al20

advertisement
DUNIA USAHA HARUS BERETIKA
Oleh :
Agus Dwi Atmoko, SE, MM
Tidak ada cara yang paling baik untuk memulai hubungan antara etika dan dunia
usaha selain dengan mengamati, bagaimanakah perusahaan riil telah benar-benar berusaha
untuk menerapkan etika ke dalam dunia usaha. Buku Business Ethics mengambil pandangan
bahwa tindakan etis merupakan strategi dunia usaha jangka panjang terbaik bagi perusahaan
sebagai sebuah pandangan yang semakin diterima dalam beberapa tahun belakangan ini.
Menurut kamus bahasa indonesia, istilah etika memiliki beragam makna berbeda.
Salah satu maknanya adalah prinsip tingkah laku yang mengatur individu dan kelompok.
Makna kedua etika adalah kajian moralitas. Tapi meskipun etika berkaitan dengan moralitas,
namun tidak sama persis dengan moralitas. Etika adalah semacam penelaahan, baik aktivitas
penelaahan maupun hasil penelaahan itu sendiri, sedangkan moralitas merupakan subjek.
Moralitas adalah pedoman yang dimiliki individu atau kelompok mengenai apa itu benar dan
salah, atau baik dan jahat.
Pedoman moral mencakup norma-norma yang kita miliki mengenai jenis-jenis
tindakan yang kita yakini benar atau salah secara moral, dan nilai-nilai yang kita terapkan
pada objek-objek yang kita yakini secara moral baik atau secara moral buruk. Nilai-nilai
moral biasanya diekspresikan sebagai pernyataan yang mendeskripsikan objek-objek atau
ciri-ciri objek yang bernilai, semacam kejujuran itu baik dan ketidakadilan itu buruk. Standar
moral pertama kali terserap ketika masa kanak-kanak dari keluarga, teman, pengaruh
kemasyarakatan seperti sekolah, televisi, majalah, musik dan perkumpulan.
Etika merupakan ilmu yang mendalami standar moral perorangan dan standar moral
masyarakat. Ia mempertanyakan bagaimana standar-standar diaplikasikan dalam kehidupan
kita dan apakah standar itu masuk akal atau tidak masuk akal, yaitu apakah didukung dengan
penalaran yang bagus atau jelek. Etika merupakan penelaahan standar moral, proses
pemeriksaan standar moral orang atau masyarakat untuk menentukan apakah standar tersebut
masuk akal atau tidak untuk diterapkan dalam situasi dan permasalahan konkrit. Tujuan akhir
standar moral adalah mengembangkan bangunan standar moral yang kita rasa masuk akal
untuk dianut. Etika merupakan studi standar moral yang tujuan eksplisitnya adalah
menentukan standar yang benar atau yang didukung oleh penalaran yang baik, dan dengan
demikian etika mencoba mencapai kesimpulan tentang moral yang benar dan salah, dan
moral yang baik dan jahat.
Etika dalam berusaha juga membatasi besarnya keuntungan, sebatas yang tidak
merugikan masyarakatnya. Kewajaran merupakan ukuran yang relatif, tetapi harus senantiasa
diupayakan. Etika dalam berusaha bisa mengatur bagaimana keuntungan digunakan.
Meskipun keuntungan merupakan hak, tetapi pengunaannya harus pula memperhatikan
kebutuhan dan keadaan masyarakat sekitarnya. Kepekaan terhadap keadaan dan lingkungan
masyarakat. Etika dalam berusaha harus mengandung pula sikap solidaritas sosial. Misalnya,
dalam keadaan langka, harga suatu barang dapat ditetapkan sesuka hati oleh mereka yang
menguasai sisi penawaran. Disini penghayatan dan kepekaan akan tanggung jawab dan
solidaritas sosial harus menjadi rambu-rambu.
Mengembangkan suasana persaingan yang sehat, persaingan adalah adrenalinnya
dalam berusaha. Ia menghasilkan dunia usaha yang dinamis dan terus berusaha menghasilkan
yang terbaik. Namun persaingan haruslah adil dengan aturan-aturan yang jelas dan berlaku
bagi semua orang. Memenangkan persaingan bukan berarti mematikan saingan atau pesaing.
Dengan demikian persaingan harus diatur agar selalu ada, dan dilakukan di antara kekuatankekuatan yang kurang lebih seimbang dan yang besar membantu yang kecil. Praktek bisnis
yang etis tidak menghendaki yang besar tumbuh dengan mematikan (at the cost of) yang
kecil.
Usaha besar dalam proses pertumbuhannya harus pula membawa-tumbuh usahausaha kecil. Ada hal-hal yang lebih tepat dilakukan oleh usaha skala kecil. Pengalaman
negara lain menunjukkan bahwa usaha besar, menengah, dan kecil harus saling menunjang,
sehingga terbentuk struktur dunia usaha yang kukuh. Dunia Usaha tidak boleh hanya
memperhatikan masa kini atau kenikmatan saat ini. Sikap aji mumpung bertentangan dengan
etika dalam berusaha. Dunia usaha harus pula memperhatikan masa depan bangsa dan
mewariskan keadaan yang lebih baik bagi generasi yang akan datang. Kesinambungan harus
merupakan bagian dari etika bisnis dunia usaha Indonesia. Dalam kaitan ini, lingkungan alam
tidak boleh dikorbankan untuk kepentingan jangka pendek atau menarik keuntungan yang
sebesar-besarnya.
Bisnis yang baik harus selalu memperhatikan keberlanjutan (sustainability) alam
yang mendukungnya. Memelihara jatidiri, jiwa kebangsaan dan jiwa patriotik, kita menyadari
bahwa globalisasi ekonomi akan membuat kegiatan bisnis menjadi berkembang tidak
mengenal tapal batas. Struktur usaha tidak bisa lagi dibatasi oleh nasionalitas. Proses
produksi akan terdiri dari rangkaian simpul-simpul yang tersebar di berbagai negara. Karena
itu kita tidak boleh hanyut dan tidak memandang penting lagi hakikat kebangsaan. Bisnis bisa
internasional, tetapi setiap orang pada dasarnya tidak bisa melepaskan diri dari ikatan
kewarganegaraannya.
Oleh karena itu dalam keadaan bagaimanapun pelaku bisnis warga negara Indonesia,
tidak boleh kehilangan rasa kebangsaannya dan jatidirinya sebagai orang Indonesia. Ia harus
memiliki kepedulian dan komitmen untuk turut menyelesaikan masalah-masalah yang
dihadapi bangsanya melalui kiprahnya dalam dunia usaha. Jiwa patriotik harus selalu
menyala di dalam diri insan bisnis Indonesia. Etika usaha yang didambakan oleh kita semua
tentu tidak akan dengan sendirinya dipraktikkan oleh kalangan dunia usaha tanpa adanya
suatu aturan main yang jelas bagi dunia usaha itu sendiri.(*)
Download