BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian 1.1.1

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Penelitian
1.1.1 Transformasi Sumber Daya Manusia
Menurut Gary Dessler (2008), perubahan teknologi yang sangat cepat
mendorong organisasi untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan usahanya.
Perubahan tersebut telah merubah fungsi-fungsi Manajeman Sumber Daya
Manusia (selanjutnya disebut SDM) yang selama ini hanya dianggap sebagai
kegiatan administrasi yang berkaitan dengan perekrutan pegawai yang dilakukan
oleh bagian personalia, menjadi fungsi perencanaan yang sangat strategik dan
fungsi yang terintegrasi dengan seluruh fungsi lainnya di dalam sebuah organisasi
untuk bersama-sama mencapai sasaran yang sudah ditetapkan. Dengan kata lain,
fungsi SDM saat ini menjadi lebih bersifat strategik.
Oleh karena itu, Manajemen SDM mempunyai kewajiban untuk
memahami perubahan yang selalu terjadi di lingkungan bisnis, yakni harus
mengantisipasi perubahan teknologi dan memahami dimensi internasional yang
mulai memasuki bisnis akibat informasi yang berkembang cepat. Perubahan
paradigma dari Manajemen SDM tersebut telah memberikan fokus yang berbeda
dalam melaksanakan fungsinya di dalam organisasi. Dalam hal ini, produktivitas
SDM harus selalu ditingkatkan dalam kualitasnya sehingga tujuan perusahaan
dapat tercapai secara efektif dan efisien.
Ada kecenderungan untuk mengakui pentingnya SDM dalam organisasi
dan pemusatan perhatian pada kontribusi fungsi SDM bagi keberhasilan
pencapaian tujuan strategi perusahaan. Hal ini dapat dilakukan perusahaan dengan
mengintegrasikan pembuatan keputusan strateginya dengan fungsi-fungsi SDM
yang membuat semakin besar kesempatan untuk memperoleh keberhasilan.
Tidak hanya itu, perubahan lingkungan bisnis yang sangat cepat dan
komplek seperti demografi, geografis, jenis bisnis, lingkungan hidup, serta
dampak globalisasi, mengharuskan organisasi untuk proaktif beradaptasi secara
cepat dengan lingkungan yang turbulens. Artinya Manajemen SDM harus mampu
mengantisipasi berbagai perkembangan yang sedang dan akan terjadi, kemudian
melakukan berbagai tindakan untuk menjawab tantangan tersebut, yang pada
akhirnya dapat menciptakan keunggulan kompetitif yang tidak dimiliki oleh
organisasi lainnya, mengingat bentuk-bentuk kompetisi tradisional seperti biaya
produksi rendah, peningkatan teknologi, kecepatan distribusi, efisiensi produk
serta pengembangan produk yang berkualitas akan mudah ditiru oleh pesaing.
Dengan tuntutan seperti ini, merupakan keharusan bagi Manajemen SDM
untuk merubah peranannya yang berorientasi pada “result”. Dengan demikian,
Departemen Manajemen SDM harus berperan sebagai mitra bagi manajemen
fungsional lainnya atau dengan manajer lini, artinya Manajemen SDM harus
terlibat aktif dalam perencanaan, pengelolaan, serta pengendalian organisasi yang
berkaitan dengan alokasi dan pengembangan SDM. Perubahan peran tersebut dari
sistem kerja yang responsif menjadi proaktif, dan struktur fungsional ke struktur
yang lebih fleksibel dalam melaksanakan kebijakan strategis. Hal ini menjadikan
Sumber Daya Manusia mempunyai peran penting untuk kesuksesan bisnis yang
dikaitkan dengan peningkatan laba, kemampuan bersaing, daya adaptasi serta
fleksibelitas.
Agar tujuan Sumber Daya Manusia memberikan kontribusi yang lebih
besar bagi organisasi untuk meraih keunggulan kompetitif, diperlukan strategi
yang tepat dalam perencanaan SDM secara terpadu. Kegiatan dari strategi SDM
didasarkan kerjasama antar Departemen SDM secara terpadu dengan manajer lini
serta keterlibatan manajemen puncak dalam menjelaskan visi dan misi organisasi
yang dapat dijabarkan dalam tujuan bisnis yang strategi.
Tujuan utama dari strategi SDM adalah meningkatkan kinerja sekarang
dan yang akan datang secara berkesinambungan sehingga dapat mempertahankan
keunggulan kompetitif. Proses pengembangan strategi Manajemen SDM
memberikan banyak keuntungan-keuntungan bagi organisasi dan individu, yaitu :
a. Mendefinisikan kesempatan kendala Manajemen SDM dalam mencapai
tujuan bisnisnya.
b. Memperjelas gagasan baru terhadap isu-isu Manajemen SDM yang
berorientasi pada hasil dan memberi persepktif yang lebih luas terhadap hasil
yang ingin dicapai.
c. Melakukan tes komitmen manajemen pada kegiatan serta menciptakan proses
pengalokasian SDM untuk program dan kegiatan yang spesifik.
d. Memfokuskan
pada
kegiatan
jangka
panjang
yang
dipilih
dengan
mempertimbangkan prioritas pertama untuk dua atau tiga tahun mendatang.
e. Melakukan strategi yang memfokuskan pada pengelolaan fungsi SDM dan
pengembangan staf yang berbakat.
Menurut Fred R. David (2004), Departemen SDM dapat menciptakan
keunggulan kompetitif dengan empat pendekatan, yakni:
a. Strategic Partner, menjadi mitra manajer senior dan manajer lini dalam
melaksanakan strategi yang telah direncanakan, menterjemahkan strategi
bisnis ke dalam tindakan nyata dengan diagnosis organisasi, yakni sistem
penilaian (assessment) dan penggabungan praktik organisasi dengan tujuan
bisnis yang dapat dibentuk pada setiap tingkat organisasi.
b. Administrasi Expert, menjadi ahli dalam mengatur pelaksanaan pekerjaan
serta efisiensi administrasi agar dihasilkan output dengan biaya rendah
namum kualitas terjamin. Upaya ini dapat dilakukan dengan rekayasa ulang
(reengineering), termasuk merekayasa kembali bidang SDM. Menjadi pakar
administrasi perlu menguasai dua fase rekayasa kembali. Pertama, proses
perbaikan, yakni menfokuskan pada identifikasi proses-proses yang tidak
efektif dan merencanakan metode alternatif untuk meningkatkan kualitas
pelayanan. Kedua, memikirkan penciptaan ulang (rethinking value creation
values) yang prosesnya dimulai dari pelanggan sehingga dapat mengubah
fokus kerja dari apa yang dapat dilakukan menjadi apa yang harus dihasilkan.
c. Employee Champion, menjadi penengah antara karyawan dan manajemen
untuk memenuhi kepentingan dua belah pihak. Dengan persaingan bisnis yang
semakin kuat menyebabkan tuntutan manajemen terhadap karyawan semakin
tinggi. Oleh karena itu, manajer lini harus memperhatikan keadaan karyawan
yang berkaitan dengan strategi perusahaan : Pertama, kurangi tuntutan
(demand) dengan cara mengurangi beban kerja dan menyeimbangkan dengan
sumber daya yang dimiliki oleh karyawan. Kedua, tingkatan sumber daya
dengan membantu karyawan mendefinisikan sumber daya baru (dalam diri
karyawan) sehingga mereka dapat menyesuaikan diri dengan kebutuhan
organisasi. Ketiga, mengubah tuntutan menjadi sumber daya dengan cara
membantu karyawan mempelajari transformasi demand ke dalam sumber
daya.
d. Change Agent, menjadi agen perubahan, yakni mempertajam proses dan
budaya yang dapat meningkatkan kapasitas organisasi untuk berubah.
Terdapat tiga tipe perubahan yaitu :
1) Perubahan inisiatif, yakni memfokuskan pada penerapan program, proyek,
atau prosedur baru.
2) Perubahan
proses
dalam
organisasi
dengan
memfokuskan
kepada cara bagaimana melakukan kerjasama optimal.
3) Perubahan budaya akan terjadi jika strategi dasar organisasi bisnis
dikonseptualkan kembali sesuai dengan strategi yang diharapkan.
Keempat hal tersebut merupakan peran baru dari Departemen Manajemen
SDM yang akan dapat meraih keunggulan kompetitif dengan kerjasama terhadap
manajer lini dan manajer puncak. Keunggulan kompetitif akan dicapai dengan
tiga strategi, yaitu
inovasi (innovation), peningkatan kualitas (quality
enhancement), serta penurunan biaya (cost reduction).
1.1.2 Kualitas SDM Indonesia
Menurut
Nizam
(2010),
beberapa
faktor
yang
diyakini
dapat
meningkatkan kualitas SDM Indonesia, diantaranya mempunyai tingkat
pendidikan (ilmu pengetahuan) yang cukup, menguasai teknologi, mempunyai
moral dan mental yang baik, adanya jaminan dan penghargaan, mempunyai
budaya kerja, dan yang terpenting adalah sistem yang baik. Persoalan utama ada
dalam bidang pendidikan di Indonesia, baik di tingkat pendidikan tinggi negeri
maupun swasta. Pada tahun 2010, sekitar 54 persen dari 160.000 dosen yang ada
di Indonesia masih belum menempuh jenjang pendidikan S2 dan S3.
Menurut Suyatno (2011), daya saing Indonesia masih tertinggal
dibandingkan dengan negara lain di dunia bahkan di Asia Tenggara. Berdasarkan
data dari Global Competitiveness Report di tahun 2009-2010, secara umum
Indonesia berada di peringkat 54 dan pada tahun 2010-2011 posisi Indonesia
meningkat menjadi 44 yang masih jauh di bawah Singapura (3), Malaysia (26),
Cina (27), Brunei (28), dan Thailand (38). Hal tersebut menjadi pekerjaan rumah
yang dihadapi pendidikan di Indonesia karena pada dasarnya pembangunan
pendidikan juga diarahkan untuk menghasilkan insan Indonesia yang cerdas dan
kompetitif melalui peningkatan ketersediaan, keterjangkauan, kualitas dan
relevansi, kesetaraan, dan kepastian memperoleh layanan pendidikan.
Menurut Nizam (2010), pembenahan kualitas SDM memang bukan
pekerjaan mudah. Banyak yang harus dibenahi tetapi langkah optimis sangat
diperlukan karena SDM adalah kunci utama dalam meningkatkan pendidikan
Indonesia. Jika sistemnya bagus tetapi SDM kurang kompeten maka sistem tidak
akan berjalan dengan optimal tetapi jika SDM kompeten walaupun sistemnya
kurang bagus bisa berakibat lebih baik.
Dengan semakin berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi,
sebagian besar kalangan menilai Indonesia belum siap menghadapi segala
kekompleksan yang terjadi di zaman yang modern ini sehingga pembentukan
moral dan mental serta penguatan akan budaya yang sudah dibentuk oleh nenek
moyang seakan hilang. Dalam hal ini, perlu diciptakan usaha-usaha untuk
meningkatkan kualitas SDM Indonesia. Dalam dunia pendidikan, kualitas seorang
pengajar dapat dilihat dari seberapa besar orang tersebut menguasai hard skill dan
soft skill, namun belum banyak yang mengetahui bahwa soft skill lebih
diutamakan dan diperlukan. Oleh karena itu, perlu adanya kesadaran akan hal
tersebut. Selain itu, juga dibutuhkan usaha agar mampu mengembangkan potensi
diri sehingga terdapat peningkatan kualitas dan kecakapan SDM Indonesia dalam
dunia pendidikan, khususnya kualitas dosen yang nantinya juga akan membuat
anak didiknya semakin berkualitas
Dengan demikian, penulis membahas masalah tersebut dalam bentuk
“Skripsi” dengan judul: “PENGARUH PERENCANAAN STRATEGIS SDM
UNIVERSITAS MERCU BUANA TERHADAP KUALITAS DOSEN.”
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas maka permasalahan yang dibahas dalam
penelitian ini adalah
1.2.1 Bagaimana hubungan perencanaan strategis SDM Universitas Mercu Buana
terhadap kualitas dosen ?
1.2.2
Bagaimana pengaruh perencanaan strategis SDM Universitas Mercu
Buana terhadap kualitas dosen ?
1.3 Batasan Masalah
Dalam penyusunan skripsi ini, penulis membatasi ruang lingkup penelitian
agar lebih terarah dengan tujuan pembahasan. Pembatasan masalah dalam skripsi
ini terdapat pada persepsi Dosen Tetap tentang perencanaan strategis SDM
Universitas Mercu Buana terhadap kualitas dosen.
1.4 Tujuan dan Kegunaan Penelitian
Tujuan dari penelitian yang ingin dicapai adalah untuk mengetahui
bagaimana perencanaan strategis SDM Universitas Mercu Buana berhubungan
dan berpengaruh terhadap kualitas dosen.
Kegunaan dari penelitian ini adalah :
1.4.1 Bagi Penulis
Memberikan pengetahuan dan wawasan, khususnya dalam mengetahui
bagaimana
perencanaan
strategis
berpengaruh terhadap kualitas dosen.
SDM
Universitas
Mercu
Buana
1.4.2 Bagi Universitas Mercu Buana
Hasil dari pembahasan ini dapat digunakan sebagai masukan dan
pertimbangan dalam membuat strategi dan kebijakan universitas di masa
yang akan datang.
1.4.3 Bagi Pembaca
Semoga hasil pembahasan ini dapat memberikan informasi dan pengetahuan
tambahan yang bermanfaat bagi pihak yang berkepentingan.
Download