BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Definisi Penjadwalan Penjadwalan adalah pengurutan pembuatan/pengerjaan produk secara menyeluruh yang dikerjakan pada beberapa buah mesin. Dengan demikian masalah sequencing senantiasa melibatkan pengerjaan sejumlah komponen yang sering disebut dengan istilah ‘job’. Job sendiri masih merupakan komposisi dari sejumlah elemen-elemen dasar yang disebut aktivitas atau operasi. Tiap aktivitas atau operasi ini membutuhkan alokasi sumber daya tertentu selama periode waktu tertentu yang sering disebut dengan waktu proses. Penjadwalan merupakan alat ukur yang baik bagi perencanaan agregat. Pesanan-pesanan aktual pada tahap ini akan ditugaskan pertama kalinya pada sumber daya tertentu (fasilitas, pekerja, dan peralatan), kemudian dilakukan pengurutan kerja pada tiap-tiap pusat pemrosesan sehingga dicapai optimalitas utilitas kapasitas yang ada. Pada penjadwalan ini, permintaan akan produk-produk yang tertentu (jenis dan jumlah) dari MPS akan ditugaskan pada pusat-pusat pemrosesan tertentu untuk periode harian. 7 8 2.2 Tujuan Penjadwalan Bedworth (1987), mengidentifikasikan beberapa tujuan dari aktivitas penjadwalan adalah sebagai berikut : 1. Meningkatkan penggunaan sumber daya atau mengurangi waktu tunggunya, sehingga total waktu proses dapat berkurang, dan produktivitas dapat meningkat. 2. Mengurangi persediaan barang setengah jadi atau mengurangi sejumlah pekerjaan yang menunggu dalam antrian ketika sumber daya yang ada masih mengerjakan tugas yang lain. Teori Baker mengatakan, jika aliran kerja suatu jadwal konstan, maka antrian yang mengurangi ratarata waktu alir akan mengurangi rata-rata persediaan barang setengah jadi. 3. Mengurangi beberapa keterlambatan pada pekerjaan yang mempunyai batas waktu penyelesaian sehingga akan meminimasi penalty cost (biaya kelambatan). 4. Membantu pengambilan keputusan mengenai perencanaan kapasitas pabrik dan jenis kapasitas yang dibutuhkan sehingga penambahan biaya yang mahal dapat dihindarkan. 2.3 Manajemen Proyek Konsep manajemen proyek merupakan buah pemikiran tentang manajemen yang ditujukan untuk mengelola kegiatan yang berbentuk proyek. Perumusannya disusun sedemikian rupa sehingga dapat menghadapi dan mengakomodir perilaku dan dinamika yang melekat pada kegiatan proyek. 9 Kegiatan proyek adalah suatu kegiatan sementara yang berlangsung dalam jangka waktu terbatas, dengan alokasi sumberdaya tertentu dan dimaksudkan untuk melaksanakan tugas yang sasarannya telah digariskan dengan jelas. Proyek adalah kegiatan dengan waktu dan sumber daya yang terbatas untuk mencapai suatu hasil akhir yang telah ditentukan. Manajemen adalah proses merencanakan, mengorganisir, memimpin dan mengendalikan anggota serta sumber daya yang lain untuk mencapai sasaran organisasi (perusahaan) yang telah ditentukan. Yang dimaksud proses ini adalah mengerjakan sesuatu dengan pendekatan yang sistematis dengan sumberdaya yang terdiri dari tenaga, keahlian, peralatan, dana dan informasi. Uraian diatas adalah merupakan identifikasi beberapa perilaku yang dominan dari kegiatan proyek yang merupakan keharusan cara pengolahan yang berbeda dari pengolahan suatu kegiatan dengan lingkungan dan suasana yang relative stabil seperti kegiatan operasi rutin, cara pengelolaan tersebut yang kemudian dinamakan manajemen proyek. Manajemen proyek merupakan suatu teknik yang digunakan untuk merencanakan, mengorganisir, memimpin dan mengendalikan sumber daya perusahaan untuk mencapai sasaran jangka pendek yang telah ditentukan. Konsep manajemen proyek adalah merupakan buah pemikiran tentang manajemen yang ditujukan untuk mengelola kegiatan yang berbentuk proyek. 2.4 Teknik Manajemen Proyek : Critical Path Method (CPM) dan Program Evaluation and Review Technique (PERT) 10 CPM dan PERT dikembangkan oleh dua kelompok yang berbeda-beda secara simultan pada waktu yang bersamaan (1956-1958). CPM pertama-tama dikembangkan oleh E.I du Pont de Nemours Company sebagai terapan untuk proyek kontruksi, kemudian dilanjutkan oleh Mauchly Associaties sementara dilain pihak PERT dikembangkan oleh U.S Navy untuk jadwal penelitian dan pengembangan kegiatan program peluru kendali Polaris. Adapun langkah-langkah yang harus dilakukan pada CPM dan PERT adalah sebagai berikut : 1. Mendefinisikan proyek dan menguraikan semua aktivitas. 2. Membuat keterkaitan antara masing-masing aktivitasnya. Prioritaskan aktivitas mana yang harus didahului dan mana yang harus mengikuti yang lain. 3. Menggambarkan jaringan yang menghubungkan semua aktivitas. 4. Membebankan estimasi waktu dan aturan biaya ke masing-masing aktivitas. 5. Hitunglah jalur waktu paling panjang yang melalui jaringan itu, ini disebut dengan jalur kritis. 6. Gunakan jaringan untuk membantu perencanaan, penjadwalan, dan pengendalian proyek. Kedua metode ini dikenal dengan istilah network analysis atau teori jaringan kerja. Pada dasarnya kedua metode analisis ini adalah sama. Perbedaannya terletak pada perkiraan waktu, CPM memperkirakan waktu dengan 11 cara pasti (deterministic) sementara PERT dengan cara kemungkinan (probabilitas). CPM dan PERT sangatlah memiliki peranan penting, karena kedua metode tersebut bisa menjawab segala pertanyaan yang akan timbul dari suatu proyek. Adapun pertanyaan-pertanyaan itu adalah sebagai berikut : 1. Kapan keseluruhan proyek akan dapat diselesaikan. 2. Apakah aktivitas kritis atau tugas-tugas dalam proyek akan menunda keseluruhan proyek. 3. Apakah aktivitas non kritis yaitu pekerjaan-pekerjaan yang bisa berjalan terlambat tanpa menunda penyelesaian seluruh proyek. 4. Probabilitas apa yang akan membuat proyek itu diselesaikan pada tanggal tertentu. 5. Pada suatu tanggal tertentu, apakah proyek sesuai jadwal, dibelakang jadwal atau di depan jadwal. 6. Pada suatu tanggal yang telah ditentukan, apakah jumlah uang yang akan dibelanjakan itu sama, kurang dari atau lebih besar dari jumlah yang telah ditentukan. 7. Apakah ada sumber daya yang tersedia untuk menyelesaikan proyek tepat pada waktunya. 8. Jika proyek harus diselesaikann dalam jangka waktu yang lebih singkat, cara apa yang paling baik untuk menyelesaikan proyek tersebut dengan biaya yang sekecil mungkin. 12 2.4.1 Membuat Diagram Jaringan Kerja Langkah pertama dalam jaringan PERT dan CPM adalah membagi keseluruhan pekerjaan menjadi kegiatan-kegiatan menurut struktur pecahan kerja. Ada dua cara pendekatan untuk menggambarkan jaringan kerja : 1. Kegiatan pada titik (Activity on Node, AON) 2. Kegiatan pada panah (Activity on Arrow, AOA) Pada AON, titik menunjukan kegiatan, dan pada AOA, panah menunjukan kegiatan. Setiap kegiatan memerlukan waktu dan sumber daya. Perbedaan mendasar antara AON dan AOA adalah pada AON, titik memiliki kegiatan. Pada jaringan AOA, titik merupakan waktu mulai dan selesainya suatu kegiatan yang disebut kejadian, artinya titik pada AOA tidak memerlukan waktu maupun sumber daya. 2.4.2 Simbol Dalam Critical Path Method (CPM) Dalam metode jalur kritis/CPM waktu melaksanakan kegiatan dianggap sudah pasti dan untuk menentukan jalur kritis perlu dibuat diagram jaringan kerja dengan menggunakan simbol-simbol sebagai berikut : a. Anak panah (arrow), menyatakan sebuah kegiatan atau aktivitas. Diatas anak panah ditulis simbol kegiatan, sedangkan dibawah anak panah ditulis waktu kegiatan. b. Lingkaran kecil (nodle), menyatakan sebuah kejadian atau peristiwa. Dalam diagram jaringan kerja dimungkinkan 13 terdapat lebih dari satu peristiwa, tapi diantara dua peristiwa hanya boleh ada satu kegiatan. c. Anak panah putus-putus menyatakan kegiatan semu atau dummy. Dalam kegiatan jaringan kerja, kegiatan semu atau dummy boleh ada atau tidak, kegiatan ini dimunculkan untuk menghindari diantara dua peristiwa terdapat dua peristiwa. Sebelum menggambarkan aktivitas, ada beberapa hal yang harus diperhatikan, yaitu : 1. Panjangnya panah tidak menunjukan lamanya waktu penyelesaian pekerjaan. 2. Aktivitas-aktivitas apa yang mendahului dan aktivitas apa yang mengikuti. 3. Aktivitas apa yang dapat dilakukan bersama-sama. 4. Aktivitas-aktivitas tersebut sudah ditentukan saat mulai dan saat berakhirnya. 5. Biaya dari aktivitas-aktivitas tersebut. 14 Tabel 2.1 Perbandingan Antara Jaringan AON dan AOA No 1. Kegiatan pada titik (AON) A C B 2. A C Arti dan Kegiatan A datang sebelum B, yang datang sebelum C A dan B keduanya harus diselesaikan sebelum C dapat dimulai Kegiatan pada panah (AOA) A B A 3. B A B dan C tidak dapat dimulai hingga A selesai A 4. 5. A B 6. A C D B C C B C B B A C C dan D tidak dapat dimulai hingga A dan B keduanya selesai A C B D C tidak dapat dimulai A C hingga A dan B C keduanya selesai. D tidak dapat dimulai Kegiatan dummy hingga B selesai. D Kegiatan dummy B D ditunjukan pada AOA B dan C tidak dapat D dimulai hingga A B selesai. D tidak dapat A B D dimulai hingga B dan C selesai. Kegiatan C dummy ditunjukan pada C AOA Pada tabel 2.1, no.5 dan 6 menggambarkan bahwa pendekatan AOA terkadang memerlukan tambahan kegiatan dummy untuk memperjelas hubungan. Kegiatan dummy tidak memburuhkan waktu dan sumber daya, tetapi dibutuhkan jika sebuah jaringan memiliki kegiatan dengan kejadian mulai dan akhir yang sama. Kegiatan dummy juga penting pada saat software komputer digunakan 15 untuk menentukan waktu penyelesaian pekerjaan. Kegiatan dummy mempunyai waktu penyelesaian nol. 2.4.3 Contoh Kegiatan Pada Titik (AON) Sebuah Rumah Sakit akan melakukan pemasangan sistem penyaringan, seperti ditunjukan pada tabel 2.2. Kita lihat pada tabel bahwa kegiatan A terdaftar sebagai pendahulu langsung dari kegiatan C. Demikian pula, kedua kegiatan D dan E harus dilakukan sebelum memulai kegiatan G. Tabel 2.2 Contoh Kegiatan Pada Titik AON Kegiatan Penjelasan Pendahulu langsung A B C D E F G H Membangun komponen internal Memodifikasi atap dan lantai Membangun tumpukan Menuangkan beton dan memasang rangka Membangun pembakar temperatur tinggi Memasang sistem kendali polusi Membangun alat pencegah polusi udara Pemeriksaan dan pengujian A A,B C C D,E F,G Dalam contoh ini, terdapat dua kegiatan (A dan B) yang tidak mempunyai pendahulu. Penulis menggambarkan titik-titik yang terpisah untuk tiap kegiatan ini, sebagaimana ditunjukan pada gambar 2.1. Meskipun tidak diperlukan, biasanya lebih nyaman untuk menggunakan kegiatan awal yang unik untuk suatu proyek. Karena itu penulis memasukan kegiatan dummy yang disebut Mulai pada gambar 2.1. Kegiatan dummy ini tidak benar-benar ada, dan tidak memerlukan waktu dan sumber daya apa pun. Kegiatan mulai adalah pendahulu langsung untuk kedua kegiatan A dan B, dan bertindak sebagai kegiatan awal yang unik untuk keseluruhan proyek. 16 A Kegiatan A (Membangun Komponen Internal) B Kegiatan B (Memodifikasi Atap dan Lantai)) Mulai Kegiatan Mulai Gambar 2.1 Memulai Jaringan AON Untuk Pemasangan Sistem Penyaringan Hubungan yang didahulukan menggunakan garis diperlihatkan dengan menggunakan tanda panah. Secara keseluruhan jaringan kerja dengan menggunakan AON sebagai berikut : Kegiatan A Mendahului Kegiatan C A C B D Mulai Kegiatan A dan B Mendahului Kegiatan D Gambar 2.2 Jaringan AON Yang Masih Dalam Proses Untuk Pemasangan Sistem Penyaringan Jaringan proyek AON yang sudah selesai untuk proyek Pemasangan Sistem Penyaringan ditunjukkan pada gambar 2.3 yang menggambarkan jaringan proyek secara tepat membutuhkan waktu dan pengalaman. 17 F C A E H Mulai B G D Panah Menunjukan Hubungan Yang Harus Didahulukan Gambar 2.3 Jaringan AON Yang Sudah Selesai Untuk Pemasangan Sistem Penyaringan 2.4.4 Contoh Kegiatan Pada Panah (AOA) Sebuah titik pada jaringan kerja AOA berarti kejadian, yang mendekati saat dimulai atau selesainya suatu kegiatan. Sebuah titik biasanya ditandai dengan nomor. Dengan menggunakan data pada tabel contoh diatas, jaringan kerja dengan menggunakan AOA sebagai berikut : C 4 2 F A Kegiatan 1 H E Dummy B 6 G 3 D 5 Gambar 2.4 Jaringan AOA Lengkap (Dengan Kegiatan Dummy) Untuk Pemasangan Sistem Penyaringan 7 18 2.4.5 Kegiatan Semu / Dummy Activity Tanda panah pada format arrow (AOA) tidak menyatakan suatu kegiatan apapun, digambarkan hanya untuk menyatakan / menunjukan keterkaitan antar kegiatan. Penggunaan dummy sebagai berikut : • E dapat dimulai bila A, B dan C selesai. A 1 D 2 B 4 E 5 C 7 F 8 3 6 9 • A,B.C berasal dari kejadian 1 menuju 4 2 A B 4 D 5 6 8 C • D dimulai bila A dan B selesai, F dimulai bila B dan C selesai A 1 4 7 D 2 B E 5 C 8 3 6 F 9 19 • C dimulai jika A selesai, dan E dapat dimulai jika A dan B selesai A 1 C 2 E 5 B 7 3 6 D 8 9 Gambar 2.5 Contoh Penggunaan Dummy Activity 2.4.6 Membuat Penjadwalan Dengan CPM Setelah diagram jaringan ini digambar untuk menunjukan semua kegiatan dan hubungan yang harus didahulukan,langkah selanjutnya adalah menentukan jadwal artinya mengidentifikasi waktu mulai dan waktu selesai yang direncanakan untuk tiap kegiatan. Waktu awal dan waktu selesai dalam hal ini diidentifikasikan sebagai berikut : 1. Earliest Start Time (ES) adalah waktu terdahulu suatu kegiatan dapat dimulai, dengan asumsi semua pendahulu sudah selesai. 2. Earliest Finish Time (EF) adalah waktu terdahulu suatu kegiatan dapat selesai. 20 3. Latest Start Time (LS) adalah waktu terakhir suatu kegiatan dapat dimulai sehingga tidak menunda waktu penyelesaian keseluruhan proyek. 4. Latest Finish Time (LF) adalah waktu terakhir suatu kegiatan dapat selesai sehingga tidak menunda waktu penyelesaian keseluruhan proyek. Penulis menggunakan proses two-pass, terdiri atas forward pass dan backward pass, untuk menentukan jadwal waktu untuk tiap kegiatan. ES dan EF ditentukan selama forward pass, sedangkan LS dan LF ditentukan selama backward pass. Nama Kegiatan atau Simbol Mulai Terdahulu Selesai Terdahulu A Mulai Terakhir ES EF LS LF 2 Selesai Terakhir Lamanya Kegiatan (durasi) Gambar 2.6 Notasi Yang Digunakan Pada Titik (Node) Untuk Forward Pass dan Backward Pass 21 Dua langkah yang dilakukan dalam analisa jaringan kerja yaitu forward pass dan backward pass. 1. Forward Pass Forward pass dilakukan dengan mengidentifikasi waktu-waktu awal kegiatan dimulai dan berakhir (ES dan EF). a. Aturan ES Sebelum suatu kegiatan dapat dimulai, semua pendahulu langsung (predecessor) harus diselesaikan. • Jika suatu kegiatan hanya mempunyai suatu processor, maka ES kegiatan tersebut = EF dari predecessornya. • Jika suatu kegiatan mempunyai beberapa predecessor, maka ES kegiatan tersebut diambil dari nilai maksimum EF diantara predecessornya. b. Aturan EF EF adalah jumlah dari waktu terdahulu (ES) dan waktu kegiatannya. EF = ES + Durasi Kegiatan 23 2. Backward Pass Sebagaimana forward pass dimulai dari awal seluruh kegiatan dimulai, backward pass dimulai dari kegiatan terakhir. Untuk setiap kegiatan, pertamatama menentukan nilai LF diikuti dengan nilai ES. Dua aturan tersebut digunakan pada proses ini. a. Aturan LF Seluruh kegiatan predecessor harus telah diselesaikan. • Jika suatu kegiatan adalah predecessor bagi satu kegiatan, maka LF predecessor = LS kegiatan successornya. • Jika suatu kegiatan adalah predecessor bagi lebih dari satu kegiatan yang secara langsung mengikutinya,maka nilai LF diambil dari nilai minimum LS successor. b. Aturan LS Waktu mulai terakhir (LS) dari suatu kegiatan adalah perbedaan waktu selesai akhir (LF) dan durasi kegiatan,yaitu : LS = LF – Durasi Contoh, berdasarkan tabel 2.2 akan diketahui LS dan LF seperti yang ditunjukan gambar 2.8 26 2. Jumlah yang diperlukan untuk menyelesaikan suatu jalur kritis sama dengan jumlah waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan seluruh proyek. 3. Semua kegiatan yang terletak dijalur kritis disebut kegiatan kritis. Ketentuan-ketentuan lainnya adalah : 1. Jalur kritis dapat juga melalui kegiatan dummy atau kegiatan semu. 2. Jalur kritis dapat terdiri dari beberapa jalur. 3. Waktu penyelesaian suatu kegiatan kritis tidak boleh melebihi waktu yang sudah ditentukan, karena keterlambatan dapat memperpanjang waktu penyelesaian seluruh proyek. Metode jalur kritis menggambarkan suatu proyek dalam bentuk network dengan komponen aktivitas-aktivitas. Agar metode ini dapat diterapkan maka suatu proyek harus memiliki cirri sebagai berikut : 1. Kegiatan sutau proyek harus ada waktu mulai dan waktu akhir. 2. Kegiatan dapat dimulai atau diakhiri dan dilaksanakan secara terpisah dalam suatu rangkaian tertentu. 3. Kegiatan dapat diatur menurut rangkaian tertentu. Jalur kritis digunakan untuk mengetahui kegiatan yang memiliki kepekaan sangat tinggi atas keterlamabatan penyelesaian pekerjaan yang sangat tinggi (kegiatan kritis). Dan jika kegiatan kritis ini mengalami keterlambatan maka akan memperlambat penyelesaiaiaan proyek secara keseluruhan, oleh karena itu mempercepat waktu penyelesaiaan penyelesaian proyek secara keseluruhan. kegiatan kritis akan mempercepat 27 2.6 Program Evaluation and Review Technique (PERT) Metode yang digunakan untuk menentukan lama waktu pengerjaan kegiatan adalah variable random atau disebut dengan evaluation and review technique (PERT). Waktu setiap kegiatan dihitung atas tiga dasar perkiraan, yaitu: a = waktu optimis b = waktu pesimis m = waktu paling mungkin Perkiraan lama waktu kegiatan atau sama dengan istilah rata-rata dalam bahasa sehari-hari atau µ dalam bahasa matematika dapat dihitung dengan cara : Mean = Dalam persamaan tersebut, setiap a dan b mempunyai bobot satu dan waktu normal memiliki bobot 4. Oleh karena itu total bobot adalah 6 (1+1+4) dan dibagi dengan 6 sebagai rata-rata bobot. Sedangkan b-a sama dengan 6 standar deviasi. Berarti satu standar deviasi sama dengan b-a dibagi 6 atau : 1 standar deviasi = σ (b-a/6) Tujuan dari metode ini adalah : 1. Untuk menentukan probabilitas tercapainya batas waktu proyek. 2. Unutuk menetapakan kegiatan dimana dari suatu proyek yang merupakan bottleneck menentukan waktu penyelesaian seluruh proyek 28 sehingga dapat diketahui pada kegiatan mana kita harus bekerja keras agar jadwal dapat terpenuhi. 3. Untuk mengevaluasi akibat dari perubahan-perubahan program, program evaluation and review technique (PERT) juga dapat mengevaluasi akibat dari terjadinya penyimpangan pada jadwal proyek.