Infeksi Susunan Saraf Pusat Setyo Handryastuti Divisi Neurologi Anak FKUI - RSCM Obyektif • Infeksi virus : – Meningitis aseptik – Ensefalitis • Infeksi bakteri : – Meningitis bakterialis – Meningitis tuberkulosis Anatomi Susunan Saraf Pusat Ensefalitis Meningitis Fig. 1. Coronal view illustrating meningeal layers and common sites of central nervous system infections. (Reproduced from Lewin JJ, LaPointe M, Ziai WC. Central nervous system infections in the critically ill. Journal of Pharmacy Practice 2005;18(1):25–41; with permission.) Infeksi virus Meningitis aseptik • • • • • Meningitis non purulenta Demam Tanda rangsang meningeal Penurunan kesadaran tidak terlalu dalam Cairan serebrospinal (CSS) : pleiositosis dengan hitung jenis limfositer, tidak ditemukan bakteri pada pewarnaan gram • Self-limiting disease • Prognosis baik tanpa sekuele Etiologi • • • • Virus, bakteri,jamur, protozoa 60% penyebab tidak diketahui Virus : etiologi tersering Etiologi tersering – Sporadik : Enterovirus, Epstein-Barr, herpes simpleks, campak/Subacute sclerosing panencpehalitis – Seasonal : West Nile virus, La crosse encephalitis Lewis P, Glaser CA.Pediatr Rev 2005 Fenichel GM.Pediatric Neurology in clinical practice.2009 Ensefalitis • Etiologi : – Terbanyak : Herpes simpleks, arbovirus, Eastern & Western Equine St.Louis encephalitis – Jarang : Enterovirus,parotitis, adeovirus,rabies, CMV • 60% etiologi tidak diketahui • 40% yang diketahui : – 67% : parotitis, varisela, morbili, rubela – 20% : arbovirus dan herpes simpleks – 5% : enterovirus Patogenesis Dua bentuk • Ensefalitis primer • Post/parainfeksi Primer • Invasi langsung jaringan otak • Massa kelabu otak Post/para infeksi • Akibat dari respons imun host • Massa putih otak Whitley RJ,Kimberlin DW. Pediatr Rev 1996 Lewis P, Glaser CA.Pediatr Rev 2005 Patogenesis & predileksi • Langsung menginvasi jaringan otak • Hematogen (viremia) Penurunan kesadaran lebih cepat/gejala utama – Arbovirus Sistem retikuloendotelial SSP. – Akut • Neuronal – Herpes simpleks, rabies, polio transport retrograde di neuron. – Akut/kronik (reaktifasi) Whitley RJ,Kimberlin DW. Pediatr Rev 1996 Lewis P, Glaser CA.Pediatr Rev 2005 Patogenesis & predileksi • Herpes simpleks : lobus temporal & orbitofrontal • Rabies : Pons, medula, serebelum,hipokampus • Japanese encephalitis (JE) : batang otak, ganglia basal Whitley RJ,Kimberlin DW. Pediatr Rev 1996 Lewis P, Glaser CA.Pediatr Rev 2005 Manifestasi klinis ≈ Patogenesis dan predileksi • Tanda-tanda infeksi akut/Prodroma – Demam, diare, nyeri tenggorokan,ruam kulit, batukpilek • Defisit neurologi (global/fokal) – Kejang, perubahan perilaku, afasia, hemiparesis, paresis saraf kranial, diplopia, ataksia, disartria • Peningkatan tekanan intrakranial – Nyeri kepala, muntah, penurunan kesadaran Lewis P, Glaser CA.Pediatr Rev 2005 Schwaimann.Pediatric Neurology 2006 Ziai WC,Lewin JJ. Neurol Clin 2008 Manifestasi klinis ≈ Patogenesis dan predileksi Rabies/JE : brain-stem encephalitis Disartria, diplopia, ataksia Arbovirus :Gejala global Demam,muntah,penurunan kesadaran Herpes simpleks :Gejala fokal Hemiparesis, kejang fokal, paresis nervus kranial,afasia,anosmia Lewis P, Glaser CA.Pediatr Rev 2005 Schwaimann.Pediatric Neurology 2006 Ziai WC,Lewin JJ. Neurol Clin 2008 Diagnosis • Identifikasi virus : PCR/kultur CSS • Manifestasi klinis, gambaran CSS • CSS : Jernih, jumlah sel 50-200/mm3 sampai 1000/mm3 , limfositer, protein normal/sedikit meningkat, glukosa normal • EEG : perlambatan umum/fokal • CT-Scan/MRI : edema otak difus, fokal pada EEG dan CTHSE Scan/MRI tidak khas kecuali pada HSV Lewis P, Glaser CA.Pediatr Rev 2005 Menkes . Textbook of Clinical Neurology 2006 Ziai WC,Lewin JJ. Neurol Clin 2008 Tatalaksana • Perawatan ideal : ICU • Terapi sebagian besar suportif – Airway, Breathing,Circulation – Nutrisi, keseimbangan cairan dan elektrolit – Antikonvulsan dan antipiretik • Terapi etiologi virus : – HSV dan varisela : Aciclovir – Adenovirus : cidofovir/ribafirin – Enterovirus : pleconaril • Hipertermia surface cooling • Deksametason tidak lagi digunakan Lewis P, Glaser CA.Pediatr Rev 2005 Schwaimann.Pediatric Neurology 2006 Tatalaksana Menurunkan tekanan intrakranial yang disebabkan oleh edema sitotoksik Manitol 20% dosis 0,25 – 1 gr/kgBB/kali, tiap 6-8 jam, Infus cepat dalam 30 menit Menarik cairan dari jaringan otak Monitor perbaikan GCS, balans cairan dan elektrolit Pemantauan tanda vital dan diuresis Hati-hati dehidrasi dan syok Naikkan dosis bertahap jika belum terdapat perbaikan kesadaran Elevasi kepala 30 derajat, hindari tindakan invasif Ranger-Castillo L, Robertson CR.Crit Care Clin 2007. Schwaimann. Pediatric Neurology 2006 Komplikasi • • • • • Tergantung etiologi dan usia pasien Palsi serebral Retardasi mental Epilepsi, pada ensefalitis HSV : epilepsi fokal Gangguan perilaku Schwaimann.Pediatric Neurology 2006 Ensefalitis HSV • Ensefalitis yang dapat diobati etiologinya • Manifestasi klinis ensefalitis dan defisit neurologis fokal : kejang fokal, hemiparesis • Pada anak besar : gangguan/perubahan perilaku • EEG : perlambatan di daerah temporal, PLEDS (periodic lateralizing epileptiform discharge) • CT-Scan/MRI kepala : Edema fokal, perdarahan/nekrosis di daerah temporal. • Terapi : Asilklovir 10-20 mg/kgBB/kali IV, tiap 8 jam selama 10-14 hari. Bayi perempuan, 11 bulan dengan demam, letargi, kejang fokal motor kiri, 3 hari tidak mau makan-minum Leonard, J. R. et al. Am. J. Roentgenol. 2000;174:1651-1655 Copyright © 2006 by the American Roentgen Ray Society Bayi perempuan, 11 bulan dengan demam, letargi, kejang fokal motor kiri, 3 hari tidak mau makan-minum Leonard, J. R. et al. Am. J. Roentgenol. 2000;174:1651-1655 Copyright © 2006 by the American Roentgen Ray Society Bayi perempuan, 11 bulan dengan demam, letargi, kejang fokal motor kiri, 3 hari tidak mau makan-minum Leonard, J. R. et al. Am. J. Roentgenol. 2000;174:1651-1655 Copyright © 2006 by the American Roentgen Ray Society Perlambatan fokal PLED Sphelman. Atlas of EEG. Meningitis bakterialis Pendahuluan • Mortalitas : 18-40%, morbiditas : 30-50% • Peradangan pada selaput otak, ditandai dengan peningkatan jumlah sel PMN dalam CSS dan terbukti adanya bakteri penyebab infeksi dalam CSS • Laki-laki lebih banyak dari perempuan • 80% terjadi pada anak • 70% dari jumlah tersebut terjadi pada anak usia 1-5 tahun Patogenesis • Kolonisasi kuman di saluran napas atas • Pneumonia, spesis Hematogen Perkontinuitatum • Penyebaran infeksi secara langsung • Sinus, mastoid, sinus cavernosus, OMSK Implantasi langung • Trauma kepala terbukan imolantasi koklea • Tindakan bedah saraf, Pungsi lumbal Neonatus • Aspirasi cairan amnion pada amnionitis/flora kuman normal • Infeski transplasental Chavez-Bueno S, Mc Cracken JH. Pediatr Clin N Am 2005 Batuk,pilek,d emam Sinusitis, OMSK, Pneumonia Tanda rangsang meningeal Defisit neurologi Chavez-Bueno S, Mc Cracken JH. Pediatr Clin N Am 2005 Etiologi tersering : Neonatus • Streptococcus B haemolyticus, Escherichia coli, Listeria monocytogenes, enterobacter Bayi dan balita • E. coli, L. monocytogenes, Neisseria meningitides, S. agalactiae, S. pneumoniae, Haemophyllus influenzae type B > 5 tahun • N.meningitidis, S.pneumoniae, H. influenzae type B Chavez-Bueno S, Mc Cracken JH. Pediatr Clin N Am 2005 Mann K, Jackson MA.Pediatr rev 2008 Manifestasi klinis ≈ Patogenesis Sangat bervariatif tergantung umur, lama sakit di rumah sebelum diagnosis, respons tubuh terhadap infeksi. Meningitis neonatus-3 bulan : Risiko tinggi:prematur, infeksi intrapartum,KPD Tidak khas Demam,letargi,malas minum,muntah,hipotermia, kesadaran menurun, UUB membonjol, apneu, kejang. Curigai meningitis pada setiap neonatus dengan sepsis/pneumonia yang disertai kejang Schwaimann. Pediatric Neurology 2007 JJ Volpe. Neurology of the newborn 2009 Manifestasi klinis ≈ Patogenesis • Usia 3 bulan-2 tahun – Demam, muntah, iritabel, gelisah, kejang, high pitched cry, , UUB membonjol, tanda rangsang meningeal sulit dievaluasi, – Pikirkan pada setiap kejang demam kompleks • Anak besar – Gambaran klasik – Demam, menggigil, muntah, nyeri kepala, kejang, gangguan tingkah laku, dapat terjadi penurunan kesadaran, tanda rangsang meningeal (kaku kuduk, Bruzinski, Kernig) jelas – Paresis saraf kranial (N.III, N,IV, N.VI, N.VII) Schwaimann. Pediatric Neurology 2007 Diagnosis • Cairan serebrospinal – Makroskopis : keruh, purulen – Peningkatan ∑ sel sampai ribuan (> 1000 sel/mm3, hitung jenis predominan PMN. – Fase awal : ∑ sel normal sampai ratusan, hitung jenis limfositer – Protein meningkat dan penurunan glukosa (< 60% kadar glukosa darah) – Pewarnaan gram, kultur dan uji resistensi – PCR (Sensitifitas 86% dan spesifisitas 97%) Chavez-Bueno S, Mc Cracken JH. Pediatr Clin N Am 2005 Schwaimann. Pediatric Neurology 2007 Pengobatan • Suportif : IVFD, nutrisi, antipiretik, antikonvulsan. • Peningkatan TIK : manitol 20% karena edema otak (sitotoksik) • Deksametason untuk menekan sitokin inflamasi : 0,6-1 mg/kgBB/hari dibagi 3-4 dosis, pemberian sebelum (15-30 menit)/bersamaan dengan injeksi antibiotika, diberikan selama 2-4 hari. • Deksametason : mengurangi komplikasi gangguan pendengaran, menurunkan angka kematian dan kecacatan Chavez-Bueno S, Mc Cracken JH. Pediatr Clin N Am 2005 Mann K, jackson MA. Pediatr Rev 2008 Van de Beek D, De Gans J, Mc Intyre P, Prasad K. Cochrane Database review 2008 Pengobatan • Deksametason tidak diberikan pada meningitis neonatus • Pemberian terapi antibiotika empiris sambil menunggu hasil kultur dan resistensi • Antibiotika konvensional (ampisilin dan kloramfenikol) tetap dapat dipergunakan jika golongan sefalosporin tidak tersedua • Lama pemberian antibiotika – Neonatus : 21 hari – Bayi dan anak : 14 hari Chavez-Bueno S, Mc Cracken JH. Pediatr Clin N Am 2005 Mann K, jackson MA. Pediatr Rev 2008 Prasad K. Kumar A, Singhal t, Gupta PK. Cochrane Database Review 2008 Pengobatan antibiotika empiris Neonatus Ampisilin (150-200 mg/kg/hari dibagi 3 atau 4) + sefotaksim (150-200 mg/kg/hari : 3 atau 4 Ampisilin + Gentamisin (5-7,5 mg/kg/hari : 2 atau 3) Late-onset meningitis : vankomisin (30-45 mg/kgBB/hari : 3 atau 4)+ sefotaksim/seftazidim > 1 bulan Vankomisin (60 mg/kgBB/hari : 3 atau 4 + Seftriakson 80-100 mg/kgBB/hari : 2 dosis (max. 4 gr/hari) Vankomisin + Sefotaksim 200-300 mg/kgBB/hari : 3 atau 4 (max. 12 gr/hari) Chavez-Bueno S, Mc Cracken JH. Pediatr Clin N Am 2005 Mann K, jackson MA. Pedaitr Rev 2008 Fenichel GM.Pediatic neurology in clinical parctice 2009 Komplikasi Pengobatan yang tidak sempurna/terlambat Jika dengan pengobatan antibiotik pada minggu pertama tidak terjadi perbaikan klinis Komplikasi saat perawatan : Ventrikulitis Efusi subdural Empiema subdural Abses otak Gangguan cairan dan elektrolit Komplikasi jangka panjang : Tuli (5-10% pada H.influenzae, 25-35% pada S.Pneumoniae), hidrosefalus,problem motorik/belajar/bicara/perilaku (10%) Chavez-Bueno S, Mc Cracken JH. Pediatr Clin N Am 2005 Schwaimann. Pediatric Neurology 2007 Empiema subdural Efusi subdural Abses otak Hidrosefalus dan edema periventrikuler Prognosis • Tergantung dari : – – – – – – – Umur pasien Manifestasi klinis : kejang dan penurunan kesadaran Jenis dan jumlah mikroorganisme penyebab Jumlah sel dan kadar glukosa Waktu yang diperlukan untuk sterilisasi CSS Lamanya sakit sebelum mendapat pengobatan Kepekaan bakteri terhadap antibiotik yang diberikan Chavez-Bueno S, Mc Cracken JH. Pediatr Clin N Am 2005 Schwaimann. Pediatric Neurology 2007 Meningitis tuberkulosis Pendahuluan • • • • • • Meningoensefalitis Bentuk TBC kronik yang terbanyak di negara berkembang Mortalitas dan morbiditas yang tinggi. Menyerang semua umur Insiden tertinggi : 6 bulan-6 tahun Infeksi campak,pertusis dan trauma kepala sering mendahului timbulnya meningitis tuberkulosis • Satu dari 300 kasus infeksi TB yang tidak diobati. Ramachandran TS. Tuberculous meningitis.http://www.emedicine 2007 Schwaimann. Pediatric Neurology 2007 Patogenesis Tahap pertama Pertusis, campak, trauma kepala, HIV Tahap kedua Ramachandran TS. Tuberculous meningitis.http://www.emedicine 2007 Manifestasi klinis ≈ Patogenesis Stadium 1 (prodroma) Demam, mual, apatis, iritabel, defisit neurologi (-) Stadium 2 (transisi/meningitis) Penurunan kesadaran sampai sopor, tanda rangsang meningeal jelas, tetraparesis/hemiparesis, paresis nervus kranial (III,IV,VI,VII), klonus, tuberkel di koroid, funduskopi : edema papil/atrofi papil. Paresis N. VI lebih sering terjadi dari n.kranial lain Stadium 3 (terminal) Koma, pupil tidak bereaksi, hipertermia, pernapasan tidak teatur. Terjadi jika pengobatan terlambat/tidak adekuat Soetomenggolo T. Buku Ajar Neurologi Anak1996 Ramachandran TS. Tuberculous meningitis.http://www.emedicine 2007 Diagnosis • Manifestasi klinis • Pemeriksaan CSS rutin – Jernih dan ada pengendapan, santokrom, jumlah sel 200-500/mm3, limfositer, protein meningkat dan glukosa rendah sampai <30 g/dl • Riwayat kontak dengan pasien TBC • Uji tuberkulin (+), anergi pada 36% pasien • Foto toraks normal pada 43%, milier pada 23%, kalsifikasi pada 10% kasus. • LED meningkat (kerap dilupakan) Soetomenggolo T. Buku Ajar Neurologi Anak1996 Ramachandran TS. Tuberculous meningitis.http://www.emedicine 2007 Diagnosis • Pemeriksaan ELISA, PCR • Kultur CSS sulit, karena membutuhkan CSS yang banyak (6-10 ml) dengan hasil positif pada 50% kasus. • EEG : perlambatan difus atau fokal • CT-Scan/MRI kepala : penyangatan meningen di daerah basal, ventrikulomegali sampai hidrosefalus, infark. • Kombinasi hidrosefalus, penyangatan basal dan infark : 100% spesifik dan 41% sensitif untuk meningitis TB Soetomenggolo T. Buku Ajar Neurologi Anak1996 Ramachandran TS. Tuberculous meningitis.http://www.emedicine 2007 Pediatric radiology 2004;34. Meningitis tuberkulosis - CT Eksudat daerah basal Hidrosefalus – meningitis tuberkulosis MRI kepala : infark basal ganglia 2 yrs,FCh Pengobatan • Terapi suportif : IVFD, nutrisi, antipiretik, antikonvulsan. • Peningkatan tekanan intrakranial : manitol • Kortikosteroid untuk menekan reaksi inflamasi selama 2-3 minggu kemudian diturunkan bertahap selama 1 minggu. • INH 5-10 mg/kgBB/hari selama 9-12 bulan • Rifampisin 10-20 mg/kgBB/hari selama 9-12 bulan • Pirazinamid 20-40 mg/kgBB/hari selama 2 bulan • Etambutol 15-25 mg/kgBB/hari selama 2 bulan Pengobatan • Jika terjadi hidrosefalus pemasangan VP-shunt • Monitor efek samping OAT dengan pemeriksaan fungsi hati sebelum terapi dan secara serial. Komplikasi • • • • • • • Hidrosefalus Palsi serebral Retadarsi mental Epilepsi Gangguan koordinasi motorik, ataksia Gangguan sensoris Gangguan pendengaran dan penglihatan Prognosis • Pasien yang tidak diobati biasanya meninggal • Tergantung dari : – Stadium penyakit pada saat pengobatan dmulai – Usia pasien : Usia < 3 tahun mempunyai prognosis yang buruk. Diagnosis diferensial infeksi SSP Klinis/Lab. Ensefalitis Meningitis bakterial Akut Akut Kronik Akut Akut/kronik Demam < 7 hari < 7 hari > 7 hari < 7 hari </> 7 hari/(-) Kejang Umum/fo kal Umum Umum Umum Umum Penurunan kesadaran Somnolen - sopor Apatis Variasi, apatis - sopor CM - Apatis Apatis Somnolen +/- +/- ++/- - - Lambat Cepat Lambat Cepat Cepat/Lambat Etiologi Tidak dpt diidentifik asi ++/- TBC/riw. kontak - Ekstra SSP Terapi Simpt/ant iviral Antibiotik Tuberkulostatik Simpt. Atasi penyakit primer Onset Paresis Perbaikan kesadaran Mening.TBC Mening.viru s Ensefalopati Cairan serebrospinal pada infeksi SSP Bact.men Viral men Tekanan Normal/ Makros. Keruh Jernih Xantokrom Jernih Jernih Lekosit > 1000 10-1000 500-1000 10-500 < 10 +++ + + + + MN (%) + +++ +++ ++ - Protein Normal/ Normal Normal Glukosa Normal Normal Normal Positif Negatif Negatif Negatif Negatif PMN (%) Gram /Rapid T. TBC men Encephali tis Encephal opathy