PENGARUH GOOD CORPORATE GOVERNANCE DAN UKURAN PERUSAHAAN TERHADAP MANAJEMEN LABA PADA INDUSTRI TEKSTIL DAN GARMEN YANG TERDAFTAR DI BEI DALAM PERIODE SEWINDU BERJALAN DHUHA NUGRAHA AJI Program Studi Akuntansi - S1, Fakultas Ekonomi & Bisnis, Universitas Dian Nuswantoro Semarang URL : http://dinus.ac.id/ Email : [email protected] ABSTRACT A company, in its operation, periodically prepares its financial report for the parties such as shareholders, investor and government. Financial statements are one source of information about the condition and performance of the company for the external parties. The population of this research is companies which are registered in Indonesia Stock Exchange in the period of 2007-2014. Meanwhile the sample of this research is manufacturer companies of textile and garment industries. The technique of the data analysis of the research uses multiple linier regressions. The study shows that managerial variable influences to profit management in textile and garment manufacturer companies in Indonesia Stock Exchange. Variable institutional ownership does not influence to the profit management at textile and garment manufacturer companies in Indonesia Stock Exchange. Then, board of commissioner variable also does not influence to the profit management at textile and garment manufacturer companies in Indonesia Stock Exchange. Audit committee and company measure variable influence significantly to the profit management at textile and garment manufacturer companies in Indonesia Stock Exchange. Keywords: audit committee, board of commissioner, company measurement, institutional ownership, managerial ownership. ABSTRAK Dalam menjalankan kegiatan operasinya, suatu perusahaan secara periodik menyiapkan laporan keuangan untuk pihak–pihak yang berkepentingan seperti pemegang saham, investor, dan pemerintah. Laporan keuangan merupakan salah satu sumber informasi mengenai kondisi dan kinerja suatu perusahaan bagi pihak eksternal. Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama periode tahun 2007-2014. Sampel dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur sub sektor industri tekstil dan garmen. Alat analisis yang digunakan adalah regresi linier berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Variabel kepemilikan manajerial berpengaruh terhadap manajemen laba pada perusahaan manufaktur sektor tekstil dan Garmen di Bursa Efek Indonesia.Variabel kepemilikan institusional tidak berpengaruh terhadap manajemen laba pada perusahaan manufaktur sektor tekstil dan Garmen di Bursa Efek Indonesia.Variabel ukuran dewan komisaris tidak berpengaruh terhadap manajemen laba pada perusahaan manufaktur sektor tekstil dan Garmen di Bursa Efek Indonesia. Variabel komite audit berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba pada perusahaan manufaktur sektor tekstil dan Garmen di Bursa Efek Indonesia.Variabel ukuran perusahaan berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba pada perusahaan manufaktur sektor tekstil dan Garmen di Bursa Efek Indonesia Kata kunci : kepemilikan manajerial; kepemilikan intitusional; ukuran dewan komisaris; komite audit; ukuran perusahaan PENDAHULUAN Laba termasuk indikator dalam pengukuran prestasi atas pertanggungjawaban manajemen dalam menggapai sasaran operasi serta mendukung pemilik untuk memprediksikan kemampuan perusahaan nantinya. Informasi seperti ini kerap menjadi sasaran rekayasa melalui aksi individu manajemen untuk menentukan kebijakan tertentu, sehingga laba dapat diatur sesuai harapannnya. Laporan keuangan merupakan salah satu basis informasi tentang kondisi dan kinerja suatu perusahaan bagi pihak ekstern. Informasi tersebut mengenai keuangan, kinerja dan perubahan posisi keuangan suatu perusahaan, memiliki manfaat bagi sebagian besar pemakai dalam mengambil keputusan ekonomi. Salah satu poin pokok dalam laporan keuangan yang dipakai dalam menilai prestasi manajemen adalah laba. Informasi laba merupakan perhatian utama guna memperkirakan kinerja atau prestasi manajemen. Selain itu informasi laba juga dipakai oleh investor atau kubu lain yang bersangkutan selaku parameter efisiensi pemakaian dana yg tertanam dalam perusahaan yang dientitaskan dalam tingkat pengembalian dan penanda untuk kenaikan kemakmuran (Ghozali dan Chariri, 2007). Adanya informasi dari pihak penyunbang untuk makin memperhatikan laba selaku para meter kerja perusahaan, akan memotivasi manajemen untuk melaksanakan manajemen laba. Beberapa elemen yang memiliki pengaruh praktek manajemen laba didalam perusahaan adalah praktek good corporate governance, dan ukuran perusahaan. tidak konsistenan hasil observasi faktor-faktor tersebut dalam mempengaruhi praktek manajemen laba perusahaan. Manajemen laba timbul sebagai efek dari teori keagenan yang timbul karena adanya ketidakcocokan keinginan antara pemegang saham (principal) dan manajemen perusahaan (agent). Corporate governance merupakan cara untuk mengendalikan manajemen laba. (Veronica dan Bachtiar, 2004). (Andri, Hanung, Rahmawati dan T. Triatmoko, 2007) menyebutkan sistem corporate governance yang boleh dipakai untuk membereskan konflik keagenan diantaranya adalah komisaris independen dan komite audit. Berdasarkan beberapa teori yang mengindikasikan pentingnya penerapan good corporate governance dan andil auditor dalam meminimalisasi dan menemukan manajemen laba. Manajemen laba bisa menjadi salah satu aspek yang dapat mengurangi integritas laporan keuangan dikarenakan angka yang dilaporkan tersebut tidak mencerminkan kondisi sebenarnya. Selain penerapan corporate governance, faktor lain yang memiliki pengaruh pada aksi manajemen laba ialah ukuran prusahaan. Ukuran perusahaan kecil dirasa makin sering melancarkan manajemen laba ketimbang perusahaan besar. Hal ini lantaran emiten yang kecil lebih condong hendak terlihat baik-baik saja supaya investor menginvestasikan modalnya di perusahaan tersebut. Masyarakat akan sangat memperhatikan perusahaan yang memiliki ukuran besar sehingga lebih menjaga dalam mengerjakan laporan keuangan sehingga berefek perusahaan itu mengungkapkan keadaannya lebih cermat demi menjaga nama baik perusahaan. (Nasution dan Setiawan, 2007). TINJAUAN PUSTAKA Teori Keagenan Teori Keagenan menganggap bahwa setiap individu melakukan tindakan untuk keperluan mereka sendiri. Teori Keagenan pertama kali di dikenalkan oleh Jensen dan Meckling (1976). Teori Keagenan menjadi basis yang digunakan demi mengetahui corporate governance. Jensen dan Meckling (1976) menyatakan bahwa teori agensi merupakan sebuah persetujuan antara manajer (disebut juga agent) dengan pemilik (disebut dengan principal). Agar ikatan perjanjian dapat bergerak dengan mulus, pemilik akan mendelegasi otoritas pembentukan keputusan kepada manajer. Manajemen Laba Manajemen laba ialah kontribusi manajemen pada prosedur pembuatan laporan keuangan yang tujuannya untuk dilaporkan kepada pihak eksternal dengan tujuan tertentu. Manajemen laba dapat menekan kredibilitas dari laporan keuangan karena tidak memcerminkan kondisi perusahaan yang sesungguhnya. Para pemakai laporan keuangan dimungkinkan akan mengambil keputusan yang salah dikarenakan mereka memperoleh informasi keuangan yang salah. Good Corporate Governance Good corporate governance ialah aturan yang mengontrol koneksi dari pemegang saham, pelaksana prusahaan, bagian kreditur, pemerintah, pegawai dan para pemegang relevansi internal dan eksternal lainnya yang berhubungan dengan hak dan kewajiban mereka. Berikut ini adalah beberapa mekanisme GCG yang dibahas dalam penelitian ini, antara lain : 1. Kepemilikan Manajerial Kepemilikan manajemen adalah total saham yang dimiliki bagian manajemen dari semua modal saham perusahaan yang dimiliki. Dengan adanya ini, diharapkan bias memangkas aksi manajemen laba. Kepemilikan manajemen bisa menyerasikan keinginan manajer beserta pemegang saham. Desakan dari pasar modal membuat perusahaan dengan kepemilikan manajemen yang sedikit akan menetapkan sistem akuntansi yang menaikkan laba yang dilaporkan, yang sebetulnya tidak menggambarkan situasi ekonomi dari perusahaan tersebut (Boediono:2005). Kepemilikan seorang manajer akan ikut mmutuskan kebijakan dan pengambilan keputusan terhadap metode akuntansi yang diterapkan dalam penyusunan laporan keuangan, sehingga persentase tertentu kepemilikan saham oleh pihak manajemen lebih condong berpengaruh pada tindakan manajemen laba. H1: Kepemilikan Manajerial berpengaruh terhadap manajemen laba 2. Kepemilikan Institusional Pemegang saham institusi adalah pemegang saham perusahaan oleh pemerintah, lembaga keuangan, lembaga organisasi hukum, instansi luar negeri, dana perwakilan dan instansi lain. Adanya mekanisme ini di perusahaan akan memotivasi peningkatan pengamatan atas kinerja manajemen. Semakin besar kepemilikan institusi maka akan semakin besar dorongan dari institusi untuk mengawasi manajemen dan akibatnya akan memberikan dorongan yang lebih besar bagi manajemen untuk mengoptimalkan kinerja perusahaan dan menyelaraskan kepentingan manajemen dengan pemegang saham atau stakeholder. Kepemilikan institusional bisa menekan tingkat dorongan manajemen untuk menaikkan ketenteramannya sendiri lewat pengamatan yang intensif jadi bisa memangkas sikap manajemen laba yang dilakukan oleh manajemen. Investor institusi disangka investor yang tidak mudah “dibodohi” dengan sikap manajemen (Midiastuty dan Mas`ud, 2003). H2: Kepemilikan institusional berpengaruh terhadap manajemen laba 3. Ukuran Dewan Komisaris Semakin banyak anggota dewan komisaris jadi bakal makin sulit pula saat mengoperasikan perannya, di antaranya kesusahan dalam berinteraksi dalam kerja setiap anggota tersebut, kerumitan dalam mengontrol dan mengatur tindakan manajemen, dan kesusahan dalam berkeputusan yang mempunyai manfaat bagi perusahaan (Yermack, 1996). Hasil observasi yang dilakukan oleh beberapa peneliti terdahulu mendapatkan bahwa ukuran dewan komisaris memiliki hubungan positif dengan manajemen laba. Hal ini menandakan bahwa makin banyak ukuran dewan komisaris maka semakin banyak pula peluang terjadi manajemen laba. H3: Ukuran dewan komisaris berpengaruh terhadap manajemen laba 4. Komite Audit Komite yang tujuan dan tugasnya melakukan pengawasan perusahaan. Hal ini berarti emiten yang mempunyai komite audit lebih berkomitmen, transparan, saat melaporkan keuangan dan menjauhi praktik manajemen laba karena komite audit akan mengawasi tindakan perusahaan. Komite audit mempunyai peran penting dalam mengamati beragam faktor organisasi. H4: Komite audit berpengaruh terhadap manajemen laba Ukuran Perusahaan Ukuran perusahaan adalah karakteristik perusahaan dalam hubungannya dengan struktur perusahaan. Ukuran emiten dapat mencerminkan kecil besarnya perusahaan yang ditunjukkan oleh total aset, penjualan, dan kapitalisasi pasar. Semakin tinggi total aset, penjualan, dan kapitalisasi pasar jadi semakin tinggi pula ukuran suatu perusahaan. Semakin besar aset, maka semakin tinggi modal yang ditanam, semakin banyak yang dijual maka semakin banyak perputaran uang dan semakin besar kapitalisasi pasar. Ukuran Perusahaan besar cenderung memiliki tindakan yang hati–hati saat melangsungkan pengendalian dan lebih melaksanakan kelola laba secara efektif. Emiten yang memiliki ukuran besar akan dilirik oleh publik jadi mereka akan lebih cermat saat menjalankan pelaporan keuangan, sehingga berefek perusahaan tersebut mengutarakan keadaannya lebih teliti supaya dapat menjaga nama baik perusahaan di mata publik. (Nasution dan Setiawan, 2007). H5: Ukuran perusahaan berpengaruh terhadap manajemen laba METODE PENELITIAN Variabel dan Definisi Operasional Variabel Variabel Penelitian Pada penelitian ini terdapat satu variabel terikat yaitu Manajemen Laba dan 5 variabel bebas antara lain, Kepemilikan Manajemen, Kepemilikan Institusi, Ukuran Dewan Komisris, Audit Komit dan Ukuran Perusahaan. Definisi Operasional Variabel Deskripsi operasional adalah panduan bagaimana variabel diukur. Dalam penelitian ini variabel terikat dan bebas adalah : 1. Manajemen Laba Dilakukan melalui discretinary akrual (DA). Discretonary akrual digunakan sebagai proksi karena termasuk elemen yang bisa dicurangi oleh manajer. Untuk mengukurnya, dengan menghitung total akrual. Total akrual dikelompokkan menjadi elemen discretionary dan non discretionary (Midiastuty, 2003). 2. Kepemilikan Manajerial 3. Kepemilikan Insitusional 4. Ukuran Dewan Komisaris Ukuran dari variabel ini dilakukan dengan melihat jumlah anggota dewan komisaris yang menjabat pada emiten, baik dari internal perusahaan itu sendiri ataupun dari ekst ernal perusahaan sampel. 5. Komite Audit Indikator yang digunakan adalah data dalam laporan keuangan perusahaan sampel, paling tidak terdapat tiga anggota, seseorang diantaranya adalah komisaris independen perusahaan sebagai ketua dari komite audit tersebut. 6. Ukuran Perusahaan Variabel ini diukur dari log natural total asett emiten sampel dalam laporan keuangan tiap perusahaan. Populasi dan Sampel Perusahaan yang listing di BEI selama tahun 2007-2014. Dalam penelitian ini sampelnya adalah industri tekstil dan garmen. Industri tekstil dan garmen dipilih karena menurut penulis indstri ini merupakan industri yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat dalam memenuhi kebutuhan sandang sehingga perusahaan yang berjalan di bidang ini menurut penulis akan tetap eksis walaupun dalam kondisi krisis. Purposive sampling method digunakan dalam penelitian ini, yaitu penetuan sampel atas dasar kriteria tertentu. Dari keseluruhan jumlah perusahaan industri tekstil dan garmen yang terdaftar di BEI tahun 2007-2014, diperoleh 8 sampel yang lolos kriteria dalam pemilihan sampel jadi jumlah data yang bias digunakan dalam penelitian ini adalah 8 x 8 tahun = 64. Jenis dan Sumber Data Data sekunder dipakai di riset ini. Data yang dipakai dalam penelitian bersumber dari LK industri tekstil dan garmen di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2007–2014. Data penelitian ini diperoleh dari Kantor BEI Kantor Perwakilan Semarang. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Statistik Deskriptif Bardasarkan perhitungan pada masing-masing variabel yang diteliti, maka bisa didapat statistik variabel yang memiliki fungsi untuk mengetahui karakteristik dari data yang dipakai. Statistik deskriptif tersebut mencakup jumlah sampe, minimal, maksimal, rata-rata dan deviasi standar dari setiap variabel. Berdasarkan tabel diatas hasil perhitungan deskriptif tersebut nampak bahwa dari 64 data selama 8 tahun. Hasil rata-rata pada manajemen laba selama periode pengamatan sebanyak -54332.5 dan standar deviasi sebanyak 303664.2329. Nilai standar deviasi lebih besar dari hasil rata-rata menandakan perbedaan data bervariasi antar emiten sampel. Nilai rata-rata kepemilikan manajerial selama periode pengamatan sebanyak 9.6421 dengan hasil deviasi standar sbanyak 9.13838. Nilai standar deviasi yang lebih kecil dari hasil rata-rata menegaskan adanya beda data antar emiten sampel kecil atau tidak bervariasi. Kepemilikan institusi memiliki rata-rata sebanyak 35.93198 dan deviasi standar sebanyak 22.160053. Hasil dari deviasi standar yang lebih kecil dari nilai rata-rata melambangkan adanya beda data antar perusahaan sampel kecil atau tidak bervariasi. Nilai rata-rata ukuran dewan komisaris sebanyak 4.27 dengan deviasi standar sebanyak 1.546. Nilai standar deviasi yang kurang dari rata-rata menunjukan perbedaan data antar perusahaan sampel kecil atau tidak bervariasi. Rata-rata komite audit sebanyak 2.98 dengan standar deviasi sebanyak 0.125. Nilai standar deviasi kurang dari nilai rata-rata membuktikan perbedaan data antar emiten sampel kecil atau tidak bervariasi. Ukuran perusahaan menghasilkan rata-rata sebesar 11.76791 dan deviasi standar sebanyak 01.020194 . Nilai deviasi standar kurang dari nilai rata-rata menyatakan perbedaan data antar perusahaan sampel kecil atau tidak bervariasi. Uji Asumsi Klasik 1. Uji Normalitas Hasil pengujian dengan uji Kolmogorov-Smirnov. Jika hasil signifikan KolmogorovSmirnov lebih dari level tertentu jadi bias diartikan perkiraan ini terpenuhi. Tingkat signifikan yang dipakai dalam penelitian ini adalah 5% atau 0,05. Didapatkan hasil uji Kolmogorov-Smirnov dengan menggunakan data sebagai berikut : Hasil Kolmogorov Smirnov menunjukkan angka 1,221 dengan level of significant sebesar 0,101 > 0,05. Hal ini memiliki arti hipotesis nol diterima atau variabel residual berdistribusi normal. 2. Uji Multikolinieritas Pengujian dilakukan dengan melihat ada ataukah tidak gejala multikol dengan mengamati hasil matriks korelasi yang didapatkan pada waktu data diolah dan nilai VIF serta Tolerance tersebut. Model regresi bebas multikol jika tolerance > 0,1 dan VIF < 10 (Ghozali, 2013). Bisa dilihat bahwa tidak terdapat variabel yang mempunyai nilai tolerance < 0,10 ataupun nilai VIF > 10. Sehingga dapat diartikan tidak terjadi multikolinearitas dan model regresi dalam penelitian ini layak digunakan. 3. Uji Autokorelasi Pengujian autokorelasi dilakukan dengan metode Run Tests. Alasannya digunakannya metode tersebut karena metode ini lebih akurat dalam mendeteksi nilai residual yang mempunyai korelasi tinggi. Menurut Ghazali (2009:108) nilai signifikansi yang < 0,05, berarti terjadi autokorelasi antara nilai residual. Berdasarkan table diatas diperoleh hasil uji autukorelasi yaitu nilai signifikansi menghasilkan angka 0,894, berarti > 0,05. Maka dapat diartikan tidak terdapat gejala autokorelasi atau tidak terjadi autukorelasi. 4. Uji Heteroskedastisitas Uji heterokedastisitas diukur dengan grafik antara nilai perkiraan variabel terikat yaitu ZPRED dengan residualnya SRESID. Ditemukan atau tidak hetero dalam observasi ini diukur dengan melihat pola tertentu pada grafik Scatterpolt antara SRESID dan ZPRED. Titiknya mesti tersebar acak (random). Bila keadaan ini terpenuhi maka tidak terjadi gejala hetero. Hasil uji hetero bisa dilihat dari gambar di bawah ini : Dari grafik Scatterpolt diatas terlihat bahwa titik-titik menyebar secara acak di atas ataupun di bawah angka 0 pada sumbu Y . Hal ini dapat didefinisikan bahwa tidak terjadi hetero pada model regresi, sehingga model regresi layak digunakan untuk memperkirakan kepemilikan manajemen, kepemilikan institusi, proporsi dewan komisaris, komitte audit dan ukuran prusahaan. Berdasarkan tabel tersebut, F hitung yaitu 2,422 dan nilai signifikannya adalah 0,047 < 0,05 , maka dari itu dapat dilihat dari persamaan variabel bebas yakni kepemilikan manajerial, ukuran dewan komisaris, kepemilikan institusi, ukuran perusahaan, dan komite audit secara simultan mempunyai pengaruh terhadap manajemen laba. Untuk itu, penelitian dengan model regresi ini dapat digunakan untuk analisis. Uji Hipotesis 1. Analisis Regresi Berganda Hasil analisis regresi adalah berupa koefisien untuk tiap variabel independen. Koefisien ini didapat dari prediksi nilai variabel dependen dengan suatu persamaan (Ghozali, 2011). Berdasarkan hasil analisis diatas pada table Coefficients maka dapat disusun persamaan regresi untuk mengetahui variabel yang mempengaruhi manajemen laba : 2. Uji T Kepemilikan manajerial memiliki nilai probabilitas 0,030 < (0,05) berarti variabel kepemilikan manajemen memiliki pengaruh pada manajemen laba. Hal ini berarti H1 diterima. Variabel kepemilikan institusi memiliki nilai signifikansi sebesar 0,617 > (0,05). Maka kesimpulannya adalah variabel kepemilikan institusi memiliki pengaruh terhadap manajemen laba. Dengan demikian H2 ditolak. Variabel ukuran dewan komisaris memiliki nilai ukuran dewan komisaris sebanyak 0,525 > 5%. Artinya variabel ukuran dewan komisaris tidak berpengaruh terhadap manajemen laba. Dengan demikian H3 ditolak. Variabel komite audit memiliki hasil komite audit 0,288 > 0,05. Artinya variabel komite audit tidak berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba. Jadi H4 ditolak. Nilai ukuran perusahaan 0,025 < 0,05. Kesimpulannya berarti variabel ukuran perusahaan mempunyai pengaruh terhadap manajemen laba. jadi H5 diterima. 3. Uji Koefisien Determinasi (R²) Berdasarkan tabel (Adjusted R square) sebesar 0,109 atau 10,9% variabel dependen yaitu manajemen laba dijelaskan oleh kelima variabel independen yaitu kepemilikan manajerial, kepemilikan institusi, ukuran dewan komsaris, komite audit dan ukuran perusahaan, dan sisanya 89,1% dijelaskan oleh variabel lain yang tidak ada dalam penelitian ini. SIMPULAN Berdasarkan hasil analisis terhadap variabel-variabel yang memiliki pengaruh terhadap manajemen laba pada perusahaan manufaktur sektor industri tekstil dan garmen yang listing di Bursa Efek Indonesia tahun 2007-2014 jadi bisa diuraikan seperti berikut ini : 1. Variabel Kepemilikan Manajemen mempunyai pengaruh terhadap manajemen laba pada sektor industri tekstil dan garmen yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. 2. Variabel Kepemilikan Institusional tidak berpengaruh terhadap manajemen laba pada perusahaan manufaktur sektor industri tekstil dan garmen yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. 3. Variabel Ukuran Dewan Komisaris tidak berpengaruh terhadap manajemen laba pada perusahaan manufaktur sektor industri tekstil dan garmen yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. 4. Variabel Komite Audit berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba pada perusahaan manufaktur sektor industri tekstil dan garmen yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. 5. Variabel Ukuran Perusahaan berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba pada perusahaan manufaktur sektor industri tekstil dan garmen yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. KETERBATASAN DAN SARAN Keterbatasan 1. Analisis di dalam penelitian ini masih terbatas, kelompok industri tekstil dan garmen yang terdaftar di BEI dengan sewindu periode penelitian. Jadi hasil penelitian ini masih tidak dapat untuk di generalisasikan untuk perusahaan lain selain sektor manufaktur. 2. Rentang waktu yang digunakan dalam penelitian ini terlalu singkat sehingga pengujian menjadi kurang akurat. Saran Berdasarkan hasil simpulan yang telah disimpulkan jadi dapat diajukan saran sebagai berikut : 1. Penelitian selanjutnya disarankan dapat menambahkan periode pengamatan, memperbanyak sampel yang digunakan dalam penelitian, menggunakan data dari objek berbeda, dan menambah variabel lain. 2. Melihat dari variabel Kepemilikan Manajerial jika presentase semakin tinggi maka semakin tinggi pula praktik manajemen laba sehingga para investor harus memperhatikan apakah perusahaan tersebut ada tindakan manajemen laba atau tidak, jika perusahaan tempat investor tersebut melakukan investasi terdeteksi melakukan manajemen laba sebaiknya untuk kedepannya investor tidak melakukan kembali investasi di perusahaan tersebut. 3. Pihak regulator mesti melakukan pengawasan yang lebih intensif, memberi penjelasan pentingnyanya penerapan GCG serta memberikan sanksi yang tegas bagi perusahaan yang tidak menerapkannya. DAFTAR PUSTAKA Boediono,Gideon SB.2005. Kualitas Laba:Studi Pengaruh Mekanisme Corporate Governance dan Dampak Manajemen Laba Dengan Menggunakan Analisis Jalur.SNA VIII Solo. Frendy S. et.al. 2014. “Pengaruh Good Corporate Governance dan Ukuran Perusahaan terhadap Manajemen Laba”. Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 10 Ghozali dan Chariri, 2007. Teori Akuntansi . Semarang: Badan Penerbit Undip. Ghozali, Imam 2013, Aplikasi Analisis Multivariate SPSS, Edisi I, Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang. Midiastuty, P. P. dan Machfoedz, M. 2003. Analisis Hubungan Mekanisme Corporate Governance dan Indikasi Manajemen Laba. Simposium Nasional Akuntansi VI, Surabaya Nasution, M. dan Setiawan. D. 2007. Pengaruh Corporate Governance terhadap Manajemen Laba di Industri Perbankan Indonesia. Simposium Nasional Akuntansi X. Unhas Makassar 26-28 Juli 2007. Rahmawati dan Z. Baridwan. 2006. Pengaruh Asimetri Informasi, Regulasi Perbankan, dan Ukuran Perusahaan pada Manajemen Laba dengan Model Akrual Khusus Perbankan . Jurnal Akuntansi dan Bisnis Volume 6 No.2 Agustus: 139-150 Sekaran,Uma, 2006. Research Methods For Business . Edisi 4. Jakarta. Salemba Empat Siregar, Sylvia Veronica N.P. dan Siddharta Utama, 2006, “ Pengaruh Struktur Kepemilikan, Ukuran Perusahaan, dan Praktek Corporate Governance Terhadap Pengelolaan Laba ( Earninga Management ), “ Jurnal Riset Akuntansi Indonesia, Vol. 9, No. 3, September 2006 : 307-326. Veronica, Sylvia dan Yanivi S. Bachtiar. 2003. Hubungan Antara Manajemen Laba Dengan TingkatPengungkapan Laporan Keuangan. SNA VI Surabaya. Hal 328 – 349