1 PENDAHULUAN Latar Belakang Asuransi jiwa merupakan perjanjian antara dua pihak, di mana pihak tertanggung (yang mengasuransikan dirinya) membayarkan sejumlah premi kepada pihak penanggung (pengasuransi/perusahaan asuransi) untuk mendapatkan ganti rugi atas meninggal atau hidupnya seseorang yang dipertanggungkan. Biasanya besar premi asuransi jiwa telah disepakati sebelumnya, yang besarnya bergantung pada tingkat bunga, biaya administrasi dan pajak, besarnya santunan yang diinginkan dan peluang meninggal seseorang. Peluang meninggal seseorang sendiri ditentukan berdasarkan jenis kelamin dan umur si tertanggung pada saat polis mulai berlaku. Premi yang dihitung tanpa memperhatikan faktor biaya administrasi dan pajak disebut premi bersih. Berdasarkan pembayaran klaimnya, asuransi jiwa dibedakan kedalam beberapa bentuk, salah satunya adalah endowmen murni di mana klaim akan dibayarkan jika si tertanggung hidup sampai waktu jatuh tempo. Sesuai dengan perkembangan zaman, saat ini terdapat berbagai macam kontrak asuransi jiwa. Salah satunya adalah asuransi jiwa yang terkait dengan ekuitas seperti saham, indeks saham, dan lain-lain. Biasanya pembayaran premi pada kontrak ini dilakukan sekaligus atau dalam satuan tahun sampai waktu jatuh tempo atau sampai pada saat tertanggung meninggal dalam rentang waktu yang telah ditentukan. Klaim pada kontrak asuransi ini bersifat kontijensi yaitu pembayaran klaim bergantung pada perkembangan nilai ekuitas. Hal itulah yang membedakan tipe kontrak asuransi ini dengan asuransi jiwa tradisional. Dalam konteks asuransi, risiko merupakan ketidakpastian dari besarnya kerugian. Walaupun terdapat dana cadangan yang telah dipersiapkan untuk digunakan pada tahuntahun yang buruk atau pada saat semua pemegang polis melakukan klaim, perusahaan asuransi yang mengeluarkan kontrak asuransi jiwa seperti ini juga membutuhkan strategi khusus untuk mengendalikan risiko yang muncul. Strategi tersebut diperlukan karena perusahaan memiliki risiko tambahan, yaitu risiko terhadap perkembangan harga saham. Dalam manajemen risiko, terdapat dua cara dalam pengendalian risiko yaitu pengendalian fisik (risiko dihilangkan, risiko diminimalisir) dan pengendalian finansial (risiko ditahan, risiko ditransfer). Mengeliminasi atau menghilangkan risiko berarti menghapuskan semua kemungkinan terjadinya kerugian, sedangkan meminimisasi risiko merupakan upaya untuk meminimumkan kerugian. Salah satu strategi yang dilakukan dalam pengendalian fisik adalah dengan melakukan strategi lindung nilai (hedging). Karena polis asuransi jiwa umumnya merupakan kontrak jangka panjang, maka akan sangat sulit untuk meng-hedge secara sempurna kontrak asuransi tersebut dengan menggunakan kontrak opsi yang mempunyai waktu maturity yang sama panjangnya dengan kontrak asuransi jiwa tersebut (Bacinello, 2006). Dalam penentuan harga opsi, kerangka Black-Scholes mengasumsikan pasar finansial bersifat lengkap. Suatu pasar finansial dikatakan lengkap jika semua klaim kontijensinya dapat di-hedge seluruhnya dan dapat dihargai unik. Akan tetapi, pasar asuransi merupakan pasar tidak lengkap sehingga klaim kontijensi tidak dapat diduplikasi seluruhnya oleh strategi selffinancing. Oleh karena itu pasar tidak lengkap dibentuk dari pasar lengkap dengan membuat kesatuan klaim bergantung pada sumber risiko tambahan yang bebas stokastik dari risiko dalam pasar finansial. Di dalam strategi hedging, terdapat tiga strategi yang biasa digunakan oleh perusahaan asuransi antara lain yaitu superreplikasi, pendekatan Brennan-Schwartz, dan minimisasi risiko. Dari ketiga strategi di atas akan dicari strategi dengan harga yang paling optimal untuk mengeliminasi atau meminimalkan risiko. Tujuan Tujuan dari karya tulis ini adalah menelaah ulang pencarian strategi hedging (lindung nilai) dengan harga yang optimal untuk kontrak asuransi jiwa yang terkait dengan ekuitas.