BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Masalah Bali

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
1. 1 Latar Belakang Masalah
Bali merupakan bagian dari Negara Indonesia yang memiliki keunikan dan
daya tarik tersendiri bagi para wisatawan baik asing maupun lokal. Keunikan dan
daya tarik di Bali dapat dirasakan dari berbagai keindahan dari alamnya, dan
kebudayaanya sendiri. Pasca peristiwa meledaknya bom Bali I di daerah Kuta
tanggal 12 Oktober 2002, bidang pariwisata paling keras terkena imbasnya. Hal
ini menjadi peringatan tersendiri bagi para wisata bahwa Bali tidak aman. Banyak
para pemilik usaha perhotelan atau usaha menengah kebawah yang gulung tikar
pada saat itu. Selain berdampak pada masyarakat Bali, korban yang ditimbulkan
oleh kejadian itu cukup banyak dan sebagian besar adalah warga negara asing.
Pasca kejadian bom Bali I dan keadaan perekonomian di Bali belum pulih
benar, Bali kembali mendapat serangan bom yang dikenal dengan bom Bali II.
Peristiwa ini juga menghatam perekonomian Bali untuk kedua kalinya. Bom Bali
II merupakan kejadian buruk terakhir di Bali, dan setelah kejadian ini banyak
pengusaha yang mencoba bangkit kembali merintis usaha yang sebelumnya sudah
digeluti. Hingga saat ini Bali tetap menjadi tujuan pariwisata yang paling
diminati. Hal ini sangat membantu memperbaiki bahkan meningkatkan
pendapatan perekonomian Bali yang semulanya sempat terpuruk. Untuk masalah
keamanan yang semulanya menjadi tanda tanya besar bagi parawisatawan, saat ini
sudah jauh lebih baik. Hal ini terbukti sampai saat ini Bali selalu dipadati
1
2
wisatawan dari mana saja dan banyak juga para investor yang melirik Bali sebagai
lahan usahanya. Para investor itu tidak hanya dari dalam negeri melainkan juga
berasal dari luar negeri.
Kegiatan investasi di Indonesia sudah dimulai dari tahun 1967, sejak
dikeluarkannya Undang–Undang Nomor 1 Tahun 1967 tentang Penanaman Modal
Asing dan juga Undang–Undang Nomor 6 Tahun 1968 tentang Penanaman Modal
Dalam Negeri. Istilah investasi dapat dilihat dalam Undang–Undang Nomor 25
Tahun 2007 tentang Penanaman Modal (lalu disingkat UUPM) Pasal 1 Angka (1),
menetukan bahwa “Segala bentuk kegiatan menanam modal, baik oleh penanam
modal dalam negeri maupun penanam modal asing untuk melakukan usaha di
wilayah negara Republik Indonesia”. Investasi sangat berperan sebagai suatu
sarana yang digunakan untuk menentukan atau mengukur pembangunan suatu
negara dan juga pendapatan nasional. Selain itu investasi sendiri juga dilakukan
banyak orang dengan tujuan untuk mendapatkan suatu kehidupan yang lebih baik
di masa selanjutnya dan juga untuk menghindari adanya kemerosotan nilai
kekayaan yang dimiliki.
Meningkatnya investasi asing di Indonesia bukan secara tiba–tiba, tapi
perlu kerja keras untuk menghasilkan suatu iklim investasi yang kondusif. Salah
satu yang perlu diperhatikan dalam menciptakan iklim hukum yang kondusif
adalah masalah penegakan hukum (law enforcement), selain masalah keterbatasan
infrastruktur, keamanan dan stabilitas politik1.
1
David Kairupan, 2014, Aspek Hukum Penanaman Modal Asing di Indonesia, Kencana
Prenadamedia Group, h. 4
3
Investasi
digolongkan
berdasarkan
sumber
pembiayaannya,
yang
dimaksud dalam hal ini adalah asal-usul diperolehnya investasi tersebut. Investasi
ini dibagi menjadi dua jenis, yaitu:
1. Investasi bersumber dari modal dalam negeri (PMDN)
Modal dalam negeri berdasarkan Pasal 1 Angka 9 UUPM adalah modal
yang dimiliki oleh negara Republik Indonesia, perseorangan warga negara
Indonesia, atau badan usaha yang berbentuk badan hukum atau tidak berbadan
hukum.
2. Investasi bersumber dari modal asing (PMA)
Dalam Pasal 1 Angka 8 UUPM, modal asing adalah modal yang dimiliki
oleh negara asing, perseorangan warga asing, badan usaha asing, badan hukum
asing, dan/atau badan hukum Indonesia yang sebagian atau seluruh modalnya
dimiliki oleh pihak asing. Dengan Investasi asing, diharapkan para investor yang
tertarik itu tidak membawa modalnya saja melainkan juga ilmu dan teknologinya,
serta keterampilan dan keahlian dalam bermacam-macam bidang termasuk juga
manajemen berorganisasi dan pemasaran2.
Investasi asing di Indonesia diatur dalam UUPM yang merupakan pengganti
dari Undang–Undang lama yaitu Undang–Undang No. 1 Tahun 1967 tentang
Penanaman Modal Asing (UUPMA) dan Undang–Undang No. 6 Tahun 1968
tentang Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN). Adanya investasi asing
diharapkan tidak untuk memajukan industri ke arah modernisasi saja melainkan
2
I Made Udiana, 2011, Rekonstruksi Pengaturan Penyelesaian Sengketa Penanaman Modal
Asing, Udayana University Press, Denpasar, h. 3
4
juga dapat meningkatkan devisa, pendapatan negara pemerintah daerah,
pertumbuhan ekonomi, peningkatan dalam bidang lapangan kerja, pengetahuan
dan juga teknologi3. Suatu kegiatan investasi asing, dilakukan oleh investor asing
dengan menggunakan modal asing sepenuhnya atau modal asing berpatungan
dengan penanam modal dalam negeri4. Pengertian dari modal asing dapat
ditemukan dalam UUPM Pasal 1 Angka (8), yang menentukan bahwa “Modal
yang dimiliki oleh negara asing, perseorangan warga negara asing, badan usaha
asing, badan hukum asing, dan/atau badan hukum Indonesia yang sebagian atau
seluruh modalnya dimiliki oleh pihak asing”.
Pelaksanan usahanya investasi di dalam wilayah negara Republik Indonesia,
PMA wajib berbentuk badan usaha perseroan terbatas (PT) berdasarkan hukum
Indonesia, kecuali ditentukan lain oleh undang-undang (Pasal 5 ayat (2) UUPM).
Selain pembentukan jenis badan usaha, PMA juga harus memperhatikan bidang
usaha atau jenis usaha yang dapat dilakukan oleh investor asing (Pasal 12
UUPM).
Investasi pada dasarnya meliputi berbagai bidang termasuk kepariwisataan.
Cukup diketahui kekuatan pariwisata Indonesia terletak pada potensi alam yang
besar dan seni budaya yang tinggi, sumber daya manusia yang profesional,
akomodasi perhotelan yang baik, penduduk yang ramah tamah5. Pariwisata tak
3
Rosyidah Rakhmawati, 2005, Hukum Penanaman Modal di Indonesia, Banyumedia
Publishing, Malang, h. 8
4
H. Salim HS. dan Budi Sutrisno, 2012, Hukum Investasi di Indonesia, PT RajaGrafindo
Persada, Jakarta, h. 148-149
5
ubahnya generator penggerak pembangunan perekonomian masyarakat Bali.
Dalam pengamatan empiris, tidak kurang 80% dari seluruh masyarakat Bali
menggantungkan hidupnya pada pariwisata, baik secara langsung maupun tidak
langsung6. Sebagai suatu kegiatan, kepariwisataan menciptakan permintaanpermintaan terhadap barang dan jasa pelayanan. Usaha-usaha tersebut meliputi
transportasi, akomodasi perhotelan, konsumsi, rekreasi, atraksi, pengorganisasian,
dan lain-lain yang termasuk bidang kepariwisataan dan kemudian dikenal dengan
nama tourist business.7
Usaha pariwisata yang disenangi oleh para investor asing dalam hal
menanami modalnya di Bali ialah usaha perhotelan. Perhotelan merupakan
kegiatan penyediaan jasa dalam bentuk akomodasi (penginapan). Hotel
merupakan perusahaan yang menyediakan jasa-jasa dalam bentuk akomodasi
(penginapan) serta menyajikan hidangan dan fasilitas lainnya dalam hotel untuk
umum, yang memenuhi syarat-syarat comfort dan bertujuan komersil.8 Surat
Keputusan Menteri Perhubungan RI No. PM 10/PW-301/Phb. 77, tanggal 12
Desember 1977 hotel adalah suatu bentuk akomodasi yang dikelola secara
komersial, disediakan bagi setiap orang untuk memperoleh pelayanan penginapan
5
H. Oka A. Yoeti, 1996, Anatomi Pariwisata Indonesia, Penerbit Angkasa, Bandung, h. 133-
134
6
IGN Parikesit Widiatedja, 2011, Kebijakan Liberalisasi Pariwisata, Udayana University
Press, Denpasar, h.21
7
Ida Bagus Wyasa Putra et. al., 2003, Hukum Bisnis Pariwisata, PT Refika Aditama,
Bandung, h. 53
8
R.S. Damardjati, 2006, Istilah-Istilah Dunia Pariwisata, PT. Pradnya Paramita, Jakarta, h. 65
6
berikut makan dan minum. Investasi di bidang ini tidak dilakukan pada perjalanan
wisatanya, melainkan pada proses penyelenggaraanya.
Bidang usaha akomodasi perhotelan terbuka untuk investor asing baik yang
bersifat penuh maupun patungan. Hal ini tidak dapat dilepaskan kaitannya dengan
kondisi faktual Indonesia yang masih belum sepenuhnya mampu mengubah
modal potensialnya menjadi kekuatan ekonomi riil dan globalisasi juga
merupakan faktor masuknya modal asing. Untuk dapat menyelenggarakan
investasi asing perhotelan pada sektor pariwisata di Bali terdapat ketentuanketentuan yang mengaturnya. Aturan tersebut yang nantinya digunakan pedoman
dalam berinvestasi asing di bidang perhotelan agar tidak terjadi sengketa antara
pihak investor asing dengan pemerintah di Indonesia. Agar tidak terjadinya
sengketa, investor juga perlu mengetahui bagaimana akibat hukum yang timbul
jika investor tidak melaksanakan prosedur investasi asing pada bidang perhotelan
yang berlaku di Bali.
Menjalankan usaha pariwisata tidak terlepas dari prosedur yang harus
dilaksanakan dengan iktikad baik. Prosedur investasi baik asing maupun dalam
negeri sebelumnya diatur dalam Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 117
Tahun 1999 tentang Perubahan Kedua Atas Keputusan Presiden No. 97 Tahun
1993 tentang Tata Cara Penanaman Modal, tetapi pada saat ini Keputusan
Presiden No. 117 Tahun 1999 tersebut sudah tidak digunakan lagi dan digantikan
dengan Peraturan Kepala Badan Koordinasi Modal No. 5 Tahun 2013 tentang
Pedoman dan Tata Cara Perizinan dan Nonperizinan Penanaman Modal. Dari
beberapa usaha pariwisata yang ada, penelitian ini lebih mengkhususkan pada
7
investasi asing di bidang akomodasi perhotelan mengenai masalah prosedur
perizinan. Sering terjadi pelanggaran yang dilakukan oleh investor dalam hal
prosedur investasi di bidang perhotelan, seperti lokasi pembangunan hotel yang
melanggar Peraturan Daerah Provinsi Bali Nomor 16 Tahun 2009 Tentang
Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Bali Tahun 2009-2029 dari itu penelitian
ini berjudul “INVESTASI ASING PADA SEKTOR PARIWISATA DI BIDANG
PERHOTELAN DI BALI”.
1. 2 Rumusan Masalah
1. Apakah investor asing yang menanamkan modalnya di bidang
perhotelan pada sektor pariwisata telah memenuhi prosedur investasi
yang berlaku di Bali?
2. Apa akibat hukum yang ditimbulkan jika investor tidak melaksanakan
prosedur yang berlaku dalam berinvestasi asing di bidang perhotelan?
1. 3 Ruang Lingkup Masalah
Dalam penulisan karya tulis ilmiah ini, diperlukan ketegasan materi yang
diatur didalamnya, agar tidak terjadi penyimpangan pembahasan materi yang
disajikan dari pokok permasalahan yang telah dirumuskan. Ruang lingkup
masalah yang akan dikaji dalam karya tulis ilmiah ini sebagai berikut:
1. Membahas prosedur investasi asing khususnya pada bidang
perhotelan, dan mengidentifikasi apakah para investor sudah
8
memenuhi prosedur yang berlaku dalam berinvestasi asing pada
bidang perhotelan.
2. Membahas tentang akibat hukum yang ditimbulkan jika investor
tidak sesuai dengan prosedur yang berlaku.
1. 4 Orisinalitas
Dengan ini penulis menyatakan bahwa penulisan skripsi ini merupakan
hasil buah karya asli dari penulis, merupakan satu buah pemikiran penulis
yang dikembangkan sendiri oleh penulis. Sepanjang pengetahuan penulis dan
setelah melakukan pengecekan atau pemeriksaan tidak ditemukan adanya
suatu karya ilmiah atau skripsi yang membahas atau mengangkat
permasalahan tentang “Investasi Asing Perhotelan Pada Sektor Pariwisata di
Bali”, sehingga dalam rangka menumbuhkan semangat anti plagiat di dalam
dunia pendidikan di Indonesia, maka mahasiswa diwajibkan untuk mampu
menunjukkan orisinalitas dari penelitian yang tengah dibuat dengan
menampilkan beberapa judul penelitian jurnal ilmiah dan skripsi terdahulu
sebagai pembanding. Adapun dalam penelitian kali ini, akan menampilkan 1
(satu) jurnal ilmiah dan 1 (satu) skripsi yang terdahulu yang pembahasannya
berkaitan dengan Investasi Asing Perhotelan Pada Sektor Pariwisata di Bali,
yaitu sebagai berikut:
Judul
Nama
Rumusan Masalah
Tahun
Pengaturan Investasi
Vinda
1. Bagaimanakah
2011
Asing Pada Bidang
Desi
pengaturan investasi asing
9
Pariwisata Berdasarkan
Anggraini
pada bidang pariwisata
TRIMs (Trade Related
berdasarkan TRIMs?
Investment Measures)
2. Bagaimanakah
dan Implementasinya di
implementasi aturan
Wilayah Sumatera Barat
TRIMs oleh pemerintah
Sumatera Barat terhadap
investasi asing dibidang
pariwisata?
3. Apa saja kendala yang
dihadapi oleh Pemerintah
Sumatera Barat dalam
Mengimplementasikan
aturan TRIMs terhadap
investasi asing di bidang
Pariwisata?
Kegiatan Investasi
Tuhri Jasa
1. Bagaimana pengaturan
Pariwisata di Kabupaten
Putra
kegiatan investasi bidang
Lombok Utara dari
pariwisata di Kabupaten
Perspektif Undang-
Lombok Utara?
Undang No. 25 Tahun
2. Bagaimana penerapan
2007 tentang Penanaman
Undang-Undang
Modal
Penanaman Modal bidang
pariwisata di Kabupaten
2014
10
Lombok Utara?
Investasi Asing
I G.A.
1. Bagaimana prosedur
Perhotelan Pada Sektor
Inten
investasi asing di bidang
Pariwisata di Bali
Ardiantari
perhotelan dan apakah
2015
investor asing sudah
memenuhi prosedur yang
berlaku dalam
menanamkan investasi
asing pada bidang
perhotelan di Bali?
2. Apa akibat hukum yang
ditimbulkan jika investor
tidak sesuai dengan
peraturan yang berlaku
dalam berinvestasi asing di
bidang perhotelan?
1. 5 Tujuan Penelitian
Tujuan yang diharapakan dapat tercapai dalam karya tulis ilmiah ini
adalah:
a. Tujuan Umum
1. Untuk mengetahui investasi asing pada bidang perhotelan di Bali.
11
2. Untuk mengetahui akibat hukum yang timbul jika investor tidak
melaksanakan prosedur yang berlaku.
b. Tujuan Khusus
1. Untuk lebih memahami investasi asing perhotelan pada sektor
pariwisata di Bali.
2. Untuk mengetahui apakah investor sudah melaksanakan prosedur
investasi asing perhotelan yang berlaku.
3. Agar para investor asing mengetahui prosedur investasi asing pada
bidang perhotelan dan akibat hukum yang timbul jika tidak
melaksanakan prosedur yang berlaku.
1. 6 Manfaat Penelitian
a. Manfaat Teoritis
Secara teoritis karya tulis ilmiah ini diharapkan bisa memberikan
pemanahaman mengenai hal yang berkaitan dengan investasi asing.
Khususnya memberikan pengetahuan mengenai
investasi asing
perhotelan pada sektor pariwisata di Bali, baik dalam hal prosedurnya
dan juga akibat hukum yang ditimbulkan jika investor tidak
melaksanakan prosedur yang berlaku. Selain itu diharapkan juga karya
tulis ilmiah ini bisa menjadi referensi tambahan untuk pengembangan
Ilmu Hukum secara umum, khususnya di bidang Hukum Bisnis
mengenai investasi asing perhotelan pada sektor pariwisata di Bali.
12
b. Manfaat Praktis
Secara praktis karya tulis ilmiah ini diharapkan dapat digunakan
sebagai pedoman oleh para investor asing yang ingin investasi
perhotelan di Indonesia, khususnya di Bali. Sehingga dapat menekan
resiko terjadinya sengketa mengenai investasi asing pada para investor
asing sendiri. Sedangkan untuk para mahasiswa, diharapkan dapat lebih
kritis lagi dalam melihat permasalahan yang berkaitan dengan investasi
asing.
1. 7 Landasan Teoritis
Untuk memahami yang dimaksud dengan penanaman modal asing, perlu
diketahui yang dimaksud dengan modal, penanam modal, dan penanaman modal.
Istilah investasi bisa dilihat dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007
tentang Penanaman Modal Pasal 1 Angka (1):
“Segala bentuk kegiatan menanam modal, baik oleh penanam modal dalam
negeri maupun penanam modal asing untuk melakukan usaha di wilayah
negara Republik Indonesia”.
Dalam Pasal 1 Angka 6 Undang-Undang Penanaman Modal yang dimaksud
dengan investor asing adalah:
“Perseorangan warga negara asing, badan usaha asing, dan/atau pemerintah
asing yang melakukan penanaman modal di wilayah negara Republik
Indonesia”.
13
Pasal 1 Angka 4 Undang-Undang Penanaman Modal mengatakan penanam modal
adalah:
“Perseorangan atau badan usaha yang melakukan penanaman modal yang
dapat berupa penanam modal dalam negeri dan penanam modal asing”.
Selanjutnya menurut Undang-Undang Penanaman Modal Pasal 1 Angka 7, modal
adalah:
“Aset dalam bentuk uang atau bentuk lain yang bukan uang yang dimiliki
oleh penanam modal yang mempunyai nilai ekonomis”.
Perbedaan investasi asing dan investasi dalam negeri jelas dikaitkan
dengan pihak yang melakukan investasi dan asal dari modal tersebut. Investasi
dikenal dengan dua jenis, yaitu investasi asing dan investasi domestik. Investasi
asing adalah investasi yang bersumber dari pembiayaan luar negeri, sedangkan
investasi domestik adalah investasi yang bersumber dari pembiayaan dalam
negeri9. Dari ketentuan-ketentuan yang ada dalam Undang-Undang Investasi,
dapat ditemukan bebarapa asas-asas hukum yang berkaitan dengan investasi yaitu:
a. Asas ekonomi perusahaan, yaitu dalam investasi dapat diusahakan
dan dilakukan secara optimal, dan sesuai dengan prinsip efisiensi
(Pasal 26 UUPMA).
b. Asas hukum internasional, yaitu asas dalam menyelesaikan
sengketa antara pemerintah dengan penanaman modal, apabila
pemerintah melakukan tindakan nasionalisasi atau pencabutan hak
milik secara menyeluruh dan penyelesaiannya harus berdasarkan
asas – asas hukum internasional (Pasal 21 UUPMA).
c. Asas demokrasi ekonomi, yaitu asas di mana dalam penanaman
investasi didasarkan pada prinsip – prinsip demokrasi ekonomi
(Penjelasan Pasal 4 UU No. 6 Tahun 1968 tentang PMDN).
9
H. Salim HS. dan Budi Sutrisno, op.cit, h. 33
14
d. Asas manfaat, merupakan asas di mana dalam penanaman investasi
dapat memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi
kemakmuran rakyat Indonesia10.
Undang-Undang No. 25 Tahun 2007 pada Pasal 5 ayat (2) mengatakan,
penanaman modal asing wajib dalam bentuk perseroan terbatas berdasarkan
hukum Indonesia dan berkedudukan di dalam wilayah negara Republik Indonesia.
Sebelum menjalankan suatu investasi ada baiknya seorang investor harus melihat
terlebih dahulu daftar bidang usahanya, apakah termasuk bidang usaha yang
tertutup atau bidang usaha yang terbuka di bidang penanaman modal. Hal itu
dapat dilihat dalam Peraturan Presiden Republik Indonesia No. 39 Tahun 2014.
Pariwisata khususnya bidang perhotelan termasuk bidang usaha yang terbuka
untuk investasi. Untuk menjadi investor dalam kepariwisataan ada beberapa syarat
yang diperhatikan yaitu, jenis usaha yang bergerak pada bidang biro perjalanan
wisata,
pramuwisata,
impresariat,
konsultan
dan
informasi
pariwisata,
pengusahaannya dilakukan oleh badan usaha yang berbentuk badan hukum
Indonesia11. Sedangkan pengusahaan obyek dan daya tarik wisata serta usaha
sarana pariwisata, dijalankan oleh badan usaha atau perseorangan12.
Investasi asing mempunyai korelasi yang erat dengan masalah law
enforcement, dimana hal tersebut direalisasikan dalam bentuk kepastian hukum
atas kententuan-ketentuan hukum yang berlaku. Asas-asas investasi sebagaimana
10
H. Salim HS. dan Budi Sutrisno, op.cit, h. 13-14
11
Ida Bagus Wyasa Putra, op.cit, h. 67
12
Ibid.
15
diatur dalam undang- undang investasi sarat dengan muatan law enforcement,
yaitu:
1. Kepastian hukum: dalam negara hukum, hukum dan ketentuan perundangundangan dijadikan dasar dalam setiap kebijakan dan tindakan dalam
bidang investasi
2. Keterbukaan: masyarakat mempunyai hak untuk memperoleh dan
mengetahui informasi yang benar, jujur, dan tidak diskriminatif tentang
kegiatan penanaman modal
3. Akuntabilitas: asas yang menentukan setiap kegiatan dan hasil akhir dari
kegiatan
penanaman
modal
harus
dipertanggungjawabkan
kepada
masyarakat sebagai pemegang kedaulatan tertinggi negara sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan
4. Perlakuan yang sama dan tidak membedakan asal negara: perlakuan
pelayanan yang tidak membedakan antara penanam modal asing dengan
penanam modal dalam negeri
5. Kebersamaan: asas yang mendorong peran seluruh penanam modal secara
bersama-sama dalam kegiatan usahanya untuk mewujudkan kesejahteraan
rakyat
6. Efisiensi berkeadilan: asas yang mendasari pelaksanaan penanaman modal
dengan mengedepankan efisiensi berkeadilan dalam usaha untuk
mewujudkan iklim usaha yang adil, kondusif, dan berdaya saing
7. Berkelanjutan: asas yang mengupayakan berjalannya proses pembangunan
dari penanaman modal yang digunakan untuk menjamin kesejahteraan dan
16
kemajuan segala aspek kehidupan baik untuk sekarang maupun yang akan
datang
8. Berwawasan lingkungan: pemeliharaan dan perlindungan lingkungan
hidup merupakan hal yang tetap diperhatikan dan harus diutamakan dalam
penanaman modal
9. Kemandirian: asas yang tetap mengedepankan potensi bangsa dan negara
dan tidak menutup diri terhadap kemungkinan adanya modal asing yang
masuk untuk pertumbuhan ekonomi
10. Keseimbangan kemajuan
dan kesatuan ekonomi nasional: asas yang
berupaya menjaga keseimbangan kemajuan ekonomi wilayah dalam
kesatuan ekonomi nasional13.
Dalam kegiatan investasi, tata cara atau prosedur investasi baik asing
maupun dalam negeri tidak diatur dalam Undang-Undang No. 25 Tahun 2007.
Peraturan yang mengatur hal tersebut terdapat dalam Keputusan Presiden
Republik Indonesia No. 117 Tahun 1999 tentang Perubahan Kedua Atas
Keputusan Presiden No. 97 Tahun 1993 tentang Tata Cara Penanaman Modal.
Dalam Keputusan Presiden No. 117 Tahun 1999, membedakan prosedur investasi
untuk investor asing dan investor dalam negeri, dimana investor dalam negeri
diatur dalam Pasal 1 dan investor asing diatur dalam Pasal 2. Aturan tersebut
nantinya menjadi pedoman bagi para investor yang ingin melakukan kegiatan
investasi di wilayah Negara Republik Indonesia. Apabila investor baik asing
maupun dalam negeri tidak melaksanakan prosedur yang berlaku berdasarkan
13
David Kairupan, op.cit, h. 4-6
17
Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 117 Tahun 1999 tentang Perubahan
Kedua Atas Keputusan Presiden No. 97 Tahun 1993 tentang Tata Cara
Penanaman Modal, maka dalam Pasal 7 mengatur mengenai sanksi yang berbunyi
sebagai berikut:
“Dalam hal pelaksanaan penanaman modal tidak sesuai dengan
persetujuan dan ketentuan yang telah ditetapkan Pemerintah dan/atau
penanam modal tidak memenuhi kewajiban menyampaikan laporan
pelaksanaan Penanaman Modal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5,
maka kepada penanam modal dikenakan sanksi, sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku, termasuk dicabutnya Izin usaha
dan/atau fasilitas/keringanan fiskal yang telah diberikan”.
1. 8 Metode Penelitian
Penelitian hukum merupakan suatu kegiatan ilmiah yang didasarkan pada
metode, sistematika, dan pemikiran tertentu, dengan tujuan untuk mempelajari
satu atau beberapa gejala hukum tertentu dengan cara menganalisisnya, selain itu
juga diadakan pemeriksaan yang mendalam pada fakta hukum tersebut yang
nantinya digunakan sebagai pemecahan masalah yang timbul. Metode yang
digunakan dalam karya tulis ilmiah ini adalah:
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam karya tulis ilmiah ini
merupakan penelitian hukum empiris. Penelitian hukum empiris adalah
wujud atau penuangan hasil penelitian mengenai hukum yang berlaku
di masyarakat14. Selain itu juga menjelaskan fenomena hukum tentang
terjadinya kesenjangan antara norma dengan perilaku masyarakat.
14
Asri Wijayanti, 2011, Strategi Penulisan Hukum, CV. Lubuk Agung, Bandung, h. 97
18
Penelitian yang dilakukan mengenai investasi asing perhotelan pada
sektor pariwisata di Bali. Hal ini dilakukan dengan langsung turun ke
lapangan di PT. Furama (Hotel Furama) dan PT. Bali Delight (Hotel
Bali Court) sebagai objek penelitian.
2. Jenis Pendekatan
Dalam penelitian empiris dikenal 7 ( tujuh ) jenis pendekatan,
yaitu:
a. Pendekatan Kasus (The Cases Approach)
b. Pendekatan Perundang – undangan (The Statute Approach)
c. Pendekatan Fakta (The Fact Approach)
d. Pendekatan Analisis Konsep Hukum (Analitical & Conseptual
Approach)
e. Pendekatan Frasa (Word & Phrase Approach)
f. Pendekatan Sejarah (Historical Approach)
g. Pendekatan Perbandingan (Comparative Approach)15
Dalam karya tulis ilmiah ini, menggunakan jenis pendekatan fakta dan
perundang-undangan.
3. Sifat Penelitian
Sifat penelitian yang digunakan adalah deskriptif yaitu penelitian
yang menggambarkan dan memaparkan secara tepat karakteristik dari
15
Fakultas Hukum Universitas Udayana, 2009, Pedoman Pendidikan Fakultas Hukum
Universitas Udayana, Denpasar, h. 75
19
fakta-fakta atau individu, kelompok atau keadaan yang sebenarnya di
lapangan.
4. Data dan Sumber Data
Penelitian yang digunakan adalah penelitian empiris, sehingga
bahan hukum yang digunakan adalah:
a. Data Hukum Primer
Data yang diperoleh langsung dari lapangan baik dari
responden maupun informan. Dalam penelitian ini data tersebut
diperoleh dari Badan Penanaman Modal dan Perizinan Provinsi
Bali, PT. Furama (Hotel Furama), dan PT. Bali Delight (Hotel
Bali Court).
b. Data Hukum Sekunder
Merupakan pelengkap bagi bahan hukum primer. Bahan hukum
sekunder ini terdiri dari buku-buku hukum, jurnal-jurnal
hukum, karya tulis hukum, kamus hukum, dan materi muatan
internet yang berkaitan dengan rumusan masalah.
5. Teknik Pengumpulan Data
Karya tulis ilmiah menggunakan teknik wawancara(interview).
Kegiatan wawancara dilakukan untuk mendapatkan keteranganketerangan lisan melalui bercakap-cakap yang bermuatan tanya jawab
antara peneliti dan orang yang diteliti16. Selain itu juga menggunakan
16
Ade Saptomo, 2009, Pokok-Pokok Metodologi Penelitian Hukum Empiris Murni Sebuah
Alternatif, Penerbit Universitas Trisakti, h. 85
20
teknik studi dokumen yang diperoleh dengan membaca literaturliteratur yang ada kaitannya dengan permasalahan yang diteliti.
6. Teknik Penentuan Sample Penelitian
Dalam penelitian, penentuan populasi dan sample penelitian
merupakan hal yang penting, karena hasil yang berasal dari sampel
penelitian akan berpengaruh pada keakuratan dari suatu penelitian.
Dalam penelitian ini menggunakan teknik non probability
sampling dengan bentuk purposive sampling yaitu sampel dipilih atau
ditentukan sendiri oleh peneliti, yang mana penunjukkan dan
pemilihan sampel didasarkan pertimbangan bahwa sampel telah
memenuhi kriteria dan sifat-sifat atau karakteristik tertentu yang
merupakan ciri utama dari populasinya. Pengambilan sampel non
probability sampling dengan bentuk purposive sampling dilakukan di
PT. Furama (Hotel Furama) dan PT. Bali Delight (Hotel Bali Court)
yang terletak didaerah Badung. Digunakannya daerah Badung untuk
penelitian karena investor asing lebih banyak ditemukan dan pesatnya
perkembangan investasi asing di daerah tersebut. Penelitian yang
dilakukan terhadap PT. Furama dan PT. Bali Court atas pertimbangan
bahwa:
a. Kedua objek penelitian tersebut merupakan perusahaan asing
yang sudah berbentuk badan hukum sesuai dengan Pasal 5
Undang-Undang No. 25 Tahun 2007 tentang Penanaman
Modal.
21
b. Melakukan penanaman modal dengan cara penggabungan
saham dengan perbandingan 51% Penanam Modal Dalam
Negeri dan 49% Penanam Modal Asing.
7. Pengolahan dan Analisis Data
Dalam penelitian empiris dikenal dua bentuk analisis yaitu analisis
data kualitatif dan analisis data kuantitatif. Analisis data kualitatif
adalah data yang didapatkan akan diolah dan dianalisis dengan cara
menyusun data secara sistematis, digolongkan dalam pola dan thema,
diklasifikasikan, dihubungkan antara satu data dengan data lainnya,
dilakukan dengan interpretasi untuk memahami makna data dalam
situasi sosial, dan dilakukan penafsiran dari perspektif penelitian
setelah memahami keseluruhan kualitas data. Analisis data kuantitatif
menggunakan data berjumlah besar, terdiri dari aneka gejala yang
dapat diukur dengan angka-angka dan pengumpulan datanya
menggunakan kuisioner.
Penelitian ini diolah menggunakan analisis kualitatif, dimana data
yang diperoleh disajikan secara deskriptif analisis. Setelah itu data
akan dipaparkan dengan disertai ananlisis sesuai dengan teori yang
terdapat pada buku-buku literatur dan peraturan perundang-undangan
yang berlaku, guna mendapatkan kesimpulan sebagai akhir dari
penulisan.
22
Download