PENDAHULUAN Latar Belakang Usaha budidaya ikan gurami (Osphronemus gouramy) adalah usaha yang memiliki prospek untuk dikembangkan,hal ini dibuktikan dengan harga jual yang tinggi berkisar antara Rp. 21.000-24.000/kg ditingkat pembudidaya, dan tentunya harganya akan semakin tinggi ditingkat retailer. Budidaya ikan gurami tidak terlepas dari infeksi penyakit bakteri yang dampaknya sangat merugikan para pembudidaya (Minaka dkk., 2012). Penyakit pada ikan dapat disebabkan oleh bakteri, jamur, virus dan parasit yang terdapat di perairan. Penyakit yang disebabkan oleh bakteri, selain dapat menyebabkan kematian massal juga mengganggu kualitas ikan dengan Universitas Sumatera Utara menurunnya mutu daging ikan yang terinfeksi sehingga tidak disukai oleh konsumen (Gardenia dkk., 2010). Ikan yang berada di lingkungan alam, dapat diserang berbagai macam penyakit. Demikian juga dalam pembudidayaannya, bahkan penyakit tersebut dapat menyerang ikan dalam jumlah yang besar dan dapat menyebabkan kematian ikan, sehingga kerugian yang ditimbulkan pun sangat besar. Kerugian yang ditimbulkannya bergantung pada beberapa faktor, yaitu: umur ikan yang sakit (yang terserang penyakit), persentase populasi yang terserang penyakit, parahnya penyakit dan adanya infeksi sekunder (Handajani dan Samsundari, 2005). Penyakit dapat ditimbulkan oleh satu atau berbagai macam penyakit. Sebagai contoh, penyakit disebabkan oleh satu faktor, tetapi dibarengi oleh faktor lain. Bila terjadi semacam ini, penyakit kedua (sekunder) memanfaatkan kondisi yang disebabkan oleh penyakit pertama (penyakit primer). Menurut Pelczar dan Chan (1988) untuk dapat menimbulkan penyakit menular, suatu patogen harus dapat memasuki inang, harus bermetabolisme dan berkembang biak di dalam jaringan inang, harus dapat menahan pertahanan tubuh inang dan harus dapat merusak inang. Keempat faktor tersebut harus terpenuhi untuk menimbulkan penyakit. Penyakit infeksi parasit merupakan salah satu kendala dalam pengembangan usaha budidaya ikan termasuk ikan hias air tawar. Penyakit parasiter menyebabkan penurunan kualitas dan kuantitas produk yang berimplikasi kerugian ekonomi bagi pembudidayanya (Alifuddin dkk., 2003). Berdasarkan Laporan Tahunan Dinas Perikanan Propinsi Daerah Tingkat I Jawa Barat 1998, ektoparasit yang menyerang ikan budidaya air tawar terutama Universitas Sumatera Utara benih ikan adalah Lernea, Saproglenia, Ichthyophthyrius, Trichodina, Dactylogyrus, Grydactylus, Argulus dan Myxobolus. Pada umumnya benih ikan yang terserang berukuran 1-3 cm atau dikenal dengan istilah kebul, kemudian yang berukuran 3-5 cm (gabar) dan berukuran 8-12 cm (ngaramo). Jenis ikan terserang ektoparasit tersebut adalah ikan mas (Cyprinus carpio), tawes (Puntius javanicus), lele (Clarias sp.), tambakan (Helostoma sp.), nila (Oreochromis niloticus), gurami (Osphronemus gouramy), dan sepat (Tricogaster sp.) (Rustikawati dkk., 2004). Kutu ikan yang menyerang gurami berasal dari jenis Argulus sp. Hewan ini termasuk golongan udang renik yang tubuhnya berbentuk bulat pipih. Tipe serangannya adalah menempel kuat pada tubuh dan insang gurami dan meninggalkan luka gigitan dan kadang-kadang mengeluarkan darah. Akibat luka bekas gigitan tersebut, kesempatan bibit penyakit untuk masuk ke dalam tubuh ikan menjadi lebih besar. Selain menggigit kutu ikan juga menghisap darah sehingga ikan menjadi kurus dan lemah (Khairuman dan Amri, 2003). Penelitian isolasi dan identifikasi bakteri pada luka ikan akibat infestasi Argulus sp. sebelumnya telah dilakukan. Penelitian yang dilakukan Kismiyati, dkk (2009), menemukan beberapa bakteri pada luka ikan mas koki yang diinfestasikan Argulus sp. yaitu Aeromonas hydrophila, Pseudomonas flourescens dan Flexibacter columnaris. Ikan gurami adalah ikan yang sering diserang oleh ektoparasit Argulus sp. sehingga perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui bakteri apa saja yang terdapat pada organ tubuh ikan gurami akibat infestasi Argulus sp. Perumusan Masalah Universitas Sumatera Utara Timbulnya penyakit pada ikan disebabkan oleh tiga faktor yaitu kondisi lingkungan (air), kondisi inang (ikan) dan jasad patogen. Memar dan luka salah satu sumber penyebab penyakit pada ikan. Argulus sp. berperan sebagai vektor bagi virus atau bakteri yang sering menyebabkan penyakit pada ikan dengan meninggalkan bekas luka gigitan. Dari beberapa pernyataan tersebut dapat dirumuskan masalah sebagai berikut : 1. Apakah terdapat bakteri pada organ internal dan eksternal ikan gurami (Osphronemus gouramy) akibat infestasi ektoparasit Argulus sp., luka buatan dan lingkungan (air)? 2. Bakteri apa saja yang ditemukan pada organ internal dan eksternal ikan gurami (Osphronemus gouramy) akibat infestasi ektoparasit Argulus sp., luka buatan dan lingkungan (air)? 3. Apakah ada persamaan bakteri yang ditemukan pada organ internal dan eksternal ikan gurami (Osphronemus gouramy) akibat infestasi ektoparasit Argulus sp., luka buatan dan lingkungan (air)? Kerangka Pemikiran Penelitian Manusia memegang peranan penting dalam upaya mencegah terjadinya serangan penyakit pada ikan budidaya, baik dikolam, keramba, tambak, maupun di wadah budidaya lainnya, yaitu dengan menjaga cara memelihara keserasian interaksi antara tiga komponen, ikan, lingkungan dan jasad patogen. Jadi ketiga hal tersebut harus diketahui untuk dapat menghindari ikan dari penyakit contohnya oleh bakteri patogen. Berikut ini adalah kerangka pemikiran (Gambar 1) dalam melakukan penelitian ini: Lingkungan Inang Patogen Interaksi Serangan Penyakit Pada ikan Universitas Sumatera Utara Parasit