8 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Definisi Pemasaran Menurut Kotler dan Keller (2010, p262), bahwa pemasaran merupakan suatu proses sosial yang dimana setiap individu dan kelompok memperoleh apa yang dibutuhkan dan diinginkan melalui penciptaan, penawaran, dan secara bebas mempertukarkan produk yang bernilai terhadap orang lain. Menurut Drucker dalam Kotler dan Keller (2010, p262) yaitu seorang ahli teori manajemen terkemuka bahwa setiap penjualan pasti membutuhkan sesuatu. Pemasaran sering digambarkan sebagai seni menjual produk. Dengan demikian tujuan utama dari pemasaran bukanlah penjualan, akan tetapi untuk mengetahui dan memenuhi keinginan serta kebutuhan konsumen dan membangun hubungan jangka panjang dan bukan untuk sekedar melakukan penjualan saja. Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa pemasaran adalah proses yang memiliki nilai yang digunakan dalam suatu perusahaan untuk memenuhi keinginan dan kebutuhan konsumen dan dapat membangun hubungan jangka panjang dengan konsumen. 2.2 Operational Performance 2.2.1 Pengertian Operational Performance Pengertian operational performance menurut Daft (2010, p216), adalah suatu bidang manajemen yang mengkhususkan pada produksi barang dan jasa, serta menggunakan alat-alat dan teknik-teknik khusus untuk memecahkan masalahmasalah produksi. Adapun menurut Handoko (2010, p8), kinerja operasional (operational performance) merupakan pelaksanaan kegiatan-kegiatan manajerial yang dibawakan dalam pemilihan, perancangan, pembaharuan, pengoperasian dan pengawasan sistem-sistem produksi. Dengan kata lain operational performance merupakan pengukuran dari performa perusahaan terhadap standar atau indikator 9 efektif, efisien dan tanggung jawab sosial seperti halnya: produktivitas, siklus dan kepatuhan terhadap peraturan dan secara lebih rinci tujuan ini berhubungan dengan: 1. Efektifitas dan efisiensi dari kinerja sebuah perusahaan dalam menggunakan aset dan sumber daya lainnya. 2. Melindungi perusahaan dari kerugian. 3. Memastikan bahwa semua pegawai telah bekerja memenuhi sasaran dan tujuan dengan efisien dan disertai integritas yang tinggi, tanpa biaya yang tidak diinginkan atau berlebihan. 4. Berbagai pihak (pegawai, vendor, maupun pelanggan) menempatkan kepentingan mereka di belakang dan mendahulukan kepentingan perusahaan. Biasanya setiap perusahaan mendefinisikan strategi dan tujuan perusahaan mereka, lalu mengidentifikasikan obyektif operational performance yang harus di penuhi guna mencapai strategi perusahaan. Selanjutnya, perusahaan akan mendefinisikan alat ukur yang akan digunakan untuk menentukan apakah obyektif dari operational performance merek terpenuhi. Dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya demi mencapai tujuan-tujuan organisasi dalam operational performance yaitu dengan pelaksanaan fungsi-fungsi: 1. Perencanaan (planning) Adalah keputusan-keputusan yang menyangkut kreasi metode-metode pelaksanaan suatu operasi produktif 2. Pengorganisasian (organizing) Adalah keputusan-keputusan perencanaan tingkat keluaran jangka panjang atau dasar forecast permintaan dan keputusan-keputusan scheduling pekerjaan dan pengalokasian karyawan jangka pendek 3. Pengarahan (actuating) Adalah keputusan-keputusan yang dilakukan dalam system produksi berdasarkan perubahan permintaan, tujuan-tujuan organisasional dan manajemen. 10 4. Pengawasan (controlling) Adalah prosedur-prosedur yang menyangkut pengambilan tindakan korektif dalam operasi-operasi produksi barang atau penyediaan jasa. Dalam penerapan, sebagai perusahaan EPCI, PT Timas Suplindo dengan mudah dapat mengidentifikasikan berbagai kriteria atau sasaran keputusankeputusan melalui pengenalan bahwa pada umumnya ada empat sasaran dalam operasi-operasi, yaitu biaya (cost), kualitas (quality), dapat diandalkan (dependability), dan fleksibilitas. 2.2.1.1 Biaya (Cost) Sasaran biaya adalah sangat penting dalam operasi-operasi dan dapat disamakan dengan efisiensi. Bila biaya-biaya untuk suatu keputusan dinilai, semua biaya relevan harus dimasukkan. Konsep biaya relevan menyatakan bahwa biayabiaya yang bervariasi dengan keputusan harus diidentifikasikan dan dipertimbangkan dalam keputusan-keputusan. Biaya-biaya yang tidak dipengaruhi oleh keputusan dapat diabaikan. 2.2.1.2 Kualitas (Quality) Sasaran kualitas berkaitan dengan kualitas produk atau jasa yang dihasilkan oleh operasi-operasi. Sasaran ini dipengaruhi baik oleh disain produk maupun cara produk dibuat dalam operasi-operasi. Sebaliknya, kualitas dipengaruhi serangkaian keputusan operasi, yang mencakup keputusan-keputusan tentang produk, proses, tenaga kerja dan pendekatan yang diambil untuk pengawasan kualitas. 2.2.1.3 Dapat diandalkan (Dependability) Suatu sasaran yang menyangkut dapat diandalkannya suplai barang atau jasa. Dalam operasi-operasi, dependability dapat diukur dengan presentase kekurangan bahan, presentase pemenuhan janji-janji pengiriman dan kriteria lainnya. Dependability juga dipengaruhi berbagai keputusan yang dibuat dalam operasi-operasi, mulai dari keputusan-keputusan disain proses, scheduling sampai persediaan. 11 2.2.1.4 Fleksibilitas Suatu sasaran yang menyangkut kemampuan operasi-operasi untuk membuat perubahan-perubahan dalam disain produk atau dalam kapasitas produksi, dan sebagainya, untuk menyesuaikan diri terhadap perubahan-perubahan yang terjadi. Fleksibilitas dapat diukur dengan jumlah waktu yang dibutuhkan untuk merubah disain produk atau merubah tingkat kapasitas produksi. Sasaran fleksibilitas kadangkadang diabaikan dalam berbagi operasi, padahal hal ini sangat penting dalam pembuatan semua tipe keputusan. 2.2.2 Kerangka Keputusan-keputusan Operasi Manajer produksi dan operasi bersangkutan dengan pembuatan keputusan dalam fungsi operasi-operasi, maka diperlukan suatu kerangka yang mengkategorikan dan merumuskan keputusan-keputusan dalam berbagai operasi. Meskipun banyak kerangka yang berbeda dapat dipakai, salah satu yang akan digunakan adalah pengelompokan keputusan-keputusan secara fungsional. Kerangka keputusan-keputusan ini menyatakan bahwa operasioperasi mempunyai lima tanggung jawab keputusan utama, yang dapat diuraikan sebagai berikut : 1. Proses Keputusan-keputusan dalam kategori ini dimaksudkan untuk merancang proses produksi secara fisik yang mencakup seleksi tipe proses, pemilihan teknologi, analisis aliran proses, penentuan lokasi fasilitas dan layout fasilitas, dan penanganan bahan (material handling). Keputusan-keputusan proses merumuskan cara pembuatan produk atau pemberian jasa. Disain proses berhubungan erat dengan disain produk sehingga memerlukan koordinasi antara pemasaran dan operasi-operasi. 2. Kapasitas Keputusan-keputusan kapasitas ditujukan pada penyediaan volume keluaran yang optimal bagi organisasi, tidak terlalu banyak dan tidak terlalu sedikit. Keputusan-keputusan ini menyangkut pengembangan rencana-rencana kapasitas jangka panjang, jangka menengah dan jangka pendek; kemudian keputusan-keputusan tentang forecasting; 12 perencanaan fasilitas, perencanaan agregat, dan scheduling; dan keputusan-keputusan perencanaan dan pengawasan kapasitas lainnya. 3. Persediaan Adalah harta penting yang harus dikelola secara baik. Para manajer persediaan membuat keputusan-keputusan yang berkenaan dengan kapan harus memesan dan berapa banyak setiap kali pesan. Mereka mengelola sistem logistik dari pembelian sampai penyimpanan persediaan bahan mentah, barang dalam proses dan produk akhir. 4. Tenaga kerja Bidang tanggung jawab keputusan ini bersangkutan dengan perancangan dan pengelolaan tenaga kerja dalam operasi-operasi. Keputusan-keputusan yang dibuat meliputi disain pekerjaan, alokasi tenaga kerja, pengukuran kerja, peningkatan produktivitas, pemberian komponsasi, dan penciptaan lingkungan kerja yang aman dan sehat. 5. Kualitas Fungsi operasi-operasi terutama bertanggung jawab atas kualitas barang-barang dan jasa-jasa yang dihasilkan dan diletakkan baik pada dimensi kualitas dalam disain produk maupun pengawasan kualitas. Lima bidang keputusan ini merupakan kunci keberhasilan bagi manajemen produksi dan operasi. Bila setiap bidang keputusan dibuat secara tepat dan dipadukan secara baik dengan bidang-bidang keputusan lain, maka fungsi operasi-operasi dapat dikatakan “well managed”. 2.3 2.3.1 Service Quality Pengertian Service Pandangan mengenai definisi pelayanan yang dikemukakan para ahli, diantaranya adalah sebagai berikut : Menurut Kotler (2010, p428) pelayanan adalah setiap tindakan atau unjuk kerja yang ditawarkan oleh salah satu pihak ke pihak lain secara prinsip tidak berwujud dan menyebabkan perpindahan kepemilikan apapun. 13 Menurut penelitian yang dilakukan oleh Monavarian dan Amiri (2011), pelayanan merupakan suatu proses yang terdiri atas serangkaian kegiatan yang kurang lebih tidak berwujud secara alami terjadi pada interaksi antara pelanggan dan staff, sumber daya fisik, barang dan atau sistem penyedia layanan yang akan solusi untuk masalah pelanggan. Menurut Lovelock (2009, p9) Pelayanan adalah suatu aktivitas ekonomi yang menciptakan nilai lebih (value) dan memberikan manfaat bagi para pelanggan pada tempat dan waktu yang spesifik, dengan keinginan untuk merubah atau berdasarkan kesadaran bagi penerima layanan tersebut. Melalui berbagai pendapat diatas, maka dapat disimpulkan bahwa jasa atau pelayanan merupakan suatu kegiatan yang bermanfaat dan dapat ditawarkan oleh individu kepada individu lain dengan tujuan untuk mempermudah aktivitas yang dilakukan, serta memberikan kepuasan atas keinginannya, serta untuk menciptakan nilai lebih (value) bagi para pelanggan 2.3.1.1 Karakteristik Service Menurut Tjiptono (2010, p15) terdapat empat karateristik pokok pada jasa/pelayanan yang membedakannya dengan barang. Keempat karakteristik tersebut meliputi : Tidak berwujud (Intagibility) Jasa berbeda dengan barang. Bila barang merupakan suatu objek, alat atau benda: maka jasa adalah suatu perbuatan, tindakan, pengalaman, proses, kinerja (performance) atau usaha. Oleh sebab itu, jasa tidak dapat dilihat, dirasa, dicium, didengar atau diraba sebelum dibeli atau dikonsumsi. Bagi para pelanggan, ketidakpastian dalam pembelian jasa relative tinggi karena terbatasnya search qualities, yakni karakteristik fisik yang dapat dievaluasi pembeli sebelum pembelian dilakukan. Untuk jasa, kualitas apa dan bagaimana yang akan diterima konsumen, umumnya tidak diketahui sebelum jasa bersangkutan dikonsumsi. 14 Tidak dapat dipisahkan (Inseparability) Barang umumnya di produksi, kemudian dijual, dan akhirnya dikonsumsi. Sedangkan jasa dijual terlebih dahulu, baru kemudian diproduksi dan dikonsumsi pada waktu dan tempat yang sama. Berubah-ubah (Variablity) Jasa bersifat variabel karena merupakan non-standarized output, artinya banyak variasi bentuk, kualitas dan jenis tergantung kepada siapa, kapan dan dimana jasa tersebut diproduksi. Hal ini dikarenakan jasa melibatkan unsur manusia dalam proses produksi dan konsumsinya yang cenderung tidak bisa diprediksi dan cenderung tidak konsisten dalam hal sikap dan perilakunya Tidak tahan lama (Perishability) Jasa tidak tahan lama dan tidak dapat disimpan untuk a mendatang. Kursi pesawat yang kosong, kamar hotel yang tidak didinikmati dimashuni atau kapasitas jalur telepon yang tidak dimanfaatkan akan berlalu atau hilang begitu saja karena tidak bisa disimpan. 2.3.2 Pengertian Quality Menurut Tjiptono dan Chandra (2008, p110), kualitas merupakan suatu hal yang dinamis dan berkaitan erat dengan berbagai unsur seperti produk, jasa, sumber daya manusia proses, serta lingkungan untuk memenuhi harapan. Sedangkan menurut Hoyle (2009, p178), kualitas merupakan suatu kesatuan yang memiliki kemampuan secara total untuk memuaskan kebutuhan pelanggan. Menurut Garvin dalam Wagner (2013, p6) terdapat beberapa ragam pandangan mengenai klasifikasi kualitas, dan ragam pandangan tersebutlah yang nanti dapat menjelaskan mengapa kualitas memiliki pandangan yang berbeda-beda dari setiap individu. Beberapa ragam 15 mengenai pandangan kualitas dijelaskan secara spesifik melalui beberapa pendekatan berikut ini: 1) Pendekatan Transedental (Transcendental Approach) Merupakan suatu pandangan kualitas yang dianggap memiliki suatu keunggulan yang alami (innate excellence), dimana kualitas bisa dirasakan serta dilihat, akan tetapi sulit untuk dijelaskan. Pandangan ini biasanya muncul melalui kesenian, misalnya seni drama, seni musik, seni tari, dan juga seni rupa. Meski demikian, beberapa organisasi pemasaran dapat memanfaatkan kriteria-kriteria dari pendekatan transedental di dalam menyampaikan kegiatan pemasarannya seperti halnya “kualitas nomor satu” (tekstil), “praktis, aman, dan cepat” (jasa pengiriman barang), “jangkauan luas” (penyedia layanan telepon selular), “wangi dalam sekejap” (pengharum ruangan), dan lain sebagainya. 2) Pendekatan Berdasarkan Produk (Product-based Approach) Pendekatan ini menjelaskan bahwa kualitas merupakan suatu objek yang berkarakter dan dapat diukur. Didalam kualitas juga mencerminkan suatu unsur atau atribut yang berbeda dari tiap-tiap produk. Misalnya telepon selular, merek, kualitas, harga, model, tipe, kegunaan, warna, dan sebagainya. Melalui pendekatan ini pandangan terhadap kualitas sangat objektif, karena sulit untuk menjelaskan perbedaan selera, keinginan, manfaat, dari masing-masing individu. 3) Pendekatan Berdasarkan Pengguna (User-based Approach) Pendekatan ini memiliki asumsi bahwa kualitas sangat dipengaruhi oleh individu yang menilai individu lainnya. Biasa juga disebut dengan sudut pandang atau perspektif masing-masing individu. Sehingga suatu produk yang dikenakan oleh individu dan mampu memuaskan individu lain, maka produk itulah yang dianggap memiliki nilai dan kualitas yang tinggi. 16 4) Pendekatan Berdasarkan Manufaktur (Manufacturing-based Approach) Suatu pendekatan yang menjelaskan bahwa kualitas bersifat supply-based dan cenderung memperhatikan praktik manufaktur, serta kualitas sebagai kecocokan dengan suatu persyaratan (conformance to requirements). Pendekatan seperti ini seringkali menekankan pada spesifikasi produksi dan operasi internal, yang sering dipengaruhi oleh keinginan untuk meningkatkan produktivitas serta menekan biaya operasional. 5) Pendekatan Berdasarkan Nilai (Value-based Approach) Suatu pendekatan yang mengasumsikan kualitas dari sisi nilai dan harga. Dengan mempertimbangkan kinerja serta harga, kualitas didefiniskan sebagai affordable excellence. Kualitas bersifat relatif, sehingga produk yang berkualitas belum tentu paling bernilai. Namun produk yang bernilai merupakan suatu barang dan jasa yang paling tepat untuk dibeli. Dari beberapa definisi diatas maka dapat disimpulkan bahwa kualitas adalah keseluruhan cirri serta sifat dari suatu produk atau pelayanan yang berpengaruh pada kemampuannya untuk memuaskan kebutuhan yang dinyatakan, bahwa kualitas adalah suatu kondisi dinamis yang berhubungan dengan produk, manusia/tenaga kerja, dan lingkungan yang memenuhi harapan konsumen. 2.3.3 Pengertian Service Quality Menurut Kotler (2010, p153), menyatakan bahwa kualitas pelayanan adalah model yang menggambarkan kondisi pelanggan dalam membentuk harapan akan layanan dari pengalaman masa lalu, promosi dari mulut ke mulut, dan iklan dengan membandingkan pelayanan yang mereka harapkan dengan apa yang mereka terima/rasakan. Sedangkan menurut Wyckof dalam Purnama (2009) memberikan pengertian kualitas pelayanan sebagai tingkat 17 kesempurnaan yang diharapkan dan pengendalian atas kesempurnaan tersebut untuk memenuhi keinginan konsumen. Menurut Tjiptono & Chandra (2010), kualitas jasa merupakan suatu ukuran seberapa baik tingkat layanan yang diberikan sesuai dengan ekspektasi yang diharapkan oleh pelanggan. Pada umumnya harapan pelanggan dibentuk oleh pengalaman, informasi lisan serta iklan. Kepuasan dan penilaian pelanggan terhadap kualitas jasa tergantung dari performa kualitas yang mereka terima. Kepuasan berbeda dengan kualitas jasa, kepuasan menunjukkan transaksi tertentu, sedangkan kualitas jasa dipersepsikan dalam suatu bentuk sikap, evaluasi menyeluruh untuk jangka panjang. Dari definisi diatas maka dapat disimpulkan, bahwa kualitas merupakan usaha yang dilakukan oleh perusahaan atau organisasi untuk memenuhi harapan dari pelanggannya. Oleh karena itu, maka kualitas menjadi faktor kunci kesuksesan bagi suatu perusahaan atau organisasi. Apabila kualitas yang diberikan perusahaan sesuai dengan harapan dari pelanggan maka akan muncul rasa puas dari diri pelanggan dan tentu hal ini berdampak baik untuk kemajuan perusahaan atau organisasi itu sendiri. Gronroos dalam Purnama (2009) menyatakan bahwa kualitas pelayanan meliputi: 1) Kualitas fungsi, yang menekankan bagaimana pelayanan dilaksanakan, terdiri dari dimensi kontak dengan konsumen, sikap dan perilaku, hubungan internal, penampilan, kemudahan akses dan service. 2) Kualitas teknis dengan output yang dirasakan konsumen, meliputi harga, ketepatan waktu, kecepatan layanan dan estetika output. 3) Reputasi perusahaan, yang dicerminkan oleh citra perusahaan dan reputasi dimata konsumen. 18 Selanjutnya Gronroos mengemukakan bahwa terdapat tiga kriteria pokok dalam menilai kualitas pelayanan, yaitu: 1) Outcome-related Criteria, kriteria yang berhubungan dengan hasil kinerja layanan yang ditunjukan oleh penyedia layanan menyangkut profesionalisme dan keterampilan. Konsumen menyadari bahwa penyedia layanan memiliki system operasi, sumber daya fisik, dan pekerja dengan pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk memecahkan maslaah konsumen secara professional. 2) Process-related Criteria, kriteria yang berhubungan dengan proses terjadinya layanan. Kriteria ini terdiri dari: a. Sikap dan perilaki pekerja b. Kendalan dan sifat dapat dipercaya c. Tindakan perbaikan jika melakukan kesalahan 3) Image-related Criteria, yaitu reputasi dan kredibilitas penyedia layanan yang memberikan keyakinan konsumen bahwa penyedia layanan mampu memberikan nilai atau imbalan sesuai pengorbanannya. 2.3.3.1 Dimensi Service Quality Tingkat kualitas pelayanan tidak dapat dinilai hanya berdasarkan sudut pandang perusahaan tetapi dari sudut pandang penilaian pelanggan juga, menurut Umar (2010, p237) pengukuran terhadap kualitas pelayanan dinyatakan dalam lima dimensi kualitas pelayanan jasa, yaitu bukti fisik (tangible), kehandalan (reliability), daya tanggap (responsiveness), jaminan (assurance), dan empati (emphaty). 19 Bukti fisik (Tangible) Untuk mengukur penampilan fisik, perlengkapan, fasilitas, karyawan, dan sarana komunikasi. Pengukurannya meliputi fasilitas fisik, kebersihan, kenyamanan, ruangan dan kelengakapan peralatan komunikasi. Kehandalan (Reliability) Merupakan kemampuan perusahaan dalam memberikan jasa yang tepat dan dapat diandalkan. Pengukuran meliputi : kemampuan memberikan pelayanan yang dijanjikan denagn segera, akurat dan memuaskan. Daya tanggap (Responsivenses) Artinya mampu memberikan pelayanan yang cepat dan efisien kepada pelanggan. Pengukurannya meliputi keinginan dari para staf dan karyawan untuk membantu pelanggan dengan memberikan pelayanan cepat tanggap terhadap keinginan dan kebutuhan pelanggan. Jaminan (Assurance) Artinya mengukur kemampuan dan kesopanan karyawan serta sifat dapat dipercaya yang dimiliki oleh perusahaan. Pengukurannya meliputi: Pengetahuan dan kemampuan karyawan, ramah tamah dan kesopanan, sifat dapat dipercaya yang dimiliki para staf, bebas dari keraguan, bahaya dan resiko. Empati (Emphaty) Pengukurannya meliputi: kemudahan dalam melakukan hubungan, komunikasi yang baik, perhatian pribadi dan memahami kebutuhan pelanggan dengan cepat dan cermat. 20 2.3.3.2 Manfaat Service Quality Keberhasilan suatu perusahaan dalam membangun bisnisnya, tidak luput dari peran pelayanan yang baik dan memuaskan pelanggannya. Kualitas pelayanan akan memberikan manfaat yang sukup besar bagi perusahaan (Simamora 2008, p180) sebagai berikut: Pelayanan yang istimewa (nilai pelayanan yangbenar-benar dialami konsumen melebihi harapannya) atau sangat memuaskan merupakan suatu basis untuk menetapkan harga premium. Perusahaan yang mampu memberikan kepuasan tinggi bagi pelanggannya dapat menetapkan suatu harga yang signifikan. Pelanggan yang sudah terpuaskan merupakan sumber informasi positif bagi perusahaan dan produk-produk kepada pihak luar, bahkan mereka dapat menjadi pembela bagi perusahaan khususnya dalam menangkal isu-isu negatif. Dan diartikan bahwa pelanggan adalah sumber informasi bagi perusahaan dalam hal intilijen pemasaran dan pengembangan pelayanan atau produk perusahaan pada umumnya. Kualitas yang baik berarti menghemat biaya-biaya seperti biaya untuk mendapatkan pelanggan baru, untuk memperbaiki kesalahan, membangun kepercayaan, membangun citra karena prestasi dan sebagainya. Jadi mempertahankan pelanggan yang sudah ada dengan kualitas pelayanan yang memuaskan merupakan hal yang penting . 2.4 Customer Satisfaction 2.4.1 Pengertian Satisfaction Menurut Kotler dan Keller (2010, p138) kepuasan (satisfaction) adalah perasaan senang atau kecewa seseorang yang timbul karena membandingkan kinerja yang dipersepsikan produk atau jasa terhadap ekspektasi mereka. Kepuasan konsumen berkaitan dengan sejauh mana 21 kinerja suatu produk yang dirasakan cocok dengan harapan pembeli. Jika kinerja suatu produk turun, maka pembeli akan merasa kecewa. Jika kinerja suatu produk cocok dengan harapan pembeli, maka pembeli tersebut akan merasa puas. Dan apabila kinerja produk melebihi harapan pembeli, maka pembeli tersebut akan merasa sangat puas. Menurut Tjiptono dan Chandra (2012, p59), arti kata kepuasan (satisfaction) berasal dari bahasa Latin. “Satis” yang artinya adalah cukup baik atau memadai, sedangkan “facio” artinya adalah membuat atau melakukan. Sehingga kepuasan dapat diartikan sebagai upaya pemenuhan sesuatu secara memadai. Dari beberapa pengertian kepuasan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa kepuasan merupakan suatu kondisi dimana individu telah merasakan senang dan puas akan keputusan yang diambilnya. Karena telah sesuai dengan kebutuhan dan keinginan yang diharapkannya. Dalam memasarkan suatu produk atau jasa, pemasar harus memperhatikan suatu kualitas yang lebih, sehingga dapat memberikan suatu nilai yang maksimal bagi konsumen serta dapat melebihi ekspektasi dari konsumen akan kualitas pelayanan yang ditawarkan. Ekspektasi pelanggan berfungsi sebagai standar perbandingan. Kinerja atau pelayanan jasa dibandingkan dengan ekspektasi. Perbandingan tersebut akan menghasilkan reaksi konsumen terhadap produk atau jasa dalam bentuk kepuasan atau persepsi kualitas. 2.4.2 Pengertian Customer Satisfaction Konsep kepuasan pelanggan masih bersifat abstrak. Pencapaian kepuasan dapat merupakan proses yang sederhana maupun kompleks dan rumit. Peranan setiap individu dalam pemberian service sangat penting dan berpengaruh terhadap kepuasan yang dibentuk Arief (2007, p166). Kepuasan pelanggan adalah suatu keadaan dimana sebuah produk atau jasa dapat memenuhi atau melampaui harapan pelanggan (Gerson, 2012). 22 Kepuasan pelanggan adalah sejauh mana manfaat sebuah produk dirasakan sesuai dengan apa yang diharapkan pelanggan (Amir dalam Tambrin, 2010, p64). Sedangkan Supranto dalam Tambrin (2010, p63) mendefinisikan kepuasan pelanggan merupakan label yang digunakan oleh pelanggan untuk meringkas suatu himpunan aksi atau tindakan yang terlihat, terkait dengan produk atau jasa. Menurut Kotler dan Keller (2009, p164) kepuasan pelanggan adalah perasaan pelanggan bahwa harapannya telah terpenuhi atau terlampaui. Berdasarkan definisi-definisi di atas maka dapat disimpulkan bahwa kepuasan pelanggan adalah hal yang dirasakan pelanggan setelah mendapatkan hasil yang dicapai dari produk atas harapan pelanggan pada produk tersebut. Jadi kepuasan pelanggan terjadi jika pelanggan merasa bahwa produk atau jasa yang digunakan sesuai atau bahkan melebihi harapan dari pelanggan tersebut. 2.4.2.1 Manfaat Customer Satisfaction Menurut Irawan (2008, p9), manfaat dari kepuasan pelanggan adalah sebagai berikut : 1. Pelanggan yang puas akan siap membayar dengan harga premium 2. Dengan memiliki banyak pelanggan yang puas, biaya pemasaran seperti iklan akan jauh lebih efektif 3. Pelanggan yang puas adalah penyebar promosi dari mulut ke mulut yang baik 4. Pelanggan yang puas akan membeli lebih banyak lagi untuk produk yang memuaskan 23 2.4.3 Mengukur Kepuasan Pelanggan Mengukur kepuasan pelanggan sangat bermanfaat bagi perusahaan dalam rangka mengevaluasikan posisi perusahan saat ini dibandingkan dengan pesaing dan pengguna terakhir serta menemukan bagian nama yang membutuhkan peningkatan. Menurut Kotler (2010, p54) untuk mengetahui tingkat kepuasan pelanggan ada empat metode yang perlu diperhatikan oleh perusahaan : 1. Sistem keluhan dan saran pelanggan setiap perusahaan yang berorientasi kepada pelanggan memberikan kesempatan yang seluas-luasnya kepada pelanggan untuk menyampaikan saran, pendapat, dan keluhan. Adapun metode yang digunakan bisa berupa kotak saran ataupun dengan menyediakan saluran telepon khusus. 2. Survei kepuasan pelanggan Umumnya banyak penelitian mengenai kepuasan pelanggan dilakukan dengan metode survei, baik melalui pos, telepon maupun dengan wawancara langsung, untuk mengukur kepuasan pelanggan dapat dilakukan dengan cara : Pengukuran dapat dilakukan secara langsung dengan penyataan seperti ungkapan seberapa puas. Responden diminta untuk menuliskan masalah-masalah yang mereka hadapi berkaitan dengan penawaran dari perusahaan dan untuk menuliskan pebaikan-perbaikan yang mereka sarankan. Responden diberi pernyataan mengenai seberapa besar mengharapkan atribut tertentu dan seberapa besar mereka sarankan. Responden dapat merangkai berbagai elemen dan penawaran berdasarkan derajat penting setiap elemen seberapa baik kinerja perusahaan dalam masing-masing elemen. 24 3. Ghost Shopping Metode ini dilaksanakan dengan cara memperkerjakan beberapa orang (Ghost Shopping) berperan sebagai pembeli yang memanfaatkan produk dan jasa perusahaan dan pesaing sehingga dapat diprediksi tingkat kepuasan pelanggan atas produk tersebut. 4. Lost Customer Analysis Dalam perusahaan ini menghubungi para pelanggan yang telah beralih ke perusahaan lain. Hal ini ditunjukan untuk memperoleh informasi penyebab terjadinya peralihan pelanggan kepada perusahaan lain, sehingga dapat dijadikan bahan evaluasi selanjutnya. 2.4.4 Faktor Pendorong Kepuasan Pelanggan Menurut Irawan (2004, p37), ada lima faktor pendorong utama kepuasan pelanggan, yaitu : 1. Kualitas Produk Pelanggan puas setelah membeli dan menggunakan produk tersebut, ternyata kualitas produknya baik. Kualitas produk ini adalah dimensi yang global dan paling tidak ada 6 elemen dari kualitas produk, yaitu performance, durability, feature, reliability, konsistensi dan desain. 2. Harga Untuk pelanggan yang sensitive, biasanya harga murah adalah sumber kepuasan yang penting karena mereka akan mendapatkan value for money yang tinggi. Komponen harga ini relative tidak penting bagi mereka yang tidak sensitive terhadap harga. Harga sering kali tidak mampu menciptakan keunggulan bersaing dalam hal kepuasan pelanggan. Aspek ini relative mudah ditiru, dengan teknologi yang standart, setiap perusahaan mempunyai kemampuan untuk menciptakan kualitas produk yang sama dengan pesaing. Oleh karena itu, banyak perusahaan yang lebih mengendalikan faktor ketiga yaitu Service Quality. 25 3. Service Quality Sangat bergantung pada tiga hal, yaitu sistem, teknologi dan manusia. Pelanggan akan merasa puas jika mereka mendapatkan pelayanan yang baik atau yang sesuai dengan yang mereka harapkan. Pembentukan attitude dan perilaku yang sering dengan keinginan perusahaan menciptakan, bukanlah pekerjaan mudah. Pembenahan harus dilakukan mulai dari proses rekruitmen, training dan budaya kerja serta hasilnya baru terliaht setelah 3 tahun. 4. Emotional Factor Untuk beberapa produk yang berhubungan dengan gaya hidup, seperti mobil, kosmetik, dan pakaian. Faktor kepuasan pelanggan yang keempat, yaitu emotional faktor relative tinggi, serta rasa bangga, rasa percaya diri, simbol sukses, bagian kelompok orang penting dan sebagiannya adalah contoh-contoh emotional value yang mendasari kepuasan pelanggan. 5. Biaya dan kemudahan Berhubungan dengan biaya dan kemudahan untuk mendapat produk atau jasa tersebut. Pelanggan akan semakin puas apabila relative mudah, nyaman, dan efisien dalam mendapatkan produk dan pelayanan.Kepuasan pelanggan terhadap suatu produk ataupun jasa, sebenarnya sesuatu yang sulit untuk didapatkan jika perusahaan jasa atau industry tersebut tidak benar-benar mengerti apa yang diharapkan oleh konsumen. Untuk produk atau layanan dengan kualitas yang sama, dapat memberikan tingkat kepuasan yang berbeda-beda bagi konsumen yang berbeda. Oleh karena itu, suatu perusahaan harus selalu memperhatikan kualitas/jasa maupun pelayanan yang diberikan kepada konsumen. 2.5 Customer Loyalty Menurut Kotler & Keller (2009, p786) bahwa loyalitas didefinisikan sebagai prilaku pembelian berulang-ulang, dimana dipengaruhi oleh sikap konsumen yang menyukai produk atau jasa tersebut. Menurut (Bramson, 2008), loyalitas pelanggan merupakan suatu konsep yang mencakup lima faktor: 26 1. Pengalaman konsumen dengan kepuasan utuk ketika melakukan transaksi dengan perusahaan 2. Kesediaan untuk mengembangkan hubungan anda dengan perusahaan 3. Kesediaan untuk menjadi pembeli setia 4. Kesediaan untuk merekomendasikan perusahaan kepada orang lain 5. Penolakan untuk berpindah ke pesaing Menurut Lovelock (2007), loyalitas pelanggan adalah kesediaan pelanggan untuk melanjutkan pembelian pada sebuah perusahaan dalam jangka waktu yang panjang dan menggunakan produk atau pelayanannya secara berulang dan merekomendasikan kepada orang lain secara sukarela. Menurut Grififn (2005) mengemukan bahwa loyalitas menunjukan perilaku pembelian yang didefinisikan sebagai pembelian nonrandom yang diungkapan dari waktu ke waktu oleh beberapa unit pengambilan keputusan. Pelanggan loyal merupakan asset yang penting bagi perusahaan, hal ini dapat dilihat dari karakteristik yang dimilikinya, sebagaimana diungkapkan oleh Griffin (2005). 2.5.1 Dimensi Customer Loyalty Menurut Grififn (2005) ada empat dimensi diantaranya: 1. Melakukan pembelian secara teratur atau pembelian ulang adalah pelanggan yang melakukan pembelian suatu produk atau jasa sebanyak dua kali atau lebih 2. Membeli diluar lini produk dan jasa (pembelian antar lini produk) adalah membeli semua barang dan jasa yang ditawarkan dan mereka butuhkan. Mereka membeli secara teratur, hubungan dengan jenis pelanggan ini sudah kuat dan berlangsung lama serta membuat mereka tidak berpengaruh oleh produk pesaing (reward) 27 3. Merekomendasikan produk atau jasa kepada orang lain adalah membeli barang atau jasa yang ditawarkan dan yang mereka butuhkan, serta melakukan pembelian secara teratur. 4. Menunjukan kekebalan dari daya tarik produk atau jasa sejenis atau dengan kata lain tidak mudah terpengaruh oleh tarikan pesaing. Dan dapat disimpulkan bahwa customer loyalty adalah suatu perilaku pembelian berulang-ulang dari konsumen, yang dibentuk dari kesukaanya terhadap suatu produk atau jasa. 2.6 Hubungan atau pengaruh antar variable 2.6.1 Hubungan antara Operational Performances dan Customer Satisfaction Marthaleina (2013) dalam penelitian yang berjudul “Pengaruh kinerja operasional kapal Anchor Handling Towing Supply Harrier terhadap kepuasaan pelanggan PHEONWJ”. Salah satu tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui sejauh mana pengaruh kinerja operasional kapal AHTS Harrier terhadap kinerja operasional PHEONWJ dengan menyajikan hasil penilaian untuk masing-masing variabel yang terdapat di variabel operational kapal AHTS. Hasil penelitian ini menunjukan secara umum berdasarkan kinerja operasional kapal AHTS Harrier berjalan cukup baik. Hal tersebut dibuktikan dengan kinerja operasional PHEONWJ cukup tinggi, sementara keterampilan sumber daya manusia, peraturan perundangan baik nasional maupun internasional tentang dunia pelayaran, ketelitian, ke pelabuhan dan lainnya. 2.6.2 Hubungan antara Service Quality dan Customer Satisfaction Bedi (2010) dalam penelitian yang berjudul The Study Of The Relationships Among Operational Performance, Service Quality, Customer Satisfaction And Customer Loyalty (2010) menjelaskan bahwa memiliki kualitas pelayanan yang tinggi merupakan suatu keharusan untuk mencapai kepuasan pelanggan dan sejumlah hasil 28 perilaku lain yang diinginkan. Karena apabila kualitas pelayanan yang diberikan oleh perusahaan tidak sesuai dengan harapan dan keinginan dari konsumen maka itu berarti konsumen tidak puas terhadap perusahaan. Karena puas atau tidaknya konsumen dapat diukur dari apakah pelayanan yang diberikan oleh perusahaan sudah memenuhi keinginan dan harapan dari konsumen atau belum. Dan hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa service quality memiliki efek positif yang signifikan terhadap customer satisfaction. Aryani dan Rosinta (2010) melakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh Kualitas Layanan terhadap kepuasan pelanggan dalam membentuk loyalitas pelanggan“. Tujuan penelitian adalah untuk menganalisis bagaimana kualitas pelayanan dapat mempengaruhi kepuasan pelanggan dalam membentuk pelanggan. Penelitian mengunakan pendekatan kuantitatif dan teknik pengambilan sampel dengan cara non probability purposive sampling. Hasil penelitian terdapat lima dimensi yang mempengaruhi loyalitas pelanggan, terdapat pengaruh yang kuat dan positif antara variabel kualitas pelayanan terhadap kepuasan pelanggan, namun kualitas pelayanan secara langsung tidak terdapat pengaruh terhadap loyalitas pelanggan. 2.6.3 Hubungan antara Customer Satisfaction dan Customer Loyalty Dalam penelitian yang dilakukan oleh Ming-Shing Lee (2010) dengan judul “The Study of Relationship Among Operational Performances, Service Quality, Customer Satisfaction and Customer Loyalty”, hubungan antara Customer Satisfaction dan Customer Loyalty. Smith dan Rangsawarny (2003) melakukan penelitian mereka dengan jasa pariwisata industri dengan objek. Hasil penelitian menunjukan bahwa kualitas jasa dan kepuasan pelanggan menyebabkan hubungan positif dengan loyalitas pelanggan. 2.6.4 Hubungan antara Operational Performance dan Customer loyalty 29 Operational performance didefinisikan sebagai suatu bidang manajemen yang mengkhususkan pada produksi barang dan jasa, serta menggunakan alat-alat dan teknik-teknik khusus untuk memecahkan masalah-masalah produksi berpengaruh pada (Daft 2010, p216), hal ini sangat customer loyalty dikarenakan operational performance merupakan kunci utama untuk menambahkan revenue pada perusahaan tersebut. Peneliti terdahulu sependapat bahwa meningkatkan kinerja operasional serta menjaga dan menumbuhkan rasa loyalitas pelanggan terhadap perusahaan, variabel yang digunakan adalah kinerja operasional, strategi yang dilakukan dalam menjaga para konsumen untuk tetap bertahan dan loyalitas pelanggan. Metode yang digunakan adalah menggunakan pendekatan kualitatif yaitu dengan menggunakan wawancara dengan pelanggan serta kajian pustaka terdahulu untuk memberikan hasil yang baik dari penelitian ini (Ahmad, 2014). 2.6.5 Hubungan antara Service Quality dan Customer Loyalty Customer loyalty didefinisikan sebagai perilaku pembelian berulang-ulang, dikarenakan adanya kesukaan konsumen terhadap suatu pelayanan atau produk (Kotler dan Keller 2009, p789), dengan kata lain pelayanan yang baik akan menyebabkan pelanggan menjadi loyal. Penelitian terdahulu sependapat bahwa service quality memiliki pengaruh signifikan secara langsung maupun tidak langsung terhadap customer loyalty (Pollack, 2009). Namun, beberapa penelitian yang bertentangan menunjukan bahwa service quality tidak memiliki pengaruh langsung terhadap customer loyalty, seperti penelitian yang dilakukan oleh (Arikan dan Guner, 2013). 2.6.6 Penelitian Terdahulu Berikut ini dijelaskan beberapa penelitian terdahulu yang menjadi acuan untuk penelitian sekarang. 1. Penelitian yang dilakukan oleh Yuzza ( 2009 ) dengan judul “Analysis of the influence of service quality and excellence of products to customer satisfaction and its impact on interest 30 repurchase in Auto Bridal Semarang” Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh kualitas layanan dan keunggulan produk terhadap kepuasan pelanggan dan pengaruhnya terhadap peningkatan minat membeli ulang. Penggunaan variabel-variabel tersebut dengan alasan hasil penelitian terdahulu, yaitu : Zeithaml dan Berry, (1985; 1988; 1990 dan 1994 ); Fornell, (1992); Anderson et al, (1994 ) dan Thamrin, (2003) yang menemukan pengaruh langsung kualitas layanan dan keunggulan produk terhadap kepuasan pelanggan dan pengaruhnya terhadap peningkatan minat membeli ulang serta menunjukan bahwa kualitas layanan dan keunggulan produk berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepuasan pelanggan, serta kepuasan pelanggan berpengaruh positif dan signifikan terhadap minta membeli ulang. 2. Penelitian yang di lakukan oleh Mosahab, Mahamad, dan Ramayah dengan judul Service Quality, Customer Satisfaction and Loyalty: A test of Mediation . Dalam penelitian ini dijelaskan hubungan antara masing-masing variabel, seperti hubungan antara service quality dengan customer satisfaction. Hasilnya menunjukan bahwa service quality akan menjadi salah satu penentu kepuasan dan loyalitas pelanggan di Sepah Bank. 3. Penelitian yang dilakukan oleh Agyapong (2011), dengan judul The Effect of Service Quality on Customer Satisfaction in The Utility Industry-A Case of Vodafone (Ghana). Bertujuan untuk menguji hubungan antara kualitas pelayanan dan kepuasan pelanggan dalam utilitas Ghana. Penelitian ini menggunakan metode regresi dan hasilnya adalah Service Quality berpengaruh positif terhadap Customer Satisfaction. 4. Penelitian yang dilakukan oleh Siddqi (2011), dengan judul Interrelations between service Quality Attributes, Customer Satisfaction and Customer Loyalty in the Retail Banking Sector in Bangladesh. Hasilnya menunjukan bahwa service quality berpengaruh positif terhadap customer satisfaction. 31 Sedangkan tujuan peneliti dari penelitian sekarang (2015) untuk mengetahui pengaruh Operational Performance dan Service Quality terhadap Customer Satisfaction yang berdampak pada Customer Loyalty, teknik pengumpulan data menggunakan kuesioner yang akan di berikan kepada 30 Company Man (Engineering, Procurement, Construction, Installation) merupakan orang yang mewakili perusahaan dari pihak client dan bertanggung jawab atas seluruh aktifitas EPCI MIGAS di seluruh Indonesia (khususnya untuk pekerjaan di PT Timas Suplindo). Isi kuesioner dapat menjawab beberapa hal seperti mengetahui reaksi pelanggan terhadap kualitas jasa, mengukur sikap, presepsi, dan kepuasan pelanggan, loyal pelanggan, melakukan tindakan korektif, preventif serta perbaikan, dan mengetahui kekuatan dan kelemahan perusahaan. 32 2.7 Kerangka Pemikiran Operational Performance (X1) Menurut Handoko (2010, p26) Biaya ( cost) Kualitas (quality) Dapat diandalkan (Dependability) Fleksibilitas H4 H1 Customer Loyalty (Z) Customer Satisfaction (Y) Menurut Griffin (2005): Menurut Irawan (2008): Kualitas Produk Harga Service Quality Emotional Faktor Biaya Kemudahan H3 Services Quality (X2) Menurut Umar (2010,p237): Tangible Reliability Responsiveness Assurance Emphaty H2 H5 Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Sumber : Penulis 2015 Membeli tanpa beralih Rekomendasi Menunjukan kekebalan terhadap tarikan dari pesaing 33 2.8 Hipotesis Hipotesis untuk penelitian ini berdasarkan identifikasi masalah yang ada adalah sebagai berikut : T-1 : Untuk mengetahui apakah ada pengaruh Operational Performance terhadap Customer satisfaction pada PT Timas Suplindo Ho : Tidak ada pengaruh Operational Performance terhadap Customer satisfaction pada PT Timas Suplindo Ha : Ada pengaruh Operational Performance terhadap Customer satisfaction pada PT Timas Suplindo T-2 : Untuk mengetahui apakah ada pengaruh Service Quality terhadap Customer Satisfaction pada PT Timas Suplindo Ho : Tidak ada pengaruh Service Quality terhadap Customer Satisfaction pada PT Timas Suplindo Ha : Ada pengaruh pengaruh Service Quality terhadap Customer Satisfaction pada PT Timas Suplindo T-3 : Untuk mengetahui apakah ada pengaruh Customer Satisfaction terhadap Customer Loyalty pada PT Timas Suplindo Ho : Tidak ada pengaruh Customer Satisfaction terhadap Customer Loyalty pada PT Timas Suplindo Ha : Ada pengaruh Customer Satisfaction terhadap Customer Loyalty pada PT Timas Suplindo T-4 : Untuk mengetahui apakah ada pengaruh Operational Performances terhadap Customer Loyalty pada PT Timas Suplindo Ho : Tidak ada pengaruh Operational Performance terhadap Customer Loyalty pada PT Timas Suplindo Ha : Ada pengaruh Operational Performance terhadap Customer Loyalty pada PT Timas Suplindo T-5 : Untuk mengetahui apakah ada pengaruh Service Quality terhadap Customer Loyalty PT Timas Suplindo Ho : Tidak ada pengaruh Service Quality terhadap Customer Loyalty PT Timas Suplindo Ha : Ada pengaruh Service Quality terhadap Customer Loyalty PT Timas Suplindo