JADIKAN MOMENTUM IDUL FITRI 1435 H UNTUK MEREFLEKSIKAN AJARAN ISLAM SEBAGAI RAHMAT BAGI SEKALIAN ALAM MENUJU BALDATUN THOYYIBATUN WAROBUN GHOFUR Allahu Akbar 3 x Walillahhilhamd Hadirin dan Hadirat Rahimukumullah. Pada pagi hari yang penuh kebahagiaan ini, kaum muslimin dan muslimat, baik tua maupun muda, berbondong-bondong mendatangi lapangan dan masjid seraya mengagungkan asma Allah SWT. Dengan pekik takbir, tahmid dan tahlil kita semua melepas kepergian bulan suci Ramadhan, bulan penuh rahmah, bertebar maghrifah dan pembebasan dari api neraka. Orang-orang beriman meratapi kepergiannya, iba hati kita semua karena merasa belum optimal dalam beramal dan beribadah, dalam hati kita terbesik secerah harapan semoga masih diberi waktu dan kesempatan oleh Allah untuk melaksanakan ibadah puasa pada tahun mendatang. Alhamdulillah Idul Fitri tahun ini kembali datang menjumpai kita, kehadirannya disambut dengan penuh antusitas dan gembira oleh seluruh lapisan 1 masyarakat mulai dari ibukota hingga pelosok dusun yang terpencil dipedalaman. Sebagai sebuah pesta rakyat "Idul fitri" yang memilki nilai spritual kultural dalam diri kaum muslimin, tetap dirayakan dengan penuh khidmad dan khusu' tanpa terpengaruh sedikitpun oleh kondisi umat yang sedang mendapatkan cobaan. Allahu Akbar 3 x Walillahilhamd Hadirin dan Hadirat Rahimakumullah. Kita mengetahui bahwa Ramadhan adalah momentum yang sangat efektif untuk mengokohkan keimanan kita dan mengembalikan kita kepada fitrah. Ramadhan merupakan bulan yang disiapkan Allah SWT untuk mendidik jiwa-jiwa yang menjauhiNya untuk kembali kepada-Nya, mendidik jiwa-jiwa yang berlumur dosa untuk datang memohon ampunan kepada-Nya, mendidik jiwa-jiwa yang lalai dari ibadahnya untuk bersimpuh bersujud dan mengikhlaskan pengabdiannya. Semoga Ramadhan ini mampu kita buktikan sebagai bulan mengokohkan iman dan ihtisab (mengharap pahala) kita kepada-Nya, sehingga kita semua mendapatkan ampunan Allah SWT. Rasulullah SAW bersabda: “Barang siapa berpuasa dengan iman dan ihtisab (mengharap pahala hanya dari Allah), akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu.” (HR. Bukhari) Melalui momentum Idul fitri ini, marilah kita mengokohkan keimanan dan tauhid kita, yang dengannya kita akan senantiasa terjaga pada fitrah kehambaan kita yang lurus, kita akan dijauhkan dari sikap menghinakan diri kepada makhluk. Dengan kekuatan tauhid, orang yang kaya akan menjaga fitrah dirinya sehingga tidak sombong dan angkuh, dengannya pula orang miskin akan tegar mengarungi ujian hidupnya dan 2 tidak berputus asa. Idul Fitri ini hendaknya kita jadikan sebagai tonggak untuk memperkokoh persatuan dan mempererat tali ukhuwah Islamiyah, ukhuwah Bashoriyyah dan ukhuwah Wathoniyyah diantara kita, sehingga menjadi satu barisan yang solid dan kuat dalam rangka menhadapi berbagai macam tantangan baik dari dalam maupun dari luar yang hendak merusak dan menghancurkan keutuhan umat dan bangsa. Disamping itu pula, mari kita jadikan momentum Idul Fitri ini untuk mengevaluasi dan menata kembali posisi umat Islam. Sehingga klaim kita sebagai umat terbaik tidak sekedar slogan, tapi betul-betul terwujud dalam realitas kehidupan sebagaimana pernah ditampilkan oleh pendahulu-pendahulu kita, para sahabat dan tabi'in. Seorang Ja'far bin Abi Thalib, paman Rasullulloh SAW misalnya, mampu tampil dan berdiri tegar membantah dan memverifikasi fitnah dan tuduhan tak berdasar, seolaholah kaum muslimin itu kelompok petualangan pembuat onar dan pemecah persatuan. Para Sahabat dan tabi'in telah sukses mengangkat Islam dan derajat kaum muslimin diatas bangsa-bangsa dan umat-umat yang ada pada saat itu. Padahal pada awalnya mereka hanyalah komunitas kecil yang hidup hina dan tidak diperhitungkan, kemudian menjadi umat besar yang mulia dan disegani oleh dua emperium besar, Romawi dan Persia. Bahkan kemudian menjadi kiblat peradaban dan ilmu pengetahuan. Mereka sungguh telah mampu membuktikan kepada dunia bahwa mereka adalah umat terbaik sebagaimana telah disinyalir oleh Allah SWT dalam Al Qur'an : "Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf, mencegah dari yang mungkar dan beriman kepada Allah SWT " (Al Imran, 110) Allahu Akbar 3 x Walillahilhamd Hadirin dan hadirat Rahimakumullah. Tapi setelah semua cobaan yg kita lewati pernahka kita memperhatikan aspek social Ramadhan, semua orang pernah merasa kenyang tapi tidak semuanya pernah merasakan 3 lapar. Lihatlah diri kita, bukankah seringkali kita merasa paling besar, gumedhe, jumawa seolah-olah semua manusia kecil dan harus takluk dihadapan kita. Kita berlagak seolah kita adalah Tuhan yang kuasa atas segala keadaan. Tidakkah kita sadar, bahwa kita sesungguhnya tidak lain adalah makhluk yang sangat-sangat lemah, maka kepada siapa lagi kita berharap selain kepada Allah swt yang telah menciptakan kita dan dengan kasih saying Allahlah kita diberi kesempatan menikmati hidup di dunia milik Allah ini. Maka apa sesungguhnya yang menahan kaki kita tidak mau melangkah ke masjid ? Apakah yang menahan kepala kita sehingga tidak mau menunduk ke tanah bersujud di hadapan Allah ? Apakah yang menahan lidah kita sehingga kaku dan kelu mengucapkan dzikir dan takbir ?? Apakah yang menahan hati kita sehingga sulit merindukan Allah ? Apakah yang menahan pikirankita sehingga tidak mendambakan surga ? Apakah yang mendorong jiwa kita sehingga cenderung ke neraka ? Apakah yang menahan diri kita sehingga mengabaikan hak-hak Allah dan cenderung memperturutkan hawa nafsu padahal hawa nafsu itu mendorong kepada kejelekan Apakah kesombongan kita sudah demikian memuncak, sehingga sedemikan lantang kita durhaka kepada Allah. Na’udzu billah min dzalik… Ma’syiral muslimin rahimakumullah… Pada kondisi yang memprihatinkan dan situasi tidak menentu seperti sekarang ini, kita harus tetap menghindari dari sikap pesimisme dan putus asa karena putus asa merupakan prilaku kufur. Seyogyanya kita menengok sedikit kebelakang memperhatikan keadaan umat-umat sepanjang sejarah maka kita akan mendapatkan bahwa kepemimpinan dunia senantiasa berpindah-pindah dan dipergilirkan antara satu umat ke umat lainnya. Kepemimpinan pernah ditangan negara-negara timur melalui peradaban Babilonia, Persia dan India kemudian berpindah ke Barat lewat tangan peradaban Yunani dan perundang-undangan Romawi. Kemudian kepemimpinan 4 berpindah lagi ke Timur lewat peradaban Islam, sebuah peradaban yang mengkombinasikan ilmu dan iman, kemajuan materi dan ketinggian spritual. Kemudian timur tenggelam karena melupakan risalahnya, lalu barat memegang kendali dan memimpin lagi. Dalam Al Qur'an surat Al-Imron ayat 140, Allah SWT telah menyatakan, bahwa "Dan masa (kejayaan dan kehancuran) itu, kami pergilirkan diantara manusia (agar mereka mendapat pelajaran)". Hal ini jelas terjadi di hadapan kita masing-masing pada kesempatan yang lalu kita dihadapkan kepada musibah yang telah dialami saudara seiman kita di palestina tepatnya di gazza di bombardir tanpa henti dan ironisnya peperangan ini berlangsung selama puluhan tahun namun tidak jua kunjung menemui perdamaian, maka wajib kita pertanyakan dimanakah letak persatuan dan kesatuan umat islam hari ini ? maka jawabanya ada pada diri kita masing-masing maukah kita melanjutkan kejayaan islam yang dulu diperjuangkan oleh Rasulullah SAW dan para sahabatnya dimana pada saat itu merupakan peradaban terbaik yang pernah ada pada kejayaan umat islam namun hal ini telah lama luntur tergerus oleh makar yahudi dan nashrani sepeninggal Nabi Muhammad SAW. Di akhir hidup beliau pernah berpesan “aku tinggalkan dua perkara, jika kalian berpegang pada keduanya maka tidak akan tersesat selama-lamanya” betapa harunya ketika beliau hendak berpisah dengan para kaum muslimin diriwayatkan pada saat itu nabi mengalami sakit yang tidak seperti biasanya hingga tidak dapat memimpin shalat jama’ah di subuh, Namun akhirnya Beliau menyanggupi untuk mengimami Shalat Subuh untuk yang terakhir kalinya, Detik-detik beliau sebelum meninggal di kisahkan Bahwasanya Allah Swt memerintahkan Jibril untuk mencabut nyawa Baginda Rasulullah SAW, namun bila ia tidak mempersilahkan masuk maka kembalilah hingga ia siap untuk kembali kepada Allah SWT, meaka Malaikat Ibril pun menyanggupi, pada saat itu Jibril mengetuk pintu rumah Rasulullah SAW dan Fatimah membukanya dan kemudian Rasulullah SAW bertanya siapakah yang dating ya Fatimah ? maka Fatimah berkata aku belum pernah melihat sebelumnya, maka Rasulullah SAW berkata ia adalah Malaikat Jibril maka persilahkanlah Beliau masuk, maka seketika itupun Fatimah tidak dapat menahan Tangisnya bersama para sahabat, kemudian Jibril bertanya kepada Rasulullah SAW Bahwasanya ia diperintah oleh Allah SWT untuk mencabut Nyawa Rasulullah SAW namun bila engaku belum berkenan maka aku diperintahkan untuk kembali kelangit hingga engkau siap, maka Rasulullah SAW 5 bertanya apakah hakku atas kaumku, maka Jibril berkata aku pernah mendengar Allah SWT Berfirman Pintu surga diharamkan bagi setiap orang kecuali engkau terlebih dahulu memasaukinya walaupun sebagian orang-orang terdahulupun melakukan hal kebaikan dan surge diperuntukan bagi orang-orang yang beriman dan mengikuti ajaranmu ya Rasulullah SAW, maka tsetelah itu Rasulullah SAW mempersilahkan Jibril untuk menuntaskan perintah Allah SWT, kemudian Berkata Rasulullah SAW betapa sakitnya Sakaratul maut dan berkata Rasulullah SAW kepada Izrail “Wahai Izrail mengapakah engkau memalingkan wajahmu dariku, apakah engkau tidak sudi melihatku ? maka Izrail berkata adakah seorang yang tega melihat kekasih Allah SWT dicabut Nyawanya, maka seketika di akhir Perkataan Rasulullah SAW berkata Ummati,.umaatii,.demikianlah betapa cintanya Rasulullah SAW kepada umat Islam hingga akhir hayatnya beliau masih sempat memikirkan Umat. Allahu Akbar 3 x Walillahilhamd Dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, kita dihadapkan pada berbagai macam kenyataan, yang tidak semuanya sesuai dengan keinginan dan harapan kita. Sejak dari lingkungan kecil keluarga, lingkungan rumah tempat tinggal kita, lingkungan desa kita, sampai lingkungan sosial yang lebih luas lagi, baik sesama individu maupun antara masyarakat dengan pemerintah. Kondisi yang demikian itu kadang-kadang terformulasi sedemikian rupa, kemudian memunculkan potensi-potensi masalah. Maka dari itu, kita sebagai umat Islam harus pandai-pandai menata batin, menyikapi setiap hal dengan kearifan, dan bertindak dewasa dalam kehidupan ini. Umat Islam yang ajarannya merupakan rahmatan lil'alamiin harus mampu merefleksikan ajaran islam utuh. Sebagaimana perintah Allah Ta'ala dalam firman Nya : 6 Artinya : " Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu kedalam islam secara keseluruhannya, dan janganlah kamu turutkan langkah-langkah setan. Sesungguhnya setan itu musuh yang nyata bagimu" (QS. Al-Baqarah :208). Berdasarkan firman Allah tersebut, maka hendaklah kita dalam setiap langkah senantiasa mendasarkannya pada ajaran dan nilai-nilai Islam. Jangan sampai kita malah menjadikan ajaran islam sebagai dalih untuk pencapaian tujuan yang tidak islami. Caracara demikian sangat bertentangan dengan agama. Marilah kita simak salah satu hadist Rasulullah SAW Yang diriwayatkan oleh sahabat Abu Hurairah r.a. beliau bersabda : Artinya : " Sesungguhnya agama (Islam) itu (ajaran) kebaikan. Sesungguhnya agama (Islam) itu (ajaran) kebaikan. Sesungguhnya agama (Islam) itu (ajaran) kebaikan. "Para sahabat beliau bertanya: "Demi (untuk) Allah, untuk KitabNya, untuk RasulNya, untuk para pemimpin umat Islam, dan untuk umat Islam seluruhnya". Merenungi hadis diatas, sangatlah tidak tepat bila agama digunakan untuk tujuan-tujuan selain di atas. Kalaupun kita melihat kenyataan yang tidak sesuai dengan pandangan kita, kita tidaklah lantas dibenarkan mengambil keputusan maupun tindakan yang berlawanan, demi memaksakan keinginan kita. Karena bila demikian, berarti kita telah terjebak oleh ajakan setan. Allahu Akbar 3 x Walillahilhamd Hadirin yang dimuliakan Allah SWT. Selanjutnya, bagaimanakah kita seharusnya mengambil langkah dalam menyikapi kenyataan yang tidak semestinya itu ? Allah SWT. memberikan jalan melalui firmanNya : 7 Artinya : "Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu, Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk". (QS. An-Nahl :125). Pada firman-Nya yang lain : Artinya : "Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran" (QS. An-Nahl :90). Berpijak pada dua firman Allah SWT di atas, maka dapat kita tarik sebuah kesimpulan bahwa Allah SWT memerintahkan hambaNya untuk bertindak adil, berbuat baik, memberi, serta mencegah perbuatan-perbuatan keji dan mungkar, dengan cara yang baik dan bijak, dengan memahami benar situasi dan kondisi yang ada. Islam mengajarkan keluwesan, Islam tidak kaku, Islam datang sebagai agama rahmat, bukan penekan dan pemaksa. Hadirin jamaah Idul Fitri yang berbahagia. 8 Sebagaimana apa yang telah saya uraikan diatas dan dalam rangka menghadapi era reformasi dan globalisasi dewasa ini, marilah kita jadikan momentum Idul Fitri 1424 H untuk merefleksikan ajaran Islam sebagai rahmat bagi sekalian alam menuju Baldatun Thoyyibatun Warobbun Ghofur. Allahu Akbar 3 x walillahilhamd Ma'aasyiral muslimin yang berbahagia. Dalam kesempatan berlebaran pada Hari Raya Idul Fitri ini, hari yang agung ini, marilah kita sama-sama membersihkan hati kita sesama muslim sebangsa dan setanah air. Hilangkan rasa benci, rasa dengki gantilah semuanya itu dengan marhamah dan mahabbah serta kasih sayang. Dengan hati terbuka, muka yang jernih dan tangan yang diulurkan, kita saling bermaaf-maafan. Kita buka lembaran baru yang masih putih bersih, kita tutup halaman lama yang mungkin banyak terdapat kotoran dan noda. Biarlah yang tua memberi maaf yang muda, ayah memberi maaf kepada anak, suami memberi maaf kepada isteri, mertua memberi maaf kepada menantu. “Tidak halal bagi seorang muslim tidak bertegur sapa dengan saudaranya lebih dari tiga hari malam, yaitu mereka bertemu, lalu yang ini berpaling dan yang itu berpaling, tetapi orang yang paling baik adalah yang paling dahulu memberi salam (HR. Muslim). Dengan demikian, sudah seharusnya kita kembali dalam suasana perdamaian yang kesemuanya harus dimulai dari keluarga hingga masyarakat dan bangsa. Kedamaian membuat kehidupan bersama menjadi indah, karenanya konflik antar sesama tidak boleh berkepanjangan apalagi bila sebabnya bukan persoalan yang prinsip. Semoga setelah Ramadhan berakhir, ketaqwaan kita semakin kokoh, kehidupan keluarga dan masyarakat semakin baik, semangat menuntut ilmu semakin besar, dan masjid-masjid terus kita makmurkan sebagaimana mestinya. Hal ini diperkuat dengan seperti Hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah : “Sesuatu yang Paling cepat mendatangkan kebaikan ialah pahalanya orang yang berbuat baik dan menyambung kefamilian, yakni silaturahmi. Dan yang paling cepat mendatangkan kejahatan, ialah siksaan orang yang berbuat jahat dan memutuskan hubungan (kekeluargaan)”. (HR.Ibnu Majah) Ya Allah ya Tuhan Kami, berikanlah kami kekuatan serta kemampuan untuk melengkah kedepan, dimana kami akan tersesat tanpa petunjukMu, kami akan merugi 9 tanpa ridha dan tuntunanMu. Ya Allah ya Tuhan kami, curahilah kami dengan rahmat dan nikmatMu, sinarilah hati kami dengan cahayaMu. Berikanlah kami bimbingan untuk dapat berjalan dijalanMu. Tunjukkanlah kami jalan yang lurus, yaitu jalan yang Engkau Ridhai. Berilah kami kemampuan untuk mengikuti jalan yang lurus itu ya Allah. Ya Tuhan kami, ampunilah dosa dan kesalahan kami, kelalaian kami dalam pekerjaan kami, teguhkanlah pendirian kami dan berilah kami pertolongan dalam menghadapi orang-orang yang menolak kebenaran Mu. Ya Allah ya Tuhan kami, anugerahilah kami keselamatan didunia dan keselamatan di akhirat, dan jauhkanlah kiranya kami dari adzab siksa neraka. Ya Allah Ya Tuhan kami, berilah kiranya ampun bagi segenap mu'minin dan mu'minat, baik yang kini masih hidup, ataupun mereka yang sudah mendahului kita. Amin. Mohamad Handi Khalifah, A.Md 10