BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN

advertisement
BAB II
KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS
A.
Kajian Pustaka
1.
Promosi
Menurut Swastha (2002) “Promosi adalah arus informasi atau persuasi
satu arah yang dibuat untuk mengarahkan sesorang atau organisasi kepada
tindakan yang menciptakan pertukaran dalam pemasaran”.
Menurut Winardi (2000) “Promosi adalah aktivitas-aktivitas sebuah
perusahaan yang dirancang untuk memberi informasi, membujuk, atau
mengingatkan pihak lain tentang perusahaan yang bersangkutan dan barangbarang serta jasa-jasa yang ditawarkan olehnya”.
Promosi merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan suatu program
pemasaran. Betapapun berkualitasnya suatu produk, bila konsumen belum pernah
mendengarnya dan tidak yakin bahwa produk itu akan berguna bagi mereka, maka
mereka tidak akan pernah membelinya. Pentingnya promosi dapat digambarkan
lewat perumpamaan bahwa pemasaran tanpa promosi dapat diibaratkan seorang
pria berkaca mata hitam yang dari tempat gelap pada malam kelam mengedipkan
matanya pada seorang gadis cantik di kejauhan. Tak seorang pun yang tahu apa
yang dilakukan pria tersebut, selain dirinya sendiri (Muslichah Erma Widiana,
2010).
11
1.1
Tujuan Promosi
Tujuan utama dari promosi adalah menginformasikan, mempengaruhi dan
membujuk, serta mengingatkan pelanggan sasaran tentang perusahaan dan bauran
pemasarannya. Menurut Tjiptono (2007) ketiga tujuan promosi tersebut dapat
dijabarkan sebagai berikut:
1.
2.
Menginformasikan (informing), dapat berupa:
a.
Menginformasikan pasar mengenai keberadaan suatu produk baru,
b.
Memperkenalkan cara pemakaian yang baru dari suatu produk,
c.
Menyampaikan perubahan harga kepada pasar,
d.
Menjelaskan cara kerja suatu produk,
e.
Menginformasikan jasa-jasa yang disediakan oleh perusahaan,
f.
Meluruskan kesan yang keliru,
g.
Mengurangi ketakutan atau kekhawatiran pembeli,
h.
Membangun citra perusahaan.
Membujuk pelanggan sasaran (persuading) untuk:
a.
Membentuk pilihan merek,
b.
Mengalihkan pilihan ke merek tertentu tertentu,
c.
Mengubah persepsi pelanggan terhadap atribut produk,
d.
Mendorong pembeli untuk belanja saat itu juga,
e.
Mendorong
pembeli
untuk
menerima
kunjungan
wiraniaga
(salesman).
12
3.
Mengingatkan (reminding), dapat terdiri atas:
a.
Mengingat pembeli bahwa produk yang bersangkutan dibutuhkan
dalam waktu dekat.
b.
Mengingat pembeli akan tempat-tempat yang menjual produk
perusahaan.
c.
Membuat pembeli tetap ingat walaupun tidak ada kampanye iklan.
d.
Menjaga agar ingatan pertama pembeli jatuh pada produk perusahaan.
Misalnya bila pembeli ingin membeli sabun mandi, diharapkan
ingatan pertamanya adalah merek Lux.
1.2.
Penetapan Harga Promosi
Perusahaan-perusahaan dapat menggunakan beberapa teknik penetapan
harga untuk merangsang pembelian awal menurut Kotler dan Keller (2007) adalah
sebagai berikut:
1.
Penetapan harga pemimpin-rugi (loss-leader pricing). Pasar swalayan dan
toko serba ada sering menurunkan harga untuk merek-merek yang sangat
terkenal untuk merangsang lalu-lintas penjualan selanjutnya. Hal ini akan
berhasil jika pendapatan dari penjualan selanjutnya dapat menutupi margin
yang lebih rendah dari barang-barang pemimpin-rugi tersebut. Produsen
merek pemimpin-rugi biasanya akan merasa keberatan karena praktik ini
dapat melunturkan citra merek tersebut dan juga mendatangkan keluhan
dari pengecer yang mengenakan harga biasa. Produsen telah mencoba
mencegah perantara melakukan penetapan harga pemimpin-rugi dengan
13
melobi pemberlakuan undang-undang yang mempertahankan harga eceran,
tetapi undang-undang ini telah dicabut.
2.
Penetapan harga peristiwa khusus (special event pricing). Penjualan akan
menetapkan harga khusus pada musim-musim tertentu untuk menarik lebih
banyak pelanggan. Setiap bulan Agustus berlangsung penjualan kembali
ke-sekolah.
3.
Rabat tunai (cash rebate). Perusahaan-perusahaan mobil dan perusahaanperusahaan barang konsumen lainnya menawarkan rabat tunai untuk
mendorong pembelian produk-produk produsen dalam suatu kurun waktu
yang telah ditentukan. Rabat dapat membantu menghabiskan persediaan
tanpa memotong harga biasa yang telah ditetapkan.
4.
Pembiayaan bunga rendah (low interest financing). Alih-alih menurunkan
harganya, perusahaan tersebut dapat menawarkan pembiayaan bunga
rendah kepada pelanggannya. Produsen mobil telah mengumumkan
pembiayaan tanpa bunga guna menarik pelanggan.
5.
Masa pembayaran yang lebih lama (longer payment terms). Penjual,
khususnya bank
hipotek dan perusahaan
mobil,
memperpanjang
pinjamanm untuk periode yang lebih lama dan dengan demikian
menurunkan cicilan bulanan. Konsumen sering tidak begitu mencemaskan
biaya (yaitu suku bunga) pinjaman dan lebih mencemaskan apakah mereka
mampu membayar cicilan bulanannya.
14
6.
Garansi dan kontrak perbaikan (warranty and service contract).
Perusahaan-perusahaan
dapat
meningkatkan
penjualan
dengan
menambahkan garansi atau kontrak perbaikan gratis atau berbiaya rendah.
7.
Diskon psikologis (psychological discounting). Strategi ini melibatkan
penetapan harga yang pura-pura ditinggikan dan kemudian menawarkan
produk tersebut dengan penghematan yang lumayan besar, misalnya “
Dulu $359, kini $299.“ Taktik-taktik diskon yang tidak sah ditentang Biro
Komisi Perdagangan dan Usaha yang Lebih Baik Federal AS (Federal
Trade Commission ane Better Business Bureaus). Diskon dari harga
normal adalah bentuk sah penetapan harga promosi.
Strategi penetapan harga promosi sering merupakan permainan kalah-
menang (zero-sum game). Kalau strategi tersebut berhasil, pesaing akan
menirunya dan strategi itu kehilangan efektivitasnya. Jika strategi tersebut tidak
berhasil, perusahaan membuang-buang uang yang mestinya dapat digunakan
untuk alat pemasaran lainnya, seperti meningkatkan mutu produk dan layanan
atau memperkokoh citra produk melalui iklan.
1.3
Jenis Media Promosi
Istilah promosi yang dikemukakan oleh Swastha (2000) adalah arus
informasi atau persuasi searah yang dibuat untuk mengarahkan seseorang atau
organisasi kepada tindakan yang menciptakan pertukaran dalam pemasaran.
Sedangkan promosi online adalah kegiatan promosi menggunakan internet
seperti halnya world of mouth online, social media (twitter,facebook). Jenis media
15
promosi berpengaruh terhadap keputusan pembelian pada toko online, seperti
halnya media promosi dan iklan yang baru seperti social media , world of mouth
online dan sarana promosi lain yang mempengaruhi keputusan pembelian
Menurut Swastha (2000), berikut ini beberapa contoh jenis media promosi
yang berpengaruh terhadap keputusan pembelian :
1. Social media
Menurut wikipedia Social Media adalah information content created by
people using highly accessible and scalable publishing technologies. Sedangkan
pengertian social media marketing menurut rasyid (2009) adalah salah satu bentuk
marketing dengan menggunakan konsep Social Media. Memasarkan (marketing)
sesuatu (product, brand, issue, etc) menggunakan tools-tools social media dengan
memanfaatkan „masyarakat yang turut berpartisipasi di social media‟ dalam
campaignya. Pengaruh besar social media terhadap keputusan pembelian ini
dibuktikan oleh sebuah studi yang dilakukan oleh Chadwick Martin Bailey dan
iModerate Research Technologies menemukan bahwa 67% konsumen lebih
cenderung membeli dari merek yang mereka ikuti pada twitter, dan 51% lebih
mungkin membeli dari sebuah merek yang mereka ikuti di Facebook
(Facebook.com). Selain itu, mereka 79% lebih mungkin untuk merekomendasikan
kepada teman (follower) dalam twitter, dan 60% lebih mungkin untuk melakukan
hal yang sama di Facebook.
16
2. Word of mouth online
Word of mouth adalah komunikasi interpersonal antara dua bahkan lebih
individu seperti anggota kelompok referensi atau konsumen dan tenaga
penjual.semua orang mempunyai pengaruh atas pembelian terus menerus melalui
suatu komunikasi.
Dewasa ini dengan semakin berkembangnya Ilmu Pengetahuan dan
Teknologi, kegiatan promosi yang dijalankan seperti perusahaan dapat disalurkan
melalui berbagai media, misalnya televisi, radio, internet, majalah , koran dan lain
sebagainya. Djayakusumah (2002) membagi Media Pemasaran ke dalam 3 jenis,
yaitu :
1. Media tulisan dengan lukisan
Adalah media yang menampilkan / menyajikan pesan dengan menggunakan
tulisan- tulisan yang menerangkan tentang sesuatu barang/jasa yang sekaligus
mempengaruhi khalayak / calon konsumen mau atau tidaknya membeli produk.
Biasanya disini disajikan tulisan- tulisan lengkap dengan gambar- gambar yang
menarik atau gambar produk yang ditawarkan. Adapun bentuk media tulisan
dengan lukisan antara lain :
1) Surat kabar dan majalah.
2) Buletin, media tertulis yang sifatnya hampir sama dengan majalah, tapi
biasanya diterbitkan dalam jumlah terbatas dan hanya untuk suatu
golongan saja.
3) Booklet, hanya beredar untuk waktu- waktu tertentu saja.
17
4) Spanduk, merupakan media yang digunakan sebagai promosi suatu barang
atau jasa yang berbentuk selembar kain panjang yang dicetak sablon.
Biasanya dipasang di jalan- jalan agar masyarakat dapat melihatnya.
5) Brosur, semacam surat atau buku kecil yang berisi uraian tentang
keunggulan atau keistimewaan, petunjuk dan cara-cara penggunaan suatu
produk/jasa. Biasanya brosur disertakan dengan produk yang dibeli
konsumen.
2. Media Lisan
Merupakan media yang digunakan oleh perusahaan untuk menyampaikan
pesan-pesan promosinya kepada konsumen dimana pesan yang berisi anjuran/
rujukan mengingatkan konsumen untuk menggunakan barang/jasa yang dihasilkan
perusahaan.
Yang termasuk dalam kategori ini adalah :
1) Personal Selling
Suatu cara dalam melakukan penjualan barang- barang/ jasa- jasa di mana
terjadi kontak langsung melalui wawancara antara penjual dan pembeli.
2) Radio
Radio sebagai media tidak menampilkan wujud barang/ jasa yang dapat
dilihat, tapi pendengar dapat mencerna pesan-pesan promosi melalui indra
pendengaran mereka yang kemudian mengapresiasikannya dalam benak
mereka sehingga mereka dapat memperoleh gambaran.
18
3) Televisi
Suatu bentuk media yang paling sering digunakan untuk komunikasi dan
promosi barang atau jasa.
3. Media Pertunjukan
Tontonan yang dapat disaksikan oleh masyarakat luas, sehingga diharapkan
dari masyarakat ada yang tertarik dan mencoba membeli barang / jasa yang
ditawarkan.
Contoh dari media ini adalah :
1. Kesenian, misalnya sandiwara/drama, lawak, jingle dsb.
2. Pawai, misalnya pawai keliling kota dengan misi memperkenalkan produk
pada masyarakat luas.
3. Show, pemajangan produk dengan harapan masyarakat tertarik untuk
membeli produk contohnya show mode.
Berdasarkan ukurannya, Media Promosi dapat dibedakan menjadi :
1.
Media Promosi berukuran besar :
1)
Poster
Sering juga disebut plakat, yaitu desain grafis yang memuat
komposisi gambar dan huruf di atas media berukuran besar.
Biasanya ditempel pada dinding atau bidang datar dan dibuat
menarik perhatian. Oleh karena itu, poster biasanya dibuat dengan
warna-warna kontras dan kuat. Desainnya dibuat agar orang bisa
mudah membaca informasi walaupun dalam posisi bergerak,
mungkin sedang berkendara atau berjalan kaki. Karena itu, poster
19
biasanya dibuat menurut kaidah; simpel, kontras, menarik
perhatian, mempengaruhi, dan informasi cepat ditangkap.
Pada beberapa jenis poster, sisi “menarik perhatian” itu
dimaksudkan untuk mengundang orang mendekati dan mencermati
informasi yang disampaikan. Untuk jenis ini, biasanya dibuat
dengan kualitas yang cukup baik.
Poster sering pula digunakan untuk tujuan iklan. Secara luas bisa
memuat
pengumuman
atau
pengenalan
suatu
acara,
mempromosikan layanan, jasa, atau produk, juga bisa menjadi
sarana propaganda untuk membentuk opini publik.
2)
Billboard
Yaitu iklan luar ruang dengan ukuran besar. Saat ini, billboard
masih termasuk model iklan luar ruang yang banyak digunakan,
apalagi di perkotaan. Pemasangannya bisa menggunakan struktur
mandiri yang permanen, maupun menempel pada konstruksi
bangunan permanen.
Pada perkembangan selanjutnya, muncul pula digital billboard
berupa gambar atau running text yang menggunakan listrik sebagai
catu daya. Megatron dan videotron termasuk dalam digital
billboard ini.
Ada pula billboard yang bersifat mobile atau sering disebut mobile
billboard, misalnya dipasang pada badan bus atau kendaraan besar
lainnya. Seperti iklan suatu produk yang ditampilkan di mobil.
20
3)
Baliho
Sepertinya istilah ini hanya ada di Indonesia. Biasanya digunakan
untuk menyebut poster besar atau billboard yang dipasang pada
tempat/kedudukan yang semi permanen. Karena dudukannya semi
permanen, baliho ini berumur pendek. Oleh karena itu, model ini
banyak digunakan untuk promosi jangka pendek atau bersifat
insidentil
misalnya
pemilihan
umum,
pemilihan
presiden,
pemilihan lurah, atau bisa juga digunakan untuk mempromosikan
event tertentu misalnya pertandingan sepak bola tarkam (turnamen
antar kampung), dan lain sebagainya.
4)
Spanduk
Bentuk ini sangat sering dijumpai di tempat-tempat umum
terutama di jalanan, bahkan banyak pula yang dipasang melintang
di atas jalanan terikat pada tali pada masing-masing sisinya.
Bentuknya khasnya adalah memanjang. Biasanya terbuat dari
bahan kain, namun sekarang banyak pula yang dibuat dari bahan
plastik.
Keluarga dekat spanduk adalah backdrop yang biasa dipasang
sebagai latar belakang panggung pada suatu acara tertentu, dan
lebih banyak bersifat dekoratif dibandingkan media promosi. Pada
perkembangannya, backdrop menjadi penting karena memuat
informasi ringkas mengenai acara bersangkutan, bahkan sering
pula disisipi iklan dari sponsor kegiatan tersebut.
21
5)
Banner
Dengan makin berkembangnya teknologi cetak format besar,
berkembang pula produk poster. Muncullah format-format poster
yang disebut banner. Biasanya, kualitas cetakannya cukup baik
karena banner memungkinkan untuk dilihat dari jarak dekat.
Model ini tak hanya ditempel di dinding, bisa juga dipasang pada
dudukan yang ringan sehingga mudah dipindahkan. Karena ada
model dudukan yang berbentuk huruf X, pada akhirnya dikenal
pula yang namanya X-Banner.
2.
Media Promosi berukuran kecil :
1)
Pamflet
Sering juga disebut sebagai brosur, yaitu terbitan tidak berkala
yang dapat terdiri dari satu hingga sejumlah kecil halaman, tidak
terkait dengan terbitan lain, dan selesai dalam sekali terbit. Pamflet
satu halaman bisa merupakan cetakan satu muka saja maupun
cetakan dua muka atau bolak-balik. Tentu saja untuk cetakan dua
muka, kualitas medianya pun lebih baik. Pada umumnya, pamflet
dicetak dengan kualitas bagus karena dimaksudkan untuk
membangun citra yang baik terhadap layanan atau produk yang
diinformasikan dalam pamflet tersebut.
Berbeda dengan poster yang didesain didesain agar orang bisa
mudah membaca informasi walaupun dalam posisi bergerak,
22
pamflet atau brosur ditujukan agar dibaca secara khusus. Pada
beberapa jenis, pamflet dimaksudkan agar orang menyimpannya
agar sekali waktu digunakan bila membutuhkan informasi.
2)
Booklet
Terdiri dari beberapa halaman dan seringkali memiliki sampul,
halaman judul, dijilid baik secara sederhana menggunakan staples
maupun dijilid dengan hiasan misalnya menggunakan ring.
Sejumlah produk konsumen seperti barang elektronik (misalnya
handphone), sering menyertakan buklet berisi spesifikasi produk
atau penjelasan cara penggunaan (manual book) secara ringkas.
Booklet atau buklet yang menyertai barang elektronik kadangkadang memiliki jumlah halaman yang banyak dan tidak untuk
habis dibaca dalam satu kali kesempatan. Album rekaman, seperti
kaset atau CD sering menyertakan buklet yang berisi lirik lagu,
foto, dan nama-nama artis pendukung.
Booklet yang biasanya terlihat seperti sebuah buku mini, bukan
merupakan sarana beriklan secara langsung.
3)
Katalog
Adalah saudara dekat booklet, bersifat sebagai daftar, dan
menginformasikan berbagai macam hal dalam topik tertentu.
Media promosi ini biasanya memuat informasi yang cukup
lengkap.
23
Katalog sangat tepat digunakan untuk mempromosikan produk
dengan jumlah banyak dengan penjelasan spesifikasi dan gambar
masing-masing produk. Katalog akan memudahkan konsumen
untuk bisa memilih sendiri produk mana yang sesuai dengan
keinginan dan anggaran biayanya. Terkadang produk-produk yang
ditampilkan pada katalog disertai juga dengan info diskon agar
lebih menarik calon konsumen.
4)
Leaflet
Merupakan jenis pamflet atau brosur yang paling populer.
Biasanya terdiri dari satu lembar saja dengan cetakan dua muka.
Namun yang khas dari leaflet adalah adanya lipatan yang
membentuk beberapa bagian leaflet seolah-olah merupakan panel
atau halaman tersendiri.
Kualitas cetakan leaflet biasanya bagus, dibuat dengan desain yang
menarik, dan berisi informasi yang lengkap baik berupa gambar
maupun tulisan. Karena bentuknya lipatan, pembuatan leaflet
biasanya memperhatikan sisi psikologi orang membuka leaflet,
sehingga desainnya pun dibuat untuk memudahkan orang
menerima informasi yang ada pada leaflet tanpa terlalu banyak
membolak-balik leaflet.
Dibanding dengan media promosi lain (booklet, katalog, flyer),
leaflet sangat sering dijumpai karena bisa digunakan untuk
24
bermacam hal misalnya mengenalkan produk, sebagai katalog mini
atau booklet mini, profil perusahaan, dan lain sebagainya.
5)
Flyer
Bisa jadi, nama ini terinspirasi dari penyebaran informasi melalui
pesawat atau kendaraan yang disebarkan begitu saja di tempat
umum. Media promosi ini melayang-layang sebelum diterima oleh
target pembacanya. Walaupun begitu, cara penyebaran seperti itu
sudah jarang sekali dilakukan. Namun, sesuai namanya, flyer
biasanya hanya berupa cetakan satu muka. Kualitas cetakannya
tidak musti bagus, bahkan seringkali berkualitas ala kadarnya
sebab dibuat dalam jumlah besar dan berbiaya murah karena sudah
diperkirakan bahwa banyak di antara flyer akan terbuang dalam
waktu relatif singkat berganti fungsi menjadi bungkus kacang.
Walaupun begitu, flyer yang baik akan didesain dengan
memperhatikan kaidah eye catching dan memorable.
Pada perkembangannya, flyer seringkali tak beda dengan leaflet
namun tidak dilipat, hanya merupakan selembar kertas saja dengan
kualitas cetakan yang bagus dan berwarna-warni menarik. Di
Indonesia, jenis ini sering disebut sebagai selebaran.
6)
Kartu Nama
Ada yang mengatakan bahwa kartu nama termasuk keluarga
pamflet, namun ada pula yang mengkategorikan tersendiri.
Biasanya kartu nama berukuran kecil kurang dari 9x6cm. Seperti
25
namanya, kartu nama berisi perkenalan tentang seseorang.
Informasinya bisa berisi nama, alamat,
Media yang digunakan sebagai sarana untuk menyampaikan pesan iklan
memiliki berbagai macam keunggulan yang berbeda-beda. Menurut Kotler
(2000), keunggulan media-media antara lain :
1. Surat kabar , fleksibilitas, ketepatan waktu, liputan pasar lokal yang baik,
penerimaan yang luas, sangat dipercaya.
2. Televisi, menggabungkan gambar, suara dan gerak, merangsang indera,
perhatian yang tinggi dan jangkauan yang tinggi.
3. Radio, penggunaan massal, pilihan geografis dan demografis tinggi, biaya
rendah.
4. Majalah, pilihan demografis dan geografis tinggi, gengsi, jangka waktu
panjang, mutu reproduksi tinggi.
5. Brosur/Pamflet, Lentur, sangat terkendali, biaya relatif rendah.
6. Internet, selektivitas tinggi, kemungkinan interaktif, biaya relatif rendah.
Untuk meningkatkan penjualan produk di Gallery,
LLP-KUKM
melakukan strategi promosi dengan berbagai jenis media promosi sebagai berikut
:
26
1. Surat kabar,
Bekerja sama dengan dengan koran SINDO dan Kompas untuk
mempromosikan produk-produk KUKM.
2. Majalah,
Bekerja sama dengan majalah FEMINA untuk mempromosikan produkproduk KUKM.
3. Radio
Bekerja sama dengan Radio Cosmopolitan FM untuk mempromosikan
produk-produk KUKM.
4. Televisi
Bekerja sama dengan TV Nasional untuk memperkenalkan eksistensi
LLP-KUKM dan mempromosikan produk-produk KUKM.
5. Show
Mengadakan pameran-pameran dan fashion show berskala nasional dan
internasional untuk mempromosikan produk-produk KUKM.
6. Internet
LLP-KUKM
mempunyai
website
www.smescoindonesia.com
yang
berfungsi untuk menginformasikan kepada masyarakat luas mengenai
profil perusahaan, event-event perusahaan dan produk-produk KUKM
yang terdapat di Gallery LLP-KUKM.
7. Billboard
LLP-KUKM mempunyai videotron yang terdapat pada salah satu sisi
gedung, yang menampilkan produk-produk KUKM.
27
8. Katalog
Gallery
LLP-KUKM
mempunyai
katalog
yang
berfungsi
untuk
menginformasikan kepada konsumen harga,jenis dan bentuk produkproduk KUKM.
1.4
Dimensi dan Indikator Promosi
Menurut Lupiyoadi & Hamdani, (2006) dalam bauran promosi
terdapat beberapa komponen yang secara rinci dapat dijabarkan sebagi berikut :
a.
Periklanan (Advertising)
Periklanan merupakan suatu bentuk dari komunikasi impersonal
yang digunakan oleh perusahaan untuk membangun kesadaran terhadap
keberadaan jasa yang ditawarkan, menambah pengetahuan konsumen akan
jasa
yang ditawarkan serta membedakan diri perusahaan dengan para
kompetitornya.
Terdapat beberapa tujuan periklanan, diantaranya:
1) Iklan yang memberikan informasi
2) Iklan membujuk
3) Iklan pengingat
4) Iklan pemantapan
28
b.
Penjualan Personal (Personal Selling)
Penjualan personal merupakan suatu bentuk interaksi langsung dengan
suatu calon pembeli atau lebih untuk melakukan persentasi, menjawab
pertanyaan, dan menerima pesan dari satu calon pembeli. Penjualan personal
mempunyai peranan yang penting dalam pemasaran jasa, karena memiliki
kekuatan unik yaitu wiraniaga dapat mengumpulkan pengetahuan tentang
konsumen dan mendapatkan umpan balik dari konsumen.
c.
Promosi penjualan (Sales Promotion)
Promosi
penjualan
adalah
kegiatan
promosi
selain
periklanan,
penjualan
perorangan maupun publisitas yang bersifat jangka pendek dan tidak
dilakukan secara berulang serta tidak rutin, yang ditujukkan untuk mendorong
penjualan, serta lebih mempercepat respon pasar yang ditargetkan.
d.
Publisitas dan Hubungan Masyarakat (Publicity and Public Relation)
Publisitas
dan
hubungan
masyarakat
merupakan
stimulasi
non
personal terhadap permintaan barang, jasa, ide, dan sebagainya dengan berita
komersial
yang berarti dalam media masa dan tidak dibayar untuk
mempromosikan dan atau melindungi citra perusahaan atau produk individualnya.
e.
Pemasaran Langsung (direct marketing)
Pemasaran ini merupakan unsur terakhir dalam bauran komunikasi
promosi ada enam area pemasaran langsung direct mail, mail order, direct
response, direct
selling,
telemarketing ,
digital marketing (Lupiyoadi
&
Hamdani, 2006).
29
Pendapat yang hampir sama dikemukakan oleh Tjiptono (dalam Hersona,
dkk. 2013: 1150) terdapat lima indikator yang dapat digunakan untuk
mengukur promosi, yaitu :
a.
Personal selling
b.
Periklanan
c.
Promosi penjualan
d.
Hubungan masyarakat
e.
Pemasaran Langsung
2.
Kualitas Pelayanan
2.1.
Konsep Kualitas
Menurut American Society for Quality Control (Kotler, 2007:50), kualitas
adalah keseluruhan ciri-ciri dan karakteristik-karakteristik dari suatu produk atau
jasa dalam hal kemampuannya untuk memenuhi kebutuhan yang telah ditentukan
atau bersifat laten. Persoalan kualitas dalam dunia bisnis sudah menjadi harga
yang harus dibayar oleh perusahaan agar tetap survive dalam bisnisnya. Konsep
kualitas pada dasarnya bersifat relatif, yaitu tergantung dari perspektif yang
digunakan untuk menentukan ciri-ciri dan spesifikasi.
Lupiyoadi (2006) menyatakan pada dasarnya terdapat tiga orientasi
kualitas yang seharusnya konsisten satu sama lain: (1). Persepsi konsumen, (2).
Produk atau jasa, dan (3). Proses. Untuk yang berwujud barang, ketiga orientasi
tersebut dapat dibedakan dengan jelas, namun untuk jasa, produk dan proses tidak
dapat dibedakan dengan jelas, bahkan produknya adalah proses itu sendiri.
30
Menurut Sviokla dalam Lupiyoadi (2006) apabila dianalisis lebih jauh
antara kualitas dan keuntungan jangka panjang terlihat dalam dua hal, yaitu faktor
keuntungan eksternal yang diperoleh dari kepuasan pelanggan dan keuntungan
internal yang diperoleh dari adanya perbaikan dari efisien produk. Keuntungan
eksternal yang dimaksudkan di atas dapat diimplikasikan dalam proses produksi
suatu barang atau jasa, dimana kualitas produk/jasa yang diberikan oleh
perusahaan dapat menciptakan suatu persepsi positif dari pelanggan terhadap
perusahaan dan menghasilkan suatu kepuasan serta loyalitas pelanggan.
Sementara itu yang dimaksud dengan keuntungan internal dimana fokus
perusahaan pada kualitas dapat membawa nilai positif internal perusahaan dalam
proses peningkatan (misalnya peningkatan desain produk dan lain sebagainya).
2.2. Konsep Kualitas Pelayanan
Kualitas pelayanan merupakan kunci sukses bagi perusahaan dalam
menghadapi era kompetisi yang semakin tajam. Kualitas layanan adalah
perbandingan dari harapan pelanggan dengan persepsi dari layanan nyata (actual
performance) yang mereka terima (Parasuraman dalam Edy Mulyanto, 2011).
Menurut Parasuraman dalam Edy Mulyanto (2011) ada dua faktor utama
yang mempengaruhi kualitas jasa yaitu expected service (jasa yang diharapkan)
dan perceived service (jasa yang diterima). Apabila jasa yang diterima atau yang
dirasakan sesuai dengan yang diharapkan, maka kualitas jasa dipersepsikan baik
dan memuaskan. Jika jasa yang diterima melampaui harapan pelanggan, maka
kualitas jasa dipersepsikan sebagai kualitas yang ideal. Sebaliknya jika jasa yang
31
diterima lebih rendah dari pada yang diharapkan, maka kualitas jasa akan
dipersepsikan buruk atau tidak memuaskan. Dengan demikian baik tidaknya
kualitas jasa tergantung pada kemampuan pada penyedia jasa dalam memenuhi
harapan pelanggan secara konsisten.
Dalam penelitian Uchik Triswandari (2011), untuk memberikan kualitas
pelayanan yang baik, sangat penting untuk para karyawan memerhatikan
pelanggannya. Untuk menghasilkan orientasi kualitas pelayanan, konsumen harus
merasa seperti hal-hal berikut ini :
1. Setiap pelanggan adalah orang yang paling penting di setiap bisnis
2. Pelanggan tidak bergantung kepada produsen, tatapi produsen yang bergantung
kepada pelanggan.
3. Pelanggan tidak mengganggu kerja produsen. pelanggan bertujuan untuk
memberi produsen pekerjaan.
4. Pelanggan adalah manusia, mempunyai perasaan dan emosi.
5. Pelanggan adalah bagian dari bisnis produsen, bukanlah pihak luar.
6. Pelanggan membawa produsen pada keinginan pelanggan, dan menjadi tugas
produsen untuk melayani pelanggan.
Kualitas pelayanan dapat dinilai dari banyak faktor yang berhubungan, di
mana kualitas pelayanan dapat dinilai dari persepsi konsumen dalam menikmati
barang dan jasa yang ditawarkan kepada konsumen, sehingga yang dirasakan oleh
konsumen adalah keinginan yang selalu terpenuhi dan harapan terhadap performa
barang dan jasa yang ditawarkan oleh produsen dapat diterima.
32
2.3.
Unsur-unsur Pelayanan
Dalam
memasarkan
produknya
produsen
selalu
berusaha
untuk
memuaskan keinginan dan kebutuhan para pelanggan lama dan baru. Menurut
Tjiptono dalam Edy Mulyanto (2011) pelayanan yang baik akan dapat
menciptakan loyalitas pelanggan yang semakin melekat erat dan pelanggan tidak
berpaling pada perusahaan lain. Oleh karena itu penjualan atau produsen perlu
menguasai unsur-unsur berikut :
1. Kecepatan
Kecepatan adalah waktu yang digunakan dalam melayani konsumen atau
pelanggan minimal sama dengan batas waktu standar pelayanan yang
ditentukan oleh perusahaan.
2. Ketepatan
Kecepatan tanpa ketepatan dalam bekerja tidak menjamin kepuasan para
pelanggan. Oleh karena itu ketepatan sangatlah penting dalam pelayanan.
3. Keamanan
Dalam melayani para konsumen diharapkan perusahaan dapat memberikan
perasaan aman untuk menggunakan produk jasanya.
4. Keramah tamahan
Dalam melayani para pelanggan, karyawan perusahaan dituntut untuk
mempunyai sikap sopan dan ramah. Oleh karena itu keramahtamahan sangat
penting, apalagi pada perusahaan yang bergerak di bidang jasa.
5. Kenyamanan
Rasa nyaman timbul jika seseorang merasa diterima apa adanya. Dengan
33
demikian, perusahaan harus memberikan rasa nyaman pada konsumen. Agar
pelanggan semakin erat dan tidak berpaling pada perusahaan lain, perusahaan
perlu menguasai lima unsur yaitu cepat, tepat, aman, ramah-tamah dan
nyaman.
2.4.
Strategi Meningkatkan Kualitas Pelayanan
Menurut Tjiptono dalam Edy Mulyanto (2011) Faktor –faktor yang perlu
diperhatikan dalam meningkatkan kualitas pelayanan adalah:
1. Mengidentifikasi determinan utama kualitas jasa
Langkah pertama yang harus dilakukan adalah melakukan riset untuk
mengindentifikasi determinan jasa yang paling penting bagi pasar sasaran dan
memperkirakan penilaian yang diberikan pasar sasaran terhadap perusahaan dan
pesaing berdasarkan determinan-determinan tersebut. Dengan demikian dapat
diketahui posisi relatif perusahaan di mata pelanggan dibandingkan para pesaing,
sehingga perusahaan dapat memfokuskan upaya peningkatan kualitasnya pada
determinan-determinan tersebut.
2. Mengelola harapan pelanggan
Semakin banyak janji yang diberikan, maka semakin besar pula harapan
pelanggan yang pada gilirannya akan menambah peluang tidak dapat terpenuhinya
harapan pelanggan oleh perusahaan. Untuk itu ada satu hal yang dapat dijadikan
pedoman yaitu jangan janjikan apa yang tidak bisa diberikan tetapi berikan lebih
dari yang dijanjikan.
34
3. Mengelola bukti (evidence) kualitas jasa
Pengelolaan bukti kualitas jasa bertujuan untuk memperkuat persepsi
pelanggan selama dan sesudah jasa diberikan. Oleh karena itu jasa merupakan
kinerja dan tidak dapat dirasakan sebagaimana halnya barang, maka pelanggan
cenderung memperhatikan fakta-fakta tangibles yang berkaitan dengan jasa
sebagai bukti kualitas.
4. Mendidik konsumen tentang jasa
Pelanggan yang lebih terdidik akan dapat mengambil keputusan secara
lebih baik. Oleh karenanya kepuasan mereka dapat tercipta lebih tinggi.
5. Mengembangkan budaya kualitas
Budaya kualitas merupakan sistem nilai organisasi yang menghasilkan
lingkungan yang kondusif bagi pembentukan dan penyempurnaan kualitas secara
terus menerus. Budaya kualitas terdiri dari filosofi, keyakinan, sikap, norma, nilai,
tradisi, prosedur, dan harapan yang meningkatkan kualitas.
6. Menciptakan automating quality
Adanya otomatisasi dapat mengatasi variabilitas kualitas jasa yang
disebabkan kurangya sumberdaya manusia yang dimiliki.
7. Menindaklanjuti jasa
Menindaklanjuti jasa dapat membantu memisahkan aspek-aspek jasa yang
perlu ditingkatkan. Perusahaan perlu mengambil inisiatif untuk menghubungi
sebagian atau semua pelanggan untuk mengetahui tingkat kepuasan dan persepsi
mereka terhadap jasa yang diberikan. Perusahaan dapat pula memberikan
35
kemudahan bagi para pelanggan untuk berkomunikasi, baik menyangkut
kebutuhan maupun keluhan mereka.
8. Mengembangkan sistem informasi kualitas jasa
Sistem informasi kualitas jasa merupakan suatu sistem yang menggunakan
berbagai macam pendekatan riset secara sistematis untuk mengumpulkan dan
menyebarluaskan informasi kualitas jasa guna mendukung pengambilan
keputusan. Informasi dibutuhkan mencakup segala aspek, yaitu data saat ini dan
masa lalu, kuantitatif dan kualitatif, internal dan eksternal, serta informasi
mengenai perusahaan dan pelanggan.
2.5.
Dimensi dan indikator Kualitas Pelayanan
Menurut Kotler (2005) terdapat 5 dimensi utama dalam menilai kualitas
layanan, yaitu:
1. Keandalan (reliability), yakni merupakan kemampuan memberikan pelayanan
yang dijanjikan dengan segera dan memuaskan. Menurut Lovelock (2000),
reliability to perform the promised service dependably, this means doing it
right, over a period of time. Artinya, keandalan adalah kemampuan perusahaan
untuk menampilkan pelayanan yang dijanjikan secara tepat dan konsisten.
Keandalan dapat diartikan mengerjakan dengan benar sampai kurun waktu
tertentu. Pemenuhan janji pelayanan yang tepat dan memuaskan meliputi
ketepatan waktu dan kecakapan dalam menanggapi keluhan pelanggan serta
pemberian pelayanan secara wajar dan akurat.
36
2. Daya tanggap (responsiveness), yaitu sikap tanggap pegawai dalam
memberikan pelayanan yang dibutuhkan dan dapat menyelesaikan dengan
cepat. Kecepatan pelayanan yang diberikan merupakan sikap tanggap dari
petugas dalam pemberian pelayanan yang dibutuhkan. Sikap tanggap ini
merupakan suatu akibat akal dan pikiran yang ditunjukkan pada pelanggan.
3 Jaminan (assurance), mencakup pengetahuan, kompetensi, kesopanan, dan sifat
dapat dipercaya yang dimiliki para staf, bebas dari bahaya, risiko atau keraguraguan. Jaminan adalah upaya perlindungan yang disajikan untuk masyarakat
bagi warganya terhadap resiko yang apabila resiko itu terjadi akan dapat
mengakibatkan gangguan dalam struktur kehidupan yang normal.
4. Empati (empathy), meliputi kemudahan dalam menjalin relasi, komunikasi
yang baik, perhatian pribadi, dan pemahaman atas kebutuhan individual para
pelanggan. Empati merupakan individualized attention to customer. Empati
adalah perhatian yang dilaksanakan secara pribadi atau individu terhadap
pelanggan dengan menempatkan dirinya pada situasi pelanggan.
5. Bukti fisik (tangibles), meliputi fasilitas fisik, perlengkapan, pegawai dan
sarana komunikasi serta kendaraan operasional. Dengan demikian bukti
langsung/wujud merupakan satu indikator yang paling konkrit. Wujudnya
berupa segala fasilitas yang secara nyata dapat terlihat.
37
3.
Keputusan Pembelian
3.1.
Pengertian Keputusan Pembelian
Schiffman dan Kanuk (2000) mendefinisikan pembelian konsumen
sebagai berikut, “The term comsumer behavior refers to the behavior than
consumers display in searching for, purchasing, using, evaluating and disposing
of productcs and services that they expect will satify their needs”. Istilah perilaku
konsumen diartikan sebagai perilaku yang diperlihatkan konsumen dalam
mencari, membeli, menggunakan, mengevaluasi dan menghabiskan produk dan
jasa yang mereka harapkan akan memuaskan kebutuhan mereka.
Keputusan yang dibuat oleh seorang individu dalam pemenuhan
kebutuhannya dapat menimbulkan berbagai akibat baik positif maupun negative.
Untuk itu agar konsumen loyal sebelum membuat keputusan perlu diberi stimuli
yang dapat menyadarkannya bahwa produk yang akan dapat memenuhi
kebutuhannya telah dikenal dengan baik walaupun itu produk baru atau produk
inovasi sehingga dampak negative yang ditimbulkan akibat keputusan yang dalah
dapat dikurangi atau bahkan dihilangkan.
Menurut Schiffman & Kanuk (2004 : 555), Pengambilan keputusan merupakan
proses pemilihan option dari dua atau lebih pilihan alternatif. Dengan kata lain
keputusan adalah sebuah pilihan dari beberapa alternatif yang mungkin.
Pengertian keputusan pembelian menurut Kotler (2001 : 226) adalah tahap dalam
proses pengambilan keputusan pembeli dimana konsumen benar – benar membeli
produk. Pengambilan keputusan merupakan suatu kegiatan yang secara langsung
terlibat dalam mendapatkan dan mempergunakan barang yang ditawarkan.
38
Kegiatan yang diperlukan disini adalah membeli produk yang diinginkan dalam
rangka memuaskan kebutuhannya.
Dalam buku pemasaran strategic (2010 : 8), Proses keputusan konsumen
dalam membeli atau mengonsumsi produk dan jasa akan dipengaruhi oleh tiga
faktor
utama yaitu,
kegiatan pemasaran yang dilakukan oleh produsen dan
lembaga lainnya, faktor perbedaan individu konsumen dan faktor lingkungan
konsumen. Menurut Kotler (2006 : 174) mengatakan bahwa bauran pemasaran
yang diluncurlkan perusahaan dan lingkungan individu akan mempengaruhi
keputusan pembelian. Pemahaman mengenai bagaimana konsumen melakukan
keputusan pembelian merupakan salah satu syarat bagi pemasar untuk meraih
keberhasilan dalam melaksanankan program pemasaran.
Hal yang sama juga didukung oleh Schiffman dan Kanuk (2004 : 544)
bahwa bauran pemasaran dan lingkungan social budaya adalah stimulus utama
yang akan mempengaruhi consumer decision making. Pendapat yang sama j0uga
dikatakan oleh Kotler (2006 : 129) yang mengatakan bahwa keputusan pembelian
dipengaruhi oleh bauran pemasaran dari pengaruh lingkungan melalui karakteristik
pembeli dan proses keputusan pembelian.
3.2.
Faktor – faktor yang mempengaruhi Keputusan Pembelian
Menurut Kotler (2009 : 214) ada empat faktor yang mempengaruhi
perilaku konsumen yaitu budaya, social, pribadi, dan psikologi. Faktor – faktor ini
member pengaruh yang cukup signifikan terhadap konsumen dalam memilih
produk yang akan dibelinya.
39
a. Faktor budaya,
Faktor budaya mempunyai pengaruh terhadap perilaku. Budaya mencakup
(kultur, sub budaya, dan kelas social). Budaya adalah susunan nilai dasar,
persepsi, keinginan, dan perilaku yang dipelajari anggota suatu masyarakat
dari lingkungan. Perilaku konsumen dikendalikan oleh berbagai system nilai
dan norma budaya yang berlaku. Sehingga perusahaan harus mengetahui
produknya dipasarkan pada suatu daerah berkebudayaan bagaimana.
b. Faktor social
Faktor social meliputi kelompok acuan, keluarga, serta peran dan status.
Kelompok acuan adalah kelompok yang memilki pengaruh langsung atau
tidak langsung terhadap perilaku konsumen. Keluarga adalah organisasi
pembelian yang paling penting dalam masyarakat dan anggota keluarga
sangat
mempengaruhi
perilaku
pembeli.
Peran
status
seseorang
berpartisipasi diberbagai kelompok yang akan membawa ke posisi tertentu.
Sering kali seseorang memilih produk yang menunjukkan status mereka
dalam masyarakat.
c. Faktor pribadi
Keputusan seseorang pembeli juga dipengaruhi oleh karakteristik pribadi
seperti umur pembeli dan tahap siklus hidup, pekerjaan, keadaan ekonomi,
gaya hidup dan kepribadian.
d. Faktor psikologi
Faktor psikologis yang mempengaruhi pilihan pembelian yaitu motivasi,
persepsi, pengetahuan serta keyakinan dan sikap.
40
Dalam perilaku konsumen yang dipengaruhi faktor budaya, social,
pribadi dan psikologi dapat diambil kesimpulan bahwa dalam pembelian
suatu produk khususnya dalam pengambilan keputusan. Para pembeli
dipengaruhi
oleh keempat faktor tersebut meskipun pengaruhnya pada
setiap konsumen berbeda – beda. Untuk itu dalam melakukan promosi,
perusahaan harus mempertimbangkan keempat faktor
tersebut. Strategi
promosi yang dilakukan perusahaan akan menjadi lebih efektif dan efisien
dalam mempengaruhi konsumen dengan mempertimbangkan perilaku
konsumen yang menjadi sasaran produknya.
3.3.
Dimensi dan Indikator Keputusan Pembelian
Menurut Kotler (2009) dan Schiffman dan Kanuk (2004) bahwa proses
pengambilan keputusan konsumen adalah melalui urutan sebagai berikut :
Pengenalan
Kebutuhan
Pencarian
Informasi
Evaluasi
Alternatif
Keputusan
Membeli
Perilaku
Pasca
Pembelian
Gambar 2.1
Proses Keputusan Pembelian. Kotler (2009)
a) Pengenalan Kebutuhan (need recognition)
Pengenalan kebutuhan terjadi ketika konsumen dihadapkan dengan suatu
masalah. Terdapat dua gaya pengenalan kebutuhan atau masalah yang berbeda.
Beberapa konsumen merupakan tipe keadaan yang sebenarnya, yang merasa
bahwa mereka mempunyai masalah ketika sebuah produk tidak dalam berfungsi
41
memuaskan. Sebaliknya konsumen tipe lain, keadaan yang diinginkan, dimana
bagi mereka keinginan terhadap sesuatu yang baru dapat menggerakkan proses
keputusan. Schiffman dan Kanuk (2004).
Menurut Kotler (2009), Pengenalan kebutuhan adalah tahap pertama
proses pengambilan keputusan pembeli dimana konsumen mengenali suatu
masalah atau kebutuhan. Kebutuhan tersebut dapat dirasakan oleh rangsangan
internal dan eksternal. Para pemasar perlu mengidentifikasikan keadaan yang
memicu kebutuhan tertentu, dengan mengumpulkan informasi dari sejumlah
konsumen. Mereka kemudian dapat menyusun startegi pemasaran yang mampu
memicu minat konsumen. Ini sangat penting pada pembelian dengan kebebasan
memilih. Motivasi konsumen perlu ditingkatkan sehingga pembeli potensial
memberikan pertimbangan yang serius.
Swastha (2000) mengatakan penganalisaan keinginan dan kebuthan ini
ditujukan untuk mengetahui adanya keinginan dan kebuthan yang belum
terpenuhi. Adanya kebuthan yang belum terpenuhi tersebut sering diketahui
secara tiba – tiba pada saat konsumen sedang berjalan – jalan ditoko atau sedang
berbelanja ataupun saat memperoleh informasi dari sebuah iklan atau media lain.
Pengenalan kebutuhan, tidak secara otomatis mengaktifkan suatu tindakan.
Hal ini akan bergantung pada kebutuhan yang dikenali harus cukup penting. Engel
et al (2001) dalam penelitian M. Yani Syafei mengatakan kebutuhan harus
terlebih dahulu diaktifkan sebelum dapat dikenali. Beberapa faktor yang akan
mempengaruhi kemungkinan suatu kebutuhan tertentu akan diaktifkan atau tidak,
antara lain : i) Keadaan yang berubah, kebutuhan akan sering diaktifkan oleh
42
perubahan didalam kehidupan seseorang, ii) Pemerolehan produk, iii) Konsumsi
produk dimana konsumsi actual itu sendiri dapat memicu pengenalan kebutuhan,
iv) Pengaruh pemasaran.
b)
Pencarian Informasi (information search)
Menurut Engel et al (2001 : 134) dalam penulisan tesis M. Yani Syafei
mengatakan bahwa konsumen pertama – tama akan melakukan pencarian
internal(memperoleh kembali informasi yang tersimpan dalam memory). Jika
konsumen merasa bahwa pencarian internal tidak sukup memadai, maka ia akan
mengadakan pencarian eksternal.
Pencarian informasi sebelum membeli dimulai ketika konsumen
merasakan adanya kebutuhan yang dapat dipenuhi dengan membeli dan
mengkonsumsi suatu produk. Pengalaman dimasa lalu memberikan informasi
kepada konsumen untuk melakukan pilihan sekarang ini. Sebaliknya, jika
konsumen tidak memilki pengalaman tentang produk, maka konsumen harus
melakukan penelitian sebelumnya mengenai produk yang akan dibeli. Pengalaman
masa lalu dianggap sebagai sumber informasi internal. Banyak keputusan
konsumen yang didasarkan kepada gabungan pengalaman yang lalu (sumber
internal) dan informasi pemasaran dan nonkomersial(sumber eksternal).
Faktor – faktor yang dapat meningkatkan pencarian informasi sebelum
pembelian antara lain, faktor produk, faktor situasi, faktor konsumen. Sumber
informasi yang didapat bisa dari personal atau impersonal. Salah satu sumber
informasi yang saat ini sangat digemari oleh konsumen melalui internet.
43
Konsumen daripada mengunjugi toko, menelpon atau meminta brosur, situs web
pabrikan dapat memberi para konsumen berbagai informasi yang dibutuhkan.
Schiffman dan Kanuk (2004)
Konsumen yang terangsang atau tertarik pada kebutuhannya akan
terdorong untuk meningkatkan perhatian, mencari informasi yang lebih banyak
dan mencari berbagai macam alternatif untuk memenuhi kebutuhan tersebut.
Kotler & Keller (2009). Kita dapat membagi kedalam dua level rangsangan.
Situasi pencarian informasi yang lebih ringan dinamakan penguatan perhatian,
yaitu orang hanya sekedar lebih peka terhadap informasi produk. Pada level
selanjutnya orang akan aktif mencari informasi. Sumber – sumber informasi
utama yang menjadi acuan konsumen dan pengaruh relatif tiap sumber tersebut
terhadap keputusan pembelian adalah :
c)

Sumber pribadi. Keluarga, teman, tetangga, kenalan

Sumber komersial. Iklan, wiraniaga, penyalur, kemasan, display toko

Sumber public. Media masa, organisasi penentu peringkat konsumen

Sumber pengalaman. Penanganan, pengkajian, dan pemakaian produk
Evaluasi Alternatif (evaluation of alternative)
Schiffman dan Kanuk (2004 : 497) mengatakan ketika menilai berbagai
alternatif potensial, para konsumen cenderung menggunakan dua macam
informasi :
44
1) Rangkaian merek yang diminati.
Dalam konteks pengambilan keputusan konsumen, rangkaian merek yang
diminati mengacu kepada merek – merek khusus yang dipertimbangkan
konsumen dalam melakukan pembelian dalam kategori produk tertentu.
Berikut ini diberikan gambaran mengenai rangkaian merek yang diminati
sebagai bagian dari semua merek dalam kelas produk tertentu dan posisi
akhir dalam model yang tidak berakhir dengan pembelian kelihatan
mempunyai masalah perceptual.
Semua merek
Semua Merek
yang dikenal
Merek yang
tidak layak
Merek yang
diminati
Merek yang
dapat diterima
Merek yang dibeli
Semua Merek
yang tidak dibeli
Merek yang tidak
dapat diterima
Merek
yang inert
Merek yang
dianggap biasa
Merek yang
diabaikan
Merek yang tidak
dibeli
Gambar 2.2
Rangkaian merek yang diminati sebagai bagian dari semua merek dalam
kelas produk tertentu
45
Pada setiap contoh ini, implikasinya bagi para pemasar adalah bahwa teknik
promosi harus dirancang untuk memberikan citra produk yang lebih
menyenangkan dan barangkali yang lebih relevan kepada konsumen yang
ditargetkan. Ini juga mungkin memerlukan perubahan dalam tampilan atau sifat –
sifat produk.
2) Kriteria yang digunakan untuk menilai merek,
Kriteria yang digunakan para konsumen untuk menilai merek yang
merupakan rangkaian merek yang mereka minati biasanya dinyatakan dari sudut
sifat – sifat produk yang penting. Jika perusahaan mengetahui bahwa konsumen
akan menilai berbagai alternatif, mereka kadang – kadang mengiklankan dengan
cara menganjurkan kriteria yang harus digunakan konsumen dalam menilai
pilihan produk atau jasa.
Konsumen mempunyai pengalaman membandingkan atau menilai berbagai
merek atau model suatu produk dan menemukan satu yang betul – betul terasa,
kelihatan dan atau bekerja dengan baik. Yang menarik, penelitian menunjukkan
bahwa ketika konsumen membicarakan “produk yang baik” tersebut, hanya
sedikit atau tidak menyebut – nyebut harga, merek jarang menjadi hal utama yan
dipertimbangkan, barang
–
barang
sering
menggambarkan karakteristik
kepribadian atau pengalaman masa kanak – kanak dan sering disukai pada
pandangan pertama.
Melakukan pilihan dari contoh semua merek yang mungkin dapat dipilih
merupakan
karakter
manusia
yang
membantu
menyederhanakan
proses
pengambilan keputusan. Dalam tahap evaluasi alternatif ini, konsumen
46
memproses informasi beberapa alternatif merek. Kemudian menyusun kriteria –
kriteria yang akan mereka gunakan untuk mengevaluasi setiap produk/jasa yang
direncanakan. Sedangkan atribut minat pembeli berbeda – beda menurut produk.
Kotler (2001). Terdapat lima konsep dasar tertentu yang menjelaskan proses
evaluasi konsumen, yaitu :

Pertama, kita berasumsi bahwa setiap konsumen melihat suatu produk
sebagai satu paket atribut produk atau sifat – sifat produk, apa yang menjadi ciri –
ciri khusus dan perhatian konsumen terhadap produk.

Kedua, konsumen akan memberikan tingkat kepentingan berbeda pada
atribut-atribut yang berbeda menurut kebutuhan dan keinginan yang unik.

Ketiga, konsumen kemungkinan akan mengembangkan satu susunan
keyakinan merek mengenai posisi setiap merek pada setiap atribut.

Keempat, harapan kepuasan produk total konsumen akan bervariasi
terhadap tingkat – tingkat atribut yang berbeda.

Kelima, konsumen mencapai suatu sikap terhadap merek yang berbeda
lewat prosedur evaluasi/penilaian. Konsumen didapati menggunakan satu atau
lebih dari beberapa prosedur evaluasi, tergantung pada konsumen.
Bagaimana konsumen mengevaluasi alternatif pembelian tergantung pada
konsumen individu dan situasi pembelian tertentu. Dalam beberapa kasus,
konsumen menggunakan perhitungan yang cermat dan pemikiran logis. Pada
waktu lain, konsumen yang sama hanya sedikit mengevaluasi, bahkan mereka
membeli hanya berdasarkan dorongan sesaat dan tergantung pada intuisi.
Kadangkala konsumen mengambil keputusan pembelian sendiri, kadang kala
47
mereka bertanya pada teman, pemerhati konsumen atau wiraniaga untuk nasehat
pembelian.
Orang pemasaran harus mempelajari pembeli untuk mengetahui bagaimana
mereka mengevaluasi alternatif merek. Jika mereka tahu bahwa proses evaluasi
sedang berjalan, orang pemasaran dapat mengambil langkah – langkah untuk
mempengaruhi keputusan pembeli.
d)
Keputusan Membeli (purchase decision)
Setelah membandingkan beberapa alternatif, tahap selanjutnya adalah
pengambilan keputusan untuk membeli dan melakukan pembelian secara nyata.
Keputusan pembelian adalah tahap dalam proses pengambilan keputusan pembeli
dimana konsumen benar – benar membeli produk. Pada umumnya konsumen akan
memutuskan untuk membeli produk/jasa sesuai dengan kebutuhan dan
keinginannya. Setelah keputusan diambil maka pembeli akan menjumpai
serangkaian keputusan menyangkut merek, dealer, kuantitas, waktu dan metode
pembayaran. Kotler (2009).
Menurut Schiffman dan Kanuk (2004) keputusan pembelian konsumen di
bagi kedalam kaidah keputusan konsumen, yang sering disebut heuristic, strategi
keputusan dan strategi pengolahan informasi. Ini merupakan prosedur yang
digunakan oleh konsumen untuk memudahakan pemilihan merek. Kaidah ini
memberikan pedoman atau menjadikannya kebiasaan sehingga menjadikannya
proses yang tidak memberatkan. Terdapat dua kaidah yaitu : 1) Kaidah keputusan
pengimbang, konsumen menilai pilihan merek dari sudut setiap sifat yang relevan
48
dan menghitungkan skor yang diberi bobot dan dijumlahkan. 2) Kaidah keputusan
bukan pengimbang, konsumen menyeimbangkan penilaian positif suatu merek
atas satu sifat dengan penilaian negative atas beberapa sifat lainnya.
Konsumen yang tidak ingin mengahabiskan waktu dan energy nya untuk
menilai merek maka melakukan penyederhanaan warisan pilihan (choice
heuristics). Konsumen mempertimbangan atribut positif dan negative tidak perlu
disaring. Mengevaluasi atribut lebih dalam membuat keputusan menjadi lebih
mudah bagi konsumen, tapi juga meningkatkan kemungkinan orang untuk
melakukan pilihan yang berbeda jika dia lebih leluasa menghadapi rincian yang
lebih besar. Schiffman dan Kanuk (2004) dan Kotler (2009) mengatakan bahwa
terdapat tiga choice heuristics antara lain :

Pengalaman konjungtif, konsumen menetapkan suatu tingkat terpisah secara
minimum dapat diterima untuk setiap atribut dan memilih alternatif pertama
yang memenuhi standar minimum untuk semua atribut sebagai titik terendah.
Jika ada merek tertentu yang jatuh dibawah titik terendah, merek tersebut
dapat dihapuskan dari pertimbangan selanjutnya. Karena kaidah konjungtif
dapat menghasilkan beberapa alternatif yang dapat diterima, dalam keadaan
demikian konsumen penting menggunakan kaidah keputusan tambahan untuk
dapat sampai kepada keputusan akhir.

Pengalaman leksikografik, pertama konsumen memilih merek terbaik dengan
cara memeringkat berdasarkan atribut yang dirasakan paling penting.
Kemudian konsumen membandingkan berbagai alternatif merek dari sudut
satu sifat yang dianggap paling penting. Jika satu merek mencatat skor yang
49
cukup tinggi pada sifat yang peringkatnya paling tinggi ini, maka merek itu
dipilih dan prosesnya berakhir. Dengan kaidah ini, sifat peringkat tertinggi
dapat
mengungkapkan
sesuatu
mengenai
orientasi
dasar
konsumen
perorangan. Misalnya kaidah “membeli yang terbaik” menunjukan konsumen
berorientasi kualitas; kaidah “membeli merek yang paling bergengsi”
menunjukan konsumen berorientasi status;

Pengalaman disjungtif, konsumen menetapkan suatu tingkat terendah yeng
terpisah dan secara minimal dapat diterima untuk setiap sifat. Konsumen
membandingkan merek pada sebuah atribut yang diseleksi dengan
memperhatikan tingkat probabilitas, dimana probabilitas memilih sebuah
atribut itu secara positif berhubungan dengan arti pentingnya dan merek
dieliminasi jika tidak memenuhi tingkat minimum yang dapat diterima.
Karakteristik orang, tugas dan penentuan keputusan pembelian, dan konteks
social semua bisa mempengaruhi apakah dan bagaimana pengalaman pilihan
digunakan. Konsumen tidak harus memanfaatkan satu jenis aturan pilihan dalam
mengambil keputusan. Dalam beberapa kasus, mereka memanfaatkan satu strategi
keputusan berdasarkan fase yang menggabungkan dua atau lebih aturan
keputusan.
Walaupun konsumen membentuk evaluasi merek, dua faktor dapat berada
diantara niat pembelian dan keputusan.
Faktor pertama, adalah sikap orang lain dalam mengurangi alternatif yang
disukai seseorang akan bergantung pada dua hal, 1) Intensitas sikap negative
orang lain terhadap alternatif yang disukai konsumen, 2) Motivasi konsumen
50
untuk menuruti keinginan orang lain. Preferansi pembeli terhadap merek tertentu
akan meningkat jika orang yang ia sukai juga sangat menyukai merek yang sama.
Faktor kedua, adalah faktor situasi yang tidak terantisipasi yang dapat muncul
dan mengubah niat pembelian. Preferensi dan bahkan niat pembelian bukan
merupakan peramal perilaku pembelian yang benar – benar andal.
Keputusan konsumen untuk memodifikasi, menunda atau menghindari
keputusan pembelian sangat dipengaruhi oleh resiko yang dipikirkan. Ada
berbagai macam jenis resiko yang bisa dirasakan konsumen dalam membeli dan
mengonsumsi sebuah produk.


Risiko fungsional–Produk tidak berkinerja sesuai harapan
Risiko fisik–Produk menimbulkan ancaman terhadap kesejahteraan atau
kesehatan fisik dari pengguna atau orang lain

Risiko fungsional–Produk tidak bernilai seusia harga yang dibayar

Risiko social–Produk menimbulkan rasa malu terhadap orang lain

Risiko psikologis–Produk mempengaruhi kesejahteraan mental dari
pengguna

Risiko waktu–Kegagalan produk mengakibatkan biaya peluang karena
menemukan produk lain yang memuaskan.
Besarnya risiko yang dipikirkan berbeda-beda menurut besarnya uang yang
dipertaruhkan, ketidakpastian atribut dan kepercayaan diri konsumen. Para
konsumen mengembangkan rutinitas tertentu untuk mengurangi risiko, seperti
penghindaran keputusan, pengumpulan informasi dari teman – teman, dan
preferensi atas nama merek dalam negeri serta garansi. Para pemasar harus
51
memahami faktor – faktor yang menimbulkan perasaan dalam diri konsumen akan
adanya risiko dan memberikan informasi serta dukungan untuk mengurangi risiko
yang dipikirkan itu.
e)
Perilaku Pasca Pembelian
Perilaku pasca pembelian adalah tahap dalam proses pengambilan
keputusan pembeli dimana konsumen mengambil tindakan lebih lanjut setelah
membeli berdasarkan kepuasan atau ketidakpuasan yang mereka rasakan. Kotler
(2001).
Ketika konsumen menggunakan suatu produk, selama percobaan
pembelian mereka menilai kinerja produk tersebut agar sesuai dengan harapan
mereka. Kepuasan pembeli adalah fungsi dari seberapa sesuainya harapan pembeli
produk dengan kinerja yang dipikirkan pembeli atas produk. Ada tiga hal
penilaian yang muncul yaitu, Schiffman dan Kanuk (2004) : 1) Kinerja yang
sesungguhnya sesuai dengan harapan yang menimbulkan perasaan netral, 2)
Kinerja melebihi harapan yang menimbulkan apa yang dikenal sebagai
pemenuhan harapan secara positif dan, 3) Kinerja dibawah harapan yang
menimbulkan pemenuhan harapan secara negatif dan ketidakpuasan.
Konsumen cenderung menilai pengalaman mereka terhadap harapan –
harapan mereka ketika melakukan penilaian pasca pembelian. Unsur penting
dalam penilaian pasca pembelian adalah berkurangnya ketidakpastian atau
keraguan konsumen mengenai pemilihan. Konsumen yang merasa puas dengan
52
merek yang dibeli akan membeli kembali dan membicarakan hal – hal yang
menguntungkan atau tidak menguntungkan tentang produk kepada orang lain.
Sikap yang ditunjukan biasanya, mereka mencari alasan bahwa
keputusan mereka bijaksana; mencari iklan yang mendukung pilihan mereka dan
menghindari iklan merek pesaing; membujuk kerabat untuk membeli merek yang
sama; mereka bergabung dengan pemakai merek yang sama yang merasakan puas
untuk meyakinkan lagi. Seorang konsumen yang merasa puas cenderung akan
menyatakan hal - hal yang baik tentang produk dan perusahaan bersangkutan, oleh
karena itu pembeli yang puas merupakan iklan yeng terbaik. Fandy Tjiptono
(2008 : 21)
Namun jika produk gagal konsumen dan tidak merasa puas, konsumen
akan mengajukan keluhan ke perusahaan, menceritakan kepada lebih 20 orang
atau bahkan membuang atau mengembalikan produk. Dalam semua kejadian itu
penjual telah gagal memuaskan konsumennya. Kotler (2009). Konsumen yang
tidak puas akan bereaksi dengan tindakan yang berbeda. Ada tiga kategori
tanggapan atau complain terhadap ketidakpuasan, antara lain : Fandy Tjiptono
(2008).

Voice response, usaha konsumen menyampaikan keluhan secara
langsung dan/atau
meminta ganti rugi kepada perusahaan yang bersangkutan maupun kepda
distributornya.
53

Private response, memperingatkan atau memberitahu kolega teman atau
keluarganya mengebai pengalamannya dengan produk atau perusahaan
bersangkutan. Ini dampaknya besar bagi citra perusahaan.
 Third party response, usaha meminta ganti rugi secara hukum;
mengadu lewat media massa; mendatangi lembaga konsumen,
instansi hukum. Tindakan ini sangat ditakuti perusahaan karena
perusahaan tidak member pelayanan yang baik dan tidak memilki
prosedur penanganan keluhan. Sikap ini kadangkala lebih
memuaskan konsumen, karena mereka yakin cara ini akan lebih
cepat mendapat tanggapan.
Jadi penilaian pasca pembelian konsumen “memberikan umpan balik”
seperti
pengalaman
terhadap
psikologi
konsumen
dan
membantu
mempengaruhi keputusan yang berkaitan di waktu yang akan datang. Ingatan
konsumen lebih merupakan persoalan reputasi merek – terutama bagi produk –
produk yang dirasa sulit untuk dinilai oleh konsumen.
Agar tidak terjadi ketidakpuasan terhadap konsumen, maka tugas seorang
pemasar adalah komunikasi pasca pembelian yang meyakinkan dan evaluai
yang mengukuhkan pilihan konsumen dan membantu dia merasa nyaman
dengan merek, seperti mengucapkan selamat karena telah memilih merek yang
dipilih melalui surat; memasang iklan yang menunjukkan kepuasan konsumen;
pemasar mengumpulkan saran konsumen untuk perbaikan dan menyebutkan
lokasi layanan yang tersedia.
54
Para pemasar harus menyebutkan akan seperti apa kinerja produk
sebenarnya. Karena konsumen membentuk harapan berdasarkan pesan yang
diterima dari para penjual, teman dan sumber – sumber informasi lain.
Semakin besar kesenjangan antara harapan dan kinerja, semakin besar
ketidakpuasan konsumen. Bahkan beberapa penjual memiliki strategi dengan
menyatakan level kinerja yang lebih rendah sehingga konsumen akan
mendapatkan kepuasan yang lebih tinggi daripada yang diharapkannya.
4.
Penelitian Terdahulu
1.
Penelitian Mudmainah Tahun 2011
Pada penelitian Analisis Pengaruh Atribut-atribut Pemasaran Terhadap
Keputusan Pembelian oleh Konsumen pada Pasar Swalayan Harmoni
Semarang. Menyatakan hasil penelitian Variabel harga, promosi, tempat
dan pelayanan berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan
pembelian, sedangkan variabel produk tidak signifikan artinya tidak
mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap keputusan pembelian
Secara serempak menunjukkan variabel produk, harga, promosi, tempat
dan pelayanan secara bersama-sama mempunyai pengaruh yang signifikan
terhadap keputusan pembelian.
2.
Penelitian Aji tahun 2006.
Pada penelitian Aji yang berjudul Analisa Pengaruh Produk, Harga,
Distribusi Dan Promosi terhadap Keputusan Pembelian pada ”Gede
Swalayan ” Boyolali. Menghasilkan penelitian. Secara parsial variabel
55
harga dan promosi memberikan kontribusi positif terhadap keputusan
pembelian konsumen sedangkan variabel produk dan distribusi merupakan
faktor yang tidak berpengaruh terhadap keputusan pembelian produk di
Gede Swalayan.
Secara serempak menunjukkan bahwa keempat variabel produk, harga,
distribusi dan promosi secara bersama berpengaruh positif dan signifikan
terhadap keputusan pembelian produk pada Swalayan Gede di Boyolali.
3.
Penelitian Widagdo tahun 2011.
Pada penelitian Aji yang berjudul Analisa Pengaruh Kualitas Layanan Dan
Promosi terhadap Keputusan Konsumen Membeli Komputer Pada
PT.XYZ Palembang. Berdasarkan hasil penelitian dan analisis yang telah
dilakukan, maka pada penelitian ini dapat disimpulkan bahwa variabel
Kualitas Layanan dan Variabel Promosi berpengaruh secara simultan
terhadap Keputusan konsumen membeli komputer. Hasil analisis diperoleh
nilai koefisien determinasi R2 sebesar 0,278, artinya pengaruh Kualitas
layanan dan Promosi terhadap Keputusan membeli sebesar 27,8 persen.
Secara simultan diperoleh nilai F-hitung sebesar 20,557 dan nilai pvalue
(Sig) sebesar 0,000 sehingga dapat dinyatakan bahwa ada pengaruh yang
positif dan signifikan antara Kualitas Layanan dan Promosi terhadap
Keputusan konsumen membeli komputer pada PT. XYZ Palembang.
Pengaruh variabel Kualitas Layanan lebih dominan dibandingkan variabel
Promosi. Kualitas Layanan mempunyai pengaruh sebesar 77,2 persen
56
(R2=0,772) dan Promosi mempunyai pengaruh sebesar 48,4 persen
(R2=0.484). Variabel Kualitas Layanan berpengaruh signifikan terhadap
Keputusan konsumen membeli komputer pada PT. XYZ Palembang
sebesar 77,2 persen (R2=0,772).
B.
Rerangka Pemikiran
1. Pengaruh Promosi terhadap Keputusan Pembelian
Promosi penjualan adalah rangsangan langsung yang ditujukan kepada
konsumen untuk melakukan pembelian. Jadi promosi penjulan
merupaka suatu bentuk komunikasi pemasaran yang berusaha
menyebarkan
informasi,
mempengaruhi
atau
membentuk
dan
mengingatkan pasar sasaran terhadap perusahaan dan produknya agar
membeli dan loyal terhadap produk yang ditawarkan. Jadi dapat kita
simpulkan promosi penjualan mempengaruhi konsumen dalam
keputusan pembelian.
Hal tersebut di atas, sesuai dengan penelitan oleh Rusydi Abubakar
(2005) dan Faris Nabhan dan Enlik Kresnaini (2005) menyatakan
bahwa variabel promosi berpengaruh secara positif dan signifikan
terhadap keputusan pembelian konsumen.
2.
Pengaruh Kualitas Pelayanan terhadap Keputusan Pembelian
Kualitas pelayanan memainkan peranan penting dalam memberi nilai
tambah terhadap pengalaman service secara keseluruhan. Sama seperti
halnya kualitas produk, seorang pelanggan akan mengevaluasi kualitas
57
layanan berdasarkan persepsi mereka. Dapat dikatakan dalam
merumuskan strategi dan program pelayanan, setiap pelaku usaha
harus
berorientasi
pada
kepentingan
pelanggan
dan
sangat
memperhatikan dimensi kualitasnya Hal ini sangat penting agar
pelanggan tidak mengurungkan niatnya ketika akan melakukan
keputusan pembelian. Menurut Brady dan Cronin (dalam Remiasa dan
Lukman, 2007) “persepsi pelanggan terhadap kualitas layanan ini
terdiri dari tiga kualitas yaitu kualitas interaksi, kualitas lingkungan
fisik dan kualitas hasil. Ketiga kualitas ini membentuk pada
keseluruhan persepsi pelanggan terhadap kualitas layanan.
3.
Pengaruh Promosi dan Kualitas Pelayanan terhadap Keputusan
Pembelian
Berdasarkan hasil penelitian dan analisis yang telah dilakukan, maka
pada penelitian ini dapat disimpulkan bahwa variabel Kualitas
Layanan dan Variabel Promosi berpengaruh secara simultan terhadap
Keputusan konsumen membeli komputer. Hasil analisis diperoleh
nilai koefisien determinasi R2 sebesar 0,278, artinya pengaruh
Kualitas layanan dan Promosi terhadap Keputusan membeli sebesar
27,8 persen. Secara simultan diperoleh nilai F-hitung sebesar 20,557
dan nilai pvalue (Sig) sebesar 0,000 sehingga dapat dinyatakan bahwa
ada pengaruh yang positif dan signifikan antara Kualitas Layanan dan
Promosi terhadap Keputusan konsumen membeli komputer pada PT.
XYZ Palembang.
58
Untuk memberikan gambaran jelas pada penelitian ini, maka
disusunlah rerangka pemikiran seperti gambar dibawah ini :
H1
Promosi (X1)
H2
Keputusan
Pembelian (Y)
Kualitas
Pelayanan (X2)
H3
Gambar 2.3
Rerangka Pemikiran
C.
Hipotesis Penelitian
Hipotesis dalam penelitian ini diuraikan sebagai berikut:
1. Hipotesis 1 : Ada pengaruh promosi dan kualitas pelayanan terhadap
keputusan pembelian.
2. Hipotesis 2 : Ada pengaruh promosi terhadap keputusan pembelian.
59
3. Hipotesis 3 : Ada pengaruh kualitas pelayanan terhadap keputusan
pembelian.
60
Download