Studi tentang Pembelanjaan Usaha Pertanian di

advertisement
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Hasil Sensus Penduduk Th 1971 mengungkapkan bahwa
+ 62
% pendu-
duk Indonesia menggantungkan hidupnya dari usaha di bidang produksi
pertanian. Hampir semua usaha yang dilakukan di sektor pertanian
rakyat yang ada diusahakan sebagai usaha perseorangan, yang sebagian
besar adalah bersekala kecil. Diketahui (Sensus Pertanian Th 1973)
bahwa rata-rata luas garapan petani di Indonesia adalah 1,04 Ha, sedangkan di Jawa adalah 0,66 Ha.
Dan bahwa + 69,7 % jumlah petani me
-
ngusahakan tanah dengan rata-rata luas garapan 0,256 Ha per kepala
keluarga.
Usaha di bidang pertanian seperti halnya jenis usaha yang lain,
memerlukan tersedianya modal secara cukup.
Bagi usaha di bidang per
tanian, tanah merupakan faktor modal utama yang diperlukan selain
modal dalam bentuk uang. Oleh karena itu jumlah modal yang dikuasai
oleh seorang petani sampai pada suatu tingkat tertentu akan berpengaruh terhadap besar pendapatan yang diterima.
Di samping itu sedi
-
kit banyak juga ikut menentukan status yang dapat dicapainya atau ke
berhasilannya dalam tangga usaha.
Tanpa modal seorang petani kira
nya hanya dapat menempati posisi sebagai petani buruh.
Tetapi de
ngan sedikit modal seorang petani buruh kemungkinan akan dapat ber
-
alih posisi sebagai petani penyakap, penyewa atau sebagai petani pemilik.
Demikian pula bagi petani penggarap modal memegang peranan
penting antara lain dalam ha1 pemilihan pola produksi, sekala usaha
dan dalam pemilihan teknologi.
-
Sehubungan dengan yang terakhir tersebut seorang petani yang keku
rangan modal kemungkinan akan cenderung memilih pola produksi yang
relatif sedikit biayanya, dan lambat dalam mengadopsi teknologi baru
yang pada umumnya intensif modal.
Gejala kekurangan modal seperti
tersebut terakhir, jelas akan merupakan faktor penghambat yang besar
bagi petani kecil untuk memperbaiki tingkat hidupnya.
-
Kebutuhan modal oleh seorang petani dapat dipenuhi dari berba
gai sumber, antara lain dari :
pendapatan sekarang, tabungan
masa yang lalu, pemberian, kredit, warisan, hubungan perkawinan
dari
dan
sebagainya. Menghimpun modal dengan melalui menabung pada umumnya
berjalan dengan sangat lambat, yang sering kali bahkan karena sesuatu ha1 tidak memberikan kemungkinan sama sekali bagi seorang petani
untuk memulai suatu usaha tanpa mendapatkan bantuan keuangan dari pL
hak luar. Namun demikian adanya modal sendiri tetap merupakan sya rat utama yang diperlukan bagi seorang petani untuk masuk pertama kg
li dalam bidang usaha
Penggunaan modal yang semakin meningkat di bidang usaha pertanian,
sebagai suatu akibat daripada kemajuan teknologi, menempatkan kredit
sebagai sumber dana tambahan yang penting setelah tabungan. Dalam
ha1 ini kredit memberikan kesempatan bagi seorang petani untuk ber
-
kembang dengan lebih cepat daripada kalau petani hanya bersandar pada sumber tabungan sendiri saja, walaupun cara ini membawa serta resiko apabila petani tidak rnempunyai kemampuan atau tidak berhasil me
ngelolanya dengan baik.
Dalam suasana pembangunan seperti yang sedang dilaksanakan pada
dewasa ini, para petani didorong untuk meningkatkan produksinya.
3
Untuk dapat berproduksi lebih banyak seorang petani membutuhkan pengeluaran dana yang lebih besar, yaitu untuk :
tambahan input yang
harus dibeli dengan digunakannya teknologi baru yang intensif mo
-
dal, upah bagi tenaga kerja yang disewa dan faktor-faktor produksi
lain yang diperlukan. Sehubungan dengan tujuan tersebut sebagian
petani di Jawa Tengah, seperti halnya di propinsi lain, sejak pelak
-
sanaan Pelita I telah menggunakan jasa kredit dari Pemerintah me
lalui Bank Rakyat Indonesia dalam rangka pelaksanaan program Bimas.
Bantuan kredit tersebut diberikan dengan pertimbangan bahwa sebagian besar petani tidak mempunyai cukup modal untuk membiayai usaha
inkensifikasi yang membutuhkan pengeluaran biaya yang lebih besar.
Dalam pelaksanaan pemberian kredit ini tercatat terjadinya penung
-
gakan dalam pembayaran kembali oleh petani yang semakin bertambah
besar dari tahun ketahun, walaupun jumlah kredit yang diterima
petani sebenarnya relatif kecil.
per
Sebagai sekedar gambaran dapat di
-
kemukakan bahwa tunggakan kredit yang terjadi di Jawa Tengah saja
sejak tahun 1970/71 sampai tahun 1980 adalah sebesar
Rp 15.111.159.000,OO (limabelas milyar rupiah lebih) dan berada
di
tangan 23.812 orang petani .I) Sepintas lalu data ini memberikan petunjuk bahwa keadaan keuangan kebanyakan petani adalah begitu le
-
mah, sehingga mereka tidak mampu membayar kembali kredit walau da
-
lam jumlah kecil sekalipun.
"Keterangan
1980.
Tetapi data lain menunjukkan keadaan
Gubernur Jawa Tengah, Harian Kompas tgl
.
27 Juni
4
yang memberikan kesan yang berbeda, di mana justru pada musim tanam
sesudah tanaman padi oleh petani banyak ditanam tanaman non-padi
(tanaman perdagangan) yang membutuhkan pengeluaran dana yang jauh
lebih tinggi daripada yang dibutuhkan dalam usaha tani padi atau
jumlah kredit yang dihutang.
Sebagai contoh dapat dikemukakan ya -
itu berkembanganya sentra tanaman perdagangan di Jawa Tengah
yang
terjadi sejak tahun tujuh puluhan, yaitu tanaman bawang merah
di
daerah Kabupaten Brebes atau tanaman tembakau di daerah Kabupaten
Kendal, yang juga merupakan areal Bimas pada musim tanam padi.
Dari kedua data tersebut di atas, mengundang timbulnya sekelompok
pertanyaan yang menyelidik antara lain :
a. Apakah petani yang juga mengusahakan tanaman perdagangan terse
-
but termasuk dalam populasi penunggak kredit ?
b. Apabila mereka juga merupakan anggota populasi, maka dengan cara
bagaimana atau dari sumber mana mereka dapat menyediakan kebutuh
an dana yang lebih besar tersebut.
c. Apabila ternyata mereka itu bukan anggota populasi penunggak
kredit, apakah dengan pola tanam padi dan tanaman perdagangan
tersebut petani berada dalam kondisi keuangan yang lebih baik,
sehingga mereka masih mampu melunasi kredit yang diambilnya se
-
kalipun mereka menghadapi kondisi yang sama kurang menguntungkan
dalam memproduksi padi.
Pengetahuan yang mendalam sehubdngan dengan jawaban atas pertanyaan
pertanyaan tersebut di atas, kiranya akan dapat diperoleh melalui
studi tentang pembelanjaan usaha pertanian (agricultural finance)
seperti yang akan dilakukan dalam penelitian ini.
5
Melalui studi ini diharapkan akan diperoleh gambaran secara terpe
-
rinci tentang cara bagaimana para petani menyediakan alat-alat pembayaran yang diperlukan bagi usaha pertaniannya. Dengan pengetahuan tersebut akan diperoleh beberapa petunjuk tentang stabilitas dan
potensi pertumbuhan daripada kehidupan eltonomi petani atas dasar ke
adaan yang ada. Hal ini kiranya akan sangat bermanfaat bagi pemeric
tah dalam menyusun kebijaksanaan di bidang pertanian, sehubungan
dengan usaha untuk meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan go
longan masyarakat petani pada khususnya.
-
6
1.2
Tujuan Penelitian
Penelitian ini secara umum dimaksudkan untuk memperoleh penge-
tahuan secara mendalam tentang :
cara bagaimana atau dari sumber
mana saja kebutuhan petani akan modal dipenuhi dalam pertanian rakyat, seberapa jauh petani berhasil mengelola usaha taninya, serta
seberapa jauh kemampuan petani dalam pembentukan modal.
Disebabkan
oleh adanya keterbatasan dalam faktor biaya dan waktu, maka ruang
e
:
lingkup daripada penelitian ini dibatasi hanya pada petani yang b
gerak dalam bidang usaha tani padi, bawang merah dan ternbakau.
Adapun secara khusus penelitian ini bertujuan untuk :
1.2.1 Mengukur tingkat penggunaan modal dalam usaha tani padi,
bawang merah dan tembakau.
1.2.2
Mengidentifikasi sumber-sumber dana yang dipergunakan oleh
petani dalam usaha tani padi, bawang merah dan tembakau.
1.2.3
Mengukur tingkat efisiensi daripada penggunaan lahan dalam
usaha tani padi, bawang merah dan tembakau.
1.2.4
Mengukur penggunaan dana kredit dalam usaha tani padi, bawang
merah dan tembakau.
1.2.5 Mengidentifikasi potensi pembentukan modal pada kelompok petani dengan pola pergiliran tanaman padi
padi
- tembakau.
- bawang merah dan
7
1.3
Perumusan Masalah dan Hipotesa
Usaha pertanian rakyat merupakan salah satu bidang usaha
yang
masih banyak diliputi/dibayangi oleh falctor ketidak pastian dan resiko, baik dalam segi produksi maupun dalam segi pemasarannya.
Dalam segi produksi faktor-faktor yang banyak menimbulkan ketidak
pastian dan resiko antara lain ialah iklim, bencana alam dan hama
penyakit, sedang dalam segi pemasaran ialah sifat daripada produk
nya dan faktor harga.
Dengan demikian maka pendapatan yang diteri-
ma oleh petani cenderung berubah-ubah naik turun, yang kadang-ka
dang bahkan mendekati no1 atau defisit.
bahwa :
-
-
Berdasarkan pada kenyataan
kebanyakan petani yang ada tergolong petani kecil dengan
lahan pertanian yang relatif sempit, sifat usaha pertanian yang banyak mengandung ketidak pastian dan resiko, serta jumlah tanggungan
beban keluarga petani yang relatif besar, maka dilihat dari segi
pembelanjaan permasalahannya ialah cara bagaimana petani menyedia
-
kan alat-alat pembayaran yang diperlukan bagi usaha pertaniannya
yang dalam perkembangannya membutuhkan kapital yang semakin bertambah besar.
Beberapa kemungkinan jawaban atas pokok permasalahan tersebut
di atas secara hipotetis dapat dikemukakan sebagai berikut :
1.3.1
Petani mampu menghimpun dana yang diperlukan dari hasil usahataninya.
1.3.2
Petani memiliki sumber pendapatan lain di luar usahatani
yang dapat menjadi sumber dana bagi usaha pertaniannya bila
diperlukan.
8
1.3.3 Tersedia sumber dana kredit bagi petani secara cukup, yang
dapat dipergunakan setiap waktu diperlukan.
Dari hipotesa induk tersebut dapat disusun sejumlah hipotesa kerja
sebagai berikut :
1.3.1.1 Pendapatan kotor yang diterima petani dari kegiatan usaha
tani, dengan pola rotasi tanaman padi
padi
- bawang merah dan
- tembakau, adalah lebih besar daripada pengeluaran
belanja rumah tangga petani selama tahun anggaran yang ber
sangkutan.
1.3.1.2 Laba kotor (gross margin) yang diterima oleh petani
dari
usaha tani bawang merah dan usaha tani tembakau lebih be sar daripada yang diterima dari usaha tani padi.
1.3.1.3 Petani luas dalam usaha tani bawang merah dan usaha
tani
tembakau memerlukan modal kerja untuk per kesatuan luas
usaha tani dalam jumlah yang lebih besar daripada petani
sempit untuk jenis usaha tani yang sama.
1.3.1.4 Petani luas dalam usaha tani bawang merah dan usaha tani
tembakau menerima laba kotor (gross margin) untuk per kesa
tuan luas usaha tani dalam juml.ah yang lebih besar dari
pada yang diterima oleh petani sempit untuk jenis usaha ta
ni yang sama.
1.3.2.1
Pendapatan rumah tangga petani yang berasal dari usaha
di
luar usaha tani selama satu tahun anggaran adalah lebih be
sar daripada jumlah modal yang diperlukan untuk usaha ta
ninya
.
-
9
1.3.2.2
Bagian pendapatan rumah tangga petani yang berasal
usaha di luar usaha tani
dari
berkorelasi secara negatip de
-
ngan luas lahan usaha tani yang dikuasainya.
1.3.3.1
Bagian pendapatan rumah tangga petani yang berasal dari
sumber kredit berkorelasi secara positip dengan luas lahan
usaha tani yang dikuasainya.
1.4
Tinjauan Pustaka
Dalam usaha pertanian moderen, seperti juga halnya di bidang
usaha yang lain, sebagai kunci untuk memperoleh tingkat pendapatan
yang memuaskan ialah dapat terciptanya kombinasi yang baik daripada
aktiva produktif seperti :
tanah, ternak dan mesin-mesin dengan te
-
naga kerja dan kemampuan manajerial yang ada. 1)
Untuk mendapatkan aktiva produktif tersebut, maka modal merupakan
sesuatu yang sangat penting untuk keberhasilannya. Besarnya modal
yang dapat dikuasai oleh suatu keluarga petani untuk tujuan usaha
tani, sampai suatu tingkat tertentu akan berpengaruh terhadap tingkat pendapatan yang dapat dicapai oleh keluarga yang bersangkutan.
Modal dalam arti luas meliputi semua aktiva yang ada pada su
-
atu saat tertentu, yaitu sumber-sumber yang mampu menghasilkan ba
-
rang dan jasa pada suatu waktu yang akan datang.
Dalam pengertian
tersebut meliputi modal sebagai aktiva produktif, modal yang berupa
dana untuk investasi dan pengetahuan teknis serta ketrampilan
2)
Pada pembicaraan selanjutnya akan lebih banyak dipergunakan istilah
modal dalam arti yang lebih sempit yaitu modal dalam bentuk dana
atau modal kerja yang diperlukan untuk membiayai suatu kegiatan us2
ha tani.
Dengan menguasai modal yang lebih besar seorang petani sebagai
1). W.G. Murray & A.G. Nelson : "Agricultural Finance", The
Iowa State University Press, Ames, Iowa, Fourth Ed., 1963, p 3.
2). R. Firth & B.S Yamey : "Capital, Saving and Credit in
Peasant Societies", Aldine Pub.Co., Chicago, 1964, p. 18.
manajer yang sekaligus juga pekerja dalam usaha pertaniannya, akan
memperoleh kesempatan untuk meningkatkan pendapatannya. Diketahui
bahwa peningkatan pendapatan petani secara teoritis terjadi karena
meningkatnya produktivitas daripada tenaga kerja petani, yaitu me
-
lalui penggunaan lahan usaha tani yang lebih luas, penggunaan bibit
unggul, peningkatan kesuburan tanah, pencegahan kerusakan produksi
dari gangguan hama dan penyakit tanaman serta tindakan-tindakan lainnya yang hanya dapat dilakukan asalkan tersedia modal yang lehih
Dalam teori pembangunan ekonomi juga dikemukakan bahwa un
-
tuk tersedianya modal yang lebih besar dituntut adanya tingkat ta
-
besar.
bungan yang lebih besar pula. Sedangkan untuk terjadinya tingkat
tabungan yang lebih besar disyaratkan lebih dahulu tingkat pendapat
an riil yang lebih tinggi.
Di muka telah disebutkan bahwa tingkat
pendapatan riil yang lebih tinggi akan terjadi apabila produktivi tas petani meningkat, yaitu melalui penggunaan modal yang lebih besar. Di sini kita bertemu dengan lingkaran yang tidak berujung
pangkal (vicious circle) yang pernah dikemukakan oleh Ragnar R.
Nurkse 3), yang mengetengahkan terjadinya lingkaran kemiskinan da
lam masyarakat negara-negara yang sedang berkembang. Jadi di
-
dalam
lingkaran kemiskinan tersebut terdapat empat variabel yang masing masing sukar untuk diidentifikasikan sebagai sebab pertama daripada
terjadinya lingkaran tersebut, demikian pula sukar diketahui variabe1 mana yang merupakan produk terakhir.
3). Ragnar R. Nurkse : "Problems of Capital Formation in
Under-Developed Countries", terjemahan H.S. Hutagalung, Bratara
Jakarta, 1963, hal. 14.
12
Maka untuk meningkatkan pendapatan riil, usaha yang perlu dilakukan
ialah mematahkan lingkaran pada salah satu bagian di mana saja yang
-
diperkirakan akan dapat memberikan hasil secara memuaskan. Mening
katkan tabungan dengan cara menekan tingkat konsumsi pada umumnya
sukar untuk dilaksanakan, berhubung dengan tingkat konsumsi sudah
-
cukup rendah atau karena adanya kesukaran dalam mengatasi efek de
monstratif daripada pola konsumsi baru yang semakin meningkat.
Ca-
ra lain yang dapat dilakukan ialah dengan memasukkan dana kredit ke
dalam lingkaran tersebut, yang akan berfungsi memperbesar jumlah
modal yang ada. Banyak pendapat yang menyatakan bahwa bantuan kredit mempunyai potensi yang cukup besar untuk mematahkan lingkaran
kemiskinan tersebut.
Cara ini juga sudah banyak dicobakan terhadap
kelompok petani untuk memecahkan masalah kekurangan modal yang di
hadapinya.
-
Oleh karena i-tutidaklah mengherankan kalau dunia per -
kreditan memperoleh perhatian yang besar pula di dalam studi ten
-
tang pembelanjaan di bidang usaha pertanian (agricultural finance).
Penggunaan modal dari luar (kredit) akan dapat rneningkatkan
pendapatan riil dan tabungan hanya apabila petani berhasil mening
-
katkan "margin" dan atau "capital turn-over'' nya, sehingga tingkat
laba yang dkperoleh lebih tinggi daripada tingkat bunga yang harus
dibayar.
Setiap kegagalan yang terjadi dalarn penggunaan modal, ba-
ik yang berasal dari dalam maupun dari luar, akan berakibat menurur
nya jumlah modal yang dioperasikan dalam usaha pertanian pada periode berikutnya. Apabila ha1 itu benar-benar terjadi maka petani
akan terlempar ke dalam lingkaran kemiskinan yang lebih dalam lagi,
dan mereka akan mengalami masalah kekurangan modal yang lebih besar
pula.
Dalam ha1 demikian maka problema pembelanjaan usaha tani men
-
jadi lebih serius bagi petani yang bersangkutan. Keadaan seperti
tersebut terakhir dalam praktek banyak dijumpai pula pada usaha per
-
-
tanian rakyat yang bercirikan penguasaan lahan pertanian yang sem
pit dan dengan tujuan usaha untuk memperoleh pendapatan yang sebe sar-besarnya(
J
Dengan ciri-ciri khusus yang demikian maka seluk be-
luk dalam pembelanjaan usaha pertanian rakyat sudah barang tentu
akan berbeda dengan yang terjadi dalam usaha pertanian yang komer siil.
Jumlah petani yang mempunyai atau memenuhi ciri-ciri sebagai
petani komersiil di Indonesia diperkirakan hanya sebanyak 2 32 %
.
jumlah petani yang ada 4)
Sesuai dengan pokok permasalahan yang sedang dibahas serta kon
disinya, maka kiranya cukup memadai apabila dalam studi ini dipergs
nakan pendekatan anggaran (budgeting approach).
mempelajari kejadian-kejadian yang bersangkut
Yaitu dengan cara
pa~.tdengan aktivi
-
tas pemasukan dan pengeluaran dana yang dilakukan oleh petani, baik
untuk keperluan rumah tangga maupun untuk keperluan usaha pertanian
nya.
Sedang untuk mengukur tingkat efisiensi daripada penggunaan
lahan usaha tani dalam usaha pertanian dipergunakan konsep "gross
margin" (laba kotor) sebagai standard perhitungan
5)
4). Lihat Sajogyo. 1976. Dalam Kata Pengantar terjemahan buku
Involusi Pertanian (C. Geertz)., Bhratara K S. Jakarta. hal. xxiv.
5). Diangkat dari C.A. Robertson : "An Introduction to
Agricultural Production Economics and Farm-Management". Tata Mc
Graw-Hill Pub. Co. Ltd. India. 1971. p. 94.
14
Perhitungan "gross margin" bertolak dari pembagian biaya suatu usaha tani dalam dua kelompok yang berbeda, yaitu biaya tetap (fixed
costs) yang pada umumnya tidak tergantung pada tingkat "output",
dan biaya variabel (variable costs) yang secara langsung berhubungan dengan tingkat "output". Adapun "gross margin" (laba kotor) me
-
rupakan selisih aritara "gross output" dengan "variable costs". Be
-
saran "gross margin" inilah yang biasanya tertinggal di tangan pe
-
tani untuk menutup "fixed costs" dan "profit" yang diharapkan oleh
petani.
Karena "fixed costs" per definisi adalah konstan, maka se-
makin besar "gross margin" yang diterima berarti "profit" yang di
terima petani akan menjadi semakin besar pula.
-
Dengan cara menghi-
tung dan membandingkan "gross margin" dari beberapa jenis usaha tani, maka akan diperoleh petunjuk tentang tingkat efisiensi daripada penggunaan lahan usaha tani pada tingkat pengetahuan teknik, kemampuan manajemen dan kondisi pasar tertentu. Atas dasar konsep
perhitungan ini tenaga kerja petani beserta keluarganya tidak ter
masuk dalam kelompok biaya variabel.
-
Hal ini kiranya sesuai dengan
cara berpikir petani yang menyerahkan harga daripada tenaga kerja
mereka pada hasil yang dapat diperoleh dari usaha taninya. 'Petani
dengan lahan usaha taninya adalah merupakan satu kesatuan yang
ti-
dak dapat dipisahkan, dimana lahan usaha tani merupakan suatu tem
-
pat bagi petani dan keluarganya untuk menjual tenaga kerja mereka.
Sehingga setiap pencurahan modal yang dilakukan atas suatu usaha ta
ni, bagi petani adalah tidak lain daripada ksuatu usaha untuk me
-
ningkatkan harga daripada tenaga kerja mereka, dan bukan semata-ma-
ta u~itukmengejar laba yang setinggi-tingginya seperti yang biasa
dikejar oleh para penanam modal dalam dunia usaha moderen.
Dengan
kata lain dapat dikemukakan bahwa tujuan utama daripada usaha perta
nian rakyat ialah mengejar pendapatan keluarga yang sebesar-besar
-
nya dan bukan laba yang sebesar-besarnya seperti yang dituju oleh
pertanian komersiil 6 ) .
Adapun pengertian daripada pendapatan ke
-
luarga yang sebesar-besarnya tersebut tidak lain adalah "gross
margin" yang sebesar-besarnya, yang di dalamnya mengandung unsur
nilai sewa tanah dan pendapatan tenaga kerja keluarga petani.
Melalui pendekatan anggaran akan dapat diketahui secara menyeluruh mengenai :
jumlah dan pola penerimaan rumah tangga petani se
lama satu siklus produksi, serta jumlah dan pola pengeluaran rumah
tangga petani dalam periode yang sama.
Dari sini akan dapat dikaji
lebih lanjut tentang pengaruhnya terhadap kelangsungan penyediaan
dana bagi kegiatan usaha tani pada periode selanjutnya.
6). Mubyarto : "Pengantar Ekonomi Pertanian", Lembaga Peneli
tian, Pendidikan dan Penerangan Ekonomi dan Sosial, Jakarta, 1973
hal. 18.
-
1.5
Metodologi
1.5.1
Kerangka Sampel
Kelompok petani yang menjadi sasaran penelitian ialah ke-
lompk petani yang mengikuti pola rotasi tanaman :
bakau, padi
padi
- tem-
- bawang merah dan padi - padi.
Untuk pola rotasi tanaman padi
- tembakau, dipilih daerah Ka -
bupaten Kendal yang merupakan daerah sentra tanaman tembakau
dataran rendah yang terbesar di propinsi Jawa Tengah.
kan untuk pola rotasi tanaman padi
Sedang-
- bawang merah, dipilih dae
-
rah Kabupaten Brebes yang merupakan daerah sentra tanaman ba
wang merah.
Pada masing-masing daerah sentra tanaman tersebut dipilih satu
Kecamatan yang mempunyai w e a l tanaman paling luas pada musim
tanam terakhir. Maka sebagai Kecamatan terpilih masing-masing
ialah Kecamatan Gemuh untuk jenis usaha tani tembakau, dan Kecamatan Larangan untuk jenis usaha tani bawang merah.
Dengan menggunakan kriteria yang sama selanjutnya terpilih desa Pucangrejo dan desa Larangan, masing-masing sebagai daerah
sampel terkecil untuk usaha tani tembakau dan usaha tani ba
wang merah.
-
Adapun sebagai daerah penelitian untuk pola rota-
si tanaman padi
-
padi direncanakan sama dengan dua pola
yang
lain. Namun dalam pelaksanaan penelitian pola rotasi yang ketiga
tersebut tidak diketemukan populasinya, sehingga selan
-
jutnya penelitian hanya dilakukan atas kelompok petani dengan
pola rotasi tanaman padi
- tembakau dan padi - bawang merah.
17
1.5.2 Cara Pemilihan dan Jumlah Sampel Petani
Atas dasar pola rotasi tanaman yang ada, maka populasi pe
tani pada desa sampel dibedakan dalam dua kelompok yaitu :
Kelompok 1 :
petani dengan pola rotasi tanaman padi
- bawang
merah/tembakau.
Kelompok 2 :
petani dengan pola rotasi tanaman yang lain.
Dalam penelitian ini hanya kelompok satu yang menjadi sasaran.
Pada tahap berikutnya sub-populasi petani kelompok satu diklasifikasikan lagi dalam 3 sub-kelompok atas dasar luas pemilikan lahan usaha tani, yaitu :
petani luas.
petani sempit, petani sedang dan
Adapun kriteria yang dipergunakan dalam pengelot?
pokan tersebut ialah sesuai dengan persepsi daripada masyara kat petani atas peristilahan tersebut, yaitu :
Petani sempit
:
memiliki lahan usaha tani seluas
< 0,3550
Ha.
Petani sedang
:
memiliki lahan usaha tani seluas
>
Petani luas
:
0,3550 -
<
0,7100 Ha.
memiliki lahan usaha tani seluas
3
0,7100 Ha.
Di sini luas 0,7100 hektar adalah merupakan hasil konversi dari pada satuan ukuran lokal untuk luas 1 bau.
0,3550 hektar adalah untuk luas
pit, yang berikutnya ialah
2 bau
t
Selanjutnya
bau atau disebut juga selu
-
atau disebut juga siring, dan
1/8 bau atau disebut juga separon.
Yang dapat dipilih sebagai sampel responden terbatas hanya pe-
18
tani pemilik penggarap yang mencurahkan sebagian besar daripa
da waktu kerjanya pada usaha dibidang pertanian.
Direncana
-
kan jumlah sampel adalah sebanyak 30 orang petani pemilik
penggarap untuk masing-masing desa, atau sebanyak 10 orang pe
tani untuk setiap sub kelompok yang dipilih secara acak.
De-
ngan demikian jumlah sampel petani yang diteliti seluruhnya
sebanyak 60 orang petani pemil-ik penggarap, yaitu sebanyak 30
orang petani di desa Larangan dan sebanyak 30 orang petani
yang lain dari desa Pucangrejo.
1.5.3 Cara Pengumpulan Data
Pengumpulan data hanya dilakukan satu kali dan meliputi
peristiwa yang terjadi selama dua musim tanam terakhir, yaitu
musim penghujan tahun 1978/1979 dan musim kemarau tahun 1979.
Data yang bersangkut paut dengan kegiatan rumah tangga petani
dikumpulkan dengan cara wawancara langsung dengan para petani
sampel, yang dibantu dengan menggunakan daftar pertanyaan yang
sudah dipersiapkan.
Untuk data yang lebih bersifat umum, se
-
perti kondisi umum usaha tani dan kondisi pemasaran, dikumpulkan dari sumber-sumber yang dipandang dapat memberikan informs
si yang diperlukan.
Yaitu antara lain pamong desa, dan peja
bat dari Dinas Pertanian Rakyat.
Cara observasi dipergunakan
pula sebagai pelengkap terhadap cara wawancara sepanjang di
perlukan
.
-
-
19
1.5.4
Macam Variabel dan Definisi.
Data yang dikumpulkan meliputi data yang menyangkut va
-
riabel-variabel sebagai berikut :
- harta kekayaan rumah tangga petani
- pendapatan dari usaha tani selama satu siklus produksi
- penerimaan rumah tangga petani untuk jangka waktu satu ta hun
- pengeluaran dana untuk biaya usaha tani selama satu siklus
produksi
.
- pengeluaran belanja rumah tangga petani untuk jangka waktu
satu tahun
- penggunaan modal dari luar (kredit)
- fluktuasi pendapatan usaha tani.
Untuk memperoleh keseragaman pengertian, maka atas bebe
-
rapa istilah penting yang dipakai di sini diajukan batasan sebagai berikut :
Pembelanjaan :
sebagai suatu usaha untuk menyediakan alatalat pembayaran yang diperlukan.
Pertanian rakyat :
yaitu usaha pertanian keluarga di mana dipro
-
duksi bahan makanan seperti beras, palawija
(jagung, kacang-kacangan, dan ubi-ubian)
dan
tanaman hortikultura seperti sayuran dan buahbuahan.
20
Laba kotor (gross margin) = Pendapatan kotor
= Sewa tanah
- Biaya variabel
+ balas jasa bagi tenaga kerja keluarga.
Pendapatan kotor = Hasil produksi yang diterima dikalikan dengan harga produk per kesatuan berat.
Biaya variabel meliputi sejumlah dana yang dibayarkan untuk
mendapatkan sarana produksi (bibit, pupuk dan obat-obatan),
tenaga kerja non keluarga dan bunga modal.
Download