4 BAB 2 LANDASAN TEORI

advertisement
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1
E-Business
2.1.1
Pengertian E-Business
Berdasarkan pendapat Diana (201, p11), E-Business adalah mengacu pada
lingkup yang lebih luas dan mencakup pula layanan pelanggan, kolaborasi
dengan mitra bisnis dan transaksi elektronik internal dalam sebuah organisasi
Menurut Turban (2002, p5), E-Business merupakan suatu definisi yang lebih
luas dari E-Commerce, tidak hanya sekadar menjual dan membeli tetapi juga
melayani pelanggan dan berkolaborasi dengan partner bisnis lain dan
membawakan transaksi secara elektronik dalam sebuah perusahaan.
Jadi dapat disimpulkan bahwa E-Business adalah suatu lingkup cara kerja
sebuah perusahaan secara elektronik, tidak hanya terbatas pada proses transaksi
jual-beli dengan pelanggan, tetapi juga dalam berhubungan dengan partnerpartner bisnis.
2.1.2
Empat Dimensi Ruang Lingkup E-Business
Berdasarkan pendapat Indrajit (2002, p2-4), empat dimensi ruang lingkup EBusiness yang sering digunakan adalah :
•
Dimensi What
E-Commerce hanya memfokuskan diri pada aktifitas atau mekanisme
transaksi yang dilakukan secara elektronik atau digital, E-Business
memiliki wilayah yang jauh lebih luas, termasuk di dalamnya aktifitas
relasi antara dua entity usaha, interaksi antara perusahaan dengan
pelanggannya,
kolbaorasi
4
antara perusahaan dengan
para mitra
5
bisnisnya, pertukaran informasi antara perusahaan dengan para pesaing
usahanya, dan lain sebagainya. Adanya Internet telah memungkinkan
perusahaan untuk menjalin komunikasi langsung maupun tidak langsung
dengan berjuta-juta bahkan bermilyar-milyar entity (Pelanggan, mitra,
pesaing, pemerintah dan lain-lain) yang ada di dunia maya, karena sifak
komunikasi tersebut merupakan bagian dari sebuat sistem bisnis, maka
dapat dimengerti luasnya pengertian dari E-Business
•
Dimensi Who
Semua yang terlibat di dalam E-Business seperti yang tersirat dalam
definisinya, semua pihak atau entity yang melakukan interaksi dalam
sebuah sistem bisnis atau serangkaian proses bisnis yang merupakan
pihak-pihak yang berkepentingan dalam ruang lingkup E-Business. Paling
tidak ada tujuh klasifikasinya entity yang kerap dipergunakan dalam
mengilustrasikan
E-Business,
masing-masing
:
Agent,
Business,
Consumer, Device, Employee, Family dan Government.
•
Dimensi Where
Tidak sedikit awam yang mempertanyakan dimana sebenarnya kegiatan
bisnis dilakukan dalam E-Business. Jawabannya sangat singkat dan
mudah, yaitu dimana saja sejauh pihak yang berkepentingan memiliki
fasilitas elektronik atau digital sebagai media akses.
•
Dimensi Why
Penerapan konsep E-Business secara efektif tidak saja menguntungkan
perusahaan karena banyaknya komponen biaya tinggi yang dapat
dihemat tetapi justru memberikan kesempatan kepada perusahaan untuk
meningkatkan level pendapatannya secara langsung maupun tidak
langsung. Dengan mengimplementasikan E-Business perusahaan dapat
6
melihat berbagai peluang dan celah bisnis baru yang selama ini belum
pernah ditawarkan kepada masyarakat. Disamping itu, terbukti telah
banyak perusahaan yang melakukan transformasi bisnis baru di dalam
menerapkan konsep E-Business. Yang tidak kalah menariknya adalah,
bahwa dengan menerapkan konsep jejaring, sebuah perusahaan dapat
dengan
mudah
bekerja
sama
dengan
perusahaan
besar
untuk
menawarkan berbagai produk dan jasa kepada pelanggan. Dan tidak
jarang
pula
terdapat
sebuah
perusahaan
berskala
kecil
yang
pendapatannya dapat melebih perusahaan menengah maupun besar
karena strategi efektif mereka dalam menerapkan E-Business.
2.1.3
Enam Karakteristik E-Business
Karakteristik transaksi di dalam E-Business menjadi enam jenis menurut Diana
(2001, p20) adalah sebagai berikut :
1. Business to business (B2B), meliputi transaksi IOS (Inter Organizational Sistems)
dan transaksi pasar elektronik (Electronic Market Transactions) antar organisasi.
Tipe-tipe IOS antara lain berupa EDI, extranet, electronic funds transfer,
electronic forms, integrated messaging, shared database dan supply chain
management. Hingga saat ini tipe B2B yang paling dominan dalam praktik EBusiness.
2. Business to Consumer (B2C), yaitu transaksi ritel dengan pembeli individual.
Misalnya dengan melakukan pembelian melalui internet.
3. Consumer to Consumer, dimana konsumen menjual produk secara langsung
kepada konsumen lainnya. Biasanya individu mengiklankan produk, jasa,
pengetahuan, maupun keahliannya di salah satu situs lelang.
7
4. Consumer to Business (C2B), meliputi individu yang menjual produk atau jasa
kepada organisasi, serta individu yang mencari penjual, berinteraksi dengan
penjual tersebut dan melakukan transaksi.
5. Non Business Electronic Commerce, terdiri dari institusi nonbisnis seperti
lembaga pendidikan, organisasi nirlaba, organisasi keagamaan, organisasi sosial
dan instansi pemerintah, umumnya organisasi non bisnis menggunakan berbagai
tipe E-Commerce atau E-Business untuk keperluan menekan biaya atau
meningkatkan layanan pelanggan dan operasi.
6. Intrabusiness (Organizational) Electronic Commerce, meliputi semua aktivitas
internal organisasi yang biasanya dilakukan melalui intranet dan meliputi
pertukaran barang, jasa atau informasi. Aktifitas internal bisa bermacam-macam,
mulai dari menjual produk korporat kepada para karyawan hingga aktifitas
pelatihan online.
2.2
Konsumen
Konsumen adalah masyarakat pada umumnya yang membutuhkan produk dan jasa,
berpotensi untuk melakukan pembelian. Konsumen adalah bos, anda harus bisa melayani
dengan baik, apa saja yang anda miliki, ia akan membayarnya. Ia membeli rumah anda,
mobil anda dan pakaian anda, ia bahkan membayar untuk liburan anda dan memasukkan
anak anda ke sekolah yang berkualitas. Ia akan memberi anda tiap promosi yang anda
inginkan sepanjang hidup anda dan ia akan memecat anda kalau anda tidak melayaninya.
(Richard F.Gerson, 2002, p24).
2.3
Customer Relationship Management
Ciptamaya mendefinisikan CRM sebagai serangkaian aktivitas terintegrasi untuk
mengidentifikasi, mengakuisisi, mempertahankan dan mengembangkan pelanggan yang
8
menguntungkan. Tujuan utamanya adalah mengoptimalkan keuntungan perusahaan melalui
kepuasan pelanggan. (Ciptamay, 2002, ON-LINE, www.indocrm.com/index.cfm)
CRM bukanlah konsep yang dapat diterima atau tidak. CRM bukan pula konsep yang baru
ditemukan oleh para konsultan dunia. CRM adalah paradigma mendasar bagaimana
memandang pelanggan dan bagaimana lebih memuaskan pelanggan melalui hubungan yang
harmonis dan berkualitas.
Perusahaan yang ideal untuk melakukan CRM adalah setiap perusahaan yang ingin
mengoptimalkan keuntungan dengan cara menjalin hubungan lebih dekat (Customer
intimacy) dan harmonis dengan pelanggannya. Dengan demikian nilai tambah CRM dapa
dioptimalkan dalam mengefektifkan dan mengefisienkan biaya untuk mengakuisisi pelanggan
baru misalnya, atau mempertahankan pelanggan lama sehingga biaya-biaya dan usahausaha pemasaran menjadi tidak sia-sia dan keuntungan dapat ditingkatkan lebih banyak lagi.
Customer Relationship Management (CRM) adalah suatu integrasi dari sales, marketing
dan strategi pelayanan yang merintangi kemampuan seseorang dalam menjalin hubungan
dengan para konsumen. Oleh karena itu diperlukan dan tergantung akan suatu koordinasi
kegiatan. Customer Relationship management (CRM) dapat juga disebut suatu proses yang
memanajemen atau mengelola interaksi yang terjadi antara perusahaan dan para
konsumennya. Pemakai utama dari software aplikasi CRM adalah para pemasar database
yang mencari suatu cara untuk mengotomatiskan proses interaksi perusahaan dengan para
konsumennya. (Kalakota 2000,p111)
2.3.1 Faktor-Faktor Kritis yang Mempengaruhi Kesuksesan Customer
Relationship Management
Untuk menerapkan CRM diperlukan suatu pengertian, komitmen dan juga
dukungan dari semua pihak di dalam suatu perusahaan. Filosofi tentang CRM dapat
merubah cara pandang dan pemikiran bahkan memperluas perspektif seseorang.
Karena CRM bukan merupakan suatu aplikasi sales dan marketing saja, tetapi
9
merupakan transformasi bisnis secara luas yang menuntut adanya perubahan pada
setiap aspek perusahaan.
Untuk mengimplementasikan CRM dengan sukses, suatu perusahan haruslah
memiliki orientasi kepada pelanggan. Perusahaan yang berorientasi kepada
pelanggan tidak akan berjalan apabila :
1. Budaya memerintah dan mengontrol – di mana hal ini tidak memungkinkan
terjadinya suatu usaha yang berorientasi kepada pelanggan. Biasanya
mereka terlalu introspektif dan birokratif.
2. Pengambilan keputusan marketing yang terpusat. Pemasarna, promosi dan
penjualan sebaiknya berada di front line. Akan tetapi pengambilan keputusan
yang
tersentralisasi
tidak
termasuk
dalam
faktor
yang
mendukung
kesuksesan CRM.
3. Tidak adanya keinginan untuk melakukan perubahan di bagian sales dan
marketing. Pentingnya CRM haruslah dapat diterima dan dimengerti oleh
setiap orang dalam perusahaan.
2.3.2
Faktor-Faktor yang Mendukung Customer Relationship Management
1. Pengukuran Kebutuhan CRM dengan tepat. Ambilah waktu yang diperlukan
untuk melakukan evaluasi akan apa kebutuhan CRM dari perusahaan anda
Prioritaskan CRM untuk kebutuhan jangka panjang perusahaa.
2. Memahami
kebutuhan
pelanggan
anda.
Ambilah
langkah-langkah
yang
diperlukan untuk memastikan bahwa anda benar-benar mengerti apa yang
dibutuhkan oleh pelanggan anda. Dengan memastikan hal ini, pembentukan
program CRM yang tepat sudah di depan mata.
3. Jangan melihat CRM sebagai teknologi. Penerapan E-CRM memang memiliki
komponen-komponen teknologi, tetapi penekanannya adalah pada CRM nya.
10
4. Tentukan ekspekasi yang didapat dari CRM anda. Dengan kondisi pasar yang
berubah terus, pastikan anda menentukan target pencapaian dari CRM anda.
5. CRM sebagai intisiatif perusahaan. Pastikan bahwa inisiatif untuk memulai
sebuah sistem CRM adalah keputusan bersama perusahaan dengan komitmen
yang tinggi, bukan keputusan yang bersifat parsial.
6. Integrasi seluruh saluran distribusi. Pastikan CRM diterapkan pada seluruh jaring
distribusi yang ada, sehingga dapat meraih seluruh pelanggan tak terkecuali.
7. Komunikasi. Pastikan pada mulanya anda memberitahukan kepada seluruh staff
akan keuntungan dan keharusan mereka untuk segera menyesuaikan diri dengan
sistem CRM yang akan segera berjalan.
8. Keinginan
untuk
merubah
keseluruhan
proses.
Penerapan
CRM
akan
mempengaruhi keseluruhan proses bisnis yaitu Teknologi – Proses – Orang.
Pastikan CRM diterapkan secara menyeluruh pada seluruh komponen bisnis.
9. Team Work . CRM bukanlah sebuah sistem yang dijalankan oleh satu orang saja,
Pertemuan-pertemuan untuk mendiskusikan CRM dengan pejabat-pejabat lintas
department adalah formula sukses dari sebuah sistem CRM.
Diatas dari semua faktor-faktor tersebut diatas, harus disadari bahwa pada dasarnya
isu mengenai CRM bukanlah sebuah topik teknologi, melainkan sebuah topik komitment
perusahaan. Bukanlah investasi IT baru melainkan integrasi dari cara kerja seluruh
department di perusahaan. (Tang,Tommy, 2002, ONLINE,
http://www.dmreview.com
/article_sub.cfm?articleId=4544)
2.3.3
Model Customer Relationship Management
Ada tiga model Customer Relationship Management (CRM) : (Kalakota
2000,p116)
11
1. Sales/Penjualan
Salah satu model yang digunakan untuk menerapkan CRM, sales
termasuk di dalamnya adalah cross-selling dan up-selling. Perangkat lunak
yang digunakan pada cross-selling dan up-selling mencakup kemampuan
untuk membatasi calon konsumen, melakukan penelususran terhadap
kontrak, menunjukkan siapa sales person yang baik. Dan dapat pula
digunakan untuk menjadwalkan pemanggilan sales (Sales Call), menjaga
laporan-laporan secara rinci akan aktifitas penjualan dan melakukan
pengecekan atas status pesanan-pesanan konsumen. Software ini dapat pula
digunakan untuk mengintegrasikan software inventory atau pelayanan
dilapangan serta dukungan terhadap konsumen yang digunakan untuk
mempelajari bagaimana produk dapat memenuhi kebutuhan konsumen.
2. Marketing / Pemasaran
Termasuk salah satu interaksi pra jual, yaitu seperti Direct Marketing/
pemasaran langsung dan tehnik-tehnik periklanan baik yang mempengaruhi
atau menyiapkan konsumen-konsumen yang potensial dengan informasi
yang dibutuhkan agar konsumen dapat memutuskan produk atau jasa apa
yang akan dibeli.
3. Customer Service
Dukungan dan layangan yang diberikan kepada konsumen, termasuk di
dalamnya yaitu dukungan untuk permintaan pelayanan dari pengelola,
akuntan manajemen, kontak dan aktivitas manajemen, survey konsumen
dan perjanjian pelayanan secara rinci. Kemampuan-kemampuan dukungan
konsumen digunakan untuk mengatur konsumen yang mempunyai masalah
dengan sebuah produk atau layanan penanggulangannya.
12
2.3.4
Tiga Tahap Customer Relationship Management
Tiga
tahap
Customer
Relationship
Management
(CRM)
:
(Kalakota
2001,p174)
Acquire
Enhance
Retain
Gambar 2.1 Tiga Tahap Customer Relationship Management ( CRM )
Sumber : Kalakota 2001, p174
1. Acquiring New Customer
Memperoleh konsumen baru dengan mempromosikan keunggulan
produk atau jasa dalam hal inovasi dan kemudahan, karena nilai dari suatu
13
produk atau jasa bagi konsumen adalah suatu produk atau jasa yang lebih
baik dan didukung oleh pelayanan yang memuaskan
2. Enchancing the Profitability of Existing Customer
Meningkatkan keuntungan yang diperoleh dari konsumen yang sudah
ada dengan mendorong terciptanya penjualan produk atau jasa komplemen
dan penjualan produk atau jasa yang lebih baik dari produk atau jasa yang
sudah dimiliki konsumen.
3. Retaining Profitable Customer for Life
Menahan konsumen yang memberikan keuntungan dengan menawarkan
apa yang dibutuhkan oleh pasar, karena nilai produk atau jasa bagi
konsumen adalah nilai hubungan proaktif yang paling sesuai dengan
kebutuhannya. Fokus perusahaan saat ini adalah bagaimana menahan
konsumen
yang
menguntungkan
perusahaan
daripada
bagaimana
mendapatkan konsumen baru yang belum tentu menguntungkan.
Tiga tahap Customer Relationship Management (CRM) ini saling
berhubungan satu sama lain, tetapi untuk menerapkan ketiga tahap ini
secara bersamaan sangatlah sulit. Perusahaan harus memilih untuk fokus
pada salah satu dari CRM ini, tetapi dengan tidak meninggalkan sama sekali
kedua tahap lainnya.
2.4
Perancangan Website
Perancangan adalah suatu tahap dalam daur hidup sistem yang menterjemahkan
spesifikasi perancangan untuk solusi sistem. (Laudon dan Laudon 2002, p82).
14
2.4.1
Website
Suatu site atau lokasi pada www. Tiap website berisi homepage dan juga
berisi dokumen-dokumen dan file-file tambahan. Website adalah keseluruhan
dari pemeliharaan halaman www oleh organisasi atau individual. (Laudon dan
Laudon 2002, p17). Web terdiri dari 2 komponen dasar, yaitu : (Ellsworth dan
Ellsworth 1997, p4)
1. Server Web
Server Web adalah sebuah komputer dan software yang menyimpan dan
mendistribusikan data ke komputer lainnya (Yang meminta informasi melalui
internet).
2. Browser Web
Browser Web adalah software yang dijalankan pada komputer pemakai
(Client) yang meminta informasi dari server web dan menampilkannya sesuai
dengan file data itu sendiri.
Arsitektur dari web terdiri dari :
1. Hypertext Markup Language (HTML)
Memformat text pada tampilan di web, sehingga dapat menemukan address
yang dicari untuk keperluan hyperlink.
2. Hypertext Transfer Protocol (HTTP)
Transmission Control Protocol/ Internet Protocol (TCP/IP) based network. Tugas
utamanya adalah mengelola jaringan operasi komputer agar proses komunikasi atau
lalu lintas data dapat berjalan dengan baik. Level yang teratas bertugas mengatur
berjalannya aplikasi agar dapat digunakan secara efektif oleh pemakai atau user.
3. Common Gateway Interface (CGI)
15
Suatu program atau software yang membawa informasi dari web server atau
terminal dan menterjemahkan instruksi pada formulir dan memasukkannya ke dalam
database.
2.4.2
Homepage
Homepage adalah tampilan layar eks dan grafik www yang menyambut user
dan menjelaskan pembangunan halaman oleh organisasi (laudon dan Laudon
2002,p273).
2.4.3
Kriteria Desain Website yang Efektif
Desain sebuah website merupakan salah satu kunci sukses perusahaan yang
ingin mengimplementasikan konsep e-business. Oleh karena, adalah penting bagi
manajemen dan praktisi teknologi informasi untuk mengetahui kriteria apa saja
yang harus dipertimbangkan dalam mendesain dan mengembangkan website.
Salah satu lembaga riset terkemuka dunia Gartner Group, mempublikasikan
kajian mereka terhadap faktor-faktor apa saja yang harus diperhatikan para
pengembang website.
Berdasarkan kajian ada tiga kriteria utama dalam desain sebuah website :
(Indrajit 2002, p174)
1. Site Design
Menyangkut hal-hal yang berkaitan dengan tampilan website dan sistem
menu yang dipergunakan.
2. Site Functionality
Menyangkut beragam fasilitas dan kemudahan yang tersedia di website
3. Customer Value
Menyangkut berbagai aspek manfaat yang dapat secara langsung
dirasakan oleh para konsumen yang mengakses website terkait.
16
Di antara ketiga aspek ini Customer Value memiliki bobot yang lebih tinggi
dibandingkan dengan dua kriteria lainnya (Dapat mencapai 50%), sehingga
aspek ini harus diperhatikan oleh manajemen maupun praktisi teknologi
informasi. Sementara faktor site design dan site functionality memiliki bobot
yang kurang lebih sama.
WEB EVALUATION CRITERIA
SITE DESIGN
SITE
FUNCTIONALITY
25%
25%
• Navigation ( < 80% )
• Aesthetics ( > 20% )
• Search ( < 70% )
• Personalization ( > 20% )
• Security ( 10% )
CUSTOMER VALUE
25%
•
•
•
•
•
Content ( 30% )
Product / Service Information ( 20% )
Customer Service and Support ( 35% )
Contact Information ( 10% )
Investor Information ( 5% )
Gambar 2.2 Kriteria Desain Website yang Efektif
Sumber : Indrajit 2002, p174
1. Site Design
Ada dua sub kriteria yang harus dipertimbangkan dalam membuat desain sebuah
website, yaitu : ( Indrajit 2002, p175 )
17
1. Navigasi
Aspek navigasi berkaitan dengan cara atau mekanisme perpindahan dari
satu situs ke situs lain ( Menu System ) di dalam suatu website perusahaan.
Walau terlihat sederhana, aspek ini memiliki bobot 80% dilihat dari total
penilaian sebuah website ditinjau dari segi desain.
2. Estetika
Faktor tampilan atau desain grafis akan sangat menentukan baik
tidaknya kinerja sebuah website. Unsur – unsur warna, penempatan ( Layout ),
desain grafis, lebar muka halaman, tipe huruf, merupakan sebagian hal yang
harus diperhatikan oleh pengembang website.
2. Site Functionality
Ada tiga sub kriteria dalam site functionality yang harus diperhatikan dalam
membuat sebuah website : ( Indrajit 2002, p175 )
1.
Search
Fasilitas pencarian ( Searching ), dengan fasilitas ini, konsumen dapat
dengan mudah mencari informasi yang dibutuhkan sehubungan dengan
kunjungannya ke website tersebut.
2. Personalization
Hal ini dimaksudkan agar konsumen merasa bahwa dirinya diperhatikan
khusus oleh perusahaan, sama seperti halnya seorang pelanggan di dunia nyata
yang berhadapan langsung dengan seorang customer service yang berbicara dan
melayani satu orang pelanggan sekaligus dalam satu waktu.
3. Security
Didalam level teknis, yang terjadi pada setiap interaksi individu dengan
website perusahaan, pasti ada data yang mengalir dari / ke dua belah pihak.
Tidak semua data yang mengalir tersebut sifatnya bebas dari rahasia, sehingga
perusahaan harus dapat meyakinkan konsumennya bahwa segala jenis data atau
18
informasi rahasia yang diberikan kepada perusahaan melalui website dapat
dijamin keamanannya.
3. Customer Value
Ada lima sub kriteria dalam customer value ini : ( Indrajit 2002, p176 )
1.
Content
Content merupakan hal pertama yang dipandang dapat memberikan
manfaat kepada konsumen. Seorang individu mengakses ke website tertentu
karena ingin melihat data atau informasi terkait dengan kebutuhannya. Jika yang
bersangkutan tidak dapat menemukan apa yang diinginkannya di dalam website
terkait, maka yang bersangkutan akan mencarinya di website – website lain.
2. Product / Service Information
Secara khusus perusahaan yang memiliki sejumlah besar tipe produk
atau jasa harus benar – benar memperhatikan bagaimana caranya menampilkan
daftar beragam produk dan jasa tersebut dengan baik.
3. Customer Service and Support
Jarak fisik antara konsumen dengan perusahaan yang sedemikian jauh
harus
dihilangkan
dengan
mekanisme
ini.
Setiap
pertanyaan,
keluhan,
permohonan dan interaksi lain dari konsumen harus dapat ditanggapi dengan
cepat oleh perusahaan. Sehubungan dengan hal ini, sebuah website harus
menyediakan fasilitas – fasilitas komunikasi semacam email, mailing list,
chatting, discussion atau newsgroup yang efektif. Karena kepuasan dan loyalitas
yang akan sangat ditentukan oleh strategi komunikasi perusahaan dengan
konsumennya, maka sub kriteria ini memiliki bobot tertinggi, yaitu sekitar 35%.
4. Contact Information
Contact Information memiliki bobot 10%. Sub kriteria ini dibutuhkan oleh
mereka dari kalangan industri yang berniat mengadakan kerjasama dengan
perusahaan terkait dikemudian hari.
19
5. Investor Information
Sub kriteria ini memiliki bobot 5%, hal ini juga dibutuhkan oleh mereka
dari kalangan industri yang ingin mengadakan kerjasama dengan perusahaan.
2.5
Lima Elemen Kekuatan Persaingan Menurut Michael E. Porter
Pendatang Baru
Ancaman Pendatang Baru
Persaingan Di Kalangan
Anggota Industri
Daya
Tawar
Menawar
Pemasok
Pembeli
Pemasok
Persaingan Di Antara
Perusahaan Yang Sudah
Ada
Ancaman produk atau jasa
substisusi
Daya
Tawar
Menawar
Pembeli
20
Substitusi
Gambar 2.3 Lima Elemen Kekuatan Persaingan Dalam Industri
Sumber : Rangkuti 2002, p16
Lima Elemen Kekuatan Persaingan Dalam Industri
Menurut Rangkuti ( 2002, p12 ) terdapat 5 kekuatan kompetitif Michael Porter yang akan
menentukan keunggulan bersaing dalam industri, yaitu :
1.
Ancaman Pendatang Baru
•
Semakin kecil hambatan yang dihadapi, maka ancaman masuknya pendatang dalam
suatu industri adalah cukup besar.
•
Semakin besar hambatan yang dihadapi oleh pendatang baru untuk memasuki suatu
industri, maka ancaman pendatang baru bagi industri yang sudah ada relatif kecil.
•
Hambatan-hambatan itu merupakan situasi dan kondisi yang membatasi perusahaan
dalam memperoleh jalan masuk atau akses ke dalam suatu industri.
6 Sumber rintangan masuk ( Entry Barrier ) bagi pendatang baru ( New Entrants ) yaitu :
1. Skala Ekonomi ( Economic of Scale )
Skala ekonomi menghalangi masuknya pendatang baru ke suatu industri karena
memaksa pendatang baru ini untuk masuk dengan skala besar atau harus memikul
biaya tinggi. Skala ekonomis dalam suatu produksi, riset, pemasaran dan layanan
merupakan hambatan masuk utama dalam industri komputer besar.
2. Diferensiasi Produk
Identifikasi merek menimbulkan hambatan karena memaksa pendatang baru
mengeluarkan biaya besar untuk merebut kesetiaan pelanggan, iklan, layanan
21
pelanggan menjadi yang pertama dalam industri dan diferensiasi produk merupakan
beberapa faktor yang menciptakan identifikasi merek.
3. Kebutuhan Modal ( Capital Requirement )
Keharusan dalam menanamkan modal yang besar agar dapat bersaing
menimbulkan hambatan masuk, khususnya jika modal tersebut dibuthkan untuk
pengeluaran yang bersifat tidak akan kembali, seperti iklan rintisan, riset dan
pengembangan.
4. Hambatan Biaya Bukan Karena Skala
Perusahaan-perusahaan yang sudah ada mungkin memiliki keunggulan biaya
yang tidak dimiliki oleh calon pendatang baru, terlepas dari ukuran dan skala
ekonomis yang mereka capai. Keunggulan ini dapat bersumber dari pengaruh kurva
belajar dan pengaruh dari kurva pengalaman.
5. Akses ke Saluran Distribusi
Pendatang baru tentu saja harus mengembangkan distribusi produk atau jasa
mereka. Misalnya sebuah produk makanan, harus bersaing dengan produk lainnya
dengan cara potongan harga, promosi, supaya penjualan yang gencar atau cara-cara
lain.
6. Kebijakan Pemerintah ( Government Policy )
Pemerintah dapat membatasi atau bahkan melarang masuknya pendatang baru
ke dalam industri, melalui tindakan-tindakan seperti keharusan adanya ijin dan
pembatasan akses ke bahan baku.
2.
Persaingan di Antara Perusahaan yang Sudah Ada
Persaingan tajam antara para anggota industri bersumber pada sejumlah faktor, yaitu :
•
Jumlah peserta persaingan banyak dan kurang lebih setara dalam hal ukuran dan
kekuatan.
22
•
Pertumbuhan industri lambat, menyulut perang memperebutkan bagian pasar yang
melibatkan perusahaan-perusahaan yang ingin melakukan ekspansi.
•
Produk atau jasa tidak terdiferensiasi atau tidak membutuhkan biaya pengalihan. Jika
produk terdiferensiasi atau melibatkan biaya pengalihan, maka pembeli akan terikat
kepada suatu pemasok dan pemasok yang bersangkutan akan terlindung dari para
pesaingnya.
•
Biaya tetap tinggi atau produk bersifat rusak, mengundang keinginan kuat untuk
menurunkan harga. Banyak industri bahan dasar seperti kertas dan alumunium
mengalami masalah ini ketika permintaan melemah.
•
Penambahan kapasitas harus dalam jumlah besar. Penambahan demikian, seperti
pada industri klorin dan vinil klorida, mengganggu keseimbangan penawaran
permintaan industri dan seringkali menimbulkan kelebihan kapasitas dan penawaran
harga.
•
Hambatan keluar tinggi, hambatan keluar seperti adanya aset khusus atau
keterikatan manajemen pada suatu bisnis tertentu, memaksa perusahaan terus
bertahan.
•
Para peserta persaingan beragam dalam hal strategi, asal usul dan kepribadian
mereka memiliki pemikiran yang berbeda dalam hal cara bersaing dan terus
berkonfrontasi satu sama lain.
3.
Produk Substitusi
Dengan menetapkan batas harga tertinggi, produk atau jasa substitusi membatasi
potensi suatu industri. Jika industri tidak mampu meningkatkan kualitas produk atau jasa
mendiferensiasikannya, laba dan pertumbuhan industri dapat terancam. Produk-produk
pengganti ini menjadi makin kuat ketika para produsen telah mencapai kapasitas
maksimum dalam upaya mereka memenuhi permintaan.
23
•
Semakin uniknya produk atau jasa yang kita hasilkan, akan mengecilkan peluang
adanya produk atau jasa pengganti dari pihal lain.
•
Produk atau jasa substitusi sebaiknya jangan lebih memuaskan pelayanan maupun
produknya dibandingankan dengan pelayanan dan produk yang kita hasilkan.
4.
Daya Tawar / Kekuatan Pemasok
Daya tawar pemasok kuat jika :
•
Kelompok ini didominasi oleh sedikit perusahaan dan lebih terkonsentrasi
dibandingkan industri tempat mereka menjual produk.
•
Produk pemasok bersifat unik atau setidak-tidaknya terdiferensiasi atau jika terdapat
biaya pengalihan. Biaya pengalihan adalah biaya tetap yang harus ditanggung
pembeli jika terikat pada pemasok tertentu, pembeli telah menginvestasikan dana
besar untuk peralatan khusus atau untuk menguasai cara pengoperasian peralatan
dari pemasok, atau lini produksinya terkait dengan fasilitas produksi pemasok.
•
Pemasok tidak bersaing dengan produk-produk lain dalam distribusi. Sebagai contoh
persaingan antara perusahaan baja dan alumunium dalam menjual ke industri kaleng
melemahkan kekuatan masing-masing pemasok.
•
Pemasok memiliki kemampuan untuk melakukan integrasi maju ke industri
pembelinya. Ini memberi kekuatan pada pemasok untuk memaksa industri untuk
menerima syarat-syarat pembelian yang ditetapkan pemasok.
•
Industri bukan merupakan konsumen penting bagi pemasok. Jika industri adalah
konsumen penting, nasib pemasok akan sangat bergantung pada industri yang
bersangkutan dan mereka akan berusaha melindungi industri melalui penetapan
harga yang wajar dan dukungan dalam kegiatan-kegiatan, misalnya riset dan
pengembangan.
24
5.
Daya Tawar / Kekuatan Pembeli
Daya tawar pembeli kuat jika :
•
Pembeli terkonsentrasi atau membeli dalam jumlah atau volume besar. Pembeli
bervolume besar khususnya merupakan ancaman yang potensial jika biaya tetap
yang tinggi merupakan karakteristik industri seperti pada industri kemasan logam,
kilang jagung dan bahan kimia yang membuat upaya menjaga produksi pada
kapasitas penuh menjadi sulit.
•
Produk yang dibeli dari industri bersifat standar atau tidak terdiferensiasi. Pembeli,
yang pasti selalu bisa mencari pemasok lain, dapat mengadu domba sesama anggota
industri.
•
Produk yang dibeli dari industri merupakan komponen penting dari produk pembeli
dan merupakan komponen biaya yang cukup besar. Pembeli mungkin akan berusaha
mendapatkan harga yang menguntungkan dan membeli secara selektif. Bila produk
yang dijual oleh industri yang bersangkutan merupakan bagian kecil saja dari biaya
pembeli, pembeli biasanya tidak terlalu peka harga.
•
Pembeli menerima laba yang rendah. Ini akan mendorong pembeli untuk menekan
biaya pembeliannya, tetapi pembeli yang labanya tinggi umumnya kurang peka
harga.
•
Produk industri tidak penting bagi kualitas produk atau jasa pembeli. Bila kualitas
produk sangat dipengaruhi oleh produk industri, pembeli akan kurang peka harga.
Industri yang situasinya seperti ini meliputi industri peralatan ladang minyak, yang
kerusakan peralatannya dapat mengakibatkan kerusakan besar.
•
Produk industri tidak menghasilkan penghematan bagi pembeli. Bila produk atau jasa
industri memberikan manfaat besar, pembeli tidak terlalu peka harga. Sebaliknya
mereka akan lebih memperhatikan mutu. Ini terjadi dalam industri jasa dan akunting
publik. Dalam industri seperti ini, kesalahan dalam perhitungan dapat sangat mahal
dan memalukan.
25
•
Pembeli memiliki kemampuan untuk melakukan integrasi balik. Produsen mobil tiga
besar dan pembeli mobil utama seringkali memanfaatkan ancaman ini sebagai
senjata runding, tetapi ada kalanya suatu industri terlalu berlebihan dalam
mengancam industri pembeli sehingga para anggotanya mungkin melakukan
integrasi maju.
2.6
Kerangka Pemikiran Teoritis
INPUT
Teknik Wawancara untuk
mengetahui layanan apa
saja yang dibutuhkan
sebelum web CRM
dirancang
PROSES
Layanan yang diberikan
perusahaan untuk
konsumen
OUTPUT
Kepuasan konsumen
terhadap pelayanan yang
diberikan melalui web CRM
Studi kepustakaan
berupa pencarian
informasi via internet
dan buku-buku yang
tersedia
Penelitian dan
pengamatan
terhadap website
CRM yang sudah
ada melalui internet
Web CRM yang digunakan
sebagai sarana pelayanan
kepada konsumen
Internet
Gambar 2.4 Kerangka Pemikiran Teoritis
Perkembangan bisnis dari tahun ke tahun telah mengalami perubahan, pada masa
sekarang pengusaha tidak dapat hanya mengandalkan penjualan produknya saja untuk dapat
mengembangkan usahanya. Sebagai faktor yang tak kalah penting adalah pelayanan. Dengan
sebuah
pelayanan
yang
dapat
memuaskan
konsumen
maka
suatu
perusahaan
akan
mendapatkan konsumen-konsumen yang loyal terhadap produk yang dipasarkannya baik berupa
barang maupun jasa.
26
Dalam penelitian ini penulis diarahkan pemikiran bahwa dengan memadukan pelayanan
yang diberikan perusahaan dan memanfaatkan kemajuan teknologi yang memberikan
kemudahan – kemudahan akan membuat konsumen lebih puas akan pelayanan yang diberikan
oleh perusahaan. Untuk itu penulis akan merancang CRM yang berbasiskan web untuk
mendukung pelayanan pada Divisi Wealth Management Standard Chartered Bank Indonesia.
Untuk mendukung kerangka pemikiran teroritis ini, maka penulis menjabarkan input,
proses dan output untuk perancangan CRM berbasis web ini ( gambar 2.4 ). Penjelasan dari
gambar tersebut adalah :
1.
INPUT
•
Penulis berusaha mengetahui pelayanan-pelayanan yang dilakukan oleh perusahaan,
sebagai dasar untuk mengetahui pelayanan apa yang akan diterapkan dalam web
CRM. Dalam hal ini dilakukan dengan teknik wawancara langsung dengan pihak
perusahaan.
•
Dengan mencari informasi-informasi yang mendukung web CRM melalui internet dan
buku-buku yang tesedia.
•
Melalui penelitian dan pengamatan terhadap website CRM yang sudah ada melalui
internet.
2.
PROSES
•
Melalui informasi tentang pelayanan dari perusahaan, informasi yang mendukung
tentang web CRM dan penelitian serta pengamatan dari web CRM yang sudah ada,
maka penulis merancang suatu web CRM dengan dasar pembuatan web untuk
diaplikasikan
melalui
internet
untuk
mendukung
pelayanan
yang
diberikan
perusahaan.
3.
OUTPUT
•
Dengan adanya web CRM ini maka konsumen akan mendapatkan pelayanan yang
lebih baik dari pelayanan yang telah ada untuk memenuhi kebutuhannya sebagai
27
dasar dari kepuasannya terhadap perusahaan dan dapat meningkatkan loyalitas
konsumen kepada perusahaan.
2.7
Metodologi Penelitian
2.7.1
Jenis dan Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penyusunan skripsi ini adalah metode penelitian
deskriptif. Metode penelitian deskriptif ini menggambarkan proses perancangan
Customer Relationship Management yang berbasiskan web pada Divisi Wealth
Management Standard Chartered Bank Indonesia. Sedangkan jenis penelitian yang
digunakan dalam penyusunan skripsi ini adalah studi kasus.
2.7.2
Teknik Pengumpulan Data
Untuk penyusunan skripsi ini memerlukan data-data yang akan digunakan untuk
penelitian. Teknik pengumpulan data yang dilakukan adalah sebagai berikut:
1. Penelitian Kepustakaan ( Library Research )
Penelitian yang dilakukan dengan cara mencari dan menganalisa datadata yang merupakan pendapat, hasil kerja, karya-karya para ahli yang
didapatkan dari buku-buku, catatan, dokumen yang tersedia serta dari internet.
2. Penelitian Lapangan ( Field Research
Penelitian yang dilakukan dengan cara langsung meninjau ke lapangan
tempat dimana penulis melakukan penelitian secara langsung kepada Standard
Chartered Bank yang dijadikan sebagai obyek penelitian.
3. Penelitian Wawancara ( Interview Research )
Penelitian yang dilakukan dengan cara mengadakan wawancara langsung kepada
pihak perusahaan tempat penulis meneliti yaitu Standard Chartered Bank,
28
dengan cara mengadakan tanya jawab langsung antara penulis dengan pihak
eksekutif yang bersangkutan.
2.7.3
Teknik Analisis Data
Teknik yang digunakan untuk menganalisi data adalah teknik perancangan penelitian,
dimana data-data yang telah dikumpulkan akan menjadi landasan untuk perancangan
Customer Relationship Management ( CRM ) yang akan diajukan kepada Standard
Chartered Bank.
Download