Bab 2 - Widyatama Repository

advertisement
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Manajemen Keuangan
Manajemen keuangan merupakan salah satu fungsi operasional perusahaan yang sangat
penting disamping fungsi operasional lainnya seperti manajemen pemasaran, manajemen
operasional, dan manajemen sumber daya manusia. Manajemen Keuangan berbicara mengenai
pengelolaan keuangan yang pada dasarnya dapat dilakukan baik oleh individu, perusahaan,
maupun pemerintah.
2.1.1 Pengertian Manajemen
Untuk meningkatkan daya guna atau barang atau jasa tidaklah dapat dilakukan sendiri,
tetapi dibutuhkan bantuan dan dilakukan bersama-sama dengan orang lain. Untuk mendapatkan
kerjasama yang baik, maka diperlukan suatu sistem yang dapat menjaga agar suatu kerjasama
dapat berjalan dengan baik, sehingga segala tujuan dapat tercapai dan akan menghasilkan suatu
hasil yang maksimal, untuk dapat mencapai hasil yang terbaik tersebut maka diperlukan suatu
sistem yang disebut manajemen.
Manajemen berasal dari kata to manage yang artinya mengatur. Mengatur dilakukan
melalui proses dan diatur berdasarkan urutan dari fungsi-fungsi manajemen itu. Jadi, manajemen
itu merupakan suatu proses untuk mewujudkan tujuan yang ingin diinginkan. Dari berbagai
literature manajemen, ditemukan bahwa istilah manajemen mengandung tiga pengertian, yaitu
melakukan aktivitas manajemen, manajemen sebagai suatu seni (art) dan manajemen sebagai
suatu ilmu. Berikut definisi manajemen yang dikemukakan oleh para ahli.
Pengertian manajemen menurut Haiman yang dikutip oleh Manulang (2004:2)
menyatakan bahwa :
Manajemen adalah fungsi untuk mencapai sesuatu melalui kegiatan orang lain
dan mengawasi usaha-usaha individu untuk mencapai tujuan bersama .
Sedangkan menurut Hasibuan (2004:2) :
Manajemen adalah ilmu dan seni mengatur proses pemanfaatan sumber daya
manusia dan sumber-sumber lainnya secara efektif dan efisien untuk mencapai
tujuan tertentu .
Dari beberapa pengerian tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa manajemen itu adalah
seni atau suatu ilmu. Manajemen sebagai seni berfungsi untuk menvapai tujuan yang nyata
mandatangkan hasil atau manfaat, sedangkan manajemen sebagai ilmu berfungsi menerangkan
fenomena-fenomena, kebijakan-kebijakan, keadaan-keadaan, untuk memberikan penjelasanpenjelasan.
Ada tiga pokok penting dalam penertian-pengertian tersebut, yaitu adanya tujuan yang
ingin dicapai, tujuan yang dicapai mempergunakan kegiatan-kegiatan orang lain dan kegiatan
orang lain itu harus dibimbimg dan diawasi. Manajemen juga merupakan aktivitas orang-orang
yang melakukan aktivitas manajemen, aktivitas manajemen tersebut adalah planning, organizing,
staffing, directing dan controlling.
2.1.2 Pengertian Keuangan
Keuangan diperlukan oleh setiap perusahaan untuk memperlancar kagiatan operasinya.
Menurut Ridwan S. Sundjaja dan Inge Barlian (2002:34) pengertian keuangan, yaitu :
Keuangan merupakan ilmu dan seni dalam mengelola uang yang mempengaruhi
kehidupan setiap oarng dan setiap organisasi. Keuangan berhubungan dengan
proses, lembaga, pasar, dan instrument yang terlibat dalam transfer uang dimana
diantara individu maupun antara bisnis dan pemerintah .
Sedangkan menurut Martono Su dan D. Agus Harjito (2002:4) mengatakan bahwa :
Keuangan atau dalam literature lain disebut pembelanjaan adalah sebagai
aktivitas perusahaan yang berhubungan dengan bagaimana dana, menggunakan
dana, dan mengelola asset sesuai tujuan perusahaan secara menyeluruh .
Dari pengertian tersebut maka dapat dijelaskan bahwa keuangan adalah salah satu faktor
penting dalam pengelolaan organisasi guna mencapai organisasi yang efektif dan efisien.
2.1.3 Pengertian Manajemen Keuangan
Saat ini manajer keuangan memegang peranan yang sangat penting. Seiring dengan
perkembangannya, tugas manejer keuangan tidak hanya mencataat, membuat laporan,
mengendalikan posisi kas, membayar tagihan-tagihan, dan mencari dana. Akan tetapi, manejer
keuangan juga harus mampu menginvestasikan dana, mengatur kombinasi sumber dana yang
optimal, serta pendistribusian keuntungan (pembagian dividen) dalam rangka meningkatkan nilai
perusahaan.
Setiap perusahaan selalu membutuhkan dana dalam rangka memenuhi kebutuhan
operasional sehari-hari maupun untuk mengembangkan perusahaan. Kebutuhan dana tersebut
berupa modal kerja maupun untuk pembelian aktiva tetap, untuk memenuhi kebutuhan dana
tersebut, perusahaan harus mampu mencari sumber dana dengan komposisi yang menghasilkan
beban biaya paling murah.
Dengan demikian menurut Sutrisno (2001:3), bahwa Manajemen Keuangan atau sering
disebut pembelanjaan dapat diartikan sebagai berikut:
Semua aktivitas perusahaan yang berhubungan langsung dengan usaha-usaha
untuk mendapatkan dana perusahaan dengan biaya murah serta usaha untuk
menggunakan dan mengalokasikan dana tersebut secara efisien .
Usaha mendapatkan dana disebut dengan pembelanjaan pasif, yang berada di sisi pasiva
pada neraca. Sedangkan, usaha mengalokasikan dana disebut pembelanjaan aktif, yang berada di
sisi aktiva pada neraca.
Menurut Martono dan Agus Harjito (2007:4), menyebutkan bahwa:
Manajemen Keuangan atau dalam literature lain disebut pembelanjaan adalah
sebagai aktivitas perusahaan yang berhubungan dengan bagaimana memperoleh
dana, menggunakan dana dan mengelola assets sesuai dengan tujuan perusahaan
secara menyeluruh .
Menurut Agus Sartono (2001:6) mengartikan bahwa:
Manajemen Keuangan asebagai dana baik yang berkaitan dengan pengalokasian
dana dalam berbagai bentuk investasi secara efektif maupun usaha pengumpulan
dana untuk pembiayaan investasi atau pembelanjaan secara efisien .
Dari ketiga pengertian diatas, dapat diatarik kesimpulan bahwa, manajemen keuangan
adalah keseluruhan aktivitas perusahaan yang bersangkutan dengan usaha untuk mendapatkan
dana, menggunakan dan mengalokasikan dana tersebut guna mencapai suatu tujuan yang
diharapkan.
2.1.4 Tujuan Manajemen Keuangan
Didirikannya sebuah perusahaan harus memiliki tujuan yang jelas. Ada pihak yang
menyatakan bahwa tujuan perusahaan adalah untuk mencapai keuntungan maksimal atau laba
yang sebesar-besarnya. Pendapat lain mengemukakan bahwa tujuan suatu perusahaan adalah
untuk meningkatkan kemakmuran para pemegang saham atau pemilik perusahaan. Kemakmuran
para pemegang saham diperlihatkan dalam wujud semakin tingginya harga saham, yang
merupakan pencerminan dari keputusan-keputusan investasi, pendanaan, dan kebijakan dividen.
Maka tujuan dari manajemen keuangan adalah bagaimana perusahaan mengelola baik itu
mendapatkan dana maupun mengalokasikan dana guna mencapai nilai perusahaan yaitu
kemakmuran para pemegang saham.
2.1.5 Fungsi Manajemen Keuangan
Fungsi manajemen keuangan sebagai salah satu fungsi manajemen perusahaan yang
mengalami perkembangan dari yang bersifat deskriptif menjadi lebih bersifat analisis dan
normatif. Menurut Martono dan Agus Harjito (2007:4) terdapat 3 fungsi utama dalam
manajemen keuangan yaitu :
1. Keputusan Investasi
Keputusan investasi adalah keputusan terhadap aktiva apa yang akan dikelola
oleh perusahaan. Kepurusan Investasi ini merupakan keputusan yang paling penting
diantara ketiga fungsi yang ada. Hal ini dikarenakan keputusan investasi ini berpengaruh
secara langsung terhadap rentabilitas investasi dan aliran kas perusahaan untuk waktu
yang akan datang. Rentabilitas Investasi (return on invesment) merupakan kemampuan
perusahaan dalam memperoleh laba yang dihasilkan dari suatu investasi.
2. Keputusan Pendanaan
Keputusan Pendanaan menyangkut beberapa hal. Pertama, keputusan mengenai
penetapan sumber dana yang diperlikan untuk membiayai investasi. Sumber dana yang
akan digunakan untuk membiayai investasi tersebut berupa hutang jangka pendek, hutang
jangka panjang dan modal sendiri. Kedua, penetapan tentang perimbangan pembelanjaan
yang terbaik atau sering disebut dengan struktur modal optimum. Karena itu perlu
ditetapkan apakah perusahaan menggunakan sumber modal ekstern yang berasal dari
hutang dengan menerbitkan obligasi, atau menggunakan modal sendiri dengan
menerbitkan saham baru sehingga beban biaya modal yang ditanggung perusahaan
minimal.
3. Keputusan Pengelolaan Aktiva
Manajer Keuangan bersama manajer-manajer lainnya dalam suatu perusahaan
bertanggung jawab terhadap berbagai tingkatan operasi dari aset-aset yang ada.
Pengalokasian dana digunakan untuk pengadaan dan pemanfaatan asset menjadi
tanggung jawab manajerrr keuangan. Tanggung jawab tersebut menuntut manajer
keuangan lebih memperhatikan pengelolaan aktiva lancar dari pada aktiva tetap.
2.2
Laporan Keuangan
2.2.1 Pengertian Laporan Keuangan
Laporan keuangan merupakan hasil akhir dari proses akuntansi yang diselengarakan oleh
suatu perusahaan sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum. Proses akuntansi
terdiri dari kegiatan-kegiatan pengidentifikasian, pencatatan, pengelompokan, pengikthisaran,
dan pelaporan transaksi-transaksi dan peristiwa-peristiwa ekonomi yang terjadi dalam suatu
periode tertentu.
Pengertian laporan keuangan menurut Myer dalam bukunya Financial Statement
Analysis dalam Munawir (2002:5) :
Dua daftar yang disusun oleh akuntan pada akhir periode untuk suatu
perusahaan. Kedua daftar tersebut adalah daftar neraca atau daftar posisi
keuangan dan daftar pendapatan atau daftar rugi laba. Pada waktu akhir-akhir ini
sudah menjadi kebiasaan bagi perseroan untuk menambahkan daftar ketiga yaitu
surplus atau daftar yang tidak dibagikan (laba yang ditahan) .
Pada hakekatnya laporan keuangan menyajikan informasi mengenai posisi kinerja serta
perubahan posisi keuangan perusahaan, yang dapat memberikan gambaran mengenai
kemampuan perusahaan untuk menghasikan laba. Laporan keuangan juga dapat memberikan
informasi mengenai keadaan likuiditas, solvabilitas, probabilitas, atau rentabilitas, fleksibilitas
keuangan perusahaan setelah dianalisis dan diinterpretasi dengan menggunakan metode dan
teknik analisis yang memadai. Sebagai sistem informasi keuangan , laporan keuangan (financial
statement) merupakan alat utama dimana informasi keuangan dikomunikasikan kapada pihakpihak di luar perusahaan. Menurut Keown, et,al (2005:31) laporan keuangan adalah :
Financial statement that are used to understand how a firm is doing financiallythe income statement, or what is sometimes called the profit and loss statement and
the balance sheet .
Artinya bahwa laporan keuangan merupakan suatu laporan yang digunakan untuk
mengetahui bagaimana melakukan suatu kegiatan keuangan yang hasilnya dapat dilihat dari
laporan laba rugi dan laporan neraca. Laporan keuangan tersebut dapat digunakan olrh para
pemakai sebagai dasar dalam pengambilan keputusan.
Dari ketiga pengertian diatas, dapat ditarik simpulan bahwa laporan keuangan adalah
suatu laporan keuangan yang dikeluarkan oleh perusahaan yang didalamnya terdapat kondisi
posisi keuangan perusahaan sebagai suatu alat informasi bagi pihak manajemen maupun pihak
lain yang berkepentingan, khususnya dalam hal pengambilan keputusan.
2.2.2 Bagian-bagian Laporan Keuangan
Seperti yang telah diketahui bahwa yang dimaksud dengan laporan keuangan yang
lengkap biasanya meliputi neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan posisi keuangan (yang
disajikan dalam berbagai cara seperti misalnya, sebagai laporan arus kas,atau laporan arus dana,
catatan atas laporan lain serta materi penjelasan yang merupakan bagian integral dari laporan
keuangan). Di samping itu juga termasuk skedul informasi keuangan segmen industri dan
geografis serta pengungkapan pengaruh harga-harga.
Laporan keuangan berdasarkan PSAK tahun 1994 paragraf 7 yang menyediakan
informasi bagian-bagian dari laporan keuangan sebagai berikut :
1. Neraca
Neraca adalah laporan yang sistematis tentang aktiva, hutang serta modal dari
suatu perusahaan pada periode tertentu. Neraca menyediakan informasi mengenai
nilai dan jenis investasi perusahaan, kewajiban perusahaan kepada kreditor dan
ekuitas pemilik neraca juga dapat digunakan senagai dasar untuk menghitung hasil
pengembalian, mengevaluasi struktur modal perusahaan, dan memperhitungkan
likuiditas dan fleksibilitas keuangan perusahaan.
2. Laporan laba rugi
Laporan laba rugi adalah suatu laporan yang sistematis tentang penghasilan,
biaya, laba rugi yang diperoleh suatu perusahaan selama periode tertentu. Laporan
laba rugi menyedikan informasi bagi pemakai untuk meramalkan aliran kas di masa
yang akan datang, mengevaluasi prestasi perusahaan di masa yang lalu, dan
dipergunakan untuk mempelajari risiko yang dihadapi perusahaan.
3. Laporan laba ditahan
Laporan
laba
ditahan
menyajikan
informasi
yang
dapat
membantu
memperhitungkan prestasi secara keseluruhan dengan menyediakan informasi
tambahan mengenai naik turunya aktiva bersih dalam periode yang bersangkutan.
4. Laporan arus kas
Laporan arus kas menyajikan informasi berupa sumber penggunaan kas dalam
periode yang bersangkutan dan informasi mengenai operasional, investasi, dan
aktivitas perusahaan.
5. Catatan atas laporan keuangan
Dimaksudkan untuk memberikan penekanan dan penjelasan terhadap komponenkomponen tertentu dalam laporan keuangan yang merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari laporan keuangan tersebut.
2.2.3 Analisis Rasio Keuangan
Sebelum manajer keungan mengambil keputusan keuangan maka terlebih dahulu ia perlu
memahami mengenai kondisi suatu perusahaan. Untuk memahami kondisi keuangan perusahaan,
diperlukan analisis terhadap laporan keuangan perusahaan. Ukuran yang sering digunakan dalam
analisis financial adalah rasio keungan. Analisis ini akan sangat membantu dalam menilai
prestasi manajemen masa lalu dan prospeknya di masa mendatang serta kekuatan dan kelemahan
yang dimiliki oleh seorang business enterprise. Untuk melakukan analisis rasio keuangan dapat
dengan cara membandingkan prestasi satu periode dibandingkan dengan periode sebelumnya
sehingga diketahui adanya kecenderungan selama periode tertentu.
Menurut Ridwan Sundjaja dan Inge Barlian (2002:104), bahwa :
Analisis rasio adalah suatu metode perhitungan dan interpretasi rasio keuangan
untuk menilai kinerja dan status suatu perusahaan .
Kemudian analisis rasio menurut Sutrisno (2003:245) adalah :
Analisis rasio adalah menghubung-hubungkan elemen-elemen yang ada di
laporan keuangan .
Dari pengertian diatas, dapat ditarik simpulan bahwa analisis rasio keuangan adalah suatu
metode perhitungan yang yang digunakan oleh para pihak manajemen perusahaan dan pihak
yang berkepentingan dalam mencerminkan aspek tertentu.
2.2.3.1 Pengertian Rasio Keuangan
Rasio keuangan merupakan suatu alat atau cara yang paling umum digunakan dalam
membuat analisis laporan keuangan. Analisis rasio pada dasarnya adalah suatu teknik yang
digunakan untuk melihat sifat-sifat kegiatan operasi perusahaan dengan cara mengembangkan
ukuran-ukuran kinerja perusahaan yang telah distandarisasi. Analisis rasio menggambarkan
hubungan matematis antara suatu jumlah dengan jumlah yang lainnya. Perhitungan yang
digunakan analisis rasio ini sebenarnya relative sederhana, namun interpretasi terhadap rasio
tersebut merupakan masalah yang cukup komplek. Oleh karena itu, efektifnya rasio keuangan
ini, sebagai suatu alat analisis sangat tergantung dari kemampuan dan keahlian analisis
menginterpretasikan rasio-rasio yang dipergunakan.
Menurut Susan Irawati (2005:22) :
Rasio keuangan merupakan suatu teknik analisis dalam bidang manajemen
keuangan yang dimanfaatkan sebagai suatu alat ukur kondisi-kondisi keuangan
suatu perusahaan dalam periode tertentu, ataupun hasil-hasil usaha dari suatu
perusahaan pada periode tertentu dengan jalan membandingkan 2 buah variable
yang diambil dari laporan keuangan perusahaan, baik daftar neraca maupun laba
rugi .
Macam-macam rasio rasio keuangan banyak sekali, karena rasio dapat dibuat menurut
kebutuhan penganalisa. Penganalisa keuangan dalam mengadakan analisis rasio keuangan pada
dasarnya melakukan dengan 2 macam cara perbandingan, yaitu :
1. Membandingkan rasio sekarang (present ratio) dengan rasio-rasio dari waktu yang
lalu (ratio historis) atau dengan rasio-rasio yang diperkirakan untuk waktu yang akan
datang dari perusahaan yang sama. Dari cara perbandingan tersebut akan dapat
diketahui perubahan-perubahan dari rasio tersebut dari tahun ke tahun dan
mengetahui faktor-faktor apa yang menyebabkan adanya perubahan tersebut.
2. Membandingkan rasio-rasio dari suatu perusahaan (rasio perusahaan atau company
ratio) dengan rasio-rasio semacamnya dari perusahaan lain yang sejenis atau industri
(rasio industry/rasio rata-rata/rasio standar) untuk waktu yang sama. Dengan
membandingkan rasio perusahaan dengan rasio industry akan dapat diketahui apakah
perusahaan yang bersangkutan itu dalam aspek keuangan tertentu berada di atas ratarata industri (above average), berada pada rata-rata (average) atau terletak di baawah
rata-rata (below average).
2.2.3.2
Manfaat Analisis Rasio Keuangan
Manfaat dari analisis rasio keuangan menurut Susan Irawati (2006:24) dapat ditinjau
dari dua sudut, yaitu :
1. Pihak Intern (Manajemen)
Dalam sudut pandangan pihak intern perusahaan atau manajemen, analisis rasio
keuangan berguba sebagai cara untuk :
a. Mengantisipasi kaedaan di masa mendatang, dan
b. Sebagai titik tolak bagi tindakan perencanaan yang akan mempengaruhi
jalannya kejadian di masa mendatang.
2. Pihak Ekstern
Dalam sudut pandang pihak ekstern manfaat dari analisis rasio keuangan yaitu
untuk meramalkan masa depan perusahaan, atau dengan kata lain dari sudut pandang
pihak ekstern manfaat analisis rasio keuangan yaitu untuk menentukan
atau
memprediksi apakah perusahaan tersebut bisa berkembang dalam arti dapat
melakukan operasionalnya kembali atau malah perusahaan tersebut gulung tikar,
sehingga akan mempengaruhi keberadaan pihak ekstern di dalam perusahaan tersebut.
2.2.3.3
Penggolongan Analisis Rasio Keuangan
Ada dua penggolongan jenis-jenis rasio keuangan menurut Susan Irawati (2006:24)
yang dapat dilihat berdasarkan :
1. Ditinjau dari Sumber Data
a) Financial Analysis Ratio (Balance Sheet Ratios)
Merupakan rasio-rasio yang disusun dari data yang berasal dari elemenelemen neraca, misalnya current ratio, acid test ratio, current asset to total
assets ratio, current liabilities to total assets ratio, dan lain-lain.
b) Operating Analysis Ratio (Income Statement Ratios)
Merupakan rasio-rasio yang disusun dari data laporan laba rugi, misalnya
gross profit margin, net profit margin, dan lain-lain.
c) Operating Financial Analysis Ratio (Inter-Statement Ratios)
Merupakan rasio-rasio yang disusun dari data yang berasal dari neraca dan
data lainnya yang berasal dari laporan laba rugi, misalnya assets turnover,
inventory turnover, receivable turnover, dan lain-lain.
2. Ditinajau dari Tujuan atau Informasi Kondisi Keuangan
a) Rasio Likuiditas (Liquidity Ratios)
Merupakan rasio yang digunakan sebagai alat ukur kemampuan
perusahaan dalam membayar pinjaman jangka pendek pada saat jatuh tempo
atau dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya (financial-nya yang harus
segera dipenuhi). Jika perusahaan mampu melakukan pembayaran artinya
keadaan perusahaan dalam keadaan likuid, tetapi jika perusahaan tidak
mampu, maka perusahaan tidak dikatakan dalam keadaan likuid.
b) Rasio Leverage (Leverage Ratios)
Merupakan rasio yang digunakan sebagai alat ukur sampai seberapa besar
aktiva perusahaan dibiayai dengan hutang atau seberapa jauh perusahaan
menggunakan hutangnya untuk jangka panjang. Apabila perusahaan tidak
menggunalan leverage dalam stuktur modalnya, maka perusahaan dalam
beroperasi sepenuhnya menggunakan modal sendiri, sehingga risiko
perusahaan menjasi kecil. Semakin besar tingkat leverage perusahaan, akan
semakin besar jumlah pinjaman yang digunakan, sehingga risiko keuangan
yang dihadapi perusahaan semakin besar.
c) Rasio Aktivitas (Activity Ratios)
Merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur seberapa besar aktivitas
perusahaan dalam memanfaatkan sumber dananya. Semakin efektif dalam
memanfaatkan dana, semakin cepat perputaran dana tersebut.
d) Rasio Profitabilitas (Profitability Ratios)
Merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur sampai seberapa besar
efektifitas perusahaan dalam mendapatkan keuntungan. Semakin besar tingkat
keuntungan menunjukan semakin besar manajemen dalam mengelola
perusahaan.
e) Rasio Penilaian (Valuation Ratios)
Merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur sampai seberapa besar
kemampuan manajemen dalam menciptakan nilai pasar agar melebihi biaya
modalnya. Ratio penilaian ini juga menghubungkan harga saham perusahaan
dengan laba dengan nilai buku per saham. Ratio ini memberikan manajemen
petunjuk mengenai apa yang dipikirkan investor atas kinerja perusahaan di
masa lalu serta prospek di masa mendatang.
2.3
Earning Per Share (EPS)
2.3.1 Pengertian Earning Per Share
Earning Per Share yang tinggi merupakan daya tarik bagi investor. Semakin tinggi EPS,
maka kemampuan perusahaan untuk memberikan pendapatan kepada pemegang sahamnya
semakin tinggi. EPS menggambarkan jumlah laba yang diperoleh setiap lembar selama periode
tertentu.
Menurut Sofyan Syarif Harahap (2004:297) :
EPS adalah suatu rasio yang menunjukan berapa besar kemampuan perlembar
saham menghasilkan laba .
Menurut Gitman (2005:15), bahwa :
Earning Per Share (EPS) is the amount earned during the accounting period on
each outstanding share of common, calculated by diving the period s total earning
available for the firm s common stocholder s by the number of share of common
stock outstanding .
Artinya bahwa Earning Per Share adalah rasio keuangan yang memperlihatkan jumlah
pendapatan atas saham yang beredar, dimana membandingkan pendapatan yang tersedia bagi
para pemegang saham biasa dengan jumlah saham yang bereda.
Menurut Hanafi dan Abdul Halim (2005:194), bahwa :
Earning Per Share (EPS) adalah rasio keuangan yang digunakan oleh investor
saham untuk menganalisis kemampuan perusahaan mencetak laba berdasarkan
saham yang dimilikinya .
Berdasarkan pengertian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa Erning Per Share
merupakan rasio profitabilitas sebagai informasi yang digunakan untuk menganalisis
kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba untuk tiap lembar saham yang dimilikinya.
2.3.2 Pengukuran Earning Per Share (EPS)
Earning Per Share adalah perbandingan antara laba yang tersedia bagi pemegang saham
biasa (laba setelah pajak dikurang dividen saham preferen) dengan rata-rata tertimbang jumlah
saham yang beredar selama periode perhitungan yang dilakukan.
Earning Per Share dapat dirumuskan sebagai berikut :
Earning Per Share (EPS) =
Penelitian yang dilakukan dibatasi hanya membicarakan saham biasa. Apabila
perusahaan menerbitkan saham biasa dan saham preferen, maka net income dalam penelitian
harus merupakan net income bagi pemegang saham biasa. Net income bagi pemegang saham
biasa diperoleh dengan mengurai net income dengan dividend dan hak-hak lainnya bagi
pemegang saham preferen. Hasil yang diperoleh merupakan net income atau keuntungan yang
tersedia bagi pemegang saham.
2.4
Return On Equity (ROE)
2.4.1 Pengertian Return On Equity
Return On Equity atau sering disebut rate of return on net worth merupakan salah satu
teknik yang dapat digunakan dalam memperhitungkan profitabilitas perusahaan independent
terhadap dana yang dipakai. Return On Equity secara eksplisit menganalisis profitabilitas
perusahaan bagi pemilik saham biasa.
Adapun pendapat para ahli sebagai berikut :
Menurut Martono dan Harjito (2003:60), bahwa :
Return On Equity sering disebut rentabilitas modal sendiri dimaksudkan untuk
mengukur seberapa banyak keuntungan yang menjadi hak pemilik modal sendiri .
Menurut Brigham dan Houston (2004:88)
The ratio of net income to common equity ; measure the rate of return common
stockholders investment .
Artinya bahwa rasio dari pendapatan bersih (EAT) terhadap modal sendiri ; mengukur
tingkat pengembalian atas investasi pemegang saham biasa.
Dari pengertian diatas dapat diambil suatu simpulan bahwa Return On Equity merupakan
rasio yang digunakan untuk menilai tingkat keuntungan yang diperoleh pada periode waktu
tertentu dibandingkan dengan modal yang dimiliki perusahaan.
2.4.2 Pengukuran Return On Equity (ROE)
Return On Equity adalah perbandingan antara laba yang tersedia bagi pemegang saham
setelah pajak (dikurangi dividen saham biasa) dengan ekuitas yang telah diinvestasikan selama
periode perhitungan dilakukan.
Menurut Gitman (2000:145), ROE dapat dihitung sebagai berikut :
Return On Equity (ROE)
Laba yang digunakan dalam menganalisis kinerja tersebut adalah laba bersih dipotong
pajak dan bunga. Rasio ini sangat umum digunakan oleh investor karena rasio ini merefleksikan
kemungkinan tingkat laba yang diperoleh pemegang saham, karena pemegang saham sebagai
pemilik dari perusahaan.
Dengan demikian, ROE yang tinggi berarti perusahaan tersebut memiliki peluang untuk
memberikan pendapatan yang besar bagi para pemegang saham. Kondisi perusahaan yang baik
akan menghasilkan laba yang tinggi, sehingga kemungkinan menghasilkan tingkat pengembalian
saham yang besar.
2.5
Dividend
2.5.1 Pengertian Dividend
Pembagian profit selain cash bisa juga dengan dividen. Pengertian dividen menurut
Brealy dan Myers (2003:143) adalah :
Periodic cash distribution from the firm to its shareholders .
Artinya bahwa pembagian uang tunai secara berkala dari perusahaan kepada pemegang
saham.
Menurut Hassel Nogi (2003:20), bahwa :
Dividend adalah bagian dari laba bersih yang dibagikan kepada pemegang saham
(pemilik modal sendiri, equity) .
Di satu pihak, setiap perusahaan selalu menginginkan adanya pertumbuhan pendapatan
bagi perusahaan dan dapat membayarkan dividen kepada pemegang saham. Di lain pihak, kedua
tujuan tersebut selalu bertentangan, sebab seandainya makin tinggi tingkat dividen yang
dibayarkan, berarti semakin sedikit laba yang yang akan ditahan, dan akibatnya menghambat
tingkat pertumbuhan dalam pendapatan dan harga sahamnya. Jika perusahaan ingin menahan
sebagian besar pendapatannya untuk tetap di dalam perusahaan berarti bahwa sebagian dari
pendapatannya yang tersedia untuk pembayaran dividen adalah semakin kecil.
Pembagian dividen dipengaruhi oleh banyak variable, sebagai contoh kebutuhan arus kas
dan investasi perusahaan yang semakin berubah-ubah dengan cepat sehingga untuk menentukan
jumlah dividen tetap yang tinggi. Di lain pihak, perusahaan mungkin menginginkan pembayaran
dividen yang tinggi untuk menyalurkan dana yang dibutuhkan dalam investasi. Dalam kasus
seperti ini pimpinan perusahaan dapat menetapkan dividen yang tetap rendah sehingga
perusahaan akan dapat membayarkan pada tahun-tahun dimana laba yang diperoleh perusahaan
rendah atau pada tahun-tahun diperlukannya dana yang cukup besar untuk investasi. Pada
umunya, kebanyakan perusahaan membayarkan dividen berupa kas, seperti yang dikatakan oleh
Brealy dan Myers (2003:434) :
Most companies pay a regural cash dividend each quarter .
Artinya bahwa kebanyakan perusahaan membayar dividend tiap periode.
Demikian juga yang diungkapkan oleh Narayaman (2004:115) :
The commonest types of dividend are cash dividends paid regullary at quarterly
or semi annual in interval .
Artinya bahwa jenis dividen yang paling umum adalah dividen kas yang dibayarkan
secara regular dalam kuartal atau setiap semester.
Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa dividen merupakan bagian dari laba
bersih yang berasal dari aliran kas untuk dibagikan kepada pemegang saham yang memberikan
informasi tentang kinerja perusahaan saat ini dan akan datang.
2.5.2 Kebijakan Dividen Perusahaan
Pengertian Kebijakan Dividen menurut Agus Sartono (2001:281) :
Kebijakan Dividen adalah keputusan apakah laba yang diperoleh perusahaan
akan dibagikan kepada pemegang saham sebagai dividen atau akan ditahan dalam
bentuk laba ditahan guna membiayai investasi di masa mendatang .
Kemudian menurut Bambang Riyanto (2001:265) :
Kebijakan Dividen adalah bersangkutan dengan penentuan pembagian
pendapatan (earning) antara pengguna pendapatan untuk dibayarkan kepada
pemegang saham sebagai dividen atau digunakan di dalam perusahaan, yang
berarti pendapatan tersebut harus ditahan di dalam perusahaan .
Kebijakan dividen merupakan suatu kebijakan untuk menetapkan berapa bagian dari laba
bersih yang akan dibagikan sebagai dividen kapada para pemegang saham dan berapa besar
bagian yang akan ditahan untuk membiayai investasi perusahaan.
2.5.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebijakan Dividen Suatu Perusahaan
Keuntungan yang diperoleh perusahaan dalam setiap periodenya akan didistribusikan
kepada para pemegang saham, dan sebagian lagi akan ditahan untuk diinvestasikan lagi dalam
bentuk yang lebih menguntungkan. Oleh karenya manajemen harus dapat membuat suatu
keputusan tentang besarnya keuntungan yang harus dibagikan kepada para pemegang saham, dan
berapa yang harus ditahan untuk mendanai perkembangan atau pertumbuhan demi kelangsungan
hidup perusahaannya.
Dalam mentukan kabijakan dividen tentunya perusahaan ingin mencapai hasil yang
terbaik dimana pada akhirnya akan meningkatkan nilai perusahaan. Kebijakan dividen yang baik
adalah kebijakan dividen yang optimal. Agar perusahaan dapat menciptakan keseimbangan
dividen
saat
ini
dan
pertumbuhan
di
masa
mendatang,
maka
perusahaan
harus
mempertimbangkan faktor-faktor yang mempengaruhinya.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan dividen suatu perusahaan menurut Martono
dan Agus Harjito (2002:255) antara lain sebagai berikut :
1) Kebutuhan dana bagi perusahaan
Semakin besar kebutuhan dana perusahaan berarti semakin kecil
kemampuan untuk pembagian dividen. Penghasilan perusahaan akan digunakan
terlebih dahulu untuk memenuhi kebutuhan dananya baru sisanya untuk
pembagian dividen.
2) Likuiditas perusahaan
Likuiditas perusahaan merupakan salah satu pertimbangan uatama dalam
kebijakan dividen. Karena dividen merupakan arus kas keluar, maka semakin
besar jumlah kas yang tersedia dan semakin besar pula kemampuan perusahaan
untuk membayar dividen. Apabila manajemen ingin memelihara likuiditas dalam
mengantisipasi adanya ketidakpastian dan agar mempunyai fleksibilitas keuangan,
kemungkinan perusahaan tidak akan membayar dividen dalam jumlah yang besar.
3) Kemampuan untuk meminjam
Posisi
likuiditas
bukanlah
satu-satunya
cara
untuk
menunjukan
fleksibilitas dan perlindungan terhadap ketidakpastian. Apabila perusahaan
mempunyai kemampuan yang tinggi untuk mendapatkan pinjaman, hal ini
merupakan fleksibilitas keuangan yang tinggi sehingga kemampuan untuk
membayar dividen juga tinggi. Jika perusahaan memerlukan pendanaan melalui
hutang, manajemen tidak perlu mengkhawatirkan pengaruh dividen kas terhadap
likuiditas perusahaan.
4) Pembatasan-pembatasan dalam perjanjian hutang
Ketentuan perlindungan dalam perjanjian hutang sering menentukan
pembatasan terhadap pembayaran dividen. Pembagian ini digunakan oleh para
kreditur untuk menjaga kamampuan perusahaan tersebut dari hutangnya.
Biasanya, pembatasan ini dinyatakan dalam persentase maksimum dari laba
kumulatif. Apabila pembagian ini dilakukan, maka manajemen perusahaan dapat
menyambut baik pembatasan dividennya dikenakan pada kreditur, karena dengan
demikian manajemen tidak harus mempertanggung jawabkan panahanan laba
kepada para pemegang saham. Manajemen hanya perlu mentaati pembatasan
tersebut.
5) Pengendalian perusahaan
Apabila suatu perusahaan membayar dividen sangat besar, maka
perusahaan mungkin menaikan modal di waktu yang akan datang melalui
penjualan
sahamnya
untuk
membiayai
kesempatan
investasi
yang
menguntungkan. Dengan bertambahnya jumlah saham yang beredar, ada
kemungkinan kelompok pemegang saham tertentu tidak lagi dapat mengendalikan
perusahaan karena jumlah saham yang mereka kuasai menjadi berkurang dari
seluruh saham yang beredar. Oleh karena itu dianggapnya berbahaya bila
perusahaan terlalu besar dividennya, sehingga pengendalian perusahaan menjadi
berpindah tangan.
2.5.4 Jenis-Jenis Kebijakan Dividen
Menurut Bambang Riyanto (2001:269) kebijakan dividen yang dilakukan oleh
perusahaan terbagi menjadi 4 macam, yaitu :
1) Kebijakan dividen yang stabil
Kebijakan pemberian dividen yang stabil ini artinya jumlah dividen per
lembar yang dibayarkan setiap tahunya relative tetap selama jangka waktu tertentu
meskipun pendapatan per lembar saham per tahunya berfluktuasi. Dividen yang
stabil ini dipertahankan untuk beberapa tahun dan kemudian apabila ternyata
pendapatan perusahaan meningkat dan kenaikan pendapatan saham tersebut
Nampak mantap dan relatif permanen, barulah besarnya dividen per lembar saham
dinaikan.
2) Kebijakan dividen dengan penetapan jumlah dividen minimal plus jumlah ekstra
tertentu
Kebijakan ini menetapkan jumlah rupiah minimal per lembar saham setiap
tahunya, artinya apabila keadaan keuangan perusahaan baik maka pemodal akan
menerima dividen minimal ditambah dividen ekstra dan sebaliknya jika keadaan
keuangan perusahaan memburuk maka yang dibayarkan hanya dividen yang
minimal saja.
3) Kebijakan dividen dengan menetapkan dividen payout ratio yang konstan
Kebijakan ini memberikan dividen yang besarnya mengikuti besarnya laba
yang diperoleh semakin besar dividen yang dibayarkan, demikian pula sebaliknya
bila laba kecil maka dividen yang dibayarkan juga kecil.
4) Kebijakan dividen yang fleksibel
Kebijakan dividen yang fleksibel adalah penetapan dividen payout ratio
yang fleksibel, yang besarnya setiap tahunya disesuaikan dengan posisi financial
dan kebijakan financial dari perusahaan yang bersangkutan.
2.5.5 Prosedur Pembayaran Dividen
Besarnya dividen diputuskan dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) dan
prosedur pembagian dividen dimulai dari tanggal pengumuman, tanggal pencatatan pemegang
saham, tanggal ex dividend an tanggal pembayaran dividen tersebut. Untuk lebih jelasnya,
prosedur pembayaran dividen tersebut sebagai berikut, Gitman (2006:590) :
1) Tanggal Pengumuman (Declaration Date)
Tanggal pengumuman adalah tanggal saat dimana direksi perusahaan
megumumkan rancana pembagian dividen.
2) Tanggal Pencatatan Pemegang Saham (Holder-of-Record Date)
Tanggal pencatatan pemegang saham adalah hari terakhir untuk
mendaftarkan diri sebagai pemegnag saham agar berhak menerima dividen yang
akan dibagikan perusahaan.
3) Tanggal Ex Dividen
Tanggal ex dividen adalah tanggal pada saat mana hak atas dividen
periode jalan dilepaskan dari sahamnya.
4) Tanggal Pembayaran Dividen
Tanggal pembayaran dividen adalah tanggal pada saat perusahaan benarbenar mengirimkan cek dividen.
2.5.6 Bentuk Pembayaran Dividen
Menurut Van Horne dan Machowicz (2005:289) bentuk pembayaran dividen dibagi
menjadi 3 macam, yaitu :
1) Dividen Saham (Stock Dividend)
Dividen saham adalah pembayaran dividen dalam bentuk tambahan
saham, bukan dalam bentuk tunai. Pemberian stock dividend dimaksudkan untuk :
a. Menahan dana tunai, sebab dengan cash flow yang banyak perusahaan
dapat membelanjakan investasi yang menguntungkan.
b. Sebagai pengganti cash dividend karena mengalami kesulitan financial
c. Untuk mempertahankan harga pasar dari saham tetap dalam suatu treding
range yang dikehendaki.
2) Pemecahan Saham
Apabila harga saham suatu perusahaan terlalu tinggi, akan mengakibatkan
banyak investor kurang berminat terhadap saham perusahaan. Oleh karena itu,
perusahaan bisa mengambil kebijakan untuk meningkatkan jumlah lembar saham
melalui pemecahan saham. Dengan pemecahan saham (stock split) jumlah lembar
saham menjadi lebih banyak dan harga saham turun proposional dengan kenaikan
jumlah lembar saham. Oleh karena itu, dengan stock split harga saham menjadi
lebih murah sehingga harga pasar masih dalam trading range tertentu.
2.5.7 Dividend Payout Ratio (DPR)
Dividen payout ratio adalah perbandingan antara dari variable yang dibayarkan dengan
laba bersih yang didapat dan biasanya disajikan dalam bentuk persentase. Semakin tinggi DPR
akan menguntungkan para investor tetapi dari pihak perusahaan akan memperlemah internal
financial karena memperkecil laba ditahan. Tetapi sebaliknya DPR semakin kecil akan
merugikan para pemegang saham (investor) tetapi internal financial perusahaan semakin kuat.
2.5.7.1 Pengertian Dividend Payout Ratio
Dividend payout ratio merupakan persentase dari laba yang akan dibayarkan kepada
pemegang saham sebagai dividen tunai. Menurut Prastowo dan Juliarty (2002:97) :
Dividend payout ratio mengukur proporsi laba bersih per satu lembar saham
biasa yang dibayarkan dalam bentuk dividen .
Sedangkan menurut Gibson (2001:321) :
The Dividend Payout Ratio measure the portion of current earning per common
share being paid out in dividends
Artinya bahwa DPR mengukur bagian dari EPS yang dibayarkan sebagai dividen.
Dari pengertian diatas dapat dirumuskan rumus dari DPR, yaitu :
Dividend Payout Ratio (DPR) =
X 100%
DPR ini pada akhirnya akan menentukan jumlah pendapatan yang bisa ditahan dalam
perusahaan sebagai sumber pendanaan.
2.5.7.2 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi DPR
Faktor-faktor yang mempengaruhi DPR menurut Keown, John dan Martin (2005:607),
yaitu :
1) Faktor Likuiditas
Semakin tinggi likuiditas akn meningkatkan DPR dan sebaliknya semakin rendah
likuiditas akan menurunkan DPR.
2) Kebutuhan Dana untuk Melunasi Utang
Semakin besar dana untuk melunasi utang baik untuk obligasi hipotik dalam
tahun tersebut yang diambilkan dari kas maka akan berakibat menurunkan DPR dan
sebaliknya.
3) Tingkat Ekspansi yang Direncanakan
Semakin tinggi tingkat ekspansi yang direncanakan oleh perusahaan berakibat
mengurangi DPR karena laba yang diperoleh diprioritaskan untuk penambahan
aktivitas.
4) Faktor Pengawasan
Semakin terbukanya perusahaan semakin banyaknya pengawasan cenderung akan
memperkuat modal sendiri sehingga mengakibatkan kenaikan DPR, dan sebaliknya
semakin tertutupnya perusahaan akan menurunkan DPR.
5) Ketentuan-ketentuan dari pemerintah
Ketentuan-ketentuan yang dimaksud adalah yang berkaitan dengan laba
perusahaan maupun pembayaran dividen.
6) Pajak kekayaan atau penghasilan dari pemegang saham
Apabila para pemegang saham adalah ekonomi lemah yang bebas pajak maka
DPR lebih tinggi disbanding apabila pemegang saham para ekonomi yang kuat yang
kena pajak.
2.6
Pasar Modal
2.6.1 Pengertian Pasar Modal
Pasar Modal secara umum adalah suatu sistem keuangan yang terorganisasi, termasuk
didalamnya adalah bank-bank komersil dan semua lembaga perantara di bidang keuangan, serta
keseluruhan surat-surat berharga yang beredar. Pada dasarnya pasar modal tak berbeda dengan
pasar modal lainnya, Pada pasar lain umunya pembeli dapatmemperoleh segala keterangan atau
informasi dari penjual sedangkan dari pasar modal, informasi diperoleh antara lain dengan
membaca prospek perusahaan. Hal yang membedakan pasar modal dengan pasar lainnya adalah
pasar modal yang bersifat absrak yaitu pembeli tidak dapat informasi langsung dari penjual dan
juga bersifat kongkrit yaitu berupa lembar surat berharga yang mempunyai keterkaitan dalam
investasi.
Sedangkan pengertian pasar modal adalah :
1) Menurut Dahlan Siamat (2004:249)
Pasar modal adalah suatu tempat yang terorganisasi dimana efek-efek
diperdagangkan yang disebut bursa efek, yaitu suatu sistem yang terorganisasi
yang mempertemukan penjual dan pembeli efek yang dilakukan baik secara
langsung maupun melalui wakil-wakilnya.
2) Menurut Kamus Lengkap Ekonomi (2000:1268)
Pasar modal adalah perdagangan surat-surat berharga yang terorganisir
melalui bursa saham dan bursa paralel.
3) Menurut UU No. 8 tahun 1995 tentang Pasar Modal
Pasar modal adalah kegiatan yang bersangkutan dengan penawaran umum
dan perdagangan efek, perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang
diterbitkannya, dan lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek.
Dari pengertian mengenai pasar modal diatas dapat terlihat bahwa pasar modal
menjalankan dua fungsi, yaitu fungsi ekonomi dan fungsi keuangan. Dalam melaksanakan fungsi
ekonominya, pasar modal menyediakan fasilitas untuk memindahkan dana kepada pihak yang
membutuhkan dana. Sedangkan keuangan yang dijalankan pasar modal adalah dengan
menyediakan dana yang diperlukan untuk pihak yang membutuhkan dana, tanpa pihak yang
menyerahkan dana harus terlibat langsung dengan kepemilikan aktiva rill yang diperlukan untuk
investasi.
2.6.2 Manfaat Pasar Modal
Secara umum keberadaan pasar modal mempunyai beberapa manfaat, yaitu:
1) Menyediakan sumber pembayaran (jangka panjang) berbagi dana usaha
sekaligus memungkinkan alokasi dana secara optimal.
2) Memberikan wahana investasi yang beragam bagi investor sehingga
memungkinkan untuk melakukan diversifikasi.
3) Alternatif investasi memberikan potensi keuntungan dengan tingkat risiko
yang dapat diperhitungkan.
4) Menyediakan leading indicator bagi perkembangan perekonomian suatu
negara.
5) Penyebaran kepemilikan perusahaan sampai lapisan masyarakat menengah.
Penyebaran kepemilikan, keterbukaan dan profesionalisme menciptakan iklim
berusaha yang sehat serta mendorong pemanfaatan manajemen professional.
2.6.3 Mekanisme Perdagangan Saham Di Pasar Modal
Suatu perusahaan (emiten) yang ingin menggalang modal (go public) melalui bursa efek
terlebih dahulu harus melakukan persipan penawaran umum kemudian mengajukan pernyataan
pendaftaran di BAPEPAM. Setelah pernyataan dinyatakan efektif, emiten akan memasuki pasar
perdana, yaitu penawaran efek kepada investor kepada penjamin emisi melalui agen penjualan
yang ditunjuk. Proses ini kemudian dilanjutkan dengan masuknya emiten ke pasar sekunder,
yaitu ke tempat perdagangan efek emiten setelah permohonan pencatatan efeknya di bursa
diterima. Dengan masuknya emiten ke pasar sekunder berarti saham-saham perusahaan tersebut
siap diperjualbelikan diantara para investor melalui perusahaan pialang dan harga saham akan
terbentuk berdasarkan adanya permintaan dan penawaran saham tersebut.
Setelah go public dan mencatatkan efeknya di bursa, maka emiten wajib menyampaikan
laporan secara rutin maupun laporan lain jika ada kejadian penting kepada BAPEPAM dan Bursa
Efek Indonesia. Seluruh laporan yang disampaikan oleh emiten kepada bursa, yaitu laporan
adanya kejadian penting, secepatnya akan dipublikasikan oleh bursa kepada masyarakat pemodal
melalui pengumuman dilantai bursa atau melalui papan informasi yang dapat diperoleh langsung
oleh pemodal maupun oleh pialang. Hal ini menjadi penting, karena sebagian investor terutama
investor publik tidak memiliki akses langsung kepada emiten, dan untuk mengetahui kinerja
perusahaan, investor sangat tergantung pada informasi tersebut. Oleh karena itu, kewajiban
pelaporan dimaksudkan untuk membantu penyebaran informasi, sehingga informasi tersebut
dapat sampai secara tepat waktu dan tepat guna kepada investor. Kewajiban pelaporan ini
merupakan pelaksaan keterbukaan informasi emiten yang disampaikan BAPEPAM dan bursa
untuk kemudian dipublikasikan kepada masyarakat pemodal.
2.7
Saham
2.7.1 Pengertian Saham
Bagian dari efek yang paling banyak diperdagangkan pada pasar modal adalah saham.
Saham (stock) merupakan salah satu instrument pasar keuangan yang paling popular. Pada sisi
yang lain, saham merupakan instrument investasi yang paling banyak dipilih oleh para investor
karena saham mampu memberikan tingkat keuntungan yang menarik. Saham dapat didefinisikan
sebagai tanda penyertaan modal seseorang atau pihak (badan usaha) dalam suatu
perusahaan/perseroan terbatas. Dengan menyertakan modal tersebut, maka pihak tersebut
memiliki kalim atas pendapatan perusahaan, klaim atas asset perusahaan dan berhak hadir dalam
Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS).
Definisi dari saham adalah tanda penyertaan/kepemilikan seseorang/badan usaha dalam
suatu perusahaan/perseroan terbatas.
Menurut Gitman (2001:7), menyatakan bahwa :
Saham adalah bentuk paling murni dan sederhana dari kepemilikan seseorang .
Sedangkan menurut Mishkin (2001:4), bahwa :
Saham merupakan suatu sekuritas yang memiliki klaim terhadap pendapatan dan
asset sebuah perusahaan .
2.7.2 Kepemilikan Dan Karakteristik Saham Biasa
Kepemilikan saham biasa pada suatu perusahaan menurut Sundjaja dan Barlian
(2003:348) dapat berbentuk :
1) Kepemilikan saham pribadi, yaitu saham biasa dari perusahaan yang dimiliki
secar pribadi atau individual.
2) Kepemilikan saham tertutup, yaitu semua saham biasa dari perusahaan yang
dimiliki oleh sebuah kelompok investor kecil seperti keluarga.
3) Kepemilikan saham public, yaitu saham biasa perusahaan yang telah dimiliki
oleh sebuah kelompok besar byang tidak ada hubungan antar individu dan
atau suatu lembaga investasi.
Pada umumnya, tiap lembar saham dari saham biasa member hak atas pemiliknya sebesar
satu suara dalam pemilihan direktur dan pemilihan khusus lainnya. Hak suara tersebut
dimanfaatkan pada pertemuan tahunan pemegang saham.
2.7.3 Jenis-Jenis Saham
Saham terdiri dari beberapa jenis dan dapat dibedakan melalui cara pengalihan dan
manfaat yang diperoleh para pemegang saham, seperti yang dikemukakan oleh Kamarudin
Ahmad (2003:74), yaitu :
1. Menurut cara pengalihan
a. Saham atas tunjuk (brearer stock)
Diatas sertifikat saham ini tidak ditulis nama pemilik sahamnya
sehingga kepemilikan atas unjuk ini dapat dengan mudah dialihkan atau
pindah tangankan kepada orang lain karena sifatnya yang mirip dengan
uang.
b. Saham atas nama (registered stock)
Di atas sertifikat ditulis namanya. Cara pengalihannta harus
memenuhi suatu peosedur tertentu yaitu dengan dokumen pengalihan dan
kemudian nama pemiliknya dicatat dalam buku perusahaan yang khusus
memuat daftar nama pemegang saham. Jika sertifikat saham ini hilang,
pemilik dapat memintakan penggantian karena namanya ada dalam buku
perusahaan.
2. Menurut hak tagihan (claim)
Dilihat dari segi manfaatnya, pada dasarnya saham dapat digolongkan
menjadi saham biasa dan saham preferen.
a. Saham Biasa (Common Stock)
Surat berharga yang paling banyak dan luas perdagangannya.
Pemegang surat berharga ini mempunyai hak suara dalam Rapat Umum
Pemegang Saham (RUPS). Saham biasa menempatkan pemiliknya paling
akhit terhadap pembagian dividend an hak atas keuangan perusahan
setelah dilikuidasi dibandingkan dengan saham preferen.
b. Saham Preferen Kumulatif
Dalam prakteknya, terdapat beberapa jenis saham preferen, yaitu :
1) Cummulative Preferen Stock
Saham preferen jenis ini memberikan hak kepada
pemiliknya atas pembagian dividen yang sifatnya kumulatif
dalam suatu persentase atau jumlah tertentu dividen yang
dibayarkan tidak mencukupi atau tidak dibayar sama sekali,
maka hal ini dipertimbangkan pada tahun berikutnya.
Pembayaran dividen kepada pemegang saham preferen selalu
didahulukan dari pemegang saham biasa.
2) Non Cummulatif Preferen Stock
Pemilik saham jenis ini mendapat prioritas dalam
pembagian dividen sampai pada suatu persentasi atau pada
jumlah tertentu, tetapi tidak bersifat kumulatif. Dengan
demikian apabila pada suatu tahun tertentu dividen yang
dibayarkan lebih besar dari pada jumlah yang ditentukan atau
tidak dibayar sama sekali, maka hal itu tidak dapat
dipertimbangkan pada tahun berikutnya.
3) Participacing Prefered Stock
Pemilik saham jenis ini selain memperoleh dividen ekstra,
setelah dividen dibayarkan penuh kepada seluruh pemegang
saham preferen, mereka juga memperoleh dividen eksta
bersama-sama dengan pemegang saham biasa.
2.7.4 Harga Saham
Surat saham menurut harga saham yang disebut sebagai harga nominal, harga nominal ini
merupakan harga yang ditetapkan oleh emiten untuk menilai setiap lembar saham yang
dikeluarkan. Besarnya harga nominal ini biasanya tergantung pada keinginan emiten dalam
rangka pencapaian tujuan perusahaan untuk memperoleh laba. Penentuan harga ini tentunya
berbeda dengan perdana (primary price) dari suatu saham. Harga perdana adalah harga suatu
saham sebelum dicatat (listed) di bursa efek. Harga perdana merupakan harga yang terjadi atas
hasil negosiasi anta penjamin emisi (underwriter) dengan calon emiten. Jika suatu saham terjual
dengan harga perdana yang lebih tinggi dari harga nominalnya, maka selisih harga saham
tersebut disebut agio saham, hal tersebut diatas sesuai dengan yang dikemukakan oleh
Sunariyah (2004:127).
Dalam pasar modal yang efisien semua sekuritas diperjual belikan pada harga pasar.
Harga pasar saham adalah harga yang ditentukan oleh investor melalui pertemuan permintaan
dan penawaran. Pertemuan ini dapat terjadi karena investor sepakat terhadap harga suatu saham.
Menurut Agus Sartono (2001:70) tentang terbentuknya harga pasar saham sebagai berikut :
Harga pasar saham terbentuk melalui mekanisme penerimaan dan penawaran di
pasar modal .
Harga saham mengalami perubahan naik atau turun dari satu waktu ke waktu lain.
Perubahan tersebut tergantung pada kekuatan permintaan dan penawaran. Apabila suatu saham
mengalami kelebihan permintaan maka harga cenderung naik. Sebaliknya kalau terjadi kelebihan
penawaran, harga saham cenderung turun.
2.7.5 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Harga Saham
Menurut Tandelilin (2001:249) secara garis besar, faktor-faktor yang mempengaruhu
harga saham dikelompokan ke dalam tiga golongan, yaitu :
1. Pengaruh dari luar
a. Harga Saham
Harga saham akan terbentuk melalui jumlah permintaan dan penawaran
terhadap suatu efek. Jumlah permintaan dan penawaran mencerminkan kekuatan
pasar. Jika jumlah penawaran lebih besar dari permintaan maka pada umumnya
kurs harga saham akan turun. Sebaliknya, jika jumlah permintaan lebih besar dari
penawaran terhadap suatu efek maka harga saham tersebut cenderung naik.
b. Tingkat efisiensi pasar modal
Pasar modal dikatak efisien jika informasi dapat diperoleh dengan mudah
dan murah oleh pemodal, sehingga semua informasi yang relevan dan terpercaya
telah tercermin dalam harga-hrga saham. Efisiensi pasar modal ditentukan dengan
seberapa besar pengaruh informasi yang relevan dipertimbangkan dalam
pengambilan keputusan investasi. Menurut Tandellin (2002:212), pertumbuhan
harga saham dipengaruhi oleh :
1) Tingkat Inflasi Suatu Negara
Tingkat pengembalian investasi suatu saham disebut sebagai
tingkat pengembalian normal. Namun tingkat pengembalian tersebut
tidak menggambrkan keadaan sebenarnya adanya inflasi.
2) Tingkat Pajak
Di Indonesia, pajak atas transaksi di bursa ditetapkan pada
penjualan dan dibayar diawal transaksi tanpa melihat transaksi tersebut
mendapat keuntungan atau kerugian atas investasi.
2. Perilaku Investor
Para pemodal yang masuk ke pasar modal berasal dari macam-macam kalangan
masyarakat dengan tujuan yang di lihat dari sisi tujaunnya, maka pemodal dapat
dikelompokan ke dalam empat kriteria, yaitu :
1) Pemodal yang bertujuan memperoleh dividen
Kelompok ini akan focus pada perusahaan yang sudah sangat stabil
posisi keuangannya. Harapan utama kelompok ini adalah mendapatkan
dividen yang cukup dan terjamin setiap tahun atau setiap periode
pembagian dividennya.
2) Pemodal yang bertujuan untuk berdagang
Kelompok
ini,
dalam
pembelian
saham
bertujuan
untuk
memperoleh keuntungan dari selisih positif harga beli saham dengan
harga jual saham.
3) Kelompok yang berkepentingan dalam pemilikan saham
Bagi kelompok ini, yang penting adalah ikut sertanya mereka
sebagai pemilik perusahaan. Pemodal jenis ini cenderung memilih
saham perusahaan yang sudah memiliki nama baik di kalangan
pemodal lain.
4) Kelompok Spekulator
Kelompok ini, menyukai saham-saham yang belum berkembang
akan tetapi diyakini akan berkembang dengan baik. Pada umumnya
pada setiap kegiatan pasar modal, speculator memiliki peranan yang
kuat dalam meningkatkan akyivitas pasar sekaligus meningkatkan
likuiditas saham.
3. Kinerja Keuangan Emiten
Kinerja keuangan emiten selama ini dianggap sebagai faktor terpenting dan
penentu harga saham perusahaan. Hal ini disebsbkan oleh kinerja kerja emiten yang
merupakan faktor yang objektif dan representative dalam menggambarkan harga
saham. Kinerja emiten sering diukur dengan informasi keuangan yang dihasilkan
selama periode waktu tertentu yang tercermin dalam laporan keuangan. Informasi
keuangan adalah salah satu alat yang sering digunakan oleh investor untuk menilai
harga saham dan membantu dalam proses pengambilan keputusan investasi.
2.7.6 Analisis Harga Saham
Menurut penelitian terdahulu Djoko Susanto dan Agus Sabardi (2002) setiap pelaku di
pasar modal memerlukan suatu alat analisis untuk membantu dalam mengambil keputusan
membeli atau menjual saham. Terdapat dua tipe dasar analisis pasar untuk pedoman para pelaku
di pasar modal. Kedua tipe tersebut adalah analisis fundamental dan analisis teknikal. Di dalam
prakteknya, para investor menggunakan kedua tipe analisis tersebut untuk transaksi saham
mereka.
1. Analisis Fundamental
Analisis fundamental mengidentifikasi dan mengukur faktor-faktor yang menentukan
nilai intrinsik suatu instrument financial. Menurut Suad Husnan (2003:315), bahwa :
Analisis fundamental mencoba memperkirakan harga saham di masa yang akan
datang dengan mengestimasi faktor-faktor fundamental yang mempengaruhi harga
saham di masa yang akan datang dan menerapkan hubungan variable-variabel
tersebut sehingga diperoleh taksiran harga saham .
Sedangkan menurut Kamaruddin Ahmad (2004:81)
Analisis fundamental adalah suatu pendekatan untuk menghitung nilai intrinsik
saham biasa (common stock) dengan menggunakan data keuangan perusahaan
Berdasarkan definisi di atas dapat disimpulkan bahwa analisis fundamental digunakan
untuk mengevaluasi prospek masa mendatang, pertumbuhan dan profit perusahaan dalam
kaitannya dengan perekonomian secara makro ekonomi nasional, pertimbangan perusahaan dan
kondisi perusahaan itu sendiri. Analisis fundamental akan membandingkan nilai intrinsik suatu
saham dengan harga pasarnya guna menentukan apakah harga pasar saham sudah benar-benar
mencerminkan nilai seharusnya.
2. Analisis Teknikal
Analisis teknikal merupakan suatu analisis yang labih memperhatikan pada apa yang
telah terjadi di pasar, dari pada apa yang seharusnya terjadi. Para analis teknikal tidak begitu
peduli terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi pasar, sebagaimana para analis fundamental,
tetapi lebih berkonsentrasi pada instrumennya pasar. Definisi analisis teknikal menurut Suad
Husnan (2003:349), bahwa :
Analisis teknikal merupakan upaya untuk memperkirakan harga saham (kondisi
pasar) dengan mengamati perubahan harga saham (kondisi pasar) di waktu yang
lalu .
Sedangkan menurut Kamaruddin Ahmad (2004:81) :
Analisis teknikal menganggap bahwa saham adalah komoditas perdagangan yang
pada gilirannya, permintaan dan penawarannya merupakan manifestasi kondisi
psikologis dari pemodal .
Berdasrkan definisi di atas dapat disimpulkan bahwa analisis teknikal merupakan upaya
untuk memperkirakan harga saham dengan mengamati perubahan harga tersebut di waktu yang
lalu. Pemikiran yang mendasari analisis teknikal adalah (1) harga saham mencerminkan
informasi yang relevan (2) informasi tersebut ditujunjukan oleh perubahan harga di waktu yang
lalu (3) perubahan harga saham akan mempunyai pola tertentu dan berulang. Para analis teknikal
tidak seperti analis fundamental, mereka merasa sia-sia apabila harus mempelajari laporan
keuangan perusahaan dan data lainnya dalam menentukan nilai suatu saham atau instrumen pasar
lainnya.
2.7.7 Perbedaan Analisis Fundamental dan Analisis Teknikal
Kedua analisis, yaitu analisis fundamental dan analisis teknikal mempunyai perbedaan
masing-masing. Menurut Kamarudin Ahmad (2002:83), perbedaanya adalah :
Perbedaan Analisis Fundamental dan Analisis Teknikal
Tabel 2.1
No
Variabel
Fundamental
Teknikal
1
Fokus Perhatian Harga
Overvalue/undervalue
Timing
2
Horison Waktu
Jangka
menengah
dan
jangka Jangka pendek
panjang
3
Informasi Utama
Perusahaan/emiten
Psikologis Investor
4
Motif Utama
Dividen/pertumbuhan
Capital Gain
5
Strategi Utama
Beli dan simpan
Berpindah
6
Karakter Investor
Penabung dan investasi
Perdagangan
dan
Institusional
2.8
Pengaruh Earning Per Share Terhadap Harga Saham
Earning Per Share (EPS) merupakan indikator yang paling umum digunakan oleh para
investor, karena rasio ini mengungkap kemungkinan EPS yang dapat diperoleh oleh para
pemegang saham.
Menurut Yana Adriana (2004:33), menyatakan bahwa :
Semakin tinggi earning per share, berarti performance perusahaan semakin baik
dalam menghasilkan keuntungan bersih setiap lembar sahamnya, sehingga saham
pun akan diamati oleh para investor dan harga jualnya akan naik .
Seperti halnya menurut Munawir (2002:96), yang menyatakan bahwa :
Keuntungan per lembar saham biasanya merupakan indikator laba yang
diperlihatkan oleh para investor (penanam modal) yang merupakan angka dasar
yang diperlukan dalam menentukan harga saham .
Dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahea semakin tinggi tingkat EPS suatu
perusahaan, maka minat investor untuk berinvestasi dalam perusahaan pun akan semakin tinggi,
dan dengan tingginya jumlah permintaan saham tersebut maka harga jualnya akan naik. Karena
itu, EPS mempunyai pengaruh terhadap perubahan harga saham.
Menurut Agus Sartono (2001:9)
Kemakmuran pemegang saham akan meningkat apabila harga saham yang
dimilikinya meningkat. Sementara itu harga saham terbentuk di pasar modal
ditentukan oleh beberapa faktor seperti laba per lemabr saham .
Dalam kajian penelitian terdahulu Syahib Natrsyah (2000), mengemukakan bahwa ada
pengaruh faktor fundamental dan resiko sistematik terhadap harga saham, sangat sesuai dengan
jalur penelitian penulis. Dalam penelitian Natarsyah juga mengemukakan penelitian terdahulu
seperti :
1) Meader dan Specher (diulas oleh D.Silalahi:1991) meneliti bahwa EPS
mempunyai pengaruh yang positif terhadap harga saham.
2) Purnomo dan Topiks (1998) meneliti bahwa EPS berpengaruh positif
signifikan terhadap harga saham.
3) Samuels (1991) mengatakan bahwa ketika laba meningkat, maka hrga saham
cenderung naik sedangkan ketika laba menurun, maka harga saham pun
cenderung menurun.
Selain itu juga, penelitian yang mengkaji mengenai pengaruh EPS terhadap Harga Saham
yang dilakukan oleh Sugeng (2000) bahwa EPS mempunyai pengaruh kuat terhadap harga
saham.
2.9
Pengaruh Return On Equity Terhadap Harga Saham
Jika suatu perusahaan mempunyai masa depan yang baik dan dapat memberikan
profitabilitas bagi para investor maka transaksi saham perusahaan akan mengikuti laju
perkembangan dan kondisi perusahaan tersebut. Menutur Suad Husnan (2001:317) mengatakan
bahwa :
Kalau kemamapuan perusahaan untuk menghasilakan laba meningkat, harga
saham akan meningkat. Dengan kata lain profitabilitas akan meningkatkan harga
saham .
Dari kutipan tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa keberhasilan seorang manajer
dakam menjalankan operasi perusahaan melalui kebijakan-kebijakan yang ditetapkan dapat
dilihat dari keberhasilannya dalam memaksimumkan kekayaan pemilik. Dengan demikian
biasanya seorang investor akan memilih perusahaan yang dapat memaksimumkan nilai pasar
kekayaannya melalui harga saham yang tinggi dan kemampuan perusahaan memberikan
keuntungan berupa Return On Equity yang mempengaruhi harga saham perusahaan yang pada
akhirnya berimbas pada kenaikan harga saham.
Di samping itu penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Njo Anastasis dan kawankawan (2003) dalam Jurnal Akuntansi dan Keuangan, hasilnya diperoleh bahwa ROE
mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap harga saham.
Selain itu, penelitian yang dilakukan oleh Ignatius Sarto Kothson Budiman (2007),
hasilnya bahwa ROE mempunyai pengaruh yang positif terhadap harga saham.
2.10
Pengaruh Dividend Payout Ratio Terhadap Harga Saham
Dalam melakukan penilaian terhadap perusahaan, investor sangat membutuhkan
informasi-informasi yang berkaitan dengan perusahaan tersebut. Salah satunya adalah informasi
mengenai kebijakan dividen. Perubahan pengumuman pembayaran dividen ini mengandung
informasi yang dapat digunakan para investor dalam mengambil keputusan dalam berinvestasi
dan memprediksi prospek perusahaan di masa mendatang. Akibat dari perubahan dividen yang
diumumkan, maka harga saham akan mengalami penyesuaian. Dividen sering kali digunakan
sebagai indikator atau sinyal prospek suatu perusahaan. Oleh karena itu, perusahaan yang go
public mempunyai kewajuban untuk melaporkan kinerjanya kepada investor dalam bentuk
laporan keuangan dan pengumuman besarnya dividen yang dibagikan.
Menurut Sutrisno (1997:266), menyatakan bahwa :
Bahwa harga saham dipengaruhi oleh tingkat pertumbuhan dividen Po = D/P + g.
Dengan demikian besarnya dividen yang dibayarkan akan meningkatkan nilai
perusahaan atau harga saham .
Sama halnya menurut Martono dan Harjito (2007:3) yang menyatakan bahwa :
Salah satu faktor yang mempengaruhi harga saham adalah kemampuan
perusahaan membayar dividen. Nilai perusahaan dapat dilihat dari besarnya
kemampuan
perusahaan
membayar
dividen.
Besarnya
dividen
ini
akan
mempengaruhi harga sahamnya. Apabila dividen yang dibayar tinggi, maka harga
saham cenderung tinggi sehingga nilai perusahaan juga tinggi. Sebaliknya jika
dividen yang dibayarkan rendah maka harga saham perusahaan tersebut juga
rendah, sehingga nilai perusahaan rendah .
Namun semakin besar dividen yang dibayarkan kepada pemegang saham akan
memperkecil sisa dana yang dapat digunakan untuk mengembangkan perusahaan sebagai
reinvestasi, karena laba ditahan tersebut merupakan sumber dana intern yang dapat digunakan
untuk membelanjai perusahaan. Semakin rendah laba ditahan akibatnya akan memperkecil
kemamapuan perusahaan dalam mendapatkan laba yang pada akhirnya juga akan memperkecil
dividen. Dari uraian tersebut, ternyata kebijakan dividen tersebut menimbulkan dua akibat yang
bertentangan. Oleh karena itu, penentuan besarnya dividen yang dibagikan kepada pemegang
saham menjadi sangat penting dan merupakan tugas manajer keuangan untuk mengambil
kebijakan dividen yang optimal. Artinya manajer keuangan harus mampu menentukan kebijakan
yang akan menyeimbangkan dividen saat ini dan tingkat pertumbuhan dividen di masa yang akan
datang agar nilai perusahaan meningkat.
Download