26 BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Kegiatan penelitian dilakukan di Laboratorium Virologi, Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor dan Laboratorium Biologi Molekuler, Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian (BB-BIOGEN), Cimanggu-Bogor, sejak Juni 2008 hingga Februari 2010. Metode Penelitian Kegiatan penelitian ini meliputi lima tahapan utama yaitu: (1) isolasi DNA total Begomovirus, (2) amplifikasi DNA Begomovirus, (3) kloning DNA Begomovirus hasil amplifikasi dan konfirmasi klon rekombinan, (4) karakterisasi gen Begomovirus dan (5) hibridisasi DNA dengan pelabelan digoxigenin menggunakan DIG-High Prime DNA labeling and Detection Starter Kit I (Roche 2004). Isolasi DNA Total Begomovirus Isolat Begomovirus dalam penelitian ini berasal dari tanaman tomat yang terinfeksi oleh Begomovirus yang diperoleh dari Segunung-Cianjur, SeyeganSleman, Ngluwar-Magelang dan Sedan-Rembang. DNA total diperoleh dengan teknik isolasi DNA metode CTAB (Doyle & Doyle 1990). Tahapan isolasi DNA total diawali dengan memanaskan 10 ml bufer ekstraksi (2% CTAB, 100 mM Tris-HCl, pH 8, 10 mM EDTA, 1,4 M NaCl, 1% 2-β-merkaptoetanol) dalam penangas air pada suhu 65°C. Sampel daun tanaman sakit (seberat 0,1 gram) digerus sampai lembut dengan menggunakan mortar dengan bantuan nitrogen cair. Hasil gerusan dimasukkan ke dalam tabung mikro berukuran 1,5 ml dan ditambahkan 500 μl bufer ekstraksi yang sudah dipanaskan kemudian dicampur dengan baik. Campuran hasil gerusan dan bufer ekstraksi diinkubasi pada suhu 65 °C selama 60 menit dan setiap 10 menit tabung mikro dibolak-balik untuk membantu proses lisis. Setelah 60 menit, campuran tersebut diambil dari penangas air dan didiamkan sebentar (2 menit) pada suhu ruang, kemudian ditambahkan 500 μl campuran Kloroform:Isoamilalkohol (CI) dengan perbandingan 24:1. Agar tercampur dengan baik, tabung divorteks selama 5 menit 27 kemudian disentrifugasi selama 15 menit pada kecepatan 12.000 rpm. Supernatan yang terbentuk diambil secara hati-hati dan dipindahkan ke tabung mikro yang baru, lalu ditambahkan 0,1 volume sodium asetat 3 M CH3COONa, pH 5,2 (408,1 g Na-asetat.3H2O di dalam 800 ml H2O) dan dicampur dengan baik. Setelah itu, ditambahkan lagi dengan 2/3 x volume isopropanol atau 2,5 x volume etanol absolut yang bertujuan untuk mengendapkan DNA dengan membolak-balik tabung perlahan. Selanjutnya dilakukan inkubasi pada suhu -20°C selama 60 menit atau semalam, kemudian disentrifugasi pada kecepatan 12.000 rpm selama 10 menit untuk mengendapkan DNA. Endapan DNA yang diperoleh kemudian dikeringanginkan. Sebagai tahap akhir dari isolasi DNA adalah pencucian dan suspensi DNA. Pencucian DNA dilakukan dengan etanol 70% yang berfungsi untuk membersihkan sisa-sisa garam maupun kontaminan lainnya yang mengendap. Selanjutnya endapan dilarutkan dengan bufer TE 1x (10 mM Tris-HCl, pH 8, 1 mM EDTA) sebanyak 50-100 μl. Amplifikasi DNA Begomovirus Amplifikasi DNA Begomovirus dilakukan dengan teknik PCR yang dilakukan mengikuti prosedur Rojas et al. (1993) dengan primer spesifik untuk gen AV1 Begomovirus yaitu: CPPROTEIN-V1 dan CPPROTEIN-C1 yang akan mengamplifikasi bagian gen protein selubung (coat protein). Sekuen nukleotida primer CPPROTEIN-V1 TCGAAGCGACCCGCCGA-3’ yaitu: sedangkan 5’TAATTCTAGATG CPPROTEIN-C1 yaitu: 5’- GGCCGAATTCTTAATTTTGAACAGAATCA-3’ (AVRDC, Taiwan). Program amplifikasi terdiri atas 30 siklus dengan tahapan: predenaturasi pada suhu 940C selama 4 menit, denaturasi (fase pemisahan utas DNA) pada suhu 940C selama 1 menit, annealing (pengintegrasian primer) pada suhu 500C selama 2 menit, amplifikasi (sintesis untaian DNA baru) pada suhu 720C selama 3 menit dan tahapan pasca extention pada suhu DNA 720C selama 5 menit. DNA hasil amplifikasi dielektroforesis pada gel agarosa 1% dan divisualisasi di bawah UV transiluminator. Untuk memperoleh fragmen tunggal DNA yang tidak tercampur dari fragmen DNA lainnya, fragmen DNA yang teramplifikasi dielusi dengan menggunakan QIAquick Gel Extraction Kit (Qiagen). Selanjutnya fragmen DNA 28 dikonfirmasi dengan perunutan nukleotida dan digunakan sebagai DNA sisipan (insert) dalam proses ligasi. Pengklonan DNA Begomovirus Hasil Amplifikasi Tahapan pengklonan meliputi 3 kegiatan yaitu: Ligasi, Transformasi dan Konfirmasi klon rekombinan. Ligasi Ligasi merupakan proses penyambungan antara vektor dan DNA sisipan dengan bantuan enzim ligase. Ligasi dilakukan mengikuti metode Promega (2007). Fragmen DNA hasil amplifikasi PCR disisipkan pada plasmid pGEM -T Easy dengan bantuan enzim ligase. Reaksi ligasi terdiri atas 60 ng fragmen DNA, 50 ng DNA vektor pGEM-T Easy, 5 μl 2x bufer ligasi T4 DNA ligase, 1 μl T4 DNA Ligase (3 Weiss Unit/μl) dan ditambahkan ddH2O sampai mencapai volume akhir 10 μl. Bahan-bahan yang sudah dicampur dalam tabung mikro kemudian diinkubasi pada suhu 4oC selama 16 jam. Transformasi Tahapan ligasi dilanjutkan dengan proses introduksi rekombinan yang dilakukan mengikuti metode Sambrook (1989). Hasil ligasi diintroduksi ke dalam sel E. coli DH5α yang kompeten sebagai inang, kemudian ditumbuhkan dalam media yang mengandung agen seleksi untuk mengetahui adanya sisipan di dalam plasmid. Penyiapan Bakteri Kompeten. Bakteri E. coli DH5α yang akan digunakan dalam tahapan transformasi harus berada dalam kondisi kompeten. Penyiapan bakteri kompeten dilakukan mengikuti metode Sambrook (1989). Sebuah koloni bakteri E. coli DH5α dari biakan media LB agar (1% Bacto tryptone, 0,5% yeast extract, 0,5% NaCl, pH 7) diambil dan dikulturkan dalam 50 ml medium LB cair pada suhu 37oC di dalam penggoyang (shaker) pada 200-250 rpm selama 16-18 jam. Kultur E. coli DH5α tersebut diambil sebanyak 1 ml, diinokulasi pada 10 ml media LB cair, serta diinkubasi pada kondisi yang sama dengan sebelumnya sampai diperoleh kerapatan optik A600=0,4-0,5. Selanjutnya kultur bakteri diinkubasi dalam es selama 10 menit dan dilanjutkan dengan proses pengendapan dengan sentrifugasi pada kecepatan 5000 rpm pada suhu 4oC selama 1 menit. 29 Endapan yang diperoleh disuspensi dengan menambahkan 1 ml 0,1 M CaCl2, divortex secara perlahan-lahan dan dibiarkan di dalam es selama 10 menit. Setelah itu suspensi bakteri disentrifugasi pada kecepatan 5000 rpm pada suhu 4oC selama 1 menit. Endapan yang diperoleh kemudian disuspensi dengan hati-hati ke dalam 200 l LB cair dan dibiarkan dalam es selama 15 menit. Bakteri yang kompeten tersebut siap untuk digunakan dalam tahapan transformasi. Introduksi DNA Rekombinan. Introduksi DNA dilakukan dengan mencampurkan 10-50 ng plasmid hasil ligasi (volumenya kurang dari 10 μl) dengan 100-200 μl bakteri kompeten dalam 1,5 ml tabung mikro dan setelah itu diinkubasi pada es selama 15 menit. Selanjutnya dilakukan perlakuan panas (heat shock) pada suhu 42oC selama 90 detik dan segera diinkubasi pada es selama 2 menit. Sebanyak 250 μl media LB diinkubasi pada suhu 37oC selama 60 menit dengan kecepatan 250 rpm. Setelah itu bakteri disebar pada media LB padat yang telah mengandung 100 mg/l ampisilin. Pada media LB ditambahkan juga 0,1 M IPTG (10 μl/ cawan) dan 2% X-Gal (50 μl/ cawan) untuk memudahkan seleksi koloni. Biakan tersebut dinkubasi pada suhu 37oC semalam. Konfirmasi Klon Rekombinan Konfirmasi klon rekombinan dilakukan melalui beberapa tahapan, yaitu: seleksi plasmid rekombinan dengan media selektif, isolasi plasmid rekombinan, isolasi DNA sisipan melalui pemotongan dengan enzim restriksi EcoR1 dan perunutan DNA (sequensing) terhadap fragmen sisipan dari klon tersebut sehingga klon yang diperoleh dipastikan membawa fragmen DNA target Begomovirus. Seleksi Plasmid Rekombinan dengan Media Selektif. Seleksi plasmid rekombinan dilakukan berdasarkan warna koloni yang tumbuh pada media selektif (LB + Ampisilin + IPTG/X-Gal). Koloni berwarna putih akan dipilih dan dikonfirmasi pada tahapan berikutnya. Isolasi Plasmid Rekombinan. Isolasi plasmid dilakukan dengan menggunakan GeneJet Plasmid Miniprep Kit (Fermentas 2006). Koloni E. coli yang mengandung plasmid rekombinan ditumbuhkan dalam 2 ml media LB yang mengandung 100 mg/l ampisilin dan diinkubasi di dalam shaker (250 rpm) pada suhu 37oC selama semalam. Biakan bakteri dalam volume besar kemudian dibagi 30 kedalam tabung mikro yang pangkalnya meruncing (konical). Setelah itu bakteri diendapkan dengan sentrifugasi pada 13.000 rpm, pada suhu 4oC selama 5 menit dan hasil endapan bakteri disuspensi dalam 250 μl bufer resuspensi sel (50 mM Tris HCl, pH 7,5, 10 mM EDTA). Setelah tersuspensi dengan baik, yaitu ditandai dengan tidak adanya endapan (atau gumpalan), bakteri dilisis dengan penambahan 250 μl bufer lisis (0,2 M NaOH; 1% SDS). Supaya bufer lisis tercampur rata, tabung reaksi dibalik-balikkan sebanyak 4-6 x dan dibiarkan 1-2 menit. Bakteri yang telah lisis ditambah 350 μl bufer netralisasi (1,32 M potasium asetat, pH 4,8) dan tabung reaksi dibalik-balikkan 4-6 x hingga bufer netralisasi tercampur merata. Campuran kemudian disentrifugasi pada kecepatan 13.000 rpm selama 2 menit. Cairan jernih dibagian atas diambil dan dipindahkan ke kolom tabung reaksi yang bersih. Setelah itu ditambahkan 500 μl bufer pencuci dan disentrifugasi pada kecepatan 13.000 rpm selama 1 menit, diulangi kembali kemudian sentrifugasi kolom kosong (tanpa cairan) pada kecepatan 13.000 rpm selama 1 menit. Langkah berikutnya adalah memindahkan kolom ke tabung mikro baru dan steril, menambahkan 50 μl bufer elusi, inkubasi selama 2 menit di suhu ruang dan sentrifugasi kembali pada kecepatan 13.000 rpm selama 2 menit. Isolasi DNA Sisipan Melalui Pemotongan dengan Enzim Restriksi. DNA sisipan dipisahkan dari plasmid pGEM-T menggunakan enzim restriksi EcoR1 (Gambar 3). Gambar 3 Situs pemotongan EcoR1 pada plasmid pGEMT-Easy 31 Sebanyak 10 μl DNA plasmid rekombinan, 2,5 μl larutan penyangga 3NIB dan 1,5 μl enzim restriksi EcoRI (10 unit/μl) dimasukkan ke dalam tabung mikro yang kemudian ditambah H2O hingga volume akhir larutan menjadi 25 μl. Larutan diinkubasi pada suhu 37oC selama 16 jam. Visualisasi hasil pemotongan dengan enzim restriksi dilakukan dengan elektroforesis pada gel agarosa 1,5% seperti diuraikan sebelumnya. Perunutan DNA. Untuk memastikan bahwa fragmen DNA yang diperoleh dari klon rekombinan tersebut adalah DNA Begomovirus maka perlu dilakukan perunutan nukleotida dengan teknik perunutan. Perunutan dilakukan oleh PT. Macrogen, Korea Selatan. Karakterisasi Gen Protein Selubung Begomovirus Gen protein selubung Begomovirus yang diperoleh dalam penelitian ini selanjutnya akan dikarakterisasi melalui beberapa analisis yaitu analisis kesejajaran urutan nukleotida gen protein selubung dengan program BLAST (Basic Local Aligment Search Tools) (http://www.ncbi.nlm.nih.gov/BLAST) dan analisis spesifisitas gen protein selubung dilakukan dengan program multiple alignment, Clustal W (http://www.ebi.ac.uk/Clustal W). Melalui tahapan analisis ini dipastikan bahwa fragmen DNA yang diperoleh adalah DNA Begomovirus dan memiliki tingkat spesifisitas yang tinggi terhadap anggota Begomovirus lainnya sebagai salah satu syarat utama dalam pengembangannya sebagai metode deteksi . Hibridisasi DNA Hibridisasi pelacak DNA sebagai metode deteksi Begomovirus meliputi beberapa tahapan yaitu: persiapan sampel uji, persiapan membran, pelabelan pelacak DNA, prehibridisasi, pencucian membran, hibridisasi dan deteksi. Persiapan Sampel Uji Pengujian spesifisitas pelacak DNA dilakukan dengan menggunakan beberapa tanaman sampel yaitu: tanaman tomat sehat (bebas infeksi virus) sebagai kontrol negatif, tanaman tomat terinfeksi Begomovirus sebagai kontrol positif, tanaman target terdiri dari gulma Babadotan (Ageratum conyzoides) dan tanaman tomat yang dikumpulkan dari lapangan yang menunjukkan gejala infeksi Begomovirus, tanaman yang terinfeksi oleh virus lain terdiri atas tanaman tomat 32 yang terinfeksi ToCV (Tomatto Chlorosis Virus), tanaman cabai yang terinfeksi ChiVMV (Chilli Veinal Mottle Virus) dan tanaman tembakau yang terinfeksi TMV (Tobacco Mosaic Virus). Sampel yang akan digunakan terdiri dari 3 jenis penyiapan: 1) DNA total tanaman yang diperoleh dengan metode ekstraksi Doyle&Doyle yang dimodifikasi (1990), 2) Cairan perasan tanaman yang diperoleh berdasarkan prosedur Gilbertson et al. (1991) yaitu 1 gr daun tanaman dimasukkan ke dalam tabung eppendorf, lalu ditambahkan 200 μl bufer TE (pH 7,5) kemudian digerus dengan pistil dan selanjutnya tabung tersebut disentrifugasi pada 10000 rpm selama 10 menit, dan 3) DNA produk amplifikasi menggunakan primer spesifik AV1 dengan teknik PCR (Rojas et al. 1993). Sebagai pembanding digunakan plasmid rekombinan utuh, sisipan gen protein selubung Begomovirus dan vektor pGEM-T Easy serta beberapa plasmid rekombinan Begomovirus yaitu: plasmid rekombinan gen AV1 TYLCV (TJ Santoso, BB-Biogen), plasmid rekombinan Full Length dan partial PYLCV (WS Tsai, AVRDC). Seluruh sampel yang disiapkan dikuantifikasi (1µg/µl) melalui pengukuran nilai absorbansinya dengan spektrofotometer. Pengujian sensitifitas teknik hibridisasi dilakukan melalui pengenceran berseri terhadap seluruh sampel yaitu: 10, 10-1 , 10-2 ,10 -3 , 10 -4 ,10 -5 -6 , 10 . Persiapan Membran Membran nilon Hybond-N (Roche) dipotong sesuai kebutuhan kemudian dicuci selama 3 menit dalam 50 ml 20x SSC (35,06 g NaCl, 17,64 g Na sitrat dalam 200 ml liter larutan, pH 7), selanjutnya membran dikeringkan di atas kertas saring Whatman steril dan disimpan atau langsung digunakan untuk hibridisasi, dengan meneteskan 1 μl sampel sesuai dengan rancangan perlakuan. Setelah itu membran diberi perlakuan UV-Crosslink di ruang gelap selama 3 menit dan dicuci dengan menggunakan air steril dan dikeringanginkan. Pelabelan Pelacak DNA Di dalam penelitian ini digunakan pelacak DNA spesifik Begomovirus yang berasal dari sisipan gen selubung protein rekombinan Begomovirus Ngluwar. Pelabelan pelacak DNA dilakukan dengan metode Roche (2004). Sebanyak 1 g/ templat DNA dan akuades steril dengan total volume 16 l di inkubasi selama 10 menit di dalam air mendidih (100oC). Setelah itu ditambahkan 4 l DIG-HIGH 33 Prime, dicampur secara merata, dan di sentrifugasi pada kecepatan 10.000 rpm selama 1 menit lalu diinkubasi selama 16 jam pada suhu 37oC. Selanjutnya ditambahkan 2 l 0,2 M EDTA pH 8 untuk menghentikan reaksi pelabelan. Prehibridisasi Membran yang telah diteteskan cairan perasan tanaman terlebih dahulu di prehibridisasi mengikuti metode Roche (2004). Langkah pertama yaitu dengan memanaskan larutan Dig-Easy Hyb (10 ml/100 cm2 membran) pada suhu 37oC selama 30 menit dengan sedikit goyangan. Sementara itu pelacak DNA yang telah dilabel (25 ng/ml) di denaturasi pada suhu 100 oC selama 5 menit dan diinkubasi di es dengan segera. Pelacak DNA tersebut kemudian dicampurkan ke dalam DigEasy Hyb yang telah dipanaskan. Selanjutnya membran dalam campuran tersebut diinkubasi selama 16 jam. Pencucian Membran Membran di cuci dengan larutan yang mengandung 2x SSC dan 0,1% SDS pada suhu 15-25oC dengan sedikit goyangan selama 2x5 menit. Selanjutnya membran dicuci kembali dengan larutan yang mengandung 0,5x SSC dan 0,1% SDS pada suhu 65-68oC dengan sedikit goyangan selama 2x15 menit. Hibridisasi Hibridisasi dilakukan mengikuti metode Roche (2004). Membran yang telah diberi perlakuan pada tahapan sebelumnya di cuci selama 1-5 menit dalam bufer pencuci (0,1 M Maleic acid, 0,15 M NaCl, pH 7,5; 0,3% Tween 20) pada suhu 1525oC dengan sedikit goyangan selanjutnya di inkubasi selama 30 menit pada suhu dan kecepatan goyangan yang sama ke dalam 100 ml Blocking solution. Setelah itu membran dinkubasi ke dalam larutan antibodi selama 30 menit pada suhu dan kecepatan goyangan yang sama. Terakhir membran di cuci dalam bufer pencuci selama 15 menit sebanyak 2 kali. Deteksi Membran yang telah dihibridisasi segera diinkubasi ke dalam 20 ml Detection buffer (0,1 M Tris-HCl, 0,1 M NaCl, pH 9,5) selama 2-5 menit pada suhu 15-25oC dengan sedikit goyangan. Kemudian membran diinkubasi ke dalam 10 ml Color substrate solution di dalam wadah gelap pada suhu 15-25oC dengan sedikit goyangan. Perubahan warna yaitu warna ungu akan terjadi selama inkubasi 34 dan 16 jam inkubasi merupakan waktu maksimum yang dibutuhkan. Reaksi dihentikan dengan cara mencuci membran selama 5 menit dengan menggunakan air steril. Deteksi reaksi hibridisasi yang positif didasarkan pada perubahan warna pada membran tersebut.