pengaruh good corporate governance dan ukuran perusahaan

advertisement
PENGARUH GOOD CORPORATE GOVERNANCE
DAN UKURAN PERUSAHAAN TERHADAP
MANAJEMEN LABA PADA INDUSTRI TEKSTIL
DAN GARMEN YANG TERDAFTAR DI BEI DALAM
PERIODE SEWINDU BERJALAN
DHUHA NUGRAHA AJI
Program Studi Akuntansi - S1, Fakultas Ekonomi & Bisnis,
Universitas Dian Nuswantoro Semarang
URL : http://dinus.ac.id/
Email : [email protected]
ABSTRACT
A company, in its operation, periodically prepares its financial report for the
parties such as shareholders, investor and government. Financial statements are one
source of information about the condition and performance of the company for the external
parties.
The population of this research is companies which are registered in Indonesia
Stock Exchange in the period of 2007-2014. Meanwhile the sample of this research is
manufacturer companies of textile and garment industries. The technique of the data
analysis of the research uses multiple linier regressions.
The study shows that managerial variable influences to profit management in
textile and garment manufacturer companies in Indonesia Stock Exchange. Variable
institutional ownership does not influence to the profit management at textile and garment
manufacturer companies in Indonesia Stock Exchange. Then, board of commissioner
variable also does not influence to the profit management at textile and garment
manufacturer companies in Indonesia Stock Exchange. Audit committee and company
measure variable influence significantly to the profit management at textile and garment
manufacturer companies in Indonesia Stock Exchange.
Keywords: audit committee, board of commissioner, company measurement,
institutional ownership, managerial ownership.
ABSTRAK
Dalam menjalankan kegiatan operasinya, suatu perusahaan secara periodik
menyiapkan laporan keuangan untuk pihak–pihak yang berkepentingan seperti pemegang
saham, investor, dan pemerintah. Laporan keuangan merupakan salah satu sumber
informasi mengenai kondisi dan kinerja suatu perusahaan bagi pihak eksternal.
Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia (BEI) selama periode tahun 2007-2014. Sampel dalam penelitian ini adalah
perusahaan manufaktur sub sektor industri tekstil dan garmen. Alat analisis yang
digunakan adalah regresi linier berganda.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Variabel kepemilikan manajerial berpengaruh
terhadap manajemen laba pada perusahaan manufaktur sektor tekstil dan Garmen di
Bursa Efek Indonesia.Variabel kepemilikan institusional tidak berpengaruh terhadap
manajemen laba pada perusahaan manufaktur sektor tekstil dan Garmen di Bursa Efek
Indonesia.Variabel ukuran dewan komisaris tidak berpengaruh terhadap manajemen laba
pada perusahaan manufaktur sektor tekstil dan Garmen di Bursa Efek Indonesia. Variabel
komite audit berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba pada perusahaan
manufaktur sektor tekstil dan Garmen di Bursa Efek Indonesia.Variabel ukuran perusahaan
berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba pada perusahaan manufaktur sektor
tekstil dan Garmen di Bursa Efek Indonesia
Kata kunci : kepemilikan manajerial; kepemilikan intitusional; ukuran dewan
komisaris; komite audit; ukuran perusahaan
PENDAHULUAN
Laba termasuk indikator dalam pengukuran prestasi atas pertanggungjawaban
manajemen dalam menggapai sasaran operasi serta mendukung pemilik untuk
memprediksikan kemampuan perusahaan nantinya. Informasi seperti ini kerap menjadi
sasaran rekayasa melalui aksi individu manajemen untuk menentukan kebijakan tertentu,
sehingga laba dapat diatur sesuai harapannnya. Laporan keuangan merupakan salah satu
basis informasi tentang kondisi dan kinerja suatu perusahaan bagi pihak ekstern. Informasi
tersebut mengenai keuangan, kinerja dan perubahan posisi keuangan suatu perusahaan,
memiliki manfaat bagi sebagian besar pemakai dalam mengambil keputusan ekonomi.
Salah satu poin pokok dalam laporan keuangan yang dipakai dalam menilai prestasi
manajemen adalah laba. Informasi laba merupakan perhatian utama guna memperkirakan
kinerja atau prestasi manajemen. Selain itu informasi laba juga dipakai oleh investor atau
kubu lain yang bersangkutan selaku parameter efisiensi pemakaian dana yg tertanam dalam
perusahaan yang dientitaskan dalam tingkat pengembalian dan penanda untuk kenaikan
kemakmuran (Ghozali dan Chariri, 2007). Adanya informasi dari pihak penyunbang untuk
makin memperhatikan laba selaku para meter kerja perusahaan, akan memotivasi
manajemen untuk melaksanakan manajemen laba. Beberapa elemen yang memiliki
pengaruh praktek manajemen laba didalam perusahaan adalah praktek good corporate
governance, dan ukuran perusahaan. tidak konsistenan hasil observasi faktor-faktor
tersebut dalam mempengaruhi praktek manajemen laba perusahaan.
Manajemen laba timbul sebagai efek dari teori keagenan yang timbul karena
adanya ketidakcocokan keinginan antara pemegang saham (principal) dan manajemen
perusahaan (agent). Corporate governance merupakan cara untuk mengendalikan
manajemen laba. (Veronica dan Bachtiar, 2004). (Andri, Hanung, Rahmawati dan T.
Triatmoko, 2007) menyebutkan sistem corporate governance yang boleh dipakai untuk
membereskan konflik keagenan diantaranya adalah komisaris independen dan komite
audit. Berdasarkan beberapa teori yang mengindikasikan pentingnya penerapan good
corporate governance dan andil auditor dalam meminimalisasi dan menemukan
manajemen laba. Manajemen laba bisa menjadi salah satu aspek yang dapat mengurangi
integritas laporan keuangan dikarenakan angka yang dilaporkan tersebut tidak
mencerminkan kondisi sebenarnya.
Selain penerapan corporate governance, faktor lain yang memiliki pengaruh pada
aksi manajemen laba ialah ukuran prusahaan. Ukuran perusahaan kecil dirasa makin sering
melancarkan manajemen laba ketimbang perusahaan besar. Hal ini lantaran emiten yang
kecil lebih condong hendak terlihat baik-baik saja supaya investor menginvestasikan
modalnya di perusahaan tersebut. Masyarakat akan sangat memperhatikan perusahaan
yang memiliki ukuran besar sehingga lebih menjaga dalam mengerjakan laporan keuangan
sehingga berefek perusahaan itu mengungkapkan keadaannya lebih cermat demi menjaga
nama baik perusahaan. (Nasution dan Setiawan, 2007).
TINJAUAN PUSTAKA
Teori Keagenan
Teori Keagenan menganggap bahwa setiap individu melakukan tindakan untuk
keperluan mereka sendiri. Teori Keagenan pertama kali di dikenalkan oleh Jensen dan
Meckling (1976). Teori Keagenan menjadi basis yang digunakan demi mengetahui
corporate governance. Jensen dan Meckling (1976) menyatakan bahwa teori agensi
merupakan sebuah persetujuan antara manajer (disebut juga agent) dengan pemilik (disebut
dengan principal). Agar ikatan perjanjian dapat bergerak dengan mulus, pemilik akan
mendelegasi otoritas pembentukan keputusan kepada manajer.
Manajemen Laba
Manajemen laba ialah kontribusi manajemen pada prosedur pembuatan laporan
keuangan yang tujuannya untuk dilaporkan kepada pihak eksternal dengan tujuan tertentu.
Manajemen laba dapat menekan kredibilitas dari laporan keuangan karena tidak
memcerminkan kondisi perusahaan yang sesungguhnya. Para pemakai laporan keuangan
dimungkinkan akan mengambil keputusan yang salah dikarenakan mereka memperoleh
informasi keuangan yang salah.
Good Corporate Governance
Good corporate governance ialah aturan yang mengontrol koneksi dari pemegang
saham, pelaksana prusahaan, bagian kreditur, pemerintah, pegawai dan para pemegang
relevansi internal dan eksternal lainnya yang berhubungan dengan hak dan kewajiban
mereka. Berikut ini adalah beberapa mekanisme GCG yang dibahas dalam penelitian ini,
antara lain :
1. Kepemilikan Manajerial
Kepemilikan manajemen adalah total saham yang dimiliki bagian manajemen dari
semua modal saham perusahaan yang dimiliki. Dengan adanya ini, diharapkan bias
memangkas aksi manajemen laba. Kepemilikan manajemen bisa menyerasikan
keinginan manajer beserta pemegang saham. Desakan dari pasar modal membuat
perusahaan dengan kepemilikan manajemen yang sedikit akan menetapkan sistem
akuntansi yang menaikkan laba yang dilaporkan, yang sebetulnya tidak menggambarkan
situasi ekonomi dari perusahaan tersebut (Boediono:2005). Kepemilikan seorang
manajer akan ikut mmutuskan kebijakan dan pengambilan keputusan terhadap metode
akuntansi yang diterapkan dalam penyusunan laporan keuangan, sehingga persentase
tertentu kepemilikan saham oleh pihak manajemen lebih condong berpengaruh pada
tindakan manajemen laba.
H1: Kepemilikan Manajerial berpengaruh terhadap manajemen laba
2. Kepemilikan Institusional
Pemegang saham institusi adalah pemegang saham perusahaan oleh pemerintah,
lembaga keuangan, lembaga organisasi hukum, instansi luar negeri, dana perwakilan
dan instansi lain. Adanya mekanisme ini di perusahaan akan memotivasi peningkatan
pengamatan atas kinerja manajemen. Semakin besar kepemilikan institusi maka akan
semakin besar dorongan dari institusi untuk mengawasi manajemen dan akibatnya akan
memberikan dorongan yang lebih besar bagi manajemen untuk mengoptimalkan kinerja
perusahaan dan menyelaraskan kepentingan manajemen dengan pemegang saham atau
stakeholder. Kepemilikan institusional bisa menekan tingkat dorongan manajemen
untuk menaikkan ketenteramannya sendiri lewat pengamatan yang intensif jadi bisa
memangkas sikap manajemen laba yang dilakukan oleh manajemen. Investor institusi
disangka investor yang tidak mudah “dibodohi” dengan sikap manajemen (Midiastuty
dan Mas`ud, 2003).
H2: Kepemilikan institusional berpengaruh terhadap manajemen laba
3. Ukuran Dewan Komisaris
Semakin banyak anggota dewan komisaris jadi bakal makin sulit pula saat
mengoperasikan perannya, di antaranya kesusahan dalam berinteraksi dalam kerja setiap
anggota tersebut, kerumitan dalam mengontrol dan mengatur tindakan manajemen, dan
kesusahan dalam berkeputusan yang mempunyai manfaat bagi perusahaan (Yermack,
1996). Hasil observasi yang dilakukan oleh beberapa peneliti terdahulu mendapatkan
bahwa ukuran dewan komisaris memiliki hubungan positif dengan manajemen laba. Hal
ini menandakan bahwa makin banyak ukuran dewan komisaris maka semakin banyak
pula peluang terjadi manajemen laba.
H3: Ukuran dewan komisaris berpengaruh terhadap manajemen laba
4. Komite Audit
Komite yang tujuan dan tugasnya melakukan pengawasan perusahaan. Hal ini berarti
emiten yang mempunyai komite audit lebih berkomitmen, transparan, saat melaporkan
keuangan dan menjauhi praktik manajemen laba karena komite audit akan mengawasi
tindakan perusahaan. Komite audit mempunyai peran penting dalam mengamati
beragam faktor organisasi.
H4: Komite audit berpengaruh terhadap manajemen laba
Ukuran Perusahaan
Ukuran perusahaan adalah karakteristik perusahaan dalam hubungannya dengan
struktur perusahaan. Ukuran emiten dapat mencerminkan kecil besarnya perusahaan yang
ditunjukkan oleh total aset, penjualan, dan kapitalisasi pasar. Semakin tinggi total aset,
penjualan, dan kapitalisasi pasar jadi semakin tinggi pula ukuran suatu perusahaan.
Semakin besar aset, maka semakin tinggi modal yang ditanam, semakin banyak yang dijual
maka semakin banyak perputaran uang dan semakin besar kapitalisasi pasar. Ukuran
Perusahaan besar cenderung memiliki tindakan yang hati–hati saat melangsungkan
pengendalian dan lebih melaksanakan kelola laba secara efektif. Emiten yang memiliki
ukuran besar akan dilirik oleh publik jadi mereka akan lebih cermat saat menjalankan
pelaporan keuangan, sehingga berefek perusahaan tersebut mengutarakan keadaannya
lebih teliti supaya dapat menjaga nama baik perusahaan di mata publik. (Nasution dan
Setiawan, 2007).
H5: Ukuran perusahaan berpengaruh terhadap manajemen laba
METODE PENELITIAN
Variabel dan Definisi Operasional Variabel
Variabel Penelitian
Pada penelitian ini terdapat satu variabel terikat yaitu Manajemen Laba dan 5 variabel
bebas antara lain, Kepemilikan Manajemen, Kepemilikan Institusi, Ukuran Dewan
Komisris, Audit Komit dan Ukuran Perusahaan.
Definisi Operasional Variabel
Deskripsi operasional adalah panduan bagaimana variabel diukur. Dalam penelitian ini
variabel terikat dan bebas adalah :
1. Manajemen Laba
Dilakukan melalui discretinary akrual (DA). Discretonary akrual digunakan sebagai
proksi karena termasuk elemen yang bisa dicurangi oleh manajer. Untuk mengukurnya,
dengan menghitung total akrual. Total akrual dikelompokkan menjadi elemen
discretionary dan non discretionary (Midiastuty, 2003).
2. Kepemilikan Manajerial
3. Kepemilikan Insitusional
4. Ukuran Dewan Komisaris
Ukuran dari variabel ini dilakukan dengan melihat jumlah anggota dewan komisaris
yang menjabat pada emiten, baik dari internal perusahaan itu sendiri ataupun dari ekst
ernal perusahaan sampel.
5. Komite Audit
Indikator yang digunakan adalah data dalam laporan keuangan perusahaan sampel,
paling tidak terdapat tiga anggota, seseorang diantaranya adalah komisaris independen
perusahaan sebagai ketua dari komite audit tersebut.
6. Ukuran Perusahaan
Variabel ini diukur dari log natural total asett emiten sampel dalam laporan keuangan
tiap perusahaan.
Populasi dan Sampel
Perusahaan yang listing di BEI selama tahun 2007-2014. Dalam penelitian ini sampelnya
adalah industri tekstil dan garmen. Industri tekstil dan garmen dipilih karena menurut
penulis indstri ini merupakan industri yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat dalam
memenuhi kebutuhan sandang sehingga perusahaan yang berjalan di bidang ini menurut
penulis akan tetap eksis walaupun dalam kondisi krisis. Purposive sampling method
digunakan dalam penelitian ini, yaitu penetuan sampel atas dasar kriteria tertentu. Dari
keseluruhan jumlah perusahaan industri tekstil dan garmen yang terdaftar di BEI tahun
2007-2014, diperoleh 8 sampel yang lolos kriteria dalam pemilihan sampel jadi jumlah
data yang bias digunakan dalam penelitian ini adalah 8 x 8 tahun = 64.
Jenis dan Sumber Data
Data sekunder dipakai di riset ini. Data yang dipakai dalam penelitian bersumber dari LK
industri tekstil dan garmen di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2007–2014. Data penelitian
ini diperoleh dari Kantor BEI Kantor Perwakilan Semarang.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Statistik Deskriptif
Bardasarkan perhitungan pada masing-masing variabel yang diteliti, maka bisa didapat
statistik variabel yang memiliki fungsi untuk mengetahui karakteristik dari data yang
dipakai. Statistik deskriptif tersebut mencakup jumlah sampe, minimal, maksimal, rata-rata
dan deviasi standar dari setiap variabel.
Berdasarkan tabel diatas hasil perhitungan deskriptif tersebut nampak bahwa dari 64 data
selama 8 tahun. Hasil rata-rata pada manajemen laba selama periode pengamatan sebanyak
-54332.5 dan standar deviasi sebanyak 303664.2329. Nilai standar deviasi lebih besar dari
hasil rata-rata menandakan perbedaan data bervariasi antar emiten sampel. Nilai rata-rata
kepemilikan manajerial selama periode pengamatan sebanyak 9.6421 dengan hasil deviasi
standar sbanyak 9.13838. Nilai standar deviasi yang lebih kecil dari hasil rata-rata
menegaskan adanya beda data antar emiten sampel kecil atau tidak bervariasi. Kepemilikan
institusi memiliki rata-rata sebanyak 35.93198 dan deviasi standar sebanyak 22.160053.
Hasil dari deviasi standar yang lebih kecil dari nilai rata-rata melambangkan adanya beda
data antar perusahaan sampel kecil atau tidak bervariasi. Nilai rata-rata ukuran dewan
komisaris sebanyak 4.27 dengan deviasi standar sebanyak 1.546. Nilai standar deviasi
yang kurang dari rata-rata menunjukan perbedaan data antar perusahaan sampel kecil atau
tidak bervariasi. Rata-rata komite audit sebanyak 2.98 dengan standar deviasi sebanyak
0.125. Nilai standar deviasi kurang dari nilai rata-rata membuktikan perbedaan data antar
emiten sampel kecil atau tidak bervariasi. Ukuran perusahaan menghasilkan rata-rata
sebesar 11.76791 dan deviasi standar sebanyak 01.020194 . Nilai deviasi standar kurang
dari nilai rata-rata menyatakan perbedaan data antar perusahaan sampel kecil atau tidak
bervariasi.
Uji Asumsi Klasik
1. Uji Normalitas
Hasil pengujian dengan uji Kolmogorov-Smirnov. Jika hasil signifikan KolmogorovSmirnov lebih dari level tertentu jadi bias diartikan perkiraan ini terpenuhi. Tingkat
signifikan yang dipakai dalam penelitian ini adalah 5% atau 0,05. Didapatkan hasil uji
Kolmogorov-Smirnov dengan menggunakan data sebagai berikut :
Hasil Kolmogorov Smirnov menunjukkan angka 1,221 dengan level of significant
sebesar 0,101 > 0,05. Hal ini memiliki arti hipotesis nol diterima atau variabel residual
berdistribusi normal.
2. Uji Multikolinieritas
Pengujian dilakukan dengan melihat ada ataukah tidak gejala multikol dengan
mengamati hasil matriks korelasi yang didapatkan pada waktu data diolah dan nilai VIF
serta Tolerance tersebut. Model regresi bebas multikol jika tolerance > 0,1 dan VIF <
10 (Ghozali, 2013).
Bisa dilihat bahwa tidak terdapat variabel yang mempunyai nilai tolerance < 0,10
ataupun nilai VIF > 10. Sehingga dapat diartikan tidak terjadi multikolinearitas dan
model regresi dalam penelitian ini layak digunakan.
3. Uji Autokorelasi
Pengujian autokorelasi dilakukan dengan metode Run Tests. Alasannya digunakannya
metode tersebut karena metode ini lebih akurat dalam mendeteksi nilai residual yang
mempunyai korelasi tinggi. Menurut Ghazali (2009:108) nilai signifikansi yang < 0,05,
berarti terjadi autokorelasi antara nilai residual.
Berdasarkan table diatas diperoleh hasil uji autukorelasi yaitu nilai signifikansi
menghasilkan angka 0,894, berarti > 0,05. Maka dapat diartikan tidak terdapat gejala
autokorelasi atau tidak terjadi autukorelasi.
4. Uji Heteroskedastisitas
Uji heterokedastisitas diukur dengan grafik antara nilai perkiraan variabel terikat yaitu
ZPRED dengan residualnya SRESID. Ditemukan atau tidak hetero dalam observasi ini
diukur dengan melihat pola tertentu pada grafik Scatterpolt antara SRESID dan ZPRED.
Titiknya mesti tersebar acak (random). Bila keadaan ini terpenuhi maka tidak terjadi
gejala hetero. Hasil uji hetero bisa dilihat dari gambar di bawah ini :
Dari grafik Scatterpolt diatas terlihat bahwa titik-titik menyebar secara acak di atas
ataupun di bawah angka 0 pada sumbu Y . Hal ini dapat didefinisikan bahwa tidak
terjadi hetero pada model regresi, sehingga model regresi layak digunakan untuk
memperkirakan kepemilikan manajemen, kepemilikan institusi, proporsi dewan
komisaris, komitte audit dan ukuran prusahaan.
Berdasarkan tabel tersebut, F hitung yaitu 2,422 dan nilai signifikannya adalah 0,047 <
0,05 , maka dari itu dapat dilihat dari persamaan variabel bebas yakni kepemilikan
manajerial, ukuran dewan komisaris, kepemilikan institusi, ukuran perusahaan, dan
komite audit secara simultan mempunyai pengaruh terhadap manajemen laba. Untuk itu,
penelitian dengan model regresi ini dapat digunakan untuk analisis.
Uji Hipotesis
1. Analisis Regresi Berganda
Hasil analisis regresi adalah berupa koefisien untuk tiap variabel independen.
Koefisien ini didapat dari prediksi nilai variabel dependen dengan suatu persamaan
(Ghozali, 2011).
Berdasarkan hasil analisis diatas pada table Coefficients maka dapat disusun
persamaan regresi untuk mengetahui variabel yang mempengaruhi manajemen laba
:
2. Uji T
Kepemilikan manajerial memiliki nilai probabilitas 0,030 < (0,05) berarti variabel
kepemilikan manajemen memiliki pengaruh pada manajemen laba. Hal ini berarti
H1 diterima. Variabel kepemilikan institusi memiliki nilai signifikansi sebesar
0,617 > (0,05). Maka kesimpulannya adalah variabel kepemilikan institusi memiliki
pengaruh terhadap manajemen laba. Dengan demikian H2 ditolak. Variabel ukuran
dewan komisaris memiliki nilai ukuran dewan komisaris sebanyak 0,525 > 5%.
Artinya variabel ukuran dewan komisaris tidak berpengaruh terhadap manajemen
laba. Dengan demikian H3 ditolak. Variabel komite audit memiliki hasil komite
audit 0,288 > 0,05. Artinya variabel komite audit tidak berpengaruh signifikan
terhadap manajemen laba. Jadi H4 ditolak. Nilai ukuran perusahaan 0,025 < 0,05.
Kesimpulannya berarti variabel ukuran perusahaan mempunyai pengaruh terhadap
manajemen laba. jadi H5 diterima.
3. Uji Koefisien Determinasi (R²)
Berdasarkan tabel (Adjusted R square) sebesar 0,109 atau 10,9% variabel dependen
yaitu manajemen laba dijelaskan oleh kelima variabel independen yaitu
kepemilikan manajerial, kepemilikan institusi, ukuran dewan komsaris, komite
audit dan ukuran perusahaan, dan sisanya 89,1% dijelaskan oleh variabel lain yang
tidak ada dalam penelitian ini.
SIMPULAN
Berdasarkan hasil analisis terhadap variabel-variabel yang memiliki pengaruh terhadap
manajemen laba pada perusahaan manufaktur sektor industri tekstil dan garmen yang
listing di Bursa Efek Indonesia tahun 2007-2014 jadi bisa diuraikan seperti berikut ini :
1. Variabel Kepemilikan Manajemen mempunyai pengaruh terhadap manajemen laba
pada sektor industri tekstil dan garmen yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
2. Variabel Kepemilikan Institusional tidak berpengaruh terhadap manajemen laba pada
perusahaan manufaktur sektor industri tekstil dan garmen yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia.
3. Variabel Ukuran Dewan Komisaris tidak berpengaruh terhadap manajemen laba pada
perusahaan manufaktur sektor industri tekstil dan garmen yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia.
4. Variabel Komite Audit berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba pada
perusahaan manufaktur sektor industri tekstil dan garmen yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia.
5. Variabel Ukuran Perusahaan berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba pada
perusahaan manufaktur sektor industri tekstil dan garmen yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia.
KETERBATASAN DAN SARAN
Keterbatasan
1. Analisis di dalam penelitian ini masih terbatas, kelompok industri tekstil dan garmen
yang terdaftar di BEI dengan sewindu periode penelitian. Jadi hasil penelitian ini
masih tidak dapat untuk di generalisasikan untuk perusahaan lain selain sektor
manufaktur.
2. Rentang waktu yang digunakan dalam penelitian ini terlalu singkat sehingga
pengujian menjadi kurang akurat.
Saran
Berdasarkan hasil simpulan yang telah disimpulkan jadi dapat diajukan saran sebagai
berikut :
1. Penelitian selanjutnya disarankan dapat menambahkan periode pengamatan,
memperbanyak sampel yang digunakan dalam penelitian, menggunakan data dari
objek berbeda, dan menambah variabel lain.
2. Melihat dari variabel Kepemilikan Manajerial jika presentase semakin tinggi maka
semakin tinggi pula praktik manajemen laba sehingga para investor harus
memperhatikan apakah perusahaan tersebut ada tindakan manajemen laba atau tidak,
jika perusahaan tempat investor tersebut melakukan investasi terdeteksi melakukan
manajemen laba sebaiknya untuk kedepannya investor tidak melakukan kembali
investasi di perusahaan tersebut.
3. Pihak regulator mesti melakukan pengawasan yang lebih intensif, memberi
penjelasan pentingnyanya penerapan GCG serta memberikan sanksi yang tegas bagi
perusahaan yang tidak menerapkannya.
DAFTAR PUSTAKA
Boediono,Gideon SB.2005. Kualitas Laba:Studi Pengaruh Mekanisme Corporate
Governance dan Dampak Manajemen Laba Dengan Menggunakan Analisis
Jalur.SNA VIII Solo.
Frendy S. et.al. 2014. “Pengaruh Good Corporate Governance dan Ukuran Perusahaan
terhadap Manajemen Laba”. Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 10
Ghozali dan Chariri, 2007. Teori Akuntansi . Semarang: Badan Penerbit Undip.
Ghozali, Imam 2013, Aplikasi Analisis Multivariate SPSS, Edisi I, Badan Penerbit
Universitas Diponegoro, Semarang.
Midiastuty, P. P. dan Machfoedz, M. 2003. Analisis Hubungan Mekanisme Corporate
Governance dan Indikasi Manajemen Laba. Simposium Nasional Akuntansi VI,
Surabaya
Nasution, M. dan Setiawan. D. 2007. Pengaruh Corporate Governance terhadap
Manajemen Laba di Industri Perbankan Indonesia. Simposium Nasional
Akuntansi X. Unhas Makassar 26-28 Juli 2007.
Rahmawati dan Z. Baridwan. 2006. Pengaruh Asimetri Informasi, Regulasi Perbankan,
dan Ukuran Perusahaan pada Manajemen Laba dengan Model Akrual Khusus
Perbankan . Jurnal Akuntansi dan Bisnis Volume 6 No.2 Agustus: 139-150
Sekaran,Uma, 2006. Research Methods For Business . Edisi 4. Jakarta. Salemba Empat
Siregar, Sylvia Veronica N.P. dan Siddharta Utama, 2006, “ Pengaruh Struktur
Kepemilikan, Ukuran Perusahaan, dan Praktek Corporate Governance Terhadap
Pengelolaan Laba ( Earninga Management ), “ Jurnal Riset Akuntansi Indonesia,
Vol. 9, No. 3, September 2006 : 307-326.
Veronica, Sylvia dan Yanivi S. Bachtiar. 2003. Hubungan Antara Manajemen Laba
Dengan TingkatPengungkapan Laporan Keuangan. SNA VI Surabaya. Hal 328 –
349
Download