paper title for asian waterqual 2003

advertisement
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XXIII
Program Studi MMT-ITS, Surabaya, 1 Agustus 2015
KONSEP PENYEDIAAN RUANG TERBUKA HIJAU PUBLIK
MELALUI PUBLIC PRIVATE PARTNERSHIP DI KOTA MALANG
Rizka Rahma Maulida *), Rimadewi Suprihardjo dan Haryo Sulistyarso
Jurusan Arsitektur Alur Manajemen Pembangunan Kota Institut Teknologi Sepuluh
November
Jalan Raya ITS, Campus ITS Sukolilo, Surabaya, Jawa Timur, 60111 Indonesia
[email protected]
* Corresponding author
ABSTRAK
Pemerintah mengalami keterbatasan pembiayaan untuk mengembalikan luas ruang terbuka
hijau (RTH) yang menurun,. Swasta memiliki sumber dana yang diperlukan oleh pemerintah
daerah berupa public private partnership (PPP). PPP merupakan bentuk kegiatan
pengembalian sektor swasta terhadap kebutuhan masyarakat berupa pembangunan
infrastruktur publik. Sehingga perlu adanya kajian mengenai kemungkinan memanfaatkan
PPP untuk menyediakan RTH publik. Penelitian menggunakan pendekatan kualitatif
deskriptif dan preskriptif. Analisa standar penyediaan RTH untuk mengetahui kebutuhan RTH
publik. Content analysis untuk mengetahui potensi swasta dan kebutuhan penyediaan RTH
publik dari pemerintah Kota Malang. Analisa triangulasi untuk merumuskan konsep
penyediaan RTH publik melalui PPP. Kondisi menunjukkan bahwa Kota Malang masih
memiliki kebutuhan pada fungsi RTH ekologis, sosial-ekonomi dan arsitektural seluas
1637,81 ha. Berdasarkan hasil content analysis didapatkan parameter kerjasama pemerintah
dan swasta untuk penyediaan RTH, yaitu kerjasama pembangunan, kerjasama parsial,
keuntungan dan resiko. Bentuk kerjasama dalam penyediaan RTH antara lain corporate social
responsibility (CSR), corporate accountability (CA), kerjasama sosial-ekonomi, design-build
dan wrap around addition. Bentuk kerjasama bergantung pada karakteristik masing-masing
bagian wilayah kota (BWK) dan jenis RTH yang akan dikembangkan. RTH publik yang dapat
disediakan melalui PPP di Kota Malang adalah taman kota, taman alun-alun kota, taman
rekreasi, hutan kota, taman pembibitan, jalur hijau dan taman di median jalan.
Kata kunci: kerjasama pemerintah swasta, ruang publik, ruang terbuka hijau publik
PENDAHULUAN
Pada tahun 2009 menurut data AMPL (Aliansi Masyarakat Peduli Lingkungan) Kota
Malang, jumlah RTH hanya tersisa 4% atau 440,24 ha dari 11.006 ha luas Kota Malang
(AMPL, 2009). Pembahasan khusus tentang pentingnya mempertahankan RTH kota dalam
pengelolaan lingkungan perkotaan sudah sering dilakukan, namun sampai saat ini masih
merupakan pertimbangan dan keputusan politis terakhir. Penyebab utama, adalah dasar
kebijakan perlu dipertahankannya RTH itu, hanya pertimbangan nilai ekonomis jangka
pendek, sehingga RTH justru seringkali tergusur (Kementerian PU, 2006). Selain itu,
kemampuan keuangan pemerintah terbatas karena banyak pula kebutuhan sektor lain yang tak
kalah mendesak (Hidayat, 2013).
Implikasi dari keterbatasan kemampuan pemerintah ini mengakibatkan tidak
seimbangnya ketersediaan infrastruktur kota dengan kebutuhan masyarakat. Sudah sewajarnya
ISBN : 978-602-70604-2-5
B-28-1
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XXIII
Program Studi MMT-ITS, Surabaya, 1 Agustus 2015
apabila pemerintah lebih mengembangkan pendekatan public private partnership untuk
memenuhi ketersediaan infrastruktur perkotaan dan peningkatan pelayanan kebutuhan dasar
masyarakat (Riyanto, 2011). Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Malang menyebutkan
pada tahun 2014 terdapat satu perusahaan swasta dan dua BUMN (Badan Usaha Milik
Negara) yang bekerjasama dalam pembangunan ruang terbuka hijau publik dalam bentuk
CSR (corporate social responsibility).
Berdasarkan hal tersebut, kemampuan dana yang terbatas dari pemerintah dalam
penyelenggaraan infrastruktur publik memerlukan dukungan finansial dari pihak swasta
sehingga dapat memenuhi kebutuhan masyarakat akan ruang terbuka hijau. Tujuan penelitian
ini adalah untuk menghasilkan konsep pembiayaan dalam penyediaan ruang terbuka hijau
publik dengan memanfaatkan kerjasama pemerintah dan swasta atau public private
partnership (PPP) di Kota Malang. Untuk mencapai tujuan yang diinginkan, maka sasaran
penelitian ini yaitu identifikasi kebutuhan ruang terbuka hijau publik, analisa potensi peran
swasta terhadap pembangunan ruang terbuka hijau, analisa kemampuan penyediaan ruang
terbuka hijau publik melalui public private partnership (PPP) dan merrumuskan konsep
penyediaan ruang terbuka hijau publik melalui public private partnership (PPP) di Kota
Malang.
Hal utama yang harus diperhatikan dalam rencana pembangunan dan pengembangan
ruang terbuka hijau yang fungsional suatu wilayah perkotaan menurut Makalah Lokakarya
Pengembangan Sistem RTH di Perkotaan Tahun 2009 yaitu:
1. Luas RTH minimum yang diperlukan dalam suatu wilayah perkotaan di-tentukan secara
komposit oleh tiga komponen yaitu kapasitas atau daya dukung alami wilayah, kebutuhan
per kapita (kenyamanan, kesehatan, dan bentuk pelayanan lainnya) dan arah/tujuan
pembangunan kota
2. Lokasi lahan kota yang potensial dan tersedia untuk RTH
3. Struktur dan pola RTH yang akan dikembangkan (bentuk, konfigurasi, dan distribusi)
4. Seleksi tanaman sesuai kepentingan dan tujuan pembangunan kota.
METODE
Penelitian ini meliputi empat tahapan analisa berdasarkan atas empat sasaran yang
ingin dicapai, yaitu :
1. Analisis kebutuhan ruang terbuka hijau publik, menggunakan analisis standar dari
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.5 Tahun 2008 tentang Pedoman Penyediaan dan
Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Perkotaan. Melalui analisis ini akan
ditentukan luas dan jenis kebutuhan ruang terbuka hijau publik yang ada di Kota Malang.
2. Analisis potensi peran swasta, dilakukan dengan menggunakan wawancara (in-depth
interview) kemudian diolah dengan teknik content analysis. Narasumber yang diambil pada
wawancara yang dilakukan adalah pihak swasta dari sektor yang berbeda serta mampu
bekerja sama dalam memberikan informasi mengenai public private partnership. Teknik
content analysis merupakan analisa yang mengandalkan kode-kode yang ditemukan dalam
sebuah teks perekaman data selama wawancara dilakukan dengan subjek di lapangan.
Berikut alur dalam pelaksanaan content analysis berdasarkan Bungin (2010) :
Menemukan kode
Klasifikasi data
berdasarkan kode
Gambar 1. Proses Content Analysis
ISBN : 978-602-70604-2-5
B-28-2
Prediksi Data
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XXIII
Program Studi MMT-ITS, Surabaya, 1 Agustus 2015
3. Analisis kemampuan penyediaan RTH melalui public private partnership, dipergunakan
untuk menyesuaikan hasil kebutuhan ruang terbuka hijau publik dengan potensi swasta
dalam penyediaan ruang terbuka hijau publik. Penyesuaian hasil dilakukan dengan
melakukan wawancara (in-depth interview) kepada pemerintah daerah terkait. Pemerintah
daerah yang terkait dengan public private partnership serta ruang tebruka hijau disesuaikan
dengan analisa stakeholder. Hasil wawancara (in-depth interview) tersebut kemudian
diolah dengan teknik content analysis.
4. Perumusan konsep ruang terbuka hjau publik melalui public private partnership,
ditentukan dengan menggunakan metode deskriptif dengan menggunakan analisis
triangulasi. Analisa triangulasi pada dasarnya menggunakan 3 sumber data yang nantinya
akan dijadikan sebagai pertimbangan dalam penentuan konsep penyediaan ruang terbuka
hijau publik. Dalam penelitian ini, sumber informasi yang akan digunakan antara lain :
a. Hasil penelitian berupa kerjasama yang dapat dilakukan dalam penyediaan ruang
terbuka hijau publik.
b. Studi literatur mengenai arahan pengendalian perubahan pemanfaatan lahan yang
pernah diterapkan.
c. Kebijakan yang terkait dalam kerjasama pemerintah dan swasta
Variabel yang digunakan pada penelitian ini dipilih melalui kajian teori dan kondisi
eksisting yang ada di lapangan atau wilayah studi. Variabel yang digunakan dapat dilihat pada
Tabel 1.
Tabel 1. Variabel Penelitian
Aspek
Struktur dan pola RTH yang
akan dikembangkan
Indikator
Sebaran penyediaan RTH
Lokasi RTH
Fungsi RTH yang diperlukan
Kriteria dalam penyediaan
RTH
Kontrak kerjasama
Investasi
Transfer Resiko pembiayaan
Insentif kerjasama
Variabel
Luas wilayah
Keterjangkauan masyarakat terhadap
lokasi RTH
Fungsi sosial-ekonomi
Fungsi arsitektural
Fungsi ekologis
Kontrak pelayanan
Kontrak pembangunan
Lahan
Finansial
Sarana pelengkap
Vegetasi
Mekanisme transfer resiko
Bentuk transfer resiko
Jenis perusahaan swasta
Bentuk kerjasama
Jenis investasi
Besar resiko
Sumber : Hasil Kajian Pustaka, 2015
HASIL DAN PEMBAHASAN
Analisis Kebutuhan Ruang Terbuka Hijau Publik
Kebutuhan ruang terbuka hijau yang ada di wilayah perkotaan berdasarkan Peraturan
Menteri Pekerjaan Umum No.05/PRT/M/2008 tentang Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan
Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Perkotaan, menyebutkan bahwa ruang terbuka hijau
memiliki proporsi minimal 30% dari luas kota. Luas tersebut terbagi menjadi 20% merupakan
ruang terbuka hijau publik dan 10% merupakan ruang terbuka hijau privat.
ISBN : 978-602-70604-2-5
B-28-3
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XXIII
Program Studi MMT-ITS, Surabaya, 1 Agustus 2015
Tabel 2 Perhitungan Kebutuhan RTH Berdasarkan Luas Wilayah per Bagian Wilayah Kota
(BWK) Kota Malang
Luas BWK
(ha)
(3)
No
(1)
BWK
(2)
1
2
Malang Barat
Malang
Tengah
Malang
Tenggara
Malang Timur
Malang Timur
Laut
Malang Utara
Jumlah
3
4
5
6
1.437.84
Luas RTH
Eksisting
(4)
Ha
%
29.66
2.06
Kebutuhan RTH
Publik (ha)
((3) x 20% = (5))
287.59
Penambahan
Kebutuhan RTH
((5) – (4))
ha
%
257.93
17.94
812.44
88.35
10.87
162.49
74.14
9.13
3.004.42
109.60
3.65
600.88
491.28
16.35
1.678.36
150.06
8.94
335.67
185.61
11.06
1.767.05
80.25
4.54
353.41
273.16
15.46
2.397.00
11.097.11
123.71
581.63
5.16
35.23
479.40
2.219.44
355.69
1.637.81
14.84
84.77
Sumber : Hasil Analisis, 2015
Pada penelitian ini, kebutuhan ruang terbuka hijau publik disesuaikan dengan kebijakan
RTRW dan Masterplan RTH Kota Malang yaitu penyediaan ruang terbuka hijau yang
didasarkan pada fungsi pada masing-masing bagian wilayah kota. Sehingga untuk
menentukan fungsi yang masih belum terpenuhi pada masing-masing bagian wilayah kota
dilakukan analisa deskriptif dengan komponen karakteristik guna lahan, kebijakan daerah dan
fungsi ruang terbuka hijau eksisting
Sesuai dengan luas kebutuhan ruang terbuka hijau publik berdasarkan luas wilayah serta
identifikasi fungsi ruang terbuka hijau yang diperlukan pada masing-masing bagian wilayah
di Kota Malang, maka dapat dihasilkan ringkasan kebutuhan ruang terbuka hijau publik di
Kota Malang seperti yang ada pada Tabel 3.
Tabel 3 Hasil Analisa Kebutuhan Ruang Terbuka Hijau Publik Per BWK di Kota Malang
BWK
Malang Barat
Fungsi RTH Prioritas
1. Sosial – ekonomi
2. Ekologis
Malang Tengah
1. Sosial – ekonomi
2. Ekologis
3. Arsitektural
Malang Tenggara
1. Ekologis
Malang Timur
2. Sosial-ekonomi
3. Arsitektural
1. Arsitektural
Malang Timur
Laut
2. Sosial-ekonomi
1. Arsitektural
2. Ekologis
Jenis RTH
(Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.05/PRT/M/2008)
- Hutan kota
- Taman kota
- Taman rekreasi
- Lapangan olahraga
- Hutan kota
- Kawasan dan jalur hijau
- Taman rekreasi
- Lapangan olahraga
- Hutan kota
- Taman kota
- Kawasan dan jalur hijau
- Kawasan dan jalur hijau
- Taman kota
- Hutan kota
- Kawasan dan jalur hijau
- Hutan kota
- Jalur hijau
- Taman kota
- Jalur hijau
- Lapangan olahraga
- Kawasan dan jalur hijau
- Taman kota
- Kawasan dan jalur hijau
- Taman kota
ISBN : 978-602-70604-2-5
B-28-4
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XXIII
Program Studi MMT-ITS, Surabaya, 1 Agustus 2015
BWK
Malang Utara
Fungsi RTH Prioritas
1. Sosial – ekonomi
2. Ekologis
Jenis RTH
(Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.05/PRT/M/2008)
- Taman rekreasi
- Lapangan olahraga
- Hutan kota
- Kawasan dan jalur hijau
Sumber : Hasil Analisis, 2015
Analisis potensi peran swasta dalam penyedian ruang terbuka hijau publik di Kota Malang
Analisa potensi peran swasta digunakan untuk mengetahui apa saja peran swasta yang
dapat diberikan dalam penyediaan ruang terbuka hijau publik. Faktor untuk mendapatkan
informasi dilakukan dengan cara in depth interview. Narasumber yang digunakan merupakan
pihak swasta dari beberapa sektor, antara lain sektor keuangan perbankan, sektor industri
rokok dan sektor pengembang perumahan. Kemudian untuk mengetahui potensi peran swasta
digunakan teknik content analysis.
Berdasarkan wawancara yang sudah dilakukan, maka akan muncul konfirmasi dari
faktor yang ditetapkan dari variabel. Berdasarkan pada tabel frekuensi faktor, didapatkan
bahwa ada faktor yang terkonfirmasi dan tidak terkonfirmasi. Kesimpulan terkonfirmasi atau
tidaknya faktor dari narasumber didapatkan dari konsistensi penyebutan dari masing-masing
narasumber. Berdasarkan tabel frekuensi penyebutan, maka didapatkan beberapa faktor yang
terkonfirmasi, tidak terkonfirmasi dan faktor baru yang disebutkan oleh narasumber,
selengkapnya pada Tabel 4.
Tabel 4 Faktor konfirmasi dari masing-masing variabel dari narasumber
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
Faktor Terkonfirmasi
Kontrak kerjasama berbentuk pelayanan
Kontrak kerjasama berbentuk pembangunan
Mekanisme transfer resiko
Bentuk transfer resiko
Besar profit dari insentif
Bentuk insentif
Besar resiko
Faktor tidak terkonfirmasi
a. Investasi lahan
b.Investasi finansial
c. Investasi sarana pelengkap
d.Investasi vegetasi
Faktor baru
a. Negosiasi
bentuk
kerjasama
b. Prosedur kerjasama
Alasan munculnya konfirmasi tersebut dijabarkan kembali sesuai dengan wawancara
dan pemahaman yang dilakukan dalam melakukan content analysis. Pemahaman kembali
dimaksudkan untuk menunjukkan maksud dari narasumber dan konsistensi yang diberikan
antar narasumber pada faktor yang dimaksudkan. Sehingga hasil yang didapatkan dari analisa
ini didapatkan potensi peran swasta yang ada di Kota Malang adalah :
1. Potensi kerjasama didasari pada kebijakan daerah sesuai Masterplan Ruang Terbuka Hijau
Kota Malang Tahun 2012-2032, bahwa pihak swasta memberikan bantuan pendanaan bagi
masyarakat dalam realisasi pemanfaatan dan pemeliharaan ruang terbuka hijau
2. Sektor swasta memiliki bersedia untuk kerjasama dalam bentuk pelayanan maupun
pembangunan ruang terbuka hijau publik
3. Adanya potensi investasi dalam penyediaan ruang terbuka hijau dalam bentuk finansial,
sarana pelengkap maupun vegetasi, namun dilakukan melalui pihak ketiga untuk
meminimalkan resiko
Analisis kemampuan penyediaan ruang terbuka hijau melalui public private partnership di
Kota Malang
Analisis ini diawali dengan melakukan analisa kemampuan stakeholder pemerintah
dalam menyediakan ruang terbuka hijau publik di Kota Malang. Langkah yang dilakukan
pada analisis ini adalah melakukan in-depth interview pada pemerintah daerah Kota Malang
sebagai narasumber. Hal ini dilakukan untuk mengetahui komponen yang dibutuhkan dalam
ISBN : 978-602-70604-2-5
B-28-5
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XXIII
Program Studi MMT-ITS, Surabaya, 1 Agustus 2015
penyediaan ruang terbuka hijau publik namun masih belum dapat dipenuhi oleh pemerintah
daerah. Analisis yang dilakukan untuk mengolah hasil wawancara adalah content analysis.
Hasil yang didapatkan adalah :
1. Pemerintah lebih memerluka kerjasama dalam bentuk pembangunan ruang terbuka hijau
2. Kebutuhan pemerintah dalam penyediaan ruang terbuka hijau adalah lahan, finansial,
sarana pelengkap dan vegetasi
3. Negosiasi menjadi titik penting dalam kerjasama yang akan dilakukan oleh pemerintah dan
swasta
4. Pemerintah menginginkan faktor resiko yang kecil dalam kerjasama
Kemudian dilakukan analisa pemahaman dari pendapat pemerintah dan swasta
mengenai kerjasama dalam penyediaan ruang terbuka hijau publik di Kota Malang. Hasil
analisa tersebut adalah :
1. Kontrak kerjasama yang dilakukan adalah kontrak pembangunan. Pihak swasta menolak
adanya kerjasama parsial (hanya pengadaan sarana pelengkap, hanya pengadaan vegetasi,
hanya pengadaan lahan atau hanya pemberian finansial). Untuk menghindari konflik dalam
kerjasama harus melalui pihak ketiga
2. Untuk investasi berupa sarana pelengkap dan juga vegetasi yang diperlukan oleh
pemerintah, maka perlu adanya kerjasama tertentu untuk menegosiasi penolakan pihak
swasta dalam pengadaan komponen tersebut
3. Mekanisme dan bentuk transfer resiko dilakukan melalui perjanjian resmi secara hukum
4. Terdapat penentuan keuntungan dan bentuk insentif yang dapat diberikan oleh pemerintah
kepada swasta
5. Besar resiko dalam penyediaan ruang terbuka hijau publik seminimal mungkin
6. Negosiasi kerjasama harus dilakukan berulang-ulang untuk mematangkan faktor lain
seperti resiko, insentif, bentuk kerjasama
Hasil pemahaman ini digunakan sebagai karakteristik dalam menentukan bentuk
kerjasama yang dapat dilakukan untuk penyediaan ruang terbuka hijau publik melalui public
private partnership. Melalui karakteristik kerjasama maka ditentukan parameter yang
digunakan adalah kerjasama pembangunan, kerjasama parsial, keuntungan dan resiko.
Bentuk-bentuk kerjasama pemerintah dan swasta sesuai dengan kajian teori yang sudah
dilakukan antara lain berdasarkan teori:
1. Corporate Social Responsibility, Public Private Partnership and Human Development :
Towards a New Agenda (and Beyond). Public Private Partnerships in the Post-WSSD
Context Conference dari Ananya Mukherjee and Darryl Reed tahun 2006
2. Analisis Participating Interest (PI) dalam Kontrak Kerjasama (KKS) Pemerintah Daerah
dan Swasta oleh Ahita Nur Aisyah dan Nurkholis Zen tahun 2014
3. America’s National Council on Public Private Partnership tahun 2000
Hasil yang didapatkan dari analisa yang dilakukan melalui parameter dan bentuk
kerjasama, didapatkan bentuk kerjasama pemerintah dan swasta yang dapat dilakukan dalam
penyediaan ruang terbuka hijau publik di Kota Malang antara lain corporate social
responsibility (CSR), corporate accountability (CA), kerjasama sosial-ekonomi, design-build
dan wrap around addition.
Konsep penyediaan ruang terbuka hijau publik melalui public private partnership di Kota
Malang
Analisa konsep penyediaan dilakukan untuk mengetahui aplikasi kerjasama pemerintah
dan swasta yang dapat diterapkan dalam penyediaan ruang terbuka hijau publik di Kota
Malang. Penyusunan konsep menggunakan analisa triangulasi. Komponen yang digunakan
ISBN : 978-602-70604-2-5
B-28-6
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XXIII
Program Studi MMT-ITS, Surabaya, 1 Agustus 2015
dalam analisa triangulasi antara lain hasil analisa kebutuhan ruang terbuka hijau, teori atau
hasil referensi dan kebijakan daerah yang berlaku.
1. BWK Malang Barat
a. Penyediaan taman kota dapat dilakukan dengan menggunakan kerjasama sosial
ekonomi, design build dan wrap around addition. Untuk taman rekreasi dapat dilakukan
dengan kerjasama design build dan wrap around addition. Sedangkan untuk lapangan
olahraga kerjasama dapat dilakukan melalui bentuk CSR.
b. Pengembangan RTH di TPA Supit Urang, diarahkan untuk jenis ruang terbuka hijau
berupa hutan kota dengan kerjasama bentuk design build dan wrap around addition.
c. Pengembangan jalur hijau dapat dikembangkan dengan bentuk kerjasama pemerintah
dan swasta berupa CSR atau CA
2. BWK Malang Tengah
Pengembangan ruang terbuka hijau yang dilakukan adalah penambahan jalur hijau dengan
bentuk kerjasama yang akan dilakukan adalah CSR.
3. BWK Malang Tenggara
a. Pengembangan ruang terbuka hijau yang dilakukan salah satunya adalah penambahan
jalur hijau jalan dengan jenis kerjasama pemerintah dan swasta berupa CSR dan CA
b. Penambahan taman sebagai median jalan, dapat berupa fungsi ekologis dan fungsi
arsitektural. Jenis kerjasama pemerintah dan swasta yang dapat dilakukan adalah CSR
dan CA.
c. Pengembangan ruang terbuka hijau berupa hutan kota dapat dilakukan dengan
kerjasama design-build dan wrap around addition.
4. BWK Malang Timur
a. Pengembangan jalur hijau dapat dilakukan dengan kerjasama pemerintah dan swasta
melalui bentuk CSR dan CA.
b. Jalur median jalan dapat disediakan dengan kerjasama pemerintah dan swasta melalui
bentuk CSR dan CA.
c. Bentuk kerjasama yang dapat dilakukan dalam penyediaan taman alun-alun kota adalah
sosial ekonomi, design-build dan wrap around addition
d. Lapangan olahraga dapat disediakan dengan kerjasama pemerintah dan swasta melalui
bentuk CSR.
5. BWK Malang Timur Laut
a. Penyediaan taman kota dapat berupa alun-alun dan monumen kota, yang dapat
dilakukan melalui kerjasama dengan bentuk sosial ekonomi, design-build dan wrap
around addition
b. Median jalan yang diperlukan dapat disediakan melalui kerjasama pemerintah dan
swasta dengan bentuk kerjasama berupa CSR dan CA.
c. Penyediaan jalur hijau dapat dilakukan melalui kerjasama pemerintah dan swasta
dengan bentuk CSR dan CA
6. BWK Malang Utara
a. Penambahan taman pembibitan dapat dilakukan melalui kerjasama pemerintah dan
swasta melalui bentuk design build dan wrap around addition
b. Bentuk kerjasama yang dapat dilakukan untuk penyediaan taman kota dan rekreasi
adalah design build dan wrap around addition
c. Jalur hijau yang diperlukan ini dapat dilakukan dengan kerjasama pemerintah dan
swasta dengan bentuk CSR dan CA.
ISBN : 978-602-70604-2-5
B-28-7
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XXIII
Program Studi MMT-ITS, Surabaya, 1 Agustus 2015
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan dari hasil penelitian ini adalah bentuk kerjasama yang dapat dilakukan
dalam penyediaan ruang terbuka hijau publik di Kota Malang hanya memiliki lima bentuk,
antara lain corporate social responsibility (CSR), corporate accountability (CA), kerjasama
sosial-ekonomi, design-build dan wrap around addition. Berdasarkan kerjasama pemerintah
dan swasta yang dilakukan dalam penyediaan ruang terbuka hijau publik, dapat membantu
memenuhi kebutuhan infrastruktur publik di masyarakat. Ruang terbuka hijau publik yang
dapat dipenuhi adalah ruang terbuka hijau dengan jenis taman kota, taman alun-alun kota,
taman rekreasi, hutan kota, taman pembibitan, jalur hijau dan taman di median jalan.
Saran untuk penelitian selanjutnya, yaitu :
1. Perlu dilakukan studi lebih lanjut mengenai kelayakan proyek yang dapat dikerjasamakan
antara pihak pemerintah dan swasta
2. Perlu adanya kajian mengenai dampak positif dan negarif yang muncul dari kerjasama
yang akan dilakukan
3. Perlu adanya masukan dari masyarakat terkait konsep penyediaan dan penataan ruang
terbuka hijau publik
DAFTAR PUSTAKA
Aliansi Masyarakat Peduli Lingkungan, (2009), Evaluasi Taman Kota Binaan Masyarakat di
Kota Malang Bagian Utara Berdasarkan Struktur Vegetasi dan Fungsi Ekologis,
Universitas Negeri Malang, Malang.
Kementerian Pekerjaan Umum, (2006), Ruang Terbuka Hijau Perkotaan, Kementerian
Pekerjaan Umum, Jakarta.
Hidayat, Dadang, (2013), Butuh 20 Tahun Penuhi Kebutuhan Ruang Terbuka Hijau. Antara.
Wisma Antara. Jakarta Pusat
Riyanto, Anton, (2011), Pengembangan Potensi Pembangunan di Kota Tangerang Melalui
Kerjasama
Pemerintah-Swasta
(KPS/Public
Private
Partnership),
http://www.slideshare.net/antonirfanilham/pengembangan-kerjasama-pemerintahswasta.
America’s National Council on Public Private Partnership, (2000), National Council on
Public Private Partnership, http://America’s National Council on Public Private
Partnership.org
Reed, Ananya Mukherjee and Darryl, (2006), Corporate Social Responsibility, Public Private
Partnership and Human Development : Towards a New Agenda (and Beyond),
Copenhagen Business Scholl, Copenhagen.
Zen, Ahita Nur Aisyah dan Nurkholis, (2014), Analisis Participating Interest (PI) dalam
Kontrak Kerjasama (KKS) Pemerintah Daerah dan Swasta, Universitas Brawijaya,
Malang.
ISBN : 978-602-70604-2-5
B-28-8
Download