BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI A. Simpulan Berdasarkan hasil analisis terhadap data yang diungkap yang diperoleh dari hasil penelitian, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut. Proses pengembangan asesmen autentik (soal esai) dimulai dari identifikasi tujuan pembelajaran yang diturunkan dari Kompetensi Dasar pada kurikulum 2013 terkait materi pada sistem ekskresi, penyusunan instrumen, judgment kepada dosen ahli, ujicoba instrumen, kemudian selanjutnya melakukan tahap penerapan instrumen. Pada penerapan asesmen autentik ini, seluruh perangkat penilaian efektif dapat mendukung dalam menilai KPS terintegrasi siswa. Asesmen autentik yang diterapkan mampu menilai KPS terintegrasi siswa dengan baik. Hasil respon siswa yang dijaring melalui angket mendapatkan respon positif dari siswa. Hal ini terlihat dari hampir seluruhnya siswa merespon baik setiap pernyataan dalam angket yang diberikan.Kemudian asesmen autentik ini juga mendapat tanggapan yang baik dari guru. Guru tertarik untuk menerapkan asesmen autentik di sekolah. Perangkat yang dikembangkan pun memiliki kelebihan dan kelemahan. Kelebihan yang dimiliki perangkat asesmen autentik yang dikembangkan ini adalah dapat mengukur dengan baik kemampuan keterampilan proses sains siswa melalui soal-soal tes yang diberikan. Selain itu, dengan menggunakan asesmen autentik ini, bagus dalam menemukan konsep sains dan membangun pengetahuan siswa.Sedangkat kelemahan perangkat asesmen autentik yang digunakan adalah pengembangan instrumen KPS terintegrasi membutuhkan waktu lama, alokasi waktu yang dibutuhkan untuk melaksanakan asesmen autentik ini relatif lebih lama, kualitas perangkat penilaian yang digunakan berubah-ubah, serta terjadi ketidakkonsistenan pembaca sehingga kurang objektif dalam memberikan nilai. Kendala yang dihadapi dalam menerapkan asesmen untuk menilai KPS terintegrasi siswa diantaranya sulitnya memaknai jawaban siswa terutama pada saat uji coba I dan II dimana soal yang dikembangkan berbentuk soal esai, pelaksanaan tes kurang efektif, pengondisian siswa dalam pelaksanaan tes cukup sulit, kurangnya respon siswa dalam tahap ujicoba (menjawab soal esai dan Pepi Handayani, 2015 PENGEMBANGAN ASESMEN AUTENTIK UNTUK MENILAI KETERAMPILAN TERINTEGRASI PADA PEMBELAJARAN SISTEM EKSKRESI Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 80 PROSES SAINS 81 angket) menjadikan proses pengembangan perangkat instrumen sulit dilakukan, siswa merasa direpotkan dan merasakan kejenuhan pada saat penerapan asesmen autentik karena pelaksanaan tes dan pembelajaran cukup lama, serta keterbatasan waktu penelitian. B. Implikasi dan Rekomendasi Adapun implikasi dan rekomendasi dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut. 1. Pengembangan asesmen autentik berbentuk esai pada materi sistem ekskresi sebaiknya didahului dengan pembiasaan kepada siswa untuk melakukan kegiatan yang menuntut keterampilan proses sains teutama keterampilan proses sains terintegrasinya. Pembiasaan dapat dilakukan dengan memberikan pembelajaran sistem ekskresi yang menyertakan proses keterampilan proses sains terintegrasi siswa. Jadi, guru tidak hanya memberikan konsep sistem ekskresi, namun juga mengajarkan siswa untuk melakukan proses yang menuntut keterampilan proses sains terintegrasi siswa pada materi sistem ekskresi. Selain itu, pembiasaan juga dapat berupa pemberian latihan soal dengan esai yang melatih KPS terintegrasi. Sehingga saat mengerjakan soal tes mengenai KPS terintegrasi, siswa tidak kaget karena sebelumnya telah mengenal bentuk soal yang diteskan. Hal ini penting untuk mengungkap lebih dalam bagaimana kemampuan keterampilan proses sains terintegrasi siswa saat menyelesaikan soal sistem ekskresi. Selain itu pembiasan siswa melakukan penalaran saat pembelajaran sistem eksresi dapat meningkatkan penguasaan konsep. 2. Tes esai sebaiknya diberikan dalam bentuk redaksi yang tidak terlalu panjang. Hal ini penting agar siswa tidak jenuh saat mengerjakan soal. Sebelum pelaksanaan tes juga perlu diberitahukan jauh hari agar siswa memiliki persiapan dalam menghadapi tes. Ini dapat meminimalisir jawaban siswa yang asal dan kosong sehingga gambaran awal mengenai respon siswa akan terekam dengan baik untuk pengembangan soal yang selanjutnya. Pelaksanaan tes juga perlu diawasi dengan ketat. Hal ini untuk meminimalisir siswa yang mencontek jawaban, berdiskusi atau bertanya kepada pengawas. Jika hal tersebut terjadi, Pepi Handayani, 2015 PENGEMBANGAN ASESMEN AUTENTIK UNTUK MENILAI KETERAMPILAN TERINTEGRASI PADA PEMBELAJARAN SISTEM EKSKRESI Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu PROSES SAINS 82 kemampuan keterampilan proses sains terintegrasi siswa tidak dapat terdiagnosa dengan benar. Pengawas tes sebaiknya lebih dari satu orang agar seluruh siswa dapat teramati dengan baik. 3. Butir soal KPS dapat disusun dan dikembangkan secara terencana untuk meningkatkan pembelajaran IPA. Dalam pembuatan soal Keterampilan Proses Sains diperlukan kriteria tertentu. Soal sebaiknya mengacu pada karakteristik butir soal Keterampilan Proses Sains yang telah ditentukan, yaitu soal tanpa dibebani dengan konsep, soal tidak perlu panjang yang penting mengandung banyak informasi yang harus diolah oleh siswa, dapat berupa tabel, grafik, diagram maupun gambar. Kemudian butir soal harus mengandung satu aspek saja. 4. Selain itu, perangkat yang digunakan dalam penelitian ini dapat digunakan dan dimodifikasi kembali untk digunakan pada saat mengevaluasi Keterampilan Proses Sains (KPS) terintegrasi siswa pada materi sistem ekskresi dengan mempertimbangkan kondisi siswa dan guru. Selain itu, guru pun dapat membuat kembali perangkat penilaian asesmen autentik untuk menilai Keterampilan Proses Sains (KPS) terintegrasi siswa. 5. Siswa pun diharapkan turut aktif dalam proses penilaian yang dilakukan oleh guru, agar kesulitan siswa dapat segera ditangani. Kesadaran siswa dalam mengean kelemhannya dalam belajar dan dalam hal keterampilan tertentu akan membantu guru mempersiapkan treatment yang tepat untuk mengatasi kelemahan tersebut. 6. Dalam pelaksanaan penilaian hendaknya memperhatikan waktu dan kesanggupan guru dalam penggunaan instrumen penilaian tersebut. Hindari penggunaan instrumen yang merepotkan karena dapat mengganggu konsentrasi guru dalam tugasnya untuk membimbing siswa dalam pembelajaran. Bagi peneliti lain, hasil penelitian ini dapat menjadi referensi untuk melakukan penelitian lanjutan mengenai instrumen asesmen autentik dalam pembelajaran kurikulum 2013. 7. Bagi semua para pendidik agar menekankan penggunaan pendekatan keterampilan proses dalam pengajaran IPA. Sudah sewajarnya keterampilan proses menjadi bagian yang tak terpisahkan (milik) guru IPA pada jenjang Pepi Handayani, 2015 PENGEMBANGAN ASESMEN AUTENTIK UNTUK MENILAI KETERAMPILAN TERINTEGRASI PADA PEMBELAJARAN SISTEM EKSKRESI Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu PROSES SAINS 83 pendidikan manapun.Menilai keterampilan proses, selain dengan menggunakan tes tulis dan lembar pengamatan, sebaiknya juga dilakukan tes perbuatan agar diketahui hands on siswa dan indikator keterampilan proses sains dapat terukur semuanya. Pepi Handayani, 2015 PENGEMBANGAN ASESMEN AUTENTIK UNTUK MENILAI KETERAMPILAN TERINTEGRASI PADA PEMBELAJARAN SISTEM EKSKRESI Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu PROSES SAINS