BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Komunikasi Istilah komunikasi atau dalam bahasa Inggris communication berasal dari bahasa Latin communicatio, dan bersumber dari kata communis yang berarti “sama”. Yang dimaksud dengan “sama” di sini adalah “sama arti” atau “sama makna”. Suatu pemberitahuan akan membuat seseorang menjadi tahu terdapat kesamaan arti antara dia dengan orang yang memberitahu, dengan kata lain dia mengerti. 19 Carl I. Hovland mendefinisikan komunikasi sebagai suatu proses dimana seseorang memindahkan perangsang yang biasanya berupa lambang kata-kata untuk mengubah tingkah laku orang lain. 20 Jadi, dengan demikian komunikasi itu adalah persamaan pendapat dan untuk kepentingan itu maka orang harus mempengaruhi orang lain dahulu sebelum orang lain itu berpendapat, bersikap dan bertingkah laku yang sama dengan kita. Berbeda dengan Hovland, Lasswell mengajukan pendapatnya mengenai komunikasi sebagai jawaban dengan konsep pertanyaannya: Who Says What in Which Channel to Whom with What Effect?21 Konsep pertanyaan ini menguraikan unsurunsur yang merupakan konsep Lasswell terhadap ilmu komunikasi, yaitu: 19 Onong Uchjana Effendy, Ilmu Komunikasi: Teori dan Praktek, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2002, hal 9 20 A.W. Widjaja, Ilmu Komunikasi Pengantar, Jakarta: Rineka Cipta, 2000, hal 26-27 21 Effendy, op.cit., 21 15 16 1. Komunikator (communicator, source, sender) 2. Pesan (message) 3. Media (channel, media) 4. Komunikan (communicant, communicate, receiver, recipient) 5. Efek (effect, impact, influence) Berdasarkan model komunikasi Laswell tersebut, komunikasi adalah proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan melalui media yang menimbulkan efek tertentu.22 2.1.1. Komunikasi Politik Menurut Harsono Suwardi (1997:12) yang dikutip dari buku Komunikasi Politik23 : Komunikasi politik dapat dilihat dalam arti sempit maupun dalam arti luas. Dalam arti sempit komunikasi politik adalah : “Setiap bentuk penyampaian pesan, baik dalam bentuk lambang-lambang maupun dalam bentuk kata-kata tertulis atau terucapkan, ataupun dalam bentuk isyarat yang mempengaruhi kedudukan seseorang yang ada dalam suatu struktur kekuasaan tertentu. Sedangkan dalam arti luas, komunikasi politik adalah : Setiap jenis penyampaian pesan, khususnya yang bermuatan info politik dari suatu sumber kepada sejumlah penerima pesan. Dilihat dari definisi komunikasi politik di atas, baik dalam arti luas maupun sempit, selalu ada proses pertukaran pesan yang dilakukan oleh komunikator politik. 22 23 Effendy, op.cit., 10 Dr. Lely Arrianie, M.Si., Komunikasi Politik, Bandung: Widya Padjadjaran, 2010, hal 16. 17 2.1.2. Pemasaran Politik (Marketing Politic) Pemasaran politik merupakan sebuah pemasaran karena pada hakikatnya ia berhubungan dengan aktivitas memasarkan suatu jenis komoditas tertentu, “gagasan politik”. Gagasan politik tersebut dapat berupa gagasan dari seorang tokoh politik, sebuah entitas politik, atau sebuah partai politik tertentu. Gagasan-gagasan politik, baik yang mengemuka dari tokoh politik perorangan, tokoh politik dari partai politik tertentu, atau terlebih dari dalam organisasi dan atau partai politik di suatu negara, pada giliran yang tertentu akan menjadi sesuatu yang dapat ditawarkan pada masyarakat dalam bentuk pilihan-pilihan politis. Pilihan politis yang dimaksud dalam konteks ini, merujuk pada suatu tawaran (offer) berupa gagasan politis yang bersifat alternatif dari suatu pemangku kepentingan politik tertentu pada khalayak. Proses menawarkan gagasan seperti ini, berikut segala kompleksitas yang berada di sebaliknya kemudian disebut sebagai proses pemasaran politik. Proses menawarkan gagasan pada tahapan “pemasaran” ini terjadi dalam proses-proses politik baik di tingkat lokal, nasional, regional dan juga internasional. 24 Pemasaran politik (marketing politic) dapat meliputi pengalokasian sejumlah perangkat dan serangkaian strategi di dalam kerangka menjajal, menguji, dan mengukur opini publik sebelum dan semasa “kampanye pemilihan umum”. Tujuan dari pemasaran politik itu sendiri adalah untuk memperoleh pijakan bagi langkahlangkah pemilihan strategi dan pengembangan teknik komunikasi kampanye pemilihan umum serta pengukuran dampak dari komunikasi kampanye pemilihan 24 Solatun Dulah Sayuti, Komunikasi Pemasaran Politik, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2014, hal7-10 18 umum tersebut dalam kaitannya dengan tujuan yang ingin dicapai melalui kampanye yaitu memenangi pemilihan umum. 25 Pemasaran politik merupakan suatu komponen sangat penting yang tidak dapat dipisahkan apalagi ditiadakan dari dalam sebuah komunikasi politik. Hal ini karena komunikasi pemasaran politik itu sendiri akan mencakup keseluruhan proses pemasaran politik dari sejak tahapan kajian pasar politik tingkat pendahuluan yang biasanya dilakukan di dalam kerangka untuk menguji prakiraan-prakiraan politis dan menetapkan target perolehan dukungan konstituen politik. wilayah utama pemasaran politik, dengan merujuk pada hal-hal yang baru saja dipaparkan di muka, berkisar di sekitar kampanye pencitraan dan kampanye pemilihan umum. Pemasaran politik dalam hal ini berurusan dengan “kegiatan berkomunikasi dengan anggota partai politik, media, dan sumber-sumber pendanaan yang berprospek, dan juga dengan para calon pemilih. 26 2.2 Model Stimulus Respon Model Stimulus Respon menitikberatkan pada penyebab sikap yang dapat mengubahnya dan tergantung pada kualitas rangsang yang berkomunikasi dengan organisme. Karakteristik dari komunikator atau sumber, menentukan keberhasilan tentang perubahan sikap seperti kredibilitasnya, kepemimpinannya dan gaya 25 26 Ibid. 11 Ibid. 16 19 berkomunikasi. 27 Pendekatan teori stimulus respon ini beranggapan bahwa tingkah laku sosial dapat dimengerti melalui suatu analisa dari stimuli yang diberikan dan dapat mempengaruhi reaksi yang spesifik dan diusung hukuman maupun penghargaan sesuai dengan reaksi yang terjadi. Teori Stimulus respon berasal dari teori psikologi, kemudian juga dipakai dalam pendekatan ilmu komunikasi, karena obyeknya sama yaitu, manusia.28 McQuail menyatakan bahwa efek merupakan reaksi tertentu terhadap stimuli tertentu, sehingga orang dapat menduga atau memperkirakan adanya hubungan yang erat antara pernyataan dengan reaksi khalayak. 29 Lebih lanjut dikatakan bahwa teori ini mempunyai elemen-elemen utama, yaitu sebuah isi pesan/pernyataan stimuli (S), seorang komunikan atau organisme (O) dan efek respon (R). Bagan teori Stimulus Organisme Respon dapat digambarkan sebagai berikut:30 Gambar 2.1 Teori S-O-R Stimulasi 27 Organisme, Perhatian, Pengertian dan Penerimaan Respon Perubahan Sikap Mar’at, Sikap Manusia Perubahan Serta Pengukuran, Jakarta: Ghalia Indonesia, 1991, hal 26 Onong Uchjana Effendy, Ilmu Komunikasi: Teori dan Praktek, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2002, hal 255 29 Dennis M.Mcquail, Mass Communication Theory: An Introduction.(2nd), Newbury Parks: Sage, 1987, hal 48 30 Effendy, op.cit. 28 20 Proses di atas menggambarkan perubahan sikap dan bergantung pada proses yang terjadi pada individu, stimulus yang diberikan pada organisme dapat diterima atau ditolak, maka proses selanjutnya terhenti. Ini berarti bahwa stimulus tersebut tidak efektif dalam mempengaruhi organisme. Dalam hal ini stimulus adalah efektifitas dan ada reaksi. Implementasi Teori S-O-R pada ILM sosialisasi pemilu oleh KPU versi “Generasi Pemilih Cerdas”, yaitu: 1. Stimulus (pesan) Stimulus (pesan) yang dimaksud adalah iklan layanan masyarakat sosialisasi pemilu 2014 versi “Generasi Pemilih Cerdas”. 2. Organisme (komunikan) Organisme (komunikan) yang menjadi sasaran adalah generasi muda atau kelompok pemilih pemula yang sudah cukup usia untuk menggunakan hak suaranya pada pemilu 2014. Dalam penelitian ini, pesan dalam iklan layanan masyarakat sosialisasi pemilu versi “Generasi Pemilih Cerdas” diharapkan dapat mempersuasi kelompok pemilih pemula untuk berpartisipasi dengan menggunakan hak pilihnya pada pemilu 2014. 3. Respon (efek) Respon (efek) yang ditimbulkan dari stimulus (pesan) diharapkan dapat mengubah persepsi dari komunikan sehingga timbul perasaan suka atau minat terhadap ILM sosialisasi pemilu 2014 versi “Generasi Pemilih Cerdas”. Dari pesan-pesan yang disampaikan dalam iklan tersebut diharapkan komunikan 21 dapat mengubah persepsi sehingga komunikan menyadari pentingnya berpartisipasi sebagai pemilih dalam Pemilu 2014. 2.3 Persepsi Persepsi merupakan inti dari komunikasi, sedangkan rangkaian penafsiran (interpretasi) merupakan inti persepsi, yang identik dengan penyandian balik (decoding) dalam proses komunikasi31. Persepsi disebut inti komunikasi karena tanpa akurasi persepsi, maka komunikasi tidak akan berjalan dengan efektif. Persepsi adalah faktor paling penting dalam proses seleksi informasi, yaitu memilih sebuah pesan dan mengesampingkan pesan lain yang sejenis. Jadi hasil penangkapan makna dan pesan pada suatu produk komunikasi bisa disebut sebagai persepsi. Secara etimologis, persepsi (dalam bahasa Inggris perception) berasal dari bahasa latin perceptio, dari percipere, yang artinya menerima atau mengambil. Dalam arti sempit, Leavitt mendefinisikan persepsi sebagai penglihatan atau bagaimana cara seseorang melihat sesuatu. Sedangkan dalam arti luas, Leavitt mendeskripsikan persepsi sebagai pandangan atau pengertian, yaitu bagaimana seseorang memandang atau mengartikan sesuatu32. 31 Deddy Mulyana, Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar, Bandung: Remaja Rosda Karya, 2002, hal 151 32 Alex Sobur, Psikologi Umum, Bandung: Pustaka Setia, 2003, hal 445 22 Mengacu pada model komunikasi yang dikemukakan oleh Dennis McQuail33 yakni Model S R atau lebih dikenal dengan sebutan Model Stimulus dan Respon (rangsangan dan reaksi). Merujuk pada model komunikasi Dennis McQuail tersebut, dapat diyakini bahwa dalam setiap kali melakukan komunikasi maka akan terjadi respon atau tanggapan yang ditimbulkan oleh isi pesan. Terkait dengan penelitian ini, maka respon atau tanggapan yang dimaksud setelah melihat atau menyaksikan iklan layanan masyarakat sosialisasi pemilu 2014 oleh KPU versi “Generasi Pemilih Cerdas” di televisi adalah persepsi. Persepsi adalah suatu proses dimana individu terekspos oleh informasi, memperhatikan dan memahami informasi tersebut.34 Dalam penelitian ini persepsi yang dimaksud adalah persepsi pada iklan. Sehingga informasi dalam persepsi diartikan sebagai pesan iklan. Persepsi pemilih pemula tentang ILM KPU versi “Generasi Pemilih Cerdas” akan mempengaruhi proses pemilih pemula dalam berpartisipasi pada pemilu. Apabila pemilih pemula memiliki persepsi yang positif atau baik terhadap ILM KPU versi “Generasi Pemilih Cerdas”, maka ia akan memiliki motivasi untuk berpartisipasi pada pemilu atau sebaliknya. 33 McQuail, op.cit., 234 William Wells, et.al., Advertising: Principal and Practice, Ed.5, New Jersey: Prentice Hall, 2002, hal 102 34 23 2.3.1 Proses Persepsi Jalaluddin Rakhmat menjelaskan 3 (tiga) tahapan persepsi setelah adanya stimulus yang mengawali terjadinya persepsi yaitu sebagai berikut 35: 1. Perhatian (Attention) Menurut Kenneth Anderson seperti yang dikutip Jalaluddin Rakhmat dalam buku Psikologi Komunikasi mengatakan bahwa perhatian adalah proses mental ketika stimuli atau rangkaian stimuli menjadi menonjol dalam kesadaran stimuli lainnya melemah. 36 Atau dengan kata lain perhatian terjadi bila kita mengkonsentrasikan diri pada salah satu alat indera kita, dan mengesampingkan masukan-masukan alat indera lainnya. Menurut Jalaluddin Rakhmat perhatian (attention) dipengaruhi oleh dua faktor yaitu eksternal dan internal. Pada faktor eksternal stimuli diperhatikan karena mempunyai sifat-sifat yang menonjol antara lain: gerakan, intensitas stimuli, kebaruan, dan perulangan. diperhatikan Sedangkan karena pada faktor-faktor faktor internal biologis dan stimuli faktor sosiopsikologis. 37 Manusia akan lebih memperhatikan hal-hal yang menarik daripada yang tidak menarik. Apa saja yang menjadi perhatian 35 Jalaluddin Rakhmat, Psikologi Komunikasi, Bandung: Remaja Rosdakarya, 1994, hal 51 Ibid. 52 37 Ibid. 54 36 24 kita, dapat lolos dari perhatian orang lain. Kita hanya ingin melihat apa yang kita lihat, dan mendengar apa yang ingin kita dengar. Kita cenderung memperhatikan hal-hal tertentu yang penting, menonjol, atau melibatkan diri kita. 2. Penafsiran (Interpretation) Sering dikatakan pula bahwa persepsi indera-indera kita untuk menafsirkan suatu informasi dalam bentuk yang lebih berarti. Penafsiran merupakan proses dimana penerima memberi arti terhadap pesan yang diterimanya, mengorganisasikan stimuli dengan melihat konteksnya dan mengisinya dengan interpretasi yang konsisten dengan rangkaian stimuli yang dipersepsi. 38 3. Pengetahuan (Cognitive) Setelah tahap atensi dan interpretasi, akan muncul suatu respon yang disebut kognitif atau kognisi. Kognisi terjadi apabila ada perubahan pada apa yang diketahui, dipahami, atau dipersepsikan oleh khalayak. Kognitif terjadi pada diri komunikan yang sifatnya informatif bagi dirinya. Kognitif membahas tentang bagaimana media massa dapat membantu khalayak dalam mempelajari informasi yang bermanfaat dan mengembangkan keterampilan kognitifnya. Melalui media massa, dapat memperoleh 38 Ibid. 218 25 berbagai informasi tentang benda, orang atau tempat yang belum pernah dikunjungi. 2.3.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persepsi Proses terbentuknya persepsi sangat kompleks, dan ditentukan oleh dinamika yang terjadi dalam diri seseorang ketika ia mendengar, mencium, melihat, merasa dan bagaimana dia memandang suatu obyek dalam melibatkan aspek psikologis dan panca inderanya. Menurut David Krech dan Richard Crutcfield dalam Jalaluddin Rakhmat39, membagi faktor-faktor yang menentukan persepsi menjadi dua yaitu: faktor fungsional dan faktor struktural. a. Faktor Fungsional Faktor fungsional adalah faktor yang berasal dari kebutuhan, pengalaman masa lalu dan hal-hal lain yang termasuk apa yang kita sebut sebagai faktor-faktor personal. Faktor fungsional yang menentukan persepsi adalah obyek-obyek yang memenuhi tujuan individu yang melakukan persepsi. b. Faktor Struktural Faktor struktural adalah faktor-faktor yang berasal semata-mata dari sifat stimulus fisik terhadap efek-efek syarat yang ditimbulkan pada sistem saraf individu, yaitu responden itu sendiri. Faktor-faktor struktural yang menentukan persepsi menurut teori Gestalt bila kita 39 Ibid. 55 26 ingin memahami suatu peristiwa kita tidak dapat meneliti faktor-faktor yang terpisah tetapi memandangnya dalam hubungan keseluruhan. 2.4 Iklan 2.4.1 Iklan Sebagai Proses Komunikasi Secara etimologi iklan berasal dari bahasa Latin, yaitu ad-vere yang berarti mengoperkan pikiran dan gagasan kepada pihak lain. Sedangkan advertensi dalam Bahasa Indonesia berasal dari bahasa Inggris yakni advertising.40 Beberapa definisi iklan adalah sebagai berikut. Menurut Rhenald Kasali, “Iklan adalah pesan yang menawarkan suatu produk yang ditujukan kepada masyarakat lewat suatu media”.41 Dalam kitab Etika Pariwara Indonesia, definisi iklan adalah “Segala bentuk pesan tentang suatu produk yang disampaikan lewat media, ditujukan kepada sebagian atau seluruh masyarakat”.42 The American Marketing Association (AMA) mengemukakan bahwa “Iklan adalah setiap bentuk pembayaran terhadap suatu proses penyampaian 40 Alo Liliweri, Dasar-dasar Komunikasi Periklanan, Bandung: Citra Aditya Bakti, 1997, hal.17 Rhenald Kasali, Manajemen Periklanan: Konsep dan Aplikasinya di Indonesia, Jakarta: PT Pustaka Utama Grafiti, 1992, hal. 9 42 Dewan Periklanan Indonesia, Etika Pariwara Indonesia (Tata Krama dan Tata Cara Periklanan Indonesia), Jakarta: 2007, hal. 18 41 27 dan perkenalan ide-ide atau gagasan dan layanan yang bersifat nonpersonal atas tanggungan sponsor tertentu”.43 Sedangkan pengertian periklanan didefinisikan sebagai: “Keseluruhan proses yang meliputi penyiapan, perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan penyampaian iklan”.44 Menurut Kotler “Periklanan adalah segala bentuk penyajian nonpersonal dan promosi ide, barang atau jasa oleh suatu sponsor tertentu yang memerlukan pembiayaan”.45 Dari beberapa definisi di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa iklan merupakan kegiatan yang menyangkut penyampaian pesan mengenai suatu produk atau jasa yang bersifat komersil maupun non-komersil, sedangkan periklanan merupakan kegiatan komunikasi yang menyangkut persiapan, perencanaan, pelaksanaan, hingga pengawasan terhadap iklan itu sendiri. Iklan merupakan salah satu bentuk komunikasi yang merupakan unsur penting dalam upaya menyalurkan informasi. Dengan iklan, maka masyarakat yang tidak tahu menjadi tahu. Seperti yang dikemukakan oleh Onong Uchjana Effendy, bahwa definisi komunikasi adalah proses penyampaian pesan untuk 43 Kasali, op.cit., 10 Dewan Periklanan Indonesia, loc.cit., 45 Philip Kotler, Manajemen Pemasaran, Edisi 8, terjemahan Ancella A Hermawan, Jakarta: Salemba Empat, 1995, hal. 740 44 28 memberitahu atau untuk mengubah sikap, pendapat atau perilaku secara lisan maupun tidak langsung melalui media. 46 Dalam upaya menyampaikan isi pesan, iklan seringkali menerapkan model komunikasi Laswell, yaitu:47 a. Unsur sumber (who, siapa) b. Unsur pesan (says what, mengatakan apa) c. Unsur saluran komunikasi (in which channel, pada saluran mana) d. Unsur penerima (to whom, kepada siapa) e. Unsur pengaruh (with what effect, dengan pengaruh/dampak apa) Iklan merupakan bagian dari komunikasi. Proses komunikasi yang berlangsung ditunjukkan dengan model komunikasi iklan sebagai berikut: 48 46 Onong Uchjana Effendy, Dinamika Komunikasi, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004, hal. 5 Werner J Severin & James W Tankard Jr, Teori Komunikasi, Sejarah, Metode dan Terapan di dalam Media Massa, Jakarta: Prenada Media, 2005, hal. 55 48 Moriarty et al., Advertising, Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2001, hal. 127 47 29 Gambar 2.2 Model Komunikasi Iklan Gangguan: Eksternal Opini Publik Strategi Marketing Kompetisi Gangguan Lain Sumber: Pengiklan (Tujuan) Pesan: Pengkodean oleh Bauran Media: Saluran Gangguan: Internal Kebutuhan Pemrosesan Informasi Sikap dan Opini Gangguan Lain Penerima: Penerimaan dan Respons Konsumen Pemahaman Pengertian Perasaan Hubungan Keyakinan Tindakan Tanggapan Dalam iklan, pengiklan bertindak sebagai komunikator yang mana terkadang dibantu oleh biro iklan dalam membentuk suatu konsep iklan yang akan tayang di suatu media. Iklan yang dikomunikasikan oleh komunikator adalah pesan yang ditujukan kepada komunikan melalui media. 30 2.4.2 Tujuan Periklanan Tujuan periklanan pada umumnya mengandung misi komunikasi yaitu menciptakan kesadaran melalui media kreatif yang tepat. Pesan yang disampaikan dalam sebuah iklan merupakan suatu stimulus atau dorongan yang disampaikan pihak komunikator dengan harapan dapat mempengaruhi konsumen dalam bentuk respon atau tanggapan yang diinginkan komunikator. Menurut Fandy Tjiptono, iklan memiliki empat tujuan utama yaitu: 49 1. Informative yang berarti iklan dapat menginformasikan khalayak mengenai seluk beluk produk; 2. Persuading yaitu iklan dapat mempengaruhi khalayak untuk membeli; 3. Reminding yaitu iklan dapat menyegarkan informasi yang telah diterima khalayak; 4. Entertainment yang berarti iklan dapat menciptakan suasana yang menyenangkan sewaktu khalayak menerima dan mencerna sebuah informasi. 2.4.3 Jenis-jenis Iklan Iklan begitu kompleks karena cukup banyak kriteria pengiklan yang ingin merangkul semua jenis khalayak. Oleh karena itu, William Wells et al, membagi iklan atas beberapa macam, yaitu:50 49 Fandy Tjiptono, Strategi Pemasaran, Edisi 1, Yogyakarta: Andi, 1997, William Wells et al., Advertising: Principles and Practice, New Jersey: Prentice Hall, 1992, hal. 1011 50 31 1. Brand Advertising (Iklan Merek) Iklan ini memfokuskan pada perkembangan dari merek suatu produk. Iklan jenis ini berusaha untuk menciptakan citra dan identitas dari suatu merek produk untuk jangka waktu yang lama. Iklan ini juga berusaha membangun citra tersendiri bagi merek produk yang diiklankan. Iklan ini berusaha menjangkau konsumen secara luas dalam skala nasional. 2. Retail Advertising (Iklan Eceran) Iklan jenis ini lebih bersifat lokal. Iklan ini lebih memfokuskan untuk mempromosikan suatu toko yang menjual berbagai macam produk yang cukup lengkap dengan kualitas pelayanan yang maksimal. Iklan jenis ini mencoba untuk menciptakan citra tersendiri dari toko tersebut. Iklan eceran lebih memfokuskan pada harga, ketersediaan barang, lokasi serta waktu beroperasinya toko. 3. Political Advertising (Iklan Politik) Iklan ini merupakan jenis iklan untuk mempromosikan para tokoh politik ataupun partai politik sehingga akhirnya diharapkan masyarakat akan memilih ataupun memihak kepadanya. 4. Directory Advertising (Iklan Direktori) Pada iklan ini konsumen dapat langsung melihat sebuah iklan pada sebuah media iklan sehingga akhirnya konsumen mengetahui 32 bagaimana membeli sebuah produk baik yang berupa barang atau jasa. Iklan jenis ini banyak dijumpai seperti di Yellow Pages. 5. Direct Response Advertising (Iklan Tanggapan Langsung) Iklan jenis ini dapat menggunakan media iklan apapun, termasuk direct mail. Selanjutnya konsumen dapat langsung memberikan respons ataupun tanggapan baik itu melalui email ataupun telepon. Apabila konsumen tertarik maka barang tersebut akan langsung diantarkan ke tangan konsumen. 6. Business-to-business Advertising (Iklan Antar Bisnis) Iklan antar bisnis adalah mempromosikan barang-barang dan jasa nonkonsumen. Artinya baik pengiklan maupun sasaran iklan samasama perusahaan, produk yang diiklankan adalah barang yang harus diolah atau menjadi unsur produksi. Termasuk di sini adalah pengiklan bahan-bahan mentah, komponen suku cadang dan aksesoris, fasilitas pabrik dan mesin serta jasa-jasa seperti asuransi, pasokan alat tulis kantor, dan sebagainya. 51 7. Institutional Advertising (Iklan Perusahaan) Fokus utama yang ditonjolkan pada pesan dalam iklan ini adalah mendirikan identitas serta citra suatu perusahaan di mata masyarakat sesuai tujuan ataupun sudut pandang perusahaan itu sendiri. 8. Public Service Advertising (Iklan Layanan Masyarakat) 51 Frank Jefkins, Periklanan, Cetakan Kedua, Jakarta: Erlangga, 1997, hal. 44 33 Iklan ini lebih memfokuskan pada pelayanan masyarakat. Iklan ini biasanya bertujuan menyebarluaskan pesan-pesan yang bersifat informatif, edukatif, serta penerangan agar membentuk sikap masyarakat sehingga lebih bertanggung jawab terhadap masalah atau fenomena-fenomena sosial tertentu. 2.5 Iklan Layanan Masyarakat Iklan layanan masyarakat (ILM) menyajikan pesan-pesan sosial yang dimaksudkan membangkitkan kepedulian masyarakat terhadap sejumlah masalah yang harus mereka hadapi, yakni kondisi yang dapat mengancam keserasian dalam kehidupan umum. 52 Sedangkan pihak yang memprakarsai iklan ini adalah pemerintah, swasta, ataupun biro iklan (advertising agency). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ILM sebenarnya bertujuan untuk mendukung suatu program tertentu yang bersifat non-komersial. Berbeda dengan iklan komersial yang bertujuan untuk menciptakan awareness, image, atau brand loyalty, ILM digunakan untuk mempengaruhi opini, persepsi, atau perilaku khalayak sasaran tanpa motivasi keuntungan. Jika iklan komersial digunakan untuk mendorong penjualan, ILM digunakan untuk mendorong donasi, mempersuasi khalayak untuk memilih suatu cara, atau menyadarkan pada suatu masalah sosial. 52 Rhenald Kasali, Manajemen Periklanan: Konsep dan Aplikasinya di Indonesia, Jakarta: PT Pustaka Utama Grafiti, 1992, hal 201 34 2.6 Pengertian Sosialisasi Sosialisasi menurut Peter Berger adalah proses melalui mana seseorang belajar menjadi seorang anggota yang berpartisipasi dalam masyarakat. Pada sosialisasi dipelajari peranan-peranan, oleh karenanya disebut dengan teori mengenai peranan (role theory). Secara luas sosialisasi dapat diartikan sebagai suatu proses dimana masyarakat dididik untuk mengenal, memahami, mentaati dan menghargai norma-norma dan nilai-nilai yang berlaku dalam masyarakat. Secara khusus sosialisasi mencakup suatu proses dimana masyarakat mempelajari kebudayaannya, belajar mengendalikan diri serta mempelajari peranan-peranan dalam masyarakat.53 Proses sosialisasi bertujuan untuk: 1. Memberikan keterampilan yang dibutuhkan individu untuk hidupnya kelak di masyarakat 2. Mengajarkan individu untuk mampu berkomunikasi secara efektif dan mengembangkan kemampuannya 3. Melatih pengendalian fungsi-fungsi organik melalui latihan-latihan mawas diri yang tepat 4. Membiasakan individu dengan nilai-nilai dan kepercayaan pokok yang ada dalam masyarakat Proses sosialisasi dilaksanakan oleh pihak-pihak yang dinamakan agen-agen sosialisasi 53 (agent of socialization). Tokoh sosiologi Fuller dan Jacobs Kamanto Sunarto, Pengantar Sosiologi, Jakarta: Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 1993, 35 mengidentifikasi lima agen sosialisasi utama, yaitu: keluarga, kelompok bermain, media massa, dan lembaga pendidikan. Sosialisasi melalui agen sosialisasi media massa yang dilakukan oleh KPU salah satunya adalah iklan layanan masyarakat (ILM). ILM yang ditayangkan di media televisi oleh KPU versi “Generasi Pemilih Cerdas” merupakan salah satu sosialisasi Pemilu 2014 yang bertujuan untuk membangkitkan kesadaran masyarakat khususnya pemilih pemula akan pentingnya berpartisipasi politik dan tidak menjadi golput. 2.7 Televisi sebagai Media Iklan Televisi berasal dari dua kata yang berbeda asal-usulnya, yaitu tele yang berasal dari bahasa Yunani yang berarti jauh, dan visi atau videre yang berasal dari bahasa Latin yang berarti penglihatan. Dengan demikian televisi yang dalam bahasa Inggris television dapat diartikan sebagai melihat jauh. Melihat jauh di sini dapat diartikan dengan gambar dan suara yang diproduksi di suatu tempat dan dapat dilihat dari tempat lain melalui sebuah perangkat penerima atau televisi set.54 Televisi sebagai media massa yang bersifat audio visual (didengar dan dilihat) dinilai sebagai media yang paling berhasil dalam menyebarkan informasi, cerita atau segala sesuatu yang disampaikan menjadi lebih menarik dan menyenangkan pemirsa 54 J. B. Wahyudi, Dasar-Dasar Jurnalistik Radio dan Televisi, Jakarta: Pustaka Utama Grafiti, 1996, hal. 49 36 dibanding dengan media-media komunikasi massa lainnya, seperti media cetak dan radio.55 Televisi merupakan perpaduan antara audio dan visual. Televisi mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: 1. Para penonton dapat melihat dan mendengar suatu kejadian dan peristiwa yang sedang berlangsung. Suatu kejadian, dengan demikian dapat dilihat secara terus menerus. 2. Televisi merupakan komunikasi langsung dan akrab, sebab penonton hanya terdiri dari beberapa orang saja. Jadi penonton seolah-olah berhadapan langsung dengan kejadian. 3. Layar televisi sedemikian kecilnya, seperti tidak mungkin untuk mempertunjukkan seluruh situasi yang ada. Kepopuleran televisi hingga mampu berkembang seperti saat sekarang ini dikarenakan kesederhanaan dalam penyampaian pesan. Selain memiliki unsur kata-kata, musik, sound effect, televisi juga memilki unsur visual seperti gambar hidup yang mampu menimbulkan kesan yang mendalam pada penonton. Dengan keunggulan tersebut, banyak lembaga profit, nonprofit, maupun pemerintahan yang melihat bahwa media televisi memiliki potensi besar untuk mencapai tujuan pesan yang dimuat dalam iklan. Selain itu, biaya penayangannya 55 Sumartono, Terperangkap dalam Iklan Meneropong Imbas Pesan Iklan Televisi, Bandung: Alfabeta, 2002, hal. 11 37 terhitung lebih murah dibanding media cetak, koran atau majalah, bahkan jika dibanding dengan media elektronik lain seperti radio. Murah dalam kaitan di atas dicapai dalam hitungan CPM (cost per million/thousand), yaitu biaya yang harus dibayarkan pengiklan dan dibagi sejuta atau seribu penonton. Setidaknya ribuan penonton tercapai akibat karakteristik televisi yang sangat luas jangkauannya, sehingga dapat disaksikan oleh khalayak yang luas. Kelebihan lain medium ini adalah penggunaannya yang bersifat pasif. Artinya tanpa upaya khusus yang harus ditempuh seperti membeli atau mencari, pesan pengiklan pada khalayak sasaran pengguna televisi dapat disampaikan. Sehingga dengan menggunakan pendekatan peluang, iklan yang ditayangkan melalui medium yang bersifat pasif, lebih berpeluang besar untuk dipilih khalayak dibanding dengan pesan yang menggunakan medium aktif seperti koran, majalah, ataupun radio. 2.7.1 Elemen-elemen Iklan Televisi Iklan televisi terdiri atas komponen audio dan video yang keduanya harus bekerjasama untuk menciptakan efek dan sekaligus mampu menyampaikan pesan iklan kepada khalayak. Baik iklan komersial/profit maupun iklan non-komersial/profit memiliki elemen-elemen iklan televisi yang sama yaitu sebagai berikut:56 56 Ibid. 282 38 1. Elemen Video Elemen video iklan televisi adalah segala sesuatu yang terlihat di layar televisi. Elemen visual adalah elemen yang mendominasi iklan televisi sehingga elemen ini harus mampu menarik perhatian sekaligus dapat menyampaikan ide, pesan dan/atau citra yang hendak ditampilkan. Pada iklan televisi, sejumlah elemen visual harus dikoordinasikan atau diatur sedemikian rupa agar dapat menghasilkan iklan yang berhasil. Elemen-elemen visual pada iklan televisi meliputi: a. alur/plot cerita (urutan adegan iklan, blocking, transisi) b. visualisasi adegan iklan (penggambaran suasana, setting/latar iklan, properti iklan) c. penggambaran/ilustrasi adegan iklan (analogi, animasi, keterangan) 2. Elemen Audio Elemen audio dari suatu iklan televisi terdiri dari suara yang dapat berupa narasi/dialog, musik dan sound effect. a. Suara digunakan dalam berbagai cara yang berbeda. Suara dapat didengar melalui suatu presentasi langsung oleh seorang penyaji (presenter) atau dalam bentuk percakapan/dialog di antara sejumlah orang yang muncul pada iklan bersangkutan. Suatu cara yang umum dilakukan untuk menampilkan elemen 39 suara pada iklan televisi adalah melalui pengisian suara (dubbing atau voiceover) yaitu narasi yang mengiringi gambar tanpa memperlihatkan siapa yang membacakan narasi tersebut. b. Musik juga menjadi bagian penting suatu iklan televisi karena musik dapat membantu menciptakan suasana yang menyenangkan. Musik dapat digunakan sebagai alat untuk menarik perhatian, menyampaikan pesan penjualan dan membantu membangun citra suatu produk. Musik dapat menciptakan perasaan atau emosi yang dapat diasosiasikan oleh khalayak dengan produk yang diiklankan. Elemen musik penting lainnya adalah jinggel (jingle) yaitu lagu yang menarik perhatian yang biasanya memuat pesan iklan sederhana mengenai suatu produk yang diiklankan. Jinggel ada kalanya lebih digunakan sebagai suatu bentuk identifikasi produk yang hanya muncul pada bagian akhir iklan. c. Sound effect/efek suara iklan dapat berupa bunyi-bunyian yang terdengar pada iklan, misal seperti suara gemuruh, suara rintik hujan, suara kicau burung, dan sebagainya. 2.8 Pemilih Pemula Pemilih pemula adalah pemilih yang baru pertama kali akan melakukan penggunaan hak pilihnya. Pemilih pemula terdiri dari masyarakat yang telah 40 memenuhi syarat untuk memilih. Adapun syarat-syarat yang harus dimiliki untuk menjadikan seseorang dapat memilih adalah: 57 a. Umur sudah 17 tahun; b. Sudah/pernah kawin; c. Purnawirawan/ Sudah tidak lagi menjadi anggota TNI/Kepolisian. Sosialisasi pemilu sangat penting untuk dilakukan kepada pemilih pemula terutama mereka yang baru berusia 17 tahun atau yang baru menggunakan hak pilihnya. KPU dibantu pihak terkait lainnya harus mampu memberikan kesan awal yang baik tentang pentingnya suara mereka dalam pemilu, bahwa suara mereka dapat menentukan pemerintahan selanjutnya dan meningkatkan kesejahteraan hidup bangsa. Pemahaman yang baik itu diharapkan dapat menjadi motivasi untuk terus menjadi pemilih yang cerdas. Kelompok pemilih pemula mempunyai pengaruh besar terhadap kehidupan demokrasi di masa mendatang, selain jumlahnya yang akan terus bertambah, potensi daya kritis mereka dapat menentukan sebuah hasil pemilu. Pentingnya pemilih pemula karena sebanyak 20% dari seluruh pemilih adalah pemilih pemula, sehingga hak warga negara dalam menggunakan hak pilihnya janganlah sampai tidak berarti akibat dari kesalahan-kesalahan yang tidak diharapkan, misalnya jangan sampai sudah memiliki hak pilih tidak dapat menggunakan hak pilihnya karena tidak terdaftar atau juga masih banyak dalam menggunakan hak pilihnya, dan sebagainya. 58 57 58 http://www.kpu.go.id//, diakses pada tanggal 17 Juli 2014 pukul 22.00 wib. Ibid 41 Dalam penelitian ini pemilih pemula adalah yang berusia antara 17 sampai 22 tahun pada tahun 2014 ini, hal tersebut menjadi pertimbangan peneliti karena pada rentan usia tersebut mereka baru akan menggunakan hak suaranya pada Pemilu 2014 dan belum memiliki pengalaman memilih pada pemilu sebelumnya.