INTISARI Penelitian ini mendeskripsikan Tragedi Eksistensi dalam novel Notes from the Underground karya Fyodor Dostoevsky dengan menggunakan kajian Eksistensialisme yang dikemukakan oleh Jean-Paul Sartre. Kajian Eksistensialisme memungkinkan penelitian ini mempertanyakan kebebasan manusia untuk melampaui objektivitasnya yang dimanifestasi melalui hasrat untuk mencapai keberadaan ideal, serta proses terjadinya tragedi eksistensi yang berakar dari kebebasan tersebut. Permasalahan tersebut dianalisis menggunakan teori eksistensialisme JeanPaul Sartre mengenai konsep kebebasan individu yang melandasi hasrat manusia untuk mencapai keberadaan ideal (mengada dalam diri sendiri-pada diri sendiri). Kemudian faktor the look dan bad-faith yang memicu timbulnya tragedi dalam keberadaan manusia. Sartre menyatakan istilah engagement untuk menyatakan keterlibatan pengarang dalam karya sastra, yakni sebagai pembicara. Teks dilihat sebagai wacana yang bersifat signifikatif, kata-kata yang disampaikan bukanlah objek, melainkan penanda dari benda yang mengandung pesan, isu, dan gagasan, mengenai situasi sosial pada periode tertentu. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kebebasan individu menjadi posibilitas baginya untuk menjadi Tuhan atas diri sendiri yakni untuk mengada mengikuti kehendak bebasnya, dan menyadari hal-hal yang mengungkung kebebasannya tersebut serta berupaya melampauinya. Akan tetapi, benturan antar kesadaran dalam relasi interpersonal melumpuhkan segala posibilitas tersebut. Semakin manusia sadar akan kebebasannya semakin ia menyadari kebebasan orang lain. Akibatnya, manusia gagal melampaui faktisitas keberadaannya sebagai objek dari keberadaan dan ideologi orang lain. Hal ini berujung tragis yakni berupa keterasingan yang mendalam dan mengada dalam keberadaan yang tidak autentik. Kata kunci: kebebasan, kesadaran, posibilitas, faktisitas. vi ABSTRACT This Reserch describes the tragedy of human existence in the novel entitled Notes from the underground written by Fyodor Dostoevsky, applying existentialism theory proposed by Jean-Paul Sartre. Existentialism allows this research to question about the ability of human freedom to transcend objectivity manifested through a desire to achieve an ideal existence, as well as the process of tragedy which is rooted from the freedom it self. The problem is analyzed by using the concept of individual freedom based on Jean-Paul Sartre's existentialism, that underlies human desire to achieve an ideal existence (being-in-itself-for-itself). Then, the look and bad-faith triggering the tragedy of human existence. Sartre declared the term ‘engangement’ to express the authors's involment as a speaker in literary works. Text is employed in discourse; its substance is by nature significative, that is, the words are first of all not objects but designations for objects; contain messages, issues, ideas, about social situation in a certain period. The result of this research indicates that the individual freedom is one of the possibilities to be a God of himself, that is, to be a person who act based on his free will and to realize things that imprison his freedom as well as try to transcend it. However, the clashes between self-consciousness in interpersonal relationship paralyze the whole individual possibilities. The more people aware of their freedom, the more they realize other's. As a result, they fail to transcend their facticity to be an object of other's existence and ideology. This lead to tragic in the form of deep alienation and to be an inauthentic being. Key words: freedom, consciousness, possibility, facticity. vii