BAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi adalah suatu keadaan dimana terjadi peningkatan tekanan darah yang memiliki risiko penyakit jantung, stroke, dan gagal ginjal (Yusuf, 2008). H ipertensi um umnya terjadi tanpa gejala, sebagian besar orang tidak merasakan apa pun, walau tekanan darahnya sudah jauh di atas normal. Oleh karena itu, hipertensi sering dikatakan sebagai pembunuh diam -diam atau the silent killer (WHO, 2013). Pada tahun 2000, lebih dari 25% populasi dunia merupakan penderita hipertensi, atau sekitar 1 miliar orang dan dua pertiga penderita ada di negera berkembang. Prevalensi hipertensi diperkirakan akan terus meningkat, dan diprediksi pada tahun 2025 sebanyak 29% orang dewasa di sel uruh dunia menderita hipertensi (Kearney et al., 2005). Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007 menunjukkan bahwa pravelensi di Indonesia angkanya mencapai 31,7% . Sebesar 7,2% ditetapkan dengan diagnosis tenaga kesehatan dan 7,6% didiagnosis tenaga kesehatan dengan riwayat menggunakan obat (Depkes b RI, 2007 ). Dengan maraknya gerakan kembali ke alam (back to nature), kecenderungan penggunaan bahan obat tradisional di dunia semakin meningkat a (Depkes RI, 2007 ). Prinsip pemakaian obat tradisional pada umumnya bersifat promotif, preventif, kuratif dan paliatif. Sejalan dengan itu, WHO juga 1 2 merekomendasikan penggunaan obat herbal dalam memelihara kesehatan masyarakat serta untuk pencegahan dan pengobatan penyakit terutama penyakit kronis serta penyakit metabolik degenaratif (Katno, 2008). Sejalan dengan perkembangan pengobatan modern yang ad a, pengobatan tradisional dianggap perlu untuk lebih dikembangkan (W ijayakusuma, 2000). Penggunaan obat tradisionalsecara umum dinilai lebih aman daripada penggunaan obat modern. Halini disebabkan karena obat tradisional memiliki efek samping yangrelatif lebih sedikit dari pada obat modern apabila digunakan secara tepat, yang meliputi kebenaran bahan, ketepatan dosis, ketepatan wwaktu penggunaan, ketepatan cara penggunaan, ketepatan telaah informasi, dan tanpa penyalahgunaan obat tradisional itu sendiri. Oleh karena itu, pencarian sumber bahan baku obat dari bahan alam perlu dilakukan (Pramono, 2002; Sari, 2006). Cacing tanahadalah salah satu dari jenis obat tradisional yang banyak digunakan oleh masyarakat.Cacing tanah dipercaya sebagai salah satu obat alam i yang dapat membantu menyembuhkan berbagai macam penyakit. Hal ini disebabkan kandungan gizinya yang cukup tinggi, terutama kandungan proteinnya. Tepung cacing tanah Lumbricus rubellus mengandung protein 63,06% dari bahan kering (Istiqomah et al., 2009). Dalam pengobatan tradisonal Cina, cacing tanah yang dikombinasikan dengan bahan cangkang tiram, magnetit, bunga krisan, akar Rehman nia, akar Achyranthes bidentata, rimpangAcori graminei, buah Prunella vulgaris, danrimpang Alisma orientalis memiliki efek antihipertensi (Wong et al., 1991). Namun selama ini belum ada penelitian ilmiah yang memastikan apakah cacing 3 tanah sebagai zat tunggalmemiliki efek antihipertensi. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk menguji efek antihipertensi pada tikus putih galur SpragueDawley terinduksi fenilefrin yang diukur dengan metode Non-Invasive Blood Pressure System. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang diuraikan sebelumnya dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut: 1. Apakah serbukLumbricus rubellusmemiliki aktivitas antihipertensi pada tikus jantan galur Sprague-Dawley? 2. Berapakah dosis serbukLumbricus rubellus yang memiliki efektivitas penurunan tekanan darah ? 3. Bagaimana perbandingan aktivitas penurunan tekanan darah serbukLumbricus rubellus dengan obat antihipertensi nifedipin? C. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui : 1. M engetahui efek antihipertensi serbukLumbricus rubellus pada tikus jantan galur Sprague-Daw ley yang dibuat hipertensi dengan induksi fenilefrin. 2. M engetahui berapa dosis serbukLumbricus rubellus yang memiliki efektivitas penurunan tekanan darah. 3. M engetahui perbandingan aktivitas penurunan tekanan serbukLumbricus rubellus dengan obat antihipertensi nifedipin. darah 4 D. Manfaat Penelitian Dari penelitian ini diharapkan diperoleh informasi efek antihipertensi dari cacing tanah Lumbricus rubellus secara ilmiah, sehingga dapat berguna bagi masyarakat tentang obat alternatif untuk terapi penyakit hipertensi. E. Tinjauan Pustaka 1. Cacing tanah (Lumbricu s rubellu s) a. Taksonomi M enurut Sims and Gerard (1985), (Lumbricus rubellus) adalah sebagai berikut : Kingdom : Animalia Filum : Annelida Sub Filum : Clitellata Kelas : Oligochaeta Ordo : Haplotaxida Sub Ordo : Lumbricina Super Famili : Lumbricoidea Famili : Lumbricidae Genus : Lumbricus Spesies : Lumbricus rubellus taksonomi cacing tanah 5 b. Kandungan dan manfaat Sejak ribuan tahun lalu Lum bricus rubellus telah banyak digunakan oleh masyarakat Cina sebagai obat berbagai macam penyakit (M ihara et al., 1991). Kandungan gizi Lumbricus rubellus cukup tinggi, terutama kandungan proteinnya. Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa kandungan protein dari tepung L umbricus rubellus 65,63% (Damayanti et al., 2008). Sedangkan kandungan protein dari cacing tanah L umbricus rubellus pada serbuk Fermino ® adalah 72,06%. Kandungan protein cacing tanah jenis Lumbricus rubellus lebih tinggi apabila dibandingkan dengan jenis Lumbricus terretris (32,60%) dan Perionyx excavatus (57,20%) (Istiqomah et al., 2009).Selain prote in, kandungan gizi lainnya yang terdapat dalam tubuh cacing tanah antara lain lemak 8,11%, karbohidrat 8,04%, kalsium, dan besi. Data lengkap kandungan cacing ® tanah Lumbricus rubellus pada serbuk Fermino terlampir (Lampiran 1). Protein yang sangat tinggi pada tubuh L umbricus rubellus ini terdiri dari setidaknya sebelas asam amino esensial dan enam macam asam amino non-esensial. Banyaknya asam amino yang terkandun g dalam tubuh cacing tanah ini memberikan gambaran bahwa tubuhnyamengandung berbagai jenis enzim yang sangat berguna bagi kesehatan manusia. Komposisi asam amino yang terdapat dalam tubuh cacing tanah Lumbricus rubellus dapat dilihat pada tabel I. 6 Tabel I. Kom posisi Asam Am ino pada Cacing Tanah dan Tepung Cacing Tanah (Istiqom ah etal., 2009) Asam Am ino * Cacing Tanah (L. rubellus) Tepung Cacing Tanah (L. rubellus) 0,45 0,52 0,35 0,47 0,45 0,63 0,56 0,51 0,54 0,31 0,43 1,03 1,30 1,72 1,98 1,03 1,91 1,24 1,43 1,16 0,39 0,82 0,98 1,52 0,54 0,35 0,32 0,54 2,38 3,60 0,70 0,55 0,99 0,71 Asam Am ino Essensial Fenilalanin Valin M etionin Isoleusin Treonin Histidin Arginin Lisin Leusin Sistein Tirosin Asam Am ino Non-Essensial Asam Aspartat Asam Glutamat Serin Glisin Alanin Prolin * = berdasarkan bobot kering (% ) M enurut penelitian, cacing tanah dapat menghambat pertumbuhan 5 jenis bakteri, yaitu Salmonella typhimurium, Escherichia coli, Staphylococcus aureus, Bacillus cereus, dan Listeria monocytogenes. Ini menunjukkan bahwa cacing tanah dapat menyembuhkan penyakit yang disebabkan oleh bakteri (Waluyo, 2005).Eksplorasi mendalam tentang penggunaan cacing tanah sebagai obat menunjukkan bahwa cacing tanah bermanfaat sebagai antimikroba (Popović et al., 2005), antiinflamasi (Balamurugan et al., 2009), dan antikanker (Chen et al., 2007). Cacing tanah yang telah dikeringkan juga dilaporkan dapat dipakai untuk menyembuhkan luka, bisul, wasir, radang tenggorokan, rematik, sakit telingga, batuk kronis, TBC, bronkitis, difteri, dan sakit kuning. 7 Cacing tanah juga telah digunakan sebagai aphrodisiac (Ismail et al., 1992). 2. Hipertensi a. Pengertian Hipertensi Istilah hipertensi digunakan untuk peningkatan tekanan darah diastolik atau tekanan darah sistolik di atas nilai normal. Tekanan darah normal didefinisikan sebagai tekanan darah sistolik <120 mmHg (tetapi >90 mmHg) dan tekanan darah diastolik <80 mmHg (tetapi >60 mmHg). Tekanan diastolik 80-89 mmHg dan tekanan darah sistolik 120-139 mmHg merupakan kelompok prahipertensi. Hipertensi didefinisikan sebagai tekanan darah ≥ 140/9 0 mmHg (Klabunde, 2012). Sedangakan menurut M utschler (1986), hipertensi adalah suatu peningkatan tekanan darah arteri melebihi normal dan peningkatan ini bertahan. b. Klasifikasi Hipertensi M enurut The Eighth Joint National Com mittee (JNC-8, 2013) klasifikasi tekanan darah pada orang dewasa terbagi menjadi kelompok normal, prahipertensi, hipertensi stadium 1, dan hipertensi stadium 2. Klasifikasi tekanan darah dapat dilihat pada tabel II. 8 Tabel II. Klasifikasi Tekanan Darah pada Orang Dewasa (JNC-8, 2013) Klasifikasi Tekanan Darah Normal Prehipertensi Stadium 1 Stadium 2 c. Tekanan Darah Diastolik (m m Hg) Tekanan Darah Sistolik (m m Hg) < 120 120-139 140-159 ≥ 160 dan atau atau atau < 80 80-89 90-99 ≥ 100 Etiologi Hipertensi Berdasarkan penyebabnya hipertensi dibagi menjadi 2 golongan, yaitu: hipertensi esensial atau hipertensi primer dan hipertensi sekunder atau hipertensi renal (Setiawati & Bustami, 2003). 1.) Hipertensi esensial Hipertensi esensial atau yang disebut juga hipertensi primer adalah hipertensi yang tidak jelas etiologinya. Lebih dari 90% kasus hipertensi termasuk kelompok ini. Kelainan utama hemodinamik utama pada hipertensi esensial adalah peningkatan resisten perife r. Penyebab hipertensi esensial adalah multifaktorial, terdiri dari faktor genetik dan lingkungan. Faktor keturunan bersifat poligenik dan terlihat dari adanya riwayat penyakit kardiovaskular dalam keluarganya. Faktor predisposisi genetik ini dapat berupa sensitivitas terhadap natrium, kepekaan terhadap stres, peningkatan reaktivitas vaskular (terhadap vasokonstriktor), resistensi insulin. Paling sedikit ada 3 faktor lingkungan yang dapat menyebabkan hipertensi, yakni makan garam (natrium) berlebih, stres psikis, dan obesitas. 9 2.) Hipertensi sekunder Pravelensi hipertensi sekunder ini hanya sekitar 5 -8% dari seluruh penderita hipertensi. Hipertensi sekunder dapat disebabkan oleh : a.) Penyakit ginjal (hipertensi renal), dapat berupa hipertensi renovaskular (stenosis arteri ginjal dan vaskulitis intrarenal) dan hipertensi akibat lesi pada parenkim ginjal (glomerulonefritis, penyakit ginjal polikistik, dll). b.) Penyakit endokrin (hipertensi endokrin), misalnya akibat kelainan korteks adrenal (aldosteronisme primer, sindrom Cushing), tumor di medula adrenal, akromegali, hipotiroidisme, hipertiroidisme, hiperparatiroidisme, dll. c.) Penyakit lain yang dapat menimbulkan hipertensi seperti koarktasio aorta, kelainan neurologik, stres akut, polisitemia, dll. d.) Obat-obatan, misalnya adrenokortikotropik, kontrasepsi kortikosteroid, hormonal, hormon simpatomimetik (fenilefrin), dll. d. Pengobatan H ipertensi Tujuan pengobatan hipertensi adalah untuk mencegah terjadinya morbiditas dan mortalitas akibat tekanan darah yang tinggi. Tekanan darah harus diturunkan agar tidak mengganggu fungsi ginjal, otak, jantung, maupun kualitas hidup. 10 Tabel III. M odifikasi Gaya Hidup untuk M engontrol Hiper tensi* M odifikasi Rekom endasi Kira-kira penurunan tekanan darah (range) Penurunan berat badan M emelihara berat badan normal (BM I 18,6 – 24,9) 5-20 mmHg/ 10-kg penurunan BB Adopsi pola makan DASH Diet kaya dengan buah, dayur, dan produk susu rendah lemak 8-14 mmHg Diet rendah sodium M engurangi diet sodium, tidak lebih dari 100 meq/L (2,4 g sodium atau 6 g sodium klorida) 2-8 mmHg Aktifitas fisik M elakukan regular aktifitas fisik aerobik seperti jalan kaki 30 menit/hari, beberapa hari/minggu 4-9 mmHg M inum alkohol sedikit saja Batasan minum alkohol tidak lebih dari 2/hari (30 ml etanol [mis. 720 ml beer, 300 ml wine] ) untuk laki-laki dan 1/hari untuk perempuan 2-4 mmHg Singkatan: BM I, Body M ass Index; DASH, Dietary Approaches to Stop Hypertension * Berhenti merokok, untuk mengurangi risiko kardiovaskular secara keseluruhan Tabel III menunjukkan modifikasi gaya hidup untuk mengontrol hipertensi sesuai dengan rekomendasi dari JNC -7. M enerapkan gaya hidup sehat bagi setiap orang sangat penting untuk mencegah tekanan darah tinggi. Semua pasien dengan prehipertensi dan hipertensi harus melakukan perubahan gaya hidup (Depkes RI, 2006). M enurut Joint National Comm ittee (JNC) 8, target tekanan darah yang harus dicapai adalah kurang dari 140/90 mmHg, target tekanan darah untuk pasien dengan usia ≥60 tahun adalah 150/90 mm Hg dan target 11 tekanan darah untuk pasien penyakit ginjal kronik dan diabetes adalah 140/90 mmHg. American Heart Association (AH A) merekomendasikan target tekanan darah yang harus dicapai, yaitu 140/90 mmHg, 130/80 mmHg untuk pasien dengan penyakit ginjal kronik, dan ≤ 120/80 mmHg untuk pasien dengan gagal jantung. Untuk dapat menggunakan obat antihipertensi yang rasional, maka perlu dipahami tempat kerja dan mekanisme kerja masing -masing obat. Berikut ini obat-obat antihipertensi yang utama (JNC -8, 2013; Depkes RI, 2006; Yusuf, 2008; Wellset al., 2009) : 1.) Diuretik Diuretik mempunyai efek antihipertensi dengan cara menurunkan volume ekstraselular dan plasma sehingga terjadi penurunan curah jantung. Diuretik, terutama golongan tiazid, adalah obat lini pertama untuk kebanyakan pasien dengan hipertensi. Tiazid menghambat + reabsorbsi Na di segmen kortikal ascending lim b, loop Henle dan pada bagian awal tubulus distal. C ontoh obat golongan ini adalah tiazid, HCT, furosemid, spironolakton. 2.) Angiotensin Converting Enzym-Inhibitors (ACE-I) Obat golongan ini bekerja di ginjal dengan menghambat ACE (enzim yang mengubah angiotensin I menjadi angiotensin II) sehingga menurunkan tahanan vaskular perifer dan volume darah. Contoh obat golongan ini adalah captopril, enalapril, lisinopril. 12 3.) Angiotensin II Reseptor Blockers (ARB) Obat ini paling selektif menghambat sistem renin -angiotensin, sehingga mempunyai efek yang sama dengan ACE -I. Obat ini secara kompetitif menghambat pengikatnya terhadap reseptor angiotensin II subtipe A T1. Contoh obat golongan ini adalah losartan, olmesartan, valsartan. 4.) Calcium Channel Blocker (CCB) Golongan obat ini menghambat masuknya Ca kalsium, menghambat pengeluaran Ca sarkoplasma, dan mengikat Ca 2+ 2+ 2+ melalui saluran dari pemecahan retikulum pada otot polos pembuluh darah sehingga menurunkan resistensi perifer dan berefek vasodilator. Contoh obat golongan ini adalah nifedipin, diltiazem, verapamil. 5.) Beta Blocker (BB) Beta blocker telah digunakan pada banyak studi besar untuk hipertensi. M ekanisme antihipertensi obat golongan ini secara pasti belum diketahui, tetapi kemungkinan mempengaruhi penurunan cardiac output melalui efek kronotropik dan inotropik negatif pada jantung dan menghambat pelepasan renin dari ginjal. Contoh obat golongan ini adalah atenolol, propanolol, pindolol, labetolol. 3. Nifedipin Nifedipin atau Dimetil 1,4-dihidro-2,6-dimetil-4-(o-nitrofenil)-3,5- piridinadikarboksilat memiliki berat molekul 346,34 dengan pemerian serbuk 13 kuning, terurai oleh sinar cahaya langsung, praktis tidak larut dalam air, dan mudah larut dalam aseton (Depkes RI, 1995). Gambar struktur kimia nifedipin dapat dilihat pada gambar 2. Gam bar 1. Struktur Kim ia Nifedipin Nifedipin merupakan derivat dihidropiridin yang termasuk dalam kelompok antagonis kalsium yang bekerja menghambat masuknya Ca 2+ ke dalam sel-sel otot jantung dan sel-sel otot polos dinding arteri. Kontraksilitas sel-sel tersebut dihambat dengan efek yang dikenal sebagai efek vasodilatasi. Efek vasodilatasi derivat dihidropiridin lebih kuat sehingga lebih banyak digunakan sebagai obat hipertensi. Selain sebagai antihipertensi nifedipin juga biasa digunakan pada penyakit lain seperti angina pektoris dan S. Raynaud (Tjay & Rahardja, 2002). Efek samping yang ditimbulkan dari obat nifedipin adalah pusing, nyeri kepala, rasa panas di muka (flushing), takikardi dan udema pergelangan kaki (akibat vasodilatasi perifer). Efek yang ditimbulkan ini umumnya bersifat sementara (Tjay & Rahardja, 2002). Setelah pemberian oral, konsentrasi puncak nifedipin dalam darah terjadi setelah 30 sampai 120 menit dengan waktu paruh antara 2-5 jam (Sweetman, 2009). 14 4. Metode Non-Invasive Blood Pressure System M etode pengukuran tekanan darah non-invasive menggunakan tail-cuff yang ditempatkan pada ekor untuk menutup aliran darah. Ada 3 jenis teknologi sensor tekanan darah secara tidak langsung non invasive: photoplethysmography, piezoplethysmography dan volume pressure recording (VPR). Dari ketiga metode tersebut, volume pressure recording (VPR) memilik korelasi paling baik dengan pengukuran tekanan darah secara langsung. VPR secara simultan akan mengukur 6 parameter tekanan darah meliputi : tekanan sistol, tekanan diastol, tekanan arteri rata-rata, frekuensi denyut jantung, volume darah ek or dan kecepatan aliran. Keuntungan dari metode VPR adalah tidak perlu pembedahan, lebih m urah, dan dapat menampilkan tekanan darah sistol dan diastol sekaligus dari beberapa hewan uji (M alkoff, 2005). F. Keterangan Empirik Penelitian ini bersifat eksploratif untuk mengetahui efek antihipertensi serbuk Lum bricus rubellus pada tikus putih jantan galur Sprague-Dawley.