BAB III KAJIAN PUSTAKA, K ERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 3.1. Kajian Teori 3.1.1. Electronic Commerce (E-Commerce) Seperti yang kita ketahui tentang perkembangan internet yang sangat maju dan fungsi internet yang menghubungkan manusia secara global. Oleh karena itu, E-Commerce pertama kali muncul istilahnya sebenarnya dikarenakan adanya internet. E-Commerce pada awalnya perdagangan elektronik hanya sebatas pengiriman dokumen komersial saja seperti pemesanan pembelian atau invoice secara elektronik baik itu melalui fax ataupun email, kemudian E-Commerce berkembang menjadi perdagangan berbasis web, yaitu pembelian barang ataupun jasa melalui Word Wide Web atau internet. E-Commerce dalam mengaplikasikannya menggunakan beberapa macam teknologi didalamnya seperti e-mail, chat, t ransfer dana ele elektronik (kartu kredit ataupun paypal dan sejenisnya), pertukaran data eletronik (EDI), www dan lainnya. Ada banyak bentuk E-Commerce yang dilakukan sekarang ini, antara lain internet banking, pembelian dan penyediaan barang atau toko online, pemesanan tiket pesawat, reservasi penginapan di hotel, reservasi di tempat hiburan, pemesanan tiket konser, bitcoin, pertukaran uang ataupun saham di internet, pembelian buku secara online dan lain-lain. 27 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 28 Dalam buku Jony Wong dituliskan bahwa pengertian E-Commerce adalah pembelian (buying), penjualan (selling) dan pemasaran (marketing) barang serta jasa melalui sistem elektronik. Seperti televisi, radio dan jaringan komputer ataupun internet. E-Commerce meliputi transfer dana secara elektronik, pertukaran dan pengumpulan data. Semua ditaruh dalam sistem manajemen inventori otomatis. Perdagangan elektronik ini sudah masuk dalam kategori industri teknologi informasi. Karena semua jenis usahanya melibatkan aplikasi dan penerapan sistem IT. Menurut Sunarto, bahwa pengertian E-Commerce adalah sarana menjual produk secara online dengan fasilitas internet atau perdagangan secara elektronik yang dilakukan dengan memanfaatkan jaringan telekomunikasi, terutama internet. E-Commerce merupakan satu set dinamis teknologi, aplikasi, dan proses bisnis yang menghubungkan perusahaan, konsumen, dan komunitas tertentu melalui transaksi elektronik dan perdagangan barang, pelayanan, dan informasi yang dilakukan secara elektronik. Pengertian inilah yang digunakan dalam penelitian ini. Secara umum, E-Commerce dapat diklasifikasikan menjadi 3 jenis, yaitu Business to Business (B2B), Business to Consumer (B2C) dan Consumer to Consumer (C2C). Beberapa aplikasi umum yang berhubungan dengan E-Commerce adalah : 1) Email dan messaging. 2) Content Management Systems. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 29 3) Dokumen, Spreadsheet dan Database. 4) Akunting dan sistem keuangan. 5) Informasi pemesanan dan pengiriman. 6) Sistem pembayaran domestik dan internasional. 7) Newsgroup. 8) Online Shopping. 9) Conferencing. 10) Online Banking Fungsi-fungsi utama E-Marketing mencakup 11 elemen yang dirumuskan menjadi 4P+P2C2S3 (Kalyanam & McIntyre, 2002, dalam Pemasaran Strategik, Fandy Tjiptono, 2008) : 1) Product, meliputi product assortment, configuration engine dan alat perencanaan serta layout. 2) Price, diantaranya dynamic pricing, forward auctions, reverse auctions, dan name your price. 3) Place, seperti afiliasi dan remote hosting. 4) Promotion, mencakup online ads, sponsored links, outbound email, viral marketing dan rekomendasi. 5) Personalization, diantaranya customization, individualization, rule based system dan collaborative filtering. 6) Privacy, terutama menyangkut data-data pribadi pelanggan. 7) Customer service, misalnya Frequently Asked Questions (FAQ) dan help desk, email response management dan chat. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 30 8) Community, contohnya chat rooms, user rating dan reviews, registries, wish list dan reputation scoring. 9) Site, diantaranya homepage, navigation, search, desain dan layout webpage. 10) Security, yakni keamanan bertransaksi. 11) Sales Promotion, seperti e-coupon. Secara terinci, identifikasi keuntungan melakukan pembelian melalui media internet antara lain : 1) Lebih cepat atau nyaman dalam pembelian. 2) Pilihan produk atau layanan terus ditingkatkan. 3) Memiliki akses yang lebih banyak terhadap informasi. 4) Harga lebih kompetitif kompetitif. 5) Dapat melakukan umpan balik terhadap vendor, supplier dan biro iklan. 6) Metode pembelian yang lebih mudah dan cepat. 7) Meningkatkan ketersediaan pelayanan konsumen. 8) Meningkatkan kepercayaan Sedangkan, identifikasi kerugian melakukan pembelian melalui media internet antara lain : 1) Masalah keamanan. 2) Tidak semua pembeli menggunakan teknologi yang sama. 3) Masalah hukum atau aspek legalitas. 4) Bukan pengalaman belanja di dunia nyata. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 31 5) Tidak semua orang memiliki akses terhadap internet. 6) Konsumen masih takut terhadap penjual yang belum diketahui 3.1.2. Citra Merek (Brand Image) Penting untuk menjelaskan pengertian brand (merek) terlebih dahulu sebelum menjelaskan arti brand image (citra merek). Setiap produk yang dijual di pasar tentu memiliki merek, dimana merek tersebut sebagai pembeda antara satu produk dengan produk yang lain. Menurut American Marketing Association (AMA) ““A brand is name, term, sign, symbol, or design, or acombination of them, intended to identify the goods or service of one seller or groupof sellers and to differentiate them from those of competitor.”Maksudnya merek merupakan nama, istilah, ttanda, simbol atau desain atau kombinasi dari hal-hal tersebut yang dimaksudkan sebagai alat untuk mengidentifikasikan barang atau jasa yang dijual oleh sebuah perusahaan dan memberikan sebuah perbedaan dalam persaingan dengan competitor, Kotler dan Keller (2009:258). Kotler dan Keller (2009;269) menyatakan terdapat enam pemilihan kriteria merek, diantaranya adalah: 1) Dapat diingat Merek harus dapat diingat dan dikenali dengan mudah oleh konsumen. 2) Berarti Merek harus kredibel dan mencirikan karakter yang sesuai, serta menyiratkan sesuatu tentang bahan atau tipe orang yang mungkin menggunakan merek. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 32 3) Dapat disukai Seberapa menarik estetika dari merek dan dapat disukai secara visual, verbal, dan lainnya. 4) Dapat dipindahkan Merek dapat digunakan untuk memperkenalkan produk baru dalam kategori yang sama atau berbeda dengan melintasi batas geografis dan segmen pasar. 5) Dapat disesuaikan Merek harus dengan mudah dapat disesuaikan atau diperbarui sesuai dengan kebutuhan pasar. 6) Dapat dilindungi Merek harus dapat dipatenkan atau dapat dilegalkan secara hukum, sehingga tidak mudah ditiru oleh pesaing. Citra adalah konsep yang mudah dimengerti, tetapi sulit dijelaskan secara sistematis karena sifatnya abstrak (Simamora, 2004). Citra terhadap merek berhubungan dengan sikap yang berupa keyakinan dan preferensi terhadap suatu merek. Rangkuti (2004) mengemukakan bahwa “citra merek adalah sekumpulan asosiasi merek yang terbentuk di benak konsumen.” Definisi citra menurut Kotler dan Keller (2009:406) adalah sejumlah keyakinan, ide, dan kesan yang dipegang oleh seseorang tentang sebuah objek. Sedangkan citra merek adalah persepsi dan keyakinan yang dipegang oleh konsumen, seperti yang dicerminkan asosiasi yang tertanam dalam ingatan konsumen (Kotler dan Keller, 2009:403). http://digilib.mercubuana.ac.id/ 33 Surachman (2008:13) mendefinisikan citra merek sebagai bagian dari merek yang dapat dikenali namun tidak dapat diucapkan, seperti lambang, desain huruf atau warna khusus, atau persepsi pelanggan atas sebuah produk atau jasa yang diwakili oleh mereknya. Menurut Biel. A (1992) dalam jurnal Xian, dkk (2011:1876) brand image (citra merek) memiliki tiga dimensi yaitu : 1) Citra Perusahaan (Corporate Image) Yaitu sekumpulan asosiasi yang dipersepsikan konsumen terhadap perusahaan yang membuat suatu produk dan jasa. 2) Citra Pemakai (User Image) Yaitu sekumpulan asosiasi yang dipersepsikan konsumen terhadap pemakai yang menggunakan barang atau jasa, meliputi pemakai itu sendiri, gaya hidup atau kepribadian dan status social. 3) Citra Produk ((Product Image) Image) Yaitu sekumpulan asosiasi yang dipersepsikan konsumen terhadap Yait suatu produk, yang meliputi atribut produk tersebut, manfaat bagi konsumen, penggunaannya, serta jaminan. Citra dari sebuah perusahaan berawal dari perasaan pelanggan dan para pelaku bisnis tentang organisasi yang bersangkutan sebagai produsen produk tersebut sekaligus sebagai hasil evaluasi individual tentang hal tersebut. Xian, dkk (2011:1876) menyatakan bahwa “The user image refers to whether the brand personality is congruent with the consumers.” Citra pemakai mengacu pada apakah kepribadian merek sesuai dengan http://digilib.mercubuana.ac.id/ 34 konsumen. Sedangkan citra produk adalah suatu pandangan masyarakat terhadap suatu produk atau kategori suatu produk (Surachman 2008:275). Pembentukan citra perusahaan yang ada di dalam benak konsumen terhadap perusahaan dapat diukur dengan menggunakan indikator penilaian citra perusahaan yaitu: 1) Kesan (Impressions) Kesan yang didapat oleh konsumen terhadap perusahaan merupakan salah satu indikator yang dapat digunakan sebagai alat pengukur citra. 2) Kepercayaan (Beliefs) ( Kepercayaan timbul karena adanya suatu rasa percaya kepada pihak lain yang memang memiliki kualitas yang dapat mengikat dirinya, seperti tindakannya yang konsisten, kompeten, jujur, adil, bertanggung jawab, suka membantu dan rendah hati. Kepercayaan pelanggan terhadap perusahaan diimplementasikan dari kredibilitas perusahaan dan kepedulian perusahaan pada pelanggan yang ditujukan melalui performance perusahaan pada pengalaman melakukan hubungan dengan pelanggan. 3) Sikap (Attitudes) Indikator lain dari pengukuran citra perusahaan adalah sikap, dimana sikap masyarakat dapat menunjukkan bagaimana sebenarnya masyarakat menilai suatu perusahaan. Jika masyarakat bersikap baik, maka citra perusahaan itu baik. Sebaliknya, jika sikap yang ditunjukkan negatif, berarti citra perusahaan tersebut juga kurang di http://digilib.mercubuana.ac.id/ 35 mata masyarakat. Proses pembentukan sikap berlangsung secara bertahap, yakni dengan pengalaman pribadi, asosiasi dan proses belajar sosial. Sikap juga terbentuk dari 3 hal, yakni kognitif, afektif dan konatif. Sumarwan (2008:148) menyebutkan tiga komponen dalam membentuk sikap : 1) Komponen kognitif, yaitu sikap yang menggambarkan pengetahuan dan persepsi terhadap suatu objek sikap. Pengetahuan dan persepsi tersebut diperoleh melalui pengalaman langsung dari objek sikap tersebut dan informasi dari berbagai sumber. 2) Komponen afektif, yaitu mengggambarkan perasaan dan emosi seseorang terhadap suatu produk atau merek. Perasaan itu merupakan evaluasi menyeluruh terhadap objek sikap. Afek Afektif mengungkapkan penilaian konsumen kepada suatu produk apakah baik atau buruk, “disukai” atau “tidak disukai”. Perasaan dan emosi seseorang tersebut terutama ditujukan kepada produk secara keseluruhan, bukan perasaan dan emosi kepada atribut atribut-atribut yang dimiliki produk. 3) Komponen konatif, menggambarkan kecenderungan dari seseorang untuk melakukan tindakan tertentu yang berkaitan dengan objek sikap. Konatif j u g a b i s a meliputi perilaku yang sesungguhnya terjadi. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 36 Simamora (2004) menyebutkan ketiga komponen dari sikap tersebut berada dalam suatu hubungan yang konsisten. Sebelum suka atau tidak suka (komponen afektif) terhadap suatu objek, tentu seseorang harus yakin lebih dahulu (komponen kognitif). Dimana kemudian seseorang membeli produk (komponen konatif) tentu karena suka (komponen afektif), kecuali dalam keadaan terpaksa. Pembentukan citra pemakai yang ada di dalam benak konsumen terhadap pemakai yang menggunakan barang atau jasa dapat diukur dengan menggunakan indikator yaitu gaya hidup/kepribadian dan kelas sosial (Simamora, 2004). Pembentukan citra produk yang ada di dalam benak konsumen terhadap terhadap suatu produk dapat diukur dengan menggunakan indikator yaitu atribut produk, kualitas produk, penawaran produk produk. (Simamora, 2004). Citra merek (brand Image) merupakan representasi dari keseluruhan persepsi terhadap merek dan dibentuk dari informasi dan pengalaman masa lalu terhadap merek itu. Citra terhadap merek berhubungan dengan sikap yang berupa keyakinan dan preferensi terhadap suatu merek. Tujuan perusahaan yaitu mencapai pemasaran yang sukses dan penjualan yang tinggi, citra merek suatu produk dan perusahaan itu sendiri haruslah baik di mata konsumen karena pada umumnya konsumen memiliki hubungan emosional yang sangat kuat dengan brand. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 37 3.1.3 Persepsi Resiko (Perceived Risk) Selama proses belanja online, kemungkinan adanya resiko karena toko konsumen mempersepsikan tidak berbentuk secara nyata (virtual) dan pelayanan yang mungkin sepenuhnya tidak terjamin. Istilah persepsi sering disebut juga disebut juga dengan pandangan, gambaran, atau anggapan, sebab dalam persepsi terdapat tanggapan seseorang mengenai satu hal atau objek. Persepsi didefinisikan juga sebagai suatu proses yang menggabungkan dan mengorganisir data-data indera kita (penginderaan) untuk dikembangkan sedemikian rupa sehingga kita dapat menyadari di sekeliling kita, termasuk sadar akan diri kita sendiri (Shaleh dkk, 2004 2004). Persepsi menurut Epstein & Rogers (dalam Stenberg, 2008:105) adalah seperangkat proses yang dengannya kita mengenali, mengorganisasikan dan memahami serapan-serapan inderawi yang kita terima dari stimuli lingkungan. Proses pembentukan persepsi diawali dengan masuknya sumber melalui suara, penglihatan, rasa, aroma atau sentuhan manusia, diterima oleh indera manusia (sensory receptor) sebagai bentuk sensasi. Sejumlah besar sensasi yang diperoleh dari proses pertama diatas kemudian diseleksi dan diterima. Fungsi penyaringan ini dijalankan oleh faktor seperti harapan individu, motivasi, dan sikap. Sensasi yang diperoleh dari hasil penyaringan pada tahap kedua itu merupakan input bagi tahap ketiga, tahap pengorganisasian sensasi. Dari tahap ini akan diperoleh sensasi yang http://digilib.mercubuana.ac.id/ 38 merupakan satu kesatuan yang lebih teratur dibandingkan dengan sensasi yang sebelumnya. Tahap keempat merupakan tahap penginterpretasian seperti pengalaman, proses belajar, dan kepribadian. Apabila proses ini selesai dilalui, maka akan diperoleh hasil akhir berupa persepsi. Sehingga dapat disimpulkan bahwa persepsi merupakan faktor internal dari dalam diri individu yang meliputi pembelajaran, memori, motif, kepribadian, sikap dan emosi. berkisar antara ketidakpastian yang Kehidupan manusia itu selalu ber tersebut lazim berkepanjangan dan terus menerus. Keadaan tidak pasti tersebu disebut sebagai suatu resiko. Bahwa manusia itu selalu menghadapi re resiko, karena memang sesungguhnya manusia itu pada hakekatnya merupakan suatu obyek tum tumpuan rresiko, esiko, yang sebagaimana sifat hakiki manusia itu sendiri. Jadi resiko itu memang suatu yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Disamping itu tidak ada seorang pun yang bebas dari suatu resiko. Resiko merupakan kemungkinan terjadinya sesuatu dan tidak dapat diduga/tidak diinginkan di masa depan. Jadi merupakan ketidakpastian atau kemungkinan terjadinya sesuatu yang jika terjadi akan menimbulkan keuntungan/kerugian. Ketidakpastian mengakibatkan adanya resiko bagi pihak-pihak yang berkepentingan. Salim (2005), ”Resiko adalah ketidaktentuan (uncertainty) yang mungkin melahirkan peristiwa kerugian (loss)”. T e r d a p a t pengertian resiko sebagai berikut: 1) Risk is the chance of loss (resiko adalah kans kerugian). http://digilib.mercubuana.ac.id/ beberapa 39 2) Chance of Loss biasanya dipergunakan untuk menunjukkan suatu keadaan dimana terdapat suatu keterbukaan terhadap kerugian atau suatu kemungkinan kerugian. sebaliknya jika disesuaikan dengan istilah yang dipakai dalam statistik, maka chance sering dipergunakan untuk menunjukkan tingkat probabilitas akan munculnya situasi tertentu. 3) Risk is the possibility of loss (resiko adalah kemungkinan kerugian) kerugian). 4) Istilah possibility berarti bahwa probabilitas sesuatu peristiwa berada di antara nol dan satu. Definisi ini barangkali sangat mendekati dengan pengertian resiko yang dipakai sehari-hari, akan tetapi definisi ini agak longgar, tidak cocok dipakai dalam analisis secara kuantitatif 5) Risk is uncertainty (resiko adalah ketidakpastian) Dari definisi-definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa rresiko selalu dihubungkan dengan kemungkinan terjadinya sesuatu yang merugikan yang tidak diduga/ tidak diinginkan. Dengan demikian rresiko mempunyai karakteristik : 1) Merupakan ketidakpastian atas terjadinya suatu peristiwa. 2) Merupakan ketidakpastian bila terjadi akan menimbulkan kerugian. Ada hal lain yang menjadi pertimbangan konsumen dalam melakukan belanja online yaitu persepsi akan resiko (perceived risk). Meskipun pertumbuhan populasi pembeli online terus meningkat, namun pengguna internet menggambarkan belanja online sebagai suatu hal yang dapat membuat frustasi, membingungkan, dan luar biasa aktifitasnya. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 40 Schiffman dan kanuk (2000) mendefinisikan persepsi resiko sebagai ketidakpastian yang di hadapi oleh konsumen ketika mereka tidak dapat meramalkan dampak dari keputusan pembelian mereka. Persepsi resiko juga di artikan sebagai penilaian subjektif oleh seseorang terhadap kemungkinan dari sebuah kejadian kecelakaan dan seberapa khawatir individu dengan konsekuensi atau dampak yang ditimbulkan kejadian tersebut. Featherman dan Pavlov (2002) menyatakan persepsi akan rresiko ( (perceived risk)) dinilai sebagai tingkat persepsi konsumen akan hasil risk negatif yang didapat dari transaksi online. Konsumen akan cenderung untuk melihat tingkat resiko yang lebih tinggi saat membeli produk melalui internet dibandingkan dengan di dalam toko (Naiyi, 2004). Persepsi resiko ((perceived perceived risk risk)) dalam konteks pembelian online memiliki banyak dimensi. Dimensi persepsi resiko yang digunakan dalam penelitian ini ada 7 dimensi yang diperoleh dari ber berbagai sumber yaitu Naiyi (2004), Masoud (2013), Zhang et al (2012) (2012). Lebih lanjut dijelaskan tujuh dimensi persepsi akan re resiko sebagai berikut : 1) Resiko Keuangan Kesulitan keuangan yang dihadapi konsumen setelah dia membeli suatu produk atau jasa. Resiko keuangan adalah persepsi bahwa sejumlah uang tertentu bisa hilang (Masoud, 2013). Resiko keuangan dapat diukur dengan menggunakan indikator seperti salah alokasi http://digilib.mercubuana.ac.id/ 41 investasi dalam membeli, ketidaksesuaian antar harga dengan produk yang diperoleh, kemungkinan produk membutuhkan perbaikan atau penggantian. 2) Resiko Produk / Fungsional Resiko produk / fungsional adalah persepsi bahwa kemungkinan produk yang dibeli tidak berfungsi sebagaimana yang diharapkan (Masoud, 2013). Resiko produk / fungsional dapat diukur dengan menggunakan indikator seperti brand atau produk yang dipilih tidak menunjukkan kinerja yang diinginkan dan tidak memberikan manfaat yang dijanjikan karena kualitas atau keandalan produk. 3) Resiko Fisik / Keamanan Resiko fisik adalah resiko kesehatan dan keamanan yang menimbulkan dampak negatif yang dirasakan konsumen karena menggunakan suatu produk. Resiko fisik dapat diukur dengan menggunakan indikator seperti a d a n y a rasa kekhawatiran seseorang atas kondisi fisiknya akibat penggunaan produk. 4) Resiko Psikologis Perasaan, emosi, atau ego yang dirasakan konsumen. Resiko psikologis adalah persepsi terhadap potensi kerugian self-esteem dari frustasi karena tujuan membeli yang tidak tercapai (Zhang et al, 2012). Resiko psikologis dapat diukur dengan menggunakan indikator seperti adanya rasa kekecewaan atau ketidaknyamanan psikologis yang akan muncul karena kekhawatiran atas pembelian dan penggunaan produk . http://digilib.mercubuana.ac.id/ 42 5) Resiko Sosial Persepsi konsumen terhadap dirinya dari orang –orang disekelilingnya. Resiko sosial adalah persepsi terhadap potensi kerugian status dalam kelompok sosial seseorang sebagai akibat dari pembelian produk atau jasa (Zhang et al, 2012). R e s i k o sosial dapat diukur dengan menggunakan indikator seperti terjadi kesalahan memilih produk sehingga menyebabkan rasa malu karena konsumen mempertimbangkan apa pandangan orang lain mengenai pilihannya itu, potensi kehilangan pengakuan orang, ataupun pengharg penghargaan dari teman. 6) Resiko Waktu Waktu yang sia-sia yang akan dihabiskan konsumen. R Resiko waktu adalah persepsi bahwa waktu, kenyamanan atau usaha dapat sia sia-sia jika produk yang dibeli harus diperbaiki atau diganti (Masoud, 2013) 2013). Resiko waktu dapat diukur dengan menggunakan indikator seperti ada keterbatasan waktu kemampuan produk memuaskan kebutuhan, konsumsi waktu atas penggunaan produk, dan potensi kerugian waktu ketika mencari informasi produk . 7) Resiko Privacy Resiko privacy adalah persepsi terhadap kredibilitas dan reliabilitas website yang digunakan penjual online (Masoud, 2013). Resiko privacy dapat diukur dengan menggunakan indikator seperti http://digilib.mercubuana.ac.id/ 43 bagaimana perusahaan online menangani informasi pribadi konsumen dan siapa saja yang bisa mengakses informasi tersebut. Pengaruh dari resiko-resiko oleh konsumen itu tidak boleh diabaikan pemasar. Resiko tersebut akan semakin besar pada produkproduk yang harganya mahal, mudah dilihat orang lain, atau sangat menentukan status seseorang. Persepsi tentang resiko hanya bisa diperkecil namun tidak dapat dihilangkan. Kosumen yang mempersepsi rresiko lebih besar cenderung (demi kemudahan) mengelak dari produk yang ditawarkan. Bila motivasi untuk mendapatkan produk cukup besar, untuk menghilangkan ketegangan yang dialami mereka akan berusaha b meyakinkan diri bahwa resiko itu tidak sedemikian besarnya dengan perilaku konsumen mencari informasi yang akan diperguna dipergunakan untuk menentukan alternatif alternatif-alternatif alternatifalternatif yang pada akhirnya pengambilan keputusan unt untuk membeli. 3.1.4. Kepercayaan Konsumen (Consumer Trust) Kepercayaan merupakan hal yang penting karena membantu mengatur kompleksitas, membantu mengembangkan kapasitas aksi, meningkatkan kolaborasi dan meningkatkan kemampuan pembelajaran organisasi. Kunci yang sangat penting dalam membangun kepercayaan yang tinggi dalam organisasi adalah pencapaian hasil, bertindak dengan integritas, dan memberikan perhatian. Peningkatan tingkat kepercayaan membutuhkan keseimbangan dari hal-hal penting yang telah tersebut di atas, meskipun ada konflik di antara para pihak dalam organisasi. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 44 Kepercayaan adalah kemauan seseorang untuk bertumpu pada orang lain dimana kita memiliki keyakinan padanya. Kepercayaan menurut McKnight et al (2002), kepercayaan dimulai sebelum pihak-pihak tertentu saling mengenal satu sama lain melalui interaksi maupun transaksi. Kepercayaan sebagai persyaratan untuk membangun hubungan konsumen dan sebagai bagian yang terdahulu dalam mengembangkan komitmen. Kepercayaan akan muncul ketika salah satu pihak memiliki keyakinan pada keandalan dan integritas, kepercayaan memainkan peran kritis dengan memberikan pelayanan dan pemasar B2B. Kepercayaan konsumen dalam berbelanja online sebagai kesediaan konsumen untuk mengekspos dirinya terhadap kemungkinan rugi yang dialami selama transaksi berbelanja melalui internet berdasarkan harapan bahwa penjual menjanjikan transaksi yang memuaskan konsumen dan mampu untuk mengirimkan barang atau jasa yang telah dijanjikan. Dari beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa kepercayaan konsumen adalah kesediaan satu pihak menerima re resiko dari pihak lain berdasarkan keyakinan dan harapan bahwa pihak lain akan melakukan tindakan sesuai yang diharapkan, meskipun kedua belah pihak belum mengenal satu sama lain. McKnight et al (2002) menyatakan kepercayaan dibangun antara pihak-pihak yang belum saling mengenal baik dalam interaksi maupun proses transaksi. McKnight et al (2002a) menyatakan juga bahwa ada dua dimensi kepercayaan konsumen yaitu : http://digilib.mercubuana.ac.id/ 45 1) Trusting Belief Trusting Belief adalah sejauh mana seseorang percaya dan merasa yakin terhadap orang lain dalam suatu situasi. Trusting belief adalah persepsi pihak yang percaya (konsumen) terhadap pihak yang dipercaya (penjual toko maya) yang mana penjual memiliki karakteristik yang akan menguntungkan konsumen. McKnight et al (2002a) menyatakan bahwa ada 3 indikator yang membangun trusting belief, yaitu : belief a) Benevolence Benevolence (niat baik) bararti seberapa besar seseorang percaya kepada penjual untuk berperilaku kepada konsumen. Benevolence merupakan kesediaan penjual untuk melayani kepentingan konsumen. b) Integrity Integrity (integritas) adalah seberapa besar keyakinan seseorang terhadap kejujuran penjual untuk menjaga dan memenuhi kesepakatan yang telah dibuat kepada konsumen. c) Competence Competence (kompetensi) adalah keyakinan seseorang terhadap kemampuan yang dimiliki penjual untuk membantu konsumen dalam melakukan sesuatu sesuai dengan yang dibutuhkan konsumen tersebut. Esensi dari kompetensi adalah seberapa besar keberhasilan penjual untuk menghasilkan hal yang diinginkan oleh http://digilib.mercubuana.ac.id/ 46 konsumen. Inti kompetensi adalah kemampuan penjual untuk memenuhi kebutuhan konsumen. 2) Trusting Intention Trusting Intention adalah suatu hal yang disengaja dimana seseorang siap bergantung pada orang lain dalam suatu situasi, ini terjadi secara pribadi dan mengarah langsung kepada orang lain. Trusting intention didasarkan pada kepercayaan kognitif seseorang kepada orang lain. McKnight et al (2002a) menyatakan bahwa ada 2 indikator yang membangun trusting intention, yaitu : a) Willingness to depend Willingness to depend adalah kesediaan konsumen untuk bergantung kepada penjual berupa penerimaan rresiko atau konsekuensi negatif yang mungkin terjadi. b) Subjective probability of depending Subjective probability of depending adalah kesedia kesediaan konsumen melakukan transaksi, serta bersedia untuk mengikuti saran atau permintaan dari penjual. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kepercayaan seseorang. McKnight et al (2002b) menyatakan bahwa ada faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kepercayaan konsumen yaitu : 1) Perceived Web Vendor Reputation Reputasi merupakan suatu atribut yang diberikan kepada penjual berdasarkan pada informasi dari orang atau sumber lain. Reputasi dapat http://digilib.mercubuana.ac.id/ 47 menjadi penting untuk membangun kepercayaan seorang konsumen terhadap penjual karena konsumen tidak memiliki pengalaman pribadi dengan penjual. Reputasi dari mulut ke mulut juga dapat menjadi kunci ketertarikan konsumen. Informasi positif yang didengar oleh konsumen tentang penjual dapat mengurangi persepsi risiko dan ketidakamanan ketika bertransaksi meningkatkan dengan kepercayaan penjual. Hal ini dapat membantu konsumen tentang kompentensi, kompentensi benevolence, dan integritas pada penjual. 2) Perceived Web Site Quality Persepsi akan kualitas situs dari toko maya dapat mempengaruhi kesan pertama yang terbentuk. Tampilan website secara profe profesional mengindikasikan bahwa toko maya tersebut kompeten dalam menjalankan operasionalny a . T a m pilan website yang profesioal profe memberikan rasa nyaman kepada pelanggan, dengan begitu pelanggan dapat lebih percaya dan nyaman dalam melakukan pembelian. 3.1.5. Minat Beli (Purchase Intention) Minat merupakan salah satu aspek psikologis yang mempunyai pengaruh cukup besar terhadap perilaku dan minat juga merupakan sumber motivasi yang akan mengarahkan seseorang dalam melakukan apa yang mereka lakukan. Minat beli adalah tahap kecenderungan responden untuk bertindak sebelum keputusan membeli benar-benar dilaksanakan. Terdapat perbedaan antara pembelian aktual dan minat pembelian. Bila pembelian http://digilib.mercubuana.ac.id/ 48 aktual adalah pembelian yang benar-benar dilakukan oleh konsumen, maka minat pembelian adalah niat untuk melakukan pembelian pada kesempatan mendatang. Minat beli merupakan kecenderungan konsumen untuk membeli suatu merek atau mengambil tindakan yang berhubungan dengan pembelian yang diukur dengan tingkat kemungkinan konsumen melakukan pembelian (Assael, 2001:75). Minat beli konsumen merupakan kegiatan-kegiatan individu yang secara langsung terlibat dalam mendapatkan dan menggunakan barang dan jasa termasuk didalamnya proses pengambilan keputusan pada persiapan dan penentuan kegiatan kegiatan tersebut (Swastha dan Handoko, 2000:87). Artinya bahwa minat beli konsumen merupakan tindakantindakan dan hubungan sosial yang dilakukan oleh konsumen perorangan, kelompok maupun organisasi untuk menilai, memperoleh dan menggunakan barang-barang serta jasa melalui proses pertukaran atau pembelian yang diawali dengan proses pengambilan ke keputusan yang menentukan tindakan-tindakan tersebut. Swastha dan Irawan (2008), mengemukakan faktor faktor-faktor yang mempengaruhi minat membeli berhubungan dengan perasaan dan emosi, bila seseorang merasa senang dan puas dalam membeli barang atau jasa maka hal itu akan memperkuat minat membeli, ketidakpuasan biasanya menghilangkan minat. Beberapa faktor yang mempengaruhi beli yaitu : http://digilib.mercubuana.ac.id/ minat 49 1) Perbedaan pekerjaan, artinya dengan adanya perbedaan pekerjaan seseorang dapat diperkirakan minat terhadap tingkat pekerjaan yang ingin dicapainya, aktivitas yang dilakukan, penggunaan waktu senggangnya, dan lain-lain. 2) Perbedaan sosial ekonomi, artinya seseorang yang mempunyai sosial ekonomi tinggi akan lebih mudah mencapai apa yang diinginkannya daripada yang mempunyai sosial ekonomi rendah. 3) Perbedaan hobi atau kegemaran, artinya bagaim bagaimana seseorang menggunakan waktu senggangnya. 4) Perbedaan jenis kelamin, artinya minat wanita akan berbeda dengan minat pria, misalnya dalam pola belanja. 5) Perbedaan usia, artinya usia anak-anak, remaja, dewasa dan orangtua akan berbeda minatnya terhadap suatu barang. Definisi minat beli menurut Simamora (2004) adalah sesuatu yang pribadi dan berhubungan dengan sikap. Individu yang berminat terhadap suatu objek akan memiliki kekuatan atau dorongan untuk mendapatkan objek tersebut. Kotler dan Keller (2003) menyatakan, customer buying decision – alltheir experience in learning, choosing, using, even disposing of a product. Yang kurang lebih memiliki arti minat beli konsumen adalah sebuah perilaku konsumen dimana konsumen mempunyai keinginan dalam membeli atau memilih suatu produk, berdasarkan pengalaman http://digilib.mercubuana.ac.id/ 50 dalam memilih, menggunakan dan mengkonsumsi atau bahkan menginginkan suatu produk. Selain itu Kotler dan Keller (2003) juga mengatakan, the consumer may also form an intention to buy the most preffered brand yang berarti bahwa konsumen mempunyai keinginan untuk membeli suatu produk berdasarkan pada sebuah merek. Sedangkan Kotler dan Amstrong (2008) mengatakan bahwa keputusan pembelian adalah membeli merek yang paling disukai, tetapi dua faktor bisa berada antara niat pembelian dan keputusan pembelian. Faktor pertama adalah sikap orang lain. Faktor kedua adalah faktor situasional yang tidak diharapkan. Konsumen mungkin membentuk niat pembelian berdasarkan faktor-faktor seperti pendapatan, harga, dan manfaat produk yang diharapkan. Namun kejadian tak terduga bisa mengubah niat pembelian. Ferdinand (2006) menjelaskan kecenderungan seseorang menunjukkan minat beli terhadap suatu produk atau jasa dapat dilihat berdasarkan dimensi sebagai berikut : 1) Minat Eksploratif Minat ini dapat diukur dengan menggunakan indikator yang menggambarkan perilaku seseorang yang selalu mencari informasi mengenai produk yang diminatinya dan mencari informasi untuk mendukung sifat-sifat positif dari produk tersebut. Konsumen yang memiliki minat, biasanya memiliki suatu kecenderungan untuk mencari informasi lebih detail tentang produk atau jasa tersebut, http://digilib.mercubuana.ac.id/ 51 dengan tujuan untuk mengetahui secara pasti bagaimana spesifikasi produk atau jasa yang digunakan, sebelum menggunakan produk atau jasa tersebut. 2) Minat Transaksional Yaitu kecenderungan seseorang untuk membeli produk. Minat ini dapat diukur dengan menggunakan indikator yang melihat kesediaan konsumen untuk membayar barang atau jasa. Konsumen yang memiliki minat terhadap suatu produk atau jasa dapat dilihat dari bentuk pengorbanan yang dilakukan terhadap suatu barang atau jasa, konsumen yang cenderung memiliki minat lebih terhadap suatu barang atau jasa akan bersedia untuk membayar barang atau jasa tersebut dengan tujuan konsumen yang berminat tersebut dapat menggunakan barang atau jasa tersebut. 3) Minat Preferensial Yaitu minat yang menggambarkan perilaku seseorang yang memiliki preferensi pref prefe rensi utama pada produk tersebut. Minat ini dapat diukur dengan menggunakan indikator yang melihat konsumen yang memiliki minat besar terhadap suatu produk atau jasa, akan menceritakan hal yang positif atas barang atau jasa kepada konsumen lain, karena konsumen yang memiliki suatu minat secara eksplisit memiliki suatu keinginan dan kepercayaan terhadap suatu barang atau jasa yang digunakan. Preferensi ini hanya dapat diganti jika terjadi sesuatu dengan produk preferensinya. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 52 4) Minat Referensial Yaitu kecenderungan seseorang untuk mereferensikan produk kepada orang lain. Minat ini dapat diukur dengan menggunakan indikator yang melihat kecenderungan konsumen untuk merekomendasikan. Konsumen yang memiliki minat yang besar terhadap suatu barang, selain akan menceritakan hal yang positif. Konsumen tersebut juga akan merekomendasikan kepada orang lain untuk juga menggunakan barang atau jasa tersebut, karena seorang yang memiliki minat yang besar terhadap suatu barang akan cenderung memiliki pemikiran yang positif terhadap barang atau jasa tersebut, sehingga jika ditanya konsumen lain, maka konsumen tersebut akan cenderung merekomendasikan kepada konsumen lain. Pemahamam terhadap perilaku konsumen tidak lepas dari minat membeli, karena minat membeli merupakan salah satu tahap yang pada subyek sebelum mengambil keputusan untuk membeli. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 53 3.2. Penelitian Terdahulu Terdapat 4 variabel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu citra merek (brand image), persepsi resiko (perceived risk), kepercayaan konsumen (consumer trust) dan minat beli (purchase intention). Penelitian ini dilakukan untuk melihat pengaruh dan keterkaitan antar variabel yaitu meneliti pengaruh citra merek (brand image) dan persepsi risk)) terhadap kepercayaan konsumen (consumer trust) dan resiko ((perceived risk implikasinya pada minat beli ((purchase intention intention)) di alfaonline. Pengaruh masing-masing masing variabel bebas terhadap variabel terikatnya didukung oleh penelitian itian yang dilakukan sebelumnya yang menjadi latar belakang untuk melakukan penelitian lanjutan. Tabel 3.1 menunjukkan beberapa penelitian terdahulu mengenai belanja online yang dimuat dalam jurnal dan menjadi latar belakang untuk pelakukan penelitian lanjutan. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 54 Tabel 3.1 Penelitian Terdahulu No Judul Penelitian Nama Peneliti Variabel Hasil Penelitian 1 The Impact of online shopping experience on risk perceptions and online purchase intentions : Does product Category matter? Dai, Bo., Forsythe, Sandra., Suk Kwon, Wi (2014) Persepsi Resiko, Minat Beli Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengalaman belanja online adalah prediktor positif yang kuat dari niat pembeli online. Pembelian untuk p r o d u k n o n -d i g i t a l d a n digital. Pengalaman belanja online berhubungan negatif dengan persepsi produk dan resiko keuangan yang terkait belanja online tanpa dengan belan kategori produk; tetapi hanya mengurangi risiko privasi yang terkait dengan belanja produk non-digital online. 2 Brand name and promotion in online shopping context Park, Minjung., J.Lennon, Sharron (2008) Citra Merek N a m a m e r e k memiliki efek positif pada konsumen, citra toko dan promosi positif dipengaruhi nilai yang dirasakan konsumen. Ada hubungan positif antara nilai yang dirasakan, citra toko dan niat perilaku. Penjulan o online harus mempertimbangkan pentingnya meningkatkan merek mereka dalam hal menciptakan citra toko yang positif. 3 An online shopping behavior model integrating personality traits, perceived risk, and technology acceptance Yih Wu, Wann., Ching Ke, Ching (2015) Persepsi Resiko, Kepercayaan Konsumen Meta-analisis dilakukan untuk mengintegrasikan temuan peneliti sebelumnya dan untuk menyediakan kerangka kerja yang lebih lengkap dari perilaku belanja online, resiko yang dirasakan, dan penerimaan teknologi. Meneliti pengaruh sikap dan k e p e r c a y a a n , p e n g a ruh langsung dan tidak langsung pada 3 model menunjukkan hasil yang berbeda. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 55 Tabel 3.1 Penelitian Terdahulu (Lanjutan) No Judul Penelitian 4 Exploring Factors That Affect Usefulness, Ease Of Use, Trust, And Purchase Intention In The Online Environment 5 Perceived Risk in Apparel Online Shopping: A Multi Dimensional Perspective Nama Peneliti Variabel Hasil Penelitian C. Cho, Yoon., KDI School of Public Policy and Management, (2015) Kepercayaan Konsumen, Minat Beli Penelitian ini meneliti i) efek faktor seperti informasi produk, harga, kenyamanan, dan produk atau jasa yang dirasakan kualitas pada persepsi kegunaan; ii) efek kenyamanan, produk yang dirasakan atau kualitas layanan, dan keinginan untuk berbelanja tanpa penjual pada persepsi kemudahan penggunaan; iii) efek persepsi kemudahan penggunaan pada dirasakan kegunaan; iiv) efek dari persepsi kemudahan penggunaan dan kegunaan dari niat untuk berbelanja online; dan v) efek kepercayaan pada niat pembelian. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa persepsi kegunaan, yang dirasakan kemudahan penggunaan, dan kepercayaan memiliki pengaruh yang signifikan secara statistik pada niat perilaku untuk berbelanja di Internet. Persepsi Resiko, Minat Beli Penelitian untuk menyelidiki pengaruh dimensi persepsi risiko terhadap niat pembelian pakaian internet konsumen Saudi. Sebuah survei berbasis web dilakukan untuk mengukur persepsi konsumen dari enam jenis risiko yang terkait dengan belanja online pakaian dan pengaruh terhad a p n i a t pembelian. Tiga ratus tanggapan dikumpulkan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak semua resiko memiliki pengaruh yang sama pada niat beli pakaian online. Secara khusus, waktu dan kinerja resiko memiliki pengaruh paling signifikan diikuti oleh privasi dan risiko sosial. Almousa, Moudi (2011) http://digilib.mercubuana.ac.id/ 56 Tabel 3.1 Penelitian Terdahulu (Lanjutan) No Judul Penelitian Nama Peneliti Variabel Hasil Penelitian 6 The Effect of Perceived Risk on Online Shopping in Jordan Masoud, Emad Y (2013) Persepsi Resiko Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh resiko yang dirasakan (resiko keuangan, resiko produk, resiko waktu, resiko pengiriman, dan resiko keamanan informasi) tentang perilaku belanja online di Yordania. Sampel ukuran 395 pembeli online di kalangan konsumen yang sebelumnya membeli secara online dan terutama dari toko online populer di Yordania, metodologi dilakukan dengan menggunakan SPSS 17 dan Amos 18. Hasil penelitian menunjukkan bahwa resiko keuangan, resiko produk, resiko pengiriman, dan resiko keamanan informasi negatif mempengaruhi p e r i l a k u b e l a n j a online. Hasil ini juga menunjukkan 2 dimensi lainnya, resiko waktu yang dirasakan, dan resiko sosial yang dirasakan tidak berpengaruh pada belanja secara online. 7 Dimensions of Consumers’ Perceived Risk and Their Influences on Online Consumers’ Purchasing Behavior Zhang,Lingying., Tan, Wojie., Xu, Yingcong., Tan, Genlue (2012) Persepsi Resiko Penelitian tentang struktur dimensi resiko konsumen untuk keseluruhan proses B2C E-Commerce E-Commerce, H a s i l pengujian empiris menunjukkan 5 dimensi independen, resiko kesehatan, resiko kualitas, resiko waktu , resiko pengiriman dan resiko purna jual yang signifikan mempengaruhi perilaku konsumen dalam pembelian online. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 3 dimensi lainnya, resiko privasi, resiko sosial dan resiko ekonomi yang dirasakan adalah faktor yang kurang relevan. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 57 Tabel 3.1 Penelitian Terdahulu (Lanjutan) No Judul Penelitian Nama Peneliti Variabel Hasil Penelitian 8 Factors influencing consumer perceptions of brand trust online Youl Ha, Hong (2004) Citra Merek, Persepsi Resiko Studi ini meneliti bagaimana kepercayaan merek mempengaruhi pembelian online, yang berhubungan dengan keamanan, privasi, nama merek, dari mulut ke mulut, pengalaman online yang baik dan kualitas informasi. Temuan menunjukkan bahwa kepercayaan merek tidak dibangun pada satu atau dua komponen, tetapi dibentuk oleh hubungan timbal bali balik antara komponen kompleks. 9 Corporate-, Product-, and User-Image Dimensions and Purchase Intentions Guo Li, Xian., Wang, Xia., Cai, Yu Juan (2011) Citra Merek, Minat Beli Studi ini meneliti efek dari dimensi citra perusahaan, citra produk dan citra pengguna pada niat pembelian, dengan sikap kognitif dan afektif sebagai mediator. Sebuah survei dilakukan dengan kuesioner. Hasil menunjukkan efek signifikan dari tiga dimensi citra merek terhadap niat pembelian. Tambahan lagi, sikap kognitif dan afektif sepenuhnya atau sebagian menjelaskan hubungan. Penelitian ini memberikan kontribusi untuk pemahaman tentang penilaian hubungan antara dimensi citra merek dan perilaku pembelian. 10 Dimensions of Consumer’s Perceived Risk in Online Shopping Naiyi, YE (2004) Persepsi Resiko Persepsi resiko adalah konsep penting pada perilaku konsumen dalam belanja online. Struktur model dengan 7 faktor dalam persepsi resiko konsumen dikembangkan dalam makalah ini. Hasilnya memiliki kekuatan tentang persepsi resiko konsumen cina dan menyediakan Kerangka kerja untuk digunakan manajerial di Cina dalam lingkungan pasar e-commerce http://digilib.mercubuana.ac.id/ 58 Tabel 3.1 Penelitian Terdahulu (Lanjutan) No Judul Penelitian Nama Peneliti Variabel Hasil Penelitian 11 Kepercayaan Konsumen dalam Melakukan Pembelian Gadget secara Online Susanti, Vivi., Hadi Cholichul., M.Si 2013 Kepercayaan Konsumen Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran kepercayaan konsumen dalam melakukan pembelian gadget online. G a m b a r a n secara kepercayaan tersebut dapat d i l i h a t m e l a l u i proses pembangun kepercayaan, dimensi kepercayaan, dan konsekuensi setelah melakukan pembelian. Proses pembangun kepercayaan terdiri dari process based trust, trust institution based trust trust, d a n characteristic based trust trust. Hasil penelitian ini menunjukkan gambaran k e p e r c a y a a n k o n s u m e n m e l a l u i process based trust, institution based trust, ability, benevolence, integrity, kepuasan setelah pembelian, dan kecenderungan untuk membeli ulang secara online. 12 Pengaruh Persepsi Resiko, Manfaat dan Kemudahan, terhadap Keputusan Pembelian secara Online Suhir., Moch, Suyadi, Imam., Riyadi 2014 Persepsi Resiko Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana pengaruh Persepsi risiko, Persepsi kemudahan Dan Persepsi manfaat terhadap Keputusan Pembelian Secar Secara Online. Jenis penelitian yang digunakan adalah explanatory research. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari ketiga variabel Persepsi risiko, Persepsi kemudahan Dan Persepsi manfaat secara bersama-sama berpengaruh terhadap keputusan pembelian online Sumber : Dari berbagai jurnal dan artikel http://digilib.mercubuana.ac.id/ 59 3.2.1. Pengaruh Citra Merek (Brand Image) terhadap Kepercayaan Konsumen (Consumer Trust) Bila citra merek (brand image) sudah tertanam baik di benak konsumen, maka hal tersebut akan membantu konsumen dalam memilih produk, yang pada akhirnya konsumen akan membeli produk tersebut karena percaya akan produk yang dibelinya sesuai dengan apa yang mempertimbangkan banyak hal. Hubungan dipersepsikan tanpa terlalu mem antara citra merek dengan kepercayaan konsumen pada sebuah merek memegang peranan penting dalam minat beli yang berakhir pada keputusan pembelian konsumen. Dalam penelitian Youl Ha (2004), temuannya menunjukkan bahwa kepercayaan merek tidak dibangun pada satu atau dua komponen, tetapi dibentuk oleh hubungan timbal balik antara komponen kompleks. Dengan hati-hati menyelidiki variabel variabelvariabel ini dalam merumuskan strategi pemasaran, pemasar dapat menumbuhkan loyalitas merek dan mendapatkan keunggulan kompetitif yang tangguh. Dalam hal ini konsumen percaya bahwa merek yang mempunyai citra positif merupakan suatu jaminan akan kualitas produk. Konsumen akan selalu membeli produk untuk memenuhi kebutuhan akan tetapi produk mana yang mereka beli dan bagaimana mereka membuat keputusan akan erat hubungannya dengan perasaan mereka terhadap merek-merek yang ditawarkan termasuk juga dalam pembelian online. Penulis menggunakan referensi dari mengenai variabel citra 2 penelitian terdahulu merek yang berkaitan dengan kepercayaan http://digilib.mercubuana.ac.id/ 60 konsumen dalam online shopping yaitu pertama yang dimuat dalam jurnal Park dan Lennon (2008) yang berjudul Brand name and promotion in online shopping context, hasil penelitian menunjukkan bahwa merek memiliki efek positif pada konsumen, citra toko dan promosi positif dipengaruhi nilai yang dirasakan konsumen. Terdapat hubungan positif antara nilai yang dirasakan, citra toko dan niat perilaku. Penjualan online harus mempertimbangkan pentingnya meningkatkan merek mereka dalam hal menciptakan citra toko yang positif. Kedua yang dimuat dalam jurnal Youl Ha (2004) yang berjudul Factors influencing consumer perceptions of brand trust online online, studi ini meneliti bagaimana kepercayaan merek mempengaruhi pembelian online yang berhubungan dengan resiko keamanan, privasi, nama merek, dari mulut ke mulut, pengalaman online yang baik dan kualitas informasi. Temuan menunjukkan bahwa kepercayaan merek tidak dibangun pada satu atau dua komponen, tetapi dibentuk oleh hubungan timbal balik antara komponen kompleks. 3.2.2. Pengaruh Persepsi Resiko ( P e r c e i v e d R i s k ) terhadap Kepercayaan Konsumen (Consumer Trust) Persepsi resiko yang dirasakan konsumen telah dianggap sebagai keprihatinan fundamental dari proses pengambilan keputusan selama melakukan belanja secara o n l i n e . Masoud (2013) dalam studinya mendefinisikan resiko sebagai potensi kerugian dalam mengejar hasil dari belanja online. Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh resiko yang dirasakan (resiko keuangan, resiko produk, resiko waktu, resiko http://digilib.mercubuana.ac.id/ 61 pengiriman, dan resiko keamanan informasi) tentang perilaku belanja online. Kepercayaan konsumen merupakan aspek yang harus dibangun terlebih dahulu sebelum konsumen melakukan transaksi online, karena konsumen akan merasakan resiko yang akan ditanggungnya ketika melakukan transaksi ini. Bagaimana pun juga internet merupakan sistem yang tidak sempurna, barang yang dijual hanya ditampilkan pada katalog online saja, sehingga konsumen tidak dapat melihat produk secara langsung yang kemudian akan menimbulkan persepsi-persepsi konsumen atas resiko yang kemungkinan diterimanya. Ketika konsumen memiliki kepercayaan yang tinggi terhadap penjual maka persepsi resiko yang dipunya oleh konsumen tentang konsekuensi dan ketidakpastian yang mungkin didapat dari pembelian melalui online ini akan berkurang. Studi ini memiliki implikasi manajerial yang penting, penjual harus menyadari bahwa pentingnya mengetahui persepsi resiko konsumen dalam rangka untuk mengadopsi strategi pengurangan resiko yang memadai di lingkungan belanja online. Penulis menggunakan referensi dari 4 penelitian terdahulu mengenai variabel persepsi resiko yang berkaitan dengan kepercayaan konsumen dalam online shopping yaitu pertama yang dimuat dalam jurnal Pertama yang dimuat dalam jurnal Yih Wu dan Ching Ke (2015) yang berjudul An online shopping behavior traits, perceived model integrating personality risk, and technology acceptance, s tudi ini menyelidiki mediasi yang pengaruh dari sikap dan kepercayaan, dan pengaruh http://digilib.mercubuana.ac.id/ 62 langsung dan tidak langsung pada 3 model menunjukkan hasil yang berbeda. Pemodelan persamaan struktural digunakan untuk membangun hubungan di antara faktor yang berpengaruh dari ciri-ciri kepribadian, resiko yang dirasakan, dan penerimaan teknologi berkaitan dengan niat belanja online.. Kedua yang dimuat dalam jurnal Masoud (2013) yang berjudul The Effect of Perceived Risk on Online Shopping in Jordan. Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh resiko yang dirasakan (resiko keuangan, resiko produk, resiko waktu, resiko pengiriman, dan resiko keamanan informasi) tentang perilaku belanja online di Yordania. Hasil penelitian menunjukkan bahwa resiko keuangan, resiko produk, resiko pengiriman, dan resiko keamanan informasi negatif mempengaruhi perilaku belanja online. Hasil ini juga menunjukkan bahwa dua dimensi lainnya, resiko waktu yang dirasakan, dan resiko sosial yang dirasakan tidak berpengaruh pada belanja secara online. Studi ini memiliki implikasi manajerial yang penting; mengingatkan pemasar dengan pentingnya persepsi resiko konsumen dalam rangka untuk mengadopsi strategi pengurangan resiko yang memadai di lingkungan belanja online. Ketiga yang dimuat dalam jurnal Zhang et al (2012) yang berjudul Dimensions of Consumers’ Perceived Risk and Their Influences on Online Consumers’ Purchasing Behavior, hasil pengujian empiris menunjukkan bahwa ada yang lima dimensi independen, resiko kesehatan, resiko kualitas, resiko waktu , resiko pengiriman dan resiko purna jual yang signifikan mempengaruhi perilaku konsumen dalam pembelian online. H a s i l http://digilib.mercubuana.ac.id/ 63 penelitian juga menunjukkan bahwa tiga dimensi lainnya, resiko privasi, resiko sosial dan resiko ekonomi yang dirasakan adalah faktor yang kurang relevan. Keempat yang dimuat dalam jurnal Naiyi (2004) yang berjudul Dimensions of Consumer’s Perceived Risk in Online Shopping. Persepsi resiko adalah konsep penting pada perilaku konsumen dalam belanja online. Struktur model dengan 7 faktor dalam persepsi resiko konsumen dikembangkan dalam makalah ini. Hasilnya memiliki kekuatan tentang persepsi resiko konsumen cina dan menyediakan kerangka kerja untuk digunakan manajerial di Cina dalam lingkungan pasar ee-commerce. 3.2.3. Pengaruh Citra Merek ((Brand Image) terhadap Minat Beli (Purchase Intention) Citra merek menurut Rangkuti (2004) adalah sekumpulan asosiasi merek yang terbentuk di benak konsumen. Citra terhadap merek berhubungan dengan sikap yang berupa keyakinan dan preferensi terhadap suatu merek.. Penulis menggunakan referensi dari penelitian terdahulu mengenai variabel citra merek yang berkaitan dengan minat beli dalam online shopping yaitu penelitian yang dimuat dalam jurnal Guo Li et al (2011) yang berjudul Corporate-, Product-, and User-Image Dimensions and Purchase Intentions. Studinya meneliti efek dari dimensi citra perusahaan, citra produk dan citra pengguna pada minat beli, dengan sikap kognitif dan afektif sebagai mediator. Sebuah survei kuesioner dilakukan dengan sampel. Hasil menunjukkan efek signifikan dari tiga dimensi citra merek http://digilib.mercubuana.ac.id/ 64 terhadap minat beli. Tambahan lagi, sikap kognitif dan afektif sepenuhnya atau sebagian menjelaskan hubungan. Penelitian ini memberikan kontribusi untuk pemahaman tentang penilaian hubungan antara dimensi citra merek dan perilaku pembelian. Implikasi bagi manajemen merek juga dibahas. Harapan bahwa dimensi citra merek memiliki pengaruh positif terhadap minat beli. yang berpengaruh dari ciri-ciri kepribadian, resiko yang dirasakan, dan penerimaan teknologi berkaitan dengan niat belanja online. 3.2.4. Pengaruh Persepsi Resiko (Perceived Risk Risk) terhadap Minat Beli (Purchase Intention) Konsumen memiliki persepsi resiko yang lebih tinggi ketika melakukan pembelian secara online jika dibandingkan dengan ketika mereka melakukan pembelian secara tradisional. Penulis menggunakan referensi dari 4 penelitian terdahulu mengenai variabel persepsi resiko yang berkaitan dengan minat beli dalam online shopping yaitu penelitian pertama yang dimuat dalam jurnal Dai et al (2014) menunjukkan bahwa pengalaman belanja online adalah prediktor positif yang kuat dari minat beli online. Pengujian hipotesis menujukkan bahwa persepsi resiko memiliki pengaruh negatif terhadap minat beli melalui online. Artinya ketika persepsi resiko tinggi menyebabkan minat beli melalui online menurun. Sebaliknya jika persepsi resiko rendah maka akan meningkatkan minat beli melalui online. Kedua yang dimuat dalam jurnal Cho (2015) yang berjudul Exploring http://digilib.mercubuana.ac.id/ Factors That Affect 65 Usefulness, Ease Of Use, Trust, And Purchase Intention In The Online Environmen, Penelitian ini meneliti efek faktor seperti informasi produk, harga, kenyamanan, dan produk atau jasa yang dirasakan kualitas pada persepsi kegunaan, efek kenyamanan, produk yang dirasakan atau kualitas layanan, dan keinginan untuk berbelanja tanpa penjual pada persepsi kemudahan penggunaan, efek persepsi kemudahan penggunaan pada dirasakan kegunaan, efek dari persepsi kemudahan penggunaan dan kegunaan dari niat untuk berbelanja online dan efek kepercayaan pada niat pembelian. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa persepsi kegunaan, yang dirasakan kemudahan penggunaan, dan kepercayaan memiliki pengaruh yang signifikan secara statistik pada niat perilaku untuk berbelanjaa di Internet. Ketiga yang dimuat dalam jurnal Almousa (2011) yang berjudul Perceived Risk in Apparel Online Shopping: A Multi Dimensional Perspective, penelitian ini menyelidiki pengaruh dimensi persepsi resiko terhadap niat pembelian pakaian internet konsumen Saudi. Sebuah survei berbasis web dilakukan untuk mengukur persepsi konsumen dari enam jenis risiko yang terkait dengan belanja online pakaian dan pengaruh terhadap niat pembelian. Tiga ratus tanggapan dikumpulkan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak semua resiko memiliki pengaruh yang sama pada niat beli pakaian online. Secara khusus, waktu dan kinerja resiko memiliki pengaruh paling signifikan diikuti oleh privasi dan risiko sosial. Keempat yang dimuat dalam jurnal Suhir dkk (2014) yang berjudul Pengaruh Persepsi Resiko, Manfaat dan Kemudahan, http://digilib.mercubuana.ac.id/ 66 terhadap Keputusan Pembelian secara Online. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari ketiga variabel persepsi resiko, persepsi kemudahan Dan persepsi manfaat secara bersama-sama berpengaruh terhadap keputusan pembelian online. 3.2.5. Pengaruh Kepercayaan Konsumen (Consumer Trust) terhadap Minat Beli (Purchase Intention) Kepercayaan konsumen akan lebih dipentingkan pada transaksi secara online dibandingkan transaksi secara tradisional, sehingga persepsi resiko yang dirasakan konsumen juga lebih besar pada transaksi secara online dibandingkan dengan transaksi tradisional. Kepercayaan konsumen disini harus dibangun diantara penjual dan konsumen iitu sendiri agar persepsi resiko bisa berkurang. Penulis menggunakan referensi dari 2 penelitian terdahulu mengenai variabel kepercayaan konsumen yang berkaitan dengan minat beli dalam online shopping yaitu penelitian pertama yang dimuat dalam jurnal Cho (2015) menunjukkan bahwa persepsi kegunaan, yang dirasakan dalam kemudahan penggunaan, dan kepercayaan memiliki pengaruh yang signifikan secara statistik pada minat perilaku untuk berbelanja di Internet. Kedua yang dimuat dalam jurnal Susanti dan Hadi (2013) yang berjudul Kepercayaan Konsumen dalam Melakukan Pembelian Gadget secara Online, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran kepercayaan konsumen dalam melakukan pembelian gadget secara online. Gambaran kepercayaan tersebut dapat dilihat melalui proses pembangun http://digilib.mercubuana.ac.id/ 67 kepercayaan, dimensi kepercayaan, dan konsekuensi setelah melakukan pembelian. Proses pembangun kepercayaan terdiri dari process based trust, institution based trust, d a n characteristic based trust. Hasil penelitian ini menunjukkan gambaran kepercayaan konsumen melalui process based trust, institution based trust, ability, benevolence, integrity, kepuasan setelah pembelian, dan kecenderungan untuk membeli ulang secara online 3.3. Kerangka Pemikiran Kerangka pemikiran dibuat berdasarkan pertanyaan penelitian dan merepresentasikan suatu himpunan dari beberapa konsep serta hubungan diantara konsep-konsep -konsep tersebut. Kerangka pemikiran dapat digambarkan melalui diagram yang menjelaskan secara garis besar alur logika berjalannya sebuah penelitian. Sugiyono (2011:94) mengatakan bahwa kerangka pemikiran merupakan sintesa tentang hubungan antar variabel yang disusun dari berbagai teori yang telah dideskripsikan. Berdasarkan literatur yang ada dan penelitian ssebelumnya, Kerangka erangka pemikiran teoritis dalam penelitian ini seperti terlihat pada gambar 3.1 berikut ini : http://digilib.mercubuana.ac.id/ 68 Citra Merek X1 H3 H1 Kepercayaan Konsumen Y1 H2 H5 Minat Beli Online Y2 5 Persepsi Resiko X2 H4 Gambar 3.1 Kerangka Konseptual Sumber : Diolah dari daftar pustaka dan hasil penelitian sebelumnya 3.4 Hipotesis Hipotesis adalah pengambilan kesimpulan sementara untuk kemudian diuji kebenarannya. Dalam penelitian ini, hipotesa penelitian yang diambil adalah sebagai berikut: H1 = Terdapat pengaruh citra merek terhadap kepercayaan konsumen H2 = Terdapat pengaruh persepsi resiko terhadap kepercayaan konsumen. H3 = Terdapat pengaruh citra merek terhadap minat beli online. H4 = Terdapat pengaruh persepsi resiko terhadap minat beli online. H5 = Terdapat pengaruh kepercayaan konsumen terhadap minat beli online. http://digilib.mercubuana.ac.id/