BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA TEORETIS DAN HIPOTESIS

advertisement
BAB II
KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA TEORETIS
DAN HIPOTESIS
2.1. Kajian Penelitian tedahulu
Untuk mengkaji penelitian ini, peneliti akan melihat hasil-hasil
penelitian terdahulu yang ada relevansinya dengan masalah yang
akan dikaji. Terdiri dari penelitian-penelitian sebagai berikut :
Paradigma
Peneliti & Judul
Penelitian
Masalah Yang diteliti
Penelitian
ini
terbatas
dalam mengkaji masalah
ekuitas
merek
(brand
equity) dan hubungannya
dengan motivasi membeli
konsumen. Oleh karena itu
diperlukan
penelitian
lanjutan
yang
lebih
menyeluruh
dalam
mengungkap
hubungan
antara
ekuitas
merek
(brand
equity)
dengan
motivasi
membeli
konsumen untuk kebaikan
kita bersama.
Setelah diungkapkan dalam
pembatasan masalah di
atas, maka diperoleh dasar
bagi peneliti untuk dapat
memfokuskan
kegiatan
penelitian
yang
lebih
terarah dan mempunyai
rumusan
yang
jelas.
Adapun
permasalahan
yang akan diteliti secara
spesifik
dirumuskan
sebagai berikut:
“Apakah
terdapat
hubungan antara ekuitas
merek
(brand
equity)
M. Yani Syafei
Universitas
Padjadjaran–TESIS
PENGARUH CITRA
MEREK
DAN
PENYAMPAIAN
JASA
BENGKEL
RESMI
TERHADAP
NILAI
PELANGGAN
SERTA
DAMPAKNYA PADA
KEPUTUSAN
PEMBELIAN
PELANGGAN
(Suatu
Survey
Terhadap Kendaraan
MPV 2000 cc ke
bawah Pada Bengkel
Resmi
Dealer
Mobil
Di
Bandung)
Keberadaan bengkel tidak dapat
dipisahkan
dengan
kendaraannya, dimana
pelayanan jasa bengkel pada
bengkel resmi suatu dealer mobil
akan menjadi suatu
jaminan terhadap suatu merek
mobil tertentu supaya tetap
diminati oleh konsumen
sehingga setiap dealer mobil
dituntut untuk meningkatkan citra
merek bengkelnya
yang lebih baik.
Penelitian ini dilakukan terhadap
seluruh bengkel resmi dealer
mobil di kota
Bandung, yaitu sebesar 37
bengkel resmi dari 12 ATPM
dengan total pelanggan
yang dijadikan responden adalah
sebanyak
296
pelanggan.
Penelitian ini bersifat
deskriptif
dan
verifikatif,
sedangkan analisis data dengan
menggunakan analisis
jalur.
Hasil penelitian menunjukkan
bahwa total pengaruh citra merek
lebih besar
dibandingkan penyampaian jasa
6
7
dengan motivasi membeli
konsumen?”
Strategi perluasan merek
bukan hal yang baru dalam
dunia pemasaran, dimana
strategi
pengembangan
merek
ini
banyak
digunakan oleh praktisi.
Penggunaan
strategi
tersebut didasarkan pada
pertimbangan
besarnya
biaya
iklan
untuk
meningkatkan
brand
awareness dari produk
baru,
adanya
ikatan
emosional
antara
konsumen dengan merek
yang memiliki ekuitas yang
tinggi, dan waktu proses
adopsi
dari
respon
konsumen yang relatif lebih
singkat. Strategi perluasan
merek memiliki kekuatan
dan kelemahan, demikian
halnya dengan strategi
pengembangan
merek
lainnya. Setiap peluncuran
produk baru, baik yang
menggunakan
strategi
merek
baru
ataupun
strategi perluasan merek
tetap memiliki resiko yang
sama besarnya. Peran dari
pemasar dalam mengelola
sumber daya yang dimiliki
bengkel resmi terhadap nilai
pelanggan, dan
begitu juga terhadap keputusan
pembelian pelanggan. Hal ini
menunjukkan bahwa
sebagian
besar
pelanggan
beranggapan popularitas nama
bengkel menjadikan
manfaat jasa bengkel resmi yang
sangat besar dan merupakan
bagian yang penting
dalam pemilihan suatu jasa
bengkel, sehingga sedemikian
rupa memberikan
keyakinan akan jasa bengkel
yang handal dan berkualitas.
Michael Adiwijaya
Staf Pengajar
Universitas Kristen
Petra Surabaya
Jurnal (2006) :
Perluasan Merek =
Strategi Jitu
Peluncuran Produk
Baru
Dari uraian penjelasan
mengenai strategi perluasan
merek, maka dapat ditarik
kesimpulan bahwa di dalam era
hypercompetition ini perusahaan
perlu cerdik dan jeli dalam
melihat kondisi pasar dan juga
kondisi lingkungan pemasaran di
dalam kaitan apabila perusahaan
hendak melakukan peluncuran
produk baru.
Strategi perluasan merek
memudahkan produk baru untuk
segera meraih pangsa pasar,
tetapi yang harus diperhatikan
bahwa tetap ada resiko karena
produk tersebut masih terkait
dengan persepsi konsumen akan
citra merek induk. Banyak
perdebatan yang muncul dari
berbagai pihak dimana ada pihak
– pihak yang setuju / pro tetapi
tidak sedikit juga pihak – pihak
yang kontra dan meremehkan
penggunaan strategi ini.
8
perusahaan adalah faktor
kunci
kesuksesan
peluncuran suatu produk
baru.
PT Unilever Indonesia Tbk
memproduksi
shampo
Lifebuoy dimana parent
product
sabun
mandi
Lifebuoy sebagai sabun
mandi
kesehatan.dan
melakukan
perluasan
merek
dengan
produk
shampo Lifebuoy sebagai
shampo keluarga.
Konsumen
akan
loyal
terhadap suatu merek jika
dapat memenuhi keinginan
konsumen.
Loyalitas
pelanggan dapat dilihat dari
karakteristik
merek,
karakteristik
perusahaan,
karakteristik konsumen.
PUTRI WAHYUNI
NASUTION (2007)
–
Universitas
Lampung
Tanggapan
konsumen tentang
perluasan merek
(Brand Extention)
terhadap loyalitas
pelanggan
(Studi Kasus pada
Konsumen
Shampo Lifebuoy
di
Bandar
Lampung)
Data penelitian ini diperoleh
dengan
menyebarkan
data
kuesioner kepada responden
pelanggan shampoo Lifebuoy
sebanyak 98 responden dengan
analisis data kuantitatif yaitu :
• regresi linier berganda Y= 0,022 + 0,139 X1 + 0,232 X2 +
0,074 X3.
• Untuk F hitung > F tabel
(25.839,360 >2,70). Sedangkan
Koefisien
determinasi
(R2) 99,9%, dan sisanya 0,1%
dipengaruhi oleh variabel lain
yang tidak diteliti. Nilai Durbin
Watson adalah 1,829
• Karakteristik merek (X1 ) tidak
berpengaruh
terhadap
perubahan
Ydan
tidak
signifikan karena 1,157 <
1,645.
• Karakteristik perusahaan ( X2 )
berpengaruh
terhadap
perubahan Y dan signifikan
karena 4,163 > 1,645.
• Karakteristik konsumen (X3 )
tidak berpengaruh terhadap
perubahan
Y
dan
tidak
signifikan karena 0,674 <
1,645.
• Perusahaan shampo Lifebuoy
diharapkan
dapat
meningkatkan
daya
saing
terhadap
perusahaan
lain,
dengan menggunakan strategi
yang
dapat
meningkatkan
hubungan perusahaan dengan
konsumen
sebagai
upaya
meningkatkan
kepercayaan
dan loyalitas dari konsumen .
9
2.2. Kerangka Pemikiran
Semua media koran memiliki Merek yang khas dan citra
tersendiri
dimata
pembacanya.
Sebagai
Media
mempunyai keuntungan dan kerugian diantaranya
koran
yang
berguna untuk
mengkomunikasikan suatu pesan yang sifatnya lebih mendalam.
Pemberitaan
media
massa
sangat
terkait
dengan
pembentukan citra karena pada dasarnya komunikasi adalah proses
interaksi sosial yang digunakan untuk menyusun makna yang
merupakan citra mereka mengenai dunia (berdasarkan itu mereka
bertindak) dan bertukar citra melalui simbol-simbol (Nimmo, 1993:6).
Merek diterjemahkan secara langsung dari pengirim kepada
penerima, model perseptual berdasar pada kepercayaan di mana
penerima menciptakan makna merek dalam benaknya.
Interprestasi penerima terhadap perluasan merek sering kali
berbeda dengan apa yang diharapkan oleh pengirim. Sebagai
balasan, penerima bertindak menurut interprestasi mereka sendiri,
bukan interprestasi dari komunikator.
2.2.1.
Citra
David Aaker dan John G. Myers (1983:134) mendefinisikan
citra sebagai seperangkat anggapan, impresi atau gambaran
seseorang
atau
sekelompok
orang
mengenai
suatu
obyek
bersangkutan. Sementara Kotler mengatakan bahwa citra adalah
10
rangkaian kepercayaan, ide dan impresi yang dimiliki individu
tentang sebuah obyek.
Kotler juga menekankan bahwa citra yang ada pada
khalayak umumnya menyangkut penilaian terhadap perusahaan,
produk, dan jasanya. Karena itu sikap dan tindakan konsumen
terhadap suatu merek sangat ditentukan oleh citra merek tersebut.
Sehingga citra merek merupakan syarat dari merek yang kuat, Suatu
perusahaan tidak akan dapat mengubah citranya hanya dengan
perbuatan baik serta ucapan yang baik.
(Simamora, 2002) mengatakan bahwa citra adalah persepsi
yang relative konsisten dalam jangka panjang (enduring perception)
Suatu perusahaan harus dengan nyata bersikap sesuai dengan citra
yang ingin ia bentuk, baru kemudian mengkomunikasikannya melalui
berbagai kegiatan.
Image marketing (Hifni Alfihmi, 2005) mengupayakan agar
reputasi perusahaan/seseorang/produk semakin baik serta positif,
sehingga memperluas pengenalan perusahaan atau produk dimana
target akhirnya untuk mendongkrak perolehan pangsa pasar.
Faktor–faktor pembentuk citra (Schiffman dan Kanuk, 1997)
menyebutkan faktor pembentuk citra merek adalah sebagai berikut :
1). Kualitas atau mutu, berkaitan dengan kualitas produk barang
yang ditawarkan oleh produsen dengan merek tertentu.
11
2). Dapat dipercaya atau diandalkan berkaitan pendapat atau
kesepakatan yang dibentuk
oleh masyarakat tentang suatu
produk yang dikonsumsi.
3). Kegunaan atau manfaat, yang terkait dengan fungsi dari suatu
produk yang bisa dimanfaatkan oleh konsumen.
4). Pelayanan, yang berkaitan dengan tugas produsen dalam
melayani konsumennya.
5). Resiko, berkaitan dengan besar kecilnya akibat atau untung
dan rugi yang mungkin dialami oleh konsumen
6). Harga yang dalam hal ini berkaitan dengan tinggi rendahnya
jumlah uang yang dikeluarkan konsumen untuk mempengaruhi
suatu produk, yang dapat mempengaruhi citra jangka panjang.
7). Citra yang dimiliki oleh merek itu sendiri yaitu berupa
pandangan, kesepakatan, dan informasi yang berkaitan dengan
suatu merek dari produk tertentu.
dua hal penting dalam memasarkan citra, yaitu memastikan
bahwa khalayak berpikir tentang kita (what they think) dan mengelola
bagaimana khalayak berpikir tentang kita (how they think).
Citra merupakan gambaran utuh, lengkap, komprehensif, jika
tidak positif sekurang-kurangnya obyektif tentang orang, lembaga,
pemerintahan, perusahaan, dan bangsa.
2.2.2.
a.
Komunikasi
Komunikasi massa
12
Menurut Miller (1966) komunikasi adalah pengiriman pesan
yang berasal dari sumber kepada penerima dalam bentuk perilaku
tertentu dan bertujuan mempengaruhi perilaku orang lain dalam
situasi tertentu. menyatakan bahwa :
komunikasi adalah sebuah simbol tanda aktivitas. Kita sering
memanipulasi simbol-simbol lebih banyak dari benda-benda. Wujud
kemampuan manusia memanipulasi simbol dapat terlihat saat
manusia mendengarkan radio, membaca Koran, mencari nafkah,
dan lain sebagainya. Masyarakat modern adalah masyarakat yang
berorientasi pada lambang dan simbol-simbol.4
Karena sifat dan faktanya bahwa pekerjaan media massa
adalah menceritakan peristiwa-peristiwa, maka kesibukan utama
media massa adalah mengkonstruksikan berbagai realitas yang akan
disiarkan.
Media menyusun realitas dari berbagai peristiwa yang terjadi
hingga menjadi cerita atau wacana yang bermakna. Pembuatan
berita di media pada dasarnya adalah penyusunan realitas-realitas
hingga membentuk sebuah cerita atau wacana yang bermakna.
Dengan demikian seluruh isi media tiada lain adalah realitas
yang telah dikonstruksikan (constructed reality) dalam bentuk
wacana yang bermakna 5
4
5
Miller dan Steinberg (1975:5)
(Hamad, 2004:11-12).
13
Dalam proses konstruksi realitas, bahasa adalah unsur
utama. Ia merupakan instrumen pokok untuk menceritakan realitas.
Bahasa adalah alat konseptualisasi dan alat narasi. Tanpa bahasa
tak akan mungkin ada berita, cerita, ataupun ilmu pengetahuan.
Selanjutnya, penggunaan bahasa atau simbol tertentu akan
menentukan format narasi atau makna tertentu. Dalam media
massa, bahasa tidak hanya sekadar alat untuk menggambarkan
sebuah realitas. Tetapi juga alat untuk menentukan gambaran
(makna citra) mengenai suatu realitas media – yang akan muncul di
benak khalayak.
Terdapat berbagai cara media massa mempengaruhi bahasa
dan makna ini: mengembangkan kata-kata baru beserta makna
asosiatifnya; memperluas makna dari istilah-istilah yang ada;
mengganti makna lama sebuah istilah dengan makna baru;
memantapkan konvensi makna yang telah ada dalam suatu sistem
bahasa6
b.
Model proses komunikasi
Tujuan
komunikasi
Komunikasi
Massa
adalah
melakukan
proses
untuk menarik kesadaran, menanamkan informasi,
mengembangkan sikap, atau mengharapkan adanya suatu tindakan
dalam komunikasi melalui suatu metode proses Komunikasi.
6
(DeFleur dan Ball-Rokeach, 1989:267).
14
Lima tahapan proses komunikasi tersebut terdapat tiga
aspek dalam efek komunikasi massa yaitu Cognitive, Affective dan
Behavior:
1.
Cognitive suatu studi tentang pemikiran atau pemrosesan
informasi dimana efek cognitive dapat terjadi bila ada
perubahan pada apa yang diketahui, dipahami atau dipersepsi
khalayak.
2.
Affective suatu studi terhadap emosi, sikap dan nilai dalam
penerimaan informasi, efek affective ini dapat timbul bila ada
perubahan terhadap yang dirasakan, disenangi dan dibenci
oleh khalayak dan sikap dapat timbul bila ada perubahan
3.
Behavioral merujuk pada perilaku nyata yang dapat diamati
meliputi
pola-pola
tindakan,
kegiatan,
atau
kebiasaan
berprilaku.
Model proses komunikasi ini sangat penting untuk dipahami
dalam komunikasi massa yang merupakan bagian dari keseluruhan
aktivitas
komunikasi
pemasaran
selain
dalam
menciptakan
kesadaran.
c.
Media massa
Menurut Tjiptono (1995) secara umum, media yang ada
dapat dikelompokkan dalam beberapa jenis yaitu: media cetak,
media elektronik, media luar ruang dan media lini bawah. Media
15
cetak merupakan salah satu jenis media komunikasi massa yang
digunakan dalam menyampaikan informasi. Baik itu berita maupun
iklan sebagai ajang promosi.
Surat kabar di Indonesia mempunyai bentuk ukuran biasa
atau tabloid dan tergantung dari waktu penerbitannya, ada harian
atau mingguan. Surat kabar ini tergantung dari, bobot beritanya
apakah merupakan surat kabar umum (misalnya Kompas, Pos Kota
dan Republika), surat kabar ekonomi (Bisnis Indonesia, Neraca),
surat kabar untuk wanita (Nova, Wanita Indonesia) atau kalangan
etnis tertentu (Suara Indonesia), agama, kriminal, politik dan
sebagainya.
Tabel 2.2.1
Keunggulan dan kelemahan Koran
Keunggulan
Kelemahan
- Cakupan pasar nasional, regional dan lokal
Hanya dibaca dalam waktu
singkat
- Fleksibel; Tepat waktu; Diterima luas; Sangat terpercaya
- Sebagai referensi yang bisa dibawa
Kualitas reproduksi kurang baik
Tata letak yang jelek
mengganggu minat baca
- Memuat informasi atau berita actual
Sumber : Manajemen Periklanan
2.2.3.
merek
Karakteristik unik dari pemasaran modern bertumpu pada
penciptaan
merek-merek
merupakan
aset
yang
organisasi
bersifat
yang
membedakan.
paling
berharga
Merek
karena
dan
16
memberikan kepada konsumen dengan suatu cara pengenalan dan
penentuan sebuah produk tertentu apabila mereka ingin memilikinya
kembali atau merekomendasikannya kepada konsumen lainnya.
Merek juga memungkinkan para pemasar mengembangkan
citra dan strategi pemasaran perusahaan yang saling bertautan
untuk sebuah produk tertentu.
Dari kalimat di atas tercermin bahwa merek mampu
menciptakan nilai dan pengaruh tersendiri di pasar bila diatur dengan
tepat. Untuk lebih jelasnya beberapa ahli memberikan definisi
tentang merek.
“Merek adalah sebuah produk, kemudian, satu hal yang
menambah dimensi lain untuk membedakannya beberapa cara dari
produk lainnya yang dirancang untuk memenuhi kebutuhan yang
sama” 7
Philip Kotler mendefinisikan merek sebagai berikut: Merek
merupakan suatu nama, istilah, tanda, simbol, atau desain atau
kombinasi dari semuanya yang dimaksudkan untuk mengidentifikasi
produk atau jasa dari seorang penjual atau sekelompok penjual dan
untuk membedakannya dari produk atau jasa pesaing. 8
Merek dapat memberikan suatu kesatuan pemahaman
konsumen yang konsumen terhadap suatu produk. Dalam hal ini
konsumen melihat perbedaan di antara merek-merek dalam suatu
7
8
Kevin Lane Keller, Strategic Brand Management (New Jersey: Prentice-Hall, Inc., 1998), p. 4.
Philip Kotler, Manajemen Pemasaran, buku 2 (Jakarta: Salemba Empat, 1994), p. 523.
17
kategori produk di pasar. Pembedaan ini dapat berupa rasional dan
wujud yang berkaitan dengan penampilan sebuah merek produk atau lebih simbolis, emosional, dan tidak berwujud - yang
berhubungan dengan apa yang dihadirkan sebuah merek.
Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa sebuah
merek dapat membedakan produk seorang penjual dengan produk
pesaing lainnya. Suatu merek pada gilirannya memberi tanda pada
konsumen mengenai sumber produk tersebut, dan melindungi
konsumen maupun produsen dari para pesaing yang berusaha
memberikan produk-produk yang tampak identik.
Dalam persaingan pemasaran produk saat ini, merek
memegang peranan yang sangat penting, salah satunya adalah
menjembatani harapan konsumen pada saat kita menjanjikan
sesuatu kepada konsumen.
Hal ini sesuai dengan pendapat Paul Temporal dalam
bukunya Hi Touch Hi-Tech Branding mengenai merek yaitu: Hal-hal
yang dapat membentuk suatu merek adalah seluruh hubungan yang
dimiliki konsumen dengan perusahaan, kualitas produk atau jasa,
kecepatan pemulihan logistik, kemasan dan pajangan, keadaan toko
atau lokasi, hubungan emosional konsumen dengan merek.9
Sedangkan pengertian merek di dalam Kamus Marketing,
yaitu : “nama produk yang sudah ditetapkan, yang biasanya
9
Paul Temporal, Op. Cit., p. 38.
18
mempunyai nilai-nilai kelayakan bagi konsumen maupun perusahaan
yang bersangkutan.”10
Bagi penjual, merek merupakan sesuatu yang dapat
diiklankan dan dikenali saat dipajang di rak toko. Merek juga
menolong penjual untuk mengontrol pangsa pasar mereka karena
pembeli tidak akan kebingungan pada satu produk dengan produk
lainnya.
Dari beberapa pendapat di atas maka dapat disimpulkan
bahwa merek mengidentifikasi keluaran dari pemilik sebuah merek –
sebuah pemasar, agen, grosir atau pengecer. Sehingga konsumen
dapat membedakannya dari barang dagangan lain.
Merek mengindikasikan asal-muasal sebuah produk, merek
membawa jaminan mutu, merek juga memungkinkan konsumen
membeli
produk
yang
memuaskan
kebutuhan
mereka
dan
menghindari yang tidak memuaskan.
Dalam memasarkan produk, perusahaan tidak sekedar
mempunyai merek, tetapi benar-benar memperjuangkan merek
tersebut supaya mempunyai kekayaan karena merek inilah yang
menjadi aset utama bagi perusahaan.
Merek yang sangat sukses dapat berharga milyaran rupiah.
Nilai merek ini yang menggambarkan keseluruhan merek di pasar.
Dalam pengertian secara umum,
10
Norman A. Hort dan John Stapleton, Kamus Marketing (Jakarta: Bumi Aksara, 1995), p. 23.
19
“Merek
adalah harta milik perusahaan bersih yang
merupakan nilai bersih sebuah perusahaan: hasil sisa aktiva total
dikurangi pasiva total”.11
Pengertian di atas mendukung pendapat David A. Aaker
dalam bukunya Building Strong Brands mengenai merek sebagai
berikut : merek adalah seperangkat aset dan liabilitas merek yang
terkait dengan suatu merek, nama, simbol, yang mampu menambah
atau mengurangi nilai yang diberikan oleh sebuah produk atau jasa
baik pada perusahaan maupun pada pelanggan.12
merek juga diartikan sebagai keseluruhan dari apa yang ada
di benak konsumen, distributor, penyalur dan pesaing terhadap suatu
merek.
Hal
ini
menjadi
kelebihan
tersebut.”13 Sedangkan pengertian
yang
dimiliki
oleh
merek
merek di dalam Kamus
komunikasi adalah : Isitilah bahasa belanda yang berarti tanda khas
dalam bentuk kata untuk suatu produk niaga.”14
Batasan di atas mempunyai pengertian bahwa merek, yang
menjadi nama yang dikenal luas Merupakan pendirian karakter dan
sifat yang unik, prestasi dari pemosisian yang kuat dalam benak
manusia melalui komunikasi pemasaran yang konsisten dan pantas
11
Komaruddin, Ensiklopedia Manajemen (Jakarta: Bumi Aksara, 1994), p. 279.
David A. Aaker, Building Strong Brands (New York: The Free Press, 1996), p. 7.
13
Nuradi, dkk., Kamus Istilah Periklanan Indonesia (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 1996),
p. 20.
14
Onong U. Effendy, Kamus Komunikasi (Bandung, CV Mandar Maju, 1989, p. 224.
12
20
Memberikan pengalaman konsumen yang berkualitas baik
serta mudah diingat. Marketing Science Institute mengemukakan
bahwa
merek adalah: Sekumpulan asosiasi dan perilaku pada
bagian dari konsumen merek, saluran anggota, dan perusahaan
induk yang memungkinkan merek untuk mendapatkan volume atau
keuntungan yang lebih besar daripada yang dapat dilakukan tanpa
pemberian nama merek dan dengan memberikan merek yang kuat,
berkelanjutan, dan membedakan keuntungan di antara para
pesaing.15
Sementara Raj Srivastava memberi pengertian bahwa “merek
memiliki kekuatan dan nilai merek.”16
Nilai
merek
adalah
hasil
investasi
dari
kemampuan
manajemen untuk mempengaruhi kekuatan merek melalui kegiatan
taktis dan strategis dalam menyediakan keunggulan saat ini dan
keuntungan masa depan dengan resiko yang lebih rendah.
Selain dari yang dikemukakan di atas, Komisi
Merek
menefinisikan bahwa : “merek menyediakan sebuah kepemilikan,
kepercayaan, hubungan, dan janji khusus kepada konsumen.”17
Dari berbagai pengertian
merek yang dikemukakan oleh
para ahi tersebut dapat disimpulkan bahwa merek dibatasi ke dalam
arti pengaruh pemasaran yang unik yang disebabkan oleh sebuah
15
Kevin Lane Keller, Op. Cit., p. 43.
Kevin Lane Keller, Loc. Cit.
17
Kevin Lane Keller, Loc. Cit.
16
21
merek dengan nilai tambah yang mendukung sebuah produk sebagai
hasil investasi pada merek tersebut.
Salah satu cara agar nilai
merek dapat diperoleh adalah
melalui strategi pemasaran dengan menetapkan nilai sebuah merek
yang dapat menghasilkan keuntungan bagi perusahaan.
Mengenai merek, Hermawan Kertajaya mengutip dari Gary
Hamel dan CK Prahalad, memberikan empat hal pokok yang harus
diperhatikan dalam sebuah merek, yakni :
“pengenalan
(recognition),
reputasi
(reputation),
gaya
gabung (affinity), dan domain.”18
1).
Pengenalan, adalah tingkat dikenalnya sebuah merek oleh
konsumen.
2).
Reputasi, merupakan suatu status yang cukup tinggi bagi
sebuah merek karena telah terbukti mempunyai catatan yang
baik.
3).
Gaya gabung, yaitu hubungan emosi yang timbul antara
sebuah merek dengan konsumennya.
4).
Domain, adalah cakupan dari produk yang mau menggunakan
merek yang bersangkutan.
Untuk lebih memperjelas pengertian
merek, Kevin Lane
Keller, pengarang Strategi Manajemen Merek memberikan batasan
bahwa
merek diartikan sebagai
: “Pengaruh perbedaan atas
22
pengetahuan merek yang ada pada konsumen dalam menanggapi
pemasaran merek tersebut.” 19
1).
Pengaruh perbedaan, merupakan
respon
konsumen
yang
merek yang timbul dari
berbeda-beda.
Jika
tidak
ada
perbedaan yang terjadi, maka merek sesungguhnya dapat
diklasifikasikan sebagai komoditi.
2).
Pengetahuan merek, adalah pengaruh perbedaan respon yang
merupakan hasil pengetahuan konsumen mengenai merek.
Dengan demikian, walaupun telah dipengaruhi secara kuat oleh
kegiatan pemasaran suatu perusahaan, merek pada akhirnya
bergantung pada apa yang tinggal di benak konsumen.
3).
Tanggapan konsumen terhadap pemasaran, yaitu tanggapan
konsumen yang berbeda pula akan menguatkan
merek
digambarkan melalui persepsi, pilihan, dan perilaku yang
berkaitan dengan segala aspek pemasaran merek.
Sebuah merek dengan
yang kuat telah menghasilkan
beberapa tingkat pengetahuan konsumen.
Keberadaan asosiasi
merek
mereka
ini
sangat
bernilai
sebagaimana
menambah
kemungkinan bahwa konsumen akan melewati tingkat hierarki yang
berbeda.
18
Hermawan Kertajaya, Siasat Memenangkan Persaingan Global (Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Utama, 1996), p.484.
19
Kevin Lane Keller, Op. CIt., p. 45.
23
Selama mereka mendapatkan kepuasan dari penggunaan
produk, konsumen kemungkinan akan terus membelinya.
Hal ini sesuai dengan pendapat ahli lainnya mengenai
merek sebagai berikut : Merek melibatkan suatu merek positif yang
kuat (evaluasi yang baik terhadap suatu merek) didasarkan pada
kepercayaan dan arti baik yang dapat diakses dari dalam ingatan
(dengan mudah diaktifkan).20
Ketiga faktor ini menciptakan hubungan konsumen-merek
yang menyenangkan dan kuat atas aset yang sangat penting bagi
sebuah perusahaan dan dasar bagi merek.
Merek merupakan aset yang memberikan nilai tersendiri di
mata konsumennya.
Merek dapat mempengaruhi rasa percaya diri konsumen dalam
pengambilan keputusan pembelian atas dasar pengalaman masa
lalu dalam penggunaan atau kedekatan, asosiasi dengan berbagai
karakteristik merek.21
Pada kenyataannya, persepsi kualitas dan asosiasi merek
dapat mempertinggi tingkat kepuasan konsumen.Secara khusus,
merek memberikan hal-hal sebagai berikut.
1). Pertama, pilihan yang jelas. Pengalaman seseorang terhadap
suatu merek akan memudahkannya dalam memilih merek pada
20
Bilson Simamora, Panduan Riset Perilaku Konsumen (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama,
2002), p. 161.
21
Darmadi Durianto, Sugiarto, dan Tony Sitinjak, Op. Cit., p. 6.
24
kesempatan berikutnya, baik dalam hal ketertarikan merek
maupun penempatannya.
2). Kedua, mengurangi kebingungan. Merek yang menonjol dalam
suatu kelompok pasar akan memungkinkan konsumen untuk
memilih menurut kekuatan nama merek ketika keistimewaan dan
keuntungan dari suatu produk itu sama.
3). Ketiga, keamanan yang lebih besar. Merek yang kuat selalu
didasari pada kualitas. Ketika seseorang memilih merek tertentu,
mereka tahu bahwa merek tersebut akan sesuai dengan harapan
mereka.
4). Keempat,
suatu
dimensi
emosional.
Merek
menambah
komponen emosional pada hubungan konsumen dan dapat
menjadi “teman” dengan konsumen.
5). Kelima, sesuatu yang dapat mereka percaya. Merek yang kuat
dibentuk oleh kepercayaan. Berarti orang percaya bahwa
sesuatu yang mereka beli akan dapat memenuhi harapan
mereka.
Henry
Simamora,
pengarang
Manajemen
Pemasaran
Internasional, bahwa merek memberikan : ”suatu keunggulan
kompetitif bagi sebuah perusahaan karena orang lebih cenderung
membeli produk yang membawa nama merek terkenal dan
dihormati.”22
22
Henry Simamora, Manajemen Pemasaran Internasional, Jilid 2 (Jakarta: Salemba Empat,
2000), p. 542.
25
Merek seperti itu berfungsi sebagai identitas dari citra
sebuah produk dan penampilannya menjadi komunikasi pemasaran
bagi perusahaan.
Hal tersebut sejalan dengan pendapat lain Darmadi Durianto,
dalam bukunya Strategi Menaklukkan Pasar Melalui Riset Ekuitas
dan Perilaku Merek yang mengemukakan bahwa : Semakin kuat
merek sebuah produk, semakin kuat pula daya tariknya di mata
konsumen untuk mengkonsumsi produk tersebut yang selanjutnya
menggiring
konsumen
untuk
melakukan
pembelian
serta
mengantarkan perusahaan untuk meraup keuntungan dari waktu ke
waktu.23
Oleh karena itu, pengetahuan tentang elemen-elemen merek
sangat
diperlukan untuk
meningkatkan
eksistensi
menyusun
citra
langkah
merek
yang
strategis
dalam
akhirnya
dapat
meningkatkan keuntungan perusahaan.
Dari berbagai pengertian dan penjelasan di atas maka dapat
disimpulkan
bahwa
merek
adalah
seperangkat
kepemilikan
keseluruhan (aset dan liabilitas) merek atas kekuatan dan nilai yang
diberikan oleh produk atau jasa kepada perusahaan maupun
konsumen
23
Darmadi Durianto, Sugiarto, dan Tony Sitinjak, Op. Cit., p. 3.
26
Diidentifikasikan oleh kesadaran terhadap merek (brand
awareness), asosiasi merek (brand association), persepsi kualitas
merek (perceived quality), dan kesetiaan merek (brand loyalty).
Kesadaran merek (Brand Awareness) meliputi pengenalan
merek dan kesadaran puncak pikiran terhadap merek Kompas.
Asosiasi merek (Brand Association) meliputi pengasosian
atribut produk, atribut tidak berwujud produk, dan pesaing Kompas.
Persepsi
kualitas
merek
(Perceived
Quality)
meliputi
persepsi konsumen terhadap kualitas produk dan pelayanan
Kompas.
Kesetiaan
merek
(Brand
Loyalty)
meliputi
keterkaitan
konsumen terhadap merek Kompas melalui pembeli yang puas
dengan biaya peralihan, pembeli yang menyukai merek, dan pembeli
yang komit terhadap merek Kompas.
2.2.4.
Perluasan merek
Perluasan merek didefinisikan oleh kotler (2000) sebagai
penggunaan merek yang sudah ada pada produk baru dimana
produk tersebut memiliki kategori yang berbeda dengan merek yang
digunakan
dimana
strategi
perluasan
merek
dibedakan
berdasarkan:
1. Perluasan lini (Line extension) yang artinya perusahaan
membuat produk baru dengan menggunakan merek lama yang
terdapat pada merek induk. Meskipun target market yang baru
27
tersebut berbeda tetapi target market produknya sudah dilayani
oleh merek induk
2. Perluasan kategori (Category extension) artinya perusahaan
tetap menggunakan merek induk yang lama untuk memasuki
kategori produk yang sama sekali berbeda dari yang dilayani
oleh merek induk sekarang.
Perluasan merek ke dalam kategori produk yang sama
memiliki keuntungan dari meminimalkan biaya pengembangan
produk dan memperkecil resiko. Diamana strategi perluasan merek
membutuhkan tiga tahap Aaker (dalam rangkuti 2002) yaitu :
a. Mengindentifikasi asosiasi-asosiasi yang terdapat dalam merek
b. Mengindentifikasi produk-produk yang berkaitan dengan asosiasi
tersebut.
c. Memiliki calon yang terbaik dari daftar produk tersebut untuk
dilakukan uji konsep dan pengembangan produk baru,24
Perluasan merek dapat dilihat dari dua sisi, yaitu sisi
produsen (transferbilitas keahlian serta aset) dan sisi konsumen
(komplementaritas dan subsitusi).
Sedangkan menurut Leif E.Ham Et al (2001) faktor-faktor
yang mempengaruhi kesuksesan strategi perluasan merek adalah :
24
Aaker (dalam rangkuti 2002)
28
a. Similiarty (Kesamaan) adalah tingkatan dimana konsumen
menganggap bahwa produk hasil perluasan memiliki persamaan
dengan merek asalnya.
b. Reputation (reputasi), Aumsi
yang dapat dikemukakan dari
penggunaan reputasi adalah bahwa merek yang memiliki posisi
yang kuat akan memberikan pengaruh yang besar pada produk
hasil perluasannya.
c. Perceived
risk
adalah
konstruk
multidimensional
mengimplikasikan pengetahuan konsumen secara tidak pasti
tentang suatu produk sebelum dilakukan pembelian didasarkan
pada tipe dan tingkatan kerugian dari produk itu setelah
dilakukan pembelian.
d. Innovativeness adalah aspek kepribadian yang berhubungan
dengan penerimaan konsumen untuk mencoba produk baru atau
merek baru. Dan konsumen yang memiliki sifat innovatines ini
suka melakukan lebaih banyak evaluasi dari perluasan merek
terutama dalam hal jasa informasi.25
Dalam melakukan strategi perluasan merek, persepsi
kualitas dari merek tersebut tentunya perlu diperhatikan. Maka pihak
produsen harus melihat kualitas yang dipersepsikan konsumen
terhadap merek tersebut. Cleland dan bruno (dalam simamora,
2002) mengemukakan tiga prinsip tentang perceived quality yaitu :
25
Leif E.Ham Et al (2001)
29
a. Kualitas yang dipersepsi oleh konsumen terhadap produk
mencakup tiga aspek utama yaitu produk, harga dan non produk.
Dari produk tentunya konsumen menetapkan standar tentang
bagaimana produk tersebut seharusnya. Lalu aspek non produk,
konsumen mungkin dapat melihat reputasi produk, pelayanan
after sales, dan lain-lain. Kemudian dari segi harga apakah
mahal atau murah disesuaikan dengan aspek produk dan non
produknya.
b. Kualitas ada kalau bisa dipersepsikan oleh konsumen. Jadi kalau
konsumen mempersepkan produk tersebut baik walalupun
realitasnya tidak demikian maka produk tersebut akan dianggap
baik. Konsumen membuat keputusan berdasarkan persepsi yang
dimilikinya tidak tergantung pada realitasny. Jadi dapat dikatakan
bahwa persepsi adalah realitas.
c. Perceived quality diukur secara relatif terhadap pesaing. Suatu
produk dikatakan memiliki kualitas yang baik bila produk tersebut
dibandingkan dengan produk pesaing yang sejenis dan kualitas
dari produk pesaing tersebut lebih rendah.26
Dapat dikatakan bahwa pentingnya persepsi konsumen pada
merek terhadap keberhasilan strategi perluasan merek. Sementara,
persepsi konsumen terhadap merek tentunya tidak terlepas dari citra
dari merek tersebut.
26
Cleland dan bruno (dalam simamora, s00s)
30
2.2.5. Sejarah Kompas
2.2.6. Kerangka Pemikiran
Gambar 2.2.1
Pengaruh Citra merek terhadap pendapat pembaca tentang
perluasan merek
Y : Variabel Endogenus
PERLUASAN LINI
MEREK
X1 : Variabel Eksogenus
CITRA MEREK
1.
2.
3.
4.
Asosiasi Merek
Persepsi Kualitas Merek
Kesetiaan Merek
Citra Produk
Pendapat pembaca
tentang perluasan
Merek
*) David Aaker dan John G.Myers (1983;134)
Perusahaan dalam melaksanakan kegiatan usahanya selalu
mengharapkan keuntungan dari penjualan produk-produk yang
dihasilkan agar kelangsungan hidup perusahaan dapat berjalan
dengan lancar. Usaha yang sangat penting dan perlu dilakukan
adalah dengan membuat konsumen puas secara optimal dan
berusaha untuk lebih baik dari pesaing.
Salah satu cara yang dapat dilakukan yaitu dengan terus
berusaha mengetahui dan menganalisis perilaku konsumen dengan
tujuan untuk mengetahui apa yang benar-benar diinginkan oleh
konsumen baik dari segi keinginan, kebutuhan maupun yang
diharapkan oleh konsumen.
31
Memahami motivasi seseorang dalam membeli merupakan
hal yang penting bagi pemasar atau perusahaan. Hal ini dilakukan
untuk memprediksikan apa yang akan disenangi oleh pasar sebagai
konsep dasar pemasarannya.
Jika konsep tersebut sudah diterapkan dengan baik maka
akan dapat menumbuhkan motivasi konsumen dalam membeli
produk yang ditawarkan oleh perusahaan selaku produsen karena
tanpa
adanya
kegiatan
untuk
merangsang
konsumen
dari
perusahaan maka konsumen akan dengan mudah melupakan
produk yang dihasilkan oleh perusahaan tersebut.
Untuk membangkitkan motivasi konsumen agar melakukan
pembelian, perusahaan menempuh berbagai cara, salah satunya
dengan perluasa merek yang positif di mata konsumen di samping
hal-hal seperti kualitas produk, latar belakang pendidikan konsumen,
penetapan harga, kemasan produk, promosi penjualan, citra merek
perusahaan, dan garansi.
Semakin banyaknya jumlah pemain di pasar, meningkat pula
ketajaman persaingan di antara merek yang ada di pasar dan produk
yang memiliki
merek kuat akan mampu mempengaruhi motivasi
konsumen dalam mengkonsumsi suatu produk.
Harian Kompas yaitu perusahaan yang bergerak di bidang
surat kabar nasional berusaha membangun citra merek melalui
perluasan merek.
32
Sebagai salah satu koran nasional mempunyai merek yang
kuat di kalangan konsumen. Merek Kompas yang kuat mampu
mengembangkan keberadaannya dalam persaingan surat kabar di
Indonesia dalam jangka waktu yang lama.
Dalam membentuk merek, Kompas berusaha menanamkan
kesadaran dan asosiasi merek
Kompas dengan memperkuat
komunikasi pemasarannya terhadap konsumen yang potensial.
Serta merekomendasikannya kepada orang lain sehingga
hal tersebut mampu mempertinggi
merek
Kompas di mata
konsumennya.
Akan membentuk suatu merek Kompas yang kuat sehingga
terciptanya merek yang kuat akan meningkatkan motivasi membeli.
Secara otomatis akan mampu meningkatkan keuntungan bagi
Kompas.
2.3. Perumusan Hipotesis
Dari kerangka berpikir yang telah dijelaskan di atas dapat
dirumuskan suatu hipotesis sebagai berikut:
H0.
Tidak terdapat pengaruh linier antara citra merek.(X1) tentang
pendapat pembaca terhadap perluasan merek (Y)?
H1.
Terdapat pengaruh linier antara citra merek. (X1) tentang
pendapat pembaca terhadap perluasan merek (Y)?
Jadi semakin tinggi citra merek, semakin kuat pula pengaruh
tentang pendapat pembaca terhadap perluasan merek.
Download