1 PENDAHULUAN Latar Belakang Pengaruh antar ruang diperlukan dalam pemodelan dengan basis ruang (spasial). Pemodelan klasik yang mengasumsikan bahwa antar ruang saling bebas menjadi kurang relevan. Pemodelan regresi logistik spasial memasukkan pengaruh spasial kedalam model regresi logistik dengan harapan bahwa sisaan yang dihasilkan dari model tersebut sudah saling bebas. Pendugaan status kemiskinan menggunakan model regresi logistik spasial dengan pendekatan matriks contiguity telah dilakukan Thaib (2008) tanpa diagnostik sisaan. Studi kasus yang diambil adalah pendugaan tingkat kemiskinan desa di Kabupaten dan Kota Bogor. Demikian juga Syafitri, et al. (2008) dan Suprapti (2009) telah melakukan penelitian dengan berbagai variasi radius jarak untuk perbaikan model regresi logistik spasial. Pembobot spasial yang digunakan adalah matriks pembobot yang berasal dari model variogram power, dan spherical. Dalam kedua penelitian tersebut belum dilakukan diagnostik sisaan. Oleh karena itu, penelitian ini melakukan pengujian autokorelasi spasial terhadap sisaan dari model regresi logistik spasial yang telah dilakukan oleh Thaib (2008), dan melakukan eksplorasi autokorelasi spasial terhadap sisaan dari model regresi logistik spasial yang telah dilakukan oleh Syafitri, et al. (2008) serta Suprapti (2009) dengan radius jarak tertentu, dengan harapan asumsi sisaan sudah terpenuhi. Tujuan Tujuan dari penelitian ini, yaitu : 1. Melakukan uji autokorelasi spasial dengan indeks Moran serta koefisien Geary menggunakan matriks contiguity. 2. Eksplorasi autokorelasi spasial terhadap sisaan model regresi logistik spasial dengan menggunakan autocorrelogram. TINJAUAN PUSTAKA Autocorrelogram Autocorrelogram atau dalam deret waktu biasa disebut dengan Correlogram, merupakan suatu plot koefisien autokorelasi dengan jarak (interval) (Rossi, J.P, 1997). Dapat digunakan sebagai visualisasi trend spasial dalam hubungan kebertetanggaan. Jika titik-titik plot menyebar acak, plot tersebut berada dekat dengan nilai nol untuk semua radius jarak, dan menjadi tidak acak apabila satu atau lebih titik-titik pada plot tersebut berada pada bukan selain nilai nol. Webster and Oliver (1990) dalam Lauzon (2005) menyatakan bahwa koefisien autokorelasi pada jarak h, diberikan oleh fungsi : ρ(h) = C(h) / C(0) [1] dimana ρ(h) merupakan koefisien autokorelasi sisaan pada jarak ke-h, C(h) adalah fungsi autocovariance dari sisaan yang dipisahkan pada jarak ke-h, dan C(0) adalah fungsi ragam sisaan. C(h) = E[(x) · (x - h)] -E(x)E(x - h) C(0) = E[(x2)]-[E(x)]2 = σ2 [2] Cressie (1993) menyebutkan bahwa correlogram yang disebut juga sebagai fungsi autokorelasi, biasa digunakan pada analisis deret waktu untuk mendiagnosis ketidakstasioneran, untuk fitted model, dan lain-lain. Variogram Analisis variogram melakukan penghitungan pada sejumlah lokasi dan melihat hubungan antar observasi pada berbagai lokasi. Variogram menghitung hubungan antara perbedaan pengukuran berpasangan dan jarak dari poin-poin yang bersesuaian satu sama lain. Variogram merupakan keragaman spasial antar lokasi dengan saling ketergantungan satu sama lain dalam ruang berdimensi m. Variogram merupakan fungsi spasial terbaik yang diketahui (Ashraf et al, 1997). Cressie (1993) menyebutkan bahwa variogram mempunyai beberapa model, diantaranya: 1. Model Power γ(h) = C0 + pha h≠0 [3] 0 h=0 2. Model Spherical [4] dimana A adalah range, h merupakan jarak antar pengamatan, p merupakan kemiringan kurva, co merupakan intersep, dan merupakan sill. Sill merupakan titik tertinggi