ANALISIS POSISI PRODUK SUSU BUBUK WYETH

advertisement
ANALISIS POSISI PRODUK SUSU BUBUK WYETH
DAN IMPLIKASINYA TERHADAP BAURAN PEMASARAN
(Kasus Tiga Supermarket di Kota Bogor)
Oleh:
NAOMI MUTIARA ERITA S.
A14103571
PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS
DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2009
ANALISIS POSISI PRODUK SUSU BUBUK WYETH
DAN IMPLIKASINYA TERHADAP BAURAN PEMASARAN
(Kasus Tiga Supermarket di Kota Bogor)
Oleh:
NAOMI MUTIARA ERITA S.
A14103571
SKRIPSI
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh
Gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian,
Institut Pertanian Bogor
PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS
DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2009
RINGKASAN
NAOMI MUTIARA ERITA SIMORANGKIR A14103571. Analisis Posisi
Produk Susu Bubuk Wyeth dan Implikasinya terhadap Bauran Pemasaran
(Kasus Tiga Supermarket : Hero Supermarket, Matahari Market Place danYogya
Supermarket di Kota Bogor). Di bawah bimbingan D. IWAN RISWANDI.
Perkembangan teknologi yang semakin pesat menyebabkan tumbuhnya
usaha-usaha industri pengolahan susu segar menjadi berbagai bentuk olahan. Hal
ini dimaksudkan agar konsumsi susu dapat menyebar keseluruh lapisan
masyarakat Indonesia. Beberapa jenis susu olahan yang beredar di masyarakat,
seperti susu cair (susu siap minum), susu kental manis dan susu bubuk.
Susu merupakan salah satu bahan pangan yang sangat penting dalam
kehidupan manusia, dan sebagai salah satu sumber protein hewani yang di
dalamnya terkandung nilai gizi yang tinggi agar yang mengkonsumsi susu
tersebut dapat tumbuh dan berkembang dengan baik. Susu yang banyak
dikonsumsi oleh manusia adalah susu yang berasal dari sapi perah.
Susu adalah hasil pemerahan sapi atau hewan yang menyusui lainnya,
yang dapat dimakan atau dapat digunakan sebagai bahan makanan yang aman dan
sehat serta dikurangi komponen-komponennya atau ditambah bahan-bahan lain.
Jenis produk susu yang diolah di Indonesia yaitu : susu kental manis, susu bubuk,
bentuk lain (keju, mentega, yogurt), susu segar dan susu pasteurisasi.
Tujuan dari penelitian ini adalah : 1) Menganalisis tingkat kepentingan
konsumen terhadap susu Wyeth, 2) Menganalisis posisi produk susu bubuk Wyeth
dan 3) Merumuskan strategi pemasaran (bauran pemasaran).
Penelitian ini dilaksanakan di tiga pasar swalayan yaitu : Hero
Supermarket, Matahari Market Place dan Yogya Swalayan di Kota Bogor.
Penelitian ini dilakukan dari bulan Desember 2006 sampai dengan Februari 2007.
Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive), yaitu dengan
menyebarkan kuisioner kepada pengunjung ketiga supermarket tersebut. Metode
sampling yang digunakan dalam survei konsumen menggunakan pendekatan non
probability sampling, dimana pengambilan sampel tidak memperhitungkan
peluang atau kemungkinan unit sampel dipilih atau tidak.
Penelitian ini menggunakan dua jenis sumber data yaitu data primer dan
data sekunder. Data primer diperoleh dari hasil pengamatan di lapang, wawancara
dan kuisioner kepada pihak pengelola pasar swalayan. Data sekunder diperoleh
dari literatur yang terkait dengan topik penelitian, Badan Pusat Statistik, Skripsi,
internet dan bahan pustaka lainnya.
Dalam penelitian ini terdapat bauran pemasaran yang mengklasifikasikan
empat kelompok yang luas dalam pemasaran yaitu : produk (product), harga
(price), tempat (place), promosi (promotion). Selain empat kelompok pemasaran
di atas terdapat lima tahapan dalam proses pengambilan keputusan pembelian.
Tahap pertama pengenalan masalah, kedua pencarian informasi, tahap ketiga
evaluasi alternatif, tahap selanjutnya keputusan pembelian dan tahap kelima
perilaku pasca pembelian.
Merek-merek yang menjadi objek penelitian susu bubuk Wyeth dan
pesaing-pesaingnya yaitu : Vitalac, Lactogen, Nutrilon dan SGM. Adapun atribut
produk yang menjadi penilaian adalah harga, aroma, kekentalan komposisi gizi,
manfaat susu, mudah diperoleh, desain kemasan bagus, isi kemasan sesuai dan
merk terkenal.
Metode penelitian dilakukan dengan menggunakan dua alat analisis yaitu
model Fishbein dan analisis Biplot. Analisisi model Fishbein digunakan untuk
mengetahui sikap responden terhadap berbagai atribut susu bubuk. Analisis Biplot
digunakan untuk mengetahui posisi produk susu bubuk. Pengolahan data
dilakukan dengan menggunakan microsoft excel dan program SPSS.
Hasil penelitian menunjukkan posisi produk susu bubuk Wyeth lebih
unggul jika dilihat dari atribut komposisi gizi, manfaat susu, isi kemasan sesuai
dan merek terkenal. Posisi susu bubuk Lactogen, Nutrilon, SGM dan Vitalac
sama-sama lebih unggul jika dihat dari komposisi gizi, manfaat susu, dan merk
terkenal. Maka kelima jenis susu bubuk tersebut mempunyai posisi produk yang
unggul dibenak konsumen. Susu bubuk Wyeth memperoleh nilai sebesar 4.48,
artinya responden lebih mementingkan kandungan gizi dalam susu tersebut.
Berdasarkan Analisis Biplot, atribut harga, komposisi gizi, manfaat susu
dan merek terkenal mempunyai vektor yang sangat pendek sedangkan peubah
yang ragamnya besar digambarkan sebagai vektor yang sangat panjang.
Sedangkan atribut aroma dan kekentalan mempunyai vektor yang panjang juga,
artinya besar keragaman yang dapat dijelaskan atribut adalah tinggi.
Karakterisrik responden pada ketiga pasar swalayan didominasi oleh
responden yang berusia 26-35 tahun sebanyak 22 orang (44%), dan sebanyak 54%
konsumen yang berkunjung ketiga pasar swalayan tersebut berpendidikan terakhir
SLTA. Responden yang pengeluaran lebih dari Rp 1.000.000 sebesar 54%. Untuk
susu bubuk Wyeth responden mengatakan bahwa harga mahal dan belum ada
promosi dari perusahaan maupun pengelola supermarket.
Strategi Pemasaran yang mempengaruhi saluran perdagangan dan
konsumen akhir dapat semakin memperluas segmentasi pasar, terdapat empat
strategi pemasaran yaitu bauran produk, bauran harga, bauran tempat dan bauran
promosi. Adapun alternatif pemasaran yang disarankan kepada perusahaan dan
pihak pengelola setiap pasar swalayan berdasarkan hasil penelitian ini antara lain :
(1) Strategi produk, dengan meningkatkan kualitas produk dan ketersediaan
produk, (2) Strategi harga, dengan pemberian harga diskon untuk pembelian
dalam jumlah banyak dan diskon khusus pada saat-saat khusus juga, (3) Strategi
tempat, dengan melakukan pengiriman barang tepat waktu serta menjaga kualitas
barang selama pengangkutan dan (4) Strategi promosi, dengan membuat iklan dan
informasi yang lengkap dimedia cetak maupun elektronik.
Kelemahan atribut susu bubuk Wyeth terdapat pada atribut harga, aroma
dan desain kemasan. Hal ini dapat dijadikan prioritas dalam memperbaiki kualitas
produk pada susu bubuk tersebut. Strategi promosi yang dinilai responden kurang
baik harus lebih diperhatikan lagi.
Judul Skripsi
Nama
NRP
: Analisis Posisi Produk Susu Bubuk Wyeth dan
Implikasinya
terhadap
Bauran
Pemasaran
(Kasus Tiga Supermarket di Kota Bogor)
: Naomi Mutiara Erita Simorangkir
: A 14103571
Menyetujui,
Dosen Pembimbing
Dr. D. Iwan Riswandi, M.Si
NIP. 131 901 736
Mengetahui,
Dekan Fakultas Pertanian
Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie, M. Agr
NIP. 131 124 019
Tanggal Lulus :
PERNYATAAN
DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI YANG
BERJUDUL “ ANALISIS POSISI PRODUK SUSU BUBUK WYETH DAN
IMPLIKASINYA TERHADAP BAURAN PEMASARAN (KASUS TIGA
SUPERMARKET DI KOTA BOGOR)”. BELUM PERNAH DIAJUKAN
PADA PERGURUAN TINGGI LAIN MANAPUN. SKRIPSI INI BENARBENAR HASIL KARYA SENDIRI DAN TIDAK MENGANDUNG
BAHAN-BAHAN YANG PERNAH DITULIS ATAU DITERBITKAN
OLEH PIHAK LAIN KECUALI SEBAGAI BAHAN RUJUKAN YANG
DINYATAKAN DALAM NASKAH.
Bogor, Januari 2009
Naomi Mutiara Erita S.
A14103571
RIWAYAT HIDUP
Penulis bernama Naomi Mutiara Erita Simorangkir lahir di Sibolga,
Sumatera Utara, pada tanggal 12 April 1981, sebagai anak pertama dari empat
bersaudara dari keluarga B. Simorangkir dan Ibu S. Simanjuntak.
Penulis menyelesaikan pendidikan di TK Tapian Nauli pada tahun 1987.
Pada tahun yang sama melanjutkan pendidikan di Sekolah Dasar RK Sibolga.
Kemudian menyelesaikan pendidikan pada tahun 1993. Pada tahun yang sama
penulis melanjutkan pendidikan ke Sekolah Menengah Pertama Swasta Fatima
dan lulus pada tahun 1996, setelah itu melanjutkan pendidikan di Sekolah
Menengah Umum Negeri 1 Sibolga dan lulus pada tahun 1999.
Pada tahun 1999 penulis diterima sebagai Mahasiswa Diploma III,
Program Studi Agroteknologi Hasil Perikanan, Fakultas Perikanan, Institut
Pertanian Bogor, selama kuliah penulis juga aktif di paduan suara mahasiswa
(Agriaswara) Institut Pertanian Bogor periode 2001-2002. Penulis menyelesaikan
studi pada tahun 2002.
Tahun 2003 penulis melanjutkan studi pada Program Sarjana Ekstensi
Manajemen
Agribisnis,
Institut Pertanian Bogor.
Departemen
Agribisnis,
Fakultas
Pertanian,
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa yang
masih memberikan kesehatan serta kasih dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini berjudul Analisis Posisi Produk Susu Bubuk
Wyeth dan Implikasiya terhadap Bauran Pemasaran (Kasus Tiga Supermarket
di Kota Bogor).
Skripsi ini Merupakan tugas akhir sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh Gelar Sarjana Pertanian pada Program Ekstensi Manajemen
Agribisnis, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Penulis mengucapkan
terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu proses penulisan skripsi
ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh
karena itu kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan. Semoga
skripsi ini bermanfaat bagi pihak yang membutuhkan.
Bogor, Januari 2009
Penulis
UCAPAN TERIMAKASIH
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas Kasih
dan Karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Pada
kesempatan kali ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak dan Mamah yang telah memberikan semangat kepada penulis atas do’a,
dukungan, materi dan kasih sayangnya yang tidak pernah putus, sehingga bisa
menyelesaikan skripsi ini. Adikku Niko, Tuti, Reynold dan Dunen atas
semangat dan dukungannya , tidak lupa keponakanku Sere atas keceriaan dan
kelucuannya.
2. Dr. D. Iwan Riswandi, M.Si, selaku dosen pembimbing skripsi yang telah
memberikan bimbingan dan masukan kepada penulis selama penelitian dan
peyelesaian skripsi ini.
3. Ir. Djoko Purwono, M.Si, selaku dosen evaluator pada kolokium penelitian
yang telah memberi saran dan masukan kepada penulis.
4. Dr. Ir. Heny K. Daryanto, M.Ec, selaku dosen penguji utama yang telah
memberikan masukan untuk menyempurnakan skripsi ini.
5. Muhammad Firdaus, SP. M.Si, selaku dosen penguji komisi pendidikan untuk
semua masukan dan saran untuk perbaikan skripsi ini.
6. Wasini atas kesediaannya menjadi pembahas seminar skripsi ini.
7. Haryadi (Aa) atas dukungan, perhatian, keceriaan dan kasih sayangnya yang
sangat berarti selama ini.
8. Ida, Yoshi, Nita, Ian, Aksan, Adi, Ade atas persahabatan,
semangat,
bantuannya dan kelucuannya selama ini. Komar yang sudah membantu
membuat power point seminar dan pinjaman laptopnya. Thank’s (You are all
the best).
9. Staf Ekstensi Manajemen Agribisnis, M’ba Nur, M’ba Rahmi, Mas Aji dan
staf lainnya atas bantuannya selama kuliah di Ekstensi Manajemen Agribisnis
Institut Pertanian Bogor.
10. Teman-teman Ekstensi Manajemen Agribisnis dan semua pihak yang tidak
dapat disebutkan satu persatu yang membantu penulis selama kuliah.
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ............................................................................................. iv
DAFTAR GAMBAR......................................................................................... iiv
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... vii
BAB I. PENDAHULUAN................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang ................................................................................
1.2 Perumusan Masalah ........................................................................
1.3 Tujuan Penelitian ............................................................................
1.4 Kegunaan Penelitian........................................................................
1
4
5
5
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA...................................................................... 6
2.1. Deskripsi dan Karakteristik Susu .................................................. 6
2.2. Pilihan Konsumen ......................................................................... 8
2.3. Penelitian Terdahulu ..................................................................... 9
BAB III. KERANGKA PEMIKIRAN ............................................................ 14
3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis .......................................................
3.1.1. Konsep Pemasaran .............................................................
3.1.2. Bauran Pemasaran..............................................................
3.1.3. Proses Keputusan Pembelian .............................................
3.1.3.1 Pengenalan Masalah..............................................
3.1.3.2 Pencarian Informasi ..............................................
3.1.3.3 Evaluasi Alternatif ................................................
3.1.3.4 Keputusan Pembelian............................................
3.1.3.5 Perilaku Pasca Pembelian .....................................
3.1.4. Strategi Penentuan Posisi ...................................................
3.1.5. Segementasi Pasar .............................................................
3.1.6. Penetuan Target..................................................................
3.1.7. Posisi Produk......................................................................
3.1.8. Model Sikap Multiatribut Fishbein ....................................
3.1.9. Analisis Biplot....................................................................
14
14
14
18
18
18
19
19
20
20
21
22
22
24
25
3.2. Atribut dan Skala Pengukuran ..................................................... 25
3.3. Kerangka Pemikiran Konseptual ................................................. 25
3.4. Definisi Operasional..................................................................... 28
BAB IV. METODE PENELITIAN ................................................................. 29
4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian .......................................................
4.2. Jenis dan Sumber Data .................................................................
4.3. Metode Penentuan Sampel...........................................................
4.4. Metode Pengolahan dan Analisis Data ........................................
4.5. Metode Pengolahan dan Analisis Data ........................................
4.5.1 Model Fishbein .................................................................
4.5.2 Analisis Biplot...................................................................
4.5.3 Analisis Deskriptif ............................................................
29
29
30
31
31
31
33
34
BAB V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN ............................ 35
5.1. Keadaan Umum Kota Bogor.........................................................
5.2. Gambaran Umum Susu Wyeth .....................................................
5.3. Gambaran Umum PT. Hero Tbk...................................................
5.4. Gambaran Umum Yogya Supermarket.........................................
5.5. Gambaran Umum Matahari Market Place ....................................
35
37
40
41
42
BAB VI. KARAKTERISTIK RESPONDEN TERHADAP KONSUMSI
SUSU BUBUK FORMULA............................................................... 44
6.1. Karakteristik Responden ............................................................... 44
6.2. Perilaku Keputusan Pembelian ..................................................... 46
BAB VII. PRODUK SUSU BUBUK MENURUT TINGKAT
KEPENTINGAN DAN TINGKAT KEPERCAYAAN
KONSUMEN SUSU WYETH........................................................ 54
7.1. Fishbein Untuk sikap Responden Susu Bubuk Wyeth................. 54
7.1.1. Tingkat Kepentingan dan Kepercayaan atribut Produk
Susu Wyeth ..................................................................... 54
7.1.2. Nilai Sikap Responden Terhadap Berbagai Atribut Produk
Susu Bubuk Vitalac, Lactogen, Nutrilon dan SGM...... 58
7.2. Analisis Biplot.............................................................................. 59
7.2.1 Keunggulan dan Kelemahan Susu Bubuk Wyeth .............. 61
BAB VIII. REKOMENDASI KEBIJAKAN STRATEGI PEMASARAN .. 63
8.1.
8.2.
8.3.
8.4.
8.5.
Rekomendasi Strategi Pemasaran ................................................
Strategi Produk.............................................................................
Strategi Harga...............................................................................
Strategi Tempat ............................................................................
Strategi Promosi ...........................................................................
63
63
64
64
65
BAB IX. KESIMPULAN DAN SARAN ......................................................... 66
9.1. Kesimpulan ................................................................................... 66
9.2. Saran.............................................................................................. 67
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 68
LAMPIRAN....................................................................................................... 77
DAFTAR TABEL
Tabel
Halaman
1. Konsumsi dan Produksi Susu Nasional pada Tahun 2001-2005 ............ 2
2. Komposisi zat Gizi rata-rata Beberapa Jenis Susu Bayi per 100 gram... 3
3. Tingkat Konsumsi Produk Susu Olahan di Indonesia ............................. 7
4. Penelitian Terdahulu ................................................................................ 12
5. Tanggapan Empat P Penjual berhubungan dengan Empat C................... 14
6. Jumlah Responden Untuk Setiap Lokasi Penelitian ................................ 30
7. Matriks Data yang diolah dengan Metode Biplot .................................... 33
8. Penduduk Kota Bogor Menurut Kelompok Umur dan Jenis kelamin
Tahun 2005 .............................................................................................. 36
9. Jumlah Penduduk Kota Bogor Menurut Lapangan Usaha Tahun 2003... 37
10. Perkembangan dan Penambahan Nutrisi serta Kandungan Gizi dalam
Produk Susu Wyeth.................................................................................. 38
11. Sebaran Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ..................................... 44
12. Sebaran Responden Berdasarkan Usia..................................................... 44
13. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia Bayi Responden ................. 45
14. Sebaran Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan............................. 45
15. Sebaran Responden Berdasarkan Jenis Pekerjaan ................................... 46
16. Sebaran Responden Berdasarkan Pengeluaran per Bulan........................ 46
17. Manfaat Pembelian Produk Susu Bubuk Wyeth...................................... 47
18. Sebaran Responden Berdasarkan Sumber Informasi dalam Pemilihan
Produk Susu Bubuk ................................................................................. 48
19. Sebaran Responden Berdasarkan Lokasi Informasi dalam Pemilihan
Produk Susu Bubuk ................................................................................. 48
20. Alasan Responden dalam Pembelian Produk Susu Bubuk ..................... 48
21. Alasan Memilih Merek Susu Bubuk ....................................................... 49
22. Volume Kemasan Produk Susu Balita Usia 1-5 tahun ............................ 50
23. Kemasan Produk Susu Bubuk yang sering digunakan Konsumen .......... 50
24. Pengambilan Keputusan dalam Pembelian Produk Susu Bubuk ............. 50
25. Perencanaan Pembelian Produk Susu Bubuk Wyeth ............................... 51
26. Tindakan Konsumen Terhadap Ketersediaan Merek Susu Bubuk Balita
(1-5 tahun) yang Dikonsumsi.................................................................. 52
27. Pilihan Rasa Produk Susu yang disukai Balita ....................................... 52
28. Nilai Sikap Responden Terhadap Atribut Produk Susu Bubuk Wyeth .. 53
29. Perhitungan ratrata Penilaian Kepentingan dan Kepercayaan Atribut
Produk Susu Wyeth ................................................................................ 54
30. Nilai Sikap Responden Terhadap Berbagai Atribut, Vitalac, Lactogen,
Nutrilon dan SGM................................................................................... 58
DAFTAR GAMBAR
Gambar
Halaman
1. Proses Pengambilan Keputusan ................................................................. 18
2. Kerangka Pemikiran Konseptual................................................................ 27
3. Matriks Analisis Biplot pada Merek dan Atribut Susu Bubuk .................. 59
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
Halaman
1. Kuisioner Responden ...................................................................................... 70
2. Hasil Output Posisi Susu Bubuk Wyeth, Lactogen, Nutrilon,
Vitalac dan SGM............................................................................................. 75
3. Hasil Output Biplot ......................................................................................... 76
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Susu merupakan salah satu bahan pangan yang sangat penting dalam
kehidupan manusia dan sebagai salah satu sumber protein hewani yang di
dalamnya terkandung nilai gizi yang tinggi agar yang mengkonsumsi susu
tersebut dapat tumbuh dan berkembang dengan baik. Susu yang banyak
dikonsumsi oleh manusia adalah susu yang berasal dari sapi perah.
Salah satu kebiasaan yang dilakukan oleh masyarakat adalah minum susu
mulai dari orang tua, remaja dan anak-anak, sesuai dengan kebutuhan sehari-hari
khususnya anak-anak di perkotaan besar Indonesia. Dengan bertambahnya
pengetahuan dan wawasan para orang tua agar dapat meningkatkan kesadaran
terhadap nilai-nilai gizi serta manfaat yang terkandung dalam susu tersebut. Pola
konsumsi susu terhadap masyarakat cenderung meningkat dengan bertambahnya
jumlah penduduk dan peningkatan pendapatan serta adanya perubahan taraf hidup
masyarakat Indonesia.
Pertumbuhan dan perkembangan anak ditentukan oleh faktor keturunan
dan faktor lingkungan. Faktor lingkungan yang berperan dalam tumbuh kembang
anak adalah konsumsi makanan (diet), lingkungan yang bersih, latihan jasmani,
dan keadaan kesehatan. Hal penting bagi pertumbuhan bayi adalah makanan yang
berkualitas dan kuantitas yang baik sehingga bayi dapat tumbuh normal.
Perkembangan teknologi yang semakin pesat menyebabkan tumbuhnya
usaha-usaha industri pengolahan susu segar menjadi berbagai bentuk olahan. Hal
ini dimaksudkan agar konsumsi susu dapat diterima di seluruh lapisan masyarakat
Indonesia. Beberapa jenis susu olahan di masyarakat, seperti susu cair (susu siap
minum), susu kental manis, dan susu bubuk. Perkembangan konsumsi dan
Produksi Susu Nasional pada Tahun 2001-2005 dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Konsumsi dan Produksi Susu Nasional pada Tahun 2001-2005
Tahun
Konsumsi (Kg)
Peningkatan (%)
Produksi (Kg)
Peningkatan (%)
2001
1.330.000
-
475.900
-
2002
1.352.432
1.69
453.400
2.81
2003
1.381.210
2.13
553.400
12.16
2004
1.398.320
1.24
545.945
-0.62
2005
1.402.425
0.29
552.320
0.43
1.34
2.32
Pertumbuhan
rata-rata
Sumber : BPS, 2006
Tabel 1 menunjukkan bahwa produksi susu Nasional (dalam negeri)
meningkat dari tahun ke tahun, mulai dari tahun 2001-2005. Menurut BPS tahun
2006, peningkatan tersebut ditunjang oleh peningkatan konsumsi susu per tahun.
Konsumen mengkonsumsi susu dalam berbagai bentuk olahan.
Produk susu yang dikonsumsi oleh masyarakat saat ini tidak hanya terbatas
pada susu bubuk dan susu jenis lainnya saja, tetapi juga terdapat susu cair yang
siap minum dengan berbagai macam rasa dan bentuk kemasan yang praktis.
Keragaman susu dapat dilihat dari harga, aroma, volume, kemasan, rasa, merek
dan mudah mendapatkannya.
Peningkatan kualitas sumber daya manusia Indonesia tidak hanya melalui
peningkatan pendidikan dan pengetahuan. Namun, faktor gizi pun mempunyai
peranan penting, karena gizi yang baik dan seimbang dapat akan menciptakan
sumber daya manusia yang mempunyai kualitas yang lebih baik. Gizi yang baik
dan seimbang dapat dipenuhi dengan mengkonsumsi makanan yang sehat dan
mengandung vitamin, karbohidrat, protein dan lemak.
Susu segar yang berasal dari sapi perah mengandung nilai gizi yang
lengkap dan tinggi kandungannya terdiri dari protein, lemak , vitamin dan mineral
yang berguna dan bermanfaat untuk menjaga kesehatan manusia. Oleh karena itu,
untuk memperbaiki nilai gizi masyarakat pemerintah berusaha untuk mendukung
perkembangan industri susu di Indonesia dengan meningkatkan produksi dan
konsumsi susu. Bila dilihat dari kandugan gizinya susu memiliki bermacam zat
gizi dengan komposisi sebagai berikut :
Tabel 2. Komposisi Zat Gizi Rata-rata Beberapa Jenis Susu Bayi per 100
Gram
Jenis Susu Bayi Umur 0-6 bulan
Zat Gizi
Energi (kalori)
Protein (gr)
Lemak (gr)
Karbohidrat (gr)
-Kalsium (mg)
-Fosfor (mg)
-Magnesium (mg)
-Besi (mg)
-Seng (mg)
-Mangan (mg)
-Tembaga (mg)
-Yodium (mg)
- Natrium (mg)
- Kalium (mg)
-Klorida (mg)
Vitamin K1 (mcg)
Vitamin B1 (mg)
Vitamin B2 (mg)
VitaminB12(mcg)
Vitamin C (gr))
Biotin (mcg)
Kholin (mg)
Inosital (mg)
Taurin (mg)
L-Karnitin (mg)
Wyeth
524
12
28
56
362
262
50
6.3
5.0
59
361
76
126
564
341
53
787
1181
1.6
71
16
79
26
37
-
Vitalac
508
11.5
25.50
58,2
440.0
220.0
38.0
4.10
3.60
55.0
290.0
78.0
128.0
600.0
300.0
36.0
0.41
1.00
1.00
51.0
10.0
55.0
23.0
31.0
14.0
Lactogen
498
12.5
23.9
58.2
475
305
33
6.0
3.7
45
0.30
75
155
495
305
40.0
0.35
0.75
1.5
50
11
50
25
40
8.0
SGM
513
10.80
27.0
56.7
383
249
33
4.0
4.0
40
26.5
50
154
407
288
39
333
696
0.8
65
6.5
60
35.0
-
Nutrilon
515
11.5
25.5
58.2
440
220
38
4.0
3.9
55
320
78
130
528
300
40
400
1000
1.5
60
11
55
23
36
14
Sumber: Hasil Survey di Supermarket Hero Bogor
Berdasarkan Tabel 2 dapat dilihat bahwa berat dari air susu terdiri dari air
dan kandungan lainya berupa bahan kering yaitu lemak, protein dan mineral. Dari
masing-masing produk susu di atas menyatakan bahwa komposisi susu setiap
produk mempunyai manfaat yang sama dalam setiap kandungan gizinya.
Kandungan gizi Wyeth memiliki zat energi, lemak, magnesium, besi, seng,
mangan, tembaga, klorida, vitamin K1 vitamin B1, vitamin B2, vitamin B 12,
vitamin C, biotin, kholin dan inosital paling tinggi dibandingkanVitalac,
Lactogen, SGM dan Nutrilon.
Susu sebagai salah satu sumber protein hewani yang sangat penting, bagi
manusia dahulu susu termasuk minuman yang sangat mahal untuk dikonsumsi
kebanyakan orang. Dikatakan mahal bukan berarti harganya tetapi manfaatnya
bagi kesehatan dan juga terbatasnya ketersediaan sumber protein hewani
dibanding sumber protein nabati.
1.2 Perumusan Masalah
Beberapa Supermarket Kota Bogor merupakan salah satu pusat
perbelanjaan yang dapat memenuhi kebutuhan hidup masyarakat luas khususnya
masyarakat yang berlokasi di Kota Bogor. Produk susu bubuk salah satu jenis
bubuk yang dikonsumsi oleh anak usia bawah lima tahun dan salah satu susu yang
nilai gizinya tinggi dan mempunyai prospek pasar yang luas, ini dapat dilihat
semakin banyaknya produk susu merek lain yang beredar di pasar swalayan.
Maka dari produk-produk yang berbeda seperti susu Wyeth yang akan diteliti,
perusahaan harus bisa mengenalkan produk tersebut dengan promosi ataupun
iklan.
Kegiatan pemasaran setiap supermarket mengalami kendala seperti adanya
pesaing terhadap merek susu lain, maka perusahaan harus menempatkan posisi
produk dengan baik. Masalah yang diteliti yaitu untuk mengetahui posisi yang
paling tepat bagi produk Wyeth, dalam pengenalan masalah, pencarian informasi
sampai memutuskan membeli produk tersebut serta dapat memberikan sarana
mengenai pernyataan posisi (positioning statement) yang sesuai dengan posisi
produk susu bubuk Wyeth tersebut.
Selain susu bubuk Wyeth yang diteliti, ada beberapa jenis susu bubuk
lainnya yaitu : Vitalac, Lactogen, Nutrilon, dan SGM yang merupakan pesaing
untuk ke tiga supermarket. Untuk memudahkan responden menilai dan
mengetahui ke lima jenis susu bubuk tersebut, responden akan mengisi kuisioner
yang berupa pertanyaan beserta pilihan masing-masing jawaban.
Semakin ketatnya persaingan maka salah satu cara untuk meningkatkan
daya saing produk dengan meningkatkan kepuasan konsumen atau perusahaan itu
sendiri. Peluang Wyeth dengan meningkatnya budaya hidup sehat alami yang
menjadi trend hidup masyarakat dikalangan tertentu yaitu kalangan yang memiliki
kesadaran tinggi untuk hidup sehat demi kualitas kesehatan hidup masyarakat.
Susu yang mempunyai sifat mudah rusak perlu ditangani secara khusus
baik dalam pengolahan maupun pemasarannya, sehingga konsumen akan
mendapat susu yang mempunyai kualitas yang baik. Dengan banyaknya produk
susu yang manfaatnya sama kemungkinan ada beberapa ancaman dilingkungan
sekitar yaitu susu bubuk apa yang dipilih konsumen untuk anak mereka.
Setiap supermarket memerlukan strategi pemasaran untuk mengelolah
produknya. Strategi pemasaran yang dilakukan adalah strategi produk, strategi
harga, strategi tempat dan strategi promosi, dimana keempat strategi tersebut akan
membawa ketiga supermarket pada posisi persaingan yang semakin kuat serta
mampu mempertahankan dan meningkatkan usaha sehingga dapat meningkatkan
keuntungan bagi perusahaan.
Berdasarkan uraian di atas, maka permasalahan yang dirumuskan dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.
Bagaimana tingkat kepentingan konsumen terhadap susu Wyeth?
2.
Bagaimana posisi produk susu bubuk Wyeth tersebut?
3.
Bagaimana strategi pemasaran (bauran pemasaran) tersebut?
1.3
Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menjawab permasalahan di atas
adalah sebagai berikut:
1. Menganalisis tingkat kepentingan konsumen terhadap susu Wyeth.
2. Menganalisis posisi produk susu bubuk Wyeth.
3. Merumuskan strategi pemasaran ( bauran pemasaran).
1.4
Kegunaan Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pihak pasar
swalayan/Perusahaan :
1. Sebagai bahan informasi dan pertimbangan tentang bauran pemasaran susu
bubuk Wyeth dan sebagai bahan pertimbangan dalam merancang strategi
pemasaran.
2. Bagi penulis, untuk menambah pengetahuan dan wawasan lebih luas tentang
posisi produk
3. Bagi pembaca, sebagai bahan masukan, informasi dan rujukan bagi penelitian
lebih lanjut dan dimasa yang akan datang.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Deskripsi dan Karakteristik Susu
Susu adalah hasil pemerahan sapi atau hewan menyusui lainnya, yang
dapat dimakan atau dapat digunakan sebagai bahan makanan yang aman dan sehat
serta dikurangi komponen-komponennya atau ditambah bahan-bahan lain. Hasil
olahan susu berdasarkan surat keputusan Direktorat Jenderal Peternakan Tahun
1983 adalah susu murni, susu segar, susu sterilasasi dan susu pasteurisasi.
Susu merupakan sumber protein dengan mutu sangat tinggi. Selain itu
susu merupakan suatu emulsi lemak dalam air, serta larutan berbagai senyawa.
Kadar protein susu segar sekitar 3,5 persen dengan kadar lemak sekitar 3,0 sampai
3,8 persen sedangkan kandungan gula sebesar 4,8 persen. Komposisi susu dapat
beragam tergantung pada beberapa faktor. Selain itu susu adalah bahan pangan
yang mudah rusak (perishable), oleh karena itu diperlukan pengolahan lebih
lanjut untuk memperpanjang umur simpan susu. Salah satu usaha agar susu tidak
mudah rusak dan untuk mempertahankan mutu susu dalam waktu yang lebih lama
adalah dengan mengolah susu segar menjadi susu bubuk.
Susu bubuk saat ini dibagi menjadi beberapa macam susu bubuk
berdasarkan kandungan lemaknya, yaitu susu bubuk berlemak (full cream), rendah
lemak dan skim. Susu bubuk berlemak merupakan susu yang kandungan
lemaknya tidak kurangi dan dikenal sebagai tepung susu utuh (whole milk). Susu
bubuk yang kandungan lemaknya sedikit dikenal dengan nama susu bubuk rendah
lemak (low fat). Sedangkan susu bubuk yang tidak mengandung lemak dikenal
dengan susu bubuk skim (non fat).
Pengolahan susu bertujuan mengolah susu menjadi bahan makanan yang
enak dan mempunyai aroma lebih baik serta daya simpan lebih lama. Susu dapat
mencegah tumbuhnya mikroorganisme yang menyebabkan susu itu sendiri
menjadi rusak. Agar susu tidak terganggu oleh mikroorganisme tersebut maka
untuk mengatasinya harus memperhatikan
kesehatan ternak, cara pemerahan
susu, penanganan serta pengolahan susu. Setiap peternak susu harus
memperhatikan kualitas susu sebelum sampai ke tangan konsumen, karena dapat
mempengaruhi turunnya harga jual susu tersebut. Tingkat konsumsi produk susu
olahan di Indonesia dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Tingkat Konsumsi Produk Susu Olahan di Indonesia
Jenis Produk
Susu Kental Manis
Susu Bubuk
Bentuk lain (keju, mentega, yogurt)
Susu Segar
Susu Pasteurisasi
Total
Konsumsi (%)
44
26
23
5
2
100
Sumber: Wihanasari, dalam Ratna (2004)
Produk susu olahan di Indonesia sesuai dengan tingkat konsumsinya dapat
dijelaskan sebagai berikut :
a.
Susu kental manis, merupakan produk hasil olahan susu yang diperoleh
dengan cara mengurangi (menguapkan) kandungan air susu sehingga
kandungan air susu hanya sekitar 40 persen. Dengan kadar ini susu tahan
disimpan lama dalam keadaan baik. Bila hendak diminum susu kental manis
harus dicairkan dengan air panas atau hangat. Susu kental manis
dikelompokkan antara lain, susu kental full cream tidak manis beraroma, susu
kental manis full cream manis tidak beraroma, susu kental full cream dan
susu kental yoghurt.
b.
Susu bubuk, merupakan produksi dari evaporated milk yang diproses lebih.
lanjut. Produk ini mengandung 2-4 persen air dan kebanyakan dari susu ini
terbuat dari skim milk. Jenis susu bubuk ini terdiri dari susu formula, susu
bubuk full cream/whole milk, susu skim non fat
c.
Keju adalah produk yang terbuat dari susu penuh atau sebagian skim atau
mungkin juga seluruhnya skim susu sapi. Keju diklasifikasikan menurut
tekstur yaitu keju lembut dan keju keras.
d.
Mentega susu dibuat dari kepala susu (cream susu) yang terdiri dari 80 persen
lemak yang dibubuhi garam atau tanpa digarami dan ada yang diberi zat
warna atau tidak. Cream adalah bagian susu yang kaya akan lemak yang
berada di permukaan susu bila didiamkan.
e.
Yoghurt adalah susu produk susu yang mengalami fermentasi. Yogurt dibuat
dengan mengasamkan susu, menggunakan biakan murni bakeri. Yoghurt
mengandung protein, laktosa dan asam laktat yang tinggi. Keunggulan
yoghurt adalah untuk melawan sakit perut, mengurangi kegemukan,
gangguan metabolisme dan penyakit lain selain penyakit pencernaan.
f.
Susu segar adalah susu murni yang tidak mengalami proses pemanasan. Air
susu mengandung zat kekebalan tubuh (antibody), fungsinya adalah sebagai
pelindung dan pencegah terhadap timbulnya penyakit akibat kekurangan
vitamin.
g.
Susu pasteurisasi adalah salah satu proses pemanasan untuk menangani susu
agar daya simpannya lebih lama. Proses yang dilakukan pada suatu produk
untuk meminimalkan kemungkinan timbulnya bahaya terhadap kesehatan
oleh mikroorganisme patogen yang terdapat pada susu dengan cara perlakuan
pemanasan dan meminimalkan perubuhan sifat kimia, fisik dan organoleptik
dari produk tersebut.
Beberapa keunggulan air susu banding dengan bahan pangan yang lain
adalah:
1. Air susu mengandung hampir semua zat-zat gizi yang diperlukan oleh tubuh.
2. Zat-zat gizi yang diperlukan dapat dicerna dan diabsorbsi sempurna oleh
tubuh.
3. Perbandingan sempurna daripada kadar-kadar zat gizi yang terdapat dalam air
susu.
4. Protein dan lemak di dalam air susu bermutu lebih tinggi dari pada protein dan
lemak dalam bahan-bahan makanan lain.
2.2 Pilihan Konsumen
Pilihan konsumen adalah proses individu untuk memilih, menafsirkan
masukan-masukan informasi sehingga menimbulkan preferensi terhadap produk
dan merek tertentu dan tercermin dalam perilaku pembeliannya. Agar konsumen
lebih memahami terhadap berbagi bentuk produk, maka perusahaan membuat
daya tarik dan keunggulan besar terhadap susu Wyeth dan pesaingnya, dimana
susu Wyeth dapat dilihat langsung oleh konsumen yang akan mengkonsumsinya.
Pilihan seseorang dipengaruhi oleh fungsi sosial dan personal. Seseorang
dapat muncul dengan persepsi yang berbeda terhadap objek rangsangan yang
sama dan memegang peranan penting yang cukup besar.
2.2 Penelitian Terdahulu
Analisis Product Positioning Teh Poci Bubuk di PT Gunung Slamat
sebagai salah satu produsen teh bubuk yang berhasil harus waspada dalam
menghadapi persaingan agar dapat bertahan dalam industri pengolahan teh. Selain
harus menghadapi persaingan dari produsen-produsen teh lokal, PT Gunung
Slamat juga harus menghadapi persaingan dari produsen-produsen teh dari luar
Kabupaten Tegal yang ikut menjadi pemain dalam pasar produk teh olahan.
Sehubungan dengan penentuan produk (positioning) teh bubuk pada PT Gunung
Slamat adalah penurunan omzet penjualan teh Poci bubuk sebesar 15 persen pada
periode triwulan pertama tahun 2003 bila dibandingkan dengan periode yang
sama pada tahun sebelumnya (Oktantri, 2003),.
Persepsi konsumen terhadap positioning mengenai kedudukan produk dan
merek-merek pesaingnya berkaitan langsung dengan proses pengambilan
keputusan pembelian suatu produk teh bubuk. Proses pengambilan keputusan
pembelian oleh konsumen dipengaruhi oleh banyak faktor yang sangat kompleks
dan perlu senantiasa menyesuaikan dengan strategi-strategi yang akan dilakukan
perusahaan. Dalam penelitian Oktantri menggunakan dua metode sebagai acuan
untuk pengolahan data selanjutnya yaitu metode Thurstone merupakan psikometri
yang mempelajari hubungan kuantitatif antara stimulus dan respon yang
diakibatkan oleh pengamat. Sedangkan metode Biplot membandingkan merek
jamu yang diteliti dengan merek jamu lain yang menjadi pesaing utamanya
berdasarkan tingkat kepuasan terhadap atribut-atribut produk.
Posisi produk jamu kesehatan merek Bukti Mentjos pada industri jamu
tradisional bukti Mentjos. Atribut yang menjadi penilaian adalah rasa pahit,
aroma, khasiat, zat yang terkandung, kemasan, mutu atau kualitas, merek,
kebersihan, harga, tanggal kadaluwarsa, petunjuk pemakaian, label, serta No.
Depkes. Hasil penelitian menunjukkan positioning produk jamu Mentjos lebih
unggul dibandingkan dengan merek jamu kesehatan pesaing dilihat dari atribut
rasa pahit, aroma yang wangi, khasiat yang tinggi, kandungan zat yang lengkap
dan No. Depkes yang jelas (Putricia, 2002).
Perilaku pembelian susu cair kemasan dan implikasinya pada bauran
pemasaran. Atribut yang akan dinilai hampir sama dengan penelitian Putricia
yaitu harga, volume, aroma, kekentalan, citarasa, rasa, kemasan, ketersediaan dan
merek. Dalam penelitian ini Ardiany menggunakan alat analisis Biplot dan
Multiatribut Fishbein. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penilaian kepercayaan
terhadap atribut yang paling penting harus melekat pada produk susu cair kemasan
yaitu citarasa susu, rasa, aroma, kekentalan, harga, ketersediaan, merek, isi dan
kemasan (Ardiany, 2002).
Sembiring (2006), menyatakan bahwa posisi produk merupakan suatu
proses yang dapat digunakan untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan serta
posisi atatu kedudukan relatif suatu produk terhadap pesaing berdasarkan persepsi
konsumen yang didasarkan pada satu atau lebih atribut. Adapun atribut yang
dinilai yaitu harga, rasa, warna, keempukan, aroma, kemasan dan isi. Penelitian
ini menggunakan alat analisis Biplot dan Analisis Citra. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa produk sosis sapi merk Farmhouse unggul dari produk
pesaingnya seperti Kimbo, Bernardi dan Vigo.
Maryana (2007), meneliti bagaimana posisi produk dan faktor-faktor yang
mempengaruhi perilaku konsumen terhadap berbagai restoran Fried Chicken pada
Bogor Trade Mall dengan produk pesaingnya. Atribut yang digunakan adalah
kerenyahan, keempukan, citarasa, ukuran, aroma, harga, higienis, kandungan gizi,
variasi menu dan kehalalan. Dalam penelitian Ira Maryana menggunakan 3 alat
analisis yaitu Analisis Biplot, Analisis Deskriptif dan Analisis Logistik Biner.
Hasil penelitian menujukkan produk Ayam Goreng Fried Chicken dinilai lebih
unggul oleh konsumen.
Berdasarkan ke-lima penelitian tersebut, Oktantri meneliti bahwa dalam
memilih produk teh poci bubuk harus lebih waspada dalam menghadapi
persaingan terhadap produsen-produsen teh lokal yang lain. Selain itu, konsumen
harus melihat atribut-atribut dari teh tersebut dalam pengambilan keputusan
pembelian sesuai dengan posisi produk teh itu sendiri. Putricia meneliti bahwa
jamu tradisional bukti Mentjos lebih memposisikan jamunya kepada atributatribut agar tetap unggul dibandingkan jamu tradisional lainnya. Ardiany meneliti
tentang analisis Perilaku Pembelian dengan atribut-atribut yang ada dalam
kemasan produk. Debora meneliti bahwa produk Sosis Sapi Farmhouse lebih
banyak diminati konsumen sesuai dengan atribut-atribut pada Sosis Sapi tersebut.
Sedangkan Maryana meneliti bahwa persepsi konsumen tehadap Ayam Goreng
sangat diminati ketika perut lapar sehingga restoran Fried Chicken harus lebih
meningkatkan kualiatas Ayam Goreng tersebut. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat
pada Tabel 4 berikut ini :
Tabel 4. Penelitan Terdahulu
No
1.
Penelitian
Terdahulu
Oktantri
(2003)
Judul
Metode
Analisis Product
Positioning Teh Poci
Bubuk dan Implikasinya
Terhadap Strategi Bauran
Pemasaran PT Gunung
Slamat
- Metode Thurstone
- Metode Biplot
Variabel /
Komoditas
Teh
Jamu
Hasil Penelitian
Persepsi konsumen terhadap
posisi
produk
berkaitan
dengan
pengambilan
keputusan
2.
Putricia
(2002)
Analisis Posisi Produk
Jamu Kesehatan Merek
Bukti Mentjos
- Metode Biplot
3.
Ardiany
(2002)
Analisis Perilaku
Pembelian Susu Cair
Kemasan dan Implikasinya
pada Bauran Pemasaran
- Metode Biplot
- Multiatribut Fishbein
Susu Cair
Susu cair dalam kemasan
menunjukkan penilaian
kepercayaan terhadap atribut
yang paling penting harus
melekat pada produk susu cair
kemasan tersebut.
4.
S.E. Debora
Evlyn
(2006)
Analisis Posisi Produk
(Produk Positioning) Sosis
Sapi Merk Farmhouse
- Analisis Biplot
- Analisis Citra
Sosis Sapi
Positioning Sosis Sapi unggul
pada atribut yang sama yaitu
rasa, tekstur, isi, kemasan dan
aroma.
Maryana
(2007)
Positioning Produk Ayam
Goreng dan Faktor-faktor
yang Mempengaruhi
Konsumen Dalam Memilih
Restoran Fried Chicken
- Analisis Biplot
- Analisis Deskriptif
- Analisis Logistik
Biner
Ayam
Goreng
Persepsi konsumen terhadap
produk Ayam Goreng Fried
Chicken dinilai lebih unggul
oleh konsumen
5.
Jamu Bukti Mentjos lebih
memposisikan jamunya
kepada atribut-atribut agar
tetap unggul dibandingkan
jamu tradisional lainnya.
Dari penelitian terdahulu di atas meneliti tentang segala sesuatu yang
berhubungan dengan Analisis Posisi Produk. Masing-masing penelitian di atas
menawarkan produk-produk yang berbeda satu dengan lainnya. Pada penelitian
terdahulu terdapat beberapa metode yang berbeda yaitu menggunakan metode
Biplot, Thurstone dan Fishbein.
Penelitian ini berjudul Analisis Posisi Produk Susu Bubuk Wyeth dan
Implikasinya Terhadap Bauran Pemasaran di Kota Bogor.
Kelebihan yang
dimiliki penelitian ini dibandingkan dengan penelitian terdahulu adalah terdapat
bahasan mengenai bauran pemasaran yang diterapkan pada penempatan posisi
produk dengan faktor lingkungan persaingan pemasaran dan perusahaan.
Adapun perbedaan penelitian terdahulu dengan penelitian sekarang adalah:
Penelitian ini, produk yang digunakan yaitu susu bubuk dengan metode yang
dipakai model Fishbein dan analisis Biplot, dimana posisi produk dinilai dengan
atribut-atribut masing-masing susu bubuk yang diteliti. Sedangkan beberapa
penelitian terdahulu seperti Oktantri, produk yang digunakan yaitu teh dengan
metode Thursthone dan Metode Biplot.
Persamaan dengan susu bubuk adalah kedua produk tersebut merupakan
produk minuman. Tetapi Oktantri meneliti produk teh tersebut tidak hanya rasa
manis melainkan ada rasa pahit juga. Penelitian Putricia memposisikan produknya
terhadap atribut-atribut pada jamu tersebut dengan metode yang digunakan
metode Biplot. Penelitian Ardiany produk yang diteliti susu cair dan S.E. Debora
produk yang diteliti sosis sapi, masing-masing menggunakan metode Biplot hanya
untuk memposisikan atribut dan perusahaan menggunakan Multiatribut Fishbein
dan analisis Citra. Sedangkan penelitian Maryana produk yang digunakan yaitu
ayam goreng dengan memakai metode Biplot, analisis Deskriptif dan analisis
Logistik Biner, dimana konsumen menilai bahwa ayam goreng dibenak konsumen
mempunyai daging yang empuk dan renyah.
BAB III
KERANGKA PEMIKIRAN
3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis
3.1.1
Konsep Pemasaran
Pemasaran umumya dipandang sebagai tugas untuk menciptakan,
memperkenalkan, menyerahkan barang dan jasa kepada konsumen serta
perusahaan. Orang-orang pemasaran melakukan pemasaran dengan wujud yang
berbeda, seperti barang, jasa, pengalaman, peristiwa, orang, tempat, kepemilikan,
organisasi, informasi dan gagasan.
Pemasaran adalah suatu proses sosial yang di dalamnya individu dan
kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan
menciptakan, menawarkan, dan secara bebas mempertukarkan produk yang
bernilai dengan pihak lain (Kotler, 2000). Secara tradisional pasar adalah tempat
fisik dimana para pembelian penjual berkumpul untuk mempertukarkan barang.
Namun, para pemasaran memandang penjual sebagai bagian yang membentuk
industri dan pembeli sebagai bagian yang membentuk pasar.
3.1.2 Bauran Pemasaran
Bauran Pemasaran (marketing mix) adalah seperangkat alat pemasaran
yang digunakan perusahaan terus-menerus untuk mencapai tujuan pemasarannya
di pasar sasaran. Bauran pemasaran mengklasifikasikan empat kelompok yang
luas yang disebut empat P dalam pemasaran yaitu: produk (product), harga
(price), tempat (place), dan promosi (promotion). Tanggapan empat P penjual
berhubungan dengan empat C pelanggan dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Tanggapan Empat P Penjual berhubungan dengan Empat C
Empat P
Product (produk)
Price (harga)
Place (tempat)
Promotion (promosi)
Empat C
Customer Solution (solusi pelanggan)
Customer Cost (biaya pelanggan)
Convenience (kenyamanan)
Communication (komunikasi)
Sumber: Kotler, 2000.
Dari Tabel 5 dapat dijelaskan tanggapan Empat P terhadap bauran
pemasaran adalah :
a. Produk
Produk adalah segala sesuatu yang ditawarkan kepada pasar untuk
diperhatikan, dimiliki, dipakai atau dikonsumsi sehingga dapat memuaskan
keinginan atau kebutuhan yang mencakup kualitas, rancangan, bentuk, merek dan
kemasan (Kotler, 2000). Dalam pengertian luas produk dapat mencakup apa saja
yang bisa ditawarkan termasuk benda-benda fisik, jasa, manusia, tempat,
organisasi dan gagasan. Bauran produk adalah kumpulan seluruh lini produk yang
ditawarkan oleh suatu perusahaan kepada pembeli. Bauran produk memiliki
tingkat kelebaran tertentu (banyaknya lini produk), kepanjangan tertentu (jumlah
keseluruhan jenis produk), tingkat kedalaman (jumlah variasi produk yang
ditawarkan), serta tingkat konsistensi (menunjukkan hubungan dari berbagai lini
produk dengan pemakai terakhir, saluran distribusi atau lainnya). Keempat
dimensi tersebut adalah alat untuk mengembangkan strategi pemasaran
perusahaan dan menentukan lini produk mana yang akan dikembangkan,
dipertahankan, dipanen dan dihentikan.
Merek adalah suatu nama, istilah, tanda, simbol, atau desain, atau
kombinasi diantaranya yang ditujukan untuk mengidentifikasi barang atau jasa
dari satu penjual atau sekelompok penjual dan untuk membedakan barang atau
jasa tersebut dari produk milik pesaing (Kotler, 2000). Pemberian merek
merupakan masalah pokok daam strategi produk. Suatu merk yang kuat dikatakan
memiliki kesetiaan konsumen. Untuk meningkatkan nilai tambah suatu produk,
maka banyak produk-produk fisik yang ditawarkan ke pasar pada kemasan diberi
label. Pelabelan bertujuan untuk identifikasi dan penentuan kelas mutu,
penjelasan, serta promosi produk.
Nama merek memudahkan penjual untuk memproses pesanan-pesanan dan
mencari sumber permasalahan.
1. Nama merek dan tanda dagang akan secara hukum melindungi penjual
dari pemalsuan ciri-ciri khusus produk yang mungkin ditiru oleh pesaing.
2. Pemberian merek memberikan peluang untuk mendapatkan sekelompok
konsumen yang setia dan memberikan keuntungan.
3. Pemberian merek dapat membantu penjual mengelompokkan pasar ke
dalam segmen-segmen.
4. Merek yang baik dapat membangun citra perusahaan.
Pengemasan adalah segala kegiatan merancang dan menghasilkan
kemasan atau bungkus suatu produk. Kemasan diperlukan oleh perusahaan oleh
produk-produk fisik untuk memberikan manfaat-manfaat, seperti perlindungan,
manfaat ekonomi dan promosi.
b. Harga
Harga adalah sejumlah nilai uang yang bersedia dibayarkan oleh konsumen
untuk mendapatkan suatu produk. Harga merupakan satu-satunya elemen yang
menghasilkan pendapatan, sedangkan elemen-elemen yang lain membutuhkan
biaya, harga dapat diubah dengan cepat, tidak seperti ciri khas (feature) produk
dan perjanjian distribusi. Strategi bauran haraga yang dilakukan suatu perusahaan
meliputi strategi penetapan harga, tingkat harga, keseragaman harga, potongan
harga, serta syarat-syarat pembayaran.
c. Tempat (Distribusi)
Saluran distribusi sebagai sekumpulan organisasi yang saling tergantung
satu sama lain yang terlibat dalam proses penyediaan sebuah produk untuk
digunakan atau dikonsumsi. Saluran ini mengatasi kesenjangan waktu, tempat dan
kepemilikan yang memisahkan barang dan jasa dari konsumen.
Pada saluran distribusi tidak langsung penyaluran barang melalui agen
penjualan. Setiap saluran distribusi yang dipilih menciptakan berbagai tingkat
penjualan dan membawa konsekuensi biaya tertentu. Tempat mencakup saluran
pemasaran, cakupan pasar, pengelompokan, lokasi, persediaan dan transportasi.
Jika produk memiliki ukuran besar dan mudah rusak, maka rantai distribusi harus
pendek dan efektif. Sementara itu berdasarkan ciri pasar, suatu produk memiliki
rantai distribusi yang panjang jika produk tersebut sering dibeli dan dikonsumsi,
dan jika konsumen mempunyai kecenderungan secara spontan.
d. Promosi
Menurut Kotler dan Amstrong (2000) Promosi adalah kegiatan yang
mengkomunikasikan jasa dan produk dan menganjurkan pelanggan sasaran utnuk
membelinya. Pemasaran modern menghendaki lebih daripada mengembangkan
produk yang baik, menetapkan harga yang bersaing dan memungkinkannya
dijangkau pelanggan sasaran.
Promosi merupakan suatu bentuk komunikasi pemasaran yang berarti
suatu aktivitas pemasaran yang berusaha menyebarkan informasi, mempengaruhi
dan mengingatkan pasar sasaran atas perusahaan dan produknya agar bersedia
menerima, membeli dan loyal pada produk yang ditawarkan oleh perusahaan
(Tjiptono, 2000).
Perusahaan harus mampu mengkomunikasikan suatu produk kepada agar
produk tersebut dikenal dikalangan masyarakat, maka perlu komunikai pemasaran
dilakukan perusahaan melalui promosi. Bauran promosi terdiri dari empat alat
utama yaitu iklan, promosi penjualan, hubungan masyarakat dan penjualan
pribadi/personal. Promosi penjualan berupa insentif/jangka pendek untuk
mendorong pembelian maupun penjualan suatu produk atau jasa. Hubungan
masyarkat merupakan variasi program yang dirancang untuk memperbaiki,
mempertahankan, maupun melindungi suatu citra perusahaan maupun produk
sampel, contohnya diskon, bonus, rabat dan refund, sweeptakes, premium serta
kupon.
Dalam empat P menggambarkan pandangan penjual tentang alat-alat
pemasaran yang digunakan untuk mempengaruhi pembeli. Dari sudut pandang
pembeli, masing-masing alat pemasaran harus dirancang untuk memberikan satu
manfaat bagi pelanggan. Penyusunan program bauran pemasaran diperlukan suatu
perencanaan yang tepat dan terarah, ini diperlukan oleh perusahaan agar dapat
memenuhi keinginan dan kebutuhan konsumen di pasar yang selalu berkembang
sejalan dengan gerak perusahaan.
3.1.3
Proses Keputusan Pembelian
Pengambilan keputusan konsumen berbeda-beda, tergantung pada jenis
keputusan pembelian. Agar perusahaan dapat mencapai tujuan yang baik
perusahaan harus memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi pembeli dan
mengembangkan pemahaman mengenai bagaimana konsumen melakukan
keputusan pembelian. Proses pembelian dimulai saat pembeli mengenali sebuah
masalah atau kebutuhan. Proses keputusan pembelian konsumen terdapat lima
tahap, proses ini dapat dilihat pada Gambar 1.
Pengenalan
masalah
Pencarian
informasi
Evaluasi
Alternatif
Keputusan
Pembelian
Perilaku Pasca
Pembelian
Gambar 1. Proses Pengambilan Keputusan
Sumber : Kotler, 2000.
3.1.3.1 Pengenalan Masalah
Pengambilan keputusan dimulai saat pembeli mengenali sebuah masalah
atau kebutuhan. Pemasar perlu mengidentifikasi keadaan yang memicu kebutuhan
tertentu, dengan mengumpulkan informasi dan sejumlah informasi dari sejumlah
konsumen, pemasar dapat mengidentifikasi rangsangan yang paling sering
membangkitkan minat akan suatu kategori produk. Pengenalan masalah pada
prinsipnya bergantung pada berapa banyak ketidaksesuaian yang ada diantara
keadaan aktual, yaitu situasi konsumen sekarang dengan keadaan yang diinginkan,
yaitu situasi konsumen inginkan.
3.1.3.2 Pencarian Informasi
Setelah konsumen sudah mengenali masalah dalam pembelian, maka
konsumen mencari informasi lebih banyak untuk kebutuhannya terhadap produk
tersebut. Melalui pengumpulan informasi, konsumen mengetahui tentang merekmerek yang bersaing dan keistimewaan merek tersebut. Jika merek-merek
menjadi lebih berbeda, maka hasil dari pencarian semakin besar. Lingkungan
eceran juga dapat mempengaruhi pencarian konsumen. Pencarian lebih mungkin
terjadi ketika konsumen melihat perbedaan yang penting diantara pengecer.
3.1.3.3 Evaluasi Alternatif
Tahap selanjutnya dalam proses pengambilan keputusan konsumen adalah
evaluasi alternatif. Evaluasi alternatif adalah konsumen mengevaluasi pilihan
yang sesuai dengan manfaat yang diharapkan dan menyempitkan pilihan hingga
mendapatkan alternatif yang dipilih sebagai solusi untuk memecahkan masalah.
Evaluasi yang sering digunakan oleh konsumen adalah harga, kualitas
produk serta ketersediaan. Para konsumen memiliki sikap yang berbeda dalam
memandang atribut-atribut yang dianggap relevan dan penting. Konsumen akan
memberikan perhatian terbesar pada atribut yang memberikan manfaat yang
dicarinya.
Berdasarkan informasi dan berbagai alternatif yang didapat maka proses
pengambilan keputusan konsumen menggunakan atribut-atribut tertentu sebagai
kriteria evaluasi. Konsumen membentuk preferensi atas merek-merek dalam
kumpulan pilihan. Konsumen juga mungkin membentuk niat untuk membeli
produk yang paling disukai (Kotler, 2000).
3.1.3.4 Keputusan Pembelian
Pada tahap ini konsumen harus mengambil keputusan mengenai kapan
membeli, dimana membeli dan bagaimana membayar. Niat pembelian pada
konsumen memiliki dua kategori, yaitu produk maupun merek dan kelas produk.
Pada kategori produk maupun merek dikenal sebagai pembelian yang terencana
sepenuhnya, dimana pembelian yang terjadi merupakan hasil dari keterlibatan
yang tinggi dan pemecahan masalah yang diperluas.
Tahap akhir dari proses pengambilan keputusan adalah perilaku pasca
pembelian, dimana konsumen akan mengalami level kepuasan atau ketidak
puasan tertentu. Pemasar harus memantau kepuasan pasca pembelian, tindakan
pasca pembelian, dan pemakaian produk pasca pembelian (Kotler, 2000). Setelah
melalui tahap-tahap proses pengambilan keputusan maka pertimbangan konsumen
harus menentukan pilihan untuk membeli suatu produk atau tidak.
3.1.3.5 Perilaku Pasca Pembelian
Tindakan-tindakan yang dilakukan pasca pembelian, penggunaan dan
pembuangan pasca pembelian. Proses dimulai dari pengenalan masalah atau
kebutuhan, dimana kesadaran adanya kebutuhan merupakan tahap dalam proses
pembelian. Selanjutnya mereka akan mencari informasi-informasi yang berkaitan
dengan kebutuhan, kemudian akan menentukan pilihan atau alternatif yang paling
sesuai dengan kebutuhan tersebut. Setelah itu konsumen harus memutuskan antara
membeli atau tidak. Jika keputusan yang diambil adalah membeli, konsumen
harus membuat rangkaian keputusan yang menyangkut merek, harga, rasa dan lain
sebagainya. Hal ini akan berpengaruh pada perilaku setelah pembelian, seperti
konsumen akan mengalami beberapa tingkat kepuasan atau ketidakpuasan
3.1.4
Strategi Penentuan Posisi
Strategi penentuan posisi di sebuah perusahaan harus berubah seperti
halnya produk, pasar dan pesaing yang berubah sepanjang waktu. Setelah
perusahaan mengembangkan strategi penentuan posisi yang jelas, perusahaan
harus mengkomunikasikan penentuan posisi itu secara efektif. Berikut adalah
beberapa strategi penentuan posisi:
a. Penentuan posisi menurut atribut: Ini terjadi bila suatu perusahaan
memposisikan diri menurut atribut, seperti ukuran dan lama keberadaan.
b. Penentuan posisi menurut manfaat: Produk diposisikan sebagai pemimpin
dalam suatu manfaat tertentu.
c. Penentuan posisi menurut penggunaan/penerapan: Memposisikan produk
sebagai yang terbaik untuk sejumlah penggunaan atau penerapan.
d. Penentuan posisi menurut pemakai: Memposisikan produk sebagai yang
terbaik bagi sejumlah kelompok pemakai.
e. Penentuan posisi menurut pesaing: Memposisikan diri sebagai lebih baik
daripada pesaing yang disebutkan namanya atau tersirat.
f. Penentuan posisi menurut kategori produk: Produk diposisikan sebagai
pemimpin di suatu kategori produk.
g. Penentuan posisi mutu/harga: Produk diposisikan sebagai menawarkan nilai
terbaik.
Dengan adanya strategi penentuan posisi tersebut, perusahaan dapat
memberikan nilai yang tinggi terhadap sasaran produk pasar yang dipilihnya, dan
perusahaan dapat memperoleh keunggulan bersaing yang dimiliki oleh suatu
produk.
3.1.5 Segmentasi Pasar
Pasar terdiri dari pembeli yang berbeda-beda dalam satu atau lebih, karena
pasar sifatnya sangat heterogen maka akan sangat sulit bagi produsen untuk dapat
melayani dan memenuhi harapan semua konsumen. Segmen yang dipilih adalah
bagian yang homogen yang memiliki ciri-ciri yang sama dan cocok untuk
memenuhi tuntutan kebutuhannya. Ada lima keuntungan yang dapat diperoleh
dengan melakukan segmentasi pasar, yaitu :
1.
Mendesain produk yang lebih respontif terhadap kebutuhan pasar. Pemasar
dapat mendesain suatu produk yang sesuai dengan kebutuhan/keinginan
segmen, dimana pemasar menempatkan konsumen di tempat yang utama dan
menyesuaikan produknya untuk memuaskan konsumen.
2.
Menganalisa Pasar
Segmentasi pasar membantu pemasar mendeteksi siapa-siapa saja yang
mempunyai potensi untuk dapat merebut pasar produknya
3.
Menemukan Peluang
Pemasar dapat menemukan suatu peluang apabila mereka mengenali dengan
betul siapa-siapa saja pemakai produknya.
5.
Menguasai Posisi yang Superior atau Kompetitif
Pemasar yang mengenali konsumennya akan dapat mempelajari pergesaranpergeseran yang terjadi di dalam segmennya.
6.
Menentukan Strategi Komunikasi yang efektif dan efisien
Pemasar mengetahui konsumennya, maka dapat merancang suatu strategi
komunikasi yang lebih baik.
3.1.6 Penentuan Target
Menurut Kotler (2000), peluang segmen pasar harus mengevaluasi
beragam segmen dan memutuskan berapa banyak yang akan dijadikan sasaran.
Pemasar harus memilih pasar sasaran disertai tanggung jawab sosial
mengharuskan segmentasi dan pembidikan yang melayani tidak hanya
kepentingan mereka yang dijadikan target. Permasalahan bukan siapa yang akan
dijadikan target melainkan bagaimana dan untuk apa.
3.1.7
Posisi Produk
Posisi (positioning) Produk adalah tindakan merancang produk dan bauran
pemasaran agar dapat tercipta kesan tertentu diingatan konsumen, sehingga
konsumen dapat memahami dan menghargai apa yang dilakukan oleh perusahaan
dalam kaitannya dengan menghadapi pesaing. Identitas suatu produk yang
ditanamkan dibenak konsumen akan mempengaruhi perilaku mereka terhadap
produk tersebut (Kotler, 2000).
Adapun Penentuan posisi produk meliputi tiga langkah yaitu :
a. Mengenali keunggulan Bersaing Potensial
Keunggulan bersaing berasal dari kemampuan perusahaan unutk
menciptakan suatu nilai bagi para pembelinya yang melebihi biaya yang
dikeluarkan perusahaan untuk menciptakannya
b. Memilih Keunggulan Bersaing
Penyeleksian keunggulan bersaing akan melibatkan analisa pencarian
kekuatan dan kelemahan produk. Suatu produk tidak dapat kuat dalam
segala hal, lebih baik untuk berusaha menjadi unggul dalam satu atau
beberapa atribut dan menampilkan kualitas dalam hal lainnya daripada
mengejar tujuan yang mustahil yaitu unggul dalam segala aspek (Kotler,
2000).
c. Mengisyaratkan Keunggulan Bersaing
Setelah penentuan posisi dipilih, perusahaan harus mengambil langkah
untuk mewujudkan dan mengkomunikasikan posisi yang didinginkan itu
kepada konsumen sasaran. Posisi itu dapat terus berkembang secara
berangsur-angsur disesuaikan dengan lingkungan pemasaran.
Posisi adalah membuat gambar yang mencerminkan bagaimana produk dan
jasa dibandingkan dengan pesaing dalam dimensi yang paling penting untuk
sukses dalam industri (David, 1998). Pemposisian produk ini dapat dilakukan oleh
perusahaan setelah perusahaan membuat segmentasi dan penentuan target
sehingga dapat menemukan apa yang diinginkan dan diharapkan pelanggan.
Penentuan posisi adalah tindakan merancang tawaran dan citra perusahaan
sehingga menempati suatu posisi yang berbeda diantara pesaing) di dalam benak
pelanggan sasarannya. Hasil dari penentuan posisi adalah keberhasilan penciptaan
suatu usulan nilai yang terfokus pada pasar, suatu pernyataan sederhana yang jelas
mengapa pasar sasaran harus membeli produk itu (Kotler, 2000). Penentuan posisi
mengharuskan perusahaan mengerjakan tiap aspek berwujud dari produk, harga,
tempat dan promosi guna mendukung strategi penentuan posisi yang dipilih.
Secara umum, perusahaan harus menghindari empat kesalahan utama
dalam penentuan posisi adalah (Kotler, 2000):
1. Penentuan posisi yang kurang (underpositioning): Beberapa perusahaan
menyadari bahwa pembeli hanya memiliki gagasan yang sama tentang merek.
2. Penentuan posisi yang berlebihan (overpositioning): Pembeli mungkin
memiliki citra yang terlalu sempit terhadap merek.
3. Penentuan posisi yang membingungkan (confused positioning): Pembeli
mungkin memiliki citra yang membingungkan tentang merek karena
perusahaan terlalu banyak membuat pengakuan atau terlalu sering mengubah
posisi merek itu.
4. Penentuan posisi yang meragukan (doubtful positioning): Pembeli mungkin
sukar mempercayai pengakuan dari suatu merek karena pengaruh harga, ciri
khusus, atau perusahaan pembuat produk itu.
Posisi sebagai pernyataan akan identitas suatu produk, jasa, perusahaan,
lembaga, orang, atau Negara itu dipersepsikan berbeda dari pesaingnya, tidak
hanya sekedar berbeda tapi perbedaan itu disukai, ditunggu dan kalau bisa
didambakan.
Beberapa hal penting yang harus diperhatikan dalam posisi adalah
(Kasali, 2000):
1. Posisi adalah strategi komunikasi. Komunikasi dilakukan untuk menjembatani
produk/merek/nama dengan calon konsumen. Komunikasi ini berhubungan
dengan atribut-atribut secara fisik maupun non fisik seperti warna, desain,
tulisan, yang tertera di label, kemasan dan nama merek.
2. Posisi
bersifat
dinamis.
Persepsi
konsumen
terhadap
suatu
produk/merek/nama bersifat relatif terhadap struktur pasar/persaingan,
sehingga posisi merupakan strategi yang terus dievaluasi, dikembangkan,
dipelihara dan dikembangkan.
3. Posisi berhubungan dengan event marketing. Posisi berhubungan dengan citra
di benak konsumen, produsen harus mengembangkan strategi Marketing
Public Relation (MPR) melalui event marketing yang dipilih sesuai dengan
produk dan atribut-atribut produk.
4. Posisi berhubungan dengan atrribut-atribut produk. Konsumen pada dasarnya
tidak membeli produk tetapi mengkombinasikan atribut sehingga atributatribut harus ditonjolkan. Atribut-atribut yang dipillih harus unik. Atributatribut yang ditonjolkan harus dibedakan dengan pesaing.
3.1.8 Model Sikap Multiatribut Fishbein
Model Fishbein adalah salah satu model sikap multiatribut untuk
mengukur sikap konsumen terhadap atribut produk. Proposisi kunci dalam teori
Fishbein adalah bahwa evaluasi terhadap kepercayaan utama mengahasilkan sikap
keseluruhan (Simamora, 2004). Dalam model multiatribut Fishbein, sikap
keseluruhan terhadap suatu objek adalah fungsi dari dua faktor yaitu kekuatan
kepercayaan utama jika dikaitkan dengan objek dan evaluasi dari kepercayaan
utama.
Model sikap ini menerangkan proses intergrasi yang mengkombinasikan
pengetahuan produk (evaluasi dan kepercayaan utama) untuk membentuk evaluasi
atau sikap yang menyeluruh. Akan tetapi model Fishbein tidak menyatakan bahwa
konsumen sebenarnya menjumlahkan hasil dari kekuatan kepercayaan dan
evaluasi ketika membentuk sikap terhadap objek.
3.1.9 Analisis Biplot
Penggunaan analisis Biplot untuk menggambarkan posisi dari obyek
penelitian terhadap merek-merek pesaingnya. Analisis Biplot bertujuan untuk
melihat posisi perusahaan dibandingkan dengan perusahaan-perusahaan sejenis
yang menjual susu bubuk. Pada dasarnya analisis ini merupakan suatu alat
satistika yang menyajikan posisi relatif n objek pengamatan dengan p peubah
secara simultan dalam dua dimensi.
Analisis Biplot dapat dikaji hubungan antara peubah dan kesamaan antar
pengamatan serta dapat dilihat juga penciri masing-masing objek. Dengan
menggunakan Biplot dapat diperoleh visualisasi dari segugus objek dan peubah
dalam bentuk grafik/matriks dalam bidang datar. Data yang digunakan dalam
metode Biplot dapat berupa data rataan atau data asli.
.
3.2. Atribut dan Skala Pengukuran
Atribut produk adalah karakteristik suatu produk yang berfungsi sebagai
atribut evaluatif selama pengambilan keputusan. Menurut Handoko (1997) atribut
suatu produk terdiri dari jenis, bentuk, merk dan jumlah produk, tempat dan waktu
pembelian, serta cara subyektif dengan bantuan panca indera ataupun secara
obyektif dengan bantuan alat ukur.
Menurut Sukarni dan Karno dalam
Findita (2000) menggolongkan
kualitas makanan yang dapat ditentukan oleh indera kedalam tiga kategori yaitu
rupa, tekstur dan aroma. Atribut rupa terdiri dari ukuran, bentuk, keutuhan,
berbagai bentuk kerusakan, kemulusan, sifat tembus cahaya, warna, kekentalan
dan sebagainya.
3.3. Kerangka Pemikiran Konseptual
Susu sudah tidak asing lagi bagi masyarakat Indonesia karena susu
merupakan salah satu jenis minuman kesehatan yang bernilai gizi tinggi dan
sangat berguna bagi kebutuhan hidup sehari-hari. Perkembangan konsumsi susu
olahan baik susu bubuk, susu cair, maupun susu dalam kemasan mengalami
peningkatan. Banyak perusahaan yang menawarkan berbagai diferensiasi dan
inovasi susu, seperti susu dalam kemasan yang praktis, serta susu dengan berbagai
variasi rasa. Namun demikian bila dilihat dari tingkat konsumsinya susu bubuk
tetap merupakan jenis susu yang dikonsumsi paling banyak oleh masyarakat
Indonesia karena mempunyai keunggulan tersendiri dalam hal cita rasa dan
harganya yang terjangkau oleh semua kalangan baik dari kalangan bawah maupun
kalangan atas.
Menghadapi persaingan pasar, perusahaan harus memikirkan cara untuk
memenuhi kebutuhan pasar dan keinginan pasar serta keinginan pelanggan.
Pemenuhan harapan pelanggan tentunya harus didukung perencanaan strategi
pemasaran yang tepat untuk mencapai pasar sasaran dan dapat menempatkan
produknya di pasar.
Penelitian tentang posisi produk adalah untuk menganalisis proses tingkat
keputusan pembelian konsumen susu bubuk formula. Proses keputusan pembelian
dilakukan dengan perilaku pasca pembelian. Melalui proses keputusan tersebut
kemudian menganalisis posisi produk susu bubuk Wyeth terhadap merek-merek
susu bubuk pesaing sesuai dengan tingkat kepentingan. Hal tersebut di atas dapat
menganalisis strategi bauran pemasaran dengan persepsi pasar sasaran terhadap
produk dan atribut-atribut lain yang sesuai selera pasar akan sangat menentukan
strategi pemasaran yang harus dikembangkan.
Alat analisis yang digunakan untuk penelitian ini adalah dengan
menggunakan alat model Fishbein dan analisis Biplot. Model Fishbein bertujuan
untuk mengukur penilaian sikap konsumen terhadap atribut produk yang
dihasilkan oleh perusahaan, serta menentukan apakah produk tersebut telah
mencapai posisi yang diinginkan dalam benak konsumen. Sedangkan analisis
Biplot tujuannya melihat posisi produk susu yang diteliti dibandingkan dengan
produk susu bubuk sejenis dengan atribut produk masing-masing susu bubuk
tersebut. Untuk lebih jelasnya bagan kerangka pemikiran konseptual dapat dilihat
pada Gambar 2.
Analisis Posisi Produk Susu Bubuk Wyeth
Karakteristik responden
terhadap konsumsi susu
bubuk
Analisis Deskripsi
Persaingan Produk susu bubuk
Wyeth menurut tingkat
kepentingan konsumen
Analisis Model Fishbein
-
Vitalac
Lactogen
Nutrilon
SGM
Analisis Biplot
Rekomendasi Kebijakan
Strategi Pemasaran untuk
bauran produk, harga,
distribusi dan promosi
Produk:
- Harga
- Aroma
- Kental
- Komposisi Gizi
- Manfaat Susu
- Mudah diperoleh
- Desain Kemasan
- Isi
- Merk Terkenal
Harga
Distribusi
Promosi
Gambar 2. Kerangka Pemikiran Konseptual
3.4 Definisi Operasional
1. Konsumen adalah setiap orang pemakai barang atau jasa yang tersedia bagi
masyarakat, baik bagi kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain, maupun
makhluk hidup lain dan tidak untuk diperdagangkan.
2. Atribut produk adalah karakteristik yang membedakan produk/merek dari yang
lain dan merupakan faktor-faktor yang dipertimbangkan konsumen dalam
mengambil keputusan tentang pembelian suatu merek
ataupun
kategori
produk yang melekat pada produk atau menjadi bagian produk itu sendiri.
3. Atribut harga dinyatakan dengan seberapa banyak sumber daya ekonomi yang
rela dikorbankan oleh konsumen untuk mendapatkan produk atau jasa.
4. Atribut aroma dinyatakan dengan seberapa harum aroma dari suatu produk.
5. Atribut kemasan dinyatakan dengan seberapa menarik desain kemasan yang
berupa gambar dan pemilihan warna pada kemasan produk.
6. Atribut merek dinyatakan dengan seberapa terkenal suatu
produk dalam
ingatan konsumen.
7. Atribut kelengkapan kandungan gizi dinyatakan dalam kelengkapan komposisi
vitamin dan mineral serta zat gizi lainnya yang terkandung alam suatu produk
8. Atribut ketersediaan produk digambarkan dengan mudah tidaknya mendapatkan
produk di lokasi-lokasi pembelian.
BAB IV
METODE PENELITIAN
4.1
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di tiga Supermarket yaitu : Hero Supermarket,
Matahari Market Place dan Yogya Supermarket di Kota Bogor . Pemilihan lokasi
penelitian dilakukan secara sengaja, dimana ke tiga supermarket tersebut
merupakan salah satu pusat perbelanjaan yang dapat memenuhi kebutuhan hidup
sehari-hari khususnya bagi masyarakat di Kota Bogor. Penelitian dilaksanakan
dari bulan Desember 2006 sampai dengan bulan Februari 2007.
4.2. Jenis dan Sumber Data
Penelitian ini menggunakan dua jenis sumber data, yaitu data primer dan
data sekunder, baik yang bersifat kuantitatif maupun kualitatif. Data primer
diperoleh dari hasil pengamatan di lapang, metode wawancara dan kuisioner
kepada pihak pengelola supermarket. Data sekunder diperoleh dari literatur yang
terkait dengan topik penelitian, Departemen Peternakan, Badan Pusat Statistik
(BPS), skripsi, arsip perusahaan, internet, perpustakaan Fakultas Pertanian yang
menunjang dalam pengumpulan data untuk penelitian ini. Adapun data primer
yang dibutuhkan dalan penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Karakteristik Konsumen
- Jenis kelamin
- Usia responden
- Pendidikan terakhir
- Pekerjaan
- Usia anak responden
- Pengeluaran per bulan
2. Proses kebutuhan pembelian
- Pengenalan masalah
- Pencarian informasi
- Evaluasi alternatif
- Keputusan pembelian
- Perilaku pasca pembelian
3. Persepsi konsumen terhadap atribut produk
- Harga
- Aroma
- Kekentalan
- Komposisi gizi
- Manfaat susu
- Mudah diperoleh
- Desain kemasan bagus
- Isi kemasan sesuai
- Merk terkenal
Untuk jenis dan sumber data sekunder dalam penelitian ini adalah Badan
Pusat Statistika (BPS) Kota Bogor : Jumlah penduduk Kota Bogor menurut
kelompok umur, majalah, skripsi, internet dan literatur/buku yang berhubungan
dengan penelitian.
4.3
Metode Penentuan Sampel
Penarikan responden akhir yang dipilih adalah responden yang berdomisili
di Kota Bogor. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive),
yaitu dengan menyebarkan kuisioner kepada pengunjung Hero Supermarket,
Matahari Market Place dan Yogya Supermarket di Kota Bogor. Survey dilakukan
kepada 50 orang responden yang tersebar di tiga lokasi.
Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah non probability dan
dilakukan secara kebetulan (accidental sampling), karena kerangka sampling
(sampling frame) konsumen tidak diketahui secara pasti. Metode pengambilan
data yang dugunakan adalah mewawancarai konsumen yang berkunjung ke
supermarket yang telah ditentukan dan sedang membeli susu bubuk Wyeth.
Jumlah responden untuk setiap lokasi penelitian dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6. Jumlah Responden untuk setiap Lokasi Penelitian.
Lokasi Penelitian
Matahari Market Place Ekalokasari (Tajur ,Bogor)
Hero Supermarket ( Jl Pajajaran, Bogor)
Yogya Swalayan
Total
Jumlah Responden
15
20
15
50
4.4 Metode Pengumpula Data
Pengumpulan data dilakukan dengan penyebaran kuisioner kepada
responden yang berupa pertanyaan dalam kuisioner yaitu pertanyaan dengan
jawaban yang telah ditentukan terlebih dahulu, maka responden hanya dapat
memilih jawaban yang telah disediakan dalam masing-masing pertanyaan.
Data yang terdapat dalam daftar pertanyaan terdiri dari pertanyaan yang
menyatakan responden tersebut sudah sering membeli susu bubuk dan dikonsumsi
oleh anak mereka serta responden juga diminta menentukan merek lain yang ada
di pasar. Kemudian data tersebut dikumpulkan untuk mengetahui tingkat
kepuasan konsumen terhadap atribut susu bubuk Wyeth dibandingkan dengan
merek susu bubuk yang lain, yaitu : Vitalac, Lactogen, Nutrilon dan SGM.
4.5 Metode Pengolahan dan Analisis Data
4.5.1 Model Fishbein
Formulasi Model Sikap Fishbein merupakan model multiatribut yang
menghasilkan perubahan sikap konsumen terhadap produk dengan menonjolkan
kriteria evaluasi dan mengubah kepercayaan konsumen. Model sikap Fishbein
pada prinsipnya akan menghitung Ao (Attitud roward object), yaitu sikap sesorang
terhadap suatu objek, yang dikenali lewat atribut-atribut yang melekat pada objek
tersebut. Secara simbolis, rumus tersebut dapat dituliskan sebagai berikut:
A0 =
n
∑ biei
i =1
Dimana:
A0
bi
= Sikap terhadap objek
= Kekuatan kepercayaan bahwa objekmemiliki atribut i
ei
n
= Evaluasi mengenai atribut i
= Jumlah atribut yang menonjol
Model Fishbein tersebut mengemukakan bahwa sikap terhadap objek
tertentu didasarkan pada perangkat kepercayaan yang diringkas mengenai atribut
objek bersangkutan yang diberi bobot oleh evaluasi terhadap atribut ini. Langkah
pertama adalah menentukan atribut yang menonjol dari susu bubuk tersebut, yaitu:
1. Harga
6. Kemudahan Memperoleh
2. Aroma Seduhan
7. Desain Kemasan
3. Kekentalan
8. Kesesuaian isi kemasan
4. Komposisi Gizi
9. Kepopuleran Merek
5. Manfaat Susu
Atribut adalah karakteristik yang menonjol dari objek, dimana atribut di
atas disesuaikan dengan pertanyaan dan jawaban para responden dalam bentuk
kuisioner, juga dapat dilihat dari bentuk kemasan baik kemasan kaleng maupun
kotak. Pengukuran (bi) dan (ei) dapat dilakukan apabila atribut yang paling
menonjol telah diidentifikasi. Pengukuran (bi) diukur dengan skala mulai dari
angka 5 sebagai skor maksimum dan 1 untuk skor minimum dari kemungkinan
yang disadari berjajar ”sangat penting, penting, cukup penting, tidak penting dan
sangat tidak penting” contoh sebagai berikut :
Harga susu balita yang mahal mencerminkan kualitas
Sangat penting
5
4
3
2
1
Sangat tidak penting
Sedangkan komponen (ei) menggambarkan evaluasi atribut, diukur pada
sebuah skala evaluasi. Penilaian dimulai dan kemungkinan dari angka 5 sebagai
skor maksimum dan 1 untuk skor minimum dari kemungkinan yang disadari
berjajar dari ”sangat penting, penting, cukup penting, tidak penting dan sangat
tidak penting” contoh sebagai berikut :
Kandungan Gizi pada susu balita yang dikonsumsi
Sangat penting
5
4
3
2
1
Sangat tidak penting
Untuk mengestimasi penilaian sikap teradap produk susu balita dengan
mengalihkan skor avaluasi (ei) dengan setiap skor kepercayaan (bi). Hasil
perkalian harus dijumlahkan, sehingga akan dihasilkan total skor penilaian sikap
konsumen (Ao). Penilaian sikap konsumen terhadap atribut merek produk susu
balita dapat dibandingkan dengan total skor maksimum dari komponen evaluasi
kepercayaan (bi) skor evaluasi (ei) yang sudah ada.
4.5.2 Analisis Biplot
Analisis Biplot dapat digunakan pada data yang minimal memiliki skala
pengukuran interval. Pengolahan data menggunakan program Makro SAS.
Sebagai input untuk makro Biplot adalah matriks rataan yaitu matriks yang berisi
rataan dari setiap peubah pada setiap objek, atau matriks data dari (n) objek dan
(p) peubah itu sendiri. Struktur data dapat dianalisis dengan metode Biplot dilihat
pada Tabel 7 di bawah ini.
Tabel 7. Matriks Data yang Diolah dengan Metode Biplot
Peubah ke-
Merek susu
bubuk ke-
1
2
3
…
m
1
y11
y12
y13
…
y1m
2
y21
y22
y23
…
y2m
3
y31
y32
y33
…
y3m
…
...
…
…
…
…
N
yn1
yn2
yn3
…
ynm
Keterangan:
n : jumlah merek susu bubuk
m : jumlah peubah
yjk: skala penilaian responden ke-i terhadap peubah ke-j
Data yang menggunakan Biplot dapat berupa data rataan atau data asli.
Pengolahan data didasarkan pada penguraian nilai singular (Singular Value
Decomposition). SVD bertujuan menguraikan suatu matriks X berukuran n x p
yang merupakan matriks data peubah ganda yang terkoreksi terhadap rataannya
dimana n banyaknya objek dan p banyaknya peubah bebasnya.
Data yang digunakan berupa matriks data X dengan n pengamatan dan p
peubah yang dikoreksi terhadap nilai rataannya, berpangkat r diuraikan menjadi:
X = ULA’……………………(1)
Dengan :
U
= Matriks yang berukuran (n x r) merupakan lajur saling ortonormal
A’ = Matriks yang berukuran (p x r) merupakan lajur saling ortonormal
L
= Matriks diagonal berukuran (r x r) yaitu akar ciri (0 dari X’ X)
Menurut kaidah SVD persamaan (1) dapat diuraikan menjadi :
X = U Lα L1-α A’……………………(2)
Jika ULα = G dan L
1-α
= H’ maka persamaan di atas dapat diyatakan sebagai
berikut:
X = G H’………………………(3)
Dengan demikian setiap elemen ke (l,J) unsur matriks X dapat diyatakan sebagai
berikut:
Xij = gi’hj
i = 1,2,…….., n
j = 1,2,…….., n
gi dan hj adalah baris G dan H yang memiliki unsur r. Matriks U digunakan
sebagai titik koordinat pengamatan. Matriks L A’ adalah koordinat vektor peubah.
4.5.3 Analisis Deskriptif
Data mengenai karateristik umum konsumen dan faktor-faktor yang
mempengaruhi proses keputusan pembelian produk susu bubuk Wyeth seperti
perbedaan individu dan
pengaruh lingkungan. Kemasan susu bubuk Wyeth
dimulai dari pengenalan kebutuhan, pencarian informasi, evaluasi alternatif,
pembelian sampai pasca pembelian akan dikelompokkan dalam bentuk tabel
berdasarkan kesamaan jawabannya. Tabel ini kemudian dianalisis berdasarkan
faktor-faktor yang dominan dari variabel-variabel yang diamati.
Data yang dikumpulkan kuisioner kemudian di olah dengan menggunakan
alat analisis tabulasi deskriptif. Metode ini digunakan untuk mendapatkan
gambaran tentang karakteristik konsumen secara keseluruhan berdasarkan data
yang diperoleh dari kuisioner serta mengetahui proses keputusan konsumen dalam
pembelian susu bubuk balita.
BAB V
GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN
5.1 Keadaan Umum Kota Bogor
Kota Bogor mempunyai luas wilayah 118.50 Km2 dan terbagi menjadi 6
Kecamatan dan 68 Kelurahan. Keenam Kecamatan tersebut adalah Bogor Timur,
Bogor Utara, Bogor Selatan, Bogor Tengah, Bogor Barat, dan Tanah Sereal.
Adapun batas-batas wilayah Kota Bogor sebagai berikut:
1. Selatan : Berbatasan dengan Kecamatan Cijeruk dan Kecamatan Caringin
Kabupaten Bogor.
2. Timur
: Berbatasan dengan Kecamatan Sukaraja dan Kecamatan Ciawi
Kabupaten Bogor.
3. Utara
: Bebatasan dengan Kecamatan Sukaraja, Kecamatan Bojong Gede
dan Kecamatan Kemang Kabupaten Bogor.
4. Barat
: Berbatasan dengan Kecamatan Kemang dan Kecamatan Dramaga
Kabupaten Bogor.
Hasil Registrasi Penduduk akhir tahun 2005 menunjukkan bahwa jumlah
penduduk Kota Bogor sebanyak 855.085 jiwa, terdiri dari 431.862 jiwa laki-laki
dan 423.223 jiwa perempuan, terdapat kenaikan sebesar 23.514 jiwa dibanding
tahun sebelumnya. Sex Ratio penduduk Kota Bogor adalah 102 yang artinya
setiap 102 penduduk laki-laki berbanding dengan 100 penduduk perempuan.
Jumlah penduduk menurut kelompok umur tahun 2005 dapat dilihat pada Tabel 8.
Tabel 8. Penduduk Kota Bogor Menurut Kelompok Umur dan Jenis
Kelamin Tahun 2005
Kelompok Umur
Laki-laki
Perempuan
Laki-laki + Perempuan
0-4
5-9
10-14
15-19
20-24
25-29
30-34
35-39
40-44
45-49
50-54
55-59
60-64
65+
40.714
38.713
38.465
40.327
47.358
44.505
41.855
33.347
29.204
23.758
17.298
10.968
9.846
15.504
42.395
42.114
39.700
42.747
50.863
43.481
38.794
31.145
25.989
19.038
14.302
9.024
8.665
14.966
83.109
80.827
78.165
83.074
98.221
87.986
80.649
64.492
55.193
42.796
31.600
19.992
18.511
30.470
Kota Bogor
2004
431.862
424.819
423.223
406.752
855.085
831.571
2003
419.252
401.455
820.707
2002
397.820
391.603
789.423
2001
382.896
377.433
760.329
Sumber : BPS Kota Bogor (2005)
Berdasarkan kelompok umur di atas jumlah penduduk Kota Bogor dengan
kelompok umur 20-24 sampai 29 tahun merupakan jumlah penduduk terbesar dan
kelompok umur enam puluh lima tahun ke atas merupakan kelompok umur
dengan jumlah terkecil, sehingga penduduk Kota Bogor dapat dikategorikan
sebagai struktur penduduk muda.
Pada Tabel 8 jumlah Penduduk Kota Bogor tahun 2001 laki-laki dan
perempuan sebanyak 760.329, sedangkan pada tahun 2004 jumlah penduduk Kota
Bogor laki-laki dan perempuan
bertambah menjadi 831.571. Berdasarkan
lapangan usaha, jumlah penduduk terbesar bekerja pada sektor perdagangan
(26,99%) dan jasa (26,74%), sedangkan jumlah terkecil pada sektor listrik, gas
dan air (0,73%).
Tabel 9. Jumlah Penduduk Kota Bogor Menurut Lapangan Usaha Tahun
2003
Lapangan Usaha
Laki-laki Perempuan Jumlah (%)
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Pertanian
Pertambangan dan Penggalian
Industri
Listrik, Gas dan Air
Konstruksi
Transportasi dan Telekomunikasi
Keuangan
Perdagangan
Jasa
Jumlah
11.278
2.004
37.206
1.971
18.352
25.397
10.842
52.834
37.725
197.609
1.314
10.870
328
1.314
4.594
20.357
34.808
73.588
12.592
2.004
48.076
1.971
18.680
26.711
15.436
73.191
72.533
271.194
4.64
0.74
17.73
0.73
6.89
9.85
5.69
26.99
25.74
100
Sumber : BPS Kota Bogor (2003)
Pendapatan regional Kota Bogor didominasi oleh sektor perdagangan,
hotel dan restoran sebesar 31,27% dan sektor industri pengolahan sebesar 26,44%.
Tingkat kesejahteraan penduduk Kota Bogor relatif sudah baik. Hal ini bisa dilihat
dari proporsi penduduk yang hidup di bawah garis kemiskinan menunjukkan
penurunan.
Berdasarkan Indeks Kesenjangan Kemiskinan (IKM) Kota Bogor tahun
2003 sebesar 1,24 naik dibandingkan tahun 2002 sebesar 1,13. Jika dibandingkan
dengna kota lain di Jawa Barat mendapatkan peringkat ketiga urutan kemiskinan
terendah. Hal tersebut menunjukkan bahwa Kota Bogor merupakan konsumen
potensial dan pasar strategis untuk pemasaran susu balita (1-5 tahun).
5.2 Gambaran Umum Susu Wyeth
Selama lebih dari 85 tahun, Wyeth telah menjadi pemimpin di bidang susu
formula dan nutrisi pediatrik. Wyeth menghadirkan produk-produk nutrisi
berkualitas tinggi untuk bayi dan anak sampai usia 7 tahun. Wyeth Nutrition
senantiasa memberikan jaminan nutrisi kepada jutaan dokter anak dan orang tua di
seluruh dunia. Untuk mengetahui perkembangan dan penambahan nutrisi serta
kandungan gizi dalam produk susu Wyeth adalah sebagai berikut :
Tabel 10. Perkembangan dan Penambahan Nutrisi serta Kandungan Gizi
dalam Produk Susu Wyeth
Tahun
Perkembangan dan Penambahan Nutrisi serta Kandungan Gizi
1942
Zat besi ditambahkan dalam jumlah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan bayi.
1956
Perbaikan label dan kemasan. Label SMA (Synthetic Milk Adapted) ini merupakan
pelopor pencantuman tanggal daluwarsa.
1961
Wyeth mengembangkan susu formula bayi pertama mirip ASI dengan rasio wheykasein 60:40, untuk bayi usia 0 bulan keatas.
1971
Wyeth mengembangkan campuran lemak fisiologis yang sangat mirip dengan
kandungan asam lemak ASI.
1981
Peluncuran susu lanjutan Wyeth PROMIL membantu menjamin nutrisi yang baik
selama masa sapih dan sesudahnya.
1989
Penambahan nukleotida kedalam susu formula Wyeth. Lima nukleotida penting
dalam ASI telah berhasil diidentifikasi dan ditambahkan kedalam susu formula
Wyeth.
1993
Wyeth meluncurkan PROGRESS untuk anak usia 1-3 tahun. Sebuah makanan
pelengkap berbahan dasar susu yang kaya zat besi, padat kalori, dan membantu
mencegah anemia.
1996
Asam lemak tak jenuh ganda rantai panjang (LCPUFA) ditambahkan kedalam S-26
LBW, sebuah susu formula Wyeth untuk bayi dengan berat lahir rendah (BBLR).
1997
Wyeth memperkenalkan susu formula bebas laktosa (LF) bagi bayi penderita
intoleransi laktosa.
1998
Wyeth meluncurkan produk pertama rangkaian GOLD, yaitu sebuah susu formula
bayi premium, whey-dominan, yang diperkaya dengan AA dan DHA siap pakai
dari sumber nabati murni, 5 nukleotida dalam jumlah fisiologis, campuran
nukleotida alami, selenium, dan zat besi.
2000
Wyeth meluncurkan PROMIL* GOLD, susu formula lanjutan untuk anak usia 6-12
bulan. Formula ini merupakan susu formula pertama yang diperkaya dengan AA
dan DHA, serta asam lemak tak jenuh ganda rantai panjang dari sumber nabati
murni.
2002
Susu formula bayi pertama dan satu-satunya yang kaya alfa-laktalbumin (alfaprotein) merupakan inovasi terbaru dari Wyeth Nutrition. Sebagai varian dari susu
formula GOLD, susu ini mempunyai profil nutrisi yang paling fisiologis.
Sumber : www.wyethnutrionals.com/2009
Riset dan pengembangn adalah tenaga pendorong bagi Wyeth untuk
menyediakan produk nutrisi berkualitas tinggi. Riset memegang peranan yang
sangat penting dalam Wyeth. Hal ini berhasil memperkenalkan berbagai produk
baru, memberikan varian tambahan dan memperbaiki susu formula. Wyeth
didukung oleh jaringan instalasi dan manufaktur di lokasi-lokasi strategis seluruh
dunia. Berbagai laboratorium riset dan pabrik percontohan terintegrasi dengan
pabrik berskala besar yang digerakkan oleh mesin-mesin otomatis, sehingga
menghasilkan produk dengan kualitas tidak tertandingi. Wyeth mengelola altivitas
tersebut dari kantor pusat Amerika Serikat yang bertumpu pada :
a. Ahli manajemen teknik dan kelompok pengembangan produk/jasa
b. Tenaga kerja yang terlatih dan bermotivasi tinggi
c. Manajemen dengan kualitas menyeluruh/Sistem Analisa dan Pengontrolan
Permasalahan
d. Komitmen untuk mengembangkan tujuan
e. Penekanan utama pada efisiensi dan produktifitas
f. Mendapat Sertifikat Internasional :
- ISO 9001 dan 9002 (Sistem Kualitas)
- BS 7750 (Manajemen Lingkungan)
- ILAB (Standar Tes Laboratorium)
Wyeth
sangat
bangga
dengan
layanan
yang
telah
membantu
mengembangkan hubungan dengan para ahli kesehatan dan konsumen di lebih
dari 100 negara. Wyeth adalah salah satu perusahaan besar di dunia yang bergelut
dalam bidang farmasi, nutrisi dan perawatan kesehatan berbasis riset penelitian.
Badan Pengawasan Obat dan Makanan Amerika (FDA) telah memberikan status
secara umum diketahui aman untuk dikonsumsi. Selain strategi pemasaran yang
tepat, Wyeth meraih keberhasilan pemasaran karena beberapa elemen berikut ini :
a. Produk inovatif yang terbukti secara alamiah
b. Produk premium berkualitas tinggi
c. Jaminan kualitas berstandar tinggi
d. Merek yang diakui dan sangat dikenal masyarakat
e. Keyakinan tinggi para konsumen
Visi dan Misi Wyeth adalah sebagai berikut :
a. Membangun sistem produk terintegrasi untuk memenuhi kebutuhan nutrisi
spesifik sejak lahir
b. Meningkatkan kapabolitas inovasi optimum di pasar global dan perlindungan
terhadap konsumen
c. Mempertahankan tim ahli antar cabang ilmu pengetahuan bermotivasi tinggi
yang telah menggerakkan dan menetapkan Wyeth sebagai pemimpin pasar
nutrisi.
5.3 Gambaran Umum PT. Hero Tbk
PT. Hero Supermarket merupakan salah satu industri ritel pasar swalayan
terbesar di Indonesia. PT. Hero Supermarket didirikan pada tanggal 23 Agustus
1971 dengan nama Hero Minimarket di Jl. Falatehan 1 No. 23, Kebayoran Baru,
Jakarta Selatan. Hero adalah mengimpor makanan dan minuman dari luar negeri
dan menjadi agen beberapa produk impor.
Melihat potensi produk impor yang semakin besar dan kebutuhan tempat
berbelanja yang belum memadai. Tanggal 5 Oktober 1971 bentuk perusahaan
berubah menjadi perseoran terbatas sehingga namanya menjadi PT. Hero
Minimarket. Taggal 7 Juni 1991, melalui Rapat Umum luar biasa pemegang
saham, nama PT. Hero Minimarket diganti menjadi PT. Hero Supermarket.
Secara umum PT. Hero Supermarket bergerak dibidang jasa pasar
swalayan yang merupakan konsep one stop shopping, dimana kosumen dapat
menemukan kebutuhannya di satu tempat. Oleh karena itu, PT. Hero Supermarket
menyediakan kebutuhan sehari-hari seperti makanan dan minuman, alat-alat dapur
an rumah tangga, alat-alat listrik, alat-alat pertukangan dan lain sebagainya.
Beberapa kegiatan yang dilakukan oleh PT. Hero Supermarket adalah :
1.
Food repacking, yaitu kegiatan membungkus kembali berbagai kebutuhan
pokok ke dalam kemasan yang lebih kecil yang sesuai dengan kebutuhan
konsumen.
2.
Instore bakery, yaitu kegiatan pembuatan dan penjualan berbagai jenis roti
dan kue.
3.
Food prosessing, yaitu kegiatan pembuatan berbagai jenis makanan olahan
baik setengah jadi maupun siap hidang yang disebut juga counter fast food.
4.
Fast food, yaitu counter untuk berbagai jebis makanan, sperti makanan
Jepang, sari buah, hamburger dan pancake.
5.
Penyewaan video
6.
Cleaning, yaitu usaha jasa pencucian pakaian
7.
Shoe repair, yaitu counter untuk memperbaiki sepatu
Hingga tahun 2002, PT. Hero Supermarket telah mengoperasikan 84 pasar
swalayan, 40 Conviniece Store, dan 71 Guardian Toko Kecantikan dan Apotek.
Hero supermarket di Kota Bogor berada di Jalan Pajajaran terletak di lantai dua
pada gedung berlantai tiga, lantai pertama di toko buku Gramedia, restoran
McDonald’s, Es teller 77. Counter 5 @ sec, Dunkun Donuts, Fuji Image Plaza
dan New Zealand, di lantai dua terdapat counter Guardian, Pro Optik, Salon
Christhtoper, dan disc tara, di lantai tiga area permaianan Fun City.
Visi dari PT. Hero Supermarket adalah menjadi pengecer makanan yan
terkemuka di Indonesia yang menawarkan jajanan makanan segar dan bahan
makanan terbaik dengan harga terjangkau. Sedangkan misi yang ditetapkan oleh
PT. Hero Supermarket adalah menjadi pengecer makanan modern yag terkemuka
di Indonesia dari segi penjualan dan laba.
5.4 Gambaran Umum Yogya Supermarket
Yogya mulai dirintis pada tahun 1984 oleh Bapak Gondosasmito. Pada
awalnya Yogya diberi nama DJOCJA dan merupakan sebuah toko batik
berukuran kurang lebih 80 m2 yang terletak di Jalan Kosambi, Bandung.
Setelah Bapak Gondosasmito wafat pada tahun 1971, toko tersebut dikelola oleh
manantunya yaitu Bapak Budi. Setelah beberapa tahun kemudian minat
masyarakat berkurang untuk membeli batik, akhirnya diputuskan untuk menjual
barang kebutuhan sehari-hari.
Dengan bertambahnya jenis barang yang dijual, maka omset penjualan pun
meningkat. Akhirnya pada tahun 1982, Bapak Budi memutuskan untuk
mngembangkan usahanya ditempat lain yaitu di Jalan Sunda.
Kegiatan utama Yogya adalah bergerak pada bidang jasa pasar swalayan,
dengan menyediakan berbagai kebutuhan sehari-hari seperti makanan, minuman,
alat-alat rumah tangga. Selain itu Yogya mempunyai counter fashion yang
menyediakan pakaian dan sepatu. Setelah cukup mapan dalam pengelolaan outlet
di Jalan Sunda, pemilik mulai berfikir untuk membuka di daerah lain. Pembukaan
outlet baru di mulai pada tahun 1984.
Yogya Plaza Indah Bogor yang terletak di Jalan Baru, Kota Bogor
merupakan salah satu cabang Yogya Supermarket yang berada di Kota Bogor.
Yogya Supermarket ini terdiri dari beberapa bagian yaitu bagian daging dan
sayuran, bagian makanan dan minuman, bagian barang pecah belah dan
elektronik, bagian keperluan sekolah dan boneka.
5.5 Gambaran Umum Matahari Market Place
Matahari didirikan pada tahun 1958 oleh Bapak Hari Darmawan dan
istrinya Anna Janti yang pada waktu itu masih berupa sebuah toko kecil yang
menjual pakaian di area Pasar Baru Jakarta. Nama Matahari digunakan pada tahun
1973 sebagai nama dari toko tersebut. Pada tahun 1986, PT. Matahari Putra Prima
Tbk telah termasuk sebagai departement store dengan format toko Matahari
Departement Store. Lima buah toko beroperasi di daerah Jakarta, Bandung dan
Surabaya. Pada tahun 2001, Matahari telah mengoperasikan 79 toko yang tersebut
di 35 kota di seluruh Indonesia.
Matahari Market Place (MMP) berlokasi di Jalan Siliwangi No. 123
Sukasari, Bogor. Lokasi ini merupakan bagian dari Plaza Ekalokasari yang
dikontrak oleh PT. Matahari Putra Prima Tbk.
Matahari Market Place merupakan bagian dari PT. Matahari Putra Prima
Tbk. yang mulai dibuka di area Plaza Ekalokasari Bogor pada tanggal
12 Desember 2003. Lokasi MMP berada di lantai 1 Plaza Ekalokasari. Matahari
Market Place termasuk ke dalam jenis supermarket pada umumnya, namun
mempunyai keunikan dengan menggunakan penataan lampu yang redup sehingga
berkesan berbeda dengan supermarket lainnya.
Visi Matahari adalah menjadi International Player di bidang ritel
supermarket. Misi Matahari adalah menjadikan Matahari Supermarket sebagai
One Stop Shopping dengan produk Fresh Food sebagai daya tarik bagi customer
untuk datang berbelanja serta memberikan service yang baik.
BAB VI
KARAKTERISTIK RESPONDEN TERHADAP KONSUMSI
SUSU BUBUK
6.1 Karakteristik Responden
Berdasarkan aspek demografi responden dibagi dalam beberapa variabel
yang terlibat dalam survey konsumen antara lain jenis kelamin, usia, pendidikan,
dan jenis pekerjaan. Responden penelitian ini seluruhnya berjumlah 50 orang yang
terdiri dari konsumen yang membeli susu formula bayi denga beragam merek.
Pada Tabel 11 dapat dilihat bahwa berdasarkan jenis kelamin dari 50 responden
terdapat 84 persen wanita dan 16 persen responden pria. Hal ini menunjukkan
bahwa wanita lebih banyak dalam pembelian produk susu.
Tabel 11. Sebaran Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Jenis Kelamin
Pria
Wanita
TOTAL
Jumlah (orang)
8
42
50
Persentase (%)
16
84
100
Pemilihan responden diambil secara acak yaitu ibu yang sudah menikah
serta mempunyai anak balita dan usia masing-masing orang tua adalah berkisar 20
sampai usia 55 tahun. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 12, ini bertujuan agar
informasi yang diperoleh lebih beragam dan mewakili kelompok usia yang
mengetahui atau pernah membeli produk susu bubuk Wyeth. Pada usia 20 – 25
tahun sebanyak 16 persen. Pada usia 26 – 35 tahun dengan tingkat persentase
sebanyak 44 persen. Sedangkan pada usia 36 – 45 tahun merupakan terbesar
kedua dengan proporsi 34 persen.
Tabel 12. Sebaran Responden Berdasarkan Usia
Usia
20-25
26-35
36-45
46-55
TOTAL
Jumlah (orang)
8
22
17
3
50
Persentase (%)
16
44
34
6
100
Tabel 13 menunjukkan bahwa sebagian besar responden memiliki anak
usia 1-2 tahun sebanyak 14 persen, anak usia 3-4 tahun sebanyak 40 persen
sedangkan anak usia 5 tahun sebanyak 46 persen.
Tabel 13. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia Bayi Responden
Usia Bayi Responden
1-2 tahun
3-4 tahun
≤ 5 tahun
TOTAL
Jumlah (orang)
Persentase (%)
7
20
23
50
14
40
46
100
Berdasarkan pendidikan konsumen dapat menentukan tingkat pilihan dan
merek terhadap produk yang akan di konsumen untuk kebutuhan anak tersebut.
Selain itu pendidikan konsumen dapat menentukan pendapatan dan kelas sosial.
Karakteristik responden berdasarkan tingkat pendidikan beragam terbagi
atas kelompok dengan tingkat pendidikan SLTP, SLTA, Diploma, S1, sampai
tingkat pendidikan S2. Pada Tabel 14, dapat dilihat bahwa berdasarkan tingkat
pendidikannya, jumlah responden yang paling dominan adalah SLTA sebanyak 54
persen. Pada urutan kedua Diploma sebanyak 26 persen, S1 sebanyak 12 persen,
SLTP sebanyak 6 persen, sedangkan sisanya S2 sebanyak 2 persen.
Tabel 14. Sebaran Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Tingkat Pendidikan
Jumlah (orang)
Persentase (%)
SLTP
SLTA
Diploma
S1
S2
3
27
13
6
1
6
54
26
12
2
TOTAL
50
100
Pada Tabel 15 dapat dilihat keragaman jenis pekerjaan menunjukkan minat
dan daya beli terhadap suatu produk. Pada jenis pekerjaan yaitu ibu rumah tangga
paling banyak dengan proporsi 54 persen. Jenis pekerjaan terbesar kedua yang
sering membeli susu bubuk adalah pegawai negeri sebanyak 22 persen. Pegawai
swasta dan wiraswasta memperoleh proporsi yang sama sebanyak 12 persen.
Tabel 15. Sebaran Responden Berdasarkan jenis Pekerjaan
Jenis Pekerjaan
Pegawai Negeri
Pegawai Swasta
Wiraswasta
Ibu Rumah Tangga
TOTAL
Jumlah (orang)
10
6
6
27
50
Persentase (%)
22
12
12
54
100
Karakteristik tingkat pengeluaran responden susu bubuk cukup beragam.
Pemilihan suatu produk sangat dipengaruhi oleh keadaan ekonomi keluarga.
Berdasarkan tingkat pengeluaran per bulan dikelompokkan menjadi tingkat
pengeluaran per bulan kurang dari Rp 450.000 – Rp 750.000 memperoleh
proporsi paling sedikit sebanyak 18 persen. Tingkat pengeluaran per bulan kedua
sebesar Rp 750.000 – Rp 1.000.000 sebanyak 28 persen. Sedangkan jumlah
responden di lihat dari tingkat pengeluaran per bulan paling banyak adalah > Rp
1.000.000 dengan proporsi 54 persen. Hai ini diperoleh dari pengisian jawaban
pada kuisioner yang diisi oleh responden. Dari data di bawah ini menunjukkan
bahwa kelas sosial untuk pemasaran susu bubuk berada pada segmen ekonomi
menengah.
Tabel 16. Sebaran Responden Berdasarkan Pengeluaran per Bulan
Pengeluaran per Bulan
< Rp 450.000
Rp 450.000-750.000
Jumlah (orang)
0
9
Persentase (%)
0
18
Rp 750.000-1.000.000
> Rp 1.000.000
TOTAL
14
27
50
28
54
100
6.2 Perilaku Keputusan Pembelian
Salah satu tugas pemasar yaitu pemahaman terhadap perilaku pembeli
pada setiap tahap dan pengaruhnya. Pemasar perlu memusatkan perhatian pada
proses pembelian secara keseluruhan bukan hanya pada saat keputusan pembelian.
Setiap konsumen dalam pengambilan keputusan berbeda sehinga dalam menyusun
strategi pemasaran dapat dijadikan dasar untuk melakukan segmentasi dan posisi
produk pasar. Keputusan yang diambil oleh konsumen untuk membeli merek yang
disukai setelah mengetahui informasi yang telah didapat.
6.2.1 Tahap Pengenalan Masalah
Proses dalam membeli susu bubuk konsumen harus sadar bahwa apa yang
akan mereka beli mengetahui dan mengenal produk susu tersebut. Kesadaran
konsumen antara perbedaan produk susu yang satu dengan yang lain dilihat dari
kualitas, manfaat dan kandungan gizi dari produk susu tersebut. Setiap produsen
susu bubuk dapat lebih mengenal dan memahami kapan konsumen membutuhkan
suatu produk tersebut dengan kualitas yang baik.
Secara umum, konsumen menginginkan susu bubuk bagi balita mereka,
dan pada saat konsumen menyadari manfaat dan kandungan gizi susu bubuk yang
dibeli dan mengkonsumsi susu tersebut. Pada Tabel 17 dapat dilihat bahwa
manfaat mengkonsumsi susu bubuk Wyeth adalah untuk gizi paling tinggi 64
persen. Hal ini disebabkan minum susu bubuk Wyeth sudah menjadi kebutuhan
sehari-hari untuk dikonsumsi oleh anak balita.
Tabel 17. Manfaat Pembelian Produk Susu Bubuk Wyeth
Manfaat pembelian
Volume/isi
Menambah Gizi
TOTAL
6.2.2 Tahap Pencarian Informasi
Jumlah
Persentase (%)
18
32
50
36
64
100
Setelah konsumen dapat memenuhi kebutuhan mereka melalui manfaat
dan kandungan gizi yang dicari. Hal tersebut konsumen dapat mancari sumber
informasi yang diperoleh melalui keluarga, resep dari dokter, teman, displai dari
toko atau iklan. Informasi selanjutnya dapat dilihat pada Tabel 18, berdasarkan
informasi yang diperoleh tentang produk susu dari keluarga (10 persen), resep dari
dokter (30 persen), teman (20 persen), display dari Toko dan iklan sebesar
(40 persen). Hal ini menunjukkan bahwa peran dari display toko dan iklan sangat
berpengaruh sebagai sumber penyebar informasi cukup besar.
Tabel 18. Sebaran Responden Berdasarkan Sumber Informasi dalam
Pemilihan Produk Susu Bubuk
Sumber Informasi
Jumlah (orang)
Persentase (%)
Keluarga
Resep dari Dokter
Teman
Display dari toko, iklan
TOTAL
5
15
10
20
50
10
30
20
40
100
Susu bubuk merupakan produk
yang ruang dan tempat penjualannya
diatur sesuai dengan temperatur ruangan. Pada Tabel 19 dapat dilihat produk susu
bubuk banyak dibeli oleh konsumen di supermarket dimana proporsinya 38
persen, 28 persen lebih sering membeli di Toko, sedangkan yang membeli di
warung sebesar 34 persen.
Tabel 19. Sebaran Responden Berdasarkan Lokasi Pembelian Produk Susu
Bubuk
Lokasi Pembelian
Jumlah (orang)
Persentase (%)
19
14
17
50
38
28
34
100
Supermarket
Toko
Warung
TOTAL
6.2.3 Tahap Evaluasi dan Seleksi
Setelah memperoleh informasi yang cukup dari berbagai tempat maka
konsumen akan menilai lebih lanjut dengan melakukan evaluasi dan seleksi. Pada
tahap ini konsumen mengambil sikap yang releven dengan atribut-atribut yang
dianggap paling bermanfaat dalam tahap pembelian susu bubuk.
Tabel 20. Alasan Responden dalam Pembelian Produk Susu Bubuk
Alasan
Jumlah (orang)
Persentase (%)
Harga
Mudah diperoleh
Mutu/kualitas terjamin
Terdaftar di Depkes
TOTAL
7
6
1
36
50
14
12
2
72
100
Berdasarkan Tabel 20 faktor yang menjadi pertimbangan konsumen untuk
membeli produk susu bubuk adalah dari faktor bahwa susu bubuk tersebut
terdaftar di Departemen Kesehatan dengan proporsi 72 persen. Sedangkan dari
segi harga konsumen memilih sebanyak 14 persen, mudah diperoleh (12 persen),
sedangkan dari segi mutu/kualitas memperoleh proporsi paling sedikit yaitu 2
persen.
6.2.4 Tahap Keputusan Pembelian
Setelah tahap evaluasi dan seleksi konsumen akan memberi keputusan
untuk membeli produk yang disukai. Pada tahap keputusan pembelian susu
konsumen terlebih dahulu mempunyai keinginan untuk membeli produk susu
bubuk tersebut. Pada Tabel 21 dapat dilihat bahwa yang paling banyak memilih
susu bubuk wyeth adalah karena manfaat dan kegunaannya sebesar 56 persen.
Tahapan selanjutnya adalah hanya mencoba-coba 14 persen, kemudahan
mendapatkan produk 12 persen, sudah terbiasa mengkonsumsi 12 persen, Zat gizi
yang terkandung 4 persen, dan terpengaruh orang lain memperoleh proporsi
paling sedikit sebesar 2 persen.
Tabel 21. Alasan Memilih Merek Susu Bubuk
Motivasi
Jumlah (orang)
Hanya coba-coba
Kemudahan mendapatkan produk
7
6
Persentase (%)
14
12
Manfaat dan Kegunaan
Sudah terbiasa mengkonsumsi
Terpengaruh orang lain
Zat gizi yang terkandung
TOTAL
28
6
1
2
50
56
12
2
4
100
Volume produk susu yang sering dibeli oleh konsumen yaitu 150 gr
(24%), 300 gr (16%) sedangkan untuk ukuran 450 gr (60%). Jika diperhatikan
beberapa merek produk susu balita (1-5 tahun) yang tersedia dipasaran
menyediakan volume tersebut.
Tabel 22. Volume Kemasan Produk Susu Bubuk Usia 1-5 Tahun
Volume Kemasan (gr)
Jumlah (orang)
Persentase (%)
150 gr
12
24
300 gr
8
16
450 gr
30
60
TOTAL
50
100
Kemasan produk susu yang sering dibeli oleh konsumen didominasi oleh
kemasan kotak dan kaleng. Menurut konsumen kemasan produk susu dalam
kemasan kotak yang sering banyak dibeli oleh konsumen, hal ini disebabkan
karena konsumen yang dipilih merupakan kelas menengah. Konsumen menilai
bahwa kemasan kotak lebih murah dan dapat dijangkau sesuai dengan
pengeluaran per bulan. Untuk kemasan dalam kaleng biasanya cenderung lebih
mahal, tetapi lebih menjamin kehigienisan produk dalam dan sedikit kontaminasi.
Tabel 23. Kemasan Produk Susu Bubuk yang sering digunakan Konsumen
Kemasan
Jumlah (orang)
Persentase (%)
Kotak
39
78
Kaleng
11
22
TOTAL
50
100
Berdasarkan pengambilan keputusan produk susu bubuk Wyeth yang
paling berperan adalah suami dan teman sebanyak 34 persen. Diri sendiri juga
paling mempengaruhi untuk membeli susu bubuk Wyeth (24 persen), orang tua (8
persen). Lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 24.
Tabel 24. Pengambilan Keputusan dalam Pembelian Produk Susu Bubuk
Wyeth
Pengambilan Keputusan
Jumlah (orang)
Persentase (%)
34
17
Suami
24
12
Diri sendiri
34
17
Teman
8
4
Orang tua
TOTAL
50
100
Dalam mengkonsumsi susu bubuk dalam proses pembelian konsumen
mempunyai kebiasaan dengan waktu pembelian yang akan direncanakan
tergantung situasi pada saat itu. Pada Tabel 25 konsumen melakukan pembelian
terencana membeli dari rumah memperoleh proporsi sebanyak 48 persen,
sebanyak 24 persen mendadak membeli, 16 persen konsumen membeli susu
bubuk tidak perneh direncanakan dan 12 persen konsumen membeli tergantung
situasi pada saat itu.
Tabel 25. Perencanaan Pembelian Produk Susu Bubuk Wyeth
Alasan
Jumlah (orang)
Persentase (%)
12
24
6
8
50
24
48
12
16
100
Mendadak membeli
Terencana
Tergantung situasi
Tidak terencana
TOTAL
6.2.5 Perilaku Pasca Pembelian
Kepuasan dan ketidak puasan konsumen terhadap suatu produk akan
mempengaruhi perilaku selanjutnya. Setelah membeli produk, konsumen akan
mengalami level kepuasan atau ketidakpuasan tertentu. Konsumen yang merasa
puas dengan manfaat produk akan melakukan pembelian ulang, sedangkan
konsumen yang merasa tidak puas akan melakukan tindakan sebaliknya.Tugas
pemasar tidak berakhir saat produk dibeli, melainkan berlanjut hingga periode
pasca pembelian. Pemasar harus memantau kepuasan pasca pembelian dan
pemakaian produk pasca pembelian.
Ketersediaan produk/kemudahan mendapatkan merupakan salah satu
alasan konsumen loyal pada satu produk. Tindakan yang akan dilakukan oleh
konsumen apabila merek produk yang akan dibeli tidak tersedia di tempat
pembelian maka tindakan yang akan dibeli tidak tersedia di tempat pembelian
maka tindakan yang akan dilakukan oleh konsumen yaitu ganti merek lain (36%),
kemudian yang tetap membeli (48%) dan konsumen yang tidak jadi membeli
(16%).
Tabel 26. Tindakan Konsumen Terhadap Ketersediaan Merek Susu Bubuk
Balita (1-5 Tahun) yang Dikonsumsi
Tindakan Konsumen
Jumlah (orang)
Persentase (%)
Ganti merek
Tetap membeli
Tidak jadi membeli
18
24
8
36
48
16
TOTAL
50
100
Pilihan rasa pada produk susu balita merupakan satu upaya dari industri
pengolahan susu untuk memuaskan keinginan konsumen. Pilihan rasa sangat
menentukan pembelian produk susu bubuk tesebut. Adapun pilihan rasa yang
disukai yaitu rasa coklat (60%). Sedangkan pada konsumen yang menyukai rasa
vanila (40%). Pilihan rasa pada produk susu bubuk formula ditentukan oleh balita
mereka.
Tabel 27. Pilihan Rasa Produk Susu yang disukai Balita
Pilihan Rasa
Jumlah (orang)
Persentase (%)
Coklat
Vanila
30
20
60
40
TOTAL
50
100
BAB VII
PRODUK SUSU BUBUK MENURUT TINGKATKEPENTINGAN
DAN TINGKAT KEPERCAYAAN
KONSUMEN SUSU WYETH
7.1. Fishbein Untuk Sikap Responden Susu Bubuk Wyeth
Pengukuran sikap responden terhadap berbagai atribut susu bubuk
dilakukan dengan menggunakan analisis Fishbein. Model ini mencakup tingkat
kepentingan atribut (ei) dan tingkat kepercayaan (bi). Atribut yang dianalisis
menggunakan sembilan atribut yaitu harga, aroma, kental, komposisi gizi, manfaat
susu, mudah diperoleh, desain kemasan bagus, isi kemasan sesuai dan merek
terkenal.
Penilaian 50 responden tersebut kemudian dirata-ratakan untuk setiap
atribut dan dimasukkan ke dalam rumus Model Fishbein. Skor total yang semakin
tinggi menunjukkan sikap yang semakin baik. Pada Tabel 28 dapat dilihat Nilai
Sikap Responden Terhadap Atribut Produk Susu Bubuk Wyeth.
Tabel 28. Nilai Sikap Responden Terhadap Atribut Produk Susu Bubuk
Wyeth
No
Atribut
Kepercayaan (bi)
Kepentingan (ei)
Nilai
1
Harga
3.72
3.18
11.81
2
Aroma
3.48
3.74
13.00
3
Kental
3.50
3.76
13.16
4
Komposisi Gizi
4.50
4.48
20.16
5
Manfaat Susu
4.50
4.54
20.43
6
Mudah Diperoleh
3.18
3.80
12.08
7
Desain Kemasan
3.02
3.72
11.25
8
Isi
4.30
4.33
18.63
9
Merk Terkenal
4.52
4.42
19.98
Skor Total
A0 =
n
∑ biei
15.61
i =1
Berdasarkan Tabel 28 dapat dilihat bahwa secara keseluruhan atributatribut dari susu bubuk untuk anak-anak merek Wyeth dinilai netral dan dapat
diterima oleh konsumen. Hal ini dapat dilihat dari total sikap responden, yaitu
sebesar 15.61 (Ao = 15.61) yang dikategorikan dalam sikap netral.
Skor yang tertinggi terdapat pada atribut manfaat susu, komposisi gizi,
merek terkenal. Hal ini menunjukkan bahwa sikap responden terhadap atributatribut tersebut sangat baik. Oleh karena itu pihak perusahaan dan pengelola
supermarket harus mempertahankan atribut-atribut tersebut.
Atribut yang memiliki skor terendah adalah atribut harga dan aroma, tetapi
masih dapat diterima oleh konsumen. Maka perusahaan perlu memperbaiki atau
meningkatkan kapercayaan terhadap atribut tersebut, misalkan dengan cara
menurunkan sedikit harga jual produk atau meningkatkan pengawasan terhadap
harga jual produk disetiap pemasaran yang telah ada.
7.1.1 Tingkat Kepentingan dan Kepercayaan Atribut Produk Susu Wyeth
Pada analisis tingkat kepentingan dan kenerja atribut produk susu Wyeth
dapat diketahui sejauh mana atribut dapat memenuhi kebutuhan dari responden.
Ada sembilan atribut yang dibahas yaitu harga, aroma, kental, komposisi gizi,
manfaat susu, mudah diperoleh, desain kemasan bagus, isi kemasan sesuai, merk
terkenal. Setiap atribut akan dibahas dengan hasil olahan dan berdasarkan tingkat
kepentingan dan tingkat kepercayaan dengan menggunakan metode Fishbein.
Tabel 29. Perhitungan rata-rata Penilaian Kepentingan dan Kepercayaan
terhadap Atribut Produk Susu Bubuk Wyeth
No
Atribut Produk
Tingkat
Tingkat
Kepentingan
Kepercayaan
1
Harga
3.18
3.72
2
Aroma
3.74
3.48
3
Kekentalan
3.76
3.50
4
Komposisi Gizi
4.48
4.50
5
Manfaat Susu
4.54
4.50
6
Mudah Diperoleh
3.80
3.18
7
Desain Kemasan
3.72
3.02
8
Isi
4.33
4.30
9
Merk Terkenal
4.42
4.52
35.97
34.72
Total
3.99
3.86
Rata-rata
Tabel 29 akan dibahas satu persatu mengenai hasil perhitungan dari
penilaian kepentingan dan kepercayaan atribut-atribut dari produk susu bubuk
untuk anak balita merek Wyeth yang telah dianalisis dan dibandingkan dengan
rata keseluruhan adalah :
1.
Harga
Berdasarkan hasil penelitian tingkat kepentingan, atribut harga dianggap
tidak penting oleh responden dengan nilai sebesar 3.18. Bagi responden yang
mengkonsumsi produk susu Wyeth harga tidak menjadi masalah dalam
mengambil keputusan pembelian, faktor pendorongnya adalah faktor dari
kepuasan konsumen.
Atribut harga memiliki tingkat kepercayaan 3.72. Atribut tersebut
berdasarkan harga yang berlaku di Hero Supermarket, Yogya Supermarket
dan Matahari Market Place Kota Bogor dinilai mahal, namum dengan harga
yang mahal responden percaya akan nilai gizi yang terkandung di dalamnya.
2.
Aroma
Atribut aroma responden menilai bahwa variasi alternatif aroma yang
dapat ditambah oleh produsen. Konsumen dapat lebih bebas memilih aroma
yang mereka sukai jika pilihan aroma semakin baik, dan konsumen juga tidak
bosan dengan pilihan aroma yang ada pada produk susu bubuk tersebut.
Tingkat kepentingan atribut dinilai sebesar 3.74. Atribut pilihan aroma pada
produk tersebut memiliki tingkat kepentingan yang kurang disukai responden.
Tingkat kepercayaan yang bernilai 3.48 dianggap bahwa pilihan rasa
dianggap biasa oleh responden. Data tersebut menunjukkan bahwa merek
susu Wyeth yang memiliki aroma yang enak, sehingga konsumen dapat terus
membeli dan dikonsumsi oleh anak balita mereka.
3.
Kekentalan
Atribut kekentalan adalah sebagai kadar kekentalan cairan produk susu
bubuk dalam untuk anak balita. Atribut kekentalan memiliki nilai
kepercayaan sebesar 3.50, atribut ini dianggap responden biasa. Tapi jika
dilihat dari tingkat kepentingan dengan nilai sebesar 3.76 menunjukkan
responden menganggap atribut kekentalan tersebut biasa, sehingga atribut
kekentalan tersebut sudah cukup memuaskan konsumen.
4. Komposisi Gizi
Komposisi gizi diartikan sebagai kandungan gizi yang terkandung pada
suatu produk, yang komposisinya tertera pada kemasan luar produk susu
tersebut. Berdasarkan tingkat kepentingan memiliki nilai sebesar 4.48 artinya
atribut komposisi gizi pada produk susu tersebut responden sangat
mementingkan nilai gizi yang terkandung di dalamnya karena berkaitan
dengan masalah kesehatan. Tingkat kepercayaan memiliki nilai 4.50, dimana
responden menilai baik komposisi gizi. Atribut komposisi gizi perlu
diperhatikan dan dipertahankan agar responden tetap mengkonsumsi susu
bubuk Wyeth untuk anak-anak balita.
5.
Manfaat susu
Atribut manfaat susu dibenak konsumen sangant penting, dimana nilai
tingkat kepentingan sebesar 4.54 artinya manfaat susu sangat diutamakan
oleh responden. Sedangkan tingkat kepentingan kepercayaan responden
dinilai responden sebesar 4.50, artinya responden menilai positif tentang
manfaat/kegunaan susu tersebut. Manfaat susu harus terus diperhatikan
karena mepengaruhi pertumbuhan dan perkembangan otak pada anak.
6.
Mudah diperoleh
Mudah diperoleh merupakan hal yang patut diperhatikan oleh perusahaan
dan pihak pasar swalayan agar konsumen tidak kesulitan untuk memperoleh
produk tersebut. Tingkat kepentingan atribut mudah diperoleh memiliki nilai
sebesar 3.80. Hal ini diartikan bahwa responden menganggap atribut mudah
diperoleh dirasa berlebihan. Hasil analisis tingkat kepercayaan diperoleh
sebesar 3.18. Berdasarkan tingkat kepentingan dan kepercayaan masingmasing atribut, apakah mereka dengan mudah memperolehnya atau terkadang
tidak dapat memperoleh karena persediaan habis dan belum disuplay oleh
produsen.
7. Desain kemasan
Atribut kemasan merupakan salah satu cara untuk menarik konsumen,
maka setiap produk harus dirancang sedemikian rupa. Hal ini dikarenakan
desain kemasan merupakan salah satu atribut yang sering diperhatikan oleh
konsumen untuk membeli. Untuk tingkat kepentingan diperoleh nilai sebesar
3.72, artinya responden sangat mementingkan desain yang bagus dan
mempunyai motif yang disukai oleh anak-anak. Sedangkan untuk tingkat
kepercayaan memiliki nilai sebesar 3.02, artinya responden tidak percaya
bahwa dengan desain kemasan yang bagus memiliki rasa dan kemasan yang
sesuai.
8.
Isi
Isi atau volume menunjukkan bahwa konsumen lebih memilih dengan
kapasitas yang sesuai. Konsumen melihat isi kemasan dari berat bersih dalam
kemasan. Isi kemasan yang dinilai responden memiliki tingkat kepentingan
4.33, dimana responden menganggap bahwa isi sangat penting sesuai dengan
berat isi yang tertera dalam kemasan produk. Untuk tingkat kepercayaan
diperoleh nilai sebesar 4.30, hal ini menunjukkan bahwa responden percaya
terhadap isi dalam kemasan.
9.
Merk terkenal
Pengertian merek pada penelitian ini adalah pengaruh image merek
produk atau produsen yang mengeluarkan produk ini di benak konsumen dan
pengaruhnya terhadap keputusan pembelian susu bubuk Wyeth untuk anakanak balita.
Berdasarkan Tabel 29 atribut merek terkenal memiliki nilai kepentingan
sebesar 4.42, artinya nilai tersebut menunujukkan atribut merek terkenal dinilai
sangat baik oleh responden. Menurut responden atribut tersebut juga sangat
penting dan responden memberi nilai sebesar 4.52 atau di atas nilai rata-rata.
Responden lebih mengutamakan kualitas dan image yang ada di pasar.
7.1.2
Nilai Sikap Responden Terhadap Berbagai Atribut Produk Susu
Bubuk Vitalac, Lactogen, Nutrilon dan SGM
Tabel 30. Nilai Sikap Responden Terhadap Berbagai Atribut Merek Susu
Bubuk
Sikap Ao
No
Atribut
Vitalac
Lactogen
Nutrilon
SGM
1
Harga
9.34
10.23
10.42
8.64
2
Aroma
13.52
13.08
15.84
14.35
3
Kekentalan
13.69
12.86
16.09
14.89
4
Komposisi Gizi
19.98
20.88
19.53
19.80
5
Manfaat Susu
20.61
20.61
20.61
20.79
6
Mudah Diperoleh
13.30
14.74
16.95
15.12
7
Desain Kemasan
13.03
13.18
16.46
15.42
8
Isi
16.03
14.11
22.96
18.11
9
Merk Terkenal
20.24
19.27
19.62
18.56
Total
15.53
15.27
17.61
16.19
Pada Tabel 30 dapat dilihat bahwa secara keseluruhan atribut-atribut dari
susu bubuk untuk anak balita merek Vitalac, Lactogen, Nutrilon dan SGM dinilai
positif dan dapat diterima oleh konsumen. Ini dapat dilihat dari total masing-
masing sikap responden (Ao) berbagai merek susu bubuk adalah 15.53, 15.27,
17.27, 16.19.
Atribut yang mempunyai skor tertinggi dari keempat jenis susu bubuk
adalah atribut komposisi gizi pada susu bubuk Lactogen, Atribut manfaat susu
pada susu bubuk SGM, dan atribut merek terkenal pada susu bubuk Vitalac. Ini
menunjukkan bahwa sikap responden terhadap atribut-atribut tersebut sangat baik.
Maka setiap perusahaan harus mempertahankan kepercayaan terhadap atributatribut tersebut.
Adapun atribut yang memiliki skor terendah adalah atribut harga, aroma
dan kekentalan. Tetapi ketiga atribut tersebut masih dapat diterima oleh
konsumen. Maka perlu meningkatkan atau memperbaiki kepercayaan dan
kepentingan terhadap atribut-atribut tersebut.
7.2 Analisis Biplot
Analisis dalam penelitian ini digunakan untuk meringkas informasi yang
terkandung dalam matriks rataan data atribut produk berdasarkan survey
konsumen. Matriks rataan data merupakan matriks yang berisi rataan dari setiap
peubah pada objek. Sebagai objek yang diteliti adalah susu Wyeth, susu Vitalac,
susu Lactogen, susu Nutrilon dan susu SGM. Dalam penelitian ini terdapat
sembilan atribut yang meliputi harga, aroma, kekentalan, komposisi gizi, manfaat
susu, mudah diperoleh, desian kemasan, isi dan merek terkenal.
Dua nilai singular pertama pada output Biplot menunjukkan keragaman
yang diterangkan oleh sumbu utama X (dimension 1) serta sumbu utama Y
(dimension 2). Dari hasil analisis dengan menggunakan metode Biplot
menghasilkan output berupa atribut-atribut dari beberapa merek yang merupakan
masukan dalam pembuatan plot atau peta posisi. Hasil output Biplot dapat dilihat
pada gambar 3 di bawah ini :
Gambar 3. Matriks Analisis Biplot pada Merek dan Atribut Susu Bubuk
Berdasarkan hasil plot pada gambar 3, menunjukkan informasi sebagai
berikut :
1. Kedekatan antar objek (merek)
Informasi ini bisa dijadikan paduan objek mana yang memiliki kemiripan
karakteristik dengan objek tertentu. Dalam pemasar, merek yang mirip
ditafsirkan sebagai pesaing terdekat yaitu merek Lactogen dan merek Wyeth
memiliki kedekatan objek yang saling berdekatan. Posisi dari masing-masing
objek dan atribut yang diteliti terlihat bahwa masing-masing objek (merek
susu), dimana masing-masing merek susu (Nutrilon, Vitalac dan SGM)
tersebut tidak memiliki kedekatan atau kemiripan sifat antara satu dengan
yang lainnya. Tetapi untuk atribut susu Vitalac memiliki kemiripan objek
yang saling berdekatan, yaitu atribut mudah diperoleh, desain kemasan dan
isi. Hal ini menunjukkan bahwa tidak
kemiripan yang dekat terhadap
masing-masing atribut dari beberapa merek susu bubuk.
2.
Keragaman peubah
Informasi yang digunakan untuk melihat apakah peubah (atribut) tertentu
yang nilainya hampir sama semuanya untuk semua objek (merek). Pada
Gambar 3 dapat dilihat bahwa atribut harga, komposisi gizi, manfaat susu
dan merek terkenal mempunyai vektor yang sangat pendek sedangkan peubah
yang ragamnya besar digambarkan sebagai vektor yang panjang. Hal ini dapat
dilihat bahwa setiap keragaman yang dapat dijelaskan oleh atribut tersebut
sangat kecil apabila dibandingkan dengan keragaman atribut yang lainnya.
Sedangkan atribut aroma dan kekentalan mempunyai vektor yang panjang,
artinya besar keragaman yang dapat dijelaskan atribut adalah tinggi.
3. Hubungan (korelasi) antar peubah (atribut)
Atribut mudah diperoleh, desain kemasan dan isi mempunyai korelasi
yang tinggi karena keduanya membentuk suatu sudut lancip. Dimana jika
susu mudah diperoleh biasanya konsumen akan tetap membeli susu tersebut.
Demikian juga dengan harga dan manfaat susu, kedua atribut tersebut
memiliki
korelasi
positif,
kemudian
komposisi
gizi
dan
aroma
menggambarkan dua garis dengan sudut hampir mendekati siku-siku,
sehingga kedua atribut tersebut memiliki korelasi sama sekali.
4. Nilai peubah pada suatu objek (merek)
Informasi ini dapat digunakan untuk melihat keunggulan dari setiap merek
sosis yang terletak searah dengan vektor suatu atribut, maka berarti merek
tersebut memiliki nilai yang tinggi untuk atribut tersebut. Dengan kesembilan
atribut-atribut dari plot gamabar 3 menunjukkan bahwa merek susu SGM
memliki kedekatan/keunggulan pada atribut harga dan manfaat susu, tapi
mempunyai kelemahan tedapat pada atribut komposisi gizi dan merek
terkenal. Merek Wyeth dan Lactogen memiliki kedekatan dengan komposisi
gizi dan kekentalan, sedangkan merek Nutrilon memiliki kedekatan atribut
aroma dan merek terkenal. Untuk merek Vitalac mempunyai kedekatan
dengan atribut mudah diperoleh, desain kemasan dan isi.
7.2.1 Keunggulan dan Kelemahan Susu Bubuk Wyeth
Berdasarkan analisis Fishbein dan analisis Biplot ternyata susu bubuk
Wyeth memiliki keunggulan dan kelemahan yang dapat dijadikan sebagai dasar
untuk strategi posisi produk. Adapun keunggulan karakteristik produk susu bubuk
Wyeth terletak pada :
1.
Manfaat susu
Susu bubuk Wyeth dinilai responden sebagai susu bubuk yang mempunyai
manfaat atau kegunaan yang tinggi.
2.
Komposisi gizi
Melihat analisis Fishbein susu bubuk Wyeth dinilai konsumen sebagai susu
yang mempunyai komposisi gizi yang lengkap, dimana susu bubuk Wyeth
sudah terkandung AA dan DHA, nukleotida, karoten alami serta kandungan
gizi lainnya.
3. Merek terkenal
Merek terkenal menunjukkan bahwa suatu merek tersebut dapat dipercaya
oleh responden dan akan tetap membeli merek tersebut.
4. Isi
Isi dari susu Wyeth merupakan hal yang juga menjadi pusat perhatian bagi
konsumsi susu. Beberapa responden mengatakan behwa isi dalam kemasan
susu tersebut salah satu penilaian terhadap pemilihan produk susu bubuk
Wyeth.
Melihat dari manfaat susu, kandungan gizi, merek terkenal dan isi tersebut
menjadi salah satu keunggulan susu bubuk Wyeth dengan keunggulan yang
ditonjolkan dengan produk pesaingnya.
Selain keunggulan produk susu bubuk Wyeth, susu bubuk Wyeth juga
memiliki kelemahan yaitu :
1. Harga
Susu bubuk Wyeth dinilai responden sebagai susu bubuk yang memiliki
harga mahal. Bila dilihat dengan keadaan di pasar, harga pada susu bubuk
Wyeth memang lebih mahal dibandingkan dengan susu bubuk pesaingnya.
2. Aroma
Aroma pada susu bubuk Wyeth dirasakan oleh responden biasa saja, dan
mereka juga harus bisa memilih aroma yang disukai oleh anak balita mereka.
3. Desain
Produk yang mempunyai desain yang bagus akan mendapatkan respon yang
baik oleh konsumen. Desain pada susu bubuk Wyeth dinilai responden
kurang menarik dibandingkan dengan susu bubuk merek pesaing.
BAB VIII
REKOMENDASI KEBIJAKAN STRATEGI PEMASARAN
8.1 Rekomendasi Strategi Pemasaran
Berdasarkan rekomendasi strategi bauran pemasaran yang dirumuskan
sesuai dengan hasil analisis sebelumnya yang meliputi karakteristik responden,
proses keputusan pembelian susu bubuk balita serta atribut produk susu bubuk
balita. Bauran pemasaran diambil untuk mempengaruhi saluran perdagangan
dan konsumen akhir. Semakin efektif strategi bauran pemasaran yang ditetapkan
maka perusahaan dapat semakin memperluas segmentasi pasar. Kebijakan strategi
bauran pemasaran yang akan direkomendasikan dalam penelitian ini meliputi
strategi produk, harga, promosi dan distribusi.
8.2 Strategi Produk
Produk adalah segala sesuatu yang dapat ditawarkan ke suatu pasar untuk
memenuhi keinginan atau kebutuhan. Berdasarkan hasil analisis Fishbein
komposisi gizi dan manfaat susu merupakan atribut yang dinilai oleh konsumen
dalam memilih produk susu bubuk Wyeth. Pada (Tabel 17) proses keputusan
pembelian menambah gizi dalam pembelian susu bubuk (64 persen). Hal tersebut
di atas, maka perusahaan lebih berorientasi pada kualitas produk. Strategi bauran
produk yang diterapkan pada ketiga supermarket sudah cukup efektif karena
cukup bersaing dengan perusahaan sejenis.
Tingkat pendidikan sebagian besar responden menempuh pendidikan
SLTA,
Diploma
dan
Sarjana
sehingga
mempengaruhi
mereka
dalam
mempertimbangkan kelengkapan komposisi gizi dan manfaat susu dalam
pembelian susu bubuk tersebut. Semakin tinggi pendidikan seseorang maka dalam
mencari informasi mengenai gizi yang dibutuhkan dalam tubuh semakin tinggi
sehingga berdampak pada keputusan pembelian suatu produk.
8.3 Strategi Harga
Pada produk susu bubuk Wyeth atribut harga relatif lebih mahal dibanding
dengan produk susu bubuk pesaing. Namun, dengan harga yang mahal dapat
diimbangi dengan kualitas yang lebih baik, maka konsumen mempertimbangkan
produk dari segi kualitas dalam hal keputusan pembelian. Sesuai dengan Tabel 16
diketahui bahwa sebagian besar responden memiliki pengeluaran keluarga per
bulan sebesar > Rp 1.000.000 (54 persen), maka konsumen memiliki sumberdaya
ekonomi yang cukup untuk melakukan pembelian susu bubuk dan berada pada
kelas ekonomi menengah. Status sosial ikut mempengaruhi dalam keputusan
pembelian susu bubuk Wyeth. Berdasarkan keragaan atribut susu bubuk di atas,
atribut harga masuk dalam kuadran Main Priority, artinya perusahaan dapat
mempertahankan harga susu bubuk Wyeth. Tetapi perusahaan dapat membuat
harga susu bubuk Wyeth semakin kompetitif misalnya perusahaan sudah
memproduksi susu dalam kemasan karton (kotak) yang lebih ekonomis selain
kemasan kaleng dengan berbagai ukuran, sehingga harga dapat turun walaupun
dalam mergin yang tidak terlalu besar dan dapat merangsang peningkatan
penjualan.
8.4 Strategi Tempat
Tempat merupakan kegiatan yang dilakukan pengelola pasar swalayan
untuk membuat produk dapat diperoleh dan tersedia bagi para pelanggan. Selain
itu tempat juga salah satu bauran pemasaran yang dapat mempengaruhi tingkat
penjualan dan pembelian. Tempat yang sesuai dengan pasar sasaran akan
menempatkan strategi bauran pemasaran lebih efektif. Pada setiap pasar swalayan
penjualan produk susu bubuk Wyeth memiliki tempat yang berbeda dengan
produk susu bubuk yang lain, dimana susu bubuk Wyeth ditempatkan dibagian
depan rak-rak penjualan.
8.5 Strategi Promosi
Untuk promosi susu bubuk Wyeth sudah cukup dipublikasikan kepada
masyarakat. Berdasarkan data yang diperoleh konsumen mengetahui produk susu
bubuk Wyeth selain melihat langsung di supermarket juga memperoleh informasi
dari media elektronik yaitu televisi. Hal ini membuktikan bahwa peranan iklan
untuk menjangkau masyarakat luas sudah cukup baik. Sesuai dengan keputusan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia tahun 2004, untuk tidak melakukan
promosi dalam bentuk apapun, sehingga kemasan produk di tempat pembelian
merupakan salah satu sumber informasi yang paling mempengaruhi konsumen.
Oleh sebab itu hal yang dapat dilakukan oleh pengelola supermarket dan
perusahaan adalah mempertahankan atau meningkatkan desain kemasan produk
semenarik mungkin dan memperhatikan pajangan produk di lokasi penjualan agar
berada pada lokasi yang mudah dilihat oleh konsumen.
Sesuai dengan sumber informasi (Tabel 18) yang mempengaruhi
konsumen dalam pemilihan produk susu bubuk formula tersebut maka perusahaan
hendaknya menjalin kerjasama dengan rumah sakit dalam mengenalkan produk
kepada konsumen karena rumah sakit merupakan sumber informasi yang paling
mempengaruhi responden dalam menentukan merek susu bubuk formula apa yang
akan dibeli.
BAB IX
KESIMPULAN DAN SARAN
9.1 Kesimpulan
Berdasarkan dari hasil penelitian maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Tingkat kepentingan konsumen terhadap berbagai atribut susu bubuk
dibenak konsumen sangat penting, dimana atribut yang tertera pada setiap
kemasan susu bubuk dapat menjadi pertimbangan produk susu mana yang
akan dikonsumsi oleh anak.
2. Posisi susu bubuk Wyeth lebih unggul jika dilihat dari atribut komposisi
gizi, manfaat susu, isi kemasan sesuai dan merk terkenal. Posisi produk
susu Wyeth berada pada urutan ketiga dengan atribut desain kemasan. Dan
tingkat kepentingan atribut komposisi gizi susu bubuk Wyeth memperoleh
nilai sebesar 4.48, artinya responden lebih mementingkan kandungan gizi
dalam susu tersebut. Sedangkan untuk tingkat kepercayaan responden
sudah percaya dengan komposisi gizi yang tercantum pada label kemasan
susu tersebut.
3. Strategi pemasaran yang berpengaruh terhadap pilihan konsumen pada
susu bubuk Wyeth terdapat empat bauran pemasaran yaitu; (1) strategi
produk: strategi produk yang diterapkan pada ketiga pasar swalayan sudah
cukup efektif, (2) strategi harga, susu bubuk Wyeth yang relatif mahal
dapat diimbangi dengan kualitas yang lebih baik, (3) strategi tempat, susu
bubuk Wyeth ditempatkan dibagian depan rak-rak penjualan dan
(4) strategi promosi, dari data yang diperoleh konsumen mengetahui
produk susu bubuk Wyeth selain melihat langsung di supermarket juga
memperoleh informasi dari media elektronik yaitu televisi.
9.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian, untuk ketiga pasar swalayan diajukan saransaran sebagai berikut:
1. Pihak manajemen supermarket dan perusahaan lebih memperhatikan
produk tersebut masih banyak atau tidak di tempat-tempat yang telah di
tetapkan.
2. Kelemahan atribut susu bubuk Wyeth terdapat pada atribut harga, aroma
dan desain. Hai ini dapat dijadikan prioritas utama dalam memperbaiki
kualitas produk pada susu bubuk tersebut.
3. Pada strategi harga dan strategi promosi yang dinilai kurang baik, maka
manajemen supermarket dan perusahaan dapat bekerjasama untuk
memberikan potongan harga dan promosi pada produk susu bubuk Wyeth.
DAFTAR PUSTAKA
Ardiany. 2002. Analisis perilaku pembelian Susu Cair Kemasan dan Implikasinya
pada Bauran Pemasaran. Skripsi. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian
Bogor. Bogor.
Badan Pusat Statistika. 2005. Penduduk dan Tenaga Kerja. Badan Pusat Statistika
Bogor. Bogor.
Badan Pusat Statistik. 2006. Kabupaten Bogor Dalam Angka 2006. Bogor.
David, F.R. 1998. Manajemen Strategis Konsep. Edisi Ketujuh. Jakarta.
Prenhallindo.
GKSI, 2002. Company Profile. Gabungaan Koperasi Susu Indonesia. Bandung.
Handoko. 1997. Manajemen Pemasaran; Analisa perilaku Konsumen. BPFF.
Yogyakarta.
Indocommercial. Juli 2003. Infant Porridge. Jakarta. CIC.
Kotler, Philip. 2000. Manajemen Pemasaran. Edisi Milenium. Prehalindo,
Jakarta.
K. Ratna, Findita. 2004. Analisis Penentuan Posisi Produk (Product Positioning)
Susu Pasteurisasi Merk Alam Murni. Skripsi. Jurusan Sosial Ekonomi
Pertanian. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor.
Maryana, D. P. Ira. 2007. Positioning Produk Ayam Goreng dan Faktor-faktor
yang Mempengaruhi Konsumen Dalam Memilih Restoran Fried
Chicken. Skripsi. Fakultas Pertanian Bogor. Bogor.
Nazir, M. Ph.D. 1998. Metode Penelitian. Cetakan ketiga. Penerbit Ghalia
Indonesia. Jakarta
Oktantri, D. Bestari. 2003. Analisis Product Positioning Teh Poci Bubuk dan
Implikasinya Terhadap Bauran Pemasaran PT Gunung Slamat. Skripsi.
Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Putricia, 2002. Analisis Positioning Produk Jamu Kesehatan Merek Bukti Mentjos
pada Industri Jamu Tradisional Bukti Mentjos, Jakarta Pusat. Skripsi.
Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor.
Swatsha, Sukotjo. 2000. Pengantar Bisnis Modern. Edisi Ketiga. Liberty.
Yogyakarta
Sembiring, E. Debora. 2006. Analisis Posisi Produk (Product Positioning) Sosis
Sapi Merk Farmhouse. Skripsi. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian
Bogor. Bogor.
Simamora, B. 2004. Panduan Riset Perilaku Konsumen. Gramedia Jakarta.
Tjiptono, Fandy. 2000. Strategi Pemasaran. Edisi ke 2. Cetakan Keempat.
Penerbit Andi. Yogyakarta.
Ratna, Findita. 2004. Analisis Penentuan Posisi Produk (Product Positioning)
Susu Pasteurisasi Merek Alam Murni. Studi Kasus di Bandung. Skripsi.
Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
LAMPIRAN
Lampiran 1. Kuisioner Responden
KUISIONER
Kepada Yth Bapak/Ibu/Saudara, Saya Naomi Mutiara Erita S,
Nrp A14103571 sedang melakukan penelitian yang berjudul “Analisis Posisi
Produk Susu Bubuk Wyeth dan Implikasinya terhadap Bauran Pemasaran (Kasus
tiga Supermarket di Kota Bogor). Saya mohon kepada Bapak/Ibu/saudara untuk
berkenan mengisi kuisioner dalam rangka mencari informasi tentang produk susu
bubuk Wyeth yang akan saya teliti, sebelum dan sesudahnya saya ucapkan banyak
terima kasih.
No
Nama Responden
Alamat
:
:
:
Berikan tanda silang (x) pada nomor pilihan jawaban anda:
A. Identitas Responden
1. Usia Anda saat ini ?
a. 20-25 tahun
b. 26-35 tahun
c. 36-45 tahun
d. 46-55 tahun
e. > 55 tahun
2. Jenis Kelamin Anda?
a. Pria
b. Wanita
3. Pekerjaan Anda?
a. Pelajar/Mahasiswa
b. Pegawai Negeri
d. Wiraswasta
e. Ibu Rumah Tangga
c. Pegawai Swasta
4. Pendidikan Terakhir Anda?
a. SD
b. SLTP
c. SMU
f. Lainnya, sebutkan…
d. Diploma/Akademi
e. S1
f. S2
g. S3
5. Pengeluaran Anda sebulan?
a. < Rp 450.000,b. Rp 450.000 - Rp 750.000,c. > Rp 750.000 - 1.000.000,d. > Rp 1.000.000,-
B. Pendapat/Persepsi Konsumen Mengenai Susu Bubuk Formula Bayi
Wyeth Merek Promil Gold
1. Saat ini berapa usia anak anda?
a. 1-2 tahun
c. 5 tahun
b. 3-4 tahun
d. lebih dari 5 tahun
2. Darimana anda mendapatkan informasi tentang susu bubuk wyeth Promil
Gold?
a. Dari teman
d. Melihat di toko/supermarket/warung
b. Dari iklan
e. Resep dari Dokter
c. Dari keluarga
f. Lainnya, sebutkan…..
3. Apa alasan Anda untuk mengkonsumsi susu wyeth Promil Gold?
a. Manfaat dan kegunaan dari susu wyeth tersebut
b. Hanya coba-coba
c. Terpengaruh oleh orang lain
d. Kemudahan mendapatkan susu wyeth dimana saja
e. Sudah terbiasa mengkonsumsi produk susu wyeth
f. Zat gizi yang terkandung
4. Apa yang menjadi petimbangan anda memilih mengkonsumsi susu merek
tersebut di atas?
a. Rasa
d. Aroma
b. Volum
e. Kemasan
c. Harga
f. Lainnya, sebutkan……
5. Berapa banyak susu bubuk kemasan yang anda beli untuk dikonsumsi oleh
anak anda dalam seminggu?
a. 150 gr
d. 500 gr
b. 300 gr
e. 600 gr
c. 400 gr
f. lebih dari 600 gr
6. Susu bubuk bayi dalam kemasan apakah yang anda suka konsumsi?
a. Kotak
b. Kaleng
7. Seandainya merek yang biasa anda beli tidak tersedia, apakah akan anda
lakukan?
a. Tidak membeli
c. Mencari di tempat lain
b. Membeli merek lain
d. Lainnya, sebutkan……
8. Pertimbangan apa yang menyebabkan anda membeli produk susu wyeth merek
Promil Gold?
a. Terdaftar di Depkes
d. Mudah diperoleh
b. Mutu/kualitas terjamin
e. Sudah terbiasa mengkonsumsinya
c. harga yang sesuai
f. Merek terkenal
9. Siapa yang mempengaruhi pembelian susu wyeth Promil Gold tersebut?
a. Inisiatif sendiri
d. Teman
b. Orang tua
e. Televisi
c. Iklan
f. Lainnya, sebutkan……
10. Dimana anda biasanya membeli susu wyeth Promil Gold tersebut?
a. Supermarket
d. Lainnya, sebutkan……
b. Warung
c. Toko
11. Bagaimana anda memutuskan untuk membeli susu bubuk kemasan ( jawaban
boleh lebih dari satu )
1. Selalu merencanakan membeli sejak dari rumah
2. Tergantung situasi anda pada saat itu
3. mendadak membeli setelah berada di sebuah toko/supermarket
4. Tidak pernah direncanakan
5. Lainnya, sebutkan……
12. Bagaimana sikap anda jika terjadi kenaikan harga susu bubuk wyeth?
a. tetap membeli
c. Tidak membeli sama sekali
b. Ganti merek
13. Apakah anda menginginkan adnya variasi rasa dalam susu bubuk?
a. Ya
b. Tidak
14. Apakah Atribut-atribut yang anda pilih dalam produk susu bubuk?
a. Harga
f. Isi kemasan
b. Aroma
g. Mudah diperoleh
c. Merek terkenal
h. Komposisi gizi
d. Desain
i. Manfaat susu
e. Kekentalan
C. TINGKAT KEPENTINGAN SUSU BUBUK WYETH
Berikut ini adalah beberapa atribut yang merupakan ciri-ciri dari suatu produk
susu bubuk pada umumnya, Berikan penilaian anda, seberapa penting atributatribut berikut harus dimiliki oleh suatu produk susu bubuk sehingga membuat
anda berkeinginan untuk membelinya.
Skala penilaian meliputi:
1 = Sangat tidak penting
4 = Penting
2 = Tidak penting
5 = Sangat penting
3 = Biasa saja
Tingkat Kepentingan
Atribut Produk
1
2
3
4
5
Harga
Aroma Seduhan
Kekentalan
Komposisi Gizi
Manfaat Susu
Kemudahan Memperoleh
Desain kemasan
Isi kemasan
Kepopuleran merek
D. EVALUASI ATRIBUT
Silahkan anda mengisi tabel berikut sesuai keyakinan anda akan atribut-atribut
suatu merek susu bubuk yang ditanyakan. Berilah tanda silang (√) pada kolom
yang sesuai dengan jawaban anda.
SUSU BUBUK VITALAC
Atribut Produk
5
Harga mahal
Aroma Wangi
Kental
Komposisi gizi
Manfaat susu
Mudah diperoleh
Desain kemasan
Isi kemasan sesuai
Merek terkenal
SKALA PENILAIAN
4
3
2
1
Sangat setuju
Sangat setuju
Sangat setuju
Sangat setuju
Sangat setuju
Sangat setuju
Sangat setuju
Sangat setuju
Sangat setuju
Sangat tidak setuju
Sangat tidak setuju
Sangat tidak setuju
Sangat tidak setuju
Sangat tidak setuju
Sangat tidak setuju
Sangat tidak setuju
Sangat tidak setuju
Sangat tidak setuju
SUSU BUBUK LACTOGEN
Atribut Produk
5
SKALA PENILAIAN
4
3
2
1
Harga mahal
Aroma Wangi
Kental
Komposisi gizi
Manfaat susu
Mudah diperoleh
Desain kemasan bagus
Isi kemasan sesuai
Merek terkenal
Sangat setuju
Sangat setuju
Sangat setuju
Sangat setuju
Sangat setuju
Sangat setuju
Sangat setuju
Sangat setuju
Sangat setuju
Sangat tidak setuju
Sangat tidak setuju
Sangat tidak setuju
Sangat tidak setuju
Sangat tidak setuju
Sangat tidak setuju
Sangat tidak setuju
Sangat tidak setuju
Sangat tidak setuju
SUSU BUBUK NUTRILON
Atribut Produk
5
Harga mahal
Aroma Wangi
Kental
Komposisi gizi
Manfaat susu
Mudah diperoleh
Desain kemasan bagus
Isi kemasan sesuai
Merek terkenal
SKALA PENILAIAN
4
3
2
1
Sangat setuju
Sangat setuju
Sangat setuju
Sangat setuju
Sangat setuju
Sangat setuju
Sangat setuju
Sangat setuju
Sangat setuju
Sangat tidak setuju
Sangat tidak setuju
Sangat tidak setuju
Sangat tidak setuju
Sangat tidak setuju
Sangat tidak setuju
Sangat tidak setuju
Sangat tidak setuju
Sangat tidak setuju
SUSU BUBUK SGM
Atribut Produk
5
Harga mahal
Aroma Wangi
Kental
Komposisi gizi
Manfaat susu
Mudah diperoleh
Desain kemasan bagus
Isi kemasan sesuai
Merek terkenal
Sangat setuju
Sangat setuju
Sangat setuju
Sangat setuju
Sangat setuju
Sangat setuju
Sangat setuju
Sangat setuju
Sangat setuju
SKALA PENILAIAN
4
3
2
1
Sangat tidak setuju
Sangat tidak setuju
Sangat tidak setuju
Sangat tidak setuju
Sangat tidak setuju
Sangat tidak setuju
Sangat tidak setuju
Sangat tidak setuju
Sangat tidak setuju
Lampiran 2. Hasil Output Positioning susu bubuk Wyeth, Lactogen,
Nutrilon, Vitalac dan SGM
The table to be analyzed:
1
2
Lactogen Nutrilon
Margin
1
159
2
159
3
121
4
220
5
167
6
250
7
250
8
238
9
165
3
SGM
4
Vitalac
5
Wyeth
25
44
35
31
24
26
50
45
25
13
25
27
18
15
36
45
49
41
35
50
26
46
38
32
25
50
50
50
50
50
50
50
50
50
50
45
50
43
50
50
35
50
39
25
16
-------- -------- -------- -------- -------- ------Margin
327
416
359
313
314
1
2
Lactogen Nutrilon
3
SGM
4
Vitalac
5
Wyeth
.220
.195
.151
1729
The Rowprofiles:
Margin
1
1.000
.157
.277
2
1.000
3
1.000
4
1.000
5
1.000
6
1.000
7
1.000
8
1.000
9
1.000
.164
.314
.283
.157
.082
.207
.223
.149
.124
.298
.205
.223
.186
.159
.227
.156
.275
.228
.192
.150
.200
.200
.200
.200
.200
.200
.200
.200
.200
.200
.189
.210
.181
.210
.210
.212
.303
.236
.152
.097
-------- -------- -------- -------- -------.189
.241
.208
.181
.182
Margin
C
Lampiran 3.
The Columnprofiles:
1
2
Lactogen Nutrilon
3
SGM
4
Vitalac
5
Wyeth
Margin
1
.092
2
.092
3
.070
4
.127
5
.097
6
.145
7
.145
8
.138
9
.095
Margin
Dimension
1
2
3
4
Total
.076
.106
.097
.099
.076
.080
.120
.125
.080
.041
.076
.065
.050
.048
.115
.138
.118
.114
.112
.159
.080
.111
.106
.102
.080
.153
.120
.139
.160
.159
.153
.120
.139
.160
.159
.138
.120
.120
.160
.159
.107
.120
.109
.080
.051
-------- -------- -------- -------- -------1.000
1.000
1.000
1.000
1.000
Singular
Value
.16912
.07094
.04293
.02277
Inertia
Proportion
Explained
Cumulative
Proportion
.02860
.00503
.00184
.00052
--------.03599
.795
.140
.051
.014
---------1.000
.795
.934
.986
1.000
---------1.000
Row Scores:
Row
Marginal
Profile
1
2
3
4
5
6
7
8
9
.092
.092
.070
.127
.097
.145
.145
.138
.095
Dim
1
2
-.267
-.801
.679
.296
-.288
.204
.204
.262
-.567
.104
-.130
-.671
-.236
.093
.218
.218
.243
-.272
C
Lampiran 4.
Contribution of row points to the inertia of each dimension:
Row
Marginal
Profile
1
2
3
4
5
6
7
8
9
.092
.092
.070
.127
.097
.145
.145
.138
.095
Dim
1
2
.039
.014
.349
.022
.191
.445
.066
.100
.047
.012
.036
.097
.036
.097
.056
.114
.182
.100
-------- -------1.000
1.000
Contribution of dimensions to the inertia of each row point:
Row
Marginal
Profile
1
2
3
4
5
6
7
8
9
.092
.092
.070
.127
.097
.145
.145
.138
.095
Dim
1
2
Total
.678
.972
.700
.781
.736
.607
.607
.701
.810
.043
.011
.287
.209
.032
.290
.290
.254
.078
Dim
1
2
.138
-.112
Column Scores:
Column
1 Lactogen
Marginal
Profile
.189
.721
.983
.986
.990
.768
.896
.896
.955
.888
2
3
4
5
Nutrilon
SGM
Vitalac
Wyeth
.241
.208
.181
.182
-.385
-.370
.044
.746
-.238
.046
.528
-.147
C
Contribution of column points to the inertia of each dimension:
Column
1
2
3
4
5
Lactogen
Nutrilon
SGM
Vitalac
Wyeth
Marginal
Profile
.189
.241
.208
.181
.182
Dim
1
2
.021
.033
.211
.193
.168
.006
.002
.713
.598
.055
-------- -------1.000
1.000
Download