9 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Pemasaran Pemasaran telah banyak didefinisikan dengan berbagai cara oleh berbagai penulis. Dalam dunia bisnis, pemasaran mempunyai arti yang sangat penting. Beberapa ahli pemasaran memberikan definisi pemasaran. Menurut Philip Kotler (2008:6), pemasaran berhubungan dengan mengidentifikasi dan memenuhi kebutuhan manusia dan masyarakat. Salah satu dari definisi terpendek adalah “memenuhi kebutuhan secara menguntungkan.” Menurut Asosiasi Pemasaran Amerika dalm Kotler (2008:6), pemasaran adalah satu fungsi organisasi dan seperangkat proses untuk menciptakan, mengkomunikasikan, dan meyerahkan nilai kepada pelanggan dan mengelola hubungan pelanggan dengan cara yang menguntungkan organisasi dan para pemilik saham. 2.2 Pengertian Manajemen Pemasaran Menurut Philip Kotler (2008:6), manajemen pemasaran sebagai seni dan ilmu memilih pasar sasaran dan mendapatkan, menjaga, dan menumbuhkan pelanggan dengan menciptakan, mengkomunikasikan nilai pelanggan yang unggul. 9 menyerahkan dan 10 Menurut Asosiasi Pemasaran Amerika, American Marketing Association atau (AMA), (Lamb, dkk 2006:6), manajemen pemasaran adalah proses perencanaan dan pelaksanaan pemikiran, penetapan, harga, promosi, serta penyaluran gagasan, barang dan jasa untuk menciptakan pertukaran yang memenuhi sasaran individu dan organisasi”. Definisi diatas menjelaskan bahwa kegiatan pemasaran bukanlah semata menjual suatu produk saja, karena kegiatan yang dilakukan sebelum dan sesudah melakukan tahap penjualan adalah merupakan salah satu kegiatan pemasaran juga. Untuk itu kegiatan pemasaran saat ini harus dilaksanakan berdasarkan suatu konsep yang dapat memberikan arah yang tepat bagi usaha pemasaran. Menurut Rendra Widyatama (2005:25), pemasaran tanpa beriklan bagaikan seseorang mempunyai produk bagus tapi tak pernah ditawarkan pada pembeli. Akibatnya, pembeli tidak pernah mengetahui ada barang semacam itu. Jadi, bagaimana konsumen akan tertarik, melihat, memakai atau mengkonsumsi produk itu bila konsumen tak pernah mengetahui apa, bagaiman dan dimana produk dapat ditemukan. 2.3 Periklanan 2.3.1 Pengertian Periklanan Menurut Komisi Periklanan Indonesia, Kitab Tata Krama dan Tata Cara Periklanan Indonesia, Periklanan adalah keseluruhan proses yang meliputi penyiapan, penyampaian iklan”. perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan 11 Definisi diatas menjelaskan periklanan sebagai suatu proses adanya suatu kombinasi, riset pemasaran dan pembelian media berdasarkan perhitungan ekonomis untuk dapat beriklan secara efektif dan efisien. Menurut Sumartono (2002:64), iklan (advertising) dapat efektif dan berhasil, dalam pelaksanaannya atau penghidangannya sebaiknya melalui tahap-tahap berikut: 1. Pionnering Stage (tahap perintisan) Memberikan penjelasan, informasi, gagasan, perincian barang atau produksi, jasa yang baru kepada khalayak yang diharapkan dapat membangkitkan minat untuk menggunakan produk tersebut, yang kemudian merasakan adanya kebutuhan terhadap produk tersebut. 2. Competitive Stage (tahap saingan) Menunjukan, menonjolkan, dan membandingkan berbagai keistimewaan dan kelebihan yang ada pada barang, produksi, gagasan, jasa, dan lain-lain. 3. Retentive Stage (tahap mengingatkan) Menjadi kewajiban iklan (advertising), untuk dapat mengikat, dan menjaga agar publik dan konsumen tidak sampai pindah ke merek lain. Dalam tahap ini diadakanlah ulangan-ulangan agar jangan dilupakan dan selalu diingat. Menurut Uyung Sulaksana (2003:3), iklan dirancang untuk mengkomunikasikan simbol-simbol dan citra yang menunjukkan bagaimana merek menyodorkan benefit sehingga tercipta sikap positif 12 terhadap merek tersebut, dan mendorong konsumen untuk mencoba produk (trial). Iklan juga berfungsi agar setelah konsumen melakukan pembelian, pilihan terhadap merek dapat terus diperkuat lagi untuk mempengaruhi merek dapat terus diperkuat lagi untuk mempengaruhi mereka membeli ulang merek tersebut. Menurut Uyung Sulaksana (2003:26), sebagai sebuah bentuk aktifitas komunikasi, pemasaran merupakan upaya menyampaikan pesan kepada orang lain. Menyampaikan pesan dalam hal ini menitik berakan pada dua makna utama, yaitu: 1. Berfungsi untuk memberitahu atau menginformasikan (to inform) kepada orang lain atas suatu produk yang dibuat. 2. Merupakan upaya mempengaruhi atau membujuk (to persuade) orang lain (calon konsumen) supaya membeli, menggunakan produk kita atau agar mereka tetap setia dengan produk yang kita hasilkan. Menurut Rendra Widyatama (2005:25), iklan pada dasarnya merupakan bagian dari bauran pemasaran (marketing mix), dalam perspektif ini periklanan sebenarnya adalah bagian kecil dari kegiatan pemasaran yang lebih luas. Dalam ilmu pemasaran, bauran pemasaran terdiri dari komponen 4P, yaitu : Product ( Produk ), Price ( Harga ), Place ( Tempat ), Promotion ( Promosi ). Kegiatan promosi juga merupakan bagian dari kegiatan pemasaran secara luas, yang meliputi: Periklanan (Advertising), Promosi penjualan 13 (Sales promotion), Penjualan personal (Personal selling), dan Hubungan masyarakat (Public relation). Dengan pemahaman yang menyeluruh atas marketing mix dan promotion mix tersebut, maka seorang pengiklan akan lebih mudah dalam merancang pesan iklan. Pesan iklan yang dibangun akan lebih sesuai dengan khalayak sasarannya. 2.3.2 Fungsi Periklanan Widjayatama Rendra (2005:151) mengemukakan bahwa periklanan mempunyai fungsi-fungsi sebagai berikut: 1. Informasi Yaitu bahwa iklan memberikan informasi-informasi yang berharga bagi khalayaknya. Informasi tersebut dapat berupa pengenalan adanya produk, bagaimana cara menggunakan produk, manfaat tambahan atas produk, perkembangan produk, dimana dan kapan produk dapat dibeli dan sebagainya. 2. Membujuk Yaitu membujuk konsumen agar mengikuti apa yang disarankan dalam isi iklan. Wujud persuasi yang diperlihatkan dalam iklan dapat berupa membujuk agar mencoba, membeli, memakai/mengkonsumsi, mempertahankan minat terhadap produk, beralih pada produk tertentu, menumbuhkan keyakinan terhadap, memeliharan keyakinan terhadap 14 produk, menciptakan,meninngkatkan, dan mengembangkan permintaan terhadapa produk, dan sebagainya. 3. Mendidik Yaitu mengajarkan khalayak atas suatu konstruksi tertentu. Sesuatu yang diajarkan tersebut dapat berupa cara pemakaian, perakitan, pemasangan, penggunaan produk dan semacamnya. 4. Hiburan Dewasa ini, persaingan sudah sedimikian ketat. Setiap hari masyarakat dibanjiri oleh jutaan informasi, termasuk iklan. Keadaan tersebut tidak mustahil menyebabkan kebosanan ditengah masyarakat. Mereka akan menghindarkan diri dari terpaan informasi termasuk iklan yang dinilai tidak perlu bagi dirinya sendiri. 2.3.3 Televisi Sebagai Media Periklanan Tom Brannan (2005:54) mengemukakan bahwa televisi dapat digunakan baik sebagai media nasional maupun regional. Televisi sangat fleksibel dalam menyampaikan pesan sponsor : mulai dari pemilihan waktu sampai adanya jaminan penyampaian ulasan berita secara khusus untuk audiens tertentu. Televisi merupakan media iklan paling potensial di antara berbagai media lainnya karena jangkauannya yang luas. Pesan iklan dapat dikemas secara nasional meskipun untuk tujuan audiens lokal. Rendra Widyatama (2005:91) mengemukakan bahwa televisi merupakan salah satu media yang termasuk dalam kategori above the line. 15 Sesuai karakternya, iklan televisi mengandung unsur suara, gambar dan gerak. Oleh karena itu, pesan yang disampaikan melalui media ini sangat menarik perhatian dan impresif. Walaupun iklan televisi diasumsikan memiliki dampak yang diharapkan, namun menurut Morisse (2007:187) iklan televisi memiliki kekuatan dan kelemahan. 1. Kekuatan Iklan Televisi a. Daya Jangkau Luas Daya jangkau siaran yang luas ini memungkinkan pemasar memperkenalkan dan mempromosikan produk barunya secara serentak dalam wilayah yang luas bahkan ke seluruh wilayah suatu negara. b. Selektifitas dan Fleksibilitas Televisi sering dikritik sebagai media yang tidak selektif (nonselective medium) dalam menjangkau audiennya sehingga sering dianggap sebagai media lebih cocock untuk konsumsi massal. Namun sebenarnya televisi dapat menjangkau audien tertentu tersebut karena adanya variasi komposisi audien sebagai hasil dari isi program, waktu siaran dan cukupan geografis siaran televisi. Selain audien yang besar, televisi juga menawarkan fleksibilitasnya dalam hal audien yang dituju. Jika suatu perusahaan manufaktur ingin mempromosikan barangnya pada suatu wilayah tertentu maka 16 perusahaan itu dapat memasang iklan pada stasin televisi yang terdapat di wilayah bersangkutan. c. Fokus Perhatian Siaran iklan televisi akan selalu menjadi pusat perhatian audien pada saat iklan itu ditayangkan. d. Kreatifitas dan Efek Televisi merupakan media iklan yang paling efektif karena dapat menunjukkan cara bekerja suatu produk pada saat digunakan. e. Prestise Perusahaan yang mengiklankan produknya di televisi biasanya akan menjadi sangat dikenal orang. Baik perusahaan yang memproduksi barang tersebut maupun barangnya itu sendiri akan menerima status khusus dari masyarakat. f. Waktu Tertentu Suatu produk dapat diiklankan di televisi pada waktu-waktu tertentu ketika pembeli potensialnya berada di depan televisi. Dengan demikian, pemasang iklan akan menghindari waktu-waktu tertentu pada saat target konsumen mereka tidak menonton televisi. 2. Kelemahan Iklan Televisi a. Biaya Mahal Walaupun televisi diakui sebagai media yang efisien dalam menjangkau audien dalam jumlah besar namun televisi merupakan media paling mahal untuk beriklan. 17 b. Informasi terbatas Dengan durasi iklan yang rata-rata hanya 30 detik dalam sekali tayang maka pemasang iklan tidak memiliki cukup waktu untuk secara leluasa memberikan informasi yang lengkap. c. Selektivitas Terbatas Walaupun televisi menyediakan selektivitas audien melalui programprogram yang ditayangkannya dan juga melalui waktu siarannya, namun iklan televisi bukanlah pilihan yang paling tepat bagi pemasang iklan yang ingin membidik konsumen yang sangat khusus atau spesifik yang jumlahnya relatif sedikit. d. Penghindaran Kelemahan lain siaran iklan televisi adalah kecenderungan audien untuk menghindari pada saat iklan ditayangkan. e. Tempat Terbatas Tidak seperti media cetak, stasiun televisi tidak dapat seenaknya memperpanjang waktu siaran iklan dalam suatu program. 2.3.4 Mengukur Efektifitas Iklan Pengukur efektif sangat penting dilakukan. Tanpa dilakukannya pengukuran efektivitas tersebut akan sulit diketahui apakah tujuan perusahaan dapat dicapai atau tidak. Menurut Cannon, et al (2009) efektivitas bergantung pada sebaik apa medium tersebut sesuai dengan sebuah strategi pemasaran yaitu, pada tujuan promosi, pasar target yang ingin dijangkau, dana yang tersedia untuk pengiklanan, serta sifat dari 18 media, termasuk siapa yang akan dijangkau, dengan frekuensi seberapa sering, dengan dampak apa, dan pada biaya berapa besar. Kemudahan pemahaman merupakan indikator yang penting dalam efektivitas pesan. Efektivitas iklan juga dapat diukur dengan menggunakan Epic model (Brannan, 2005). Epic Model mencakup empat dimensi kritis yaitu empati (empathy), persuasi (persuasion), dampak (impact) dan komunikasi (communications). Shimp (2003) menyatakan iklan disebut efektif bila mencapai tujuan-tujuan yang ingin dicapai oleh pengiklan. Pada taraf minimum, iklan yang efektif memiliki beberapa pertimbangan berikut : 1. Iklan harus memperpanjang suara strategi pemasaran. Iklan bisa jadi efektif hanya bila cocok dengan elemen lain dari strategi komunikasi pemasaran yang diarahkan dengan baik dan terintegrasi. 2. Periklanan yang efektif harus menyertakan sudut pandang konsumen. Para konsumen membeli manfaat-manfaat produk, bukan atribut. Oleh karena itu iklan harus dinyatakan dengan cara yang berhubungan dengan kebutuhan, keinginan, serta apa yang dinilai oleh konsumen. 3. Periklanan yang efektif harus persuasif. Persuasi biasanya terjadi ketika produk yang diiklankan dapat memberikan keuntungan tambahan bagi konsumen. 4. Iklan harus menemukan cara yang unik untuk menerobos kerumunan iklan. Para pengiklan secara kontinyu berkompetisi dengan para pesaingnya dalam menarik perhatian konsumen. 19 5. Iklan yang baik tidak pernah menjanjikan lebih dari apa yang bisa diberikan. Intinya adalah menerangkan dengan apa adanya, baik dalam pengertian etika serta dalam pengertian bisnis yang cerdas. 6. Iklan yang baik mencegah ide kreatif dari strategi yang berlebihan. Tujuan iklan adalah mempersuasi dan mempengaruhi. Penggunaan humor yang tak efektif mengakibatkan orang hanya ingat humornya saja, tetapi melupakan pesannya. Iklan yang efektif biasanya kreatif, yakni bisa membedakan dirinya dari iklan-iklan massa yang sedang-sedang saja. Iklan yang sama dengan sebagian besar iklan lainnya tidak akan mampu menerobos kerumunan iklan kompetitif dan tidak akan menarik perhatian konsumen. Jack Smith (dalam Shimp, 2003), menggambarkan kreativitas sebagai suatu sensitivitas terhadap sifat alami manusia serta kemampuan untuk mengkomunikasikannya. Iklan kreatif yang terbaik hadir dari suatu pemahaman tentang apa yang sedang dipikirkan dan dirasakan orangorang. Secara keseluruhan, iklan yang efektif, kreatif, harus menghasilkan dampak abadi secara relatif terhadap konsumen. Dengan kata lain, iklan harus membuat suatu kesan. 20 2.4 Merek 2.4.1 Pengertian Merek Menurut Kotler & Keller (2008:332), merek adalah nama, tanda symbol, rancangan, atau kombinasi hal-hal tersebut, yang dimaksudkan untuk mengidentifikasi barang atau jasa dari seseorang atau kelompok penjual untuk membedakan dari produk pesaing. Sedangkan menurut Darmadi Durianto,dkk (2004:1), merek merupakan, nama, istilah, tanda, symbol, atau pun kombnasinya yang mengindentifikasikan suatu produk atau jasa yang dihasilkan oleh suatu perusahaan. Identifikasi tersebut juga berfungsi untuk membedakannya dengan produk yang ditawarkan oleh perusahaan pesaing. Memang berdasarkan definisi diatas, fungsi merek hanya untuk mengidentifikasikan serta membedakan suatu produk dari produk lain. Merek bukan hanya bentuk fisik dari produk saja melainkan merek dibentuk oleh sifat dari merek itu sendiri, hubungan merek dengan konsumen merupakan symbol pernyataan aktualisasi diri dan tentunya sangat berhubungan dengan identitas perusahaan. Jadi merek merupakan janji penjualan untuk secara konsisten memberikan feature, manfaat dan jasa tertentu kepada pembeli. Jadi merek merupakan janji penjual untuk secara konsisten memberikan feature, manfaat, dan jasa tertentu kepada pembelian. Merek terbaik akan memberikan jaminan kualitas. Menurut Fandy Tjiptono (2005:2), pemberian nama atau merek pada suatu produk hendaknya tidak 21 hanya merupakan suatu simbol, karena merek memiliki enam tingkat pengertian, yaitu: 1. Atribut Setiap merek memiliki atribut. Atribut ini perlu dikelola dan diciptakan agar pelanggan dapat mengetahui dengan pasti atribut-atribut apa saja yang terkandung dalam suatu merek. 2. Manfaat Selain atribut, merek juga memiliki serangkaian manfaat. Konsumen tidak membeli atribut, mereka membeli manfaat. Produsen harus dapat menerjermahkan atribut menjadi manfaat fungsional maupun manfaat emosional. 3. Nilai Merek juga menyatakan sesuatu tentang nilai bagi produsen. Merek yang memiliki nilai tinggi akan dihargai oleh konsumen sebagai merek yang berkelas, sehingga dapat mencerminkan siapa pengguna merek tersebut. 4. Budaya Merek juga mewakili buday tertentu. Misalnya, mercedes mewakili budaya Jerman yang terorganisasi dengan baik, memiliki cara kerja yang efisien, dan selalu menghasilkan produk yang berkualitas tinggi. 22 5. Kepribadian Merek juga mewakili kepribadian, yaitu kepribadian bagi para penggunanya. Jadi diharapkan dengan menggunakan merek, kepribadian sipengguna akan tercermin dengan merek yang ia gunakan. 6. Pemakai Merek yang menunjukkan jenis konsumen pemakai merek tersebut. Itulah sebabnya para pemasar selalu menggunakan analogi orang-orang terkenal. 2.4.2 Manfaat Merek Merek mempunyai peranan yang sangat penting, baik bagi konsumen merek memberikan manfaat antara lain: 1. Memudahkan konsumen dalam mengenal suatu barang atau jasa yang dapat memuaskan kebutuhan mereka, 2. Memberikan keyakinan kepada konsumen bahwa mereka telah membeli barang (produk) yang “benar” seperti yang diinginkan, 3. Memudahkan mereka dalam membanding-bandingkan kualitas, harga, dan sebagainya antar produk yang sama, 4. Memudahkan mereka mengingat ciri-ciri barang atau jasa untuk kepentingan pembelian berikutnya, dan 5. Memudahkan mereka untuk memberikan atau merumuskan informasi tentang suatu barang atau jasa kepada orang lain. 23 Sedangkan bagi produsen, merek dapat pula memberikan berbagai manfaat, antara lain: 1. Merek merupakan suatu identitas penjualan (produk) yang dapat dijadikan tolak ukur kualitas, 2. Merek merupakan sesuatu yang dapat diiklankan untuk mendapatkan tanggapan dari calon pembeli, 3. Merek dapat melindungi dari penurunan harga yang terlalu jauh, karena konsumen tidak akan semata-mata menjadikan harga sebagai alat pembanding antara dua produk yang berbeda merek, 4. Merek dapat membantu produsen dalam menambahkan nilai prestise bagi konsumennya. 2.5 Citra Merek Menurut Supranto (2007:132), citra merek adalah apa yang konsumen pikir atau rasakan ketika mereka mendengar atau melihat suatu merek atau pada intinya apa yang konsumen pelajari tentang merek. Menurut Fandy Tjiptono (2005:49) citra merek (brand image) atau deskripsi merek (brand descriptio), yakni “descripsi tentang asosiasi dan keyakinan konsumen terhadap merek tertentu”. Sedangkan menurut Freddy Rangkuti (2004:244) citra merek (brand image) atau kepribadian (brand personality)adalah “sekumpulan assosiasi merek yang terbentuk dan melekat dibenak konsumen”. 24 Dari beberapa pengertian tersebut dapat diketahui bahwa Citra Merek (brand image) merupakan sekumpulan asosiasi yang dipersepsikan oleh konsumen terhadap merek tertentu. Citra terhadap merek berhubungan dengan sikap yang berupa keyakinan dan referensi terhadap suatu merek. Lebih memungkinkan untuk melakukan suatu pembelian, oleh karena itu kegunaan dari iklan diantaranya adalah untuk membangun citra positif terhadap merek. Manfaat lain yang positif adalah perusahaan bisa mengembangkan suatau lini produk dengan memanfaatkan citra positif yang telah terbentuk terhadap merek. Hal yang perlu diperhatikan adalah bagaimana mempertahankan dan meningkatkan citra merek yang sudah positif. Jika suatu saat perusahaan ingin mengubah merek produk yang telah lama dan mempunyai citra positif, maka perubahan itu harus terlebih dahulu menilai inverensi konsumen atas perubah yang akan dilakukan. Persoalan yang dihadapi adalah bagaimana mempengaruhi citra positif konsumen terhadap merek. Ramuan kunci untuk mempengaruhi citra merek memposisikan mereknya untuk memenuhi kebutuahan segmen pasar sasaran. Dalam memposisikan merek produk, pemasar terlebih dahulu harus mempunyai konsep produk yang dapat mengkomunikasikan manfaat yang diinginkan melalui iklan dan penggunan media yang akan menjangkau pasar sasaran. 25 2.5.1 Pengertian Citra Merek Citra merek (Brand image) atau deskripsi merek (brand description), yakni deskripsi tentang asosiasi dan keyakinan konsumen terhadap merek tertentu (Tjiptono, 2005:49). Menurut Kotler, citra merek (brand image) adalah sejumlah keyakinan tentang merek. Menurut Aaker, citra merek (brand image) dianggap sebagai “bagaimana merek dipersepsikan oleh konsumen”. Berkenaan dengan persepsi, menurut Davis, seperti halnya manusia, merek juga bisa digambarkan melalui kata sifat (adjective), kata keterangan (adverb), atau frase (phrase). Davis juga mengatakan bahwa citra merek (brand image) memiliki dua komponen, yaitu asosiasi merek dan kepribadian merek (brand personal), (Simamora, 2004:63). Menurut Kotler (2007:346) citra merek ialah persepsi dan keyakinan yang dilakukan oleh konsumen, seperti tercermin dalam asosiasi yang terjadi dalam memori konsumen. Kotler (2007:215) mendefinisikan citra merek sebagai seperangkat keyakinan, ide, dan kesan yang dimiliki oleh seseorang terhadap suatu merek. Karena itu sikap dan tindakan konsumen terhadap suatu merek sangat ditentukan oleh citra merek tersebut. Kotler (2007:225) juga menambahkan bahwa citra merek merupakan syarat dari merek yang kuat dan citra adalah persepsi yang relatif konsisten dalam jangka panjang (enduring perception). Jadi tidak mudah untuk membentuk citra, sehingga bila terbentuk akan sulit untuk 26 mengubahnya. Citra yang dibentuk harus jelas dan memiliki keunggulan bila dibandingkan dengan pesaingnya. Saat perbedaan dan keunggulan merek dihadapkan dengan merek lain, munculah posisi merek. Jadi, pada dasarnya sama dengan proses persepsi, karena citra terbentuk dari persepsi yang telah terbentuk lama. Setelah melalui tahap yang terjadi dalam proses persepsi, kemudian dilanjutkan pada tahap keterlibatan konsumen. Level keterlibatan ini selain mempengaruhi persepsi juga mempengaruhi fungsi memori. Berdasarkan pendapat di atas Hapsari (2010) mengambil beberapa kesimpulan tentangbrand image sebagai berikut: 1. Citra merek (brand image) merupakan pemahaman konsumen mengenai merek secara keseluruhan. kepercayaan konsumen terhadap merek dan bagaimana pandangan konsumen tentang merek. 2. Citra merek (brand image) tidak semata ditentukan oleh bagaimana pemberian nama yang baik kepada sebuah produk. tetapi juga dibutuhkan bagaimana cara memperkenalkan produk tersebut agar dapat menjadi sebuah memori bagi konsumen dalam membentuk suatu persepsi akan sebuah produk. 3. Citra merek (brand image) sangat berpatokan pada pemahaman, kepercayaan, dan pandangan atau persepsi konsumen terhadap suatu merek. 4. Citra merek (brand image) dapat dianggap jenis asosiasi yang muncul di benak konsumen ketika mengingat sebuah merek tertentu. Asosiasi 27 tersebut secara sederhana dapat muncul dalam bentuk pemikiran atau citra tertentu yang dikaitkan pada suatu merek. 5. Citra merek (brand image) sangat berpatokan pada pemahaman, kepercayaan, dan pandangan atau persepsi konsumen terhadap suatu merek. 6. Citra merek (brand image) dapat dianggap jenis asosiasi yang muncul di benak konsumen ketika mengingat sebuah merek tertentu. Asosiasi tersebut secara sederhana dapat muncul dalam bentuk pemikiran atau citra tertentu yang dikaitkan pada suatu merek. 7. Citra merek (brand image) yang positif akan membuat konsumen menyukai suatu produk dengan merek yang bersangkutan di kemudian hari, sedangkan bagi produsen (brand image) yang baik akan menghambat kegiatan pemasaran pesaing. 8. Citra merek (brand image) merupakan faktor yang penting yang dapat membuat konsumen mengeluarkan keputusan untuk mengkonsumsi bahkan sampai kepada tahap loyalitas di dalam menggunakan suatu merek produk tertentu, karena (brand image) mempengaruhi hubungan emosional antara konsumen dengan suatu merek, sehingga merek yang penawarannya dikonsumsi. sesuai dengan kebutuhan akan terpilih untuk 28 2.5.2 Manfaat Citra Merek Menurut Sutisna (2001:83) ada beberapa manfaat dari citra merek (brand image) yang positif, antara lain : 1. Konsumen dengan citra yang positif terhadap suatu merek, lebih memungkinkan untuk melakukan pembelian. 2. Perusahaan dapat mengembangkan lini produk dengan memanfaatkan citra positif yang telah terbentuk terhadap merek produk lama. Dikenalnya suatu merek (brand recognition) berarti pelanggan mengingat merek tersebut, hal ini merupakan keuntungan besar jika terdapat banyak merek yang “tidak berarti” dipasaran bahkan meskipun konsumen tidak dapat mengingat merek itu tanpa bantuan. Citra (image) konsumen tentang merek adalah penting untuk strategi pemasaran perusahaan, suatu citra merek dapat dibuat untuk beberapa manfaat, yaitu : 1. Citra dapat dibuat sebagai suatu tujuan (goals) didalam strategi pemasaran. 2. Citra dapat dipakai sebagai suatu dasar untuk bersaing dengan merekmerek lain dari produk sejenis. 3. Citra merek juga dapat membantu memperbaharuai penjualan suatu merek. 4. Citra merek dapat dipergunakan untuk mengevaluasi efektifitas dari strategi pemasaran. 29 5. Citra merek dapat dihasilkan dari faktor-faktor lain di luar usaha-usaha strategi pemasaran. 2.6 Perilaku Konsumen 2.6.1 Pengertian Perilaku Konsumen Kotler & Keller (2009:213) mengemukakan bahwa tujuan pemasaran adalah memenuhi dan memuaskan kebutuhan dan keinginan pelanggan sasaran secara lebih baik dari pada pesaing. Perilaku konsumen merupakan studi tentang cara individu, kelompok, dan organisasi menyeleksi, membeli, menggunakan, dan mendisposisikan barang, jasa, gagasan, atau pengalaman untuk memuaskan kebutuhan dan keinginan pelanggan atau konsumen. Studi konsumen memberikan petunjuk untuk memperbaiki dan memperkenalkan produk atau jasa, menetapkan harga, merencanakan saluran atau distribusi, menyusun pesan, dan mengembangkan kegiatan pemasaran lain. Para pemasar selalu mencari tren yang sedang naik daun mengemukakan peluang pemasaran baru. Pemasaran yang berhasil mengharuskan bahwa perusahaan sepenuhnya terhubung dengan pelanggan mereka. Mengadopsi orientasi pemasaran holistik berarti memahami tentang konsumen, baik tentang kehidupan sehari-hari mereka maupun perubahan yang terjadi selama masa hidup mereka. Dengan mendapatkan pemahaman konsumen yang menyeluruh dan mendalam, akan membantu memastikan bahwa produk 30 yang tepat dipasarkan pada konsumen yang tepat dengan cara yang tepat pula. 2.6.2 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen Menurut Kotler & Keller (2009) ada beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi konsumen dalam melakukan tindakan antara lain : 1. Faktor Budaya a. Budaya : Merupakan penentu keinginan dan perilaku individu yang mendasar. b. Sub-budaya : Terdiri dari kebangsaan, kelompok agama, kelompok ras dan daerah geografis. Banyak budaya yanhg membentuk segmen pasar penting, dan pemasar sering merancang produk dan program pemasaran yang disesuaikan dengan kebutuhan mereka. c. Kelas Sosial : Pada dasarnya semua masyarakat memiliki strata sosial, stratifikasi tersebut sering berbentuk dengan sistem kasta, diman anggota kasta yang berbeda dibesarkan dengan peran tertentu dan tidak dapat mengubah keanggotaan kasta mereka. 2. Faktor Sosial a. Kelompok Acuan : Seseorang terdiri dari semua kelompok yang memiliki pengaruh langsung atau tidak langsung terhadap sikap atau perilaku seseorang, kelompok yang memiliki pengaruh langsung terhadap seseorang dinamakan “kelompok keanggotaan”. Kelompok acuan menghadap seseorang pada perilaku dan gaya hidup baru dan juga mempengaruhi perilaku dan konsep pribadi seseorang. 31 b. Keluarga : Merupakan organisasi pembelian konsumen yang paling penting dalam masyarakat, dan mereka telah menjadi objek penelitian yang luas. c. Peran dan Status : Peran meliputi kegiatan yang diharapkan akan dilakukan oleh seseorang, masing-masing peran akan memperoleh status. 3. Faktor Pribadi a. Usia dan Tahap Siklus Hidup : Orang membeli barang dan jasa berbeda untuk hidupnya. Hal ini dipengaruhi karena manusia memiliki siklus hidup untuk berubah dengan contoh orang akan berkembang dari bayi hingga dewasa. Pemasar sering menggunakan strategi siklus hidup manusia sebagai sasaran untuk melakukan penjualan produk mereka. b. Pekerja dan Lingkungan Ekonomi : Faktor ini memiliki pengaruh karena suatu pembelian didasari atas keadaan ekonomi untuk melakukan suatu belanja, pengaruh lain yang memiliki pengaruh adalah faktor kemampuan untuk mendapatkan upah yang besar, hutang, menabung dan sikap terhadap berbelanja, kemudian lingkungan ekonomi yang berpengaruh yang lain adalah secara spesifik adalah jabatan. c. Gaya Hidup : Gaya hidup adalah pola hidup seseorang di dunia yang diekspresikan di dalam aktivitas, minat, dan opininya. Gaya hidup 32 menggambarkan keseluruhan diri seseorang yang berinteraksi dengan lingkungannya. d. Kepribadian dan Konsep diri : Kepribadian adalah karakteristik psikologis seseorang yang berbeda dengan orang lain yang menyebabkan tanggapan yang relatif konsisten dan bertahan lama terhadap lingkungannya. 4. Faktor Psikologis a. Motivasi : Kebutuhan yang cukup mendorong seseorang untuk bertindak. b. Persepsi : Proses yang digunakan seseorang individu untuk memilih, mengorganisasi, dan menginter pretasikan masukan-masukan informasi guna menciptakan gambaran dunia yang memiliki arti. c. Pembelajaran : Merupakan perubahan perilaku seseorang yang timbul dari pengalaman. Sebagaian besar perilaku manusia merupakan hasil belajar, ahli teori pembelajaran yakin bahwa pembelajaran dihasilkan dari perpaduan kerja dan dorongan. d. Keyakinan : Gambaran yang dianut oleh seseorang tentang suatu hal. Keyakinan mungkin didasarkan atas suatu pengetahuan pendapat, dan kepercayaan, kesemua hal tersebut mungkin mengandung faktor emosional. e. Sikap : merupakan evaluasi, perasaan emosional, dan kecenderungan tindakan yang menguntungkan dan bertahan lama dari seseorang terhadap suatu obyek atau gagasan. 33 Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkah laku konsumen yang ditulis diatas dapat dilihat sebagai berikut ini: Tabel 2.1 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkah Laku Konsumen Budaya Budaya Sosial Kelompok Acuan Sub Bubudaya Keluarga Peran dan Kelas Sosial Status Pribadi Usia dan Tahapan Siklus Hidup Pekerjaan dan Lingkungan Ekonomi Gaya hidup kepribadian dan konsep diri Psikologis Motivasi Persepsi Pembelajaran Keyakinan Pembeli Sikap Sumber : Kotler dan Keller (2009) 2.6.3 Jenis Perilaku Pembelian Perilaku membeli sangat berbeda untuk sebuah produk. Semakin kompleks keputusan biasanya akan melibatkan semakin banyak pihak yang terkait dan semakin banyak pertimbangan. Tabel 2.2 menggambarkan tipe-tipe perilaku membeli berdasarkan tingkat keterlibatan pembelian dan tingkat perbedaan diantara berbagai merek. 34 Tabel 2.2 Empat Tipe Perilaku Pembelian KETELIBATAN KETERLIBATAN TINGGI RENDAH Perbedaan nyata merek- Perilaku membeli yang Perilaku merek perdagangan kompleks membeli yang mencari keragaman Sedikit perbedaan antara Perilaku membeli yang Perilaku pembelian karena merek-merek mengurangi perdagangan ketidaknyamanan kebiasaan Sumber: Kotler (2009) 1. Perilaku pembelian yang Kompleks Para konsumen mempunyai perilaku pembelian kompleks ketika mereka sangat terlibat dalam suatu pembelian dan menyadari adanya perbedaan nyata antara berbagai merek. Para konsumen sangat terlibat bila suatu produk mahal, jarang dibeli, beresiko, dan mempunyai ekspresi diri yang tinggi. Biasanya konsumen tidak mengetahui banyak tentang produk. 2. Perilaku Pembelian Pengurangan Ketidaknyamanan Kadang-kadang konsumen sangat terlibat dalam suatu pembelian tetapi tidak melihat banyak perbedaan dalam merek. Keterlibatan yang tinggi ini sekali lagi berdasarkan kenyataan bahwa pembeli tersebut bersifat mahal, jarang dan beresiko. Dalam kasus ini, pembelian akan berkeliling untuk mempelajari apa yang tersedia tetapi akan membeli dengan cukup cepat karena perbedaan merek tidak nyata. Pembeli mungkin menanggapi hanya menurut harga yang baik atau menurut kemudahan dalam membeli. 35 3. Perilaku Pembelian Karena Kebiasaan Banyak produk yang dibeli dengan keterlibatan konsumen yang rendah dan tidak ada perbedaan merek yang signifikan. Terdapat cukup bukti bahwa para konsumen mempunyai keterlibatan yang rendah dengan harga paling murah dan produk yang seringkali dibeli. Para pemasar juga berusaha untuk mengubah produk yang memerlukan keterlibatan yang tinggi. Hal ini dapat dilaksanakan dengan cara mengaitkan produk sesuatu yang melibatkan situasi pribadi, misalnya dengan mengiklankan sebuah merek kopi pada pagi hari ketika konsumen memerlukan sesuatu untuk mengubah mereka dari kantuknya. 4. Perilaku Pembelian yang Mencari Variabel Beberapa situasi pembelian ditandai dengan keterlibatan konsumen yang rendah tetapi perbedaan merek berbeda nyata. Disini konsumen dilihat banyak peralihan merek. Konsumen memiliki beberapa kepercayaan, memilih satu merek produk tanpa banyak penilaian, dan menilainya pada waktu menggunakan produk tersebut. Namun dalam waktu berikutnya, konsumen mungkin membeli merek lain karena bosan dengan merek yang biasa dibelinya atau sekedar ada keinginan untuk mencoba-coba. Pergantian merek terjadi semata-mata untuk memperoleh variasi, bukan karena ketidak puasan. 36 2.6.4 Keputusan Pembelian Menurut Kotler dan Keller (2009), bahwa keputusan adalah sebuah proses pendekatan penyelesaian masalah yang terdiri dari pengenalan masalah, mencari informasi, beberapa penilaian alternatif, membuat keputusan pembelian, dan perilaku setelah membeli yang dilalui konsumen. Keputusan merupakan bagian atau salah satu elemen penting dari perilaku konsumen disamping kegiatan fisik yang melibatkan konsumen dalam menilai, mendapatkan dan mempergunakan barang-barang serta jasa ekonomis. Perspektif pemecahan masalah mencangkup semua jenis perilaku pemenuhan kebutuhan dan jajaran luas dari faktor-faktor yang memotivasi dan mempengaruhi keputusan konsumen. Pengambilan keputusan konsumen berbeda-beda, bergantungan pada jenis keputusan pembelian. Keputusan yang lebih kompleks mungkin melibatkan partisipasi yang lebih banyak dan kebebasan membeli yang lebih besar. Menurut Kotler dan Keller (2009) keputusan pembelian adalah suatu tindakan yang dilakukan konsumen untuk membeli suatu produk tertentu, setelah mendapat rangsangan-rangsangan pembelian. Pengambilan keputusan merupakan suatu kegiatan konsumen yang secara langsung terlibat dalam mendapatkan dan mempergunakan barang yang ditawarkan. Tahap-tahap proses keputusan pembelian dapat digambarkan dalam sebuah model di bawah ini : 37 Pengenalan masalah Pencarian informasi Evaluasi alternatif Keputusan Pembelian Perilaku pasca pembelian Sumber : Kotler dan Keller (2009) Gambar 2.1 Tahap Proses Membeli 1. Pengenalan Masalah Proses membeli dengan pengenalan masalah atau kebutuhan pembelian menyadari suatu perbedaan antara keadaan yang sebenarnya dan keadaan yang diinginkannya. Kebutuhan ini dapat digerakan oleh rangsangan dari dalam pembelian atau dari luar. 2. Pencarian Informasi Konsumen mungkin tidak berusaha secara aktif dalam mencari informasi sehubung dengan kebutuhannya. Seberapa jauh orang tersebut mencari informasi yang dimiliki, kemudahan informasi, tambahan dan kepuasan yang diperoleh dari kegiatan mencari informasi. Biasanya jumlah kegiatan mencari informasi meningkat ketika konsumen bergerak dari keputusan situasi pemecahan masalah yang terbatas ke pemecahan masalah yang maksimal. 38 3. Evaluasi Alternatif Informasi yang didapat dari calon pembeli digunakan untuk memperoleh gambaran yang lebih jelas mengenai masalah-masalah alternatif yang dihadapinya serta daya tarik masing-masing alternatif. Produsen harus berusaha memahami cara konsumen mengenal informasi yang diperolehnya dan sampai pada sikap tertentu mengenai produk promosi dan keputusan untuk pembeli. 4. Keputusan Membeli Produsen harus memahami bahwa konsumen mempunyai cara sendiri dalam menangani informasi yang diperolehnya dengan membatasi alternatif-alternatif yang harus dipilih dan dievaluasi untuk menentukan produk mana yang akan dibeli. 5. Perilaku Pasca Pembelian Apabila barang yang dibeli tidak memberikan kepuasan yang diharapkan, maka pembeli akan merubah sikapnya terhadap merek barang tersebut menjadi sikap negatif bahkan mungkin akan menolak dari daftar pilihan. Sebaliknya bila konsumen mendapat kepuasan dari barang yang dibelinya maka keinginan untuk membeli terhadap merek barang tersebut cenderung menjadi lebih kuat. Produsen harus mengurangi perasaan tidak senang atau perasaan negatif terhadap suatu produk dengan cara membantu konsumen menentukan informasi yang membenarkan pilihan konsumen melalui komunikasi yang diarahkan pada orang-orang yang baru saja membeli produknya. 39 Menurut Kotler & Keller (2009) pada tahap perilaku pasca pembelian, pemasran harus memantau kepuasan pasca pembelian dan tindakan pasca pembelian. 1. Kepuasan pasca pembelian Keputusan pembelian merupakan fungsi dari seberapa dekat harapan pembelian atas suatu produk dengan kinerja yang dirasakan pembelian atas produk tersebut. Jika kinerja produk lebih rendah dari harapan, pelanggan akan kecewa; jika ternyata sesuai harapan, pelanggan akan puas; jika melebihi harapan, pelanggan akan membeli kembali (loyal) pada produk tersebut dan membicarakan hal-hal yang menguntungkan atau tidak menguntungkan atau tidak menguntungkan tentang produsen tersebut dengan orang lain. 2. Tindakan pasca pembelian Kepuasan atau ketidak puasan konsumen terhadap suatau produk akan mempengaruhi perilaku selanjutnya. Jika konsumen puas, ia akan menunjukkan kemungkinan yang lebih tinggi untuk membeli kembali produk tersebut. 2.7 Penelitian Terdahulu 1. Anwar (2007) melakukan penelitian tentang, Pengaruh Tayangan iklan televisi terhadap citra merek dan Dampaknya Kepada keputusan pembelian Soft Drink Fanta (Studi Kasus pada Siswa SMA Negeri 1 Talun Blitar). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) Deskripsi produk soft drink merek Fanta (2) Deskripsi siswa SMA Negeri 1 Talun 40 Blitar, (3) pengaruh tayangan iklan televisi secara langsung baik secara parsial maupun simultan terhadap citra merek soft drink Fanta pada Siswa SMA Negeri 1 Talun Blitar.(4) Dampak tayangan iklan televisi tehadap keputusan pembelian soft drink Fanta pada Siswa SMA Negeri 1 Talun Blitar. (5) pengaruh secara langsung citra merek terhadap keputusan pembelian soft drink Fanta pada Siswa SMA Negeri 1 Talun Blitar.(6) pengaruh secara langsung tayangan iklan televisi terhadap keputusan pembelian soft drink Fanta pada Siswa SMA Negeri 1 Talun Blitar. Penelitian ini termasuk penelitian deskriptif eksplanatory dengan menggunakan teknik analisis jalur, dalam penelitian ini terdapat tiga jenis variabel yaitu: (1) variabel bebas yang terdiri dari: isi pesan (X1), struktur pesan (X2), format pesan (X3), sumber pesan (X4);(2) variabel antara yaitu citra merek (Y); (3) variabel terikat keputusan pembelian konsumen (Z). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa SMA Negeri 1 Talun Blitar sebanyak 965 siswa, sampel yang diambil sebanyak menggunakan propotionate 80 siswa random dengan sampling. pengambilan Penelitian ini menggunakan instrumen yang berupa angket dan wawancara. Dari hasil penelitian diketahui bahwa: (1) Fanta merupakan salah satu merek dari The Coca-Cola Company. Fanta merupakan merek untuk minuman ringan dengan rasa buah-buahan yang sangat 41 menonjol. Di Indonesia produk Fanta mulai dipasarkan pada tahun 1973. Konsumen fanta di berbagai belahan dunia, terutama remaja, mengasosiasikan fanta dengan keceriaan bersama teman dan keluarga (2) Mayoritas siswa SMA Negeri 1 Talun Blitar merespon siswa setuju terhadap isi pesan, format pesan, srtruktur pesan, sumber pesan iklan Soft drink Fanta sesuai dengan citra merek soft drink Fanta yang ceria, dan memiliki minat yang tinggi untuk memutuskan membeli soft drink merek Fanta (3)Terdapat pengaruh secara langsung yang positif dan signifikan antara tayangan iklan televisi soft drink Fanta pada siswa SMA Negeri 1 Talun Blitar dengan nilai R Square(0,607) dan signifikansi F (0,000); Terdapat pengaruh secara langsung yang positif dan signifikan antara isi pesan terhadap citra merek soft drink Fanta pada siswa SMA Negeri 1 Talun Blitar dengan thitung (2,669) dan signifikansi t (0,009)Terdapat pengaruh secara langsung yang positif dan signifikan antara struktur pesan terhadap citra merek soft drink Fanta pada siswa SMA Negeri 1 Talun Blitar dengan thitung (5,742) dan signifikansi t (0,000); Terdapat pengaruh secara langsung yang positif dan signifikan antara format pesan terhadap citra merek soft drink Fanta pada siswa SMA Negeri 1 Talun Blitar dengan thitung (2,808) dan signifikansi t (0,006); Terdapat pengaruh secara langsung yang positif dan signifikan antara sumber pesan terhadap citra merek soft drink Fanta pada siswa SMA Negeri 1 Talun Blitar dengan thitung (3,270) dan signifikansi t (0,002). (4)Terdapat dampak yang 42 positif dan signifikan antara tayangan iklan televisi terhadap keputusan pembelian konsumen soft drink Fanta pada siswa SMA Negeri 1 Talun Blitar dengan nilai pengaruh sebesar 0,214 (5) Terdapat pengaruh secara langsung yang positif dan signifikan antara citra merek terhadap keputusan pembelian konsumen soft drink Fanta pada siswa SMA Negeri 1 Talun Blitar thitung (4,128) dan signifikansi t (0,000); (6)Terdapat pengaruh secara langsung yang positif dan signifikan antara tayangan iklan televisi terhadap keputusan pembelian konsumen soft drink Fanta pada siswa SMA Negeri 1 Talun Blitar thitung (5,937) dan signifikansi t (0,000). (Saiful Anwar, Karyailmiah.um.ac.id : 2007) 2. Murti (2010) melakukan penelitian tentang, Pengaruh tayangan iklan televisi dan citra merek terhadap keputusan konsumen dalam membeli kartu seluler IM3 (studi pada mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Malang). Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat diambil kesimpulan dalam penelitian tersebut, yaitu: a. Diketahui kondisi tayangan iklan televisi, citra merek dan keputusan pembelian yaitu sebagai berikut: (a) Sebagian besar responden menyatakan sangat setuju dengan kondisi tayangan iklan televisi kartu seluler IM3. (b) Sebagian besar responden menyatakan sangat setuju dengan kondisi citra merek kartu seluler IM3. (c) Sebagian besar responden menyatakan sangat setuju dengan kondisi keputusan pembelian kartu seluler IM3. 43 b. Terdapat pengaruh positif dan signifikan antara tayangan iklan televisi terhadap keputusan pembelian konsumen pembelian kartu seluler IM3 pada mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Malang. c. Terdapat pengaruh positif dan signifikan antara citra merek terhadap keputusan pembelian konsumen pembelian kartu seluler IM3 pada mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Malang. d. Variabel tayangan iklan televisi memberi pengaruh paling kuat daripada citra merek terhadap keputusan pembelian konsumen pembelian kartu seluler IM3 pada mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Malang. (Murti, Karya-ilmiah.um.ac.id : 2012)