MANAJEMEN RISIKO : APLIKASI SIG UNTUK PEMETAAN WILAYAH RAWAN PERUBAHAN IKLIM (CLIMATE CHANGE) Fitri Susilowati1, Lilik Siswanta2 Fakultas Ekonomi Universitas PGRI Yogyakarta1 [email protected], [email protected] ABSTRACT Tujuan penelitian ini adalah melakukan pemetaan terhadap wilayah-wilayah yang rawan terhadap perubahan iklim. Melalui pemetaan dapat diketahui wilayah- wilayah yang rawan terhadap perubahan iklim, sehingga petani dapat melakukan manajemen produksi yang tepat supaya risiko dapat dikurangi. Sektor pertanian tidak terkecuali tembakau merupakan komoditas yang rentan karena perubahan iklim. Perubahan iklim adalah fenomena alam yang tidak bisa dihindari. Gejala dari fenomena alam ini adalah bencana curah hujan, kelembaban, penyinaran dan suhu banjir, kekeringan atau pergeseran musim. Bila gejala ini tidak diantisipasi maka petani berpotensi mengalami kerugian dan produksi tembaku di temanggung sebagai tulang punggung perekonomian Provinsi Jawa Tengah menurun. Metode penelitian yang digunakan memfokuskan pada aplikasi Sistem Informasi Geografi (SIG). SIG digunakan untuk mengetahui wilayah pertanian yang rawan terhadap perubahan iklim. Secara umum Sistem Informasi Geografis harus dilakukan dengan tahapan-tahapan. Pada tahap pertama penelitian ini Sistem Informasi Geografi diperlukan untuk menentukan karakteristik daerah dengan potensi bencana yang mungkin timbul. Berdasarkan data curah hujan dan produksi tembakau dengan aplikasi Sistem Informasi Geografi (SIG) wilayah yang rawan terhadap perubahan iklim adalah kecamatan yang memiliki produksi tembakau tinggi dan curah hujan yang dinamis. Wilayah yang rawan adalah kecamatan Parakan, Kecamatan Ngadirejo dan Kecamatan Bansari. Kata kunci : manajemen, risiko, perubahan iklim, SIG PENDAHULUAN Perubahan iklim dapat menimbulkan curah hujan dan kejadian iklim yang ekstrim, peningkatan suhu udara dan peningkatan muka air laut yang dapat mempengaruhi produksi pertanian dan kondisi sosial-ekonomi petani (Pusfatsatklim LAPAN, 2009). Dampak dari perubahan iklim tersebut, iklim menjadi sulit untuk diprediksikan kapan turunnya hujan atau musim kemarau. Sektor pertanian merupakan salah satu yang terkena dampak perubahan iklim tersebut. Pertanian tembakau di Temanggung merupakan salah yang terkena imbas dari perubahan iklim tersebut. Tanaman tembakau merupakan jenis tanaman yang hidup pada iklim kering. Pertumbuhannya sangat dipengaruhi faktor iklim, diantaranya curah hujan, kelembaban, penyinaran dan suhu curah hujan. Faktor yang paling berpengaruh adalah curah hujan. Pada proses panen, pemeraman, perajangan dan penjemuran tembakau juga sangat dipengaruhi oleh iklim. Jika perubahan iklim menjadi tidak menentu, akan berdampak pada penurunan kualitas tembakau, gagal tanam, gagal panen, dan bahkan menyebabkan puso. Perubahan Iklim yang tidak menentu, mendorong petani untuk dapat melakukan manajemen produksi yang baik, supaya dapat meminimalkan kerusakan atau kerugian yang diderita. Pemetaan wilayah yang rentan terhadap perubahan iklim dapat membantu petani dalam 188 Seminar Nasional Universitas PGRI Yogyakarta 2016 ISBN 978-602-73690-6-1 melakukan manajemen produksi tembakau. Petani dapat melakukan manajemen pengelolaan, mulai dari musim tanam dampai musim panen. Aplikasi Sistem Informasi Geografi dapat membantu petani tembakau di Kabupaten Temanggung untuk mengetahui wilayah yang rawan terhadap perubahan iklim tersebut. Sehingga petani dapat mengambil keputusan dan tindakan untuk mengurangi risiko kerugian yang diderita. Manajemen risiko yang tepat dapat meningkatkan produksi tembakau yang berkualitas. . 1.1.Rumusan Masalah Setelah diuraikan pada paragraf sebelumnya, yang mengacu pada fenomena perubahan iklim kemudian muncul pertanyaan untuk penelitian ini yaitu: Di wilayah-wilayah mana sektor pertanian tembakau yang rawan terhadap perubahan iklim? Manajemen risiko tradisional terfokus pada risiko-risiko yang timbul oleh penyebab fisik atau legal (seperti bencana alam atau kebakaran, kematian, serta tuntutan hukum. Manajemen risiko keuangan, di sisi lain, terfokus pada risiko yang dapat dikelola dengan menggunakan instrumen-instrumen keuangan. Sasaran dari pelaksanaan manajemen risiko adalah untuk mengurangi risiko yang berbeda-beda yang berkaitan dengan bidang yang telah dipilih pada tingkat yang dapat diterima oleh masyarakat. Hal ini dapat berupa berbagai jenis ancaman yang disebabkan oleh lingkungan, teknologi, manusia, organis asi dan politik. Di sisi lain pelaksanaan manajemen risiko melibatkan segala cara yang tersedia bagi manusia, khususnya, bagi entitas manajemen risiko (manusia, staff, dan organisasi). 1.2. Sistem Informasi Geografi (SIG) SIG digunakan untuk mengetahui wilayah pertanian yang rawan terhadap perubahan iklim (banjir dan kekeringan). Secara umum Sistem Informasi Geografis harus dilakukan dengan tahapan-tahapan. Pada tahap pertama penelitian ini Sistem Informasi Geografi diperlukan untuk menentukan karakteristik daerah dengan potensi bencana yang mungkin timbul. SIG pada dasarnya adalah jenis khusus sistem informasi yang memperhatikan representasi dan manipulasi realita geografi. SIG mentransformasikan data menjadi informasi dengan mengintegrasikan sejumlah data yang berbeda, menerapkan analisis focus dan menyajikan output dalam pengambilan keputusan (Juppenlatz & Tian, 1996) dalam Kuncoro (2002). Salah satu karakter SIG yang membedakan dengan sistem informasi yang lain adalah kemampuannya untuk memetakan informasi ke dalam suatu koordinat geometrik, dan mengidentifikasi 1.2.Tujuan Berdasarkan pada latar belakang dan rumusan masalah, maka tujuan dari penelitian ini adalah Melakukan pemetaan terhadap wilayah-wilayah yang rawan terhadap perubahan iklim. 1. TINJAUAN PUSTAKA 1.1. Manajemen Risiko Manajemen risiko adalah suatu pendekatan terstruktur/metodologi dalam mengelola ketidakpastian yang berkaitan dengan ancaman; suatu rangkaian aktivitas manusia termasuk: Penilaian risiko, pengembangan strategi untuk mengelolanya dan mitigasi risiko dengan menggunakan pemberdayaan/pengelolaan sumberdaya. Strategi yang dapat diambil antara lain adalah memindahkan risiko kepada pihak lain, menghindari risiko, mengurangi efek negatif risiko, dan menampung sebagian atau semua konsekuensi risiko tertentu. 189 Seminar Nasional Universitas PGRI Yogyakarta 2016 ISBN 978-602-73690-6-1 hubungan antar obyek dalam peta, serta memproses sifat geometrik obyek tersebut dalam konteks spasial. Beberapa operasi utama SIG adalah (Subaryono, 1990): 1. Pengorganisasian data multi disipliner dari berbagai sumber yang mempunyai variabel utama lokasi dan waktu; pengorganisasian data tersebut meliputi penyimpanan, pemanggilan data spasial, numeris, dan tekstual yang berhubungan dengan lokasi geografis. 2. Perbandingan dan/atau kombinasi dua atau lebih variabel dengan referensi geografis (misalnya dengan operasi overlay) untuk mengekplorasi dan memudahkan hubungan antara variabel. 3. Penampilan informasi mengenai kemungkinan perubahan daerah berdasarkan data yang ada sekarang serta skenarion ditetapkan sebelumnya. 2) Berikut adalah beberapa definisi tentang iklim: Sintesis kejadian cuaca selama kurun waktu yang panjang, yang secara statistik cukup dapat dipakai untuk menunjukkan nilai statistik yang berbeda dengan keadaan pada setiap saatnya (World Climate Conference, 1979). Konsep abstrak yang menyatakan kebiasaan cuaca dan unsur-unsur atmosfer disuatu daerah selama kurun waktu yang panjang (Trewartha, 1980). Peluang statistik berbagai keadaan atmosfer, antara lain suhu, tekanan, angin, kelembaban yang terjadi disuatu daerah selama kurun waktu yang panjang (Gibbs, 1987). 1.3. Pengertian Iklim dan Cuaca 1) Ada beberapa definisi tentang cuaca, antara lain: Keadaan atmosfer secara keseluruhan pada suatu saat termasuk perubahan, perkembangan dan menghilangya suatu fenomena (World Climate Conference, 1979). Keadaan variabel atmosfer secara keseluruhan disuatu tempat dalam selang waktu yang pendek (Trewartha, 1980). Keadaan atmosfer yang dinyatakan dengan nilai berbagai parameter, antara lain suhu, tekanan, angin, kelembaban dan berbagai fenomena hujan, disuatu tempat atau wilayah selam kurun waktu yang pendek (menit, jam, hari, bulan, musim, tahun) (Gibbs, 1987). 1.4. Pengertian Perubahan Iklim Perubahan iklim adalah berubahnya kondisi fisik atmosfer bumi antara lain suhu dan distribusi curah hujan yang membawa dampak luas terhadap berbagai sektor kehidupan manusia (Kementerian Lingkungan Hidup, 2001 dalam LAPAN). Perubahan ini tidak hanya terjadi sesaat tetapi dapat terjadi dalam kurun waktu yang panjang. 1.5. Penelitian Terdahulu Penelitian Suryanto dan Gravitiani (2012) memanfaatkan SIG untuk sector pertanian khususnya pertanian padi. Pemetaan yang dilakukan dapat digunakan sebagai dasar pengambilan kebijakan. Prasmatiwi, dkk (2011) dalam penelitiannya yang berjudul Kesediaan Membayar Petani Kopi Untuk Perbaikan Lingkungan. 190 Seminar Nasional Universitas PGRI Yogyakarta 2016 ISBN 978-602-73690-6-1 Penelitian ini bertujuan untuk (1) mengukur tingkat kesediaan membayar external cost petani kopi dalam rangka perbaikan lingkungan dan (2) mengkaji faktor-faktor yang mempengaruhinya. Suryanto (2011) dalam penelitiannya yang berjudul Hubungan Karakteristik Wilayah, Persepsi Individu, dan Perilaku Mitigasi Gempabumi Di Kabupaten Bantul DIY. Penelitian ini mempunyai tujuan yaitu menganalisis tingkat kerentanan dan tingkat kapasitas penduduk dalam menghadapi risiko bencana gempabumi, mengevaluasi hubungan persepsi individu bencana gempabumi dan perilaku mitigasi, dan mengklasifikasikan variabelvariabel persepsi dan sosial-ekonomi yang dapat digunakan untuk memprediksi karakteristik kerawanan wilayah 3. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Wilayah Kabupaten Temanggung Kabupaten Temanggung merupakan terletak di Provinsi Jawa Tengah. Wilayah Kabupaten Temanggung sebagian besar merupakan dataran dengan ketinggian antara 500- 1450 m diatas permukaan air laut. Secara geografis Kabupaten Temanggung o o terletak antara 110 23’ – 110 40’30’’ bujur timur dan 7o14’ – 7o32’35’’ Lintang Selatan. Kabupatn Temanggung terbagi dalam 20 kecamatan, 266 desa dan 23 kelurahan. Kondisi lahan di Kabupaten Temanggung terdiri dari dataran rendah dan dataran tinggi yang berupa lereng gunung dan perbukitan. Keadaan tanah sekitar 50 persen dataran tinggi dan 50 persen dataran rendah. Adapun batasbatas wilayah kabupaten Temanggung adalah sebagai berikut: Sebelah Utara : Kabupaten Kendal dan Kabupaten Semarang Sebelah Selatan : Kabupaten Magelang Sebelah Barat : Kabupaten Wonosobo Sebelah Timur : Kabuapten Semarang dan Kabupaten Magelang 2. METODOLOGI PENELITIAN 2.1. Jenis dan Sumber Data Berdasarkan sumber data, maka data yang digunakan dalam penelitian ini adalah: a) Data Primer: data yang diperoleh dari hasil pengisian kuesioner oleh responden yaitu petani tembakau di Kabupaten Temanggung yang dijadikan sampel. b) Data Sekunder: data yang diperoleh dari hasil pengolahan pihak kedua atau data dari publikasi lain. Data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini diambil dari Dinas Perkebunan Kabupaten Temanggung dan Badan Pusat Statistik Kabupaten Temanggung. 4.2. Identifikasi Wilayah Rawan Mengingat Curah hujan menjadi faktor paling besar pengaruhnya terhadap pertumbuhan, perkembangan, dan kualitas tembakau maka wilayah yang curah hujannya berfluktuasi memiliki tingkat kerawanan lebih tinggi dibandingkan dengan wilayah yang lainnya. Berdasarkan data curah hujan pertahun beberapa wilayah Kabupaten Temanggung memiliki curah hujan yang berfluktuasi. Dengan menggunakan aplikasi Sistem Informasi Geografi dapat dilihat wilayah yang rawan terhadap perubahan iklim. Berikut disajikan 191 Seminar Nasional Universitas PGRI Yogyakarta 2016 ISBN 978-602-73690-6-1 peta Kabupaten Temanggung selama tiga tahun terakhir (2012 – 2014) untuk megidentifikasi wilayah yang rawan. Wilayah kecamatan Parakan terletak pada ketinggian tanah rata-rata 773 m dpl, dengan suhu maksimum 30oC dan suhu minimal 20oC. Luas wilayah 2.222,47 Ha, jumlah desa ada 16. Gambar 1. Peta Kerawanan Produksi Tembakau Kabupa 4.2.2.Deskripsi Produksi Tembakau di Kecamatan Parakan Kecamatan Parakan merupakan salah satu wilayah penghasil tembakau kabupaten Teamanggung. Luas lahan produksi tembakau di kecamatan Parakan mencapai 55,16 %. Perubahan iklim (climate change) berdampak pada pola tanam sehingga petani harus membuat perencanaan produksi yang tepat. Perubahan iklim yang terjadi beberapa tahun terakhir membuat petani tembakau di kecamatan Parakan harus dapat melakukan manajemen produksi yang baik. Hal ini dimaksudkan supaya produktivitas tembakau tetap optimal dan berkualitas. Kualitas tembakau menentukan harga di pasaran. Produktivitas tembakau yang optimal juga dipengaruhi oleh pemilihan lahan dan pengelolaan air dengan penanaman pada lahan yang sesuai antara iklim, tanah dan varietas tembakau. Tanaman tembakau dapat tumbuh baik pada Ph 5,5 – 6,5 dan pada suhu berkisar 18-27oC. Kualitas tembakau biasanya ditandai dengan grade tertentu. Tembakau grade A warna hijan, grade B hijau kuning, grade C kuning, grade D merah, grade E hitam, grade F hitam kriting dan grade G Jarang. Perubahan iklim menyebabkan bergesernya musim tanam dan musim panen. Musim tanam dilakukan pada bulan April, tetapi karena dampak perubahan iklim terjadi pergeseran musim tanam pada bulan Mei. Sedangkan musim panaen dilakukan pada bulan Agustus untuk tembakau grade A,B,C, September untuk tembakau grade D dan Oktober untuk grade E,F,G. Selain berdampak pada musim tanam dan panen, ten Temanggung Berdasarkan data curah hujan TRMM (Tropical Rainfall Measuring Mission) dan produksi tembakau dari keempat peta diatas dapat diidentifikasi wilayah yang rawan terhadap perubahan iklim adalah: 1. Kecamatan Parakan 2. Kecamatan Ngadirejo 3. Kecamatan Bansari Ketiga kecamatan tersebut memiliki karakteristik yang sama sehingga memiliki peluang yang sama untuk dijadikan sebagai tempat penelitian. Berdasarkan pertimbangan tersebut peneliti memilih Kecamatan Parakan untuk dijadikan sebagai tempat penelitian. 4.2.Kecamatan Parakan 4.2.1.Gambaran Umum Kecamatan Parakan Kecamatan Parakan terletak di Kabupaten Temanggung Propinsi Jawa Tengah. Wilayahnya terletak di lereng gunung Sindoro-Sumbing. Batas wilayah kecamatan Parakan adalah sebagai berikut: Sebelah Barat : Kecamatan Kledung, Kecamatan Bansari Sebelah Utara : Kecamatan Ngadirejo, Kecamatan Jumo Sebelah Timur : Kecamatan Kedu, Kecamatan Bulu Sebeleah Selatan : Kecamatan Bulu 192 Seminar Nasional Universitas PGRI Yogyakarta 2016 ISBN 978-602-73690-6-1 curah hujan tinggi akan mengurangi kadar nikotin dalam daun sehingga berdampak pada kualitas daun. Pada musim tanam jika terjadi hujan yang tinggi menyebabkan tanaman tembakau mengalami kerusakan pada bagian akar dan batang. Kerusakan tersebut Kebanyakan terjadinya jika hujan terjadi pada malam hari dikarenakan pada malam hari hujan yang turun membawa banyak bakteri dan matahari tidak ada sehingga tidak terjadi penguapan. Tembakau yang telah dipanen akan masuk pada proses pemeraman untuk menghilangkan warna daunnya menjadi kekuningan dan menurunkan kadar gula. Pada masa panen jika terjadi curah hujan yang tinggi petani akan membuat mulsa dan mengkorek tanah. Waktu yang dibutuhkan untuk pemeraman antara masing-masing grade berbeda. Tembakau grade A,B membutuhkan waktu pemeraman 2 – 3 hari, grade C membutuhkan 5 hari, grade D membutuhkan 5-7 hari, dan tembakau grade E,F,G membutuhkan 7 – 10 hari. Jika curah hujan tinggi menyebabkan udara menjadi lembab sehingga proses perubahan warna pada daun tidak sempurna dan kadang menyebabkan tanaman menjadi busuk dan berjamur. Setelah mengalami proses pemeraman, tembakau akan masuk pada proses perajangan. Tembakau yang telah di Rajang akan di jemur. Proses penjemuran juga sangat tergatung oleh iklim, jika terjadi hujan maka akan berdampak pada kualitas dan waktu yang dibutuhkan. Tembakau dengan grade A,B,C dan D membutuhkan waktu penjemuran 1 hari, tembakau grade E,F,G membutuhkan 2-3 hari. Jika terjadi hujan akan menganggu proses penjemuran dan berdampak pada kualitas tembakau. Selain pola tanam, petani juga harus memperhatikan proses perawatan seperti penyiraman, penyulaman dan pemupukan. Proses perawatan akan berdampak pada kualitas tembakau. Perubahan iklim terutama karena faktor hujan menyebabkan budidaya tembakau memiliki risiko yang tinggi, resiko tersebut terjadi tidak hanya pada masa tanam dan pemeliharaan tetapi juga pada pasca panen. Pada proses produksi tembakau, petani tembakau di kecamatan Parakan mengunakan sistem ijon yang terjadi secara turun temurun dan sulit dihilangkan. Sistem pembagian dengan pengijon adalah 50%, misalnya petani meminjam sejumlah Rp 2.000.000, maka harus mengembalikannya sejumlah Rp 3.000.000,Biaya produksi petani sejumlah Rp 28 juta untuk setiap 1 ha, setiap 1 ha dapat mengasilkan 70 keranjang dan setiap keranjang sejumlah 40 kg. Biaya produksi untuk setiap keranjang sebesar Rp 400.000,5. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1.KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa: 1. Perubahan iklim terutama karena faktor hujan menyebabkan budidaya tembakau memiliki risiko yang tinggi, resiko tersebut terjadi pada kecamatan yang memiliki produksi tembakau tinggi dan curah hujan yang dinamis 2. Wilayah perkebunan tembakau di Kabupaten Temanggung yang rawan terhadap perubahan iklim adalah: Kecamatan Parakan, Kecamatan Ngadirejo dan Kecamatan Bansari 5.2.SARAN Saran untuk pengembangan dan peneliti selanjutnya adalah: Data curah hujan yang digunakan dalam penelitian ini adalah data curah hujan tahunan untuk penelitian selanjutnya dapat menggunakan data curah hujan bulanan sehingga dapat iidentifikasi sesuai musim tanam dan musim panen. 193 Seminar Nasional Universitas PGRI Yogyakarta 2016 ISBN 978-602-73690-6-1 DAFTAR PUSTAKA Badan Pusat Statistik Kabupaten Temanggung. 2010. Kecamatan Bulu dalam angka tahun 2011. Temanggung. Ditjenbun. 2007. Komoditas Tembakau. http://ditjenbun.deptan.go.id/budtansim /. Diakses tanggal 29 Mei 2012. Fauzi, Akhmad. 2006. Ekonomi Sumber Daya Alam dan Lingkungan. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta . 2010. Ekonomi Sumber Daya Alam dan Lingkungan. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Kabuapeten Temanggung dalam Angka 2012, Badan Pusat Statistik Kabupaten Temanggung Kabuapeten Temanggung dalam Angka 2013, Badan Pusat Statistik Kabupaten Temanggung Kabupaten Temanggung dalam Angka 2014, Badan Pusat Statistik Kabupaten Temanggung Kecamatan Parakan dalam Angka 2014, Badan Pusat Statistik Kabuapetn Temanggung Lapan. 2009. Perubahan Iklim di Indonesia. http://iklim.dirgantara-lapan.or.id. Diakses tanggal 29 Mei 2012. Mantra, I. B. 2003. Demografi Umum Edisi Ke 2. Pustaka Pelajar. Yogyakarta. 227 hal. Merryna, Annissa. 2009. Analisis Willingness To Pay Masyarakat Terhadap Pembayaran Jasa Lingkungan Mata Air Cirahab (Desa Curug Goong, Kecamatan Padarincang, Kabupaten Serang, Banten). Skripsi Fakultas Ekonomi Dan Manajemen Institut Pertanian Bogor. Diakses tanggal 21 Oktober 2012. Mudhoffir, A. M dan Abdul A. M. 2011. Hitam-Putih Tembakau. FISIP UI Press. Jakarta. Nasution, Rozaini. 2003. Teknik Sampling. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara. Diakses tanggal 3 Juni 2012. Noviasari W, Drasti. 2011. Efisiensi Penggunaan Faktor Produksi Pada Usahatani Tembakau Rajangan (Nicotiana Tabacum l.) Di Kecamatan Bansari Kabupaten Temanggung. Skripsi Fakultas Pertanian Universitas Jendral Soedirman Purwokerto. Diakses tanggal 29 Mei 2012. Patunru, Arianto A. 2004. Valuasi Ekonomi: Metode Kontinjen.LPEM-FEUI. Jakarta. Pemerintah Kabupaten Temanggung. 2011. Informasi Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kabupaten Temanggung Tahun 2011. Prasmatiwi, F et al,2011. Kesediaan Membayar Petani Kopi Untuk Perbaikan Lingkungan. Jurnal Ekonomi Pembangunan Volume 12, Nomor 2, Desember 2011. Pramesi, Mutiah. 2008. Willingness to Pay Masyarakat Sebagai Respon Terhadap Upaya Perbaikan Kualitas Lingkungan Obyek Wisata Batu Seribu Kab. Sukoharjo Melalui Pendekatan Contingent Valiation Method. Skripsi Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta. Putra, A. W. 2010. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Permintaan Tembakau di Temanggung. Skripsi Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta. Reksohadiprodjo, Sukanto dan Andrean Budi. 2000. Ekonomi Lingkungan. BPFE. Yogyakarta. Rosadi, Dedi. 2012. Ekonometrika dan Analisis Runtun Waktu Terapan. Andi OFFSET: Yogyakarta Saptutyningsih, Endah dan Suryanto. (2010), Pemetaan dan Valuasi Ekonomi Bencana Banjir Daerah Istimewa Yogyakarta, Laporan Penelitian Hibah Bersaing DIKTI, Yogyakarta. Suparmoko.1994. Ekonomi Sumberdaya Alam dan Lingkungan. BPFE-Yogyakarta. Yogyakarta. Suryanto. 2011. Hubungan Karakteristik Wilayah, Persepsi Individu, dan Perilaku Mitigasi Gempabumi di Kabupaten Bantul DIY. Disertasi Suryanto dan Gravitiani, Evi, 2012, Pengembangan Produk Asuransi 194 Seminar Nasional Universitas PGRI Yogyakarta 2016 ISBN 978-602-73690-6-1 Pertanian untuk Mengatasi Perubahan Iklim, LPPM, UNS. Tuwu, Alimuddin. 1993. Pengantar Metode Penelitian. UI Press. Jakarta. 195