BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Diabetes M ellitus (DM ) adalah penyakit metabolisme yang ditandai dengan adanya hiperglikemia yang dihasilkan dari kurangnya sekresi insulin, kerja insulin atau keduanya. Gejala hiperglikemia ditandai dengan adanya poliuria, polidipsi, kehilangan berat badan, kadang-kadang mengalami polifagi dan pandangan yang kabur (American Diabetes Association, 2014). Diabetes yang tidak terkontrol dapat menyebabkan berbagai komplikasi. Komplikasi penyakit diabetes yang terjadi antara lain nefropati, retinopati, neuropati dan penyakit kardiovaskuler. Nefropati dan retinopati diabetika akan menyebabkan gagal ginjal dan kebutaan. Konsekuensi dari penyakit kardiovaskular dan neuropati mengakibatkan kematian awal kardiovaskular, diabetic foot, dan amputasi (Ekoe et al., 2002). Jumlah penderita DM memiliki kecenderungan meningkat setiap tahunnya. Hal tersebut dibuktikan dengan perkiraan peningkatan prevalensi DM di seluruh dunia dari 2,8% (171 juta orang) pada tahun 2000 menjadi 4,4% (366 juta orang) pada tahun 2030 (Wild et al., 2004). Hasil Riskesdas (Kemenkes RI, 2013) menyatakan bahwa penyakit DM berada di urutan ke-4 dari 10 penyakit tidak menular dengan prevalensi sebesar 2,1% dengan proporsi penduduk usia ≥ 15 tahun dengan DM adalah 6,9 persen. Di Indonesia, prevalensi DM pada perempuan cenderung lebih tinggi dari laki-laki, penduduk kota cenderung lebih 1 2 tinggi daripada penduduk desa. Wild et al. (2004) memprediksi bahwa di Indonesia pada tahun 2030 nanti akan memiliki 21,3 juta orang penderita DM . Prevalensi DM yang terdiagnosis dokter di Daerah Istimewa Yogyakarta memiliki jumlah sebesar 2,6% atau tertinggi di Indonesia (Kemenkes RI, 2013). Klasifikasi DM dibagi menjadi 4 tipe, yaitu DM tipe 1 yang disebabkan oleh terjadinya kerusakan sel β-pankreas yang biasanya ditandai dengan defisiensi insulin yang absolut. Diabetes M ellitus tipe 2 diakibatkan adanya defisiensi insulin dan resistensi insulin. Diabetes M ellitus tipe 3 merupakan DM tipe khusus yang disebabkan oleh beberapa faktor misalnya kelainan genetik yang menyebabkan menurunnya fungsi sel β pankreas, penyakit sel eksokrin pankreas, endokrinopati, induksi obat, infeksi, dan lain-lain. Diabetes M ellitus tipe 4 (DM gestational) terjadi pada saat kehamilan (ECD, 2003). Jumlah penderita DM di dunia didominasi oleh DM tipe 2 yaitu sebanyak 90-95% dari angka insiden diabetes. Diabetes M ellitus tipe 2 memiliki patofisiologi yang sangat kompleks karena melibatkan berbagai faktor yaitu obesitas, asupan nutrisi, gaya hidup dan kurangnya olahraga serta pengaruh dari berbagai gena. Asupan diet karbohidrat yang tinggi akan menyebabkan peningkatan lipogenesis de novo hepar dan terganggunya homeostasis glukosa yang menginduksi terjadinya resistensi insulin (Cheng, 2005). M cGarry (2002) menyatakan bahwa penurunan aktivitas fisik (olahraga) dapat mempengaruhi sensitifitas insulin di otot akibat menurunnya jumlah transporter glukosa di otot skelet. Saat ini banyak penelitian menganalisis peranan penting faktor genetik dalam patogenesis DM tipe 2 baik gena yang terlibat dalam sekresi insulin dan/atau kerja insulin atau keduanya. 3 Sekresi insulin dapat terganggu akibat dari kegagalan fungsi atau penurunan jumlah sel β-pankreas yang disebabkan oleh meningkatny a apoptosis atau menurunnya replikasi sel β-pankreas. Aktivitas elektrik berperan penting dalam sekresi insulin. Insulin tidak disekresikan pada saat tidak adanya aktivitas elektrik sel β-pankreas. Polimorfisme gena yang mengkode ion channel atau gena yang mengatur fungsi ion channel dapat diduga sebagai penyebab terjadinya penurunan aktivitas elektrik sel β-pankreas. Usia dan obesitas juga dapat menyebabkan terjadinya penurunan aktifitas tersebut (Aschroft dan Rorsman, 2004). M enurut Babenko et al. (2006), sekresi insulin juga dipengaruhi oleh peran KATP channel yang ada di membran sel β-pankreas. KATP channel memiliki 2 (dua) sub unit yaitu SUR-1 dan Kir6.2. Gena yang mengkode protein sub unit SUR-1 adalah Sulfonylurea Receptor 1 (SUR-1) atau ABCC8 (ATP binding cassette subfamily C member 8) sedangkan gena yang mengkode protein sub unit Kir6.2 adalah pottasium inwardly-rectifying channel sub family J member 11 atau disebut juga KCNJ11 (Gloyn et al., 2003). Polimorfisme pada gena yang mengkode sub unit SUR-1 yaitu gena SUR1 (ABCC8) dapat mengakibatkan penurunan sekresi insulin. Penelitian di berbagai populasi menunjukkan beberapa bukti hubungan Single Nucleotide Polymorphisms (SNPs) pada ekson 14 (K649K; AAG AAA), intron 15 (IVS15-3c t; cagGCC tagGCC), ekson 18 (ACC ACT; Thr579Thr), intron 18 (ggtgct tgtgct), ekson 21 (L829L; CTG TTG), ekson 31 (R1273R; AGG AGA; Arg1273Arg), ekson 33 (S1369A; TCC GCC) dan intron 33 (tggccg cggccg) gena SUR1 (ABCC8) dengan DM tipe 2 4 (Rissanen et al., 2000; Reis et al., 2002). Gena SUR1 (ABCC8) berperan dalam pembukaan dan penutup an katup KATP channel. Peningkatan kadar glukosa di plasma darah akan meningkatkan perbandingan ATP dan ADP yang menyebabkan KATP channel akan menutup pada kondisi normal. M embran sel akan mengalami depolarisasi dan Ca channel akan terbuka dan sekresi insulin meningkat. SNPs pada gena SUR1 (ABCC8) akan menyebabkan kegagalan ATP berikatan dengan KATP channel sehingga katup akan tetap terbuka, depolarisasi membran tidak terjadi, Ca channel tertutup dan sekresi insulin menurun (Edghill et al., 2010). Penurunan sekresi insulin dan terjadinya resistensi insulin menyebabkan penyakit Diabetes M ellitus tipe 2 (Doria et al., 2008). Penelitian mengenai polimorfisme pada gena SUR1 (ABCC8) ekson 33 (S1369A, TCC GCC, rs757110) menunjukkan hasil yang tidak konsisten. Hasil penelitian yang menyatakan ada hubungan antara polimorfisme ini dengan risiko terjadinya penyakit DM tipe 2 yang terjadi di Amerika (Flores et al., 2004; Flores et al., 2007), Kanada (Hamming et al., 2009; Fatehi et al., 2012), Jepang (Sato et al., 2010) dan M esir (Houssen et al., 2015). Penelitian lain menyatakan tidak ada hubungan antara polimorfisme ini dengan risiko terjadinya penyakit DM tipe 2 yang terjadi di Finlandia (Rissanen et al., 2000), Kroasia (Nikolac et al., 2009), Turki (Gonen et al., 2012) dan Rusia (Sokolova et al., 2015). Penelitian yang dilakukan oleh Houssen et al. (2015) menunjukkan bahwa polimorfisme yang terjadi pada gena SUR1 (ABCC8) ekson 33 memiliki hubungan dengan DM tipe 2 yang dibuktikan dengan genotipe heterozigot yang dieksp resikan sangat tinggi pada pasien DM tipe 2 dibandingkan dengan 5 kelompok kontrol. Sokolova et al. (2015) menambahkan bahwa haplotipe p.E23K/p.S1369A menunjukkan hubungan dengan DM tipe 2 (OR = 1.52 /total OR = 1,15; 95%; Confidence Interval (CI) 1.04 – 2.24; P = 2 x 10-6). M enurut Sato et al. (2010), polimorfisme ini mempengaruhi hipoglikemia berat karena sulfonylurea pada penderita DM tipe 2 (OR 2,91; 95% CI : 0,92 – 2,96; p = 0,106). Houssen et al. (2015) menjelaskan bahwa genotip TT pada gena SUR1 yang terdeteksi sebesar 1,2% pada pasien DM tipe 2 (21,7% pada kelompok kontrol), sedangkan TG sebesar 76,7% pada pasien DM tipe 2 (43,5% pada kelompok kontrol) dan GG sebesar 22,1% pada pasien DM tipe 2 (34,8% pada kelompok kontrol). Hasil yang berbeda yaitu tidak ada hubungan polimorfisme pada gena SUR1 (ABCC8) ekson 33 dengan risiko terjadinya penyakit DM tipe 2 ditunjukkan oleh Rissanen et al. (2000), Nikolac et al. (2009), Gonen et al. (2012) dan Sokolova et al. (2015). Perbedaan hasil penelitian tersebut diduga adanya pengaruh dari faktor etnik dan genetik dari pasien yang diperiksa. Oleh karena itu, penelitian tentang polimorfisme gena Sulfonylurea Receptor-1 (SUR1) ekson 33 (p.S1369A) sebagai faktor risiko Diabetes M ellitus Tipe 2 di Yogyakarta perlu dilakukan. B. PERUMUS AN MAS ALAH Berdasarkan uraian di atas, maka dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut : 1. Ap akah terdapat polimorfisme gena Sulfonylurea Receptor-1 (SUR1) Ekson 33 (p.S1369A) pada pasien DM tipe 2? 6 2. Ap akah terdapat perbedaan frekuensi genotip polimorfisme gena Sulfonylurea Receptor-1 (SUR1) Ekson 33 (p.S1369A) pada pasien DM tipe 2 dan nonDM ? 3. Ap akah terdapat perbedaan frekuensi alel polimorfisme gena Sulfonylurea Receptor-1 (SUR1) Ekson 33 (p.S1369A) pada pasien DM tipe 2 dan nonDM ? 4. Ap akah terdapat p erbedaan sekresi insulin pada pembawa alel G polimorfisme gena Sulfonylurea Receptor-1 (SUR1) Ekson 33 (p.S1369A) penderita DM tipe 2 dan non-DM ? 5. Ap akah polimorfisme gena Sulfonylurea Receptor-1 (SUR1) Ekson 33 (p.S1369A) merupakan faktor risiko DM tipe 2 di Yogyakarta? C. TUJUAN PENELITIAN Penelitian ini bertujuan untuk : 1. M engetahui ada tidaknya polimorfisme gena Sulfonylurea Receptor-1 (SUR1) Ekson 33 (p.S1369A) pada pasien DM tipe 2 dan non DM di Yogyakarta. 2. M engkaji perbedaan frekuensi genotip polimorfisme gena Sulfonylurea Receptor-1 (SUR1) Ekson 33 (p.S1369A) pada pasien DM tipe 2 dan non-DM di Yogyakarta. 3. M engkaji perbedaan frekuensi alel T dan G gena Sulfonylurea Receptor-1 (SUR1) Ekson 33 (p.S1369A) pada pasien DM tipe 2 dan non-DM di Yogyakarta. 7 4. M engkaji perbedaan sekresi insulin pada pembawa alel G gena Sulfonylurea Receptor-1 (SUR1) Ekson 33 (p.S1369A) penderita DM tipe 2 dan non-DM di Yogyakarta. 5. M engkaji polimorfisme gena Sulfonylurea Receptor-1 (SUR1) Ekson 33 (p.S1369A) sebagai faktor risiko DM tipe 2 di Yogyakarta. D. KEAS LIAN PENELITIAN Penelitian yang pernah dilakukan mengenai polimorfisme gena Sulfonylurea Receptor-1 (SUR1) Ekson 33 (p.S1369A) oleh peneliti di beberapa negara adalah sebagai berikut : 1. Sequence Variants in the Sulfonylurea Receptor (SUR) Gene Are Associated With NIDDM in Caucasians (Inoue et al., 1998). 2. Sulfonylurea Receptor 1 Gene Variants Are Associated With Gestational Diabetes and Type 2 Diabetes but Not With Altered Secretion of Insulin (Rissanen et al., 2000). 3. Polimorfisme p.R1273R gena Sulfonylurea Receptor-1 (SUR-1) sebagai Faktor Risiko Diabetes Mellitus tipe 2 pada Populasi Jawa (Linawati, 2009). 4. Replication of KCNJ11 (p.E23K) and ABCC8 (p.S1369A) Association in Russian Diabetes Mellitus 2 Type Cohort and Meta-Analysis (Sokolova et al., 2015). 5. Sulfonylurea Receptor-1 Gene Polymorphisms in Egyptian Patient With Type 2 Diabetes Mellitus (Houssen al., 2015). 8 Penelitian mengenai polimorfisme gena Sulfonylurea Receptor-1 (SUR1) Ekson 33 (p.S1369A) sebagai faktor risiko DM tipe 2 memiliki latar belakang genetik, etnik, budaya dan gaya hidup berbeda belum pernah dilakukan untuk populasi di Yogyakarta. E. MANFAAT PENELITIAN Penelitian mengenai polimorfisme gena Sulfonylurea Receptor-1 (SUR1) Ekson 33 (p.S1369A) sebagai faktor risiko DM tipe 2 diharapkan dapat memberikan manfaat, yaitu : 1. Manfaat Ilmiah Penelitian diharapkan dapat memberikan gambaran hubungan polimorfisme gena Sulfonylurea Receptor-1 (SUR1) Ekson 33 (p.S1369A) dan risiko kejadian DM tipe 2 di Yogyakarta. 2. Manfaat Klinis a. Dengan mengetahui peran faktor genetik dalam risiko kejadian DM tipe 2, terutama polimorfisme gena Sulfonylurea Receptor-1 (SUR1) Ekson 33 (p.S1369A), maka hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada dokter, penderita DM tipe 2 dan keluarganya dalam mengenali faktor risiko genetik yang dibawa pasien. Dengan demikian, mereka dapat menerapkan pola hidup sehat, menjaga asupan kalori dan olahraga teratur sehingga mengurangi angka kejadian DM tipe 2 di Yogyakarta. 9 b. Hasil penelitian ini diharapkan berguna untuk pemilihan terapi DM tipe 2 yang tepat sehingga pengobatan menjadi efektif dan efisien.