
dengan jumlah lainnya.
Pengertian rasio keuangan menurut James C Van Horne dalam Kasmir
(2013:104) merupakan indeks yang menghubungkan dua angka akuntansi dan
diperoleh dengan membagi satu angka lainnya.
Berdasarkan pengertian-pengertian
tersebut
diatas,
sampai
pada
pemahaman penulis bahwa rasio keuangan merupakan teknik analisis yang lazim
digunakan oleh para analisis keuangan, dimana
dalam
menganalisisnya
hanyamembandingkan antar pos-pos atau komponen-komponen satu dengan
yang lainnya yang memiliki hubungan untuk kemudian yang ditujukan untuk
menunjukkan perubahan dalam kondisi keuangan sebuh perusahaan.
2.1.3.2 Jenis-Jenis Analisis Rasio Keuangan
Agus Sartono (2010:114) membagi 4 jenis analisis rasio keuangan yang
digunakan dalam penilaian kinerja keuangan perusahaan, yaitu:
12
“1. Rasio likuiditas,
2. Rasio solvabilitas atau rasio leverage,
3. Rasio aktivitas,
4. Rasio profitabilitas.”
Jenis-jenis analisis rasio berbeda-beda karena adanya perbedan tujuan dan
harapan dari masing-masing pengguna laporan keuangan.
2.1.4
Likuiditas
2.1.4.1 Pengertian Likuiditas
Masalah Likuiditas berhubungan dengan masalah kemampuan perusahaan
untuk memenuhi kewajiban finansialnya yang harus segera dipenuhi. Likuiditas
perusahaan menunjukkan kemampuan untuk membayar kewajiban finansial jangka
pendek tepat pada waktunya. Likuiditas perusahaan ditunjukkan oleh besar kecilnya
aktiva lancar yaitu aktiva yang mudah untuk diubah menjadi kas yang meliputi kas,
surat berharga, dan persediaan.
Menurut Kasmir (2013:128) rasio likuiditas merupakan ketidakmampuan
perusahaan membayar kewajibannya terutama jangka pendek (yang sudah jatuh
tempo) yang disebabkan oleh berbagai faktor, yaitu:
“1. Bisa dikarenakan memang perusahaan sedang tidak memiliki dana sama
sekali, atau
2. Bisa mungkin saja perusahaan memiliki dana, namun saat jatuh tempo
perusahaan tidak memiliki dana (tidak cukup dana secara tunai sehingga
harus menunggu dalam waktu tertentu, untuk mencairkan aset lainnya
seperti menagih piutang, menjual surat-surat berharga, atau menjual
sediaan atau asel lainnya)”.
13
Likuiditas merupakan suatu kemampuan perusahaan untuk memenuhi
kewajiban jangka pendek. Likuiditas sangat penting bagi suatu perusahaan
dikarenakan berkaitan dengan mengubah aset menjadi kas.
Menurut Brigham dan Houston (2010:134) yang diterjemahkan oleh Yulianto
rasio likuiditas adalah:
“Rasio yang menunjukkan hubungan antara kas dan aset lancar perusahaan
lainnya dengan kewajiban lancarnya”.
Mamduh M. Hanafi dan Abdul Halim (2009:77) mendefinisikan rasio
likuiditas adalah:
“Rasio yang mengukur kemampuan likuiditas jangka pendek perusahaan
dengan melihat aktiva lancar perusahaan relatif terhadap hutang lancarnya
(hutang dalam hal ini merupakan kewajiban perusahaan)”.
Sedangkan rasio likuiditas (liquidity ratio) menurut Irham Fahmi (2014:69)
adalah:
“kemampuan suatu perusahaan memenuhi kewajiban jangka pendeknya
secara tepat waktu”.
Selain itu, menurut Agus Sartono (2010:116) rasio likuiditas merupakan:
“Rasio yang menunjukkan kemampuan untuk membayar kewajiban finansial
jangka pendek tepat pada waktunya, likuiditas perusahaan ditunjukkan oleh
besar kecilnya aktiva lancar yaitu aktiva yang mudah untuk diubah menjadi
kas yang meliputi kas, surat berharga, piutang, persediaan”.
14
Pengertian likuiditas menurut Fred Weston dalam Kasmir (2013:129) adalah:
“rasio yang menggambarkan kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban
(utang) jangka pendek. Artinya apabila perusahaan ditagih, maka akan mampu
memenuhi utang (membayar) tersebut terutama utang yang sudah jatuh
tempo”.
Tidak jauh berbeda dengan pendapat tersebut, James O.Gill dalam Kasmir
(2013:130) menyebutkan rasio likuiditas, “mengukur jumlah kas atau jumlah
investasi yang dapat dikonversikan atau diubah menjadi kas untuk membayar
pengeluaran, tagihan dan seluruh kewajiban lainnya yang sudah jatuh tempo”.
Menurut Kasmir (2013:130) rasio likuiditas adalah:
“rasio likuiditas atau sering disebut dengan nama rasio modal kerja
merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur seberapa likuidnya suatu
perusahaan. Caranya adalah dengan membandingkan komponen yang ada di
neraca, yaitu total aktiva lancar dengan total passiva lancar (utang jangka
pendek)”.
Berdasarkan pengertian-pengertian tersebut diatas, sampai pada pemahaman
penulis bahwa likuiditas perusahaan dapat ditunjukkan oleh besar kecilnya aset
lancar, yaitu aset yang mudah untuk diubah menjadi kas, surat berharga, piutang,
persediaan. Tingkat likuiditas yang tinggi pada sebuah perusahaan menunjukkan
bahwa peusahaan tersebut dapat memenuhi kewajiban jangka pendeknya dengan
baik, sedangkan tingkat likuiditas yang rendah menunjukkan bahwa perusahaan tidak
dapat memenuhi kewajiban jangka pendeknya dengan baik.
15
2.1.4.2 Tujuan dan Manfaat Likuiditas
Perhitungan rasio likuiditas memberikan cukup banyak tujuan dan manfaat
bagi berbagai pihak yang berkepentingan terhadap perusahaan. Pihak yang paling
berkepentingan adalah pemilik perusahaan dan manajemen perusahaan untuk menilai
kinerja perusahaannya. Ada pihak luar perusahaan juga yang memiliki kepentingan,
seperti pihak kreditor atau penyedia dana bagi perusahaan, misalnya perbankan atau
juga distributor maupun supplier. Oleh karena itu, perhitungan rasio likuidtas tidak
hanya berguna bagi perusahaan, namun juga bagi pihak luar perusahaan.
Berikut ini adalah tujuan dan manfaat yang dapat dipetik dari hasil rasio
likuiditas menurut Kasmir (2013:131) :
“1.
2.
3.
4.
5.
Untuk mengukur kemampuan perusahaan membayar kewajiban atau
utang yang segera jatuh tempo pada saat ditagih. Artinya, kemampuan
untuk membayar kewajiban yang sudah waktunya dibayar sesuai jadwal
batas waktu yang telah ditetapkan (tanggal dan bulan tertentu).
Untuk mengukur kemampuan perusahaan membayar kewajiban jangka
pendek dengan aktiva lancar secara keseluruhan. Artinya, jumlah
kewajiban yang berumur satu tahun atau sama dengan satu tahun,
dibandingkan dengan aktiva lancar.
Untuk mengukur kemampuan perusahaan membayar kewajiban jangka
pendek dengan aktiva lancar tanpa memperhitungkan sediaan atau
piutang. Dalam hal ini aktiva lancar dikurangi sediaan dan utang yang
dianggap likuiditasnya lebih rendah.
Untuk mengukur atau membandingkan antara jumlah sediaan yang ada
dengan modal kerja perusahaan.
Untuk mengukur seberapa besar uang kas yang tersedia untuk membayar
utang”.
16
Dari pernyataan tersebut dapat diketahui bahwa rasio likuiditas dapat menjadi
alat perencanaan ke depan yang berhubungan dengan perencanaan kas dan utang.
Perusahaan dapat mengukur kemampuannya dalam memenuhi kewajiban jangka
pendek yang segera jatuh tempo dengan mengukur jumlah uang kas yang tersedia
untuk memenuhi kewajiban tersebut.
2.1.4.3 Metode Pengukuran Likuiditas
Secara umum tujuan utama rasio keuangan digunakan untuk menilai
kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajibannya. Dalam praktiknya, untuk
mengukur rasio keuangan secara lengkap, dapat menggunakan jenis-jenis rasio
likuiditas yang ada. Menurut Kasmir (2013:134) jenis-jenis rasio likuiditas yang
dapat digunakan perusahaan untuk mengukur kemampuan, yaitu :
“1. Rasio lancar (current ratio)
2. rasio sangat lancar (quick ratio atau acid test ratio)
3. rasio kas (cash ratio)
4. rasio perputaran kas
5. inventory to net working capital”.
1.
Rasio lancar (Current Ratio)
Rasio ini dihitung degan membagi aset lancar dengan kewajiban lancar. Aset
lancar meliputi kas, efek yang dapat diperdagangkan, piutang usaha, dan
persediaan. Jika suatu perusahaan mengalami kesulitan keuangan, perusahaan
mulai lambat dalam membayar tagihan (utang usaha), tagihan bank, dan
kewajiban lainnya yang akan meningkatkan kewajiban lancar. Jika kewajiban
17
lancar tinggi dibandingkan dengan aset lancar, maka current ratio akan turun,
dan ini merupakan pertanda adanya masalah.
Menurut Kasmir (2013:134) current ratio adalah:
“Rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban
jangka pendek atau utang yang segera jatuh tempo pada saat ditagih secara
keseluruhan. Dalam praktiknya, rasio lancar dengan standar 200% (2:1) yang
terkadang sudah dianggap sebagai ukuran yang cukup baik atau memuaskan
bagi suatu perusahaan”.
Menurut Irham Fahmi (2014:121) current ratio adalah:
“Rasio lancar (current ratio) adalah ukuran yang umum digunakan atau
solvensi jangka pendek, kemampuan suatu perusahaan memenuhi kebutuhan
utang ketika jatuh tempo”.
Sedangkan menurut Kieso, Waygandt, dan Warfield (2011:693), current ratio
adalah:
“The current ratio is the ratio of total current assets to total current
liabilities. The ratio is frequently expresses as a coverage of so many times.
Sometimes it is called the working capital ratio, because working capital is
the excess of current assets over current liabilities”.
Menurut Agus Sartono (2010:116) current ratio adalah:
“Current ratio adalah rasio yang mengukur seberapa jauh aktiva lancar
perusahaan bisa dipakai untuk memeuhi kewajiban lancarnya”.
Perhitungan current ratio (CR) atau rasio lancar adalah sebagai berikut:
Aktiva lancar
Current ratio (CR) =
Utang lancar
18
(Agus Sartono, 2010:116)
Berdasarkan pengertian-pengertian tersebut di atas, sampai pada pemahaman
penulis bahwa rasio lancar (current ratio) merupakan rasio yang digunakan untuk
menunjukkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi semua kewajiban jangka
pendek yang akan segera jatuh tempo dengan menggunakan aktiva lancarnya. Rasio
ini menunjukkan besarnya kewajiban lancar yang ditutup dengan aktiva lancar.
Kasmir (2013:135) mengemukakan bahwa:
“Apabila rasio lancar rendah dapat dikatakan bahwa perusahaan kurang modal
untuk membayar utang. Namun apabila hasil pengukuran rasio tinggi, belum
tentu dianggap baik. Hal ini dapat saja terjadi karena kas tidak digunakan
sebaik mungkin”.
Pendapat ini sejalan dengan Irham Fahmi (2014:124) yang mengemukakan bahwa:
“jika current ratio yang terlalu tinggi dianggap tidak baik karena dapat
mengindikasikan penimbunan kas, banyaknya piutang yang tidak tertagih dan
penumpukkan persediaan, namun jika current ratio rendah, relatif lebih
riskan, tetapi menunjukkan bahwa manajemen telah mengoperasikan aktiva
lancar secara relatif”.
2.
Rasio cepat (Quick Ratio) atau Acid test Ratio
Rasio ini seperti current ratio tetapi kurang diperhitungkan karena tidak
likuid dibandingkan dengan kas, surat berharga, dan piutang.
Menurut Kasmir (2013:137) definisi rasio cepat (quick ratio) adalah:
19
“Rasio cepat (quick ratio) merupakan rasio uji cepat yang menunjukkan
kemampuan perusahaan membayar kewajiban jangka pendek dengan aktiva
lancar tanpa memperhitungkan nilai sediaan (inventory)”.
Perhitungan quick ratio adalah sebagai berikut:
Aktiva Lancar – Persediaan
Quick ratio (Acid test ratio)
=
Utang lancar
(Agus Sartono, 2010:117)
3.
Rasio kas (Cash Ratio)
Menurut I Made Sudana (2011:21) cash ratio adalah:
“Cash ratio merupakan kemampuan kas dan surat berharga yang dimiliki
perusahaan untuk menutup utang lancar”.
Sedangkan menurut Kasmir (2013:138) cash ratio adalah:
“Rasio kas (cash ratio) merupakan alat yang digunakan untuk mengukur
seberapa besar uang kas yang tersedia untuk membayar utang. Ketersediaan
uang kas dapat ditunjukkan dari tersedianya dana kas atau yang setara dengan
kas seperti giro atau tabungan yang ada di bank”.
Perhitungan cash ratio adalah sebagai berikut:
Cash ratio = Cash or Cash equivalent
Current liabilities
(Kasmir, 2013:139)
4.
Rasio perputaran kas (Cash Turn Over)
Kasmir (2013:140) menyatakan cash turn over sebagai berikut:
20
“Rasio perputaran kas (cash turn over) bermanfaat untuk mengukur tingkat
kecukupan modal kerja perusahan yang dibutuhkan untuk membayar tagihan
dan membiayai penjualan”.
Perhitungan cash turn over adalah sebagai berikut:
Cash Turn Over
=
Penjualan Bersih
Modal Kerja Rata-Rata
(Kamir, 2013:140)
5.
Inventory to Net Working Capital
Menurut Kasmir (2013:142) inventory to net working capital adalah:
“inventory to net working capital merupakan rasio yang digunakan untuk
mengukur atau membandingkan antara jumlah sediaan yang ada dengan
modal kerja perusahaan”.
Perhitungan inventory to net working capital adalah sebagai berikut:
Inventory to Net Working Capital =
Harga Pokok Penjualan
Rata-Rata Persediaan
(Kasmir, 2013:142)
Dalam penelitian ini metode yang digunakan untuk mengukur likuiditas
perusahaan adalah Current Ratio (CR).peneliti menggunakan Current Ratio (rasio
Lancar) karena rasio ini lebih banyak dipakai pada umumnya dan lebih baik dalam
memprediksi likuiditas perusahaan dibanding dengan rasio likuiditas lainnya. Current
Ratio (rasio lancar) adalah ukuran yang umum digunakan atas solvensi jangka
21
pendek, kemampuan suatu perusahaan memenuhi kebutuhan utang ketika jatuh
tempo. Rasio ini dihitung dengan membagi aset lancar dengan kewajiban
lancar.Semakin tinggi current ratio maka laba bersih yang dihasilkan perusahaan
semakin rendah, karena current ratio yang tinggi menunjukan adanya kelebihan
aktiva lancar yang tidak baik terhadap profitabilitas perusahaan (Kasmir, 2013).
2.1.5
Solvabilitas
2.1.5.1 Pengertian Solvabilitas
Rasio solvabilitas atau leverage merupakan penggunaan aktiva atau dana
dimana untuk penggunaan tersebut harus menutup atau membayar beban tetap.
Solvabilitas tersebut menunjukkan proporsi atas penggunaan utang untuk membiayai
investasinya.
Pengertian Solvabilitas menurut Mamduh M. Hanafi
dan Abdul Halim
(2009:81) adalah:
“Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan memenuhi kewajibankewajiban jangka panjangnya. Rasio ini juga mengukur likuiditas jangka
panjang perusahaan dan dengan demikian memfokuskan pada sisi kanan
neraca”.
Adapun yang dikemukakan oleh Irham Fahmi (2014:59) bahwa rasio
solvabilitas merupakan rasio yang menunjukkan bagaimana perusahaan mampu untuk
mengelola hutangnya dalam rangka memperoleh keuntungan dan juga mampu untuk
melunasi kembali hutangnya. Pada prinsipnya rasio ini memberikan gambaran
22
tentang tingkat kecukupan utang perusahaan. Artinya, seberapa besar porsi utang
yang ada di perusahaan jika dibandingkan dengan modal atau aset yang ada.
Perusahaan yang tidak mempunyai leverage (solvabilitas) berarti menggunakan
modal sendiri 100% (Agus Sartono, 2010:120).
Menurut Lukman Syamsuddin (2011:89) rasio solvabilitas merupakan:
“leverage adalah kemampuan perusahaan untuk menggunakan aktiva atau
dana yang mempunyai beban tetap (fixed cost assets or funds) untuk
memperbesar tingkat penghasilan (return) bagi pemilik perusahaan”.
Menurut Kasmir (2013:151) rasio solvabilitas atau leverage ratio merupakan:
“rasio yang digunakan untuk mengukur sejauh mana aktiva perusahaan
dibiaya dengan hutang. Artinya berapa besar beban utang yang ditanggung
perusahaan dibandingkan dengan aktivanya. Dalam arti luas dikatakan bahwa
rasio solvabilitas digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk
membayar seluruh kewajibannya, baik jangka pendek maupun jangka panjang
apabila perusahaan dibubarkan (dilikuidasi)”.
Dalam rasio solvabilitas ini, menyiratkan tiga hal penting (1) Dengan
menaikkan dana melalui utang, pemilik dapat mempertahankan pengendalian atas
perusahaan dengan investasi yang terbatas. (2) kreditor mensyaratkan adanya ekuitas,
atau dana yang disediakan oleh pemilik (owner supplied funds), sebagai marjin
pengaman, jika pemilik dana hanya menyediakan sebagian kecil dari pembiayaan
total, risiko perusahaan dipikul terutama oleh kreditornya. (3) Jika perusahaan
memperoleh tingkat laba yang lebih tinggi atas dana pinjamannya daripada tingkat
23
bunga yang dibayarkan atas dana tersebut, maka pengembalian atas modal pemilik
diperbesar, atau “diungkit” (leveraged)”.
Berdasarkan pendapat tersebut diatas, sampai pada pemahaman penulis bahwa
solvabilitas atau leverage merupakan kemampuan perusahaan dalam membiayai aset
yang dimiliki dengan menggunakan pinjaman dan bagaimana perusahaan tersebut
memenuhi kewajiban-kewajibannya dalam pembayaran pinjaman. Perusahaan yang
tidak mempunya leverage berarti menggunakan modal sendiri 100% untuk kegiatan
perusahaannya.
2.1.5.2 Tujuan dan Manfaat Solvabilitas
Untuk memilih menggunakan modal sendiri atau modal pinjaman haruslah
menggunakan beberapa perhitungan. Seperti diketahui bahwa pengguaan modal
sendiri atau dai modal pinjaman akan memberikan dampak tertentu bagi perusahaan.
Pihak manjemen harus pandai mengatur rasio kedua modal tersebut.
Pengaturan rasio yang baik akan memberikan banyak manfaat bagi
perusahaan guna menghadapi segala kemungkinan yang akan terjadi. Namun, semua
kebijakan ini tergantung dari tujuan perusahaan secara keseluruhan. Menurut Kasmir
(2013:153) ada 8 tujuan perusahaan dengan menggunakan rasio solvabillitas, yaitu:
“1. Untuk mengetahui posisi perusahaan terhadap kewajiban kepada pihak
lainnya (kreditor).
1. Untuk menilai kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban yang
bersifat tetap (seperti angsuran pinjaman termasuk bunga).
24
2. Untuk menilai keseimbangan antara nilai aktiva khususnya aktiva tetap
dengan modal.
3. Untuk menilai seberapa besar aktiva perusahaan dibiayai oleh utang.
4. Untuk menilai seberapa besar pengaruh utang perusahaan terhadap
pengelolaan aktiva.
5. Untuk menilai atau mengukur berapa bagian dari setiao rupiah modal
sendiri yang dijadikan jaminan utang jangka panjang.
6. Untuk menilai berapa dana pinjaman yang segera akan ditagih, terdapat
sekian kalinya modal sendiri yang dimiliki.
7. Tujuan lainnya”.
Sementara itu, manfaat rasio solvabilitas menurut Kasmir (2013:154) terdapat
8 manfaat, yaitu:
“1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Untuk menganalisis kemampuan posisi perusahaan terhadap kewajiban
kepada pihak lainnya.
Untuk menganalisis kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban yang
bersifat tetap (seperti angsuran pinjaman termasuk bunga)
Untuk menganalisis keseimbangan antara nilai aktiva khususnya aktiva
tetap dengan modal.
Untuk menganalisis seberapa besar aktiva perusahaan dibiayai oleh
hutang.
Untuk menganalisis seberapa besar utang perusahaan berpengaruh
terhadap pengelolaan aktiva.
Untuk menganalisis atau mengukur berapa bagian dari setiap rupiah
modal sendiri yang dijadikan jaminan utang jangka panjang.
Untuk menganalisis berapa dana pinjaman yang segera akan ditagih ada
terdapat sekian kalinya modal sendiri.
Manfaat lainnya”.
Dari penjelasan tersebut diatas, sampai pada pemahaman penulis bahwa
dengan analisis rasio solvabilitas, perusahaan akan mengetahui beberapa hal yang
berkaitan dengan penggunaan modal sendiri dan modal pinjaman serta mengetahui
rasio kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajibannya.
2.1.5.3 Metode Pengukuran Solvabilitas
25
Salah satu jenis rasio keuangan yang digunakan untuk menganalisis kinerja
perusahaan adalah rasio solvabilitas. Biasanya penggunaan rasio solvabilitas atau
leverage disesuaikan dengan tujuan perusahaan. Artinya, perusahaan dapat
menggunakan leverage secara keseluruhan atau sebagian dari masing-masing jenis
rasio solvabilitas yang ada. Dalam praktiknya, terdapat beberapa jenis rasio
solvabilitas yang sering digunakan perusahaan. Adapun jenis-jenis rasio yang ada
dalam rasio solvabilitas menurut Kasmir (2013: 155) antara lain:
“1. debt to asset ratio (debt ratio)
2. debt to equity ratio
3. long term debt to equity ratio
4. times interest earned
5. fixed charge coverage”.
1.
Debt to Asset Ratio (Debt Ratio)
Debt ratio menunjukkan seberapa besar total aset yang dimiliki perusahaan
yang didanai oleh seluruh krediturnya. Semakin tinggi debt ratio akan
menunjukkan semakin berisiko perusahaan karena semakin besar utang yang
digunakan untuk pembelian asetnya.
Menurut Kasmir (2013:156) debt ratio adalah:
“Debt ratio merupakan ratio yang digunakan untuk mengukur seberapa besar
aktiva perusahaan dibiayai oleh utang atau seberapa besar utang perusahaan
berpengaruh terhadap pengelolaan aktiva”.
Menurut I Made Sudana (2011:20) debt ratio adalah:
“Debt ratio ini mengukut proporsi dana yang bersumber dari utang untuk
membiayai aktiva perusahaan”.
26
Perhitungan debt ratio adalah sebagai berikut:
Debt to asset ratio
= Total debt
Total assets
(I Made Sudana, 2011:20)
2.
Debt to Equity Ratio
Keputusan pendanaan perusahaan menyangkut keputusan tentang bentuk dan
komposisi pendanaan yang akan dipergunakan oleh perusahan. sumber
pendanaan dapat diperoleh dari dalam perusahaan (internal financing) dan dari
luar perusahaan (eksternal financing). Modal internal berasal dari laba ditahan,
sedangkan modal eksternal dapet bersumber dari modal sendiri dan melalui
hutang. Debt to Equity Ratio (DER) merupakan salah satu rasio leverage
(solvabilitas) yang mengukur perbandingan antara modal eksternal dengan modal
sendiri.
Menurut Kasmir (2013:157) debt to equity ratio (DER) adalah:
“Debt to Equity Ratio merupakan raso yang digunakan untuk menilai utang
dengan ekuitas. Untuk mencari rasio ini dengan cara membandingkan antara
seluruh utang, termasuk utang lancar dengan seluruh ekuitas”.
Sedangkan menurut Agus Sartono (2010:217) debt to equity ratio adalah:
“Debt to Equity Ratio (DER) merupakan imbangan antara utang yang dimiliki
perusahaan dengan modal sendiri. Semakin tinggi rasio ini berarti modal
sendiri semakin sedikit dengan utangnya”.
27
Menurut Mamduh M. Hanafi dan Abdul Halim (2009:82) sebagai berikut:
“Debt to Equity Ratio (DER) merupakan rasio yang dapat menunjukkan
hubungan antara jumlah pinjaman jangka panjang yang diberikan oleh
kreditur dengan jumlah modal sendiri yang diberikan oleh pemilik
perusahaan.”
Perhitungan adalah sebagai berikut:
Debt to equity ratio (DER)
=
Total utang
Total Ekuitas
(Mamduh M. Hanafi dan Abdul Halim,2009:82)
3.
Long Term Debt to Equity Ratio
Menurut Kasmir (2013:159) long term debt to equity ratio adalah:
“long term debt to equity ratio merupakan rasio antara utang jangka panjang
dengan modal sendiri. Tujuannya adalah untuk mengukur berapa bagian dari
setiap rupiah modal sendiri yang dijadikan jaminan utang jangka panjang
dengan cara membandingkan antara utang jangka panjang dengan modal
sendiri yang disediakan oleh perusahaan”.
Perhitungan long term debt to equity ratio adalah sebagai berikut:
Long term debt to equity ratio = Long Term Debt
Equity
(Kasmir, 2013:159)
4.
Times interest earned
Menurut Kamsir (2013:160) time interest earned adalah:
“Rasio untuk mengukur sejauh mana pendapatan dapat menurun tanpa
membuat perusahan merasa malu karen tidak mampu membayar biaya bunga
tahunannya”.
28
Perhitungan time interest earned ratio adalah sebagai berikut:
Times interest earned
=
EBIT
Biaya bunga (interest)
(Kasmir, 2013:161)
5.
Fixed charge coverage atau lingkup biaya tetap
Menurut Kasmir (2013:162) fixed charge coverage adalah:
“Fixed Charge Coverage atau lingkup biaya tetap merupakan rasio yang
digunakan menyerupai rasio times interest earned. Hanya saja perbedaannya
adalah rasio ini dilakukan apabila perusahaan memperoleh utang jangka
panjang atau menyewa aktiva berdasarkan kontrak sewa (lease contrac).
Biaya tetap merupakan biaya bunga ditambah kewajiban sewa tahunan atau
jangka panjang”.
Perhitungan Fixed Charge Coverage adalah sebagai berikut:
Fixed charge coverage = EBIT + Biaya Bunga + Kewajiban sewa/lease
Biaya bunga + kewajiban sewa/lease
(Kasmir, 2013:162)
2.1.6 Aktivitas
Rasio aktivitas adalah rasio yang mengukur seberapa efektif perusahaan
dalam memanfaatkan semua sumber daya yang ada padanya. Semua rasio aktivitas
ini melibatkan perbandingan antara tingkat penjualan dan investasi pada berbagai
jenis aktiva. Rasio aktivitas menganggap bahwa sebaliknya terdapat keseimbangan
29
yang layak antara penjualan dan beragam unsur aktiva misalnya persediaan, aktiva
tetap dan aktiva lainnya. Aktiva yang rendah pada tingkat penjualan tertentu akan
mengakibatkan semakin besarnya dana kelebihan yang tertanam pada aktiva tersebut.
Dana kelebihan tersebut akan lebih baik bila ditanamkan pada aktiva lain yang lebih
produktif.
2.1.6.1 Pengertian Aktivitas
Menurut Harahap (2010:308) aktivitas adalah sebagai berikut:
“Rasio aktivitas menggambarkan aktivitas yang dilakukan perusahaan dalam
menjalankan operasinya baik dalam kegiatan penjualan, pembelian, dan
kegiatan lainnya”.
Menurut Kasmir (2013:172) aktivitas adalah sebagai berikut:
Rasio aktivitas (activity ratio) merupakan rasio yang digunakan untuk
mengukur
efektivitas
perusahaan
dalam
menggunakan
aktiva
yang
dimilikinya. Atau dapat pula dikatakan rasio ini digunakan untuk mengukur
tingkat efisiensi (efektivitas) pemanfaatan sumber daya perusahaan”.
2.1.6.2 Tujuan dan Manfaat Aktivitas
Perhitungan rasio likuiditas memberikan cukup banyak manfaat bagi
berbagai pihak yang berkepentingan terhadap perusahaan. Berikut ini adalah
beberapa tujuan dan manfaat yang dapat dipetik dari hasil rasio likuiditas menurut
Kasmir (2013:132), adalah :
30
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Mengukur kemampuan perusahaan membayar kewajiban atau utang
yang segera jatuh tempo pada saat ditagih. Artinya, kemampuan untuk
membayar kewajiban yang sudah waktunya dibayar sesuai jadwal batas
waktu yang telah ditetapkan (tanggal dan bulan tertentu).
Mengukur kemampuan perusahaan membayar kewajiban jangka pendek
dengan aktiva lancar secara keseluruhan. Artinya, jumlah kewajiban
yang berumur di bawah satu tahun atau sama dengan satu tahun,
dibandingkan dengan total aktiva lancar.
Mengukur kemampuan perusahaan membayar kewajiban jangka pendek
dengan aktiva lancar tanpa memperhitungkan sediaan atau piutang.
Dalam hal ini aktia lancar dikurangi sediaan dan utang yang dianggap
likuiditasnya lebih rendah.
Mengukur atau membandingkan antara jumlah sediaan yang ada dengan
modal kerja perusahaan.
Mengukur seberapa besar uang kas yang tersedia untuk membayar
utang.
Sebagai alat perencanaan ke depan, terutama yang berkaitan dengan
perencanaan kas dan utang.
Melihat kondisi dan posisi likuiditas perusahaan dari waktu ke waktu
dengan menbandingkannya untuk beberapa periode.
Melihat kelemahan yang dimiliki perusahaan, dari masing-masing
komponen yang ada di aktiva lancar dan utang lancar.
Menjadi alat pemicu bagi pihak manajemen untuk memperbaiki
kinerjanya, dengan melihat rasio likuiditas yang ada pada saat ini.
2.1.6.3 Metode Pengukuran Aktivitas
Menurut Kasmir (2013:172) rasio aktivitas adalah rasio yang mengukur
efektivitas perusahaan dalam menggunakan aktiva yang dimilikinya.
Adapun yang termasuk dalam rasio aktivitas yaitu:
1. Perputaran Persediaan (Inventory Turn Over)
Perputaran persediaan merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur
berapa kali dana yang ditanam dalam sediaan (inventory) ini berputar
dalam suatu periode.
31
2. Perputaran Modal Kerja (Working Capital Turn Over)
Perputaran modal kerja atau working capital turn over merupakan salah
satu rasio untuk mengukur atau menilai keefektifan modal kerja
perusahaan selama periode tertentu.
3. Total Assets Turn Over
Total asset turn over merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur
perputaran semua aktiva yang dimiliki perusahaan dan mengukur berapa
jumlah penjualan yang diperoleh dari tiap rupiah aktiva.
Dalam penelitian ini metode yang digunakan untuk mengukur aktivitas
perusahaan adalah Total Asset turnover . Peneliti menggunakan total asset turnover
karena metode ini lebih pas digunakan karena menghitung perputaran asset, karena
aktivitas perusahaan akan tercermin dari perputaran total asset nya yang mampu
32
mewakili aktivitas perusahaan di banding metode lainnya. Total asset turn over
merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur perputaran semua aktiva yang
dimiliki perusahaan dan mengukur berapa jumlah penjualan yang diperoleh dari tiap
rupiah aktiva (Kasmir, 2013:172).
2.1.7
Profitabilitas
Salah satu sasaran penting bagi organisasi yang berorientasi pada profit
oriented akan menghasilkan laba. Oleh karena itu, jumlah laba yang dihasilkan dapat
dipakai sebagai salah sutu alat ukur, efektivitas, karena laba sendiri adalah selisih
antara pendapatan dan pengeluaran. Laba merupakan keuntungan yang diterima
perusahaan, karena perusahaan telah melakukan pengorbanan untuk kepentingan
pihak lain.
2.1.7.1 Pengertian Profitabilitas
Tujuan akhir yang ingin dicapai suatu perusahaan yang terpenting adalah
memperoleh laba atau keuntungan yang maksimal, disamping hal-hal lainnya.
Dengan memperoleh laba yang maksimal sepeti yang telah ditargetkan, perusahaan
dapat berbuat banyak bagi kesejahteraan pemilik, karyawan, serta meningkatkan
mutu produk dan melakukan investasi baru. Selain itu, profitabilitas merupakan alat
yang digunakan untuk menganalisis kinerja manajemen karena tingkat profitabilitas
akan menggambarkan posisi laba perusahaan.
33
Menurut Munawir (2010:70) profitabilitas sebagai berikut:
“Rasio keuntungan atau rasio profitabilitas yaitu rasio yang menunjukkan
kemampuan perusahan dalam mencetak laba. Untuk para pemegang saham,
rasio ini menunjukkan tingkat penghasilan mereka dalam berinvestasi”.
Rasio profitabilitas disebut juga rasio kinerja operasi. Menurut Van Horne dan
Wachowicz dalam Heru Sutojo (2012:222) sebagai berikut:
“Rasio profitabilitas (profitability ratio) adalah rasio yang menghubungkan
laba dari penjualan dan investasi”. Dari rasio profitabilitas dapat diketahui
bagaimana tingkat profitabilitas perusahaan.
Profitabilitas menurut J Fred Watson dan Eugene F Brigham (2010:304)
adalah:
“Sekelompok rasio yang menunjukkan pengaruh gabungan dari likuiditas,
pengelolaan aktiva dan pengelolaan utang terhadap hasil-hasil operasi”.
Menurut Kasmir (2013:196) rasio profitabilitas:
“rasio untuk menilai kemampuan perusahaan dalam mencari keuntungan”.
Menurut Agus Sartono (2010:122) rasio profitabilitas:
34
“Kemampuan perusahaan memperoleh laba dalam hubungannya dengan
penjualan, total aktiva maupun modal sendiri”.
Rasio profitabilitas juga memberikan ukuran tingkat efektivitas manajemen
suatu perusahaan. Hal ini ditunjukkan oleh laba yang dihasilkan dari penjualan dan
pendapatan investasi. Pada dasarnya penggunaan rasio ini yakni untuk menunjukkan
tingkat efisiensi suatu perusahaan.
2.1.7.2 Tujuan dan Manfaat Profitabilitas
Tujuan dan manfaat rasio profitabilitas tidak terbatas hanya pada pemilik
usaha atau manajemen saja, tetapi juga bagi pihak luar perusahaan, terutama pihakpihak yang memiliki hubungan atau kepentingan dengan perusahaan.
Menurut Kasmir (2013:197), yang menyatakan bahwa tujuan penggunan
rasio profitabilitas bagi perusahaan, maupun bagi pihak luar perusahaan, yaitu:
“1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Untuk mengukur atau menghitung laba yang diperoleh perusahaan
dalam satu periode tertentu.
Untuk menilai posisi laba perusahaan tahun sebelumnya dengan tahun
sekarang.
Untuk menilai perkembangan laba dari wkatu ke waktu
Untuk menilai besarnya laba bersih sesudah pajak dengan modal sendiri
Untuk mengukur produktivitas seluruh dana perusahaan yang digunakan
baik modal pinjaman maupun modal sendiri.
Untuk mengukur produktivitas dari seluruh dana perusahaan yang
digunakan.
Dan tujuan lainnya”.
35
Sementara itu manfaatnya menurut Kasmir (2013:198) yang diperoleh
untuk:
“1. Mengetahui besarnya tingkat laba perusahaan tahun sebelumnya dalam
satu periode.
2. mengetahui posisi laba perusahaan tahun sebelumnya dengan tahun
sekarang.
3. mengetahui perkembangan laba dari waktu ke waktu.
4. mengetahui besarnya laba bersih sesudah pajak dengan modal sendiri.
5. mengetahui produktivitas dari seluruh dana perusahaan yang digunakan
bsik modal pinjaman maupun modal sendiri.
6. Manfaat lainnya”.
Penggunaan rasio profitabilitas dapat dilakukan dengan menggunakan
perbandingan antara berbagai komponen yang ada di laporan keuangan, terutama
laporan keuangan neraca dan laporan laba rugi. Pengukuran dapat dilakukan untuk
beberapa periode operasi. Tujuannya adalah agar terlihat perkembangan perusahaan
dalam rentang waktu tertentu, baik penurunan atau kenaikan, sekaligus mencari
penyebab perubahan tersebut. Penggunaan seluruh atau sebagian rasio profitabilitas
tergantung dari kebijakan manajemen. Jelasnya, semakin lengkap jenis rasio yang
digunakan, semakin sempurna hasil yang akan dicapai, artinya posisi dan kondisi
tingkat profitabilitas perusahaan dapat diketahui secara sempurna.
2.1.7.3 Metode Pengukuran Profitabilitas
Menurut Kasmir (2013:199), secara umum ada 4 jenis analisis utama yang
digunakan untuk menilai tingkat profitabilitas yakni terdiri dari :
36
1. Net Profit Margin (NPM) menurut Kasmir (2012:200) merupakan:
“Rasio yang digunakan untuk mengukur margin laba atas penjualan, rasio
ini akan menggambarkan penghasilan bersih perusahaan berdasarkan total
penjualan.”
Menurut Lukman Syamsudin (2011:62), Net Profit Margin (NPM) adalah:
“Rasio ini merupakan rasio antara laba bersih (net profit) yaitu penjualan
sesudah dikurangi dengan seluruh expenses termasuk pajak dibandingkan
dengan penjualan. Semakin tinggi net profit margin semakin baik operasi
suatu perusahaan. Suatu net profit margin yang dikatakan “baik” akan
sangat tergantung dari jenis industri di dalam dimana perusahaan itu
berusaha.”
Pengukuran rasio dapat dilakukan dengan cara membandingkan laba bersih
setelah pajak dengan penjualan bersih, yakni dengan formula sebagai berikut:
earning after interest and tax
Net Profit Margin =
x 100%
sales
2. Return On Assets (ROA)
Return On Assets (ROA) menurut Agus Sartono (2010:123) merupakan:
“Menunjukkan kemampuan perusahaan menghasilkan laba dari aktiva
yang dipergunakan”.
Menurut Lukman Syamsudin (2011:63), Return On Assets (ROA) yaitu:
“Rasio ini merupakan pengukuran kemampuan perusahaan secara
keseluruhan di dalam menghasilkan keuntungan dengan jumlah
keseluruhan aktiva yang tersedia di dalam perusahaan. Semakin tinggi
rasio ini, semakin baik keadaan suatu perusahaan”.
37
Semakin tinggi tingkat Return On Assets (ROA), maka akan memberikan
efek terhadap volume penjualan saham, artinya tinggi rendahnya Return On Assets
(ROA) akan mempengaruhi volume penjualan saham perusahaan begitu pula
sebaliknya.
Secara matematis Return On Assets (ROA) dapat dirumuskan sebagai berikut:
Earning after interest and tax
Return On Assets (ROA) =
Total assets
3. Return On Equity (ROE) Agus Sartono (2010:124):
“Mengukur kemampuan perusahaan memperoleh laba yang tersedia bagi
pemegang saham perusahaan”.
Return On Equity (ROE) dapat diukur sebagai berikut:
Earning after interest and tax
Return On Equity (ROE) =
Equity
Menurut Lukman Syamsudsin (2011:64), ROE adalah:
“Rasio ini merupkan suatu pengukura dari penghasilan (income) yang
tersedia bagi para pemilik perusahaan (baik pemegang saham biasa maupun
pemegang saham preferen) atas modal yang mereka investasikan di dalam
perusahaan. Secara umum tentu saja semakn tinggi return atau penghasilan
yang diperoleh semkain baik kedudukan pemilik perusahaan”.
38
Adapun rumus ROE sebagai berikut:
Net Profit Margin x Total Assets Turnover
Return On Equity (ROE) =
(1-Debt Ratio)
4. Eanings Per Share (EPS) Kasmir (2013:207) merupakan:
“Rasio yang menggambarkan jumlah uang yang akan dihasilkan dari setiap
lembar saham biasa yang dimiliki investor”.
Menurut Lukman Syamsuddin (2011:66), EPS yaitu:
“Rasio ini menggambarkan jumlah rupiah yang diperoleh untuk setiap
lembar saham biasa. Para calon pemegang saham tertarik dengan earning
per share yang besar, karena hal ini merupakan salah satu indikator
keberhasilan suatu perusahaan”.
Adapun rumus EPS sebagai berikut:
Laba saham biasa
Laba perlembar saham
=
x 100%
Laba saham yang beredar
Laba dapat digunakan untuk menilai bagaimana kinerja manajemen suatu
perusahaan. Menurut Stice,et al. (2009), riset mendukung pernyataan Financial
Accounting Standards Board (FASB) bahwa indikator terbaik atas kinerja adalah
laba. Pemahaman mengenai laba, apa yang diukur oleh laba, dan komponenkomponen laba adalah penting untuk dapat memahami dan menginterpretasikan
keadaan keuangan suatu perusahaan.
39
Dalam penelitian ini metode yang digunakan untuk mengukur Profitabilitas
perusahaan adalah Return on asset (ROA) . Peneliti menggunakan return on asset
(ROA) karena metode ini lebih cocok dipakai pada penelitian kali ini karena selain
pengukuran kemampuan perusahaan secara keseluruhan di dalam menghasilkan
keuntungan dengan jumlah keseluruhan aktiva yang tersedia di dalam perusahaan,
metode ini dapat digunakan untuk pengukuran penjualan saham. Semakin tinggi
tingkat Return On Assets (ROA), maka akan memberikan efek terhadap volume
penjualan saham, artinya tinggi rendahnya Return On Assets (ROA) akan
mempengaruhi volume penjualan saham perusahaan begitu pula sebaliknya.
2.1.8
Harga saham
2.1.8.1 Saham
Menurut Jogiyanto (2010:5) saham adalah penundaan konsumsi sekarang
untuk dimasukan ke aktiva produktif sealama periode waktu yang tertentu. Dengan
adanya aktiva yang produktif, penundaan konsumsi sekarang untuk di investasikan ke
aktiva yang produktif tersebut akan meningkatkan utiliti total.
Harga saham adalah harga penutupan yang terbentuk dari interaksi antara pembeli
dan penjual dalam lantai bursa (Amanda et,al: 2013).
Menurut Darmadji dan Fakhrudi (2012:102), selembar saham mempunyai
nilai atau harga dan dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu :
a. Harga nominal
Harga nominal merupakan nilai yang tertera pada lembaran surat saham
yang besarnya ditentukan dalam anggaran dasar perusahaan. Harga
40
nominal sebagian besar merupakan harga dugaan yang rendah, yang
secara arbitrer dikenakan atas saham perusahaan. Harga ini berguna untuk
menentukan harga “saham biasa yang dikeluarkan”. Besarnya harga
nominal memberikan arti penting saham karena dividen minimal biasanya
ditetapkan berdasarkan nilai nominal.
b. Harga perdana
Harga ini merupakan harga yang dicatat pada bursa efek. Harga saham
pada pasar perdana biasanya ditetapkan oleh penjamin emisi
(underwriter) dan emiten. Dengan demikian, akan diketahui berapa harga
saham emiten itu akan dijual kepada masyarakat biasanya untuk
menentukan harga perdana.
c. Harga pasar
Harga ini merupakan harga yang ditetapkan di bursa efek bagi saham
perusahaan publik atau estimasi harga untuk perusahaan yang tidak
memiliki saham. Dalam bursa saham, angka ini berubah setiap hari
sebagai respon terhadap hasil aktual atau yang diantisipasi dan sentimen
pasar secara keseluruhan atau sektoral sebagaimana tercermin dalam
indeks bursa saham. Hal itu juga menunjukkan bahwa tujuan utama
manajemen adalah menjamin harga sebaik mungkin dalam kondisi
apapun.
2.1.8.2 Jenis-jenis saham
Sejalan dengan pertumbuhan industri keuangan, saham mengalami
perkembangan dengan variance return dan risiko investasi. Adapun pembagian jenis
saham menurut Hadi Nor (2013:68) sebagai berikut :
a. Dilihat dari hak yang melekat pada saham
1. Saham biasa (common stock), saham yang menempatkan pemiliknya
paling akhir terhadap claim. Menurut Hadi Nor (2013:68) saham biasa
adalah saham yang paling dikenal dilingkungan masyarakat.
2. Saham preferen (preferred stock), merupakan gabungan dari obligasi
dan saham biasa, artinya disamping memiliki karakteristik obligasi,
juga memiliki karakteristik saham biasa
b. Dilihat dari cara peralihannya
1. Saham atas unjuk (bearer stock), artinya pada saham tersebut tidak
tertulis nama pemiliknya. Saham jenis ini mudah dipindah tangankan
kepemilikan sehingga memiliki likuiditas lebih tinggi. Siapa saja yang
41
dapat menunjukan sertifikat saham jenis ini, maka ia adalah
pemiliknya serta dapat hadir serta memiliki hak suara dalam Rapat
Umum Pemegang Saham (RUPS).
2. Saham atas nama (registered stock), merupakan saham yang ditulis
dengan jelas nama pemiliknya, dan cara peralihannya melalui prosedur
tertentu. Nama pemegang jenis saham ini harus tercatat dalam buku
khusus, yaitu buku yang memuat daftar pemegang saham perusahaan.
c. Dilihat dari kineja perdagangan
1. Blue chips stock, jika emiten saham biasa memiliki :
a) Reputasi tinggi.
b) Sebagai leader di industri sejenis.
c) Pendapatannya stabil dan konsisten dalam membayar deviden.
2. Income stock, saham dari emiten yang memiliki kemampuan
membayar dividen lebih tinggi dari rata-rata dividen yang dibayar
tahun sebelumnya. Emiten yang dapat bisa melakukan hal demikian
adalah yang mampu menghasilkan pendapatan yang tinggi dan dengan
teratur memberikan dividen tunai. Emiten demikian biasanya lebih
senang membagikan keuntungannya sebagai dividen dari pada
diendapkan sebagai laba ditahan. Investor yang memiliki saham jenis
ini biasanya tidak mementingkan tingkat Price Earning Ratio (PER)
atau potensi pertumbuhan pasar. Mereka adalah kelompok investor
lanjut usia atau para pensiunan. Indeks beta tipe saham ini cenderung
menurun, kurang dari 1.
3. Growth stock (well known), saham yang memiliki pertumbuhan
pendapatan yang tinggi, leader di industri sejenis. Saham jenis ini
biasanya memiliki Price Earning Ratio (PER) yang tinggi. Disamping
itu, emiten saham jenis ini memiliki reputasi yang tinggi, gaya
publikasinnya nampak glamor dalam memperbaiki peningkatan dan
penurunan harga sahamnya. Saham jenis ini umumnya memiliki index
beta 1,5 atau lebih. Saham jenis ini diminati oleh investor reactive,
sjangka pendek, terutama para investor yang mengejar up normal
return karena menawarkan dividen dan capital gain yang tinggi.
42
4. Growth stock (lesser known), emiten saham ini tidak menjadi
pemimpin dalam industrinya, namun sahamnnya memiliki ciri seperti
well known, yaitu mampu mendapatakan hasil yang lebih tinggi dari
penghasilan rata-rata tahun-tahun terkahir. Saham ini kurang popular
dikalangan investor, meskipun menjanjikan Rate Of Return (ROR)
yang tinggi. Price Eartning Ratio (PER) saham ini umumnya lebih
rendah di bandingkan well known.
5. Speculative stock, saham dari perusahaan yang tidak bisa secara
konsisten memperoleh penghasilan dari tahun ke tahun. Namun emiten
saham ini memiliki potensi menghasilkan pendapatan di masa datang,
meskipun penghasilan tersebut belum dapat dipastikan. Pemegang
saham ini dapat dikonotasikan dengan berspekulasi, karena dalam
jangka pendek saham ini kemungkinan hanya bisa membagikan divien
kecil, atau bahkan tidak membayar dividen sama sekali. Namun jangka
panjang kemungkinan terdapat ekspektasi memperoleh penghasilan
tinggi. Penerbit saham ini umumnya sedang melakukan pengembangan
research and development, atau mengembangkan prodek-produk baru
yang sedang dipasarkan. Price Earning Ratio (PER) saham ini
memiliki fluktuasi yang sangat tinggi, dan indeks beta di atas 2.
6. Counter cyclical stock, saham yang tidak terpengaruh oleh kondisi
ekonomi makro maupun kondisi bisnis secara umum. Selama sifat
ekonomi expantion, maka saham jenis ini mampu mendapatkan
penghasilan yang tinggi. Sebaliknya jika kondisi ekonomi resesi, harga
saham emiten kurang mampu menghasilkan pendapatan yang tinggi.
Saham jenis ini baisanya bergerak di industri dasar, perumahan,
otomotif, baja, dan industri pemesinana. Biasanya, indeks beta saham
jenis ini adalah 1.
7. Defensive stock, saham yang tidak terpengaruh oleh kondisi ekonomi
ekonomi makro maupun situasi bisnis secara umum. Pada saat terjadi
resesi, harga saham mampu bertahan tinggi. Sebab, mampu
memberikan dividen tinggi, sebagai akibat kemampuan emitennya
mendapatkan penghasilan yang tinggi dari kondisi resesi sekalipun.
Emiten saham ini biasanya bergerak di bidang industri produknya yang
benar-benar dibutuhkan konsumen, seperti consumer goods, industri
roko, dan sejenisnya. Indeks beta saham ini umumnya kurang dari 1.
Emiten saham jenis ini umumnya konsisten dalam membayar dividen.
d. Dilihat dari nilai kapitalisasi pasar
1. Kapitalisasi besar (big-cap), sering disebut dengan kapitalisasi blue
chip. Blue chip merujuk pada sekelompok saham unggulan yang di
transaksikan di bursa efek. Disebut saham unggulan karena saham jenis
ini memiliki karakter dasar yang istimewa. Yang masuk ke dalam
kelompok saham ini adalah saham yang memiliki nilai kapitalisasi
pasarnya > Rp. 5 triliun. Kelompok saham ini juga sering disebut saham
43
unggulan atau saham lapisan pertama misalnya Telkom, Indosat,
Gudang Garam, dan lainnya. Adapun karakter dari saham-saham
unggulan antara lain:
a) Memiliki nilai kapitalilisasi pasar yang besar.
b) Sahamnya liquid. Hal ini karena saham jenis ini mudah
ditransaksikan pada harga yang wajar, artinya jika investor
membutuhkan uang, maka saham tersebut bisa sewaktu-waktu di
cairkan dalam bentuk uang.
c) Kinerja keuangan emiten yang mengeluarkan saham tersebut tumbuh
stabil dan konsisten dari waktu ke waktu. Dari sisi fundamental,
pendapatan dan laba bersih selalu mengalami kenaikan yang stabil.
Dengan stabilnya fundamental emiten investor bisa memprediksi
berapa laba yang akan dicapai oleh emiten.
d) Jumlah pemegang sahamnya besar (di atas 400 pihak), karena banyak
investor yang menjadikannya portofolio investasi.
e) Konsisten dalam membagikan deviden setiap tahun.
f) Cash flow nya cenderung positif (bagus), artinya emiten tidak
mengalami kendala soal dana, jika hendak melalukan ekspansi usaha
bahkan mampu mendanai dari sumber dana perusahaan sendiri.
g) Transparan dan profesional, artinya material yang berkaitan dengan
kondisi emiten selalu tersedia dan terdistribusi secara merata ke
semua investor baik lokal mapun asing.
h) Patuh pada perundang-undangan yang berlaku.
2. Kapitalisasi sedang (mid-cap), kelompok ini sering disebut saham
lapisan kedua. Kapitalisasi pasar berkisar antara Rp. 1 sampai 5 triliun.
Dilihat dari likuiditas, saham lapis kedua umumnya harganya
berfluktuatif, sehingga cocok untuk investor yang
sudah berpengalaman dan memiliki nyali dalam menghadapi resiko
besar.
3. Kapitalisasi kecil (small-cap), kelompok ini sering disebut dengan
istilah saham lapis ketiga. Sifat likuiditas saham kelompok ini rendah,
harganya sangat labil dan sering dikatakan sebagai saham tidur dan
memiliki sedikit investor.
2.1.8.3 Faktor yang mempengaruhi harga saham
Menurut Irham Fahmi (2013:87) ada beberapa kondisi dan situasi yang
menentukan suatu saham itu akan mengalami fluktuasi, yaitu :
a. Kondisi mikro dan makro ekonomi.
44
b. Kebijakan perusahaan dalam memutuskan untuk ekspansi (perluasan
usaha), seperti membuka kantor cabang (branch office), kantor cabang
pembantu (sub branch office) baik yang dibuka di domestic maupun luar
negeri.
c. Pergantian direksi secara tiba-tiba.
d. Adanya direksi atau pihak komisaris perusahaan yang terlibat tindak pidana
dan kasusnya sudah masuk ke pengadilan.
e. Kinerja perusahaan yang terus mengalami penurunan dalam setiap
waktunya.
f. Risiko sistematis, yaitu suatu bentuk risiko yang terjadi secara menyeluruh
dan telah ikut menyebabkan perusahaan ikut terlibat.
g. Efek dari psikologi pasar yang ternyata mampu menekan kondisi teknikal
jual beli saham.
2.1.8.4 Manfaat dan risiko kepemilikan saham
Menurut Darmaji dan Fakhrudin (2012:142), pada dasarnya ada dua
keuntungan yang diperoleh investor dengan membeli atau memiliki saham, yaitu :
a. Dividen (dividend)
Dividen (dividend) adalah pembagian keuntungan yang diberikan
perusahaan penerbit saham atas keuntungan yang dihasilkan perusahaan.
Dividen yang dibagikan perusahaan dapat berupa dividen tunai (cash
dividend), artinya kepada setiap pemegang saham diberikan dividen berupa
uang tunai dalam jumlah rupiah tertentu untuk setiap saham, atau dapat
pula berupa dividen saham (stock dividend) yang berarti kepada setiap
pemegang saham diberikan dividen sejumlah saham yang dimiliki seorang
pemodal akan bertambah dengan adanya pembagian dividen saham
tersebut.
b. Capital gain
Capital gain merupakan selisih antara harga beli dan harga jual. Capital
gain terbentuk dengan adanya aktivitas perdagangan saham di pasar
sekunder. Umumnya investor dengan orientasi jangka pendek mengejar
keuntungan melalui capital gain. Investor seperti ini bisa membeli saham
pada pagi hari, lalu menjualnya lagi pada siang hari jika saham mengalami
kenaikan.
45
Dedy dan Fransiska (2008) mengemukakan bahwa saham tidak hanya dapat
memberikan keuntungan kepada para pemegangnya, namun saham juga mengandung
beberapa resiko, yaitu :
a. Tidak mendapat dividen.
Perusahaan akan membagikan dividen jika perusahaan menghasilkan
keuntungan. Dengan demikian perusahaan tidak dapat membagikan dividen
jika perusahaan tersebut mengalami kerugian. Dengan kata lain, peluang
investor untuk mendapatkan dividen ditentukan oleh kinerja atau prestasi
perusahaan tersebut.
b. Capital loss
Dalam aktivitas perdagangan saham, investor tidak selalu mendapatkan
capital gain atau keuntungan atas saham yang dijualnya. Ada kalanya
investor harus menjual saham dengan harga jual lebih rendah dari harga
beli. Dengan demikian, seorang investor mengalami capital loss.
c. Risiko likuiditas
Jika suatu perusahaan bangkrut, maka tentu saja akan berdampak secara
langsung kepada saham perusahaan tersebut. Perusahaan yang bangkrut
atau dibubarkan akan di keluarkan dari Bursa Efek, artinya saham
perusahaan itu tidak tercatat lagi di Bursa sehingga akan menyulitkan
investor untuk menjual saham tersebut. Kalaupun ada pihak yang bersedia
membeli saham tersebut, tentu saja dengan harga yang relatif rendah.
Ketika suatu perusahaan dilikuidasi atau dibubarkan, pemegang saham
akan menempati prioritas yang lebih rendah dibandingkan kreditor atau
pemegang obligasi. Ini artinya setelah semua asset perusahaan tersebut
dijual, hasil penjualan tersebut terlebih dahulu akan dibagikan kepada para
kreditor seperti bank dan pemegang obligasi. Jika masih terdapat sisa, baru
dibagikan kepada para pemegang saham. Resiko ini sebenarnya relatif
jarang terjadi, meskipun demikian pemegang saham tetap perlu waspada
dengan jalan mengawasi perkembangan perusahaan, sehingga investor
dapat menjual sahamnya terlebih dahulu ketika mengetahui perkembangan
perusahaan yang semakin kurang berprestasi.
2.1.9
Analisis fundamental
Menurut Darmadji dan Fakhrudin (2012:149) analisis fundamental adalah
sebagai berikut :
46
“ Salah satu cara untuk melakukan penilaian saham dengan mempelajari atau
mengamati berbagai indikator yang terkait dengan kondisi makro ekonomi
dan kondisi industri suatu perusahaan hingga berbagai indikator keuangan
dan manajemen perusahaan. Dengan demikian, analisis fundamental
merupakan analisis yang berbasis pada berbagai data riil untuk mengevaluasi
atau memproyeksi nilai suatu saham.”
Salah satu aspek penting dari analisis fundamental adalah analisis laporan
keuangan, karena dari situ dapat diperkirakan keadaan, atau posisi dan arah
perusahaan.
Menurut Harahap (2011:190) Analisis laporan keuangan adalah sebagai
berikut :
“Kegiatan menguraikan akun-akun laporan keuangan menjadi unit informasi
yang lebih kecil dan melihat hubungannya yang bersifat signifikan atau yang
mempunyai makna anatara yang satu dengan yang lainnya baik anatara data
kuantitatif maupun data non-kuantitatif dengan tujuan untuk mengetahui
kondisi keuangan lebih dalam yang snagat penting dalam proses
menghasilkan keputusan yang tepat.”
2.1.10 Penelitian Terdahulu
Beberapa penelitian telah melakukan penelitian variable-variable yang
digunakan didalam penelitian ini, antara lain Hutabarat dan flora (2015) Exploring
Factors Affecting Stock Price Of Indonesian State Owned Bank Listed at Indonesia
stock Exchange, There Issignficant relationship of factors affecting stock in price in
bank Mandiri namey, ROA,NIM,LDR,EPS. Thus, this indicates that financial rations
of the company are able to predict the change on stock in bank Mandiri.
Selanjutnya penelitian yang dilakukan Indra Setyawan (2012) dalam
penelitian Pengaruh Current ratio,Incentory Turnover, Ttime Interested Earned dan
47
Return On Equity terhadap harga saham pada perusahaan manufactur di BEI, hasil
penelitian menunjukan secara parsial hanya variable CR,IT dan ROE yang
mempunyai pengarus signifikan terhadap harga saham.
Secara ringkas, penelitian-penelitian diatas dapat dilihat pada table di bawah
berikut ini :
Table 2.1
Ringkasan Penelitian Terdahulu
Nama
peneliti Judul penelitian
Persamaan
dan Hasil Penelitian
(Tahun Peneliti)
perbedaan
penelitian
Pasaribu (2008)
The
influence
of
corpirate fundamentals
to its stock price case
study of indonesia
stock excgange
Sunaryo (2011)
Analisis pengaruh
ROA (return on asset),
ROE (return on
equity), dan EPS
(earning per share)
Terhadap harga saham
Indra
(2012)
Styawan Pengaruh Current Ratio,
Inventory Turnover,
Time Interes Earned dan
Return on Equity
Persamaan: terdapat
pada
variable
independen CR
Perbedan:
terdapat
pada variable APS,
PER, rasio leverage,
rasio of corporate
growth
Persamaan : terdapat
pada
variabel
independen
yaitu
Return On Asset
(ROA)
Berdasarkan
analisis
yangdilakukan ratio of
corporate
growth,
profitability ratio, ratio,
turnover
ratioprice
earning ratio, earning
per share berpengaruh
terhadap harga saham
Berdasarkan
analisis
dan pembahasan dapat
dikemukakan
kesimpulan
bahwa
ROA, ROE, dan EPS
berpengaruh signifikan
Perbedaan : terdapat terhadap harga pasar
pada
variabel saham.
independen ROE dan
EPS
persamaan : terdapat menunjukan
secara
pada variabel CR
parsial, hanya variabel
CR,IT dan ROE yang
perbedaan : tidak
mempunyai pengaruh
48
terhadap Harga Saham
perusahaan manufaktur
di BEI
Hendra Adhitya Pengaruh Current
Wicaksono
ratio, debt to asset
(2013)
ratio,Total asset
turnover, return on
equity, suku bunga,
Kurs valuta asing,
inflasi dan kas deviden
terhadap harga saham
perusahaan makanan
dan minuman yang
melakukan penelitian
persamaan : terdapat
pada variabel CR dan
total asset turnover
perbedaan : terdapat
pada variabel debt to
asset ratio, return on
equity,suku
bunga,
kurs valuta asing,
inflasi
dan
kas
dividen
terdaftar di BEI periode
Ema
(2013)
2009-2011
Novasari Pengaruh PER, EPS, Persamaan :
ROA
DAN
DER terdapat pada variabel
Terhadap harga saham
independen ROA
Perbedaan : terdapat
pada variabel PER,
EPS, dan DER
Hetabarat
dan Exploring factor
affecting stock price of
Flora (2015)
indonesia state owned
bank listed at Indonesia
stock exchange
persamaan : terdapat
pada
variabel
independen
yaitu
Return
On
Assets
(ROA)
perbedaan : terdapat
pada
variabel
independen yaitu pada
penelitian
tidak
menggunakan Earnimh
Per Share (EPS), NIM,
dan LDR
signifikan
terhadap
harga saham. Secara
simultan,
semua
variabel
Berdasarkan
hasil
analisis yang dilakukan
bahwa currunt ratio,
debt to assets ratio,
total asset turnover,
return on equity, suku
bunga,
kurs
valuta
asing, inflasi dan kas
dividen
berpengaruh
signifikan
terhadap
harga saham.
berdasarkan
hasil
analisis yang dilakuan
bahwa PER, EPS, ROA
dan DER berpengaruh
signifikan dan juga pada
penelitian
semua
variable
berpengaruh
secara simultan terhadap
harga saham.
there
issignificant
relationship of factor
affecting stock in price
in bank Mandiri namey,
ROA,NIM,LDR,EPS.
Thus, this indicates that
financial reation on the
company are able to
predict the changes of
stock price in Bank
Mandiri
49
Berdasarkan atas penelitian-penelitian yang telah dilakukan sebelumnya,
terdapat kesamaan dengan penelitian yang akan dilakuka. Pertimbangan lain
mengenai perlunya penelitian ini adalah adanya hasil yang berbeda-beda pada
penelitian terdahulu, seperti yang telah dilakukan oleh Hendra Adhitya Wicaksono,
Ema Novasari, Sunaryo, Hutabarat & Flora serta Indra Setyawan. Dengan demikian
variabel indepeden seperti Current Ratio (CR), Total asset turnover (TATO), Return
On Asset (ROA) layak untuk diteliti kembali pengauhnya terhadap Harga Saham
suatu perusahaan.
2.2
Kerangka Pemikiran
Pasar modal merupakan salah satu wahana alternatif dalam berinvestasi
khususnya investasi dalam jangka panjang dan sebagai media investasi bagi pemodal.
Tiap-tiap pilihan investasi memiliki tingkat keuntungan dan risiko yang
berbeda-beda. Pasar modal memiliki peranan yang sangat penting dalam suatu
sistem perekonomian. Investor adalah pihak perorangan maupun lembaga yang
menanamkan modalnya dalam efek-efek yang diperdagangkan di pasar modal.
Motivasi utama
Investor dalam menginvestasikan dananya dalam bentuk saham adalah
memperoleh Return atau imbal hasil dari investasi. Salah satu analisis yang dapat
dimanfaatkan oleh investor adalah analisis fundamental. Analisis fundamental adalah
analisis berdasarkan laporan keuangan (financial report) yang diterbitkan
oleh emiten. Laporan keuangan memiliki kandungan informasi apabila laporan
50
keuangan tersebut dapat digunakan untuk pengambilan keputusan investasi oleh
para investor.
2.2.1
Pengaruh Likuiditas terhadap harga saham
Dalam menganalisis harga saham terdapat dua pendekatan, yaitu analisis
fundamental dan analisis teknikal. Analisis laporan keuangan dan analisis rasio
termasuk dalam komponen yang digunakanuntuk menganalisis harga saham melalui
pendekatan fundamental.
Menurut Irham Fahmi (2013:102) menyatakan bahwa:
Dalam rangka memperkecil resiko likuiditas maka perusahaan harus
memperkuat nilai rasio likuiditas, karena perusahaan yang memiliki nilai rasio
likuiditas yang tinggi akan diminati para investor dan akan berimbas pula
pada harga saham yang cenderung akan menaikan karena tingginya
permintaan.
Untuk mengukur likuiditas perusahaan dalam penelitian ini menggunakan
indikator current ratio. Current ratio merupakan indikator yang akan menunjukan
kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendek dengan
menggunakan asset lancarnya.
Menurut Agnes Sawir (2012:115) menyatakan bahwa:
Current ratio yang rendah akan menyebabkan menurunnya harga pasar saham
yang bersangkutan namun Current ratio yang tinggi belum tentu baik karena
dalam kondisi tertentu hal tersebut dapat menunjukan banyak dana
perusahaan yang menganggur (aktivitas sedikit) yang pada akhirnya dapat
mengurangi kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba.
51
Menurut Frendy Sondakh (2015) dalam penelitiannya menyatakan bahwa
current ratio dihasilkan current ratio berpengaruh signifikan terhadap harga saham
selanjutnta penelitian lain yang dilakukan oleh Flodi Medial (2015) menyatakan
bahwa cureent ratio berpengaruh signifikan terhadap harga saham adapula penelitian
yang dilakukan oleh Reni Wuryaningrum (2015) dalam penelitiannya menyatakan
hasil bahwa current ratio berpengaruh signifikan terhadap harga saham. Tingginya
current ratio membuat ketertarikan para investor akan saham suatu perusahaan karena
current ratio yang tinggu mencerminkan baiknya suatu perusahaan mengelola kas
perusahaan.
Penelitian yang dilakukan oleh Indra Setyawan (2012) menyatakan bahwa
Current Ratio dalam penelitian nya dihasilkan bahwa CR berpengaruh signifikan
terhadap harga saham selanjutnya penelitian lain yang dilakukan oleh Hendra
Adhitya Wicaksono (2013) menyatakan bahwa CR berpengaruh signifikan terhadap
harga saham. Semakin tinggi CR menunjukan tingginya ketergantungan kewajiban
lancer terhadap asset yang dimiliki perusahaan. Dengan meningkatkan CR, daya tarik
perusahaan akan meningkat dimata investor karena hal tersebut menunjukan bahwa
asset perusahaan tersebut besar sehingga tingkat likuiditas perusahaan tersebut bak
dalam mengkonversi kas sebuah perusahaan.
Berdasarkan pernyataan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa semakin besar
informasi perusahaan yang diwakilkan current ratio besar akan membuat ketertarikan
investor besar terhadap saham suatu perusahaan yang mengakibatkan banyaknya
52
permintaan saham perusahaan tersebut. Begitu pula sebaliknya, current ratio yang
rendah mengakibatkan kurangnya permintaan saham perusahaan.
2.2.2
Pengaruh Aktivitas Terhadap Harga Saham
Total asset turnover adalah salah satu ratia pengukuran dalam ratio aktivitas
.Aktivitas merupakan suatu ukuran bagi perusahaan mengenai peningkatan
perusahaan dari tahun ke tahun. Aktivitas yang dimaksud adalah aktivitas penjualan.
Aktivitas penjualan merupakan suatu ukuran kesuksesan bagi perusahaan mengenai
penjualan dati tahun ke tahun.
Menurut sutrisno, (2012 : 142) mnyatakan :
Total asset turnover (TATO) menunjukan tingkat efisiensi penggunaan
keseluruhan aktivitas perusahaan di dalam menghasilkan volume penjualan
tertentu atau merupakan perbandingan antara penjualan dengan total aktiva
yang dimiliki perusahaan.
Tinggi rendahnya harga saham suatu industri juga dapat disebabkan oleh
seberapa efisien penggunaan seluruh aktiva dalam menghasilkan penjualan.
Semakintinggi
Menurut syamsuddin (2011:122)
Jumlah asset yang sama dapa memperbesar volume penjualan apabila Total
asset turnover atau di perbesar. TATO ini penting bagi para kreditur dan
pemilik saham. Tetapi lebih tinggi tapi lebih penting lagi untuk manajemen
perusahaan karena menunjukan efisien tidaknya penggunaan seluruh aktiva di
dalem perusahaan
Nilai total asset turnover yang rehdah akan mengindikasikan perusahaan tidak
beroperasi pada volume yang memadai bagi kavasitas investasi. Penelitian yang
53
dilakukan oleh Hendra Adhitya Wicaksono (2013) menyatakanbahwa Total Asset
Turnover (TATO) berpengaruh signifikan terhadap harga saham
Penelitian yang dilakukan oleh Puput Novitasari (2015) menyatakan dalam
penelitiannya bahwa Total Asset Turnover (TATO) berpengaruh signifikan terhadap
harga saham selanjutnya Syamsurijaltan dkk (2014) dalam penelitiannya menyatakan
bahwa Total Asset Turnover (TATO) berpengaruh signifikan terhadap harga saham.
Dengan meninggkat nya Total Asset Turnover (TATO) dapat menarik minat para
investor karena aktivitas penjualan yang meningkat tentu mencerminkan perusahaan
dalam keadaan yang baik, yang tentu akan membuat harga saham naik.
Penjualan yang baik dari tahun ke tahun akan meningkat, tetapi bila penjualan
yang tidak baik maka dari tahun ke tahun akan menurun. Hal ini perlu diperhatikan,
penyebab naik turunnya penjualan, karena akan mengetahui tingkat keuntungan
dalam perusahaan tersebut. Pertumbuhan penjualan akan menimbulkan konsekuensi
pada meningkatkan investasi atas aktiva perusahaan dan akhirnya membutuhkan
penyediaan dana untuk membeli aktiva. Oleh karena itu, pertumbuhan penjualan yang
baik maka akan menarik investor sehingga mengetahui harga saham, rasio ini
dinyatakan sebagai perbandingan penjualan dengan berbagai elemen asset.elemen
asset sebagai pengguna dana seharusnya bias dikendalikan agar bias dimanfaatkan
secara optimal. Semakin efektif dalam manfaatkan dana semakin cepat perputaran
dana tersebut, karena rasio aktivitas umumnya diukur dari perputaran masing-masing
elemen asset.
54
Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa pertumbuhan aktivitas
penjualan mempunyai pengaruh positif terhadap harga saham. Alasannya, karena
pertumbuhan penjualan pada suatu perusahaan menunjukan bahwa semakin besar
volume penjualan maka laba yang akan dihasilkan pun akan meningkat pula sehingga
dengan laba tinggi, para investor tertarik untuk menanamkan modalnya pada
perusahaan tersebut. Oleh karena itu, harga saham pun akan ikut naik.
2.2.3
Pengaruh Profitabilitas terhadap Harga Saham
Return On Asset (ROA) adalah perbandingan antara laba bersih dengan total
asset, atau dapat dikatakan perbandingan antara laba bersih dengan total aset.
Semakin besar ROA semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai oleh
perusahaan dan semakin baik posisi perusahaan tersebut dari segi penggunaan aset.
Alasan peneliti menggunakan rasio ini karena berdasarkan teori yang
dikemukakan oleh (Eduardus Tandelilin, 2010:372) yang menyatakan bahwa salah
satu indikator penting untuk menilai prospek perusahaan dimasa yang akan datang
adalah dengan melihat sejauh mana pertumbuhan profitabilitas perusahaan. Return
On Asset (ROA) salah satu rasio penting yang harus diperhatikan untuk mengetahui
sejauh mana investasi yang dilakukan investor disuatu perusahaan mampu
memberikan return yang sesuai dengan tingkat yang diinginkan para investor.
Hal ini juga akan berdampak bahwa harga saham dari perusahaan tersebut di
pasar modal juga akan semakin meningkat (Zuliarni: 2012). Dengan kata lain bahwa
Return On Asset (ROA) akan berpengaruh terhadap harga saham.
55
Sunaryo (2011) dalam penelitiannya mengenai Analisis
pengaruh ROA
(return on asset),ROE (return on equity), dan EPS (earning per share)Terhadap
harga saham, menemukan hasil bahwa terdapat pengaruh dan korelasi yang kuat
antara Return On Asset (ROA) dan harga saham.
Penelitian lain yang dilakukan oleh Saeidi Parfiz (2012) dalam penelitiannya
mengenai The impact of assets return rate on stock price of the companies accepted
in Tehran stock exchange, menemukan hasil bahwa terdapat pengaruh dan korelasi
yang kuat antara Return On Asset (ROA) dan harga saham.
Penelitian lain yang dilakukan oleh Zuliarni Sri (2012) mengenai Pengaruh
kinerja keuangan terhadap harga saham pada perusahaan mining and mining service
di Bursa Efek Indonesia (BEI), menemukan hasil bahwa ROA berpengaruh positif
signifikan terhadap harga saham.
2.3
Paradigma Penelitian
Paradigma penelitian menurut Sugiyono (2014:42) adalah :
“ Pola pikir yang menunjukkan hubungan antara variabel yang akan diteliti
yang sekaligus mencerminkan jenis dan jumlah rumusan masalah yang perlu
dijawab melalui penelitian, teori yang digunakan untuk merumuskan
hipotesis, jenis dan jumlah hipotesis, dan teknik analisis statistik yang akan
digunakan”.
Terkait dengan penelitian yang dilakukan, berikut ini akan di sampaikan
paradigma penelitian yaitu sebagai berikut
Landasan Teori
: Kasmir (2013), Brigham dan huston
(2010)
- Aktivitas
: Kasmir (2013), Munawir (2010)
- Profitabilitas : Munawir (2010), kasmir (2013), Agus
Sartono (2010)
- Harga Saham :Jogiyanto (2010), Darmadji dan
fakhrudin (2012)
- Likuiditas
Referensi
- Pasaribu (2008)
- Sunaryo (2011)
- Indra Styawan (2012)
- Hendra Adhitya Wicaksono (2013)
1.
2.
3.
1.
2.
3.
4.
56
1.
2.
3.
Data Penelitian
Perusahaan sektor pertambangan yang terdaftar
di bursa efek indonesia (BEI) tahun 2013-2015
Faktor-faktor yang mempengaruhi harga saham
Laporan keuangan perusahaan pertambangan
tahun2013-2015
Premis
Irham Fahmi (2011)
Likuiditas
Agnes Sawir (2012)
Harga Saham
Hendra Adhitya Wicaksono 2013
Premis
Sutrisno ( 2012)
Lukman Syamssuddin (2011)
Hendra Adhitya wicaksono 2013
Hipotesis 1
Aktivitas
Harga Saham
Syamsurijaltan dkk (2014)
Hipotesis 2
1.
2.
3.
Premis
Eduardus Tandelilin 2010
Profitabilitas
Zuliarni 2012
Harga Saham
Sunaryo 2011
Hipotesis 3
1.
2.
Referensi
Sugiono 2014
Imam Ghozali 2013


Analisis Data
Uji Asumsi Klasik
Uji Populasi dan sample
Gambar 2.1
Kerangka Pemikiran
 Regresi Linier
Berganda
57
Gambar 2.1 kerangka Pemikiran menunjukkan bahwa variabel independen
dalam penelitian ini adalah Likuiditas, Aktivitas dan Profitabilitas serta yang menjadi
variabel dependen dalam penelitian ini adalah Harga Saham.
2.4
Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kerangka pemikiran yang telah diuraikan, maka dapat
dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut :
1.
Likuiditas berpengah positif terhadap Harga Saham.
2.
Aktivitas berpengaruh positif terhadap Harga Saham.
3.
Profitabilitas berpengaruh positif terhadap Harga Saham.
Download